Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
PENGA
TERH
P
ARUH ME
HADAP M
MA
PROGRA
UN
EKANISM
MANAJE
ANUFAKT
DI BURS
HENYAM STUD
FAKU
NIVERSIT
SKRIP
ME
GOOD
EMEN LA
TUR YAN
SA EFEK
OLEH
SYARAH 0705032DI STRAT
ULTAS E
TAS SUM
MEDA
2011
PSI
D CORPO
ABA PAD
NG TERD
K INDONE
H
TAMBUNA 221TA SATU
EKONOM
MATERA
AN
1
ORATE G
DA PERU
DAFTAR
ESIA
ANU AKUNT
MI
UTARA
GOVERNA
USAHAAN
R
TANSI
ANCE
N
(2)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul: “Pengaruh
Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” adalah benar
hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat,
dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks skripsi Program
Reguler S1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Sumatera Utara. Semua
sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas dan
benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya
bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.
Medan, Agustus 2011
Yang Membuat Pernyataan,
Heny Syarah Tambunan NIM : 070503221
(3)
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, serta senantiasa memberikan kesehatan,
keselamatan, kekuatan kepada penulis sehingga akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini tepat waktu. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk
memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada Fakultas
Ekonomi Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi. Skripsi ini berjudul Pengaruh Mekanisme Good Corporate
Governance terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)”.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah memberikan bimbingan, dorongan
semangat, nasehat, dan bantuan selama proses penyusunan skripsi ini.
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak. selaku Ketua Program Studi S1
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra.
Mutia Ismail, MM, Ak. selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak. selaku dosen pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktu dalam memberikan petunjuk, pengarahan,
(4)
4. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak dan Bapak Drs. Wahidin
Yasin, M.Si, Ak selaku dosen penguji dan pembanding yang telah
banyak memberikan masukan dan arahan dalam penulisan skripsi ini.
5. Seluruh staf pengajar Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan
yang sangat berguna kepada penulis serta seluruh staf pegawai dan
administrasi di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
6. Kedua orang tua tersayang, Marudut Tambunan dan Nurainun Hutabarat,
serta abang, kakak, adik, dan teman peneliti. Terima kasih untuk doa,
dukungan, dan kasih sayang yang diberikan dalam menyelesaikan skripsi
ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena
keterbatasan penulis dalam pengetahuan dan pengulasan skripsi. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga dapat
dijadikan acuan dalam penulisan karya-karya ilmiah selanjutnya. Akhir kata,
penulis berharap semoga skripsi ini dapat menjadi bahan bacaan yang bermanfaat
bagi para pembaca.
Medan, Agustus 2011 Penulis
Heny Syarah Tambunan NIM. 070503221
(5)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mekanisme good corporate governance terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007 sampai dengan 2009.
Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui tolak ukur mana yang mempunyai
pengaruh paling signifikan terhadap manajemen laba. Data yang digunakan adalah
laporan tahunan dari masing-masing perusahaan sampel, yang dipublikasikan
melalui website www.idx.co.id.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kuantitatif, dengan pengujian asumsi klasik, serta analisis statistik yaitu analisis
regresi linear berganda. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah
purposive sampling. Variabel penelitian ini terdiri dari good corporate governance yang diproksikan kedalam kepemlikan manajerial, proporsi dewan komisaris dan komite audit sebagai variabel independen, dan manajemen laba
sebagai variabel dependen dengan total sampel per tahun sebanyak 20 perusahaan.
Hasil penelitian ini adalah ketiga variabel independen tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba secara parsial, tetapi berpengaruh secara simultan. Hal
ini menunjukkan bahwa good corporate governance yang diproksikan kedalam kepemlikan manajerial, proporsi dewan komisaris dan komite audit bukan
indikator yang berpengaruh besar terhadap penentuan besarnya manajemen laba.
(6)
ABSTRACT
The purpose of this research is to know the influence of good corporate
governance to the earning management of manufacture companies that listed in
Indonesian Stock Exchange period 2007 up to 2009. This study was also intended
to know which performance measures have the most significant effect to the
earning management. Data that used in this research is annual report from each
company, publized through website www.idx.co.id.
Analysis method that used in this research is kuantitatif method with
multiple regression. Variables that used in this research are This result show that
good corporate governance which is proxied by managerial ownership, board of
commisioner and comitee audit as variable independent, and earning management
and company performance as variable dependent consist of the 20 firms.
This research concludes that three of independent variables have not
influence toward earning management in parcial but infuence in simultant,. This
result show that good corporate governance which is proxied by managerial
ownership, board of commisioner and audit comitee are not give big influence to
make decision in earning management.
Keyword: good corporate governance, earning management, company performance, multiple regression.
(7)
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
A. Tinjaun Teoritis ... 7
1. Good Corporate Governance ... 7
2. Kepemilikan Manajerial ... 9
3. Proporsi Dewan Komisaris ... 10
4. Komite Audit ... 10
5. Manajemen Laba ... 12
B. Tinjauan Peneliti Terdahulu ... 13
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis ... 16
1. Kerangka Konseptual ... 16
2. Hipotesis Penelitian ... 18
(8)
A. Desain Penelitian ... 19
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 19
C. Jenis dan Sumber Data ... 23
D. Teknik Pengumpulan Data ... 24
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 24
F. Metode Analisis Data ... 27
1. Pengujian Asumsi Klasik ... 27
2. Pengujian Hipotesis ... 31
G. Jadwal Penelitian ... 32
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN ... 34
A. Data Penelitian ... 34
B. Analisis Hasil Penelitian ... 35
1. Uji Statistik Deskriptif ... 35
2. Pengujian Asumsi Klasik ... 37
3. Pengujian Hipotesis ... 49
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 54
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 58
A. Kesimpulan ... 58
B. Keterbatasan Penelitian ... 59
C. Saran ... 59
DAFTAR PUSTAKA ... 61
(9)
DAFTAR TABEL
Nama Judul Halaman
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ... 13
Tabel 3.1 Daftar Populasi dan Sampel Penelitian ... 20
Tabel 3.2 Ringkasan Definisi Operasional dan Pengukurannya ... 27
Tabel 3.3 Keputusan Durbin Watson (DW) ... 29
Tabel 4.1 Daftar Sampel Perusahaan Mnufaktur ... 34
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ... 36
Tabel 4.3 Uji Normalitas Sebelum Transformasi ... 38
Tabel 4.4 Uji Normalitas Sesudah Transformasi ... 42
Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi ... 45
Tabel 4.6 Hasil Uji Multikolinearitas ... 46
Tabel 4.7 Koefisien Korelasi ... 47
Tabel 4.8 Analisis Hasil Regresi ... 50
Tabel 4.9 Model Summary ... 51
Tabel 4.10 Hasil Uji T ... 52
(10)
DAFTAR GAMBAR
Nama Judul Halaman
Grafik 2.1 Kerangka Konseptual ... 16
Grafik 4.1 Grafik Histogram Sebelum Transformasi ... 39
Grafik 4.2 Normal P-P Plot Sebelum Tranformasi ... 40
Grafik 4.3 Grafik Histogram Setelah Transformasi ... 43
Grafik 4.4 Normal P-Plot Setelah Transformasi ... 44
(11)
DAFTAR LAMPIRAN
Nama Judul Halaman
Lampiran i Daftar Sampel Perusahaan ... 63
Lampiran ii Data Variabel Penelitian Tahun 2007-2009 ... 64
Lampiran iii Statistik Deskriptif Sebelum dan Sesudah Transformasi ... 66
Lampiran iv Uji Normalitas Sebelum dan Sesudah Transformasi ... 67
Lampiran v Grafik Histogram dan P-Plot Sebelum Transformasi ... 68
Lampiran vi Grafik Histogram Sesudah Transformasi ... 69
Grafik P-Plot Sesudah Transformasi ... 70
Lampiran vii Hasil Uji Multikolinearitas ... 71
Lampiran viii Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 72
(12)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mekanisme good corporate governance terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007 sampai dengan 2009.
Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui tolak ukur mana yang mempunyai
pengaruh paling signifikan terhadap manajemen laba. Data yang digunakan adalah
laporan tahunan dari masing-masing perusahaan sampel, yang dipublikasikan
melalui website www.idx.co.id.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kuantitatif, dengan pengujian asumsi klasik, serta analisis statistik yaitu analisis
regresi linear berganda. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah
purposive sampling. Variabel penelitian ini terdiri dari good corporate governance yang diproksikan kedalam kepemlikan manajerial, proporsi dewan komisaris dan komite audit sebagai variabel independen, dan manajemen laba
sebagai variabel dependen dengan total sampel per tahun sebanyak 20 perusahaan.
Hasil penelitian ini adalah ketiga variabel independen tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba secara parsial, tetapi berpengaruh secara simultan. Hal
ini menunjukkan bahwa good corporate governance yang diproksikan kedalam kepemlikan manajerial, proporsi dewan komisaris dan komite audit bukan
indikator yang berpengaruh besar terhadap penentuan besarnya manajemen laba.
(13)
ABSTRACT
The purpose of this research is to know the influence of good corporate
governance to the earning management of manufacture companies that listed in
Indonesian Stock Exchange period 2007 up to 2009. This study was also intended
to know which performance measures have the most significant effect to the
earning management. Data that used in this research is annual report from each
company, publized through website www.idx.co.id.
