Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Likuiditas, dan Leverage terhadap Mandatory Disclosure pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, LIKUIDITAS, DAN
LEVERAGE TERHADAP MANDATORY DISCLOSURE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA (BEI)
OLEH :
DICKEY SYAIFUL BARKHAH 090503107
PROGRAM STUDI S-1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Likuiditas, dan Leverage terhadap Mandatory Disclosure pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Sumatra Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, atau yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin dan dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan penulisan etika ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi saya, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku.
Medan, 12 April 2013
Yang membuat pernyataan
Dickey Syaiful Barkhah NIM: 090503107
(3)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Likuiditas, dan Leverage terhadap Mandatory Disclosure pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Skripsi ini disusun guna melengkapi persyaratan dalam menyelesaikan kelulusan studi pada Program Sarjana (S1) Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan skripsi hingga selesainya, penulis telah banyak mendapatkan bantuan-bantuan dalam bentuk bimbingan, keterangan serta dorongan moril maupun materiil, sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan. Teristimewa untuk ibunda penulis, Ismudiharti yang selalu memberikan doa, dorongan dan semangat kepada penulis selama ini. Pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar – besarnya, kepada :
1. Bapak
Ekonomi Universitas Sumatra Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak. selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Bapak Hotmal Ja’far, MM, Ak. selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak. selaku Ketua Program Studi Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.Si, Ak. selaku Sekretaris Program
(4)
4. Bapak Alm. Drs. Syahelmi, M.Si, Ak. selaku Penasehat Akademik yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan selama masa perkuliahan.
5. Bapak Drs. Mhd. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak. selaku dosen pembimbing dan Bapak Drs. Irwan Janahar, MAFIS, Ak. selaku dosen pembaca yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan perbaikan dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Keluarga tercinta (Nenek, Kak Bebbie, Bang Indra, Nadia, dan Hadi) yang selalu memberikan doa dan semangat kepada penulis. Ramawulan Herianda yang selalu membantu, memberikan semangat serta doanya kepada penulis selama ini. Esfan, Furqon, Pangeran, David, Cipta, serta teman-teman lain yang tidak dapat penulis sampaikan satu per satu, yang telah membuat hari-hari penulis selalu dipenuhi canda tawa di dalam dan di luar kampus.
Dengan segala kerendahan hati, penulis memohon maaf jika terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari segala kesempurnaan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan seluruh pembaca pada masa yang akan datang.
Medan, 12 April 2013 Penulis,
Dickey Syaiful Barkhah NIM: 090503107
(5)
ABSTRAK
Penelitian ini ditujukan untuk menunjukkan pengaruh ukuran perusahaan, likuiditas, dan leverage terhadap tingkat pengungkapan wajib (mandatory disclosure) laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2010. Jumlah sampel yang diambil adalah 30 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2008-2010 dengan kriteria tertentu.
Data diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia, www.idx.co.id
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial ukuran perusahaan, likuiditas, dan leverage tidak berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan wajib (mandatory disclosure) laporan keuangan dalam tingkat yang signifikan. Sedangkan secara simultan ukuran perusahaan, likuiditas, dan leverage juga tidak berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan wajib (mandatory disclosure) laporan keuangan dalam tingkat yang signifikan.
. Hasilnya terlihat pada laporan tahunan yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel pada penelitian ini. Model analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda, uji t dan uji f. Uji t dipergunakan untuk menguji variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Uji f digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen secara bersama terhadap variabel dependen.
(6)
ABSTRACT
The objective of this study is to find the effects of company size, company liquidity, and leverageto the level of mandatory disclosure in financial reports of manufacturing companies listed in Indonesian Stock Exchange in 2008 until 2010 period. The number of samples used were 30 manufacturing companies registered to go public in Indonesia Stock Exchange.
Data was obtained from Indonesian Stock Exchange website, www.idx.co.id
The results of this study show that firm size, company liquidity, and leverage partially don’t have a significant effect on the level of mandatory disclosure. On the other hand, this study also shows that size firm, company liquidity, and leverage simultaneously don’t have a significant effect on the level of mandatory disclosure.
. The results were as seen on annual report that published by corporates which act as sampling in this research. Analysis model that used is multiple regression, t test, and f test. T test is used to analysis the partial influence of independent variable to dependent variable. F test is used to analysis simultaneous of independent variable to dependent variable.
(7)
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... iii
ABSTRACT ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1
1.2Perumusan Masalah ... 7
1.3Tujuan Penelitian ... 8
1.4Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengungkapan Laporan Keuangan ... 10
2.1.2 Tujuan Pengungkapan ... 10
2.1.3 Level Pengungkapan ... 12
2.1.4 Jenis-Jenis Pengungkapan ... 13
2.1.5 Pengungkapan Wajib (Mandatory Disclosure) ... 13
2.1.6 Ukuran Perusahaan ... 15
2.1.7 Likuiditas ... 16
2.1.8 Leverage ... 17
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 18
2.3 Kerangka Konseptual ... 21
2.4 Hipotesis Penelitian ... 23
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 24
3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 24
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 28
3.4 Jenis dan Sumber Data ... 30
3.5 Metode Pengumpulan Data ... 31
3.6 Metode Analisis Data ... 31
3.6.1 Uji Asumsi Klasik ... 31
a. Uji Normalitas ... 31
(8)
c. Uji Heteroskedastisitas ... 33
d. Uji Autokorelasi ... 33
3.6.2. Uji Hipotesis ... 34
a. Uji signifikansi simultan (F- test) ... 34
b. Uji signifikansi parsial (t-test) ... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Deskriptif Data Penelitian ... 36
4.2Analisis Hasil Penelitian 4.2.1 Statistik Deskriptif ... 36
4.2.2 Pengujian Asumsi Klasik ... 37
4.2.2.1Uji Normalitas ... 37
4.2.2.2 Uji Multikolinearitas ... 43
4.2.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 44
4.2.2.4Uji Autokorelasi ... 45
4.3 Analisis Regresi ... 46
4.4 Pengujian Hipotesis ... 48
4.4.1 Uji Signifikan Parsial (t-test) ... 50
4.4.2 Uji Signifikan Simultan (F-test) ... 53
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... 54
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan ... 59
5.2Keterbatasan Penelitian ... 60
5.3 Saran ... 60
DAFTAR PUSTAKA ... 62
(9)
DAFTAR TABEL
No.Tabel Judul Halaman
2.1 Review Penelitian Terdahulu ... 20
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 27
3.2 Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian ... 29
4.1 Statistik Deskriptif ... 36
4.2 Hasil Uji Normalitas ... 39
4.3 Hasil Uji Normalitas ... 40
4.4 Hasil Uji Multikolinearitas ... 43
4.5 Hasil Uji Autokorelasi ... 46
4.6 Analisis Regresi ... 47
4.7 Model Summary ... 49
4.8 Hasil Uji T ... 51
(10)
DAFTAR GAMBAR
No.Gambar Judul Halaman
2.1 Kerangka Konseptual ... 21
4.1 Histogram ... 41
4.2 Uji Normalitas Data ... 42
(11)
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
Lampiran A Populasi dan Sampel Penelitian ... 64
Lampiran B Sampel Penelitian ... 68
Lampiran C Daftar Item Pengungkapan Laporan Keuangan ... 69
Lampiran D Hasil Olahan Data Ukuran Perusahaan ... 72
Lampiran E Hasil Olahan Data Likuiditas ... 73
Lampiran F Hasil Olahan Data Leverage ... 74
Lampiran G Tingkat Pengungkapan 2008 ... 75
Lampiran H Tingkat Pengungkapan 2009 ... 79
Lampiran I Tingkat Pengungkapan 2010 ... 83
Lampiran J Tingkat Pengungkapan Wajib ... 87
Lampiran K Hasil Transformasi Data Ukuran Perusahanan ... 88
Lampiran L Hasil Transformasi Data Likuiditas ... 89
Lampiran M Hasil Transformasi Data Leverage ... 90
Lampiran N Hasil Transformasi Data Tingkat Pengungkapan .... 91
(12)
ABSTRAK
Penelitian ini ditujukan untuk menunjukkan pengaruh ukuran perusahaan, likuiditas, dan leverage terhadap tingkat pengungkapan wajib (mandatory disclosure) laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2010. Jumlah sampel yang diambil adalah 30 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2008-2010 dengan kriteria tertentu.
