Dilarang melakukan penggelandangan dan pengemisan berkelompok atau perorangan atau dengan cara apapun dengan mempengaruhimenimbulkan belas
kasihan orang lain. Dilarang dengan sengaja memperalat orang lain seperti bayi, anak kecil dan atau mendatangkan seseorangbeberapa orang untuk maksud
melakukan pengemisan dilarang membujuk atau memikat orang lain dengan perkataan-perkataan dan isyarat dan atau dengan perbuatan lainnya dengan
maksud mengajak melakukan perbuatan pelacuran dijalan umum dan atau tempat yang diketahuidikunjungi oleh orang lain baik perorangan atau beberapa orang.
Dilarang dengan sengaja memanggilmendatangkan seseorang, beberapa orang untuk maksud melakukan perbuatan-perbuatan pelacurantuna susila barang siapa
mengetahui, melihat, melanggar, ada perbuatan sebagaimana dimaksud ayat 1, 2, 3, dan 4 pasal ini berkewajiban melaporkan kepadapihak yang berwenang.
C. Instansi Pemerintah Daerah yang Berwenang dalam penanggulangan
Gelandangan dan Pengemisan Serta Praktek Tuna Susila di Kota Medan
Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 6 Tahun 2003, telah diatur secara rinci dan sangat jelas tentang langkah-langkah yang akan dilaksanakan oleh
pemerintah daerah dalam memberikan pembinaan dan menangani masalah anak jalanan, gelandangan, pengemis, dan pengamen yang semakin bertambah. Dalam
menjalankan langkah-langkah pembinaan tersebut tentunya tidaklah berjalan dengan mudah sesuai dengan apa yang diharapkan sesuai dengan bait-perbait dari
perda tersebut. Namun di lain pihak Pemerintah Kota Medan juga akan mendapatkan tantangan sebagai penghambat dari pembinaan yang dilakukan
Sebagaimana yang diatur di dalam Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 6 Tahun 2003 Pasal 3 yaitu :
1. Pengawasan terhadap peraturan daerah ini dilaksanakan secara terpadu di
bawah koordinasi kepala daerah. 2.
Dalam hal-hal tertentu dan dipandang kepala daerah membentuk tim pengawasan terpadu.
3. Teknis penanggulangan gelandangan dan pengemis serta tuna susila akan
diatur lebih lanjut dengan keputusan kepala daerah. Berdasarkan pernyataan dan pengamatan langsung yang dilakukan oleh
maka dapat dikatakan bahwa sejauh ini Pemerintah Kota Medan telah berupaya untuk menangani permasalahan anak jalanan di kota Medan dengan melakukan
ketiga cara atau langkah pembinaan tersebut. Dalam melakukan pembinaan dan pecegahan awal, yang di lakukan
Pemerintah Kota Medan khususnya untuk awal tahun 2013 yakni mengadakan pendataan dan pengadaan posko pembinaan anak jalanan, gelandangan dan
pengemis ….langkah awal yang kami lakukan untuk saat ini adalah melakukan pendataan dan pengadakan posko disepuluh titik perempatan yang ada di Kota
Medan. Ini dilakukan untuk menindaki anak jalanan, gelandangan pengemis dan pengamen yang ada di sekitar lampu merah untuk didata dan diberikan
pengarahan.
41
41
Wawancara dengan Syarif Armansyah Lubis, selaku Kepala Dinas Sosial Kota Medan, tanggal 12 Mei 2015
Dari pernyataan di atas menjelaskan bahwa langkah awal untuk membina anak jalanan adalah dengan pengadaan posko yang berfungsi sebagai
bentuk pembinaan awal melalui pendataan dan pengarahan awal dari pihak dinas
sosial yang bekerja sama dengan satpol PP, masyarakat, dan mahasiswa. Pembinaan pencegahan sendiri merupakan bentuk awal dari suatu pembinaan
yang dilakukan Pemerintah Kota Medan yang bertujuan mencegah berkembangnya dan meluasnya jumlah penyebaran dan kompleksitas
permasalahan penyebab adanya anak jalanan pembinaan pencegahan sendiri dilakukan dalam beberapa bentuk kegiatan, yakni pembuatan posko yang
bertujuan untuk mengetahui sebab kenapa mereka anak jalanan, gelandagan, pengemis, dan pengamen ada dijalanan. Berikut merupakan bentuk kegiatan yang
dilakukan Pemerintah Kota Medan yang dimotori oleh Dinas Sosial Kota Medan, yaitu :
a Pendataan. b Pemantauan, pengendalian, dan pengawasan.
c Kampanye yang dilanjutkan dengan kegiatan sosialisasi. Masalah gelandangan dan pengemisan adalah merupakan salah satu
masalah sosial, yang antara lain sebagai akibat sampingan dari proses pembangunan nasional, maka penanggulangan perlu dikoordinasikan dalam
program-program lintas sektoral, regional, dengan pendekatan yang menyeluruh baik antar profesi maupun antar instansi disertai partisipasi aktif dari masyarakat
koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi. Maksud pemerintah mengikut sertakan partisipasi masyarakat, agar dapat
ditingkatkan rasa kesadaran dan tanggung jawab, sosial masyarakat, sehingga potensi yang ada dalam masyarakat dapat berperan untuk menanggulangi masalah
gelandangan dan pengemisan.
