IMPLEMENTASI PERDA KOTA MEDAN NO. 6 TAHUN 2003 TENTANG LARANGAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS SERTA PRAKTEK TUNA SUSILA DI KOTA MEDAN (Studi Kasus di Dinsosnaker Kota Medan).

IMPLEMENTASI PERDA KOTA MEDAN NO. 6 TAHUN 2003
TENTANG LARANGAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS
SERTA PRAKTEK TUNA SUSILA DI KOTA MEDAN

(Studi Kasus di Dinsosnaker Kota Medan)

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH :
DEWI NURITA

NIM. 3123311010

FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2016

ABSTRAK
Dewi Nurita. 3123311010. “Implementasi Perda Kota Medan No. 6 Tahun 2003

tentang Larangan Gelandangan dan Pengemis serta Praktek Tuna Susila di
Kota Medan (Studi Kasus di Dinsosnaker Kota Medan)”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis implementasi Peraturan
Daerah Kota Medan No. 6 Tahun 2003 yang membahas mengenai pelaksanaan
larangan gelandangan dan pengemis di kota Medan serta faktor-faktor yang
mempengaruhi implementasi Peraturan Daerah Kota Medan No. 6 Tahun 2003. Alat
pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dokumentasi dan
studi pustaka. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data secara
kualitatif. Data yang terkumpul akan dianalisis, dikategorisasikan, dibandingkan dan
dihubungkan (dicari hubungan-hubungan yang saling terkait satu dengan yang
lainnya) untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan masalah penelitian. Melalui cara
penganalisisan data tersebut, diharapkan dapat ditemukan konsep dan kesimpulan
yang menjelaskan laporan atau hasil penelitian yang disusun secara sistematis untuk
mendeskripsikan secara objektif tentang implementasi kebijakan hukum terkait
penanganan gelandangan dan pengemis di Kota Medan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penyebab utama timbulnya gelandangan dan pengemis adalah
karena faktor urbanisasi, kemiskinan, dan budaya malas masyarakat. Adapun upaya
Dinsosnaker dalam menanggulangi permasalahan gelandangan dan pengemis adalah
dengan melakukan (1) Penertiban, (2) Pembinaan, (3) Sosialisasi dan Pelatihan, dan
(4) Pengadaan Panti dan Rumah Singgah. Namun dalam pelaksanaannya ada

beberapa hal yang menjadi penghambat, antara lain (1) Kurangnya sarana dan
prasarana, (2) Minimnya anggaran, dan (3) Kondisi sosial masyarakat itu sendiri.
Dari semua fakta yang ditemukan, terlihat bahwa Peraturan Daerah Kota Medan No.
6 Tahun 2003 ini tidak cukup optimal dalam menangani permasalahan gelandangan
dan pengemis di Kota Medan.

i

ABSTRACT
Dewi Nurita. 3123311010. "Implementation of Medan City Regulation on
Prohibition Homeless and Beggars and prostitutes Practices in Medan (Study
Case in Dinsosnaker Medan)".
This study aims to identify and analyze the implementation of the Regulation of
Urban Terrain No. 6 Year 2003 which discussed the implementation of the ban on
homeless and beggars in the city of Medan and the factors that affect the
implementation of the Regulation of Urban Terrain No. 6 Year 2003. Data collection
tools are observation, interviews, documentation and literature. Data analysis
technique used is the analysis of qualitative data. The data collected will be analyzed,
categorized, compared and linked (look for relationships that are intertwined with
each other) to achieve objectives according to research problem. By way of analyzing

the data, expected to be found concepts and conclusions that explain the report or the
research results compiled systematically to describe on the implementation of legal
policies on handling homeless and beggars in the city of Medan. The results showed
that the main cause of homeless and beggars is due to urbanization, poverty, culture
and lazy society. The Dinsosnaker efforts in tackling the problem of vagrants and
beggars is to do (1) Control, (2) Development, (3) socialization and training, and (4)
Procurement Institution and Shelter Home. However, in practice there are some
things that become an obstacle, among others (1) Lack of facilities and infrastructure,
(2) lack of budget, and (3) the social condition of the community itself. Of all the
facts found, it appears that the Medan City Regional Regulation No. 6 Year 2003 is
not quite optimal in addressing the problems of homeless and beggars in the city of
Medan.