Data diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia, www.idx.co.id
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial ukuran perusahaan, likuiditas, dan leverage tidak berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan wajib (mandatory disclosure) laporan keuangan dalam tingkat yang signifikan. Sedangkan secara simultan ukuran perusahaan, likuiditas, dan leverage juga tidak berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan wajib (mandatory disclosure) laporan keuangan dalam tingkat yang signifikan.
. Hasilnya terlihat pada laporan tahunan yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel pada penelitian ini. Model analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda, uji t dan uji f. Uji t dipergunakan untuk menguji variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Uji f digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen secara bersama terhadap variabel dependen.
(13)
ABSTRACT
The objective of this study is to find the effects of company size, company liquidity, and leverageto the level of mandatory disclosure in financial reports of manufacturing companies listed in Indonesian Stock Exchange in 2008 until 2010 period. The number of samples used were 30 manufacturing companies registered to go public in Indonesia Stock Exchange.
Data was obtained from Indonesian Stock Exchange website, www.idx.co.id
The results of this study show that firm size, company liquidity, and leverage partially don’t have a significant effect on the level of mandatory disclosure. On the other hand, this study also shows that size firm, company liquidity, and leverage simultaneously don’t have a significant effect on the level of mandatory disclosure.
. The results were as seen on annual report that published by corporates which act as sampling in this research. Analysis model that used is multiple regression, t test, and f test. T test is used to analysis the partial influence of independent variable to dependent variable. F test is used to analysis simultaneous of independent variable to dependent variable.
(14)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Suatu entitas bisnis membutuhkan modal untuk melakukan aktivitas operasional usahanya. Sementara terdapat pihak yang memiliki kelebihan dana (investor-kreditor) yang bermaksud menginvestasikan dananya ke perusahaan yang dapat memberikan keuntungan dan keamanan atas investasinya.Untuk itu investor memerlukan informasi yang akurat dan relevan untuk mendukung pengambilan keputusan pendanaan yang aman dan menguntungkan. Pelaporan keuangan merupakan informasi yang menghubungkan komunikasi entitas bisnis dengan investor, kreditor dan pihak lain yang berkepentingan terhadap informasi tersebut. Pelaporan keuangan di samping sebagai laporan pertanggungjawaban manajemen kepada pemilik juga berfungsi sebagai informasi yang akan digunakan oleh investor, kreditor dan pihak lain untuk mengambil keputusan ekonomi.
Laporan tahunan dan laporan keuangan merupakan salah satu informasi yang secara formal wajib dipublikasikan sebagai sarana pertanggungjawaban pihak manajemen terhadap pengelolaan sumber daya pemilik, serta jendela informasi yang memungkinkan bagi pihak-pihak diluar manajemen, mengetahui kondisi perusahaan. Namun sejauh mana informasi yang dapat diperoleh sangat tergantung pada tingkat pengungkapan (disclosure) dari laporan tersebut.
(15)
Pengertian dari pengungkapan menurut Evans (2003) adalah “penyediaan informasi dalam statemen keuangan termasuk statemen keuangan itu sendiri, catatan atas statemen keuangan, dan pengungkapan tambahan yang berkaitan dengan statemen keuangan”. Pengungkapan yang tepat mengenai informasi yang penting bagi para investor dan pihak lainnya hendaknya bersifat cukup (adequate), wajar (fair), dan lengkap (full) (Chariri dan Ghozali, 2003: 235). Pengungkapan cukup (adequate) ini mencakup pengungkapan minimal yang harus dilakukan (mandatory disclosure). Pengungkapan secara wajar (fair) menunjukkan tujuan etis agar dapat memberikan perlakuan yang sama dan bersifat umum bagi semua pemakai laporan keuangan. Sedangkan pengungkapan yang lengkap (full) mensyaratkan perlunya menyajikan semua informasi yang relevan.
Pengungkapan laporan keuangan memiliki 2 (dua) jenis pengungkapan. Pertama adalah pengungkapan wajib (mandatory disclosure), yaitu pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku (peraturan mengenai pengungkapan laporan keuangan yang dikeluarkan oleh pemerintah melalui keputusan ketua BAPEPAM No. SE-02/PM/2002). Dan kedua adalah pengungkapan sukarela (voluntary disclosure), yaitu pengungkapan butir – butir yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan yang berlaku (Darrough, 1993 dalam Naim dan Rachman, 2000).
Setiap perusahaan diwajibkan untuk membuat laporan keuangan tahunan yang diaudit oleh auditor independen sebagai sarana pertanggungjawaban, terutama kepada pemilik modal. Sebagai upaya untuk menarik minat konsumen
(16)
dan membentuk public image yang optimal, perusahaan dituntut untuk memberikan pengungkapan yang minimal sama dengan pesaingnya, atau dengan kata lain memenuhi pengungkapan yang diwajibkan oleh standar akuntansi yang berlaku (mandatory disclosure).
