Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Corporate Governance terhadap publikasi Sustainability Report (Studi Empiris pada Perusahaan Go Public yang Terdaftar di BEI Periode 2007-2011)

(1)

i

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN DAN CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PUBLIKASI SUSTAINABILITY REPORT (Studi Empiris pada Perusahaan Go Public yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia Periode 2007-2011)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun oleh: PUSPOWARDHANI

NIM. 109082000103

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS NEGERI SYARIF HDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama Lengkap : Puspowardhani

2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 3 Januari 1992

3. Alamat : Jl. H.Syaip III No.52 Rt.003/01, Kel.Gandaria Selatan, Kec. Cilandak, Jakarta Selatan

4. Telepon : 08568094567

5. Email : puspowardhani@gmail.com

II. PENDIDIKAN

1. SD N Pesanggrahan 06 Petang Tahun 1997-2003

2. SMP N 177 Jakarta Tahun 2003-2006

3. SMA N 47 Jakarta Tahun 2006-2009

4. S1 Ekonomi Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2009-2013

III. PENDIDIKAN NON FORMAL

1. Baruna Swimming School, 1998-1999.

2. Lembaga Pendidikan Indonesia-Amerika (LPIA), Basic Levels, 2005-2006.


(7)

vii

3. Program Bimbingan Belajar BTA (Bimbingan Tes Alumni) 8, 2008-2009.

IV. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Bendahara Teater Citra SMA N 47 Jakarta, periode 2007-2008. 2. Anggota BIUS (Bina Usaha) BEM Jurusan Akuntansi UIN Syarif

Hidayatullah, periode 2009-2010.

V. SEMINAR DAN WORKSHOP

1. Talkshow Pemberantasan Korupsi bersama KPK oleh BEMJ Akuntansi Syarif Hidayatullah Jakarta, 9 September 2009.

2. Seminar Nasional “Peran Asuransi Dalam Era Globalisasi” dalam acara

Insurance Goes to Campus, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 20 Mei 2010.

3. Workshop Komputer Akuntansi dengan menggunakan Zahir Accounting Edisi Standar 5.1 oleh Himpunan Mahasiswa Akuntansi (HIMAS) Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, 17 Maret 2012.

VI. KEPANITIAAN

1. Program Pengenalan Studi Almamater (ProPeSA) oleh BEMJ Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah, 17-18 Agustus 2009.

VII. LATAR BELAKANG KELUARGA


(8)

viii

2. Tempat, Tanggal Lahir : Palopo, 27 Februari 1942

3. Ibu : Sunarsih

4. Tempat, Tanggal Lahir : Nganjuk, 23 Agustus 1946 5. Alamat : Jl. H. Syaip III No.52 Rt.003/01,

Kel.Gandaria Selatan, Kec. Cilandak, Jakarta Selatan 6. Anak Ke-, dari : 7 dari 7 bersaudara


(9)

ix

ABSTRACT

The Effects of Firm Characteristics and Corporate Governance on Publication of Sustainability Report

The aim of this research is to examine the effects of profitability, liquidity, leverage, industry type, activity, firm size, the number of audit committee meetings, the number of board meetings, and governance committee to the publication of sustainability report (SR).

The study uses secondary data on companies listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) in the year 2007-2011. The selection of this sample uses purposive sampling method. Based on purposive sampling method, the samples of firms that publish sustainability report (SR) are 20 companies, while the number of companies that do not publish sustainability report (SR) are 22 companies. The analysis tool to test the hypothesis is the logistic regression analysis by using SPSS 17.0.

Result of this research indicates that profitability (return on assets), activity, firm size, and the number of audit committee meetings have significant influences on publication of SR. Meanwhile, profitability (net profit margin), liquidity, leverage, industry type, the number of board meetings, and governance committee have no significant influences on SR publications.

Keywords: Sustainability Report, Profitability, Liquidity, Leverage, Industry Type, Activity, Firm Size, Meeting Audit Committee, Meeting Board of Directors, Governance Committee.


(10)

x ABSTRAK

Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Corporate Governance Terhadap Publikasi Sustainability Report

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh profitabilitas, likuiditas, leverage, tipe industri, aktivitas, ukuran perusahaan, jumlah rapat komite audit, jumlah rapat dewan direksi, dan governance committee terhadap publikasi sustainability report (SR).

Penelitian ini menggunakan data sekunder pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2007-2011. Pemilihan sampel penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Berdasarkan metode purposive sampling, jumlah sampel perusahaan yang mempublikasikan sustainability report (SR) adalah 20 perusahaan, sedangkan jumlah perusahaan yang tidak mempublikasikan sustainability report (SR) adalah 22 perusahaan. Alat analisis untuk menguji hiptesis yaitu analisis regresi logistik dengan menggunakan program SPSS 17.0.

Hasil penelitian ini menunjukkan profitabilitas (return on assets), aktivitas, ukuran perusahaan, dan jumlah rapat komite audit berpengaruh signifikan terhadap publikasi SR. Sedangkan profitabilitas (net profit margin), likuiditas, leverage, tipe industri, jumlah rapat dewan direksi, dan governance committee tidak berpengaruh signifikan terhadap publikasi SR.

Kata kunci: Sustainability Report, Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, Tipe Industri, Aktivitas, Ukuran Perusahaan, Jumlah Rapat Komite Audit, Jumlah Rapat Dewan Direksi, Governance Committee.


(11)

xi

KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim

AssalamualaikumWr. Wb.

Alhamdullilahirobbil’alamin, segala puji dan syukur yang tak terhingga

penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan kemudahanNya, serta Rasulullah SAW yang telah menjadi inspirasi bagi penulis sehingga skripsi yang berjudul “Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Corporate Governance terhadap Publikasi Sustainability Report” ini dapat selesai dengan baik. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selama melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah banyak memberikan dukungan, bimbingan, bantuan, dan doanya yang tulus sehingga penelitian ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Orangtua tercinta yaitu Harsenotomo dan Sunarsih yang selalu menncurahkan kasih sayang melalui doa, dukungan dan nasihat kepada penulis.

2. Kakak-kakakku Rini, Soni, Koko, Kiki, Jun, dan Desi yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan untuk kesuksesan penulis.

3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(12)

xii

4. Ibu Dr. Rini, SE.,Ak.,M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Hepi Prayudiawan SE.,Ak.,MM selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih atasi lmu yang telah Bapak berikan selama ini.

7. Ibu SoliyahWulandari SE., M.Sc selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah meluangkan waktu, mencurahkan perhatian, membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis. Terima kasih atas semua saran yang Ibu berikan selama proses penulisan skripsi sampai terlaksananya siding skripsi.

8. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah yang telah memberikan bantuan kepada penulis.

9. Sahabat seperjuanganku “HAPPY” Annisa Ayu Fitria, Silvia Lailiyah, Laila

Badriyah, Zahra Septianingsih, dan Rizka Persia Pasadena terima kasih atas dukungan dan bantuannya kepada penulis.

10.Sahabatku Dhika, Hamdan, Rifky, Rahmat, Galih, Amri, Koco dan rekan-rekan ACID Akuntansi C lainnya yang telah memberikan bantuan dan semangat kepada penulis.

11.Teman-teman Akuntansi UIN 2009 yang selalu memberikan semangat kepada penulis.


(13)

xiii

12.Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu, tanpa mengurangi rasa hormat, terima kasih atas masukan dan bantuannya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Jakarta, Juni 2013


(14)

xiv DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Pengesahan Skripsi... ii

Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ... iii

Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ... iv

Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ... v

Daftar Riwayat Hidup ... vi

Abstract ... ix

Abstrak ... x

Kata Pengantar ... xi

Daftar Isi ... xiv

Daftar Tabel ... xvii

Daftar Gambar ... xviii

Daftar Lampiran ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

A. Teori yang Berkenaan dengan Variabel ... 12

1. Teori Keagenan (Agency Theory) ... 12

2. Teori Stakeholders ... 13

3. Teori Legitimasi ... 15

4. Corporate Social Responsibility (CSR) ... 16

5. Konsep Triple Bottom Line ... 17

6. Sustainability Report ... 18

7. Karakteristik Perusahaan ... 24

a. Profitabilitas ... 24


(15)

xv

c. Leverage ... 25

d. Tipe Industri ... 26

e. Aktivitas ... 27

f. Ukuran Perusahaan ... 27

6. Corporate Governance... 28

a. Komite Audit ... 29

b. Dewan Direksi ... 30

c. Governance Committee ... 31

B. Hasil Penelitian Sebelumnya ... 31

C. Kerangka Berpikir ... 34

D. Hipotesis ... 36

1. Profitabilitas dengan Publikasi SR ... 36

2. Likuiditas dengan Publikasi SR ... 37

3. Leverage dengan Publikasi SR... 37

4. Tipe Industri dengan Publikasi SR ... 38

5. Aktivitas dengan Publikasi SR ... 39

6. Ukuran Perusahaan dengan Publikasi SR ... 39

7. Komite Audit dengan Publikasi SR ... 40

8. Dewan Direksi dengan Publikasi SR ... 41

9. Governance Committee dengan Publikasi SR ... 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 44

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 44

B. Metode Penentuan Sampel ... 44

C. Metode Pengumpulan Data ... 45

D. Metode Analisis Data ... 46

1. Definisi Regresi Logistik ... 46

2. Tahapan Regresi Logistik ... 47

a. Statistik Deskriptif ... 47

b. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 47

E. Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 52


(16)