ii

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan karuniaNya, penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat waktu. Shalawat
beriring salam juga senantiasa dipersembahkan kepada seorang intan permata di dalam surga,
Nabi Besar Muhammad SAW.
Skripsi ini berjudul, “Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan No. 6 Tahun 2003

tentang Larangan Gelandangan dan Pengemis serta Praktek Tuna Susila di Kota Medan.”
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
pendidikan pada Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Medan.
Dalam penulisan skripsi ini, tentunya banyak pihak yang telah memberikan bantuan
baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan
terimakasih yang tiada hingganya kepada:

1. Bapak Majda El Muhtaj, M.Hum selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan dalam
menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Dra. Yusna Melianti, MH selaku Dosen Pembimbing Akademik selama
menjalankan perkuliahan di Jurusan PPKn.

3. Ibu Dr. Reh Bungana PA, SH, M.Hum dan Bapak Arief Wahyudi, MH selaku Ketua
dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.

4. Dosen se-lingkungan Jurusan PPKn yang selama empat tahun telah mendidik
dan memberikan banyak ilmu.


iii

5. Dinsosnaker dan Balitbang Kota Medan yang telah berkenan memberikan izin
untuk mengadakan penelitian terkait skripsi ini.
6. Secara khusus, terimakasih kepada seorang perempuan luar biasa yang belasan tahun
telah berperan sebagai ibu sekaligus ayah yang hebat untukku, Ibunda Epi Novita,
serta terimakasih pada satu-satunya Abangku, Firman Syah Piliang.

7. Orangtuaku selama di Kota Medan, Mak Uwo Mai Yusnita Chan dan Mak
Etek Afrianto Piliang yang selalu memberikan dukung moril maupun materiil
dalam penyelesaian skripsi ini.
8. Sahabat-sahabat 4 Idiots yang selalu menjadi tempat curahan suka dan duka
selama empat tahun ini, Dwi Prasasvita, Ryka Meliana Turnip, dan Sherlyna
Sinaga. Terimakasih saling membantu penyelesaian skripsi ini,
9. Teman satu generasi satu perjuanganku, yang selama empat tahun menjadi tempat
berbagi dalam suka duka perjuangan mencapai gelar sarjana, Kelas Eksata (Ekstensi
A Tercinta) 2012.

10. Keluarga kecilku, Ikatan Penulis Muda PPKn (Ipena PPKn) yang telah menjadi

wadah untuk menuangkan segala ide-ide gila dan menjadi rumah kedua di kampus,
serta pendiri-pendiri Ipena PPKn yang selalu menjadi inspirasi dan motivasi untuk
berkarya, Abang Darwin Putra Sitepu, Maruntung Sihombing, Roy Martin Simamora
dan Eka Azwin Lubis serta teman-teman anggota seangkatan, Toba Sastrawan

Manik, Oksari Sihaloho, dan Sri Suci Ramadhani.

iv

11. Teman-teman satu bimbingan skripsi, Desi Polaria, Hernita Silalahi, Rosalika,
Hafizhudin, dan Desi Yanti yang saling membantu dalam suka duka
penyelesaian skripsi ini.
12. Teman-teman PPLT SMP Negeri 1 Pagar Merbau yang selama tiga bulan
tinggal bersama dan bersama belajar menjadi seorang pendidik yang baik.
13. Dompet Dhuafa Waspada Medan dan Teman-teman Dompet Dhuafa
Volunteer Sumut yang beberapa bulan terakhir ini mengajarkanku arti
berbakti untuk negeri dan memberikan semangat baru di tengah kejenuhan
menyusun skripsi.
14. Semua pihak yang yang telah membantu penyusunan skripsi ini baik secara
langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Meskipun skripsi ini telah disusun dengan upaya maksimal, namun tentunya
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, sangat diaharapkan saran dan kritikan
dari pembaca sekalian. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan
kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta bagi pihak-pihak terkait dalam
membuat sebuah kebijakan.