Pada umumnya, konsep pengungkapan yang digunakan adalah pengungkapan cukup. Hal tersebut dikarenakan pengungkapan cukup (adequate) ini mencakup pengungkapan minimal yang harus dilakukan agar laporan keuangan tidak menyesatkan. Bagi beberapa pihak, pengungkapan yang terlalu lengkap (full) dianggap sebagai penyajian informasi yang berlebihan, sehingga tidak bisa dikatakan layak. Terlalu banyak informasi akan membahayakan karena penyajian rincian yang tidak penting justru akan menyembunyikan informasi yang signifikan dan membuatnya sulit dipahami. Oleh karena itu peneliti memfokuskan penelitian ini terhadap pengungkapan wajib (mandatory disclosure).
Tingkat luas pengungkapan informasi antar perusahaan dalam industri yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda. Perbedaan ini dikarenakan adanya perbedaan risiko dan karakteristik yang dimiliki oleh setiap sektor industri tersebut. Penelitian ini difokuskan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengungkapan wajib (mandatory disclosure) pada perusahaan di sektor industri manufaktur.
Pedoman penyajian dan pengungkapan laporan keuangan emiten atau perusahaan publik tercantum dalam Lampiran Surat Edaran Ketua Bapepam No. 02/PM/2002 tanggal 27 Desember 2002, yang mulai berlaku efektif untuk laporan keuangan tahun 2003. Peraturan ini memiliki 13 (tigabelas) pedoman untuk
(17)
masing-masing jenis industri, yaitu industri manufaktur, perdagangan, transportasi, hotel, investasi, jalan tol, konstruksi, perkebunan, peternakan, real estate, restoran, rumah sakit, dan telekomunikasi. Total item pengungkapan laporan keuangan untuk industri manufaktur adalah sebanyak 68 item dengan rincian sebagai berikut:
a. 40 item neraca
b. 14 item laporan laba rugi
c. 6 item laporan perubahan modal d. 3 item laporan arus kas
e. 5 item catatan atas laporan keuangan
Penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan wajib sudah pernah dilakukan antara lain penelitian Fitriani (2001) terhadap signifikansi perbedaan tingkat kelengkapan pengungkapan wajib dan sukarela pada laporan keuangan. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 102 perusahaan dengan periode penelitian pada laporan keuangan tahun 1999. Dalam penelitian tersebut, peneliti membuktikan adanya pengaruh faktor ukuran perusahaan, jenis perusahaan, status perusahaan, net profit margin dan Kantor Akuntan Publik (KAP) terhadap kelengkapan pengungkapan wajib (mandatory disclosure). Sedangkan tingkat leverage dan likuiditas tidak mempengaruhi kelengkapan pengungkapan wajib (mandatory disclosure).
Penelitian lain juga dilakukan oleh Nugroho (2011) yang meneliti pengaruh karakteristik perusahaan terhadap tingkat keluasan pengungkapan laporan keuangan pada sektor industri makanan dan minuman yang terdaftar di
(18)
Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa baik secara simultan maupun parsial, variabel ukuran perusahaan, likuiditas, leverage,
profitabilitas, dan saham publik mempunyai pengaruh signifikan terhadap indeks skor pengungkapan laporan keuangan.
Penelitian lain juga dilakukan oleh Rahmawati et al. (2007) mengenai pengaruh ukuran perusahaan, likuiditas, leverage dan profitabilitas terhadap pengungkapan wajib laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur dengan sampel 71 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta tahun 2003-2004. Penelitian ini menunjukkan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap luas
mandatory disclosure, nilai likuiditas berpengaruh negatif terhadap luas
mandatory disclosure, nilai leverage dan profitabilitas dan tidak mempengaruhi luas mandatory disclosure. Sedangkan ukuran perusahaan, likuiditas, leverage,
dan profitabilitas secara simultan tidak mempengaruhi mandatory disclosure. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan pada hasil penelitian sebelumnya. Penelitian Fitriani (2001) yang menyatakan bahwa variabel likuiditas tidak mempengaruhi kelengkapan pengungkapan wajib tidak konsisten dengan penelitian Rahmawati et al. (2007) dan Nugroho (2011) yang menyatakan bahwa luas pengungkapan wajib dipengaruhi oleh variabel likuiditas. Kemudian penelitian Nugroho (2011) yang menyatakan bahwa variabel leverage
mempunyai pengaruh terhadap tingkat keluasan pengungkapan laporan keuangan tidak konsisten dengan penelitian Rahmawati et al. (2007) yang menyatakan bahwa variabel luas pengungkapan wajib tidak dipengaruhi oleh variabel
(19)
(2007) dalam hal pernyataan bahwa variabel likuiditas mempengaruhi tingkat keluasan pengungkapan wajib.
Perbedaan hasil penelitian sebelumnya dapat disebabkan karena perbedaan dasar acuan yang dipakai seperti metode statistik untuk analisis, populasi dan sampel penelitian, ataupun tahun penelitian yang berbeda. Adanya ketidakkonsistenan terhadap penelitian sebelumnya memungkinkan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut. Oleh karena itu, penelitian ini berusaha untuk meneliti lebih dalam mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengungkapan wajib (mandatory disclosure).
Penelitian ini merupakan kelanjutan dari penelitian Rahmawati et al. (2007) yang meneliti pengaruh ukuran perusahaan, likuiditas, leverage, dan profitabilitas terhadap mandatory disclosure. Namun ada beberapa perbedaan penelitian ini dengan penelitian Rahmawati et al. yaitu :
1. Periode penelitian Rahmawati et al. adalah tahun 2003 – 2004, sedangkan penelitian ini menggunakan periode pengamatan tahun 2008 – 2010.
2. Penelitian Rahmawati et al. menggunakan 4 variabel, ukuran perusahaan, likuiditas, leverage, dan profitabilitas, sedangkan penelitian ini tidak menyertakan variabel profitabilitas karena dalam penelitian Rahmawati et al.
variable profitabilitas tidak memiliki pengaruh terhadap mandatory disclosure.
3. Dalam penelitian Rahmawati et al. ukuran perusahaan diukur dengan kapitalisasi pasar, sedangkan dalam penelitian ini diukur dengan logaritma natural total asset. Nilai total aset dipilih sebagai proxy atas ukuran perusahaan
(20)
dengan mempertimbangkan bahwa nilai aset relatif lebih stabil dibandingkan dengan nilai kapitalisasi pasar dan penjualan.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul: “Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Likuiditas, dan
Leverage terhadap Mandatory Disclosure Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan wajib (mandatory disclosure) laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2008-2010?