Analysis method that used in this research is kuantitatif method with
multiple regression. Variables that used in this research are This result show that
good corporate governance which is proxied by managerial ownership, board of
commisioner and comitee audit as variable independent, and earning management
and company performance as variable dependent consist of the 20 firms.
This research concludes that three of independent variables have not
influence toward earning management in parcial but infuence in simultant,. This
result show that good corporate governance which is proxied by managerial
ownership, board of commisioner and audit comitee are not give big influence to
make decision in earning management.
Keyword: good corporate governance, earning management, company performance, multiple regression.
(14)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam hubungan keagenan terjadi pemisahan kepemilikan antara pemilik
perusahaan (principal) dan pengelola perusahaan (agent). Dengan pemisahan ini, pemilik perusahaan memberikan kewenangan pada pengelola untuk mengurus
jalannya perusahaan, seperti mengelola dana dan mengambil keputusan
perusahaan lainnya untuk dan atas nama pemilik. Dengan kewenangan yang
dimiliki ini, mungkin saja pengelola tidak bertindak yang terbaik untuk
kepentingan pemilik karena adanya perbedaan kepentingan (conflict of interest)
antara pemilik dan pengelola. Diasumsikan bahwa pemilik dan pengelola
cenderung berusaha untuk memaksimumkan kesejahteraan masing-masing
sehingga ada kemungkinan jika pengelola tidak selalu bertindak demi kepentingan
terbaik dari pemilik. Pengelola cenderung bertindak untuk memaksimalkan
kepentingannya sendiri dengan mengorbankan kepentingan pihak lain.
Adanya pemisahan kepemilikan antara pengelola dan pemilik mengakibatkan
pemilik membebankan tanggung jawab kepada pengelola untuk melaporkan
kinerja perusahaan dalam bentuk laporan keuangan, dimana laporan keuangan
menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen atau pertanggungjawaban
manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya (Kerangka Dasar
Penyajian dan Penyusunan Laporan Keuangan, 1994). Salah satu informasi yang
(15)
kepentingan adalah informasi mengenai laba, karena informasi mengenai laba
sering digunakan sebagai dasar untuk pembuatan keputusan oleh berbagai pihak
yang berkepentingan, misalnya digunakan sebagai dasar untuk memberikan bonus
kepada manajer, menghitung penghasilan kena pajak dan terutama sebagai criteria
penilaian kinerja manajemen perusahaan (Siti Munfiah Hidayati dan Zulaikha,
2003).
Namun demikian, seringkali para pengguna informasi laba yang
menggunakan laba sebagai kriteria dalam penilaian kinerja manajemen tidak
mempertimbangkan prosedur yang digunakan dalam menghasilkan informasi
tersebut, sehingga mendorong manajer untuk melakukan manajemen laba
(Sriwedari,2009). Manajemen laba (earnings management) merupakan manipulasi terhadap laba yang dilakukan pihak manajemen untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu. Manipulasi dilakukan agar laba tampak sebagaimana yang diharapkan.
Ada kecenderungan agent melakukan pengelolaan terhadap laba (earnings management), yaitu intervensi manajemen (agent) dalam proses penyusunan pelaporan keuangan sehingga dapat menaikkan atau menurunkan laba akuntansi
sebagai usaha dari agent untuk memaksimalkan kepentingannya (Scott, 1997).
Corporate governance merupakan hal yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan kegiatan bisnis karena corporate governance merupakan sebuah sistem untuk mengontrol dan mengarahkan perusahaan (David Melvill dalam
Listyorini, 2001). Menurut Sriwedari (2009), corporate governance merupakan suatu mekanisme yang digunakan oleh suplier keuangan untuk melakukan kontrol
(16)
terhadap manajer guna memastikan bahwa supplier keuangan perusahaan
memperoleh pengembalian (return) dari kegiatan yang dijalankan oleh manajer. Di Indonesia, isu corporate governance muncul setelah terjadinya krisis ekonomi tahun 1997 sebagai reaksi atas perilaku para pengelola perusahaan yang
tidak memperhitungkan stakeholder-nya (Harmanto Edy Jatmiko, 2001). Krisis ekonomi memberi pelajaran berharga bahwa pembangunan yang dipacu selama
ini ternyata tidak didukung dengan struktur ekonomi yang kokoh. Hampir semua
pengusaha besar menjalankan roda bisnis dengan manajemen yang acak-acakan
dan sarat dengan praktik korupsi, kolusi dan nepotisme.
Sejak adanya gerakan reformasi tahun 1998, muncul banyak tekanan dari
publik yang menghendaki agar pemerintah maupun swasta dapat menghapuskan
praktek-praktek korupsi, kolusi dan nepotisme, yang secara politis lebih dikenal
dengan istilah KKN, dan selanjutnya diharapkan mampu mengelola usaha secara
terbuka, adil, dapat dipertanggungjawabkan dan dilaksanakan dengan penuh
tanggung jawab (Parwoto Wignjohartojo, 2001). Untuk mewujudkan harapan
tersebut, diperlukan perubahan sikap secara bersama-sama dan berperilaku sesuai
dengan harapan itu, agar dapat bangkit kembali dari kemelut krisis, siap bersaing
menghadapi era globalisasi dan dapat meningkatkan kesejahteraan bersama.
Dalam dunia bisnis, hal tersebut dapat direalisasikan melalui implementasi good corporategovernance yang menjadi landasan pengelolaan usaha yang sehat, agar harapan para stakeholders dapat dipenuhi secara keseluruhan.
Beberapa kasus yang terjadi di Indonesia seperti kasus salah saji laporan
(17)
penggelembungan laba bersih pada laporan keuangan PT. Kimia Farma tahun buku 2001. Hal tersebut berawal dari temuan akuntan publik Hans Tuanakotta dan Mustofa (HTM) soal ketidakwajaran dalam laporan keuangan kurun semester I tahun 2001. Mark up senilai Rp 32,7 Milyar, karena dalam laporan keuangan yang seharusnya laba Rp 99,6 Milyar ditulisnya Rp 132,3 milyar, dengan nilai penjualan bersih Rp 1,42 trilyun. Pihak Bapepam selaku pengawas pasar modal
mengungkapkan tentang kasus PT. Kimia Farma dan berhasil memperoleh
buktinya. Sesuai pasal 5 huruf N UU no.8 tahun 1995 tentang pasar modal maka
Direksi lama PT. Kimia Farma periode 1998 – juni 2002 diwajibkan membayar denda sejumlah Rp 1 milyar untuk disetor ke kas Negara, karena melakukan kegiatan praktek penggelembungan atas laporan keuangan per-31 Desember 2001. Selain kasus itu, PT Lippo Tbk jg pernah mengalaminya. Kasus ini berawal dari
detekasi adanya manipulasi dalam laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan
tersebut. Akibatnya, reputasi akuntan publik jadi tercoreng di mata masyarakat,
dan para investor mulai meragui informasi berupa laporan keuangan yang
disajikan manajemen.
Beberapa penelitian mengenai pengaruh penerapan good corporate governance terhadap manajemen laba adalah Sefiana (2007) melakukan penilitian pengaruh good corporate governance terhadap manajemen laba. Hasil penelitian
membuktikan bahwa good corporate governance tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba. Hal ini bertentangan dengan Isnanta (2008). Dalam
penelitiannya pengaruh good corporate governance terhadap manajemen laba dan kinerja keuangan. Hasil penelitian membuktikan bahwa good corporate
(18)
governance (kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris, komite audit) mempengaruhi manajemen laba secara negatif, namun mempengaruhi kinerja
keuangan secara positif. Manajemen laba juga terbukti tidak mempengaruhi
kinerja keuangan. Girsang (2010) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa good corporate governance (kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris, dan komite audit) tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh
Sefiana yang berjudul “Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Perbankan di BEI”. Perbedaan penelitian ini
dengan peneliti terdahulu adalah peneliti menggunakan data dari perusahaan
Manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2009.
Sedangkan peneliti terdahulu menggunakan data dari perusahaan Perbankan yang
terdapat di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2005 dan 2006.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul: “Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
(19)
governance, yang di proksikan ke dalam kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris dan komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
menguji apakah mekanisme good corporate governance, yang diproksikan ke dalam kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris dan komite audit
berpengaruh terhadap manajemen laba baik secara parsial maupun simultan.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain sebagai
berikut:
1. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan untuk menambah wawasan peneliti
tentang pengaruh GCG terhadap manajemen laba pada perusahaan
manufaktur.
2. Sebagai bahan masukan kepada pemakai laporan keuangan dan praktisi
penyelenggara perusahaan dalam mamahami mekanisme good corporate governance serta praktik manajemen laba, sehingga dapat meningkatkan nilai dan pertumbuhan laba.
3. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan referensi dalam melakukan
(20)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Good Corporate Governance
Good Corporate Governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus perusahaan, pihak kreditur,
pemerintah, karyawan serta pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya
yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain
suatu system yang mengatur dan mengendalikan perusahaan (FCGI, 2001:20).
Menurut Rahmawati dalam Putri (2006) Good Corporate Governance
didefenisikan sebagai seperangkat aturan dan prinsip-prinsip antara lain
fairness, transparency, accountability dan responsibility yang mengatur hubungan antar pemegang saham, manajemen, Direksi dan Komisaris,
kreditur, karyawan serta stakeholders lainnya yang berkaitan dengan hak dan kewajiban masing-masing pihak.