Medan, Juni 2016

Dewi Nurita

v

DAFTAR ISI
ABSTRAK……………………………………………………………………………………………………………....... ii
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………………….. iii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………………….. vi
DAFTAR TABEL.……………………………………………………………………………………………………… vii
DAFTAR BAGAN……………………………………………………………………………………………………. ix
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………………………………………………….. x
BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………………………………………………………... 1

A. Latar Belakang Masalah.………………………………………………………………………………..... 1
B. Identifikasi Masalah……………………………………………………………………………………...... 5

C. Pembatasan Masalah……………………………………………………………………………………..... 6

D. Rumusan Masalah…………………………………………………………………………………………. 6
E. Tujuan Penelitian………………………………………………………………………………………….. 6
F. Manfaat Penelitian………………………………………………………………………………………... 7
BAB II. KAJIAN PUSTAKA……………………………………………………………………………………....8

A. Kerangka Teoritis…………………………………………………………………………………………....8

1. Gepeng sebagai Patologi Sosial…………………………………………………………………...8

2. Gepeng dan Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan…………………………………....12
3. Fungsi Hukum dalam Masyarakat……………………………………………………………...13

4. Peran Pemerintah dalam Mengatasi Gepeng………………………………………………..17

B. Kerangka Berpikir………………………………………………………………………………………….21

C. Hipotesis……………………………………………………………………………………………….……. 24

BAB III. METODE PENELITIAN…………………………………………………………………………….. 25
A. Jenis Penelitian…………………………………………………………………………………………….. 25
B. Lokasi Penelitian………………………………………………………………………………………….. 25
C. Bentuk Penelitian…………………………………………………………………………………………. 26

D. Sumber Data Penelitian…………………………………………………………………………………. 26
vi

E. Teknik Pengumpulan Data…………………………………………………………………………….. 27
F. Teknik Pemilihan Informan…………………………………………………………………………… 28

G. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional…………………………………………………… 30

H. Teknik Analisis Data…………………………………………………………………………………….. 31
I.

Instrumen Penelitian……………………………………………………………………………………... 33


BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………………………………………………. 34
A. Hasil Penelitian……………………………………………………………………………………………. 34

1. Deskripsi Objek Penelitian………………………………………………………………………. 34
2. Deskripsi Hasil Penelitian………………………………………………………………………...41

B. Pembahasan Hasil Penelitian…………………………………………………………………………. 57
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………………………………………... 73
DAFTAR KEPUSTAKAAN…………………………………………………………………………………….. 76
LAMPIRAN-LAMPIRAN

vii

DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Perkotaan & Perdesaan di
Sumatera Utara…………………………………………………………………………43
Tabel 2 : Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Sumatera Utara Tahun
2012- 2015……………………………………………………………………………...44
Tabel 3 : Jumlah Gelandangan dan Pengemis Hasil Penertiban Dinsosnaker
Tahun 2012-2015……………………………………………………………………47


viii

DAFTAR BAGAN
Bagan 1 : Struktur Organisasi Dinsosnaker Kota Medan……………………………………………..19
Bagan 2 : Kerangka Berpikir……………………………………………………………………………………23

ix

DAFTAR LAMPIRAN

1. Peraturan Daerah Kota Medan No. 6 Tahun 2003 tentang Larangan
Gelandangan dan Pengemis serta Praktek Tuna Susila di Kota Medan.
2. Foto Dokumentasi Penelitian
3. Riwayat Hidup
4. Nota Tugas
5. Surat Pernyataan Keaslian Tulisan
6. Surat Keterangan Pengantar Penelitian dari Jurusan
7. Surat Keterangan Penelitian dari Fakultas
8. Surat Keterangan Penelitian dari Tempat Penelitian
9. Surat Keterangan Bebas Pustaka Jurusan
10. Surat Keterangan Bebas Pustaka Unimed
11. Kartu Kendali Bimbingan Skripsi
12. Kartu Bukti Mengikuti Seminar Proposal

x

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah negara kesejahteraan (welfare state). Itulah konsep negara
yang dianut oleh bangsa Indonesia sebagaimana pernyataan Jimly Ashiddiqie (dalam
Soendoro, 2009:35) bahwa, “Undang-Undang Dasar 1945 bukan hanya konstitusi
politik, tetapi juga konstitusi ekonomi dan sosial budaya, dan karena itulah konsep
negara yang dianut dalam Undang-Undang Dasar 1945 adalah negara kesejahteraan.”
Namun jika berbagai masalah ekonomi, pendidikan, kesehatan, pendidikan, rasa
aman dan kesejateraan umum belum terselesaikan dengan baik, maka konsep tersebut
patut dipertanyakan.
Makin “menjamurnya” gelandangan dan pengemis di perkotaan merupakan
salah satu dari banyak permasalahan yang butuh perhatian yang serius. Fenomena
gelandangan dan pengemis seolah sudah menjadi bagian dari kehidupan di kota-kota
besar di Indonesia. Fenomena yang tadinya dianggap sudah biasa, kemudian menjadi
hal yang sangat mengganggu kenyamanan umum, karena jumlah mereka semakin
besar. Sungguh sangat ironis ketika mengitari jalan di sela-sela aktivitas sehari-hari,
sering terlihat dalam pengamatan begitu banyaknya gelandangan dan pengemis, dari
mulai kalangan lanjut usia, dewasa, remaja, bahkan anak-anak hingga bayi pun turut
serta dibawa oleh orang tuanya di tengah teriknya matahari untuk meminta-minta.

