PENGARUH STRUKTUR DAN MEKANISME CORPORATE GOVERNACE TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN Pengaruh Struktur dan Mekanisme Corporate Governance terhadap Tingkat Kepatuhan Mandatory Disclosure (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI yang Terga

PENGARUH STRUKTUR DAN MEKANISME CORPORATE GOVERNACE
TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN
MANDATORY DISCLOSURE

(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI yang
Tergabung pada JII Periode 2011-2015)

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Oleh:
WIDIA INDRIYATI
B 200 130 044

PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017

HALAMAN PERSETUJUAN


PENGARUH STRUKTUR DAN MEKANISME CORPORATE GOVERNACE
TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN
MANDATORY DISCLOSURE

(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI yang
Tergabung pada JII Periode 2011-2015)

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh:

WIDIA INDRIYATI
B 200 130 044

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen Pembimbing

Dr. Erma Setiawati, M.M., Ak., CA.


i

PENGARUH STRUKTUR DAN MEKANISME CORPORATE GOVERNACE
TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN
MANDATORY DISCLOSURE

(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI yang
Tergabung pada JII Periode 2011-2015)
Abstrak
Penelitian ini memiliki tujuan yaitu mengetahui pengaruh kepemilikan
manajerial, kepemilikan institusional, jumlah komite audit, jumlah rapat komite audit,
proporsi komisaris independen, dan jumlah rapat dewan komisaris terhadap tingkat
kepatuhan mandatory disclosure. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI yang tergabung pada JII periode 2011-2015 yang
berjumlah 111 perusahaan. Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel
menggunakan metode purposive sampling. Penelitian ini dalam menganalisis data
menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan proporsi komisaris
independen berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure,
sedangkan jumlah komite audit, jumlah rapat komite audit, dan jumlah rapat dewan

komisaris tidak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure.
Kata kunci: kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, jumlah komite audit,
jumlah rapat komite audit, proporsi komisaris independen, jumlah rapat
dewan komisaris, tingkat kepatuhan mandatory disclosure
Abstract
The purpose of this research is to know the effect of managerial ownership,
institutional ownership, the number of the audit committee, the number of audit
committee meetings, the proportion of independent commissioners, and the number of
board meetings on the level of compliance with mandatory disclosure. The population
in this research is manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange
are incorporated in the JII period 2011-2015 totaling 111 companies. In this study,
the sampling technique used purposive sampling method. This study in analyzing data
using multiple linear regression analysis. The results showed that managerial
ownership, institutional ownership, and the proportion of independent commissioners
effect on the level of compliance with mandatory disclosure, while the number of the
audit committee, the number of audit committee meetings, and the number of board
meetings does not affect the level of compliance with mandatory disclosure.
Keywords: managerial ownership, institutional ownership, the number of the audit
committee, the number of audit committee meetings, the proportion of
independent directors, the number of board meetings, the compliance

level of mandatory disclosure.

1

1. PENDAHULUAN
Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang mempunyai kegiatan
mengolah bahan baku menjadi barang jadi dan kemudian menjual bahan jadi tersebut.
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang tergabung
pada Jakarta Islamic Index (JII) ini sebagai tolak ukur kinerja saham-saham yang
berbasis syariah serta untuk lebih mengembangkan pasar modal syariah.
Pada perusahaan terdapat pernyataan mengenai informasi perusahaan yang
semestinya dapat diakses oleh masyarakat umum yang membutuhkan. Informasi
dalam perusahaan dalam mandatory disclosure tersebut disempurnakan dengan
adanya peraturan BAPEPAM dan LK Nomor: Kep-431/BL/2012 yang berguna untuk
meningkatkan kualitas keterbukaan informasi dalam laporan tahunan emiten dan
perusahan publik sebagai sumber informasi penting bagi pemegang saham dan
masyarakat dalam membuat keputusan dalam berinvestasi.
Kepemilikan manajerial merupakan persentase saham yang dimiliki oleh manajer
dan direktur perusahaan pada akhir tahun untuk masing-masing periode pengamatan.
Dengan adanya kepemilikan saham oleh pihak manajemen akan menimbulkan suatu

pengawasan terhadap kebijakan-kebijakan yang diambil oleh manajemen perusahaan.
Menurut Fauziah (2015) kepemilikan manajerial berpengaruh pada tingkat kepatuhan
mandatory disclosure.

Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan jumlah saham perusahaan oleh
lembaga keuangan non bank dimana lembaga tersebut mengelola dana atas nama
orang lain. Lembaga-lembaga kepemilikan institusional ini berupa perusahaan reksa
dana, perusahaan dana pensiun, perusahaan asuransi, perusahaan investasi, yayasan
swasta, wakaf atau badan besar lainnya yang mengelola dana atas nama orang lain.
Menurut Alvionita dan Taqwa (2015) kepemilikan institusional berpengaruh pada
tingkat kepatuhan mandatory disclosure.
Komite audit memiliki peran dalam mengawasi pihak manajemen agar tidak
melakukan tindakan yang dapat menguntungkan dirinya sendiri sehingga dapat
merugikan pemilik perusahaan (Gunawan dan Hendrawati, 2016). Tugas utama
2

komite audit yaitu mendorong diterapkannya Good Corporate Governance,
terbentuknya suatu struktur pengendalian internal yang memadai, meningkatkan
kualitas keterbukaan, dan pelaporan keuangan serta mengkaji ruang lingkup,
ketepatan, kemandirian, dan objektivitas akuntan publik. Menurut Supriyono,

Mustaqim, dan Suhardjanto (2014) jumlah komite audit berpengaruh pada tingkat
kepatuhan mandatory disclosure.
Pada pengungkapan laporan keuangan juga akan semakin efektif apabila rapat
komite audit dilaksanakan secara rutin dan dapat juga dipandang sebagai perusahaan
yang terarah dengan baik. Menurut FCGI (2001) dalam Surpiyono, Mustaqim, dan
Suhardjanto (2014) komite audit dalam melaksanakan kewajiban dan tanggung jawab
yang menyangkut sistem pelaporan keuangan, perlu mengadakan rapat tiga sampai
empat kali dalam setahun. Menurut Supriyono, Mustaqim, dan Suhardjanto (2014)
jumlah rapat komite audit berpengaruh pada tingkat kepatuhan mandatory disclosure.
Keberadaan komisaris independen sangat diperlukan, komisaris independen dalam
praktiknya merupakan anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan direksi,
anggota dewan komisaris lainnya, pemegang saham pengendali, serta bebas dari
hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya
untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan
perusahaan. Menurut Hafiz M, Adriani, dan Chairina (2015) proporsi komisaris
independen berpengaruh pada tingkat kepatuhan mandatory disclosure.
Dewan komisaris harus memiliki jadwal yang tetap dan rutin dalam pertemuan
dalam rapat dewan komisaris. Hal tersebut dilakukan untuk mempermudah memantau
kinerja manajemen untuk melakukan pengungkapan laporan keuangan untuk
memberikan transparansi informasi bagi para investor. Menurut Sutiyok dan

Rahmawati (2014) jumlah rapat dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap
tingkat kepatuhan mandatory disclosure.

3

2. METODE
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) yang tergabung pada Jakarta Islamic Index (JII) selama
periode 2011-2015 yang berjumlah 111 perusahaan. Pada penelitian ini teknik
pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling yaitu sampel atas
dasar kesesuaian karakteristik sampel dengan kriteria pemilihan sampel yang
ditentukan.
Tingkat KepatuhanMandatory Disclosure (Variabel Dependen)
Pengungkapan merupakan suatu bentuk yang dapat dilakukan oleh manajemen
perusahaan untuk memberikan informasi kepada para investor dan calon investor.
Item tingkat kepatuhan mandatory disclosure oleh BAPEPAM dan LK Nomor: Kep431/BL/2012 terdapat total skor tingkat kepatuhan mandatory disclosure adalah 152.
Indikator tingkat kepatuhan mandatory disclosure dengan cara memberi skor 1 untuk
item yang diungkapkan, skor 0 pada item yang tidak diungkapkan, dan NA (Not
Applicable) pada item yang tidak dapat diterapkan pada perusahaan tersebut menurut