Untuk lebih jelas, berikut adalah beberapa kutipan dari pengertian
coprorate governance :
Forum for Corporate Governance in Indonesia/FCGI(2001:22)
Corporate governance :
seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengendalikan perusahaan. Tujuan Corporate Governance
(21)
adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders).
Menurut Wahyudi Prakarsa (2007:120)
Corporate Governance :
mekanisme administratif yang mengatur hubungan-hubungan antara manajemen perusahaan, komisaris, direksi, pemegang saham dan kelompok-kelompok kepentingan (stakeholders) yang lain. Hubungan-hubungan ini dimanifestasikan dalam bentuk berbagai aturan permainan dan sistem intensif sebagai kerangka kerja yang diperlukan untuk menentukan tujuan-tujuan perusahaan dan cara-cara pencapaian tujuan-tujuan serta pemantauan kinerja yang dihasilkan.
Dari berbagai pengertian good governance, dapat disimpulkan bahwa wujud good governance adalah penyelengaraan pemerintahan negara yang solid dan bertanggung jawab, serta efisien dan efektif, dengan menjaga
“kesinergisan” interaksi yang konstruktif diantara domain negara, sektor
swasta dan masyarakat (LAN, 2000: 6).
Sementara tujuan dari Good Corporate Governance adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan
(stakeholders). Menurut Maruf (2006:15) Pelaksanaan good corporate governance diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat berikut ini :
1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan serta lebih meningkatkan pelayanan kepada
stakeholders.
2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah sehingga dapat lebih meningkatkan corporate value.
3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan meningkatkan shareholders value dan deviden.
Pelaksanaan good corporate governance dilakukan dengan menggunakan prinsip-prinsip yang berlaku secara internasional. Prinsip-prinsip dasar ini
(22)
diharapkan menjadi rujukan bagi para regulator (pemerintah) daam
membangun framework bagi penerapan good corporate governance. Prinsip-prinsip dasar penerapan good corporate governance yang dikemukakan oleh
Forum for Corporate Governance in Indonesia (2001: 31) adalah sebagai berikut :
a. Fairness (Kewajaran)
Perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham, terutama kepada pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing, dengan keterbukaan informasi yang penting serta melarang pembagian untuk pihak sendiri dan perdagangan saham oleh orang dalam (insider trading). b. Transparency (Transparansi)
Hak-hak para pemegang saham yang harus diberi informasi dengan benar dan tepat waktu mengenai perusahaan, dapat ikut berperan serta dalam pengambilan keputusan mengenai perubahan-perubahan yang mendasar atas perusahaan dan turut memperoleh bagian dari keuuntungan perusahaan.
c. Accountability (Akuntablitas)
Tanggung jawab manajemen melalui pengawasan yang efektif berdasarkan balance of power antara manajer, pemegang saham, Dewan Komisaris dan auditor.
d. Responsibility (Responsibilitas)
Peranan pemegang saham harus diakui sebagaimana ditetapkan oleh hukum dan kerja sama yang aktif antara perusahaan serta pemegang kepemtingan dalam menciptakan kesejahteraan.
e. Indenpendency (indenpendensi)
Indenpendensi yaitu pengelolaan bank secara profesional tanpa pengaruh/tekanan dari pihak manapun sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan secara obyektif. Masing-masing organ perusahaan harus melaksanakan fungsi dan tugasnya sesuai dengan anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan, tidak saling mendominasi dan atau melempar tanggungjawab antara satu dengan yang lain sehingga terwujud sistem pengendalian internal yang efektif.
2. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial merupakan isu penting dalam teori keagenan
(23)
bahwa semakin besar proporsi kepemilikan manajemen dalam suatu
perusahaan maka manajemen akan berupaya lebih giat untuk memenuhi
kepentingan pemegang saham yang juga adalah dirinya sendiri.
3. Proporsi Dewan Komisaris
Proporsi dewan komisaris memegang peranan penting dalam
Implementasi good corporate governance karena merupakan inti dari good corporate governance yang bertugas untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan. Untuk menjamin pelaksanaan good corporate governance
diperlukan anggota dewan komisaris yang memiliki integritas, kemampuan
tidak cacat hukum dan tidak memiliki hubungan bisnis ataupun hubungan
lainnya dengan pemegang saham pengendali (mayoritas) baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Beasley (1996) dalam Isnanta (2008) menyarankan bahwa masuknya
dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan meningkatkan efektivitas
dewan tersebut dalam mengawasi manajemen untuk mencegah kecurangan
laporan keuangan. Hasil penelitiannya juga melaporkan bahwa komposisi
dewan komisaris lebih penting untuk mengurangi terjadinya kecurangan
pelaporan keuangan, daripada kehadiran komite audit. Analisis lain dalam
penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik komisaris yang berasal dari
luar perusahaan (outsider director) juga berpengaruh terhadap kecenderungan
(24)
4. Komite Audit
Sesuai dengan Kep. 29/PM/2004, komite audit adalah komite yang
dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan
pengelolaan perusahaan. Keberadaan komite audit sangat penting bagi
pengelolaan perusahaan. Komite audit merupakan komponen baru dalam
sistem pengendalian perusahaan. Selain itu komite audit dianggap sebagai
penghubung antara pemegang saham dan dewan komisaris dengan pihak
manajemen dalam menangani masalah pengendalian. Berdasarkan Surat
Edaran BEJ, SE-008/BEJ/12-2001, , keanggotaan komite audit terdiri
darisekurang-kurangnya tiga orang termasuk ketua komite audit. Anggota
komite ini yang berasal dari komisaris hanya sebanyak satu orang, anggota
komite yang berasal dari komisaris tersebut merupakan komisaris independen
perusahaan tercatat sekaligus menjadi ketua komite audit. Anggota lain yang
bukan merupakan komisaris independen harus berasal dari pihak eksternal
yang independen.
Seperti diatur dalam Kep-29/PM/2004 yang merupakan peraturan yang
mewajibkan perusahaan membentuk komite audit, tugas komite audit antara
lain:
1. Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan
perusahaan, seperti laporan keuangan, proyeksi dan informasi keuangan
(25)
2. Melakukan penelaahan atas ketaatan perusahaan terhadap peraturan
perundangundangan di bidang pasar modal dan peraturan perundangan
lainnya yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan.
3. Melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor
internal.
4. Melaporkan kepada komisaris berbagai risiko yang dihadapi perusahaan
dan pelaksanaan manajemen risiko oleh direksi.
5. Melakukan penelaahan dan melaporkan kepada dewan komisaris atas
pengaduan yang berkaitan dengan emiten.
6. Menjaga kerahasiaan dokumen, data, dan rahasia perusahaan.
5. Manajemen Laba
Definisi manajemen laba yang diungkapkan oleh Sutrisno (2002:20) yang
menyatakan bahwa manajemen laba merupakan suatu intervensi dengan
tujuan tertentu dalam proses pelaporan keuangan eksternal, untuk memperoleh
beberapa keuntungan pribadi. Manajemen laba merupakan area yang
kontroversial dan penting dalam akuntansi keuangan. Beberapa pihak yang
berpendapat bahwa manajemen laba merupakan perilaku yang tidak dapat
diterima, mempunyai alasan bahwa manajemen laba berarti suatu
pengurangan dalam keandalan informasi laporan keuangan. Investor mungkin
tidak menerima informasi yang cukup akurat mengenai laba untuk
(26)
Teknik dan pola manajemen laba menurut Setiawati dan Na’im (2000:47)
dapat dilakukan dengan tiga teknik yaitu:
1. Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi
Cara manajemen mempengaruhi laba melalui judgment (perkiraan) terhadap estimasi akuntansi antara lain estimasi tingkat piutang tak tertagih, estimasi kurun waktu depresiasi aktiva tetap atau amortisasi aktiva tak berwujud, estimasi biaya garansi, dan lain-lain.
2. Mengubah metode akuntansi
Perubahan metode akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu transaksi, contoh : merubah metode depresiasi aktiva tetap, dari metode depresiasi angka tahun ke metode depresiasi garis lurus.
3. Menggeser periode biaya atau pendapatan.
Contoh rekayasa periode biaya atau pendapatan antara lain :
mempercepat/menunda pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan sampai pada periode akuntansi berikutnya, mempercepat/menunda pengeluaran promosi sampai periode berikutnya, mempercepat/menunda pengiriman produk ke pelanggan, mengatur saat penjualan aktiva tetap yang sudah tak dipakai.
Motivasi untuk melakukan manajemen laba menurut Stice, Stice &
Skousen (2004:421) antara lain: (1) memenuhi target internal (target laba,
target penjualan); (2) memenuhi harapan eksternal (stakeholder); (3)
meratakan atau memuluskan laba (income smoothing); (4) mendandani angka
laporan keuangan (window dressing) untuk penjualan saham perdana (IPO)
atau memperoleh pinjaman.
Manajemen laba menjadi menarik untuk diteliti karena dapat
memberikan gambaran akan perilaku manajer dalam melaporkan kegiatan
usahanya pada suatu periode tertentu, yaitu adanya kemungkinan munculnya
motivasi tertentu yang mendorong mereka untuk mengatur data keuangan
yang dilaporkan. Manajemen laba tidak harus dikaitkandengan upaya untuk
(27)
dengan pemilihan metode akuntansi (accounting methods) untuk mengatur
keuntungan yang bisa dilakukan karena memang diperkenankan menurut
accounting regulations (Gumanti, 2000:33).
