20
akhirnya adalah publik hanya disajikan informasi yang menguntungkan komunikator. Dalam konteks media, elemen maksud menunjukkan bagaimana
secara implisit dan tersembunyi wartawan menggunakan praktik bahasa tertentu untuk menunjolkan basis kebenarannya dan secara implisit pula menyingkirkan
versi kebenaran lain. Eriyanto, 2001: 240-241
Keempat
, praanggapan. Elemen wacana praanggapan
presupposition
merupakan pernyataan yang digunakan unntu mendukung makna suatu teks. Kalau latar belakang berarti upaya untuk mendukung pendapat dengan jalan
memberi latar belakang, maka praanggapan adalah upaya mendukung pendapat dengan memberikan premis yang dipercaya kebenarannya. Eriyanto, 2001: 256
Kelima
, nominalisasi. Elemen wacana nominalisasi adalah elemen dengan mengubah kata kerja menjadi kata benda nominal. Kaitannya dengan makna
yang ditimbulkan, nominalisasi berhubungan dengan dua hal. Pertama, nominalisasi menimbulkan efek generalisasi. Kedua, nominalisasi adalah strategi
untuk menghilangkan subyek atau pelaku. Kata kerja selalu membutuhkan subyek, sedangkan nominal tidak membutuhkan subyek sebagai pelaku.
d. SINTAKSIS
Strategi untuk menampilkan diri sendiri secara positif dan lawan secara negatif, itu juga dilakukan dengan manipulasi politik menggunakan sintaksis
kalimat seperti pada pemakaian kata ganti, aturan tata kata, pemakaian kategori sintaksis yang spesifik, pemakaian kalimat aktif atau pasif, peletakkan anak
kalimat, pemakaian kalimat yang kompleks dan sebagainya. Sobur, 2009: 80
21
Sintaksis dalam analisis wacana menunjuk pada bagaimana kalimat itu dipilih. Terdiri dari koherensi, bentuk kalimat dan kata ganti. Koherensi adalah
pertalian atau jalinan antar kata, atau kalimat dalam teks. Dua buah kalimat yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan sehingga nampak
koheren. Koherensi merupakan elemen wacana untuk melihat bagaimana seseorang secara strategis menggunakan wacana untuk menjelaskan suatu fakta
atau peristiwa. Koherensi ini secara mudah dapat diamati di antaranya dari kata hubung konjungsi yang dipakai untuk menghubungkan fakta. Apakah dua
kalimat dipandang sebagai hubungan kausal sebab akibat, hubungan keadaan, waktu, kondisi, dan sebagainya. Eriyanto, 2001: 244
Koherensi ini ada dua macam.
Pertama
, koherensi kondisional, ditandai dengan pemakaian anak kalimat ssebagai penjelas. Disini ada dua kalimat, di
mana kalimat kedua adalah penjelas atau keterangan dari proposisi pertama, yang dihubungkan dengan kata hubung konjungsi seperti “yang”, atau “di mana”.
Kalimat kedua fungsinya dalam kalimat semata hanya penjelas anak kalimat, sehingga ada atau tidak ada anak kalimat itu menjadi cermin kepentingan
komunikator karena ia dapat memberikan keterangan yang baikburuk terhadap suatu pernyataan. Eriyanto, 2001: 244
Kedua,
koherensi pembeda, berrhubungan dengan pertanyaan bagaimana dua peristiwa atau fakta itu hendak dibedakan. Dua buah peristiwa dapat dibuat
seolah-olah saling bertentangan dan berseberangan dengan menggunakan koherensi ini. Eriyanto, 2001: 247
22
Kemudian mengenai bentuk kalimatnya. Bentuk kalimat adalah segi sintaksis yang berhubungan dengan cara berpikir logis, yaitu prinsip kausalitas.
Logika kausalitas ini kalau diterjemahkan ke dalam bahasa menjadi susunan subyek yang menerangkan dan predikat yang diterangkan. Bentuk kalimat ini
bukan hanya persoalan teknis kebenaran tata bahasa, tetapi menentukan makna yang dibentuk oleh susunan kalimat. Dalam kalimat yang berstruktur aktif,
seseorang menjadi subyek dari pernyataannya, sedangkan dalam kalimat pasif seseorang menjadi objek dalam pernyataannya. Eriyanto, 2001: 251
Yang terakhir adalah mengenai kata ganti. Elemen kata ganti merupakan elemen untuk memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu komunitas
imajinatif. Kata ganti merupakan alat yang dipakai oleh komunikator untuk menunjukkan di mana posisi seseorang dalam wacana. Eriyanto, 2001: 253
e. STILISTIK