Al-Mutawaa dan Hewaidy (2010) dalam Utami, Suhardjanto, dan Hartoko (2012).
=

x 100%

Dimana:
= Skor kepatuhan pengungkapan wajib perusahaan manufaktur B
pada tahun Y
= Jumlah item yang diungkapkan perusahaan manufakturpada tahun
Y
= Nilai maksimum yang mungkin dicapai perusahaan manufaktur B
pada tahun Y
Kepemilikan Manajerial (Variabel Independen)
Semakin banyak kepemilikan saham manajerial maka semakin besar pula
tanggung jawab yang dimiliki oleh perusahaan. Menurut Kusumawati, Sari, dan

4

Trisnawati (2013) indikator yang digunakan dalam mengukur kepemilikan manajerial

adalah menggunakan variabel dummy, yaitu apabila terdapat kepemilikan manajerial
diberi nilai 1, sedangkan apabila tidak terdapat kepemilikan manajerial diberi nilai 0.
Kepemilikan Institusional (Variabel Independen)
Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham perusahaan yang
dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan
investasi, dan kepemilikan institusi lain. Menurut Widjayanti dan Wahidawati (2015)
indikator yang digunakan adalah persentase jumlah saham yang dimilki institusi dari
seluruh saham yang beredar.
x 100%

KI =

Jumlah Komite Audit (Variabel Independen)
Komite audit memiliki tugas dan tanggung jawab untuk melakukan penelaahan
informasi keuangan yang akan dikeluarkan oleh perseroan. Menurut Barako (2007)
dan Kent dan Stewart (2008) dalam Supriyono, Mustaqim, dan Suhardjanto (2014)
indikator pengukuran jumlah komite audit dengan cara menggunakan jumlah anggota
komite audit dalam suatu perusahaan.
Jumlah Rapat Komite Audit (Variabel Independen)
Rapat


yang

dilaksanakan

oleh

komite

audit

yang

difungsikan

untuk

mengoordinasikan dan mengkomunikasikan antara pihak manajemen maupun auditor
eksternal mengenai pengungkapan yang ada pada laporan keuangan. Menurut
Allegrini dan Greco (2011) dalam Widjayanti dan Wahidawati (2015) indikator untuk

mengukur jumlah rapat komite audit ini dengan cara jumlah rapat komite audit yang
dilakukan dalam satu tahun.
Proporsi Komisaris Independen (Variabel Independen)
Proporsi komisaris independen berfungsi untuk memastikan transparansi, struktur
yang sehat, dan pengambilan keputusan yang rasional. Menurut Abeysekera (2008),
Suhardjanto dan Dewai (2012), dan Ettredge et al. (2010) dalam Supriyono,
Mustaqim, dan Suhardjanto (2014) proporsi komisaris independen diukur

5

berdasarkan

persentase

(%)

antara

jumlah

anggota

komisaris

independen

dibandingkan dengan total anggota dewan komisaris.
x 100%

PCI =

Jumlah Rapat Dewan Komisaris (Variabel Independen)
Rapat dewan komisaris harus memiliki jadwal pertemuan tetap dan dapat
dilakukan pertemuan tambahan sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Menurut
Ettredge et al. (2010) serta Allegrini dan Greco (2011) dalam Utami, Suhardjanto,
dan Hartoko (2012) indikator pengukuran jumlah rapat dewan komisaris yaitu jumlah
rapat yang dilakukan oleh dewan komisaris dalam satu tahun.
Metode Analisis Data
Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis regresi
linier berganda yang bertujuan untuk menguji hubungan pengaruh antara satu
variabel terhadap variabel lain. Variabel yang dipengaruhi disebut variabel dependen,
sedangkan variabel yang mempengaruhi disebut variabel bebas atau independen.
Sehingga analisis regresi linear berganda yang digunakan dapat dirumuskan sebagai
berikut:
TKMD = α + β1 KM + β2 KI + β3 JKA + β4 JRKA + β5 PCI + β6 JRDK e
Keterangan:
TKMD