2

Ataupun yang lebih ironis, banyak orang-orang yang masih berbadan sehat, tetapi
memilih hidup bergelandangan di jalanan.
Setiap upaya penanggulangan masalah gelandangan dan pengemis secara
tuntas, menuntut peninjauan sampai ke akar masalah. Tak ada jalan pintas untuk
menanggulangi masalah gelandangan dan pengemis ini. Penanggulangannya tidak
dapat dilakukan dengan tergesa-gesa dan tidak dapat disederhanakan. Eksistensi
gelandangan dan pengemis (gepeng) dalam lingkungan masyarakat merupakan suatu
patologi sosial yang harus diberantas. Jika tidak, maka jumlahnya semakin banyak
dari waktu ke waktu.
Studi historis fenomena gepeng di berbagai kota, hampir disepakati bahwa
fenomena gepeng muncul bersamaan gerakan developmentalisme, modernisasi, dan
industrialisasi (Ahmad, Vol.7, No.2, 2010:2). Alhasil, banyak penduduk dari desa
yang ingin mengadu nasib di perkotaan. Namun, banyak pula dari mereka yang tidak
memiliki kompetensi, modal, ataupun keterampilan yang memadai untuk dapat
bekerja selayaknya, hingga akhirnya menjadi gelandangan ataupun pengemis di
perkotaan. Selain itu, penyebab betambahnya jumlah gepeng ini merupakan salah
satu dampak dari kemiskinan, baik kemiskinan yang disebabkan oleh permasalahan
struktural maupun permasalahan kultural (dalam Opini Harian Analisa, 21/01/2014).
Kemiskinan merupakan suatu persoalan yang pelik dan multidimensional,
sehingga harus diselesaikan dengan sudut pandang yang multidimensi pula.
Permasalahan gepeng mempunyai kelekatan dengan permasalahan-permasalahan lain,
seperti, pendidikan, ekonomi, sosial, politik serta hukum. Permasalahan ini bahkan

3

kian kompleks, manakala gelandangan dan pengemis sudah dianggap sebagai
“profesi”, bahkan sudah mengarah pada tindak kriminal, seperti menggores kaca
mobil pengendara yang tidak memberi uang pada mereka.
Secara hukum, larangan untuk mengemis atau bergelandangan sudah
tercantum jelas dalam Pasal 504 dan Pasal 505 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP). Sebagai tindak lanjut, berbagai daerah di Indonesia juga telah memiliki
regulasi tersendiri dalam menangani permasalahan gelandangan dan pengemis yang
makin “menjadi”. Tak terkecuali Kota Medan sebagai salah satu kota besar di
Indonesia, juga telah memiliki peraturan daerah mengenai larangan gelandangan dan
pengemis yang ditegaskan dalam Perda Kota Medan No. 6 Tahun 2003 tentang
Larangan Gelandangan dan Pengemis serta Praktek Tuna Susila di Kota Medan.
Meskipun Perda ini juga menuai banyak pro kontra, sebab Pasal 34 UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dengan tegas menjamin bahwa, “Fakir miskin dan
anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.”
Namun terlepas dari pro dan kontra yang ada, peraturan daerah merupakan
sebuah kebijakan yang sejatinya harus ditaati dan dilaksanakan. Sebab ihwalnya,
tujuan pembuatan peraturan perundang-undangan adalah untuk mencapai ketertiban.
Secara legitimasi yang berpengaruh terhadap ketahanan sosial sebagai tujuan negara
(Utsman,

2008:37).

Namun

dalam

penerapannya,

hukum

di

masyarakat

sesungguhnya tidak sesederhana ketika hukum itu selesai dibuat, kemudian langsung
dapat diterapkan.