B. Tinjauan Peneliti Terdahulu
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No Peneliti (Tahun Penelitian)
Variabel Penelitian Metode Penelitian
Hasil Penelitian
1 Eka Sefiana
(2007)
Variabel Independen: proporsi komisaris independen, ukuran dewan komisaris, dan komite audit. Variabel Dependen: Manajemen laba Analisis regresi linier berganda (multiple
regression), uji signifikan parsial (t-test)
Good Corporate Governance tidak berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba
2 Rudi Isnanta (2008) Variabel Independen: Good Coporate Governance dan struktur kepemilikan laba Variabel Dependen: Manajemen laba Analisis Structural Equation Model (SEM) Good Corporate Governance berpengaruh negative terhadap Manajemen Laba, tetapi berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan.
3 Isian Mahdalena Girsang
(2010)
Variabel Independen: kepemilikan
manajerial, proporsi dewan komisaris dan komite audit.
Variabel Dependen: manajemen laba dan kinerja perusahaan Analisis regresi linier berganda (multiple regression), Dalam GCG, hanya kepemilikan manajerial yang berpengaruh terhadap
manajemen laba, proporsi dewan komisaris dan
(28)
komite audit tidak
berpengaruh terhadap
manajemen laba dan GCG juga tidak
berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Sumber: Data yang diolah Peneliti (2011)
Sefiana (2007) melakukan penelitian mengenai pengaruh penerapan Good Corporate Governance terhadap manajemen laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah proporsi komisaris independen, ukuran dewan komisaris, dan komite audit.
Sedangkan variabelnya dependennya adalah manajemen laba. Pengambilan
sampel menggunakan purposive sampling, yaitu penentuan sampel dengan target atau pertimbangan tertentu. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 27
perusahaan yang telah memenuhi kriteria dengan masa pengamatan 2 tahun.
Metode analisis data yang digunakan yaitu analisis regresi linear berganda
(multiple regression). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa Good Corporate Governance yang diukur dengan proporsi komisaris independen, ukuran dewan komisaris, dan komite audit tidak berpengaruh sama sekali
terhadap manajemen laba.
Isnanta (2007) melakukan penelitian mengenai Pengaruh Good Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan terhadap manajemen laba dan kinerja perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta . Variabel
(29)
proporsi dewan komisaris dan komite audit. Variabel dependen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah manajemen laba dan kinerja perusahaan. Penelitian ini
dilakukan terhadap 51 perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur
dengan tahun pengamatan 2003_2006. Hasil penelitian ini menemukan bahwa
kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris dan komite audit tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba tetapi berpengaruh terhadap kinerja
perusahaan.
Girsang (2010) melakukan penelitian mengenai pengaruh Good Corporate Governance terhadap manajemen laba dan kinerja perusahaan real estate dan property yang terdaftar di BEI. Variabel independen dalam penelitian ini adalah
kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris, dan komite audit. Variabel
dependennya adalah manajemen laba dan kinerja perusahaan. Sampel penelitian
ini sebanyak 17 perusahaan dengan tahun pengamatan 2007-2008. Hasil
penelitian ini menemukan bahwa hanya kepemilikan manajerial yang berpengaruh
terhadap manajemen laba, proporsi dewan komisaris dan komite audit tidak
berpengaruh sama sekali terhadap manajemen laba.
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan suatu model yang menjelaskan
bagaimana hubungan suatu teori dengan factor-faktor penting yangtelah
(30)
Kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Dalam penelitian ini, yang merupakan variabel independen adalah
kepemilikan manajerial, dewan komisaris, dan komite audit. Sedangkan yang
menjadi variabel dependen adalah manajemen laba.
Tujuan dari good corporate governance adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan. Apabila good corporate governance dalam kepemilikan manajerial, dapat berjalan dengan baik maka dapat meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan,
kemudian kemungkinan terjadinya manajemen laba yang dapat memberikan
Mekanisme Good Corporate Governance
(X)
Proporsi Dewan Komisaris Independen (X2)
Komite Audit (X3)
Kepemilikan Manajerial (X1)
Manajemen Laba (Y)
(31)
keuntungan pribadi sangat kecil sehingga dapat menarik investor lainnya
untuk menanamkan investasinya di perusahaan tersebut.
Peranan dewan komisaris juga akan memberikan pengaruh terhadap
manajemen laba karena dewan komisaris mengawasi penyeimbangan
kepentingan manajemen. Pemberian tugas dan wewenang kepada dewan
direksi untuk mengelola perusahaan dari rapat umum pemegang saham
mengakibatkan seluruh pengelolaan perusahaan dilakukan oleh dewan direksi.
Oleh karena itu, agar dewan direksi tidak melampaui wewenang dalam
menjalankan tugasnya, diperlukan pengawasan. Tugas dan wewenang untuk
mengawasi dewan direksi dalam mengelola perusahaan diberikan kepada
dewan komisaris oleh para pemegang saham dalam rapat umum pemegang
saham. Untuk meningkatkan kinerjanya, dewan komisaris dibantu oleh komite
audit, dimana komite audit ini merupakan pihak ekstern yang independen dan
tidak mempunyai hubungan usaha maupun hubungan afiliasi dengan
perusahaan, Direktur, Komisaris atau Pemegang Saham Utama.
Peranan komite audit juga akan memberikan pengaruh terhadap
manajemen laba karena komite audit berfungsi untuk membantu dewan
komisaris dalam meningkatkan kualitas laporan keuangan. komite audit yang
independen memiliki peran yang sangat penting dalam suatu perusahaan,
terutama untuk mengurangi adanya tindakan manajemen laba yang dilakukan
(32)
2. Hipotesis Penelitian
Menurut Rochaety (2007:31), hipotesis merupakan kebenaran sementara
yang masih harus diuji. Hipotesis menyatakan hubungan yang diduga secara
logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan proporsi yang dapat diuji
secara empiris. Berdasarkan uraian teoritis dan kerangka konseptual, maka
hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
H1: kepemilikan manajerial berpengaruh secara signifikan terhadap
manajemen laba
H2: proporsi dewan komisaris berpengaruh secara signifikan terhadap
manajemen laba
H3: komite audit berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba
H4 : mekanisme GCG berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen
(33)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian
asosiatif kausal, karena tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan hubungan
sebab akibat dalam bentuk pengaruh antar variabel melalui pengujian hipotesis.
Penelitian asosiatif kausal adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara dua variabel atau lebih. Hubungan yang dibentuk adalah
hubungan sebab akibat” (Sugiyono, 2007:11).
B. Populasi dan Sampel penelitian
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang berjumlah 147 perusahaan.
Metode pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling yaitu teknik
pengambilan sampel berdasarkan suatu kriteria tertentu dengan pertimbangan
(judgement sampling) (jogiyanto, 2004:79). Adapun yang menjadi kriteria dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan manufaktur yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 sehingga tersedia data yang
lengkap
2. Perusahaan tersebut terlisting dan tidak delisting pada tahun 2007 sampai
(34)
3. Perusahaan yang memiliki data kepemilikan manajerial, dewan
komisaris, dan komite audit.
4. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan untuk periode yang
berakhir 31 Desember selama periode 2007-2009.