2. Apakah likuiditas berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan wajib (mandatory disclosure) laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2008-2010?
3. Apakah leverage berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan wajib (mandatory disclosure) laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2008-2010?
(21)
4. Apakah ukuran perusahaan, likuiditas, dan leverage secara bersama-sama berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan wajib (mandatory disclosure) laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2008-2010?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis pengaruh ukuran perusahaan terhadap tingkat pengungkapan wajib laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2008-2010. 2. Menganalisis pengaruh likuiditas terhadap tingkat pengungkapan wajib
laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2008-2010.
3. Menganalisis pengaruh leverage terhadap tingkat pengungkapan wajib laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2008-2010.
4. Menganalisis pengaruh ukuran perusahaan, likuiditas, dan leverage
secara bersama-sama terhadap tingkat pengungkapan wajib laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2008-2010.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
(22)
1. Bagi peneliti, diharapkan penelitian ini menjadi pelatihan intelektual yang dapat menambah pemahaman mengenai pengaruh ukuran perusahaan, likuiditas, dan leverage terhadap tingkat pengungkapan wajib laporan keuangan tahunan perusahaan.
2. Bagi peneliti selanjutnya dan akademisi, penelitian ini diharapkan akan melengkapi temuan-temuan empiris yang telah ada di bidang akuntansi untuk kemajuan dan pengembangan penelitian ilmiah di masa yang akan datang.
3. Bagi calon investor, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk melakukan investasi pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
4. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat memotivasi perusahaan agar dapat bersaing dengan perusahaan lain dengan membuat laporan keuangan tahunan secara lebih lengkap.
(23)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Pengungkapan Laporan Keuangan
Pengungkapan secara sederhana dapat diartikan sebagai pengeluaran informasi (the release of information). Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan, pengungkapan (disclosure) mengandung arti bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi dan penjelasan yang cukup mengenai hasil aktivitas suatu unit usaha (Chariri dan Ghozali, 2003:235).
2.1.2 Tujuan Pengungkapan
Tujuan pengungkapan dalam laporan keuangan menurut Chariri dan Ghozali (2003:382), antara lain:
a. Memberikan informasi dalam mengambil keputusan secara rasional. b. Memberikan informasi untuk membantu menilai jumlah, pengakuan
penerimaan kas.
c. Memberikan informasi sumber ekonomi suatu perusahaan.
d. Menyediakan informasi hasil usaha suatu perusahaan selama satu periode.
e. Menyediakan informasi yang bermanfaat bagi manajer dan direktur f. Untuk membandingkan antar perusahaan dan antar tahun.
g. Untuk menyediakan informasi aliran kas masuk dan keluar dimasa mendatang.
h. Untuk membantu investor dalam menetapkan return dan investasinya.
Semakin luasnya pengungkapan yang dilakukan, maka laporan keuangan perusahaan tersebut akan semakin handal (reliable). Oleh karena itu sangatlah penting sebuah perusahaan untuk melakukan pengungkapan.
(24)
Dasar perlunya praktik pengungkapan laporan keuangan oleh manajemen kepada pemegang saham dijelaskan dalam agency theory. Menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam Simanjuntak dan Widiastuti (2004:243), agency relationship (hubungan keagenan) ada bilamana satu atau lebih individu yang disebut dengan principal bekerja dengan individu atau organisasi lain yang disebut agent, principal akan menyediakan fasilitas dan mendelegasikan kebijakan pembuatan keputusan kepada agen.
Pernyataan yang sama juga dikemukakan oleh Harianto dan Sudomo (2001:106) teori keagenan membahas hubungan antara manajemen dengan pemegang saham, di mana yang dimaksud dengan principal adalah pemegang saham dan agent adalah manajemen pengelola perusahaan. Prinsipal menyediakan fasilitas dan dana untuk menjalankan perusahaan, di lain pihak manajemen mempunyai kewajiban untuk mengelola apa yang diamanahkan pemegang saham kepadanya. Agen diwajibkan memberi laporan periodik pada prinsipal tentang usaha yang dijalankannya. Prinsipal akan menilai kinerja agennya melalui laporan keuangan yang disampaikan kepadanya. Oleh karena itu, laporan keuangan merupakan sarana akuntabilitas manajemen kepada pemiliknya.
Perusahaan besar memiliki biaya keagenan (agency cost) yang lebih besar karena semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka semakin tinggi atau semakin luas pula rantai komando dalam perusahaan tersebut, sehingga biaya pengawasan yang timbul juga akan semakin besar. Untuk mengurangi
(25)
biaya keagenan (agency cost) tersebut, perusahaan akan mengungkapkan lebih banyak informasi atau akan melakukan pengungkapan yang lebih luas.
2.1.3 Level Pengungkapan
Menurut Hendriksen (2004:432) secara umum pengungkapan informasi keuangan mendasarkan pada tiga level antara lain:
1. Adequate disclosure (pengungkapan yang memadai) yaitu pengungkapan harus memadai, agar pemakai laporan keuangan tidak salah menafsirkan atas informasi yang disampaikan. Semua perusahaan publik diwajibkan untuk memenuhi pengungkapan mininum, tetapi secara substansial dalam hal jumlah tambahan informasi yang diungkapkan ke pasar modal pasti akan berbeda. 2. Fair disclosure (pengungkapan yang wajar) yaitu pengungkapan
secara wajar menunjukan tujuan etis agar dapat memberikan perlakuan yang sama dan bersifat umum bagi semua pemakai laporan keuangan.
3. Full disclosure (pengungkapan yang penuh) yaitu penyajian semua informasi yang relevan. Penyajian informasi yang mendetail akan menyembunyikan informasi yang penting sehingga membuat laporan keuangan menjadi sulit diinterpretasikan
Pengungkapan penuh memiliki kesan penyajian informasi secara melimpah sehingga beberapa pihak menganggapnya tidak baik (Ainun dan Fuad, 2000) dalam Simanjuntak dan Widiastuti (2004). Bagi beberapa pihak pengungkapan secara penuh diartikan sebagai penyajian informasi yang berlebihan dan karena itu tidak bisa disebut layak. Terlalu banyak informasi akan membahayakan, karena penyajian rinci dan yang tidak penting justu mangaburkan informasi yang signifikan membuat laporan sulit ditafsirkan. Yang paling umum digunakan dari ketiga konsep diatas adalah pengungkapan yang cukup (adequate). Pengungkapan ini mencakup pengungkapan minimal yang harus diungkapkan agar laporan keuangan tidak menyesatkan.