4

Hukum sebagai sesuatu yang akan bersinggungan langsung dengan
masyarakat, jelas akan banyak bergelut dengan sekian banyak dimensi dan faktor
yang hidup di dalam masyarakat. Tertib hukum akan terganggu akibat adanya
kejahatan dan pelanggaran hukum. Perkembangan hukum itu sendiri makin lama
akan ketinggalan, karena kemampuannya dalam merumuskan hukum maupun
pelaksanaannya akibat kondisi kehidupan masyarakat yang majemuk dan semakin
kompleks. Pada gilirannya, terjadi pertentangan kepentingan hidup dalam masyarakat
dan akhirnya muncul perlawanan terhadap hukum itu, dapat menimbulkan masalah
sosial (Hatta, 2010:12).
Penegakan hukum selalu melibatkan manusia serta tingkah lakunya. Hukum
tidak dapat tegak dengan sendirinya, artinya hukum tidak mampu mewujudkan
sendiri janji-janji serta kehendak-kehendak yang tercantum dalam (peraturanperaturan) hukum. Janji dan kehendak tersebut, misalnya untuk memberikan hak
kepada seseorang, mengenakan pidana terhadap seseorang yang memenuhi
persyaratan tertentu dan sebagainya (Rahardjo, 2011:7). Terkadang peraturan yang
telah dibuat malah kerap hanya dianggap angin lalu oleh sebagian masyarakat.
Buktinya, gelandangan dan pengemis semakin menjamur di berbagai tempat di Kota
Medan, meski peraturan akan larangan untuk melakukan perbuatan bergelandangan
dan mengemis telah diatur dengan sanksi yang jelas pula di dalamnya.
Seperti halnya Perda Kota Medan No. 6 Tahun 2003 tentang Larangan
Gelandangan dan Pengemis serta Tuna Susila. Dengan adanya sebuah peraturan,
negara diharapkan memiliki kehidupan bernegara menjadi lebih baik. Namun dilihat

5

dari kenyataannya, Perda ini serasa tidak menyentuh akar persoalan yang sebenarnya
dari masalah gelandangan dan pengemis khususnya di Kota Medan. Gelandangan dan
pengemis masih saja menjadi permasalahan yang ber-kepanjangan. Oleh karena itu,
penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Implementasi Perda
Kota Medan No. 6 Tahun 2003 tentang Larangan Gelandangan dan Pengemis serta
Praktek Tuna Susila di Kota Medan (Studi Kasus di Dinsosnaker Kota Medan).”
B. Identifikasi Masalah
Dalam suatu penelitian, perlu diidentifikasi masalah yang akan diteliti
menjadi terarah dan jelas tujuannya, sehingga tidak terjadi kesimpangsiuran di dalam
membahas dan meneliti masalah yang ada. Jika identifikasi masalah sudah jelas, tentu
dapat dilakukan penelitian lebih mendalam.
Berdasarkan latar belakang, penulis dapat mengidentifikasi masalah dalam
penelitian ini sebagai berikut;
1. Faktor penyebab semakin banyaknya jumlah gelandangan dan pengemis di
Kota Medan.
2. Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan No. 6 Tahun 2003 Larangan
Gelandangan dan Pengemis serta Praktek Tuna Susila di Kota Medan, dalam
penanganan gelandangan dan pengemis di Kota Medan.
3. Peran Dinsosnaker dalam menangani masalah gelandangan dan pengemis
pengemis di Kota Medan.

6

4. Efektifitas sanksi hukum dalam menangani gelandangan dan pengemis
pengemis di Kota Medan.
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah mutlak dilakukan dalam setiap penelitian. Agar peneliti
terarah dan juga tidak luas. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh
Sukmadinata (2005:301) bahwa “Pembatasan masalah ialah membatasi variabel atau
aspek mana yang diteliti dan mana yang tidak.” Untuk menghindari pembahasan
yang terlalu luas dan hasil yang mengambang, maka yang menjadi pembatasan
masalah dalam penelitian ini ialah:
1. Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan No. 6 Tahun 2003 tentang
Larangan Gelandangan dan Pengemis serta Praktek Tuna Susila di Kota
Medan dalam penanganan gelandangan dan pengemis di Kota Medan.
2. Peran Dinas Sosial dan Tenaga Kerja (Dinsosnaker) dalam menangani
permasalahan gelandangan dan pengemis di Kota Medan.
D. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana implementasi Perda Kota Medan No.6 Tahun 2003 tentang
Larangan Gelandangan dan Pengemis serta Praktek Tuna Susila di Kota
Medan dalam penanganan gelandangan dan pengemis di Kota Medan?
2. Bagaimana peran Dinas Sosial dan Tenaga Kerja (Dinsosnaker) dalam
menangani permasalahan gelandangan dan pengemis di Kota Medan?