Berdasarkan kriteria tersebut, maka dari 147 populasi yang diambil dari
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI terdapat sebanyak 20 perusahaan
manufaktur dengan tahun pengamatan 2007-2009 yang menjadi sampel dalam
penelitian ini, yaitu:
Tabel 3.1
Daftar Populasi dan Sampel Penelitian
No Kode Nama Perusahaan
Kriteria
Sampel Sampel
1 2 3 4
1 AALI Astra Agro Lestari, Tbk √ √ x √
2 ADES Ades Alfindo Putrasetia Tbk √ √ x √
3 ADMG GT Petrochem Industries Tbk √ √ x √
4 AISA Tigapilar Sejahtera Food Tbk √ √ x √
5 AKKU Aneka Kemasindo Tbk √ √ x √
6 AKPI Argha Karya Prima Tbk √ √ x √
7 ALMI Alumindo Light Metal Industri Tbk √ √ x √
8 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk √ √ x √
9 ANTM Aneka Tambang Tbk √ √ x √
10 APLI Asiaplast Industries Tbk √ √ x √
11 AQUA Aqua Golden Missisipi Tbk √ √ x √
12 ARGO Argo Pantes Tbk √ √ x √
13 ARNA Arwana Citramulia Tbk √ √ √ √ Sampel 1
14 ARTI Arona Binasehati Tbk √ √ x √
15 ASGR Astra Graphia Tbk √ √ x √
16 ASII Astra International Tbk √ √ x √
17 AUTO Astra Otoparts Tbk √ √ √ √ Sampel 2
18 BATA Sepatu Bata Tbk √ √ x √
19 BIMA Primarindo Asia Infrastructure Tbk √ √ x √
20 BISI Bisi Internasional Tbk √ √ x √
21 BRAM Branta Mulia Tbk √ √ x √
22 BRNA Berlina Tbk √ √ √ √ Sampel 3
(35)
24 BTON Beton Jaya Manunggal Tbk √ √ √ √ Sampel 4
25 BUDI Budi Acid Jaya Tbk √ √ √ √ Sampel 5
26 BUMI Bumi Resources Tbk √ √ x √
27 CEKA Cahaya Kalbar Tbk √ √ x √
28 CITA Cipta Panelutama Tbk √ √ x √
28 CLPI Colorpak Indonesia Tbk √ √ x √
29 CNKO Central Korporindo Tbk √ √ x √
30 CNTX Centex Tbk √ √ x √
31 CPDW Cipendawa Agroindustri Tbk √ √ x √
32 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk √ √ x √
33 CPRO Central Proteinaprima Tbk √ √ x √
34 CTBN Citra Tubindo Tbk √ √ √ √ Sampel 6
35 CTTH Citatah Tbk √ √ x √
36 DLTA Delta Jakarta Tbk √ √ x √
37 DPNS Duta Pertiwi Nusantara Tbk √ √ √ √ Sampel 7
38 DSFI Dharma Samudera Fishing Ind Tbk √ √ x √
39 DSUC Daya Sakti Unggul Corp. Tbk √ √ x √
40 DVLA Darya Varia Laboratoria Tbk √ √ x √
41 DYNA Dynaplast Tbk √ √ x √
42 EKAD Ekadharma tape industries Tbk √ √ x √
43 ENRG Energi Mega Persada Tbk √ √ x √
44 ERTX Eratax Djaja Tbk √ √ x √
45 ESTI Ever Shine Tex Tbk √ √ x √
46 DSUC Daya Sakti Unggul Corp. Tbk √ √ x √
48 DVLA Darya Varia Laboratoria Tbk √ √ x √
49 DYNA Dynaplast Tbk √ √ x √
50 EKAD Ekadharma Tape Industries Tbk √ √ x √
51 ENRG Energi Mega Persada Tbk √ √ x √
52 ERTX Eratax Djaja Tbk √ √ x √
53 ESTI Ever Shine Tex Tbk √ √ x √
54 FAST Fast Food Indonesia Tbk √ √ x √
55 FASW Fajar Surya Wisesa Tbk √ √ x √
56 FISH FKS Multi Agro Tbk √ √ x √
57 FMII Fortune Mate Indonesia Tbk √ √ x √
58 FPNI Fatrapolindo Nusa Industri Tbk √ √ x √
59 GDYR Goodyear Indonesia Tbk √ √ x √
60 GEMA Gema Graha Sarana Tbk √ √ x √
61 GGRM Gudang Garam Tbk √ √ √ √ Sampel 8
62 GJTL Gajah Tunggal Tbk √ √ √ √ Sampel 9
63 HDTX Panasia Indosyntec Tbk √ √ x √
64 HEXA Hexindo Adiperkasa Tbk √ √ x x
65 HMSP HM Sampoerna Tbk √ √ x √
66 IKBI Sumi Indo Kabel Tbk √ √ √ √ Sampel 10
(36)
68 INAI Indal Aluminium Industry Tbk √ √ √ √ Sampel 11
69 INCI Intan Wijaya Tbk √ x x √
70 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk √ √ √ √ Sampel 12
71 INKP Indak Kiat Pulp & Paper Tbk √ √ x √
72 INRU Toba Pulp Lestari Tbk √ √ x √
73 INTD Inter Delta Tbk √ √ x √
74 INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk √ √ x √
75 JKSW Jakarta Kyoei Steel Works Tbk √ √ √ √ Sampel 13
76 JPRS Jaya Pari Steel Tbk √ √ √ √ Sampel 14
77 KAEF Kimia Farma Tbk √ √ x √
78 KARW Karwell Indonesia Tbk √ √ x √
79 KBLM Kabelindo Murni Tbk √ √ x √
80 KBLV First Media Tbk √ √ x √
81 KIAS Keramika Indonesia Assosiasi Tbk √ √ x √
82 KICI Kedaung Indah Can Tbk √ √ x √
83 KKGI Resource Alam Indonesia Tbk √ √ x √
84 KLBF Kalbe Farma Tbk √ √ x √
85 LAPD Leyand International Tbk √ √ x √
86 LION Lion Metal Tbk √ √ √ √ Sampel 15
87 LMPI Langgeng Makmur Tbk √ √ x √
88 LMSH Lionmesh Prima Tbk √ √ x √
89 LPIN Multi Prima Sejahtera Tbk √ √ x √
90 MAIN Malindo Feedmill Tbk √ √ x √
91 MASA Multistrada Arah Sarana Tbk √ √ x √
92 MBAI Multibreeder Adirama Ind Tbk √ √ x √
92 MEDC Medco Energi Tbk √ √ x √
94 MERK Merck Tbk √ √ x √
95 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk √ √ x √
96 MRAT Mustika Ratu Tbk √ √ x √
97 MTDL Metrodata Electronics Tbk √ √ √ √ Sampel 16
98 MYOR Mayora Indah Tbk √ √ x √
99 MYTX Apac Citra Centertex Tbk √ √ x √
100 NIPS Nipress Tbk √ x √
101 PAFI Panasia Filament Inti Tbk √ √ x √
102 PBRX Pan Brothers Tbk √ √ x √
103 RICO Pelangi Indah Canindo Tbk √ √ x √
104 POLY Polysindo Eka Perkasa Tbk √ √ x √
105 PRAS Prima Alloy Steel Tbk √ √ x √
106 PSDN Prashida Aneka Niaga Tbk √ √ x √
107 PTBA Bukit Asam Tbk √ √ √ √ Sampel 17
108 PTRO Petrosea Tbk √ √ x √
109 PTSN Sat Nusapersada Tbk √ √ x √
110 RICY Ricky Putra Globalindo Tbk √ √ x √
(37)
112 RUIS Radiant Utama Interinsco Tbk √ √ x √
113 SAIP Surabaya Agung Industry Tbk √ √ x √
114 SCPI Schering Plough Indonesia Tbk √ √ x √
115 SGRO Sampurna Agro Tbk √ √ x √
116 SKLT Sekar Laut Tbk √ √ x √
117 SMCB Holcim Indonesia Tbk √ √ x √
118 SMGR Semen Gresik Tbk √ √ x √
119 SMSM Selamat Sempurna Tbk √ √ x √
120 SOBI Sorini Corporation Tbk √ √ x √
121 SPMA Suparma Tbk √ √ x √
122 SQBI Squibb Indonesia Tbk √ √ x √
123 SQMI Sanex Qianjiang motor Tbk √ √ x √
124 SRSN Indo Acidatama Tbk √ √ √ √ Sampel 18
125 STTP Siantar TOP Tbk √ √ x √
126 SUDI Surya Dumai Industry Tbk √ √ x √
127 SUGI Sugi Samapersada Tbk √ √ x √
128 SULI Sumalindo Lestari Jaya Tbk √ √ x √
129 TBMS Tembaga Mulia Semanan Tbk √ √ x √
130 TCID Mandom Indonesia Tbk √ √ x √
131 TFCO FIFICO Tbk √ √ x √
132 TINS Timah Tbk √ √ x √
133 TIRA Tira Austenite Tbk √ √ x √
134 TKIM Pabrik Kerta Tjiwi Kimia Tbk √ √ x √
135 TMPO Tempo Inti Media Tbk √ √ x √
136 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk √ √ x √
137 TPIA Tri Polyta Indonesia Tbk √ √ √ √ Sampel 19
138 TRST Trias Sentosa Tbk √ √ x √
139 TSPC Tempo Scan Pacific Tbk √ √ x √
140 ULTJ Ultrajaya Milk Industry and Trading √ √ x √
141 UNIC Unggul Indah Cahaya Tbk √ √ x √
142 UNSP Bakrie Sumatera Plantations Tbk √ √ x √
143 UNTX Unitex Bilingual Tbk √ √ x √
144 UNVR Unilever Indonesia Tbk √ √ x √
145 VOKS Voksel Electric Tbk √ √ x √
146 WAPO Wahana Phonix Mandiri Tbk √ √ x √
147 YPAS PT Yanaprima Hastapersada Tbk √ √ √ √ Sampel 20
Sumber:www.idx.co.id
C. Jenis dan Sumber Data
Data-data yang akan digunakan dalam penelitian ini merupakan data
(38)
(2003:60),” data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut
misalnya dalam bentuk tabel. Grafik, diagram, gambar dan sebagainya sehingga
lebih informatif jika digunakan oleh pihak lain.”
Berdasarkan waktu pengumpulannya, data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data pooling data yaitu gabungan dari data cross section dan
time series. Sumber data diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan situs www.idx.co.id
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data
sekunder berupa laporan tahunan perusahaan Manufaktur yang dipublikasikan dan
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan mendownload melalui situs
www.idx.co.id.
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel Independen
Menurut Erlina (2008:43) “variabel independen atau variabel bebas
adalah variabel yang dapat mempengaruhi perubahan dalam variabel dependen
dan mempunyai hubungan yang positif maupun negatif bagi variabel dependen
lainnya”. Berikut merupakan variabel independen yang digunakan dalam
(39)
a. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial adalah jumlah kepemilikan saham oleh pihak
manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang dikelola (Isnanta,
2008). Indikator yang digunakan untuk mengukur kepemilikan manajerial
adalah persentase jumlah saham yang dimiliki pihak manajemen dari seluruh
modal saham perusahaan yang beredar.Perhitungan dari kepemilikan
manajerial adalah sebagai berikut :
Kepemilikan Manajerial = Saham yang dimiliki manajemen X 100% Total saham yang beredar
b. Proporsi Dewan Komisaris
Proporsi dewan komisaris independen diukur dengan menggunakan
indikator persentase anggota dewan komisaris yang berasal dari luar
perusahaan dari seluruh ukuran anggota dewan komisaris perusahaan.