xvi

a. Karakteristik Perusahaan (X1) ... 53

b. Corporate Governance (X2) ... 55

3. Variabel Dependen (Sustainability Report) (Y) ... 57

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 59

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 59

1. Deskripsi Objek Penelitian ... 59

2. Deskripsi Sampel Penelitian ... 61

B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian ... 62

1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 63

2. Hasil Uji Hipotesis Penelitian ... 66

a. Hasil Uji Kesesuaian Keseluruhan Model ... 68

b. Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 70

c. Hasil Uji Kelayakan Model Regresi ... 70

d. Hasil Uji Multikolinieritas ... 71

e. Hasil Matriks Klasifikasi ... 73

f. Hasil Uji Regresi Logistik ... 74

1) Pengaruh Profitabilitas Terhadap Publikasi SR ... 75

2) Pengaruh Likuiditas Terhadap Publikasi SR ... 77

3) Pengaruh Leverage Terhadap Publikasi SR ... 78

4) Pengaruh Tipe Industri Terhadap Publikasi SR ... 79

5) Pengaruh Aktivitas Terhadap Publikasi SR ... 80

6) Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Publikasi SR ... 81

7) Pengaruh Komite Audit Terhadap Publikasi SR ... 82

8) Pengaruh Dewan Direksi Terhadap Publikasi SR ... 83

9) Pengaruh Governance Committee Terhadap Publikasi SR84 BAB V PENUTUP ... 86

A. Kesimpulan... 86

B. Implikasi ... 89

C. Saran ... 91

Daftar Pustaka ... 92


(17)

xvii

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

2.1. Penelitian Sebelumnya ... 32

3.1. Operasionalisasi Variabel Penelitian... 58

4.1. Tahapan Seleksi Sampel dengan Kriteria ... 60

4.2. Data Sampel Penelitian ... 61

4.3. Statistik Deskriptif ... 63

4.4. Identifikasi Data ... 67

4.5. Data yang Diproses ... 67

4.6. Menilai Keseluruhan Model ... 69

4.7. Koefisien Determinasi ... 70

4.8. Menguji Kelayakan Model Regresi ... 71

4.9. Hasil Uji Multikolinieritas ... 72

4.10. Matriks Klasifikasi ... 73

4.11. Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik ... 74


(18)

xviii

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman


(19)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Halaman

1. Data Sampel ... 98 2. Hasil Output SPSS ... 116


(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pada umumnya perusahaan akan mencari profit yang besar untuk memaksimalkan usahanya. Sebagian besar perusahaan menganggap bahwa mereka sudah cukup memberikan sumbangsih kepada masyarakat berupa penyediaan produk yang memuaskan kebutuhan konsumen dan penyediaan lapangan pekerjaan. Namun, masyarakat semakin menyadari bahwa tidak cukup hal itu saja, melainkan dampak sosial yang ditimbulkan perusahaan juga perlu mendapat perhatian khusus.

Dengan keberpihakan perusahaan kepada pemilik modal mengakibatkan perusahaan melakukan eksploitasi sumber-sumber alam dan masyarakat (sosial) secara tidak terkendali sehingga mengakibatkan kerusakan lingkungan alam dan pada akhirnya mengganggu kehidupan manusia. Kapitalisme, yang hanya berorientasi pada laba material, telah merusak keseimbangan kehidupan dengan cara menstimulasi pengembangan potensi ekonomi yang dimiliki manusia secara berlebihan yang tidak memberi kontribusi bagi peningkatan kemakmuran mereka tetapi justru menjadikan mereka mengalami penurunan kondisi sosial {(Galtung & Ikeda, 1995) dan (Rich, 1996) dalam (Anggraini, 2006:2)}.


(21)

2 Di dalam akuntansi konvensional (mainstream accounting), pusat perhatian yang dilayani perusahaan adalah stockholders dan bondholders sedangkan pihak yang lain sering diabaikan. Dewasa ini tuntutan terhadap perusahaan semakin besar. Perusahaan diharapkan tidak hanya mementingkan kepentingan manajemen dan pemilik modal (investor dan kreditor) tetapi juga karyawan, konsumen serta masyarakat. Perusahaan mempunyai tanggung jawab sosial terhadap pihak-pihak di luar manajemen dan pemilik modal. Akan tetapi perusahaan kadangkala melalaikannya dengan alasan bahwa mereka tidak memberikan kontribusi terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Hal ini disebabkan hubungan perusahaan dengan lingkungannya bersifat non reciprocal yaitu transaksi antara keduanya tidak menimbulkan prestasi timbal balik (Anggraini, 2006:2).

Anggapan tersebut bukanlah suatu hal yang cukup jika suatu perusahaan ingin membentuk nilai jangka panjang karena sebenarnya masyarakat tidak kemudian hanya menuntut pemenuhan kebutuan mereka melalui penyediaan produk. Perusahaan dituntut untuk tidak hanya memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi saja, tetapi juga dapat membantu dalam memecahkan permasalahan terkait risiko dan ancaman terhadap keberlanjutan (sustainability) dalam lingkup hubungan sosial, lingkungan, dan perekonomian (Global Reporting Initiative, 2006 dalam Suryono, 2011:3).

Era 1990-an muncul gerakan konsumen yangdisebut “konsumen hijau” (green consumer) menghendaki produk yang bersahabat dengan lingkungan (environmentally friendly product). Hal ini terjadi karena meningkatnya


(22)

3 kerusakan ekologi sebagai akibat kegiatan pembangunan termasuk ekonomi dan perdagangan. Permasalahan lingkungan hidup terus berlangsung hingga saat ini. Laporan terakhir Panel PBB untuk Perubahan Iklim (United Nations Intergovernmental Panel on Climate Change/IPPC) di Valencia, 19 Nopember 2007, menyebutkan bahwa pemanasan global merupakan hal yang tidak terbantahkan lagi. Aktivitas manusia (90%) sebagai penyebab utama pemanasan global. Menurut Antara News (2007), sedikitnya dua puluh tiga pulau tak berpenghuni di Indonesia tenggelam dalam sepuluh tahun terakhir akibat pemanasan global. Diperkirakan tahun 2070 sekitar 800 ribu rumah dipesisir harus dipindahkan dan sebanyak 2.000 pulau dari sekitar 18.000 pulau di Indonesia akan tenggelam akibat naiknya air laut. Pulau Maladewa (India), Vanuatu dan beberapa pulau lain akan mengalami nasib sama. (Ambarini, 2010:275).

Isu lingkungan memang beberapa waktu terakhir ini terlihat begitu seksi. Sampai-sampai, sejumlah perusahaan yang bisnisnya bersinggungan langsung dengan aspek lingkungan melabeli dirinya dengan gerakan menjaga kelestarian alam. Mereka mengemasnya melalui kegiatan corporate social responsibility (CSR). Ini kalau perusahannya menyadari persoalan sosial dan lingkungan merupakan bagian tanggung jawab kelangsungan perusahaan di masa depan. (Setiaji, 2011). Namun, masih banyak kritik yang disampaikan oleh masyarakat, pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), maupun pakar pendidikan mengenai minimnya kepedulian perusahaan-perusahaan terhadap aspek lingkungan dan sosial yang timbul dari kegiatan operasinya.


(23)

4 Wahyuningtyas dan Nugrahanti (2012:2) menyebutkan sejumlah contoh kasus yang terjadi di antaranya adalah melubernya lumpur dan gas panas di Kabupaten Sidoarjo yang disebabkan eksploitasi gas PT Lapindo Brantas, limbah industri PT Wings Surya yang melampaui baku mutu buangan limbah cair telah merusak sekitar 18 hektar tanaman padi milik warga, PT Adi Makayasa yang ditutup sementara karena warga sekitar mengeluhkan polusi udara yang ditimbulkan dari aktivitas pabrik pupuk organik tersebut, serta PT Hutan Unggul Persada dilaporkan ke Komisi Perlindungan Anak Indonesia karena telah mempekerjakan sekitar 88 anak di bawah umur.

Data National Centre for Sustainability Report (NCSR), lembaga independen pengembangan, pembinaan, pengukuran, dan pelaporan implementasi CSR dan keberlanjutan perusahaan, menyuguhkan data menarik. Chairman NCSR Indonesia Ali Darwin menyebutkan sebanyak tiga puluh perusahaan di Indonesia menggunakan standar laporan keberlanjutan (sustainability report) berdasarkan panduan terbitan Global Reporting Initiative (GRI) yang berbasis di Belanda. Standar GRI ini diwajibkan di sejumlah negara, seperti Belanda, Swedia, Perancis, China, Jepang. Ada tiga alasan utama, mengapa hanya tiga puluh perusahaan di Indonesia yang mengacu GRI dalam menyusun laporan kegiatan tanggung jawab sosial dan lingkungannya. Pertama, laporan CSR belum menjadi ketentuan wajib meski kegiatan CSR di Indonesia sudah diatur. Kedua, perusahaan yang memiliki kegiatan CSR memang tidak transparan, selain alasan biaya dalam menyusun laporan. Atau alasan ketiga, perusahaan ini low profile sehingga mereka


(24)

5 berpikir tidak perlu melaporkan, yang penting sudah memberi dampak dan keberlanjutan sosial kepada masyarakat. (Setiaji, 2011:2).

Di tengah sulitnya kondisi perekonomian, manajemen sebuah perusahaan mungkin akan tergoda untuk mengesampingkan masalah keberlanjutan (sustainability). Semua upaya difokuskan agar perusahaan dapat bertahan hidup dalam kondisi pasar dimana permintaan menurun dan biaya keuangan semakin tinggi. Oleh karena itu, sustainability sebuah perusahaan „tidak hanya‟ terbatas pada memperhatikan dampak dari operasi perusahaan terhadap lingkungan dan masyarakat. Sustainability harus menjadi bagian integral dari perencanaan jangka pendek dan perancangan strategi jangka panjang sebuah perusahaan. Krisis ekonomi global telah membuat masyarakat menjadi lebih curiga terhadap perusahaan. Perusahaan-perusahaan yang mengabaikan norma-norma sosial akan kehilangan niat baik dari para konsumen, pekerja dan pihak regulator. (Xavier Bary, 2013:1).

Xavier menyebutkan salah satu contoh dramatis dari perusahaan yang mengabaikan sinyal-sinyal pentingnya masalah sustainability ini adalah tiga manufaktur mobil besar di Amerika. Perusahaan-perusahaan ini merancang mobil berdasarkan asumsi bahwa ada sejumlah besar cadangan minyak bumi dan bahan-bahan mentah yang tersedia dan dapat digunakan. Mereka kehilangan daya saing mereka saat harga bahan bakar melambung tinggi di tahun 2005, sebuah refleksi dari semakin menipisnya cadangan sumber daya alam dunia. Saat krisis terjadi, dalam jangka waktu yang singkat konsumen memilih mobil-mobil yang lebih irit bahan bakar. Para perusahaan


(25)

6 manufaktur mobil di Amerika tidak memiliki cukup waktu untuk merespon tren ini dengan rancangan-rancangan mobil yang baru. Perusahaan-perusahaan ini sekarang berada di ambang kebangkrutan, bukan karena krisis ekonomi yang terjadi, melainkan karena mereka gagal menangani masalah sustainability beberapa tahun sebelumnya.