(26)
2.1.4 Jenis-Jenis Pengungkapan
Menurut Darrough (1993) dalam Naim dan Rachman (2000) terdapat dua jenis pengungkapan dalam hubungannya dengan persyaratan yang ditetapkan standar, yaitu:
1. Pengungkapan Wajib (mandatory disclosure)
Pengungkapan waib (mandatory disclosure) adalah pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku. 2. Pengungkapan Sukarela (voluntarydisclosure)
Pengungkapan sukarela dilakukan oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan yang berlaku. Pengungkapan sukarela dapat meningkatkan kredibilitas perusahaan dan membantu investor dalam memahami strategi bisnis manajemen.
2.1.5 Pengungkapan Wajib (Mandatory Disclosure)
Pengungkapan wajib (mandatory disclosure) merupakan pengungkapan minimum mengenai informasi yang harus diungkapkan oleh perusahaan. Jika perusahaan tidak bersedia untuk mengungkapkan informasi secara sukarela, maka pengungkapan wajib (mandatory disclosure) akan memaksa perusahaan untuk mengungkapkannya.
Luas pengungkapan wajib antara suatu negara dengan negara lain berbeda. Negara maju dengan regulasi yang lebih ketat relatif mensyaratkan butir pengungkapan minimum atas laporan keuangannya lebih banyak jika dibandingkan dengan perusahaan di negara berkembang. Kelengkapan pengungkapan laporan keuangan suatu perusahaan tidak bersifat statis, tetapi
(27)
meningkat sejalan dengan perkembangan pasar modal dan sosial di negara bersangkutan. Di Indonesia, kewajiban pengungkapan informasi bagi perusahaan yang go public diatur oleh pemerintah atau badan pembuat standar (Ikatan Akuntan Indonesia/IAI dan Badan Pengawas Pasar Modal/Bapepam).
Kualitas informasi keuangan tercermin pada luasnya tingkat pengungkapan laporan yang diterbitkan oleh perusahaan. Bagi perusahaan yang melakukan penawaran umum kepada publik atau go public terdapat pedoman untuk penyajian dan pengungkapan laporan keuangan. Di Indonesia, kewajiban pengungkapan informasi bagi perusahaan yang go public diatur oleh pemerintah atau badan pembuat standar (Ikatan Akuntan Indonesia/IAI dan Badan Pengawas Pasar Modal/Bapepam), yaitu melalui keputusan ketua Bapepem No. Kep–17/PM/1995 yang selanjutnya diubah melalui keputusan ketua Bapepam No. Kep–38/PM/1996 kemudian diubah dengan keputusan Bapepam No. SE-02/PM/2002. Peraturan ini mulai berlaku efektif untuk laporan keuangan tahun 2003 dan memiliki 13 (tigabelas) pedoman untuk masing-masing jenis industri, antara lain industri manufaktur, perdagangan, transportasi, hotel, investasi, jalan tol, konstruksi, perkebunan, peternakan, real estate, restoran, rumah sakit, dan telekomunikasi. Peraturan lama hanya berlaku bagi perusahaan kecil, sedangkan peraturan yang baru berlaku bagi semua perusahaan yang telah melakukan penawaran umum dan perusahaan publik.
(28)
2.1.6 Ukuran Perusahaan
Dalam penelitian Fitriani (2001) terdapat tiga alternatif yang digunakan untuk menghitung size perusahaan, yaitu total asset, penjualan bersih dan kapitalisasi pasar. Fitriani (2001) menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan mempunyai positif terhadap kelengkapan pengungkapan. Jadi semakin besar size perusahaan maka akan semakin tinggi pengungkapannya. Dalam penelitian ini ukuran perusahaan didasarkan pada total aktiva, karena berdasarkan penelitian Fitriani (2001) total aktiva lebih menunjukkan ukuran perusahaan dibandingkan kapitalisasi pasar (Market Capitalization).
Menurut Astuti dan Zuhrotun (2007: 124) mengenai ukuran perusahaan:
perusahaan dengan total asset yang besar mencerminkan kemapanan perusahaan. Perusahaan yang sudah mapan biasanya kondisi keuangannya juga sudah stabil. Selain itu, ukuran bank yang besar lebihdiinginkan karena memungkinkan bank menyediakan menu jasa keuangan yang lebih luas.Ukuran perusahaan yang besar diharapkan dapat meningkatkan skala ekonomi dan mengurangi biaya pengumpulan dan pemrosesan informasi.
Dengan demikian, perusahaan yang besar mempunyai biaya produksi informasi yang lebih rendah daripada perusahaan kecil.Suatu perusahaan besar dan mapan akan mudah untuk menuju ke pasar modal. Karena kemudahan untuk berhubungan dengan pasar modal maka berarti fleksibilitas lebih besar dan tingkat kepercayaan investor juga lebih besar karena mempunyai kinerja operasional yang lebih besar. Perusahaan besar mampu menarik minat investor yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan kecil karena mempunyai fleksibilitas penempatan investasi yang lebih baik.
(29)
Variabel ukuran perusahaan diukur dengan logaritma natural dari total aset. Hal ini dikarenakan besarnya total aset masing-masing perusahaan berbeda bahkan mempunyai selisih yang besar, sehingga dapat menyebabkan nilai yang ekstrim. Untuk menghindari adanya data yang tidak normal tersebut maka data total aset perlu diproksikan menjadi logaritma natural total aset.
2.1.7 Likuiditas
Likuiditas merupakan kemampuan suatu entitas bisnis untuk membayar kewajiban-kewajibannya yang harus segera dipenuhi. Adapun hutang jangka pendek adalah kewajiban yang harus segera dipenuhi. Rasio likuiditas ini dapat digunakan dalam mengukur tingkat keamanan kreditor jangka pendek dan juga digunakan untuk melihat kelancaran operasi perusahaan. Selain itu rasio ini dapat digunakan juga untuk membandingkan kewajiban jangka pendek perusahaan dengan sumber daya jangka pendek (atau lancar) perusahaan yang ada untuk memenuhi kewajibannya.