= Tingkat Kepatuhan Mandatory Disclosure

α

= Konstanta

β

= Slope atau Koefisien Regresi

KM

= Kepemilikan Manajerial

KI

= Kepemilikan Institusional

JKA

= Jumlah Komite Audit

JRKA

= Jumlah Rapat Komite Audit

PCI

= Proporsi Komisaris Independen

JRDK

= Jumlah Rapat Dewan Komisaris

e

= Error

6

3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Asumsi Klasik
Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,322, yang
berarti lebih besar dari 0,05, maka dapat dinyatakan bahwa seluruh data berdistribusi
normal. Hasil uji multikolinearitas menunjukkan bahwa seluruh variabel independen
memiliki VIF kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih dari 0,10 sehingga dapat
disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian ini tidak terjadi
multikolinearitas. Hasil uji autokorelasi dengan menggunakan Durbin-Watson
menunjukkan du < d < 4 – du (1,803 < 1,825 < 2,197), maka dapat dikatakan bahwa
H0 = tidak ada autokorelasi, positif atau negatif, tidak ditolak, yang artinya bahwa
dalam model tersebut tidak terjadi autokorelasi. Hasil uji heteroskedastisitas
menunjukkan P > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas.
Pembahasan
Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Tingkat Kepatuhan Mandatory
Disclosure

Dalam penelitian ini kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap tingkat
kepatuhan mandatory disclosure. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai thitung >
ttabel (3,482 > 1,980) dengan nilai signifikan sebesar 0,01< 0,05, sehingga H1 diterima
yang artinya bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan
mandatory disclosure. Hal ini membuktikan semakin besar kepemilikan manajerial

perusahaan maka tingkat monitoring semakin kuat sehingga manajer akan lebih
meningkatkan tingkat kepatuhan mandatory disclosure.
Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Tingkat Kepatuhan Mandatory
Disclosure

Dalam penelitian ini kepemilikan institusional berpengaruh terhadap tingkat
kepatuhan mandatory disclosure. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai thitung >
ttabel (2,392 > 1,980) dengan nilai signifikan sebesar 0,019 < 0,05, sehingga H2
diterima yang artinya bahwa kepemilikan institusional berpengaruh terhadap tingkat
7

kepatuhan mandatory disclosure. Hal ini membuktikan semakin besar kepemilikan
institusional yang dimiliki maka kemampuan dalam mengendalikan pihak manajemen
akan membuat proses monitoring secara efektif dapat mempengaruhi tingkat
kepatuhan mandatory disclosure.
Pengaruh Jumlah Komite Audit terhadap Tingkat Kepatuhan Mandatory
Disclosure

Dalam penelitian ini jumlah komite audit tidak berpengaruh terhadap tingkat
kepatuhan mandatory disclosure. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai thitung <
ttabel (-0,774 < 1,980) dengan nilai signifikan sebesar 0,441 > 0,05, sehingga H3
ditolak yang artinya bahwa jumlah komite audit tidak berpengaruh terhadap tingkat
kepatuhan mandatory disclosure. Hal ini membuktikan bahwa jika jumlah anggota
komite audit terlalu besar maka bila melakukan komunikasi dan koordinasi dalam
komite audit akan sulit dilakukan sehingga tugas pemeriksaan dan pengawasan yang
dilakukan komite audit untuk membantu dewan komisaris menjadi kurang efektif
sehingga tidak dapat mendorong manajemen untuk melakukan mandatory disclosure.
Pengaruh Jumlah Rapat Komite Audit terhadap Tingkat Kepatuhan Mandatory
Disclosure

Dalam penelitian ini jumlah rapat komite audit tidak berpengaruh terhadap tingkat
kepatuhan mandatory disclosure. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai thitung <
ttabel (-0,966 < 1,980) dengan nilai signifikan sebesar 0,336 > 0,05, sehingga H4
ditolak yang artinya bahwa jumlah rapat komite audit tidak berpengaruh terhadap
tingkat kepatuhan mandatory disclosure. Hal ini membuktikan adanya rapat komite
audit yang jarang dikoordinasikan dengan pihak manajemen maupun auditor
eksternal sehingga masalah-masalah dalam proses pengungkapan mandatory
disclosure masih kurang.