Isu mengenai sustainable development berkembang dengan pesat seiring dengan meningkatnya jumlah perusahaan yang menerbitkan sustainability report. The Global Reporting Initiative (GRI) yang berlokasi di Belanda dan pemegang otoritas lain di dunia, berusaha mengembangkan “framework for sustainability reporting”, dan versi terakhir dari pedoman pelaporan yang telah dihasilkan dinamakan G3 Guidelines (Dilling, 2009). Pertanggungjawaban sosial perusahaan diungkapkan di dalam laporan yang disebut Sustainability Reporting. Sustainability Reporting adalah pelaporan mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial, pengaruh dan kinerja organisasi dan produknya di dalam konteks pembangunan berkelanjutan (sustainable development). The Association of Chartered Certified Accountants (ACCA) menjelaskan bahwa Sustainability Reporting meliputi pelaporan mengenai ekonomi, lingkungan dan pengaruh sosial terhadap kinerja organisasi (Anggraini, 2006:5). Sustainability report harus menjadi dokumen strategik yang berlevel tinggi yang menempatkan isu, tantangan dan peluang Sustainability Development yang membawanya menuju kepada core business dan sektor industrinya. (Budiman dan Supatmi, 2009:4).


(26)

7 Anggraini (2006:15) meneliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan informasi sosial dalam laporan keuangan tahunan. Hasilnya adalah kepemilikan manajemen dan tipe industri berpengaruh, sedangkan profitabilitas, ukuran perusahaan, dan tingkat leverage tidak berpengaruh terhadap pengungkapan informasi sosial dalam laporan keuangan tahunan. Hal ini disebabkan perusahaan dengan kepemilikan manajemen yang besar dan termasuk dalam industri yang memiliki risiko politis yang tinggi (high-profile) cenderung mengungkapkan informasi sosial yang lebih banyak dibandingkan perusahaan lain.

Mengacu pada penelitian Suryono dan Prastiwi, penelitian ini juga menganalisis pengaruh karakteristik perusahaan dan corporate governance terhadap praktik pengungkapan sustainability reporting dengan memodifikasi variabel penelitian. Perbedaan tersebut adalah menambahkan obyek pengamatan pada karakteristik perusahaan dengan variabel tipe industri. Pada variabel profitabilitas juga ditambahkan proksi net profit margin (NPM). Selain itu, penelitian ini menambah tahun penelitian yaitu dari tahun 2007 hingga 2011 agar dapat memberikan informasi yang lebih jelas bagi pemangku kepentingan. Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian karena tidak banyak penelitian yang membandingkan variabel mengenai karakterisitik perusahaan corporate governance dengan sustainability reporting. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh karakteristik perusahaan dan praktik corporate governance dalam


(27)

8 pembuatan sustainability report. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Corporate Governance Terhadap Publikasi Sustainability Reporting.

B. Rumusan Masalah

Tumbuhnya kesadaran publik tentang peran perusahaan di tengah masyarakat melahirkan kritik karena menciptakan masalah sosial, polusi, sumber daya, limbah, mutu produk, tingkat safety produk, serta hak dan status tenaga kerja. Investor semakin peduli dengan menilai dan menentukan mana sajakah perusahaan yang telah melakukan pengambilan keputusan berkelanjutan melalui indikator yang lebih komprehensif dan memprioritaskan investasinya pada perusahaan yang menjalankan operasional perusahaan secara beretika dan bertanggung jawab. Tekanan dari berbagai pihak memaksa perusahaan untuk memberikan tanggung jawab atas dampak aktivitas bisnisnya terhadap masyarakat. (Made dan Putu Ayu, 2011:37).

Mindset atau cara pandang bahwa perusahaan harus mengedepankan profit oriented mulai banyak dipertanyakan setelah banyak terjadinya berbagai kerusakan baik sosial maupun lingkungan sebagai impact dari aktivitas entitas bisnis dalam meraih profit. Banyaknya permasalahan lingkungan sebagai akibat kegiatan pembangunan, mendorong diciptakannya industri yang berwawasan lingkungan. Seiring dengan adanya perkembangan CSR, perusahaan mulai menyadari untuk mengungkapkan sebuah laporan yang tidak hanya berpijak pada single bottom line, yaitu kondisi keuangan


(28)

9 perusahaan saja tetapi berpijak pada triple bottom line, yaitu selain informasi keuangan juga menyediakan informasi sosial dan lingkungan, yang kemudian disebut sustainability report. Sustainability report ini disusun dengan pedoman (standar) Global Reporting Initiative (GRI) yang telah dikembangkan sejak tahun 1990 dan disusun tersendiri terpisah dari laporan keuangan atau laporan tahunan. (Maharani, 2011:192). Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan permasalahan yang hendak diteliti adalah sebagai berikut:

1. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap publikasi sustainability report?

2. Apakah likuiditas berpengaruh terhadap publikasi sustainability report? 3. Apakah leverage berpengaruh terhadap publikasi sustainability report? 4. Apakah tipe industri berpengaruh terhadap publikasi sustainability report? 5. Apakah aktivitas perusahaan berpengaruh terhadap publikasi sustainability

report?

6. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap publikasi sustainability report?

7. Apakah komite audit berpengaruh terhadap publikasi sustainability report? 8. Apakah dewan direksi berpengaruh terhadap publikasi sustainability

report?

9. Apakah governance committee berpengaruh terhadap publikasi sustainability report?


(29)

10 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan secara empiris:

a. Pengaruh profitabilitas terhadap publikasi sustainability report. b. Pengaruh likuiditas terhadap publikasi sustainability report. c. Pengaruh leverage terhadap publikasi sustainability report. d. Pengaruh tipe industri terhadap publikasi sustainability report.

e. Pengaruh aktivitas perusahaan terhadap publikasi sustainability report.

f. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap publikasi sustainability report. g. Pengaruh komite audit terhadap publikasi sustainability report. h. Pengaruh dewan direksi terhadap publikasi sustainability report. i. Pengaruh governance committee terhadap publikasi sustainability

report.

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi mahasiswa akuntansi, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya dan pembanding untuk menambah ilmu pengetahuan.

b. Bagi masyarakat, sebagai sarana informasi mengenai pentingnya laporan keberlanjutan (sustainability report) sebuah perusahaan. c. Bagi peneliti berikutnya, sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak


(30)

11 d. Bagi perusahaan, dapat mengeluarkan sustainability report sebagai

bahan evaluasi dan komunikasi kepada stakeholder.

e. Bagi penulis, sebagai sarana untuk memperluas wawasan serta menambah referensi mengenai karakteristik perusahaan dan corporate governance, serta pentingnya sustainability report yang saat ini masih bersifat sukarela.

f. Bagi investor, sebagai wacana untuk mempertimbangkan aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam investasi sehingga tidak terpaku pada ukuran moneter saja.

g. Bagi pemerintah selaku regulator, sebagai bahan masukan terhadap efektivitas penerapan UU No.40 Tahun 2007 oleh perusahaan di Indonesia.


(31)

12 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori yang Berkenaan dengan Variabel yang Diambil 1. Teori Keagenan (Agency Theory)

Penelitian ini menggunakan teori keagenan sebagai grand theory dimana teori keagenan (agency theory) mengungkapkan adanya hubungan antara principal (pemilik perusahaan atau pihak yang memberikan mandat) dan agent (manajer perusahaan atau pihak yang menerima mandat) yang dilandasi dari adanya pemisahan kepemilikan dan pengendalian perusahaan, pemisahan penanggung risiko, pembuatan keputusan dan pengendalian fungsi-fungsi (Jensen dan Meckling, 1976). Konsep keagenan ini mendorong perusahaan untuk melakukan pengungkapan, baik wajib maupun sukarela. Dorongan ini ditunjukkan sebagai alat penggerak yang digunakan untuk mengurangi asimetri informasi dan biaya agensi yang ditimbulkan dari konflik keagenan. Pihak principal juga dapat membatasi divergensi kepentingannya dengan memberikan tingkat insentif yang layak kepada agent dan bersedia mengeluarkan biaya pengawasan untuk mencegah kecurangan yang dilakukan oleh agent (Prastiwi dan Puspitaningrum, 2013:2).

Adanya pemisahan antara fungsi kepemilikan (ownership) dan fungsi pengendalian (control) dalam hubungan keagenan sering menimbulkan masalah-masalah keagenan (agency problems). Masalah-masalah


(32)

13 keagenan tersebut timbul karena adanya konflik atau perbedaan kepentingan antara principal dan agent. Masalah keagenan antara pemegang saham (pemilik perusahaan) dengan manajer potensial terjadi bila manajemen tidak memiliki saham mayoritas perusahaan. Pemegang saham tentu menginginkan manajer bekerja dengan tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Sebaliknya, manajer perusahaan bisa saja bertindak tidak untuk memaksimumkan kemakmuran pemegang saham, tetapi untuk memaksimumkan kemakmuran mereka sendiri (Kodrat dan Herdinata, 2009:14).

Teori keagenan (agency theory) berusaha menjelaskan tentang penentuan kontrak yang paling efisien yang bisa membatasi konflik atau masalah keagenan (Jensen dan Meckling, 1976). Menurut Anggraini (2006:7-8) perusahaan yang menghadapi biaya kontrak dan biaya pengawasan yang rendah cenderung akan melaporkan laba lebih rendah atau dengan kata lain akan mengeluarkan biaya-biaya untuk kepentingan manajemen, salah satunya biaya yang dapat meningkatkan reputasi perusahaan di mata masyarakat.