7

E. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana implementasi Perda Kota Medan No.6 Tahun
2003 tentang Larangan Gelandangan dan Pengemis serta Praktek Tuna Susila
di Kota Medan, dalam penanganan gepeng di Kota Medan.
2. Untuk

memahami

bagaimana

peran

Dinsosnaker

dalam

menangani

permasalahan gelandangan dan pengemis di Kota Medan.
F. Manfaat Penelitian
Tidak ada penelitian yang tidak memiliki manfaat. Penelitian yang baik, harus
dapat dimanfaatkan. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
a) Secara Teoretis
Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran kepada pemerintah selaku pemegang kebijakan, dalam menangani
permasalahan gelandangan pengemis sesuai implementasi Perda Kota Medan
No. 6 Tahun 2003 tentang Larangan Gelandangan dan Pengemis serta Praktek
Tuna Susila di Kota Medan.
b) Secara Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak
terkait yaitu Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan untuk
memaksimalkan peran dan fungsinya dalam menangani permasalahan
gelandangan dan pengemis di Kota Medan.

73

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan pembahasan penelitian ini, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa:
1. Peraturan Daerah Kota Medan No. 6 Tahun 2003 tentang Larangan
Gelandangan dan Pengemis serta Tuna Susila di Kota Medan sudah terbilang
usang dan tidak sesuai lagi untuk diberlakukan, mengingat beberapa
konsideran yang digunakan dalam Perda ini pun juga telah mengalami
beberapa kali perubahan. Dalam implementasinya, Peraturan Daerah Kota
Medan No. 6 Tahun 2003 belum dapat membantu menjawab persoalan
gepeng di Kota Medan. Adapun sanksi hukum/ketentuan pidana yang
diberlakukan untuk menangani permasalahan gelandangan dan pengemis
tersebut juga dinilai tidak efektif dan tidak mencerminkan nilai-nilai
kemanusiaan.
2. Dalam pelaksanaannya, Dinsosnaker Kota Medan telah berupaya melakukan
upaya pengentasan kemiskinan dan kegiatan penanaggulangan gelandangan
dan pengemis berupa penertiban, pembinaan lanjutan, dan usaha rehabilitasi
di panti sosial, meskipun hasilnya belum maksimal. Faktor penghambat bagi
Dinsosnaker dalam penanggulangan gelandangan dan pengemis di Kota

74

Medan antara lain yaitu; Kurangnya sarana dan prasarana, minimnya
anggaran, dan kondisi sosial masyarakat itu sendiri.
B. Saran
Berdasarkan

hasil

penelitian

yang

dilakukan,

menunjukkan

adanya

kecenderungan program-program yang dilakukan oleh Dinas Sosial dan Tenaga Kerja
belum menyentuh pada persoalan penanganan gelandangan dan pengemis di Kota
Medan. Untuk itu, ada beberapa saran yang dianggap penting dalam menangani
permasalahan geladangan dan pengemis di Kota Medan, yakni;
1. Kepada para pembuat kebijakan, diharapkan perlu adanya revisi terhadap
Peraturan Daerah Kota Medan No. 6 Tahun 2003 tentang Larangan
Gelandangan dan Pengemis serta Tuna Susila di Kota Medan kepada
peraturan yang lebih efektif dan rasional untuk menjawab permasalahan
gelandangan dan pengemis di Kota Medan. Peraturan yang bukan sekedar
menghapus gepeng bukan dari jalanan, melainkan harus memperhatikan
jaminan dan perlindungan sosial gelandangan dan pengemis sebagaimana
yang dijamin dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Kepada Dinsosnaker Kota Medan, diharapkan adanya peningkatan kinerja,
koordinasi dan sinergi dari lembaga/aparat penegak hukum terkait yaitu
Satpol PP Kota Medan, Polresta Medan dan Dinas Sosial Tingkat Provinsi,
LSM, dan lembaga terkait lainnya dalam penanganan gelandangan dan
pengemis di Kota Medan. Secara teknis, perlu dilakukan program-program
pengentasan gelandangan dan pengemis yang berbasis masyarakat, sehingga

75

diharapkan adanya tindakan kolektif untuk mewujudkan masyarakat yang
dapat hidup lebih mandiri untuk memperbaiki kondisi kehidupan sosial
ekonominya. Selain itu, upaya preventif sangat perlu dilakukan, seperti
sosialisasi, pendekatan persuasif dan bimbingan sosial kepada masyarakat,
khususnya pengarahan akan pentingnya pendidikan orangtua terhadap anak.
Dengan begitu diharapkan dapat mengatasi persoalan gepeng mulai dari
akarnya, sehingga terwujud perubahan menuju kota yang lebih tertib.