Perhitungan dari proporsi dewan komisaris adalah sebagai berikut :
Proporsi Dewan Komisaris = Jumlah anggota komisaris independen X 100% Jumlah seluruh anggota dewan komisaris
c. Komite Audit
Komite audit berfungsi membantu dewan komisaris untuk meningkatkan
kualitas laporan keuangan, meningkatkan efektivitas fungsi internal audit
dan mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian dewan komisaris.
Proporsi komite audit diukur diukur dengan menggunakan indikator
presentase anggota komite audit yang berasal dari luar komite audit terhadap
(40)
Perhitungan dari proporsi dewan komisaris adalah sebagai berikut :
Komite Audit = Jumlah anggota komite audit independen X 100% Jumlah seluruh anggota komite audit
2. Variabel Dependen
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini ádalah
Manajemen Laba. Manajemen laba merupakan suatu intervensi dengan
maksud tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja
untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi Schipper (1989). Manajemen
laba dalam penelitian ini dijelaskan menggunakan dasar rasio akrual modal
kerja dengan penjualan sebagai berikut:
Δ Akrual Modal Kerja t Manajemen Laba (EM) = ─────────────────
Pendapatan Akrualmodal kerja = Δ AL - Δ HL - Δ Kas Keterangan:
Δ AL = Perubahan aktiva lancar pada periode t
Δ HL = Perubahan hutang lancar pada periode t
Δ Kas = Perubahan kas dan ekuivalen kas pada periode t
Tabel 3.2
Ringkasan Definisi Operasional dan Pengukurannya
No Jenis Variabel Nama Variabel Definisi Skala pengukuran
1 Independen Kepemilikan manajerial
Persentase kepemilikan saham perusahaan oleh pihak manajemen
Rasio
2 Independen Proporsi Dewan
Komisaris
Persentase anggota dewan komsaris yang
(41)
F. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
analisis statistik dengan menggunakan SPSS, namun terlebih dahulu dilakukan uji
asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis.
1. Pengujian Asumsi Klasik
Salah satu syarat yang mendasari penggunaan model regresi adalah
dipenuhinya semua asumsi klasik, agar pengujian bersifat tidak bias dan
efisien (Best Linear Unbiased Estimator / BLUE).
Menurut Ghozali (2005:123) asumsi klasik yang harus dipenuhi adalah: a. Berdistribusi secara normal.
b. Non-Multikolinearitas, artinya antara variabel independen dalam model regresi tidak memiliki korelasi atau hubungan secara sempurna atau mendekati sempurna.
c. Non-Autokorelasi, artinya kesalahan pengganggu dalam model regresi tidak saling berkorelasi.
d. Homokedastisitas, artinya varians variabel independen dari suatu pengamatan lain adalah konstan atau sama.
berasal dari luar perusahaan dari seluruh ukuran anggota dewan komisaris perusahaan
3 Independen Komite Audit Persentase anggota
komite audit yang berasal dari luar komite audit terhadap seluruh anggota komite audit
Rasio
4 Dependen Manajemen
Laba
Potensi penggunaaan manajemen akrual dengan tujuan
memperoleh keuntungan pribadi
(42)
Pengujian tersebut meliputi:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model
regresi antara variabel dependen dengan variabel independen mempunyai
distribusi secara normal atau tidak. Proses uji normalitas data dapat
dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Distribusi data
dapat dilihat dengan membandingkan Zhitung dengan Ztabel dengan criteria
sebagai berikut:
a) Jika Zhitung ( Kolmogorov Smirnov) < Ztabel (1,96) atau angka
signifikan > taraf signifikansi (α) 0,05, maka distribusi data dikatakan normal,
b) Jika Zhitung ( Kolmogorov Smirnov) > Ztabel (1,96) atau angka
signifikan < taraf signifikansi (α) 0,05, maka distribusi data dikatakan normal.
Uji normalitas data juga dapat dilihat dengan memperlihatkan
penyebaran data (titik) pada normal P plot of regression standardized
residual variabel independen, dimana:
a) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas,
b) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak
mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi
(43)
Model asumsi yang baik adalah yang mempunyai distibusi data normal
atau mendekati normal.
b. Uji Autokorelasi
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linear
ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pada periode t-1. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan
sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Hal ini sering
ditemukan pada time series. Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah autokorelasi adalah dengan menggunakan nilai uji Durbin Watson
dengan ketentuan sebagai berikut:
Tabel 3.3
Keputusan Durbin Watson (DW)
Hipotesis nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl Tidak ada autokorelasi positif No decision dl ≤ d ≥ du Tidak ada autokorelasi negative Tolak 4 – dl < d < 4 Tidak ada autokorelasi negative No decision 4 – du ≤ d ≤ 4 - dl Tidak ada autokorelasi positif atau
negative
Tidak ditolak du < d < 4 - dl
Sumber: Ghazali, 2006:100
Keterangan: du = batas atas
(44)
c. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedisitas merupakan situasi dimana dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Menurut (Ghozali:105) deteksi heteroskedastisitas dapat dilihat dari
grafik Scatterplot antara nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan
residualnya SRESID. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada
membentuk pola tertentu yang teratur, maka terjadi heteroskedastisitas.
Sebaliknya jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik yang menyebar maka
tidak terjadi heteroskedastisitas.
Tindakan perbaikan yang dapat dilakukan jika terjadi heteroskedastisitas,
yaitu:
a) Transfomasi dalam bentuk model regresi dengan membagi model
regresi dengan salah satu variabel independen yang digunakan dalam
model tersebut.
b) Tranformasi logaritma.
d. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk meneliti apakah dalam model
regresi ditemukan adanya korelasi di antara variabel independen. Jika terjadi
korelasi, berarti terjadi masalah multikolinieritas. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Untuk
melihat ada atau tidaknya multikolinieritas dalam model regrasi dilihat dari
(45)
yang dipakai untuk menunjukkan adanaya multikolinieritas adalah nilai
tolerance <0,01 atau sama dengan VIF >10 (Ghozali,2005:91).
2. Pengujian Hipotesis
Menurut Ghazali (2006:85), analisis regresi adalah studi mengenai
ketergantungan variabel dependen dengan satu atau lebih variabel independen.
Dalam penelitian ini, analisis regresi berganda digunakan untuk menguji
pengaruh antara kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris, dan komite
audit sebagai variabel independen dengan manajemen laba sebagai variabel
dependen.
Model persamaannya adalah sebagai berikut:
Y= a+b1X1+b2X2+b3X3+e
Keterangan:
Y = Discretionary Accruals
a = Konstanta
b1b2b3 = Koefisien regresi
X1 = Kepemilikan manajerial
X2 = Proporsi dewan komisaris
X3 = Komite audit
(46)
a. Uji t (uji secara parsial)
Uji ini dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen, yaitu : good corporate governance. Uji ini dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel dengan ketentuan sebagai
berikut :
Jika thitung < α 0,05; maka H1 diterima Jika thitung > α 0,05; maka H1 ditolak
b. Uji F (Uji simultan)
Uji simultan (uji F) dimaksudkan untuk melihat kemampuan menyeluruh
dari variabel bebas untuk dapat atau mampu menjelaskan tingkah laku atau
keragaman variabel tidak bebas. Uji ini juga dimaksudkan untuk mengetahui
apakah semua variabel bebas memiliki koefisien regresi sama dengan nol
(Suryadi, 2003:532).
Ho diterima dan HI ditolak apabila F-hitung > F-tabel untuk α = 5%
Ho ditolak dan HI diterima apabila F-hitung < F-tabel untuk α = 5%
G. Jadwal Penelitian
Pengajuan judul proposal dilakukan pada minggu ketiga Maret 2011 dan
disetujui departemen akuntansi minggu pertama April 2011. Bimbingan proposal
berlangsung selama 2 minggu dan pada minggu terakhir April 2011 peneliti
melakukan seminar proposal. Peneliti membutuhkan waktu 2 bulan untuk
mengumpulkan dn mengolah data karena peneliti harus mengunduh seluruh
(47)
peneliti mendiskusikan hasilnya yaitu melalui bimbingan skripsi pada Juni.
(48)
Maret 20011
April 2011
Mei 2011
Juni 2011
Juli 2011
Agustus 20011
Pengajuan judul skripsi
Pengajuan proposal skripsi
Bimbingan proposal skripsi
Seminar proposal skripsi
Pengumpulan dan pengolahan data
Bimbingan skripsi Penyelesaian
laporan penelitian
(49)
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELTIAN
A. Data Penelitian
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis statistik dengan menggunakan model persamaan regresi berganda yang
bertujuan untuk mengetahui hubungan dan pengaruh dari beberapa variabel bebas
atau independen terhadap variabel tidak bebas atau dependen. Analisis data
dimulai dengan mengolah data menggunakan Microsoft Excel, selanjutnya
dilakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian hipotesis dilakukan dengan
menggunakan regresi berganda. Pengujian asumsi klasik dan regresi berganda
dilakukan dengan menggunakan software SPSS. prosedur dimulai dengan
memasukkan semua variabel independen dan variabel dependen ke program SPSS
tersebut dan menghasilkan output-output sesuai dengan metode analisis data yang
telah ditentukan. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, terdapat sejumlah 20
perusahaan manufaktur yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel dan
diamati selama periode 2007 sampai dengan 2009.