2. Teori Stakeholders

Stakeholder merupakan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan yang meliputi karyawan, konsumen, pemasok, masyarakat, pemerintah selaku regulator, pemegang saham, kreditur, pesaing, dan lain-lain. Teori stakeholder menyatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun harus


(33)

14 memberikan manfaat bagi stakeholder. Gray, et al. (1994, dalam Purwanto, 2011:14) menyatakan bahwa:

“Kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada dukungan stakeholder dan dukungan tersebut harus dicari sehingga aktivitas perusahaan adalah untuk mencari dukungan tersebut. Makin powerful stakeholder, makin besar usaha perusahaan untuk beradaptasi. Pengungkapan sosial dianggap sebagai bagian dari dialog antara perusahaan dengan stakeholder-nya”.

Teori stakeholder berkaitan dengan cara yang dilakukan perusahaan untuk mengatur stakeholder-nya. Cara tersebut tergantung pada strategi yang diadopsi perusahaan, yaitu strategi aktif dan pasif (Ullman, 1985 dalam Purwanto, 2011:14). Strategi aktif tidak hanya mengidentifikasi stakeholder, tetapi juga menentukan stakeholder mana yang memiliki kemampuan terbesar dalam mempengaruhi alokasi sumber ekonomi ke dalam perusahaan. Perhatian yang besar terhadap stakeholder akan mengakibatkan tingginya tingkat pengungkapan informasi sosial dan tingginya kinerja sosial perusahaan. Sedangkan perusahaan yang mengadopsi strategi pasif cenderung tidak terus menerus memonitor aktivitas stakeholder dan secara sengaja tidak mencari strategi optimal untuk menarik perhatian stakeholder. Akibatnya adalah rendahnya tingkat pengungkapan informasi sosial dan rendahnya kinerja sosial perusahaan.

Pengungkapan informasi dapat dibagi menjadi dua yakni yang sifatnya wajib (mandatory) dan sukarela (voluntary). Salah satu bentuk pengungkapan sukarela yang berkembang dengan pesat saat ini yaitu pengungkapan sustainability report. Melalui pengungkapan sustainability report (pengungkapan sosial dan lingkungan) perusahaan dapat


(34)

15 memberikan informasi yang lebih cukup dan lengkap berkaitan dengan kegiatan dan pengaruhnya terhadap kondisi sosial masyarakat dan lingkungan (Ghozali dan Chariri, 2007 dalam Suryono, 2011:6).

3. Teori Legitimasi

Legitimasi masyarakat merupakan faktor strategis bagi perusahaan dalam rangka mengembangkan perusahaan ke depan. Hal itu, dapat dijadikan sebagai wahana untuk mengonstruksi strategi perusahaan, terutama terkait dengan upaya memposisikan diri di tengah lingkungan masyarakat yang semakin maju (Nor Hadi, 2010 dalam Sari, 2012:127). Menurut Dowling dan Pfeffer (1975 dalam Purwanto, 2011:15), teori legitimasi sangat bermanfaat dalam menganalisis perilaku organisasi. Kedua peneliti tersebut menyatakan bahwa:

“Karena legitimasi adalah hal yang penting bagi organisasi, batasan-batasanyang ditekankan oleh norma-norma dan nilai-nilai sosial, dan reaksi terhadap batasan tersebut mendorong pentingnya analisis perilaku organisasi dengan memperhatikan lingkungan”.

Teori legitimasi berdasarkan pada gagasan “perusahaan beroperasi di dalam masyarakat melalui suatu kontrak sosial, kemudian perusahaan tersebut akan membuat kesepakatan untuk melaksanakan berbagai macam tindakan yang diinginkan oleh masyarakat sebagai balasan atas diterimanya tujuan perusahaan, kelangsungan hidup perusahaan, dan penghargaan lainnya” (Guthrie dan Parker, 1989 dalam Suryono, 2011, hal.7). Kesesuaian nilai sosial yang ingin diciptakan oleh perusahaan dapat diciptakan melalui peningkatan komunikasi yang efektif bagi masyarakat.


(35)

16 Komunikasi ini dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi-informasi tambahan yang lebih bersifat pendukung dan kebanyakan bersifat sukarela. Salah satu usaha yang dapat dilakukan yakni dengan pembuatan sustainability report. Laporan ini dapat digunakan oleh perusahaan untuk memperoleh legitimasi (Suryono, 2011:7). Dengan demikian, legitimasi merupakan manfaat atau sumber daya potensial bagi perusahaan untuk mempertahankan hidup (going concern).

4. Corporate Social Responsibility (CSR)

Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kewajiban organisasi bisnis untuk turut serta dalam kegiatan yang bertujuan melindungi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan (Prasetyono, 2011:239). Menurut The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) dalam Wahyuningtyas dan Nugrahanti (2012:4) CSR adalah komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan, melalui kerjasama dengan para karyawan serta perwakilan mereka, keluarga mereka, komunitas setempat maupun masyarakat umum untuk meningkatkan kualitas kehidupan dengan cara yang bermanfaat bagi bisnis sendiri maupun untuk pembangunan.

Pengungkapan kegiatan tanggung jawab sosial yang telah dilaksanakan perusahaan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan citra perusahaan di masyarakat pada umumnya dan investor pada khususnya (Made dan Putu Ayu, 2011:39). Selain itu, Syahrir dan


(36)

17 Suhendra (2010) dalam Kamil dan Herusetya (2012:2) mengatakan bahwa tujuan dari penerapan CSR ini adalah agar menciptakan standar kehidupan yang lebih tinggi, dengan mempertahankan kesinambungan laba usaha untuk pihak pemangku kepentingan sebagaimana yang diungkapkan dalam laporan keuangan entitas.

Di Indonesia, kewajiban perusahaan untuk melaksanakan CSR diatur dalam beberapa peraturan atau perundangan seperti Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) dalam Pasal 74 (1) yang menyatakan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usaha di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Selain itu, juga terdapat dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UUPM) yaitu pada Pasal 15 (b) yang menyatakan bahwa setiap penanam modal wajib melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan dan pada Pasal 16 yang menyatakan bahwa setiap penanam modal bertanggungjawab menjaga kelestarian lingkungan hidup dan menciptakan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kesejahteraan pekerja (Purwanto, 2011:16).

5. Konsep Triple Bottom Line

Effendi (2009:109) mengemukakan bahwa istilah triple bottom line dipopulerkan oleh John Elkington pada tahun 1997 melalui bukunya Cannibals With Forks, the Triple Bottom Line of Twentieth Century


(37)

18 Business. Elkington memberi pandangan bahwa perusahaan yang ingin berkelanjutan haruslah memerhatikan 3P, yaitu:

1) profit untuk meningkatkan pendapatan perusahaan,

2) people untuk memberikan kesejahteraan kepada karyawan dan masyarakat, serta

3) planet untuk menjaga dan meningkatkan kualitas alam serta lingkungan di mana perusahaan tersebut beroperasi.

Dalam gagasan tersebut, perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu aspek ekonomi yang direfleksikan dalam kondisi finansialnya saja, namun juga harus memerhatikan aspek sosial dan lingkungannya.

6. Sustainability Report

Kewajiban pengungkapan CSR di Indonesia telah diakomodasi dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 (Revisi 2009) paragraf 12, yang berbunyi sebagai berikut:

“Entitas dapat pula menyajikan, terpisah dari laporan keuangan, laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap karyawan sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting”. Berdasarkan hal tersebut, sudah selayaknya perusahaan melaporkan semua aspek yang mempengaruhi kelangsungan operasi perusahaan kepada masyarakat. Namun, PSAK No.1 (Revisi 2009) tersebut meunjukkan bahwa perusahaan yang ada di Indonesia diberikan suatu kebebasan dalam mengungkapkan informasi tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam laporan tahunan perusahaan (Purwanto, 2011:18).


(38)

19 Penting dan besarnya desakan akan risiko dan ancaman terhadap keberlanjutan kita bersama di samping peningkatan pilihan dan kesempatan, akan membuat transparansi mengenai dampak ekonomi, lingkungan dan sosial menjadi komponen utama bagi efektifnya hubungan dengan pemangku kepentingan, kebijakan investasi dan hubungan pasar lainnya (GRI, 2006:2). Isu mengenai CSR terkait erat dengan sustainability reporting. Global Reporting Initiative (GRI) merupakan salah satu dari lembaga yang serius menangani permasalahan yang berhubungan dengan sustainability (Yuliana et.al, 2008:251).

GRI berdiri karena semakin mendesaknya transparansi pengaruh aktivitas bisnis perusahaan baik ekonomi, lingkungan dan sosial sehingga dibutuhkan pedoman atau framework untuk menyusun sustainability report bagi perusahaan dalam berbagai ukuran dan sektor usaha di seluruh dunia. (Notiger dan Gai, 2007 dalam Maharani, 2012:195). Lebih lanjut, Maharani mengatakan dengan menyusun sustainability reporting maka pemakai informasi megetahui apakah perusahaan transparan dalam menyusun kebijakan yang berorientasi pada lingkungan, manajemen, karyawan, masyarakat dan alam, pengaruh proses produksi atau aktivitas perusahaan terhadap lingkungan dan sejauh mana perusahaan mengomunikasikan hal tersebut kepada publik serta apakah perusahaan jujur terhadap diri mereka sendiri dan terhadap lingkungan.

Laporan keberlanjutan adalah praktik pengukuran, pengungkapan dan upaya akuntabilitas dari kinerja organisasi dalam mencapai tujuan


(39)

20 pembangunan berkelanjutan kepada para pemangku kepentingan baik internal maupun eksternal. „Laporan Keberlanjutan‟ merupakan sebuah istilah umum yang dianggap sinonim dengan istilah lainnya untuk menggambarkan laporan mengenai dampak ekonomi, lingkungan, dan social, misalnya triple bottom line, laporan pertanggungjawaban perusahaan, dan lain sebagainya. Laporan Keberlanjutan yang disusun berdasarkan Kerangka Pelaporan GRI mengungkapkan keluaran dan hasil yang terjadi dalam suatu periode laporan tertentu dalam konteks komitmen organisasi, strategi, dan pendekatan manajemennya (GRI, 2006:3). Laporan dapat digunakan untuk tujuan berikut, di antaranya:

1) Patok banding dan pengukuran kinerja berkelanjutan yang menghormati hukum, norma, kode, standar kinerja, dan inisiatif sukarela;

2) Menunjukkan bagaimana organisasi mempengaruhi dan dipengaruhi oleh harapannya mengenai pembangunan berkelanjutan; dan

3) Membandingkan kinerja dalam sebuah organisasi dan di antara berbagai organisasi dalam waktu tertentu.