Pengaruh Proporsi Komisaris Independen terhadap Tingkat Kepatuhan
Mandatory Disclosure

Dalam penelitian ini proporsi komisaris independen berpengaruh terhadap tingkat
kepatuhan mandatory disclosure. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai thitung >
8

ttabel (2,216 > 1,980) dengan nilai signifikan sebesar 0,029 < 0,05, sehingga H5
diterima yang artinya bahwa proporsi komisaris independen berpengaruh terhadap
tingkat kepatuhan mandatory disclosure. Hal ini membuktikan semakin besar
proporsi komisaris independen maka tingkat pengungkapan mandatory disclosure
semakin tinggi.
Pengaruh Jumlah Rapat Dewan Komisaris terhadap Tingkat Kepatuhan
Mandatory Disclosure

Dalam penelitian ini jumlah rapat dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap
tingkat kepatuhan mandatory disclosure. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai
thitung < ttabel (0,749 < 1,980) dengan nilai signifikan sebesar 0,456 > 0,05, sehingga
H6 ditolak yang artinya bahwa jumlah rapat dewan komisaris tidak berpengaruh
terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure. Hal ini membuktikan karena
seringkali seorang atau lebih dari komisaris melakukan dominasi atas jalannya rapat
yang hanya mementingkan kepentingan pribadi, hal tersebut membuat rapat dewan
komisaris kurang efektif sehingga tidak dapat mendorong manajemen untuk
melakukan mandatory disclosure.

4. PENUTUP
Simpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional, dan proporsi komisaris independen berpengaruh terhadap tingkat
kepatuhan mandatory disclosure, sedangkan jumlah komite audit, jumlah rapat
komite audit, dan jumlah rapat dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap tingkat
kepatuhan mandatory disclosure.
Implikasi
Berdasarkan penelitian ini, implikasi yang diharapkan oleh peneliti yaitu:
a. Dapat menambah pengetahuan, wawasan, dan referensi bagi peneliti selanjutnya
dalam meneliti lebih mendalam mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat kepatuhan mandatory disclosure.
9

b. Pada penelitian ini hanya terdapat beberapa proksi corporate governance yang
berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure, oleh karena itu
penting bagi pemilik, manajemen, dan dewan komisaris memperhatikan corporate
governance secara serius sehingga tingkat kepatuhan mandatory disclosure dapat

meningkat.
Keterbatasan
Berdasarkan simpulan dan implikasi di atas, penelitian ini memiliki beberapa
keterbatasan, antara lain:
a. Periode yang digunakan masih terbilang pendek sehingga sampel yang digunakan
terbatas.
b. Terbatasnya jumlah variabel independen dalam penelitian ini hanya enam yaitu:
kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, jumlah komite audit, jumlah
rapat komite audit, proporsi komisaris independen, dan jumlah rapat dewan
komisaris.
c. Jenis perusahaan yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini hanya
berfokus pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI yang tergabung pada
JII saja, sehingga bisa diterapkan untuk semua jenis perusahaan.
Saran
Berdasarkan simpulan, implikasi, dan keterbatasan di atas, ada beberapa saran
yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya:
a. Periode yang digunakan dapat diperpanjang, agar dapat menjelaskan hubungan
pengaruh dan menunjukkan hasil yang akurat.
b. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat memperbanyak variabel independen,
misalnya latar belakang komisaris utama, proporsi dewan komisaris wanita,
kepemilikan publik, kepemilikan asing, dan variabel lainnya.
c. Bagi penelitian selanjutnya dapat menggunakan semua jenis perusahaan sebagai
sampel, dengan harapan hasil penelitian dapat digeneralisasikan.