Ada dua indikator yang sering digunakan untuk mengukur variabel likuiditas, yaitu rasio lancar (current ratio) dan rasio cepat (quick ratio). Rasio lancar (current ratio) adalah rasio yang paling sering digunakan dalam mengukur variabel likuiditas. Rasio lancar mengukur kemampuan aktiva lancar membayar hutang lancar, sedangkan rasio cepat (quick ratio) mengukur kemampuan yang sesungguhnya untuk memenuhi hutang-hutangnya tepat pada saatnya. Johan dan Lekok (2006) dan Dewi (2009) menemukan bahwa variabel likuiditas yang diproksikan dengan rasio lancar (current ratio) berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan. Di dalam penelitian ini rasio
(30)
likuiditas yang dipakai adalah current ratio. Current ratio merupakan salah satu dari rasio likuiditas yang paling sering dan paling umum digunakan. Rasio ini membandingkan antara aktiva lancar dengan kewajiban jangka pendek perusahaan. Aktiva lancar di sini terdiri dari kas, piutang, efek, persediaan, dan aktiva lancar lainnya. Sedangkan kewajiban jangka pendeknya berupa hutang dagang, hutang wesel, hutang bank, hutang gaji, dan hutang lainnya yang segera harus dibayar.
2.1.8 Leverage
Rasio leverage digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan (entitas) dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Buruknya kinerja perusahaan dapat dilihat dari kemampuan perusahaan tersebut di dalam melunasi kewajibannya. Rasio leverage ini terdiri dari rasio utang dan rasio utang terhadap ekuitas.
Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat
leverage suatu perusahaan yaitu rasio hutang terhadap ekuitas (debt to equity ratio) dan rasio hutang terhadap total aktiva (debt to total assets ratio). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan debt to total assets ratio sebagai alat ukur dari rasio leverage. Debt to total assets ratio merupakan rasio antara total hutang (total debts) baik hutang jangka pendek (current liability) dan hutang jangka panjang (long term debt) terhadap total aktiva (total assets) baik aktiva lancar (current assets) maupun aktiva tetap (fixed assets) dan aktiva lainnya (other assets). Rasio tersebut digunakan untuk memberikan gambaran
(31)
mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat resiko tak tertagihnya suatu hutang.
Debt to total assets ratio (DTA) menunjukkan besarnya hutang yang digunakan untuk membiayai aktiva yang digunakan oleh perusahaan dalam rangka menjalankan aktivitas operasionalnya. Semakin besar rasio DTA menunjukkan semakin besar tingkat ketergantungan perusahaan terhadap pihak eksternal (kreditur) dan semakin besar pula beban biaya hutang (biaya bunga) yang harus dibayar oleh perusahaan. Dengan semakin meningkatnya rasio DTA (dimana beban hutang juga semakin besar) maka hal tersebut berdampak terhadap profitabilitas yang diperoleh perusahaan, karena sebagian digunakan untuk membayar bunga pinjaman. Dengan biaya bunga yang semakin besar, maka profitabilitas semakin berkurang (karena sebagian digunakan untuk membayar bunga), maka hak para pemegang saham (dividen) juga semakin berkurang (menurun).
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Fitriani (2001) melakukan penelitian mengenai signifikansi perbedaan tingkat kelengkapan pengungkapan wajib dan pengungkapan sukarela pada 102 perusahaan yang sahamnya terdaftar di Bursa Efek Jakarta tahun 1999. Dalam penelitian ini ditunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan wajib adalah ukuran perusahaan, status perusahaan, kelompok industri, net profit margin, dan Kantor Akuntan Publik. Sedangkan faktor yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan sukarela adalah sama dengan pengungkapan wajib kecuali kelompok industri.
(32)
Penelitian Fitriani (2001) tidak berhasil membuktikan hubungan antara variabel leverage dan likuiditas dengan luas pengungkapan.
Penelitian Rahmawati et al. (2007) mengenai pengaruh ukuran perusahaan, likuiditas, leverage dan profitabilitas terhadap pengungkapan wajib laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur dengan sampel 71 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta tahun 2003-2004 menemukan bahwa secara parsial pengungkapan wajib dipengaruhi oleh variabel ukuran perusahaan dan likuiditas. Sedangkan secara simultan tidak ditemukan adanya pengaruh antara variabel ukuran perusahaan, likuiditas, leverage dan profitabilitas terhadap pengungkapan wajib.
Agus Sumarnadi Nugroho (2011) melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh karakteristik perusahaan terhadap tingkat keluasan pengungkapan laporan keuangan. Penelitian ini mengambil total sampel sebanyak 72 laporan keuangan sektor industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2009. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan (yang diproksikan melalui total aktiva) secara parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Sedangkan rasio likuiditas secara parsial tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap tingkat kelengkapan laporan keuangan. Dalam penelitian ini ditunjukkan juga bahwa
leverage secara parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap tingkat kelengkapan laporan keuangan. Namun indikator leverage yang digunakan dalam penelitian Agus Sumarnadi Nugroho adalah debt to equity ratio (DER),
(33)
sedangkan dalam penelitian ini indikator leverage adalah debt to total assets ratio (DTA).
Tabel 2.1
REVIEW PENELITIAN TERDAHULU
Peneliti Judul Variabel Kesimpulan
Fitriani (2001) Signifikansi Perbedaan Tingkat Kelengkapan Pengungkapan Wajib Dan Sukarela Pada Laporan Keuangan Perusahaan Publik Ukuran Perusahaan,
Leverage, Likuiditas, Net Profit Margin, KAP,
Status Perusahaan, Kelompok Industri Faktor yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan wajib adalah ukuran
perusahaan, status perusahaan, kelompok industri,
net profit margin, dan Kantor Akuntan
Publik. Sedangkan faktor yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan sukarela adalah sama dengan pengungkapan wajib kecuali kelompok industri. Rahmaw ati, Mutmain ah, dan Haryanto (2007) Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Likuiditas, Leverage, Dan Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Wajib Ukuran Perusahaan, Likuiditas, Leverage, Profitabilitas Luas pengungkapan wajib dipengaruhi oleh variabel ukuran perusahaan dan likuiditas. Agus Sumarna di Nugroho (2011) Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Tingkat Keluasan Pengungkapan Laporan Keuangan Pada
Likuiditas, Leverage, Net Profit Margin, Ukuran
Perusahaan, Saham Publik
Variabel likuiditas,
leverage, dan ukuran perusahaan mempunyai pengaruh signifikan terhadap tingkat keluasan pengungkapan laporan keuangan.
(34)
Sektor Industri Makanan Dan Minuman Yang
Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Sumber: Hasil Olahan Penelti, 2013
2.3 Kerangka Konseptual
Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan teoritis, dan tinjauan penelitian terdahulu, maka dapat dirumuskan kerangka konseptual penelitian pada gambar 2.1.