Sebagaimana dijelaskan dalam CSR Indonesia (2010, hal.3) meskipun jumlah perusahaan di Indonesia yang melaporkan sustainability report terus meningkat, namun ada berbagai alasan untuk tidak berpuas diri, dan masih pentingnya kerja keras hingga bertahun-tahun ke depan. Pertama, karena jumlah perusahaan pembuat laporan berkelanjutan masihlah terlampau sedikit. Apalagi jika dibandingkan dengan jumlah seluruh


(40)

21 perusahaan di Indonesia. Kedua, kalau kita menyimak dengan seksama isi laporan keberlanjutan Antam—yang dianggap terbaik hingga sekarang--tidak seluruh deskripsi di setiap indikator dikatakan berimbang. untuk perusahaan lainnya. Ketiga, pemanfaatan laporan keberlajutan masih sangat tertinggal dibandingkan negara lain. Keempat, dunia mengarah ke ide One Report yaitu penyatuan laporan tahunan dan laporan keberlanjutan.

Perusahaan yang menyusun sustainability reporting akan memberi kemudahan bagi pemakai informasi untuk mengetahui apakah perusahaan sudah transparan dalam menyusun kebijakan yang berorientasi pada lingkungan, manajemen, karyawan, masyarakat dan alam. GRI membuat sustainability report guideline yang memberi petunjuk pembuatan laporan dengan memperhatikan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan (Admin KeuLSM, 2013). Ruang lingkup informasi sustainaility report menurut GRI meliputi:

a) Strategy and analysis, yang digambarkan dari statement CEO dan Preskom atau ketua organisasi independen terhadap organisasi pembuat laporan yang memaparkan risiko dan peluang penting secara ringkas, serta informasi umum stategi perusahaan.

b) Organization Profile, meliputi informasi menyeluruh mengenai nama organisasi, produk-produknya, struktur operasional, negara-negara di mana perusahaan beroperasi, kondisi kepemilikan dan badan


(41)

22 hukumnya, pasar, skala organisasi, serta keputusan-keputusan penting selama periode pelaporan

c) Report parameter, memuat report profile, report scope and boundary, dan GRI content index.

d) Governance (struktur organisasi dan tata kepemimpinan dalam organisasi tersebut), Commitments to External Initiatives (keterangan mengenai apakah dan bagaimana pendekatan tertentu diambil oleh perusahaan dengan mengacu pada prinsip-prinsip/ perjanjian/ kesepakatan dalam hal sosial dan lingkungan yang dikembangkan secara eksternal dan diterapkan secara sukarela) dan Engagement (sebagai gambaran luasnya pemangku kepentingan yang didefinisikan oleh organisasi dan relasi dengan para pemangku kepentingan tersebut).

Kerangka kerja GRI telah diperbaiki secara kontinu dan pada tahun 2006, The Third Generation (G3) dari kerangka kerja keberlanjutan GRI telah diperkenalkan di Amsterdam, Belanda. GRI G3 Guideliness (GRI, 2006) mencakup indikator kinerja ekonomi, sosial, dan lingkungan yang terdiri dari 79 komponen.

1) Indikator Kinerja Ekonomi Terdiri atas 9 komponen, meliputi:

a) Kinerja Ekonomi

b) Aspek Keberadaan Pasar


(42)

23 2) Indikator Kinerja Sosial

Terdiri atas 40 komponen, meliputi:

a) Aspek Tenaga Kerja dan Praktik Kerja yang Layak

Mencakup tenaga kerja, hubungan manajemen, keselamatan dan kesehatan kerja, pendidikan dan pelatihan, keberagaman dan kesempatan yang sama, serta indikator tambahan.

b) Aspek Hak Asasi Manusia

Mencakup praktik investasi dan pengadaan (strategi dan manajemen), anti diskriminasi, kebebasan berserikat dan perundingan bersama, pekerja anak, tenaga kerja wajib dan terpaksa, praktik kedisiplinan serta hak masyarakat adat.

c) Aspek Masyarakat

Mencakup Masyarakat (komunitas), Penyuapan dan Korupsi, Kebijakan Publik, Perilaku Anti Persaingan, dan Kepatuhan. d) Aspek Tanggung Jawab Produk

Mencakup Keselamatan dan Kesehatan Konsumen, Pelabelan Produk dan Jasa, Komunikasi Pemasaran dan Privasi Konsumen. 3) Indikator Kinerja Lingkungan

Terdiri atas 30 Komponen, meliputi : a) Bahan/Material

b) Energi c) Air


(43)

24 e) Emisi, Efluen dan Limbah

f) Produk dan Jasa g) Kepatuhan h) Transportasi

i) Aspek Keseluruhan

7. Karakteristik Perusahaan a. Profitabilitas

Profitabilitas merupakan rasio yang mengukur kemampuan entitas dalam menghasilkan laba pada tingkat penjualan, aset, dan ekuitas (Kamil dan Herusetya, 2012:4). Pengukuran profitabilitas merupakan aktivitas yang membuat manajemen menjadi lebih bebas dan fleksibel untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial perusahaan kepada pemegang saham [(Heinze (1976) dalam Hackston dan Milne (1996)]. Perusahaan yang memiliki kemampuan kinerja keuangan yang baik, akan memiliki kepercayaan yang tinggi untuk menginformasikan kepada stakeholder-nya, karena perusahaan mampu menunjukkan kepada mereka bahwa perusahaan dapat memenuhi harapan mereka terutama investor dan kreditor. Akibatnya, perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi akan cenderung untuk melakukan pengungkapan melalui SR, karena profitabilitas merupakan salah satu indikator kinerja yang harus diungkapkan dalam SR.


(44)

25 b. Likuiditas

Aktiva likuid (liquid asset) adalah aktiva yang diperdagangkan dalam suatu pasar yang aktif sehingga akibatnya dapat dengan cepat diubah menjadi kas dengan menggunakan harga pasar yang berlaku (Brigham dan Houston, 2009:95). Likuiditas menunjukkan hubungan antara kas dan aset lancar lainnya dari sebuah perusahaan dengan liabilitas lancarnya. Likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampuan entitas untuk membayar semua liabilitas finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aset lancar yang tersedia (Kamil dan Herusetya, 2012:4). Menurut Almilia (2007:4), tingkat likuiditas yang tinggi akan menunjukkan kuatnya kondisi keuangan perusahaan. Perusahaan semacam ini cenderung untuk melakukan pengungkapan informasi yang lebih luas kepada pihak luar karena ingin menunjukkan bahwa perusahaan itu kredibel.

c. Leverage

Rasio leverage dapat diartikan sebagai besarnya aktiva perusahaan yang didanai dengan pendanaan dari pihak luar. Rasio leverage menggambarkan bagaimana suatu perusahaan dapat membayar semua kewajibannya baik yang jangka pendek maupun jangka panjang (Brigham dan Houston, 2009:107). Rasio leverage merupakan proporsi total hutang terhadap rata-rata ekuitas pemegang saham. Rasio tersebut digunakan untuk memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat resiko tak


(45)

26 tertagihnya suatu utang [(Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty : 84) dalam Almilia (2007:4)]. Tingkat rasio leverage yang semakin tinggi menyebabkan peluang yang semakin besar bagi perusahaan untuk melanggar kontrak utang sehingga memicu manajer dalam melaporkan laba sekarang yang lebih tinggi dibandingkan laba di masa mendatang (Anggraini, 2008:8).

d. Tipe Industri

Tipe industri dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu industri high-profile dan low-profile. Perusahaan yang termasuk dalam industri yang high-profile akan memberikan informasi sosial lebih banyak dibandingkan perusahaan yang low-profile. Hal ini dikarenakan masyarakat umumnya lebih sensitif terhadap industri high-profile karena kelalaian perusahaan dalam penanganan proses produksi dan hasil produksi dapat membawa akibat yang fatal bagi masyarakat sehingga perusahaan lebih sensitif terhadap keinginan konsumen. Sedangkan perusahaan yang low-profile tidak terlalu mendapat sorotan luas dan lebih ditoleransi masyarakat luas manakala melakukan kesalahan.

Roberts (1992) dalam Hackston dan Milne (1996) mendefinisikan industri yang high-profile sebagai industri yang memiliki visibilitas konsumen, risiko politis yang tinggi, atau menghadapi persaingan yang tinggi. Preston (1977) dalam Hackston dan Milne (1996) mengatakan bahwa perusahaan yang memiliki aktivitas ekonomi yang memodifikasi lingkungan, seperti industri ekstraktif, lebih mungkin mengungkapkan informasi mengenai dampak lingkungan dibandingkan industri yang lain.


(46)

27 e. Aktivitas

Rasio aktivitas mengukur tingkat efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber-sumber daya yang dimiliki. Tingginya rasio aktivitas perusahaan mencerminkan kemampuan dana yang tertanam dalam perputaran seluruh aktivanya pada suatu periode tertentu (Setiawan, 2005 dalam Suryono dan Prastiwi, 2011:7). Semakin tinggi rasio mancerminkan semakin baik manajemen mengelola aktivanya, yang berarti semakin efektif perusahaan dalam penggunaan total aktiva. Semakin efektif tindakan-tindakan perusahaan dalam pengeloaan dana, maka perusahaan akan memiliki kecenderungan untuk mencapai kondisi keuangan yang semakin stabil dan kuat. Kondisi keuangan yang semakin kuat merupakan cerminan upaya yang dilakukan perusahaan untuk mencari dukungan stakeholder dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya (Suryono dan Prastiwi, 2011:7).

f. Ukuran Perusahaan

Secara umum, perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan kecil. Terdapat beberapa penjelasan mengenai hal tersebut. Teori keagenan menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki biaya keagenan yang lebih besar daripada perusahaan kecil [(Jensen dan Meckling, 1976) dalam Marwata (2001)]. Perusahaan besar mungkin akan mengungkapkan informasi yang lebih banyak sebagai upaya untuk mengurangi biaya keagenan tersebut.