Agar pelaksanaannya tidak menimbulkan kesimpangsiuran dan dapat berjalan dengan lancar, maka perlu untuk memberikan penegasan aparat instansi
yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab dalam bidang penanggulangan gelandangan dan pengemisan yang berdasarkan Peraturan Pemerintah Daerah
Kota Medan. Upaya pemerintah untuk melakukan penanganan Gepeng, jika dilihat
dengan keadaan sekarang ini masih jauh dari konsep dan visi misi pemerintah. Grand strategy yang dimiliki Pemerintah Kota Medan saat ini sangat jelas dalam
visi misi pemerintah tersebut. Namun demikian persoalan ini masih banyak ditemukan Gepeng, masayarakat masih banyak yang jeleng fakir-miskin, hal ini
akibat tidak tersedianya lapangan pekerjaan, masyarakat pun tidak ada skil dan lain sebagainya sehingga mengakibatkan kemiskinan yang sistemik dan menjadi
turun temurun. Peran yang dilakukan pemerintah yang sudah menjadi programnya adalah:
1. Melakukan pendataan
Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Medan selaku pemerintah yang menangani persoalan tersebut mengaku kesulitan dalam
menangani gepeng tersebut terlebih dalam pendataan. Tidak banyak gepeng yang mau didata dan pendataannya sangat sulit sebab kebanyakan diantara mereka
banyak yang berpindah-pindah tempat untuk menggepeng. Gepeng khususnya pengemis kebanyakan musiman dan hal ini terjadi pada bulan ramadhan, banyak
pengemis yang berkeliaran untuk meminta-minta, sehingga data gepeng yang ada di dinas terkait tidak valid.
“setiap kali kami melakukan pendataan terhadap gepeng tersebut sulit sekali kami menemukan mereka, sebab setiap kami melakukan pendataan mereka
selalu menghindar, tidak mau didata kadang juga mereka mangkalnya di tempat yang berbeda-beda, ada yang mangkal di keramaian misalnya Terminal Amplas
dan Terminal Pinang Baris, emperan toko, keliling di rumah penduduk dan masih banyak lagi tempat yang dijadikan sebagai tempat mangkal mereka. Banyak juga
yang dari luar Kota Medan yang datang minta-minta kesini dan ini menjadi tugas kami sebagai pemerintah yang menangani masalah ini untuk menertibkannya”
42
b. Melakukan razia bagi para gepeng yang masih berkeliaran di jalan
.
Menghadapi persoalan gepeng yang terdapat di Kota Medan sudah berulang kali dilakukan razia dan penertiban dengan melibatkan polisi pamong
praja satpol-PP, namun sampai saat ini belum bisa dituntaskan. Setiap mereka tertangkap oleh Satpol-PP mereka dibawa ke kantor Dinas Sosial untuk dimintai
keterangan mengapa mengemis dan masih mangkal disana, setelah mereka diberikan pengertian mereka diberikan pesangon untuk membuka usaha kecil-
kecilan, akan tetapi mereka tetap masih beraktivitas seperti semula dan mereka menolak untuk diberikan pembinaan.
”43
Banyak sekali usaha yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk menangani masalah gepeng mulai dari pendataan yang mengalami kesulitan dari
para gepeng yang enggan mau didata kemudian razia yang bertujuan untuk menertibkan para gepeng pun tidak berhasil sepenuhnya karena pada dasarnya
42
Wawancara dengan Syarif Armansyah Lubis, selaku Kepala Dinas Sosial Kota Medan, tanggal 12 Mei2015.
43
Wawancara dengan M. Sofian, selaku Kepala Satuan Pamong Praja Kota Medan, tangal 14 Mei 2015.
para gepeng tidak mau dibina oleh pemerintah, ada sebagian dari gepeng yang mau dibina oleh pemerintah yang kini berada dalam asuhan pemerintah.
c. Melakukan pembinaan dan pelatihan
Melakukan pembinaan terhadap gepeng, pemerintah daerah Kota Medan melalui Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi terus melakukan dengan
maksimal, hanya saja pemerintah juga masih menemukan banyak kendala termasuk dari gepeng yang bersangkutan, seperti tidak mau didata, tidak mau
diberikan pelatihan keterampilan, padahal pemerintah telah memberikan dana bantuan, akan tetapi mereka susah meningalkan kebiasaan mereka itu.
“Gelandangan dan pengemis merupakan masalah sosial yang membutuhkan perhatian yang lebih, dimana mereka harus menanggung beban
sosial yang harus dihadapi yaitu: di cemooh oleh orang atau masyarakat dan terpinggirkan. Untuk mengatasi hal-hal ini kami melakukan beberapa usaha yang
akan membantu mereka yaitu melakukan pembinaan dan pelatihan kepada para gepeng. ”
44
44
Ibid
BAB IV PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 6
TAHUN 2003 TENTANG LARANGAN GELANDANGAN DAN PENGEMISAN SERTA PRAKTEK TUNA SUSILA
A. Upaya Pemerintahan Kota Medan dalam Penanganan