10

DAFTAR PUSTAKA
Widjayanti, S.A. dan Wahidawati. 2015. Pengaruh Struktur dan Mekanisme
Corporate Governance pada Tingkat Kepatuhan Mandatory Disclosure
Konvergensi IFRS. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi. 4 (7): 1-21.
Sutiyok dan Rahmawati, E. 2014. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance
terhadap Tingkat Kepatuhan Mandatory Disclosure Konvergensu Ifrs di
Perbankan. Jurnal Akuntansi & Investasi. 151-162.
Ghozali, I. dan Chariri, A. 2007. Teori Akuntansi. Edisi 3. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro. Semarang.
Alvionita, I. dan Taqwa, S. 2015. Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Mekanisme
Corporate Governance terhadap Tingkat Kepatuhan Mandatory Disclosure.
SNEMA.
Fauziah, I. 2015. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Tingkat
Kepatuhan Mandatory Disclosure Pasca Konvergensi IFRS. Jurnal Bisnis dan
Manajemen. 5 (2): 279-304.
Istiqomah, S.R.N. dan Pujiati, D. 2015. Pengaruh Struktur Corporate Governance
terhadap Tingkat Kepatuhan Pengungkapan Wajib IFRS pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di BEI. 1-18.
Gunawan, B. dan Hendrawati, E.R. 2016. Peran Struktur Corporate Governance
dalam Tingkat Kepatuhan Pengungkapan Wajib Periode Setelah Konvergensi
IFRS (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia). BAKI. 1 (1): 71-83.
Supriyono, E., Mustaqim, A.A., dan Suhardjanto, D. 2014. Pengaruh Corporate
Governance terhadap Tingkat Kepatuhan Mandatory Disclosure Konvergensi
IFRS di Indonesia. SNA 17 Mataram. 1-23.
Utami, W.D., Suhardjanto, D., dan Hartoko, S. 2012. Investigasi dalam Konvergensi
IFRS di Indonesia: Tingkat Kepatuhan Pengungkapan Wajib dan Kaitannya
dengan Mekanisme Corporate Governance. SNA XV Banjarmasin. 1-22.
Hafiz, M., Adriani, A., dan Chairina. 2015. Pengaruh Struktur Corporate Governance
terhadap Tingkat Kepatuhan Pengungkapan Wajib Konvergensi IFRS pada
Laporan Laba Rugi Komprehensif (Studi pada Perusahaan Perbankan yang
Listing di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2013). SNA 18.
Kusumawati, E., Sari, S.P., dan Trisnawati, R. 2013. Pengaruh Asimetri Informasi
dan Mekanisme Corporate Governance terhadap Praktik Earnings Management.
Proceeding Seminar Nasional dan Call for Papers Sancall. 123-136.
Kharis, A. dan Suhardjanto, D. 2012. Corporate Governance dan Ketaatan
Pengungkapan Wajib pada Badan Usaha Milik Negara. Jurnal Keuangan dan
Perbankan. 16 (1): 37-44.
Prawinandi, W., Suhardjanto, D., dan Triatmoko, H. 2012. Peran Struktur Corporate
Governance dalam Tingkat Kepatuhan Mandatory Disclosure Konvergensi
IFRS. 1-26.

11

Dokumen yang terkait

Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

1 58 93

Pengaruh Struktur Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI

1 30 99

Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

1 74 88

Analisa Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI

3 39 98

Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Likuiditas, dan Leverage terhadap Mandatory Disclosure pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 47 109

Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Corporate Governance terhadap publikasi Sustainability Report (Studi Empiris pada Perusahaan Go Public yang Terdaftar di BEI Periode 2007-2011)

3 14 141

Analisis Pengaruh Struktur Governance dan Internal Control terhadap Fee Audit Eksternal (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2009-2011)

2 11 142

Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Kualitas Kantor Akuntan Publik terhadap Integritas Laporan Keuangan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2009-2011)

0 9 136

Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

0 0 12

Pengaruh Struktur Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI

0 0 13