(47)

28 Perusahaan dengan ukuran yang lebih besar dapat lebih bertahan daripada perusahaan dengan ukuran yang lebih kecil, karena semakin besar entitas, semakin besar pula sumber daya yang dimiliki entitas tersebut. Dengan semakin besarnya sumber daya yang dimiliki entitas, maka entitas tersebut akan lebih banyak berhubungan dengan stakeholder, sehingga diperlukan tingkat pengungkapan atas aktivitas entitas yang lebih besar, termasuk pengungkapan dalam tanggung jawab sosial (Kamil dan Herusetya, 2012:5).

8. Corporate Governance

Menurut OECD (Organization for Economic Cooperation and Development), corporate governance merupakan suatu sistem untuk mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. Terdapat beberapa prinsip dalam implementasi good corporate governance (GCG). Menurut pedoman umum good corporate governance Indonesia, terdapat lima prinsip utama yang terkandung dalam good corporate governance yaitu transparency, accountability, responsibility, independency serta fairness yang akan dijabarkan sebagai berikut :

1) Transparency (keterbukaan informasi), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan, termasuk tentang kegiatan CSR.


(48)

29 2) Accountability (akuntabilitas), yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.

3) Responsibility (pertanggungjawaban), yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan dengan prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundangan yang berlaku.

4) Independency (kemandirian), yaitu suatu keadaan di mana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak manajemen yang tidak sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

5) Fairness (kesetaraan dan kewajaran), yaitu perlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangan yang berlaku. a. Komite Audit

Komite audit merupakan komite yang ditunjuk oleh perusahaan sebagai penghubung antara dewan direksi dan audit ekternal, internal auditor serta anggota independen, yang memiliki tugas untuk memberikan pengawasan auditor, memastikan manajemen melakukan tindakan korektif yang tepat terhadap hukum dan regulasi (Jati, 2009 dalam Suryono dan Prastiwi, 2011:10).

Berdasarkan keputusan Bapepam Nomor Kep-24/PM/2004 disebutkan bahwa komite audit mengadakan rapat sekurang-kurangnya


(49)

30 sama dengan ketentuan minimal rapat dewan komisaris yang ditetapkan anggaran dasar perusahaan. Rapat dilaksanakan untuk melakukan koordinasi agar efektif dalam menjalankan pengawasan laporan dan pelaksanaan corporate governance perusahaan agar menjadi semakin baik (Suryono dan Prastiwi, 2011:10).

b. Dewan Direksi

Dewan direksi/dewan direktur merupakan seseorang yang ditunjuk untuk memimpin Peseroan Terbatas (PT), dapat berasal dari seseorang yang memiliki perusahaan tersebut ataupun orang profesional yang ditunjuk oleh pemilik usaha. Dewan direksi bertindak sebagai aspek sistem pengendalian dalam suatu perusahaan, memiliki peran ganda yaitu sebagai monitoring dan pengambil keputusan (Fama dan Jensen, dalam Dilling, 2009).

Dalam penerapannya, pelaksanaan GCG sangat bergantung pada fungsi-fungsi dari dewan direksi yang dipercaya sebagai pihak yang mengurus perusahaan. Direksi sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggung jawab secara penuh dalam mengelola perusahaan. Semakin tinggi frekuensi rapat antara anggota dewan direksi, mengindikasikan semakin seringnya komunikasi dan koordinasi antar anggota sehingga lebih mempermudah untuk mewujudkan good corporate governance (Suryono dan Prastiwi, 2011:11).


(50)

31 c. Governance Committee

Suryono (2011:18) menjelaskan bahwa penciptaan good corporate governance suatu perusahaan dapat diwujudkan salah satunya melalui pembentukan dan penunjukkan anggota governance commitee yang kompeten dan berkualitas. Governance committee adalah komite yang terdiri dari beberapa anggota dewan direksi. Gagasan pembentukan komite ini pada awalnya, merupakan keharusan bagi perusahaan berdasarkan Undang-Undang Sarbanes-Oxley 2002 di Amerika Serikat. Tujuan dari governance committee adalah melakukan pengawasan terhadap efektivitas pengendalian internal perusahaan atas laporan keuangan. Hidayah (2008) dalam Suryono (2011:18) menjelaskan bahwa Pemerintah Indonesia telah melakukan beberapa upaya untuk mendorong penerapan GCG, antara lain membentuk Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) yang telah mengeluarkan Pedoman GCG dan pada tahun 2004, KNKCG diubah menjadi Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG).

B. Penelitian Sebelumnya

Adapun hasil penelitian sebelumnya mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 2.2.


(51)

32 Tabel 2.2

Hasil Penelitian Sebelumnya No. Judul dan

Peneliti Variabel

Metode

Penelitian Hasil Penelitian 1. Pengungkapan

informasi sosial dan faktor-faktor yang

mempengaruhi pengungkapan informasi sosial dalam laporan keuangan tahunan. (Fr. Reni Retno Anggraini, 2006) 1) Prosentase kepemilikan manajemen, 2) Tingkat leverage, 3) Ukuran perusahaan, 4) Tipe industri, 5) Profitabilitas

Analisis regresi berganda

Kepemilikan manajemen dan tipe industri berpengaruh terhadap pengungkapan informasi social; Leverage, ukuran

perusahaan, dan profitabilitas tidak

berpengaruh. 2. Pengaruh

karakteristik perusahaan terhadap pengungkapan

CSR dan

dampaknya

terhadap reaksi investor.

(Rita, Bambang, Eko, 2008)

Profitabilitas (X1) Profil perusahaan (X2)

Ukuran dewan komisaris (X3) Konsentrasi kepemilikan (X4) Abnormal return (Y1)

Volume perdagangan saham (Y2)

Partial Least Square (PLS)

Profil dan kepemilikan berpengaruh terhadap luas pengungkapan CSR; Luas pengungkapan CSR berpengaruh terhadap reaksi investor.

3. Retorika dalam pelaporan CSR: Analisis semiotik atas sustainability reporting pada PT. Aneka Tambang, Tbk.

(Anis Chariri dan

Firman Aji

Nugroho, 2009)

Sustainability Report

Kualitatif PT. Aneka Tambang telah mengungkapkan CSRnya juga melalui

pembuatan sustainability report dan proses

pembuatannya sebagian besar


(52)

33 No. Judul dan

Peneliti Variabel

Metode

Penelitian Hasil Penelitian telah memenuhi standar-standar yang telah [ditetapkan oleh GRI.

4. Sustainability

Reporting: What

Are The

Characteristics of Corporations that Provide High Quality

Sustainability Reports.

(Dilling, 2009)

Sektor perusahaan (X1)

Ukuran (X2) Profitabilitas dan pertumbuhan (X3) Corporate

governance (X4)

Uji beda t-test, Regresi logistik

Perusahaan yang memiliki

karakteristik profitabilitas yang tinggi, bergerak di sektor

pertambangan, dan memiliki pertumbuhan jangka panjang

yang kuat

berpengaruh terhadap pembuatan sustainability report.

4. Pengaruh karakteristik perusahaan dan corporate

governance

terhadap praktik pengungkapan sustainability report.

(Hari Suryono dan Andri Prastiwi, 2011)

Profitabilitas (X1) Likuiditas (X2) Leverage (X3) Aktivitas (X4) Ukuran

perusahaan (X5) Komite audit (X6) Dewan direksi (X7)

Governance committee (X8)

Uji beda t-test, Regresi logistik

Praktik

pengungkapan dipengaruhi oleh profitabilitas, ukuran

perusahaan, dan CG (komite audit dan dewan direksi).

5. Pengaruh karakteristik perusahaan

Profitabilitas (X1) Likuiditas (X2) Solvabilitas(X3)

Statistik deskriptif

Hanya ukuran perusahaan yang berpengaruh


(53)

34 No. Judul dan

Peneliti Variabel

Metode

Penelitian Hasil Penelitian terhadap luas

pengungkapan kegiatan CSR. (Ahmad Kamil dan Antonius

Herusetya, 2012)

Ukuran

perusahaan (X4) Pengungkapan CSR (Y)

positif terhadap pengungkapan

CSR pada

laporan keuangan tahunan perusahaan publik.

C. Kerangka Berpikir

Gambar di bawah ini menunjukkan kerangka pemikiran yang dibuat dalam model penelitian mengenai pengaruh karakterisitik perusahaan dan corporate governance terhadap publikasi sustainability report.


(54)

35 Gambar 2.1

Skema Kerangka Konseptual

Terdapat perusahaan yang tidak melaporkan tanggung jawab sosial dan lingkungan

Basis Teori

Variabel Independen Variabel Dependen Return on Asset

Debt to Equity Ratio

Publikasi Sustainability Report

Metode Analisis: Regresi Logistik

Hasil Pengujian dan Pembahasan

Kesimpulan, Implikasi, dan Saran Current Ratio

Net Profit Margin

Tipe Industri Inventory Turnover

Total Assets Jumlah Rapat Komite Audit Jumlah Rapat Dewan

Direksi Governance


(55)

36 D. Hipotesis

1. Profitabilitas dengan Publikasi Sustainability Report

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba sehingga mampu meningkatkan nilai pemegang saham perusahaan. Anggraini (2006), Almilia (2007), serta Kamil dan Herusetya (2012) menemukan bahwa semakin tinggi tingkat profitabilitas, semakin tinggi pula tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Hal ini memberikan interpretasi bahwa perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi dapat mengatasi biaya-biaya atas pengungkapan tanggung jawab sosial tersebut. Tingkat profitabilitas yang semakin tinggi mencerminkan kemampuas entitas dalam menghasilkan laba semakin tinggi, sehingga entitas mampu untuk meningkatkan tanggung jawab sosial, serta melakukan pengungkapan tanggung jawab sosialnya dalam laporan keuangan yang lebih luas.

Hackston & Milne (1996) menemukan tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat profitabilitas dengan pengungkapan informasi sosial. Sebaliknya, Anggraini (2006) menemukan pengaruh positif profitabilitas (NPM) dengan pengungkapan informasi sosial. Penelitian terbaru oleh Suryono dan Prastiwi (2011) menunjukan hubungan positif antara profitabilitas yang diproksikan melalui ROA. Oleh karena itu, penelitian ini mengasumsikan bahwa:

H1a: ROA berpengaruh terhadap publikasi sustainability report. H1b: NPM berpengaruh terhadap publikasi sustainability report.