Tabel 4.1
Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur No Kode Nama Perusahaan
1 ARNA Arwana Citramulia Tbk
2 AUTO Astra Otoparts Tbk
3 BRNA Berlina Tbk
4 BTON Beton Jaya Manunggal Tbk
5 BUDI Budi Acid Jaya Tbk
6 CTBN Citra Tubindo Tbk
(50)
8 GGRM Gudang Garam Tbk
9 GJTL Gajah Tunggal Tbk
10 IKBI Sumi Indo Kabel Tbk
11 INAI Indal Aluminium Industry Tbk
12 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
13 JKSW Jakarta Kyoei Steel Work Tbk 14 JPRS Jaya Pari Steel Tbk
15 LION Lion Metal Tbk
16 MTDL Metrodata Electronics Tbk
17 PTBA Bukit Asam Tbk
18 SRSN Indo Acidatama Tbk
19 TPIA Tri Polyta Indonesia Tbk
20 YPAS PT Yanaprima Hastapersada Tbk
B. Analisis Hasil Penelitian 1. Uji Statistik Deskriptif
Informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini merupakan data sekunder
yang diperoleh dari www.idx.co.id dan Indonesian Capital Market Directory
berupa data keuangan sampel perusahaan manufaktur dari tahun 2007 sampai
tahun 2009 yang dijabarkan dalam bentuk statistik. Variabel dari penelitian ini
terdiri dari good corporate governance yang diproksikan kedalam kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris dan komite audit sebagai
variabel bebas (independent variable) dan manajemen laba sebagai variabel terikat (dependent variable). Statistik deskriptif dari variabel tersebut dari sampel perusahaan manufaktur selama periode 2007 sampai dengan tahun
(51)
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Descriptive Statistics
N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Kepemilikan Manajerial 60 15.5300 .0000 15.5300 2.298667 3.9139180
Proporsi dewan komiaris 60 .6000 .2000 .8000 .378500 .1097428
Komite audit 60 .5000 .0000 .5000 .320000 .1433261
Manjemen laba 60 6.7030 -4.4990 2.2040 -.058817 .7256633
Valid N (listwise) 60
Sumber: Data yang diolah peneliti, 2011
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa variabel good corporate governance yang diproksikan kedalam kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris dan
komite audit memiliki nilai minimum yang negatif dan manajemen laba juga
negatif. Nilai maksimum komisaris independen, komite audit dan manajemen
laba memiliki nilai yang negatif, sedangkan kepemilikan manajerial memiliki
nilai positif. Akan tetapi, ini bukan berarti kepemilikan manajerial memiliki
pengaruh yang positif karena nilai diatas merupakan hasil pengolahan data
yang telah diproksikan dengan menggunakan log natural.
Berikut ini perincian data deskriptif yang telah diolah:
a. Variabel kepemilikan manajerial memiliki nilai minimum 0,0000 dan
maksimum 15,5300 dengan rata-rata kepemilikan manajerial sebesar
2,298667 dengan jumlah sampel sebanyak 60,
b. Variabel proporsi dewan komisaris memiliki nilai minimum 0,2000 dan
nilai maksimum 0,8000 dengan rata-rata proporsi dewan komisaris
(52)
c. Variabel komite audit memiliki nilai minimum 0,000 dan nilai maksimum
0,5000 dengan rata-rata komite audit sebesar 0,320000 dengan jumlah
sampel sebanyak 60,
d. variabel manajemen laba memiliki nilai minimum -4,4990 dan nilai
maksimum 2,2040 dengan rata-rata manajemen laba sebesar -0,58817
dengan jumlah sampel sebanyak 60.
2. Pengujian Asumsi Klasik a. Uji Normalitas
Uji data statistik dengan model kolmogorov-Smirnov dilakukan untuk mengetahui apakah data sudah terdistribusi secara normal atau tidak. Ghozali
(2005:115), memberikan pedoman pengambilan keputusan tentang data
mendekati atau merupakan distribusi normal berdasarkan uji Kolmogorov Smirnov yang dapat dilihat dari :
1. nilai signifikan atau probabilitas < 0,05, maka distribusi data adalah tidak
normal.
2. nilai signifikan atau probabilitas > 0,05, maka distribusi data adalah
(53)
1) Uji Normalitas Sebelum Data Ditransformasi
Tabel 4.3
Uji Normalitas Sebelum Transformasi
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 60
Normal Parametersa,,b Mean .0000000
Std. Deviation .71639687
Most Extreme Differences Absolute .340
Positive .263
Negative -.340
Kolmogorov-Smirnov Z 2.636
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber: Hasil pengolahan SPSS 17, 2011
Dari hasil pengolahan data tersebut, besarnya nilai Kolmograv-Smirnov
adalah 2,636 dan signifikansi pada 0.00, maka dapat disimpulkan data tidak
terdistribusi secara normal karena 0,00 < 0,05. Data yang tidak terdistribusi secara
normal dapa dilihat melalui grafik histogram dan grafik normal plot data secara
(54)
Gambar 4.1
Grafik Histogram (sebelum transformasi) Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 17, 2011
Dengan cara membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang
mendekati distribusi secara normal, grafik di atas dapa disimpulkan bahwa
distribusi data tidak normal karena grafik histogram menunjukkan distribusi data
(55)
Gambar 4.2
Grafik Normal P-Plot of Regression Standardized Residual (sebelum transformasi)
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 17, 2011
Demikian pula dengan hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik
plot terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal serta penyebarannya agak
menjauh dari garis diagonal sehingga dapat disimpulkan bahwa data dala model
regresi tidak terdistribusi secara normal. Dari hasil uji normalitas dengan
Kolmograv-Smirnov (K-S), grafik histogram dan grafik normal plot menunjukkan
(56)
2) Uji Normalitas Setelah Data Ditransformasi
Ada beberapa cara mengubah model regresi menjadi normal menurut
Jogiyanto (2004: 172), yaitu:
1) Dengan melakukan transformasi data,
2) Lakukan trimming,
3) Lakukan winsorizing.
Untuk mengubah nilai residual agar berdistribusi normal, peneliti melakukan
transformasi data ke model LN dari persamaan manj.laba =
f(kep.manjerial,prop.dewankomisaris, komiteaudit) menjadi LN_ manj.laba =
f(kep.manjerial,prop.dewankomisaris, komiteaudit). Transformasi data ke dalam
bentuk LN menyebabkan data yang bernilai negative tidak ditransformasi
sehingga menghasilkan missing values.
Setiap data yang terdapat missing values akan diganti dengan data mean
(rata-rata). Kemudian, data diuji ulang berdasarkan asumsi normalitas. Berikut ini hasil
(57)
Tabel 4.4
Uji Normalitas Setelah Transformasi One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 30
Normal Parametersa,,b Mean .0000000
Std. Deviation 1.01702273
Most Extreme Differences
Absolute .098
Positive .098
Negative -.092
Kolmogorov-Smirnov Z .534
Asymp. Sig. (2-tailed) .938
a. Test distribution is Normal.
Sumber: Hasil Olah Data SPSS oleh Peneliti, 2011
Berdasarkan hasil uji statistik dengan model Kolmogorov-Smirnov seperti yang terdapat dalam tabel 4-3 dapat dilihat dari signifikan (2-tailed) Kolmogorov-Smirnov dari variabel kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris, komite audit dan manajemen lebih besar dari 0,05 atau telah terdistribusi dengan normal.
Dengan demikian, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai
observasi data telah terdistribusi secara normal dan dapat dilanjutkan dengan uji
asumsi klasik lainnya. Untuk lebih jelas, berikut ini dilampirkan grafik histogram
(58)
Gambar 4.1 Grafik Histogram
Sumber: Hasil olah Data SPSS oleh Peneliti
Gambar 4.3
Grafik Histogram (setelah transformasi) Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 17, 2011
(59)
Gambar 4.4
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual (Setelah Data Ditransformasi)
Sumber: Hasil olah data oleh peneliti
Dengan cara membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang
mendekati distribusi normal, dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa
distribusi data normal karena grafik histogram menunjukkan distribusi data
mengikuti garis diagonal yang tidak menceng (skewness) ke kiri maupun ke kanan atau normal.
(60)
Demikian pula dengan hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik
plot. Pada grafik normal plot, terlihat titik-titik menyebar disekitar garis
diagonal serta
penyebarannya agak mendekati dengan garis diagonal sehingga dapat
disimpulkan bahwa data dalam model regresi terdistribusi secara normal.
b. Uji Autokorelasi
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linear
ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pada periode t-1. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan
sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Hal ini sering
ditemukan pada time series. Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah autokorelasi adalah dengan menggunakan nilai uji Durbin Watson.