H1
H2
H3
H4
Gambar 2.1
KERANGKA KONSEPTUAL
Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2013
Ukuran perusahaan, yang dinyatakan dengan logaritma natural total aktiva diharapkan berhubungan positif dengan luasnya tingkat pengungkapan. Dalam teori keagenan, apabila ukuran perusahaan lebih besar, maka biaya keagenan yang dikeluarkan juga lebih besar. Untuk mengurangi biaya keagenan (agency cost) tersebut, perusahaan akan mengungkapkan lebih banyak informasi atau akan melakukan pengungkapan yang lebih luas. Perusahaan kecil umumnya berada
Ukuran Perusahaan (X1)
Likuiditas (X2)
Leverage (X3)
Pengungkapan Wajib (Mandatory Disclosure)
(35)
pada situasi persaingan yang ketat dengan perusahaan lain. Mengungkapkan terlalu banyak tentang jati dirinya kepada pihak eksternal dapat membahayakan posisinya dalam persaingan, sehingga perusahaan kecil cenderung untuk tidak melakukan pengungkapan selengkap perusahaan besar. Asumsi ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Fitriani (2001), dan Rahmawati et al (2007) yang menunjukkan bahwa semakin besar ukuran perusahaan, maka semakin tinggi tingkat pengungkapan.
Tingkat likuiditas dapat dipandang dari dua sisi. Di satu sisi, tingkat likuiditas yang tinggi akan menunjukkan kuatnya kondisi keuangan perusahaan. Perusahaan semacam ini cenderung untuk melakukan pengungkapan informasi yang lebih luas kepada pihak luar karena ingin menunjukkan bahwa perusahaan itu kredibel (Cooke, 1989 dalam Fitriani, 2001). Tetapi di lain pihak, likuiditas dapat juga dipandang sebagai ukuran kinerja manajemen dalam mengelola keuangan perusahaan. Dari sisi ini, perusahaan dengan likuiditas rendah cenderung mengungkapkan lebih banyak informasi kepada pihak eksternal sebagai upaya untuk menjelaskan lemahnya kinerja manajemen (Wallace et al, 1994 dalam Fitriani, 2001). Dalam penelitian Fitriani (2001) dan Agus Sumarnadi Nugroho (2011), tidak ditemukan adanya pengaruh signifikan antara variabel likuiditas dengan tingkat pengungkapan laporan keuangan.
Rasio leverage menggambarkan sampai sejauh mana aktiva suatu perusahaan dibiayai oleh hutang. Rasio leverage yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan banyak dibiayai oleh investor atau kreditur luar. Artinya, semakin tinggi rasio leverage berarti semakin besar pula proporsi pendanaan perusahaan yang dibiayai dari hutang. Dalam penelitian Fitriani (2001) dan Rahmawati et al. (2007) tidak ditemukan adanya pengaruh signifikan antara rasio leverage suatu perusahaan dengan
(36)
tingkat pengungkapan laporan keuangan, namun dalam penelitian Agus Sumarnadi Nugroho (2011) ditemukan adanya pengaruh siginifikan rasio leverage suatu perusahaan dengan tingkat pengungkapan laporan keuangan.
2.4 Hipotesis Penelitian
Menurut Rochaety (2007 : 31), “hipotesis penelitian merupakan anggapan peneliti terhadap suatu masalah yang sedang dikaji”. Berdasarkan kerangka konseptual di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah:
1. H1: Terdapat pengaruh yang signifikan antara ukuran perusahaan terhadap tingkat pengungkapan wajib.
2. H2: Terdapat pengaruh yang signifikan antara likuiditas terhadap tingkat pengungkapan wajib.
3. H3: Terdapat pengaruh yang signifikan antara leverage terhadap tingkat pengungkapan wajib.
4. H4: Terdapat pengaruh yang signifikan antara ukuran perusahaan, likuiditas, dan leverage secara simultan terhadap tingkat pengungkapan wajib.
(37)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kausal atau hubungan sebab akibat. Penelitian ini menunjukkan arah hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat, disamping mengukur kekuatan hubungannya (Sangadji dan Sopiah, 2010 : 22). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, rasio likuiditas, dan rasio leverage
sebagai variabel independen dan tingkat pengungkapan wajib (mandatory disclosure) sebagai variabel dependen.
3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Adapun variabel yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Variabel Independen (variabel tidak terikat)
Variabel independen menurut Sugiyono (2004 : 3) adalah “variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (variabel terikat)”. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan menunjukkan jumlah pengalaman dan kemampuan tumbuhnya suatu perusahaan yang mengindikasikan kemampuan dalam mengelola tingkat risiko investasi yang diberikan
(38)
para stakeholder untuk meningkatkan kemakmuran mereka. Ukuran perusahaan dapat dilihat dari total aset yang dimiliki perusahaan dan dihitung melalui logaritma natural total aset.
Ukuran Perusahaan = Ln Total Aset
b. Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan rasio yang dapat mengukur kemampuan suatu entitas bisnis untuk membayar kewajiban-kewajibannya yang akan jatuh tempo. Dalam penelitian ini rasio likuiditas diproksikan dengan current ratio, untuk melihat sejauh mana aktiva lancar dengan hutang lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar perusahaan, yang dihitung dengan :
Likuiditas = ������������
���������������
�
���
%
c. LeverageBeberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat
leverage suatu perusahaan yaitu rasio hutang terhadap total aktiva (debt to total asset ratio) dan rasio hutang terhadap ekuitas (debt to equity ratio). Dalam penelitian ini digunakan rasio hutang terhadap total aktiva (debt to total asset ratio) sebagai indikator untuk mengukur tingkat leverage.
Rasio hutang terhadap total aktiva dapat diperoleh dengan total hutang perusahaan (baik hutang lancar mau pun hutang tak lancar) dengan total aktiva (baik aktiva lancar maupun aktiva tak lancar).
(39)
Debt to Total Asset (DTA) = ����������
����������� x 100% 2. Variabel Dependen
Variabel dependen menurut Sugiyono (2004 : 3) adalah “variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel independen”. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat pengungkapan wajib (mandatory disclosure) pada laporan keuangan tahunan yang diterbitkan oleh perusahaan. Tingkat pengungkapan wajib (mandatory disclosure) diukur dengan menggunakan indeks pengungkapan yaitu dengan cara membagi jumlah skor pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan dengan total item pengungkapan yang diwajibkan secara keseluruhan.
Jumlah item pengungkapan wajib diperoleh dari Surat Edaran Ketua Bapepam No. 02/PM/2002 tanggal 27 Desember 2002 tentang Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri Manufaktur. Dari surat edaran tersebut diperoleh jumlah item pengungkapan yang diwajibkan sebanyak 68 item.