(56)

37 2. Likuiditas dengan Publikasi Sustainability Report

Rasio likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya kepada kreditur jangka pendek [(Prastowo dan Juliaty (2002) dalam Almilia dan Retrinasari (2007:4)]. Dalam Fitriani (2001), Wallace et al (1994) menyatakan bahwa likuiditas dapat juga dipandang sebagai ukuran kinerja manajemen dalam mengelola keuangan perusahaan. Dari sisi ini, perusahaan dengan likuiditas rendah cenderung mengungkapkan lebih banyak informasi kepada pihak eksternal sebagai upaya untuk menjelaskan lemahnya kinerja manajemen.

Perusahaan dengan tingkat likuiditas yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut mampu untuk membayar kewajiban-kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu. Kuatnya kondisi keuangan perusahaan akan memberikan image yang baik bagi perusahaan tersebut. Salah satu cara untuk meyakinkan para stakeholder adalah dengan mempublikasikan kegiatan yang berkaitan dengan sosial dan lingkungan melalui sustainability report yang terpisah dari laporan tahunan (Suryono dan Prastiwi, 2011:6). Oleh karena itu, penelitian ini mengasumsikan bahwa:

H2: Tingkat likuiditas berpengaruh terhadap sustainability report. 3. Leverage dengan Publikasi Sustainability Report

Leverage mencerminkan tingkat ketergantungan perusahaan terhadap para investor dan kreditor dalam membiayai asetnya. Rasio leverage yang


(57)

38 tinggi mengakibatkan perusahaan melanggar perjanjian kredit. Hal ini dikarenakan semakin tinggi leverage artinya semakin besar porsi pendanaan perusahaan yang dibiayai oleh utang, sehingga perusahaan cenderung untuk meninggikan laba sekarang. Tujuannya adalah agar perusahaan dapat dengan mudah untuk memperoleh pinjaman, sebab laba yang tinggi menggambarkan kondisi keuangan perusahaan yang kuat dan baik.

Pelaporan laba yang tinggi, juga diimbangi dengan pengurangan biaya, termasuk biaya untuk pelaporan sosial dan lingkungan sehingga kinerja keuangannya terlihat bagus. Perusahaan lebih memilih untuk mengurangi pengungkapan laporan terutama yang bersifat sukarela, terlebih terpisah dari annual report seperti sustainability report, yang tentunya akan memakan dana yang cukup besar. Oleh karena itu, penelitian ini mengasumsikan bahwa:

H3: Leverage berpengaruh terhadap publikasi sustainability report. 4. Tipe Industri dengan Publikasi Sustainabilty Report

Perusahaan yang termasuk dalam tipe industri high profile menurut Robert (1992) dalam Hackston dan Milne (1996) adalah perusahaan yang mempunyai tingkat sensitivitas yang tinggi terhadap lingkungan, tingkat risiko politik yang tinggi, atau tingkat kompetisi yang ketat. Penelitian yang berkaitan dengan profile perusahaan kebanyakan mendukung bahwa industri high profile mengungkapkan informasi tentang tanggung jawab


(58)

39 sosialnya lebih banyak dari industri low profile. Oleh karena itu, penelitian ini mengasumsikan bahwa:

H4: Tipe industri berpengaruh terhadap publikasi sustainability report. 5. Aktivitas dengan Publikasi Sustainability Report

Rasio aktivitas ini digunakan untuk mengukur bagaimana suatu perusahaan dapat mengelola sumber-sumber dananya. Perusahaan dikatakan efektif apabila diikuti dengan tingginya perputaran aktiva di perusahaan tersebut. Semakin efektif perusahaan mengelola dananya maka akan mencerminkan kondisi keuangan yang stabil, kuat, dan rendah risiko. Kondisi inilah yang merupakan upaya dari perusahaan untuk mendapat dukungan dari para stakeholder demi kelangsungan hidup perusahaan.

Tingginya rasio aktivitas merupakan gambaran kinerja keuangan yang baik sehingga mendorong perusahaan untuk mengungkapkan informasi lain yang lebih lengkap melalui laporan keberlanjutan (sustainability report). Oleh karena itu, penelitian ini mengasumsikan bahwa:

H5: Tingkat aktivitas perusahaan berpengaruh terhadap publikasi sustainability report.

6. Ukuran Perusahaan dengan Publikasi Sustainability Report

Semakin besar suatu perusahaan akan semakin disorot oleh para stakeholder. Dalam kondisi demikian perusahaan membutuhkan upaya yang lebih besar untuk memperoleh legitimasi stakeholder dalam rangka menciptakan keselarasan nilai-nilai sosial dari kegiatannya dengan norma perilaku yang ada dalam masyarakat. Oleh karena itu semakin besar


(59)

40 perusahaan akan semakin berkepentingan untuk mengungkap informasi yang lebih luas (Suryono dan Prastiwi, 2011:8).

Beberapa penelitian sebelumnya, seperti Hackston dan Milne (1996), Sembiring (2005), serta [Fahrizqi (2010) dan Prihandono (2010) dalam Kamil dan Herusetya] menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR. Hal ini karena semakin besar ukuran perusahaan maka semakin besar pula informasi yang terkandung di dalamnya, sehingga perusahaan terdorong untuk melakukan praktik pengungkapan sustainability report. Oleh karena itu, penelitian ini mengasumsikan bahwa:

H6: Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap publikasi sustainability report.

7. Komite Audit dengan Publikasi Sustainabilty Report

Komite audit merupakan alat yang efektif untuk melakukan mekanisme pengawasan, sehingga dapat mengurangi biaya agensi dan meningkatkan kualitas pengungkapan perusahaan (Foker, 1992 dalam Said et.al, 2009). Komunikasi yang terjalin antara komisaris, direksi, auditor internal dan eksternal, merupakan aspek yang penting dalam menilai keefektifan dari komite audit (Effendi, dalam Sari, 2008). Dalam pelaksanaan tugasnya, komite audit mempunyai fungsi membantu dewan komisaris untuk (i) meningkatkan kualitas Laporan Keuangan, (ii) menciptakan iklim disiplin dan pengendalian yang dapat mengurangi kesempatan terjadinya penyimpangan dalam pengelolaan perusahaan, (iii) meningkatkan efektifitas fungsi internal audit (SPI) maupun eksternal


(60)

41 audit, serta (iv) mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian Dewan Komisaris/Dewan Pengawas.

Berdasarkan keputusan Bapepam Nomor Kep-24/PM/2004 disebutkan bahwa komite audit mengadakan rapat sekurang-kurangnya sama dengan ketentuan minimal rapat dewan komisaris yang ditetapkan anggaran dasar perusahaan. Rapat dilaksanakan untuk melakukan koordinasi agar efektif dalam menjalankan pengawasan laporan dan pelaksanaan corporate governance perusahaan agar menjadi semakin baik. Dengan semakin sering mengadakan rapat, maka koordinasi komite audit akan semakin baik sehingga dapat melaksanakan pengawasan terhadap manajemen dengan lebih efektif dan diharapkan dapat mendukung peningkatan pengungkapan informasi sosial dan lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan. Ho dan Wong (2001) dalam Said et.al. (2009) menyatakan bahwa keberadaan komite audit berpengaruh secara signifikan terhadap luas pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) yang dilakukan perusahaan. Oleh karena itu, penelitian ini mengasumsikan bahwa:

H7: Komite audit berpengaruh terhadap publikasi sustainability report. 8. Dewan Direksi dengan Publikasi Sustainability Report

Keefektivan pengawasan dalam aktivitas perusahaan dapat dipengaruhi oleh bagaimana dewan direksi dibentuk dan diorganisir. Kinerja dewan yang baik akan mampu mewujudkan good corporate governance bagi perusahaan. Dalam penerapannya, pelaksanaan GCG


(61)

42 sangat bergantung pada fungsi-fungsi dari dewan direksi yang dipercaya sebagai pihak yang mengurus perusahaan. Direksi sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggung jawab secara penuh dalam mengelola perusahaan. Semakin tinggi frekuensi rapat antara anggota dewan direksi, mengindikasikan semakin seringnya komunikasi dan koordinasi antar anggota sehingga lebih mempermudah untuk mewujudkan good corporate governance (Suryono dan Prastiwi, 2011).

Informasi yang diungkapkan perusahaan tidak hanya informasi mengenai keuangan, tetapi juga mengenai kinerja sosial dan lingkungan dalam suatu laporan keberlanjutan (sustainability reporting). Apabila corporate governance di perusahaan tersebut sudah berjalan baik, yang tercermin dari seringnya komunikasi dalam rapat dewan, maka akan semakin besar kemungkinan perusahaan dalam mengungkapkan kinerjanya. Oleh karena itu, penelitian ini mengasumsikan bahwa:

H8: Dewan direksi berpengaruh terhadap publikasi sustainability report. 9. Governance Committee dengan Publikasi Sustainability Report

Setiap perusahaan memiliki visi dan misi mengenai tujuan-tujuan kegiatan usaha yang akan dilaksanakannya. Tentunya kegiatan tersebut dapat tercapai dengan adanya sistem tata kelola perusahaan yang baik. Sistem tata kelola perusahaan yang baik ini menuntut dibangunnya dan dijalankannya prinsip-prinsip tata kelola perusahaan (GCG) dalam proses manajerial perusahaan. Boediono, dalam Pedoman GCG 2006 menjelaskan bahwa good corporate governance (GCG) berkaitan erat


(62)

43 dengan kepercayaan baik terhadap perusahaan yang melaksanakannya maupun terhadap iklim usaha di suatu negara.

Penciptaan good corporate governance suatu perusahaan dapat diwujudkan salah satunya melalui pembentukan dan penunjukkan anggota governance commitee yang kompeten dan berkualitas. Hal ini dilakukan untuk menjamin bahwa manajemen bertindak yang terbaik untuk kepentingan stakeholders. Pengungkapan informasi secara detil akan memberi gambaran kinerja perusahaan sesungguhnya, sehingga semakin banyak informasi yang diberikan perusahaan, khususnya dalam sustainability report akan meningkatkan kepercayaan investor dan stakeholders lainnya. Penelitian oleh Khomsiyah (2005) [dalam Hidayah (2008)] menyimpulkan adanya hubungan antara indeks GCG dengan kualitas pengungkapan. Oleh karena itu, penelitian ini mengasumsikan bahwa:

H9: Governance Committee berpengaruh terhadap publikasi sustainability report.