Hasil pengujian autokorelasi terhadap variabel dependen Manajemen Laba akan disajikan pada tabel 4.3 berikut ini:
Tabel 4.5
Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .560a .313 .234 1.07410 2.254
a. Predictors: (Constant), Komite Audit, Kepemilikan manajerial, Proporsi Dewan Komisaris
b. Dependent Variable: manajemen laba
Berdasarkan tabel 4.3, dapat dilihat bahwa nilai DW sebesar 2,254. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai signifikansi 5%,
(61)
jumlah sampel sebanyak 30 (n = 30) dan jumlah variabel independen sebanyak 3 (k = 3), maka dari tabel statistik Durbin-Watson didapatkan nilai batas bawah (DL) sebesar 1,006 dan nilai batas atas (DU) sebesar 1,421. oleh karena itu, nilai DW
berada di antara DL dan DU (1,006 ≤ 2,254 ≤ 1,421), maka dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi autokorelasi positif.
c. Uji Multikolinearitas
Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi ada tidaknya gejala
multikolonieritas adalah dengan melihat besaran korelasi antar variabel
independen dan besarnya tingkat kolonieritas yang masih dapat ditolerir,
yaitu: Tolerance > 0.10 dan Variance Inflation Factor (VIF) < 10. Berikut disajikan tabel hasil pengujian:
Tabel 4.6
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients Collinearity Statistics
Std. Error Tolerance VIF
1 (Constant) 1.376
LN_kepemilikan manajerial .099 .906 1.104
LN_proporsi dewan komisaris .796 .987 1.013
LN_komite audit 1.140 .912 1.096
a. Dependent Variable: LNmanj.laba
Hasil perhitungan nilai tolerance menunjukkan variabel independen memiliki
nilai tolerance > 0,10 yaitu 0, 988 untuk variabel kpemilikan manjerial, 0,987
(62)
yang berarti tidak terjadi korelasi antar variabel indepeden. Hasil perhitungan VIF
juga menunjukkan hal yang sama dimana variabel independen memiliki nilai VIF
kurang dari 10 yaitu 1,013 untuk variabel kepemilikan manajerial, 1,014 untuk
variabel proporsi dewan komisaris, dan 1,004 untuk variabel komite audit.
Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas
antar variabel independen model ini.
Tabel 4.7 Koefisien Korelasi
Coefficient Correlationsa
Model
LN_komite audit
LN_proporsi dewan komisaris
LN_kepemilikan manajerial
1 Correlations LN_komite audit 1.000 .037 .289
LN_proporsi dewan komisaris .037 1.000 -.091
LN_kepemilikan manejerial .289 -.091 1.000
Covariances LN_komite audit 1.300 .034 .032
LN_proprsi dewan komisaris .034 .634 -.007
LN_kepemilikan manajerial .032 -.007 .010
a. Dependent Variable: LNmanj.laba
Hasil besaran korelasi antar variabel memperlihatkan bahwa antara
variabel independen yang diuji variabel kepemilikan manajerial mempunyai
korelasi paling tinggi yaitu sebesar 0,289 atau 28,9%. Hal ini tidak menunjukkan
gejala korelasi karena masih di bawah 0,95 sehingga dapat disimpulkan bahwa
(63)
d. Uji Heterokedastisitas
Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi ada tidaknya gejala
heteroskedastisitas adalah dengan melihat plot grafik yang dihasilkan dari
pengolahan data dengan menggunakan program SPSS. Dasar pengambilan
keputusannya adalah:
1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola
tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit),
maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas,
2) Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas
atau terjadi homoskedastisitas.
Berikut ini dilampirkan grafik scatterplot untuk menganalisis apakah terjadi heteroskedastisitas atau terjadi homoskedastisitas dengan mengamati penyebaran
(64)
Gambar 4.5 Scatterplot
Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. Adanya
titik-titik yang menyebar menjauh dari titik-titik yang lain dikarenakan adanya
data observasi yang sangat berbeda dengan data observasi yang lain. Hasil output
menunjukkan SPSS ini dengan jelas menunjukkan tidak ada indikasi terjadi
(65)
3. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengethui apakah variabel independen
dalam model regresi berpengaruh terhadap variabel dependen. Pengujian hipotesis
dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda. Untuk menguji
apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak, digunakan uji t (t-test) dan
uji F (F-test).
Dari hasil pengujian asumsi klasik disimpulkan bahwa model regresi yang
dipakai dalam penelitian ini telah memenuhi model estimasi yang Best Linear
Unbiased Estimator (BLUE) dan layak dilakukan analisis regresi berganda.
Berdasarkan hasil pengolahan data program SPSS 17, maka diporeleh hasil
sebagai berikut:
Tabel 4.8 Analisis Hasil Regresi
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -5.172 1.292 -4.002 .000
Kepemilikan Manajerial -.147 .065 -.368 -2.250 .033
Proporsi Dewan Komisaris
-1.789 .761 -.385 -2.352 .027
KomiteAudit -.167 1.057 -.026 -.158 .876
a. Dependent Variable: manajemen laba
Dari tabel 4.7 diatas maka dapat disusun persmaan regresi sebagai berikut:
(66)
Model persamaan regresi berganda tersebut bermakna:
1) Konstanta sebesar -5,172 menunjukkan bahwa apabila tidak ada variabel independen (X1 = 0, X2 = 0, X3 = 0) maka manajemen laba
sebesar -5,172.
2) b1 sebesar -0,147 menunjukkan bahwa setiap kenaikan dari laba
akuntansi sebsar 1% akan diikuti oleh kenaikan manajemen laba sebesar -0,147.
3) b2 sebesar -1,789 menunjukkan bahwa setiap kenaikan dari laba
akuntansi sebsar 1% akan diikuti oleh kenaikan manajemen laba sebesar -1,789.
4) b3 sebesar -0,167 menunjukkan bahwa setiap kenaikan dari laba
akuntansi sebsar 1% akan diikuti oleh kenaikan manajemen laba sebesar -0,167.
a. Koefisien determinasi
Dalam uji ini regresi dianalisis pula besarnya koefisien determinasi
(R2). Koefisien determinasi (R2) ini digunakan untuk mengukur dan
mengetahui persentase pengaruh variabel independen terhadap
perubahan variabel dependen. Jika nilai R2 mendekati 1 maka dapat
dikatakan semakin kuat kemampuan variabel bebas dalam model
regresi tersebut dalam menerangkan variasi variabel terikatnya.
Sebaliknya, semakin kecil nilai R2, maka kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel-variabel dependen
semakin terbatas. Nilai R square memiliki kelemahan yaitu nilai R square akan meningkat setiap ada penambahan satu variabel
(67)
independen meskipun variabel independen tersebut tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen.
Tabel 4.9 Model Summary
Nilai Adjusted R Square pada tabel 4.7 diatas sebesar 0,234. Hal ini
menunjukkan bahwa 2,34% variabel manajemen laba dapat dijelaskan
variabel yang ada yaitu, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris
dan komite audit sedangkan sisanya 97,66 (100% - 2,34%) dipengaruhi
oleh variabel lain yang tidak dijelaskan oleh model penelitian ini.
b. Uji parsial (Uji T)
Uji T digunakan untuk menguji signifikansi konstanta dan setiap
variabel independennya. Berdasarkan hasil pengolahan SPSS, diperoleh
hasil sebagai berikut :
Tabel 4.10 Hasil Uji T
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .560a .313 .234 1.07410 2.254
a. Predictors: (Constant), Komite Audit, Kepemilikan Manajerial, Komisaris Independen
b. Dependent Variable: manajemen laba sumber: Hasil Pengolahan SPSS 17, 2011
(1)
Grafik Histogram Sebelum Transformasi
(2)
Grafik Histogram Sesudah Transformasi
(3)
Grafik P-Plot Sesudah Transformasi
Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .560a .313 .234 1.07410 2.254
a. Predictors: (Constant), Komite Audit, Kepemilikan manajerial, Proporsi Dewan Komisaris
(4)
Hasil Uji Multikolinieritas Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant) Kepemilikan Manajerial .988 1.013 Proporsi Dewan Komisaris .986 1.014
Komite Audit .996 1.004
a. Dependent Variable: manajemen laba
Coefficient Correlationsa
Model Komite Audit
Kepemilikan Manajerial
Proporsi Dewan Komisaris
1Correlations Komite Audit 1.000 .028 .050
Kepemilikan Manajerial .028 1.000 -.107
Proporsi Dewan Komisaris .050 -.107 1.000
Covariances Komite Audit 1.118 .002 .040
Kepemilikan Manajerial .002 .004 -.005
Proporsi Dewan Komisaris .040 -.005 .578
(5)
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .560a .313 .234 1.07410 2.254
a. Predictors: (Constant), Komite Audit, Kepemilikan Manajerial, Proporsi Dewan Komisaris
(6)
Hasil Uji simultan (Uji F) ANOVAb
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 13.682 3 4.561 3.953 .019a
Residual 29.996 26 1.154
Total 43.678 29
a. Predictors: (Constant), Komite Audit, Kepemilikan Manajerial, Proporsi Dewan Komisaris
b. Dependent Variable: manajemen laba
Hasil Uji Parsial (Uji T)
Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -5.172 1.292 -4.002 .000
Kepemilikan Manajerial -.147 .065 -.368 -2.250 .033
Komisaris Independen -1.789 .761 -.385 -2.352 .027
KomiteAudit -.167 1.057 -.026 -.158 .876