Gambar 2.2 Sikap Kerja Operator Wanita Saat Pengisian Bensin
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Definisi Ergonomi
Istilah “ergonomi“ berasal dari bahasa latin yaitu ergon kerja dan nomos hukum alam dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek
manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen, dan desain perancangan. International
Ergonomic Association menjelaskan bahwa ergonomi berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan, dan kenyamanan manusia di
tempat kerja, di rumah dan tempat rekreasi. Di dalam ergonomi dibutuhkan studi tentang sistem dimana manusia, fasilitas kerja, dan lingkungannya saling
berinteraksi dengan tujuan utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya. Ergonomi seringkali disebut sebagai “human factors”. Ergonomi
juga digunakan oleh berbagai ahli dan profesional pada bidangnya, misalnya: ahli anatomi, arsitektur, perancangan produk industri, fisika, fisioterapi, terapi
pekerjaan, psikologi dan teknik industri. Lebih lanjut, Nurmianto 1991 menjelaskan bahwa ergonomi juga dapat diterapkan untuk bidang fisiologi,
psikologi, perancangan, analisis, sintesis, evaluasi proses kerja dan produk bagi wiraswasta, manajer, pemerintahan, militer, dosen dan mahasiswa.
Selain pengertian di atas, disiplin ergonomi juga dipahami sebagai suatu cabang keilmuan yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi
mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem dengan baik
untuk mencapai tujuan yang dinginkan melalui pekerjaan dengan efektif, efesien, aman dan nyaman. Pokok-pokok mengenai disiplin ergonomi dijelaskan sebagai
berikut:
1. Fokus dari ergonomi berkaitan erat dengan aspek-aspek manusia di dalam perencanaan Man Made Object dan lingkungan kerja. Secara sistematis
pendekatan ergonomi yang digunakan rancang bangun, akan menghasilkan produk, sistem, atau lingkungan kerja yang sesuai dengan manusia.
2. Ergonomi sebagai A Discipline Concerned yaitu pendekatan ergonomi akan mampu menimbulkan Functional Effectiveness dan kenikmatan pemakaian
peralatan, fasilitas maupun lingkungan kerja yang dirancang. 3. Maksud dan tujuan dari pendekatan disiplin ergonomi diarahkan pada upaya
memperbaiki performansi kerja manusia seperti menambah kecepatan kerja, accuracy ketepatan, keselamatan kerja, dan untuk mengurangi kelelahan.
4. Pendekatan khusus disiplin ergonomi adalah aplikasi yang sistematis dari informasi yang berkaitan dengan karateristik dan perilaku manusia dalam
perancangan alat, fasilitas dan lingkungan kerja yang dipakai.
Penerapan ergonomi pada umumnya merupakan aktivitas rancang bangun desain ataupun rancang ulang re-desain. Hal ini dapat meliputi rancang
bangun perangkat keras seperti misalnya perkakas kerja tools, bangku kerja benches, platform, kursi, pegangan alat kerja workholders, sistem
pengendali controls, alat peraga displays, jalanlorong access ways, pintu doors, jendela windows, dan lain-lain. Ergonomi juga memberikan peranan
penting dalam meningkatkan faktor keselamatan dan kesehatan kerja, misalnya: desain suatu sistem kerja untuk mengurangi rasa nyeri dan ngilu
pada sistem kerangka dan otot manusia, desain stasiun kerja untuk alat peraga visual display unit station.
Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi Tarwaka, 2004, yaitu: 1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan
cidera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan
jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif.
3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis, ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan
sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.
Secara ringkas ergonomi dapat didefinisikan sebagai cabang ilmu yang secara sistematis memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan,
dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman, dan
nyaman.
Untuk mempermudah proses mempelajari ergonomi, Sutalaksana, 1979 membagi studi ergonomi sebagai berikut:
1. Penyelidikan mengenai display Yang dimaksud dengan display di sini adalah bagian dari lingkungan yang
mengkomunikasikan keadaannya kepada manusia, misalnya: speedometer untuk menunjukkan kecepatan kendaraan yang sedang dikemudikan.
2. Penyelidikan mengenai hasil kerja manusia dan proses pengendalinya Dalam hal ini diselidiki tentang aktivitas-aktivitas manusia ketika bekerja dan
kemudian mempelajari cara mengukur dari setiap aktivitas tersebut, dimana penyelidikan ini banyak berhubungan dengan biomekanik.
3. Penyelidikan mengenai tempat kerja Penyelidikan ini dilakukan untu memperoleh tempat kerja yang baik, dalam
arti kata sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan manusia. Hal-hal yang berkaitan dengan tubuh manusia selanjutnya dipelajari dalam anthropometri.
4. Penyelidikan mengenai lingkungan fisik Yang dimaksud dengan lingkungan fisik di sini meliputi ruangan dan fasilitas-
fasilitas yang digunakan oleh manusia, serta kondisi-kondisi lingkungan kerja yang keduanya banyak dipengaruhi oleh tingkah laku manusia Sutalaksana,
1979.
Banyak penerapan ergonomi yang hanya berdasar “common sense” dianggap suatu hal yang sudah biasa terjadi. Hal ini dapat dibenarkan apabila suatu
manfaat yang besar bisa diperoleh hanya dengan penerapan suatu prinsip sederhana. Kasus tersebut biasanya terjadi pada lingkungan dimana ergonomi
belum dipahami sepenuhnya sebagai alat untuk proses desain sehingga masih banyak aspek ergonomi yang tidak disadari oleh manusia. Penerapan
ergonomi harus diikuti dengan pendekatan ilmiah sehingga perancangan produk yang optimum diperoleh tanpa harus mengalami “trial and error”.
Suatu hal yang vital pada penerapan ilmiah untuk ergonomi adalah “Anthropometri” kalibrasi tubuh manusia. Namun, prasyarat utama dalam
pemakaian data anthropometri adalah harus disertai dengan penerapan ilmu- ilmu statistik yang kuat.
2.2.2 Konsep Anthropometri