(63)

44 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kausalitas yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel independen, yaitu karakteristik perusahaan yang meliputi profitabilitas; likuiditas; leverage; tipe indutri; aktivitas perusahaan; serta ukuran perusahaan; dan corporate governance yang meliputi komite audit; dewan direksi; dan governance committee terhadap variabel dependen, yaitu publikasi sustainability reporting. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2007-2011, kecuali perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam kategori banking, credits agencies other than bank, securities,dan insurance.

B. Metode Penentuan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non probability sampling, artinya setiap elemen populasi tidak mempunyai kemungkinan yang sama untuk dijadikan sampel. Dalam non probability sampling, kami menggunakan metode purposive sampling yaitu sampel ditarik sejumlah tertentu dari populasi dengan menggunakan pertimbangan tertentu. Kriteria bagi perusahaan yang dijadikan sampel antara lain:


(64)

45 1. Perusahaan yang listing di BEI.

2. Perusahaan yang tidak termasuk dalam kategori banking, credits agencies other than bank, securities,dan insurance. Hal ini karena perusahaan dalam kategori tersebut melakukan aktivitas yang cenderung lebih fokus pada keuangan, sehingga diindikasikan memiliki karakteristik perusahaan yang berbeda dengan perusahaan-perusahaan sampel lain pada umumnya. 3. Perusahaan yang menerbitkan annual report periode 2007-2011.

4. Perusahaan yang menampilkan data secara lengkap untuk menganalisis pengaruh karakteristik perusahaan dan corporate governance terhadap publikasi SR.

C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumenter, karena data yang dikumpulkan berupa data sekunder yaitu annual report dan sustainability report perusahaan tahun 2007-2011. Data tersebut diperoleh dari Indonesia Capital Market Directory (ICMD) dan IDX Fact Book yang diterbitkan oleh BEI. Selain itu juga dilakukan penelusuran berbagai jurnal, karya ilmiah, artikel, dan berbagai buku referensi sebagai sumber data dan acuan dalam penelitian ini. Data penunjang lainnya diperoleh melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia di http://www.idx.co.id dan website masing-masing perusahaan.


(1)

117

Block 0: Beginning Block

Iteration Historya,b,c

Iteration

-2 Log likelihood

Coefficients Constant

Step 0 1 290.645 -.095

2 290.645 -.095

a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 290.645

c. Estimation terminated at iteration number 2 because parameter estimates changed by less than .001.

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant -.095 .138 .476 1 .490 .909

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables ROA 30.183 1 .000

NPM 7.688 1 .006

CR .180 1 .671

DER 1.791 1 .181

HL 9.545 1 .002

IT .959 1 .328

LNTA 64.072 1 .000

JRKA 39.705 1 .000

JRDD 18.490 1 .000

GC 15.569 1 .000

Overall Statistics 99.580 10 .000

Classification Tablea,b

Observed

Predicted SR Percentag

e Correct

0 1

Step 0

SR 0 110 0 100.0

1 100 0 .0

Overall Percentage 52.4

a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500


(2)

118

Block 1: Method = Enter

Iteration Historya,b,c,d

Iteration

-2 Log likelihood

Coefficients

Constant ROA NPM CR DER HL IT LNTA JRKA JRDD GC

Step 1 1 175.893 -16.045 4.041 .532 -.006 -.001 -.080 .000 .512 .051 .004 .474

2 152.372 -24.396 6.806 .955 -.047 -.002 -.125 -.001 .773 .115 .004 .468

3 144.197 -29.354 8.631 1.922 -.104 -.003 -.139 -.002 .919 .194 .003 .366

4 142.477 -31.671 9.242 3.066 -.134 -.004 -.120 -.003 .980 .249 .004 .320

5 142.408 -32.240 9.402 3.312 -.139 -.005 -.112 -.003 .995 .260 .005 .327

6 142.404 -32.265 9.405 3.320 -.139 -.005 -.112 -.003 .996 .261 .005 .328

7 142.403 -32.267 9.403 3.320 -.139 -.006 -.112 -.003 .996 .261 .005 .328

8 142.402 -32.268 9.402 3.319 -.139 -.006 -.112 -.003 .996 .261 .005 .328

9 142.402 -32.268 9.401 3.319 -.139 -.006 -.112 -.003 .996 .261 .005 .328

a. Method: Enter

b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 290.645


(3)

119

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig. Step 1 Step 148.243 10 .000

Block 148.243 10 .000

Model 148.243 10 .000

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 6.492 8 .592

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test

SR = 0 SR = 1

Total Observed Expected Observed Expected

Step 1 1 21 20.909 0 .091 21

2 20 20.190 1 .810 21

3 20 18.951 1 2.049 21

4 14 17.001 7 3.999 21

5 15 14.045 6 6.955 21

6 13 9.900 8 11.100 21

7 4 5.706 17 15.294 21

8 2 2.519 19 18.481 21

9 1 .746 20 20.254 21

10 0 .033 21 20.967 21

Model Summary

Step

-2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 142.402a .506 .676

a. Estimation terminated at iteration number 9 because parameter estimates changed by less than .001.


(4)

120

Classification Tablea

Observed

Predicted SR

Percentage Correct

0 1

Step 1 SR 0 94 16 85.5

1 19 81 81.0

Overall Percentage 83.3

a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a ROA 9.401 3.289 8.169 1 .004 12105.058

NPM 3.319 2.255 2.166 1 .141 27.644

CR -.139 .112 1.538 1 .215 .870

DER -.006 .029 .044 1 .835 .994

HL -.112 .517 .047 1 .828 .894

IT -.003 .001 4.816 1 .028 .997

LNTA .996 .191 27.149 1 .000 2.707

JRKA .261 .061 18.491 1 .000 1.298

JRDD .005 .015 .123 1 .726 1.005

GC .328 .656 .250 1 .617 1.389

Constant -32.268 5.625 32.911 1 .000 .000


(5)

121

Correlation Matrix

Constant ROA NPM CR DER HL IT LNTA JRKA JRDD GC

Step 1 Constant 1.000 -.155 -.055 -.042 .021 .294 .218 -.990 -.330 .106 .121

ROA -.155 1.000 -.316 -.304 .038 -.021 -.049 .114 .152 .059 -.070

NPM -.055 -.316 1.000 .044 .020 -.006 -.192 .010 .176 .128 -.057

CR -.042 -.304 .044 1.000 .044 .016 .072 .032 -.287 .180 -.139

DER .021 .038 .020 .044 1.000 .037 -.007 -.033 -.021 -.015 -.003

HL .294 -.021 -.006 .016 .037 1.000 -.139 -.372 -.022 .300 .091

IT .218 -.049 -.192 .072 -.007 -.139 1.000 -.170 -.417 -.146 -.067

LNTA -.990 .114 .010 .032 -.033 -.372 -.170 1.000 .256 -.181 -.111

JRKA -.330 .152 .176 -.287 -.021 -.022 -.417 .256 1.000 -.105 -.053

JRDD .106 .059 .128 .180 -.015 .300 -.146 -.181 -.105 1.000 -.273


(6)

122

Step number: 1

Observed Groups and Predicted Probabilities

32 + +

| | | | F | | R 24 + +

E | 1|

Q | 1|

U |0 1|

E 16 +0 1+

N |0 1|

C |0 1|

Y |0 1|

8 +0 0 11+

|000 00 0 1 1 1 11| |000 00 00 000 0 0 0 01 1 1 11 11 1 1 111| |000000000 00000 000010 00 000 1 11000 0 0 0 0100100 0 000 0 01 1 01 1101 101101111 1111011| Predicted ---+---+---+---+---+---+---+---+---+--- Prob: 0 .1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 .8 .9 1 Group: 0000000000000000000000000000000000000000000000000011111111111111111111111111111111111111111111111111 Predicted Probability is of Membership for 1

The Cut Value is .50 Symbols: 0 - 0

1 - 1


Dokumen yang terkait

PERAN CORPORATE GOVERNANCE DAN KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN SUSTAINABILITY REPORT PADA PERUSAHAAN TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2010 2011

0 17 191

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN DAN CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PUBLIKASI SUSTAINABILITY REPORT

0 24 121

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN DAN GOOD Pengaruh Karakterisitk Perusahaan dan Good Corporate Governance terhadap Praktik Pengungkapan Sustainability Report (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2011-2015).

0 3 17

PENDAHULUAN Pengaruh Karakterisitk Perusahaan dan Good Corporate Governance terhadap Praktik Pengungkapan Sustainability Report (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2011-2015).

0 2 8

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE PADA HUBUNGAN Pengaruh Corporate Governance Pada Hubungan Sustainability Report Dan Nilai Perusahaan(Studi Empiris Perusahaan Go Public di Indonesia Periode 2013-2014 ).

1 5 14

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE PADA HUBUNGAN Pengaruh Corporate Governance Pada Hubungan Sustainability Report Dan Nilai Perusahaan(Studi Empiris Perusahaan Go Public di Indonesia Periode 2013-2014 ).

0 4 17

PENDAHULUAN Pengaruh Corporate Governance Pada Hubungan Sustainability Report Dan Nilai Perusahaan(Studi Empiris Perusahaan Go Public di Indonesia Periode 2013-2014 ).

0 4 7

DAFTAR PUSTAKA Pengaruh Corporate Governance Pada Hubungan Sustainability Report Dan Nilai Perusahaan(Studi Empiris Perusahaan Go Public di Indonesia Periode 2013-2014 ).

0 6 5

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR Go Public (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI 2011 Sampai 2013)

0 0 18

1 PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN DAN CORPORATE GOVERNANCE(CG) TERHADAP PRAKTIK PENGUNGKAPAN SUSTAINABILITY REPORT (SR) ( Studi Pada Perusahaan – Perusahaan yang Listed (Go-Public) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2007 - 2009 )

0 0 32