DAFTAR KEPUSTAKAAN
Buku
Ali, Zainudin. 2008. Sosiologi Hukum. Jakarta: Penerbit Sinar Grafika.
Arikunto, Suharsimi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Barber, Benjamin. 2013. If Major Ruled the World, Dysfuncional Nations, Rising
Cities. New York: Yale University Press.
Dewata, Mukti Fajar Nur dan Yulianto Achmad, 2010. Dualisme Penelitian Hukum
Normatif dan Empiris. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hatta, Moh. 2010. Kebijakan Politik Kriminal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hoelman, Michael.B, dkk. 2015. Panduan SDGs: Untuk Pemerintah Daerah dan
Pemangku Kepentingan Daerah. Jakarta: International NGO Forum on
Indonesia Development.
Irawan, Dimas Dwi. 2013. Pengemis Undercover. Jakarta: Titik Media Publisher.
Kartono, Kartini. 2003. Patologi Sosial 2: Kenakalan Remaja. Jakarta: Rajawali Pers.
Mardalis. 2009. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi
Aksara.
Mujahidin, Ahmad. 2007. Peradilan Satu Atap di Indonesia. Bandung: Refika
Aditama.
Nasution, Faisal Akbar. 2009. Pemerintah Daerah dan Sumber-Sumber Pendapatan
Asli Daerah. Jakarta: Sofmedia.
Rahardjo, Satjipto. 2011. Penegakan Hukum Suatu Tinjauan Sosiologis. Yogyakarta:
Genta Publishing.
Setiawan, Deny. 2014. Metodologi Penelitian. Medan: Unimed Press.
Soendoro, Emir. 2009. Jaminan Sosial Solusi Bangsa Indonesia Berdikari. Jakarta:
Dinov Progress Indonesia.

76

Soekanto, Soerjono. 2012. Pokok-Pokok Sosiologi Hukum. Jakarta:Rajawali Press.
Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : ALFABETA.
Sukmadinata. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Rosdakarya.
UNDP. 2015. Konvergensi Agenda Pembangunan: Nawa Cita, RPJMN, and SDGs.
Jakarta: UNDP Indonesia Country Office.
Utsman, Sabian. 2008. Menuju Penegakan Hukum Responsif. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Wreksosuhardjo, Sunarjo. 2005. Ilmu Pancasila Yuridis Kenegaraan dan Ilmu
Filsafat Pancasila. Yogyakarta: Andi Offset.
Artikel/Jurnal
Ahmad Mujahidin, 2014, Penegakan Hukum Jangan Tersandera Pemberitaan
Media, Varia Peradilan: Tahun XXIX No. 344, Jakarta, h. 105
Maghfur, Ahmad. “Strategi kelangsungan hidup gelandangan-pengemis (Gepeng)”,
dalam Jurnal Penelitian, No.2 Vol. 7, November 2010.
Lynch, P. 2004. Begging for Change: Homelessness and the Law. Melbourne
University Law Review. Vol.26.Melbourne.
Piliang, Dewi Nurita. “Miskin Bukan Budaya”, dalam Opini Harian Analisa Medan,
21 Januari 2014.
Somantri, Gumilar R. 2005. Memahami Metode Kualitatif. Jurnal Makara Sosial
Humaniora. 9 (2) 57-65.
Wahyudi, Agus. Moralitas, Keadilan dan Peran Negara: Masalah Pengalihan
Subsidi, Majalah Flamma, Institute For Research And Empowerment (ire),
Yogyakarta, Edisi 23, Volume 10, April 2005.
Peraturan Perundang-undangan
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
UU No.11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial.
UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
77

UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah.
PP No. 39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial.
Perda Kota Medan No. 6 Tahun 2003 tentang Larangan Gelandangan dan Pengemis
serta Praktek Tuna Susila di Kota Medan.

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
Situs Internet

Disosnaker.pemkomedan.go.id
Kbbi.web.id

78