Indeks pengungkapan (disclosure index) untuk setiap perusahaan sampel diperoleh dengan cara berikut ini:
a. Sebuah item diberi skor 1 (satu) jika diungkapkan dan skor 0 (nol) jika tidak diungkapkan.
(40)
b. Proporsi disclosure setiap perusahaan diukur dengan indeks yaitu total skor yang diberikan kepada sebuah perusahaan dengan skor yang diharapkan (maksimal) dapat diperoleh perusahaan tersebut. Skor maksimal adalah 68. Indeks dapat dirumuskan sebagai berikut:
Indeks Pengungkapan = ��������������������������������
���������������������������
Definisi operasional dan pengukuran variabel penelitian disajikan dalam tabel 3.1.
Tabel 3.1
DEFINISI OPERASIONAL DAN PENGUKURAN VARIABEL PENELITIAN
Nama Variabel
Definisi Parameter Skala Pengukuran
Ukuran perusahaan Kemampuan dalam mengelola tingkat risiko investasi yang diberikan para stakeholder untuk meningkatkan kemakmuran mereka
Ln Total Asset Rasio
Likuiditas Kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya (hutang lancar) pada saat jatuh
tempo. ������������ ��������������� Rasio Leverage Perbandingan antara dana yang disediakan oleh ����������� ����������� Rasio
(41)
Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2013
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2004:72). Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008-2010.
Sampel adalah bagian populasi yang diharapkan dapat mewakili populasi penelitian (Kuncoro, 2003:107). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling, yaitu metode penetapan sampel berdasarkan kriteria tertentu.
Adapun yang menjadi kriteria pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan mempublikasikan laporan keuangan tahunannya secara rutin pada tahun 2008 sampai dengan 2010.
2. Perusahaan tidak delisting pada periode tersebut. pemilik
perusahaan dengan dana yang berasal dari kreditur perusahaan Tingkat
Pengungkapan Wajib
Pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh standar akuntansi yang
berlaku
Jumlah Skor Pengungkapan
Perusahaan Jumlah Item Pengungkapan Wajib
(42)
3. Perusahaan tidak membuat Laporan Keuangan Konsolidasi (sesuai dengan Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten/Perusahaan Publik Industri Manufaktur). Apabila emiten atau perusahaan publik memiliki anak perusahaan yang harus dikonsolidasikan, pedoman ini harus digunakan bersama dengan Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Perusahaan Investasi (Rahmawati et al., 2007). Penelitian ini hanya menggunakan pedoman untuk industri manufaktur, sehingga tidak memilih sampel perusahaan publik yang memiliki anak perusahaan yang dikonsolidasikan.
Dari perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI dari tahun 2008 sampai dengan 2010 yakni sebanyak 128 perusahaan dan berdasarkan uraian kriteria penentuan sampel diatas, maka diperoleh sampel yang berjumlah 30 perusahaan sehingga sampel pengamatan menjadi 30 x 3 tahun = 90 sampel. Perusahaan-perusahaan yang akan diamati disajikan dalam tabel 3.2.
Tabel 3.2
PERUSAHAAN YANG MENJADI SAMPEL PENELITIAN
No Nama Perusahaan Kode
1 PT. Astra Agro Lestari Tbk AALI
2 PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk AISA
3 PT. AKR Corporindo Tbk AKRA
4 PT. Alumindo Light Metal Industry Tbk ALMI
5 PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk ANTM
6 PT. Astra International Tbk ASII
7 PT. Astra Otopart AUTO
(43)
9 PT. Indo Kordsa Tbk BRAM
10 PT. BW Plantation Tbk BWPT
11 PT. Budi Acid Jaya Tbk BUDI
12 PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk CPIN
13 PT. Gudang Garam Tbk GGRM
14 PT. HM Sampoerna Tbk HMSP
15 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk INDF
16 PT. Indorama Syntheties Tbk INDR
17 PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk INTP
18 PT. Kimia Farma (Persero) Tbk KAEF
19 PT. Kalbe Farma Tbk KLBF
20 PT. Multi Starada Arah Sarana Tbk MASA
21 PT. Mayora Indah Tbk MYOR
22 PT. Citra Marga Nusaphala Persada Tbk CMNP
23 PT. Alam sutera Realty Tbk ASRI
24 PT. Holcim Indonesia Tbk SMCB
25 PT. Semen Gresik (persero) Tbk SMGR
26 PT. Unggul Indah Cahaya Tbk UNIC
27 PT. Trias Sentosa Tbk TRST
28 PT. Citra Tubindo Tbk CTBN
29 PT. Tempo Scan Pasifik Tbk TSPC
30 PT. Unilever Indonesia Tbk UNVR
Sumber : www.idx.co.id
3.4 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain (Umar,2007:42). Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari database Bursa Efek Indonesia melalui situs
(44)
data dari Indonesian Capital Market Directory selama tahun 2008 sampai 2010 yang meliputi laporan auditor independen dan laporan keuangan perusahaan.
Menurut waktu pengumpulannya, data yang digunakan termasuk dalam
Pooling Data. Pooling data merupakan gabungan dari data yang melibatkan urutan waktu (time series) dan data yang melibatkan satu waktu tertentu dengan banyak sampel (cross sectional) (Jogiyanto, 2004 : 54).
3.5 Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data sekunder, teknik yang digunakan peneliti adalah studi dokumentasi yaitu dengan mengumpulkan data sekunder berupa catatan- catatan, laporan keuangan maupun informasi lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Data penelitian diperoleh dari media internet dengan cara mendownload laporan keuangan perusahaan- perusahaan manufaktur yang diperlukan dalam penelitian ini melalui situs
3.6 Metode Analisis Data
Keseluruhan data yang telah dikumpul dianalisis untuk dapat memberikan jawaban dari masalah yang dibahas dalam penelitian ini. Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan program SPSS. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik.
3.6.1 Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2005 : 110) “ uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau
(45)
residual memiliki distribusi normal”. Cara yang dapat digunakan untuk menguji apakah variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal adalah dengan melakukan uji Kolmogorov-Smirnov terhadap model yang diuji. Kriteria pengambilan keputusan adalah apabila nilai signifikansi atau probabilitas > 0.05, maka residual memiliki distribusi normal dan apabila nilai signifikansi atau probabilitas < 0.05, maka residual tidak memiliki distribusi normal. Selain itu, uji normalitas juga dapat dilakukan dengan melakukan analisis grafik normal
probability plot dan grafik histogram. Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas menurut Ghozali (2005 : 110) sebagai berikut: 1) jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola mendekati bentuk bel, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas dan
2) jika data menyebar jauh dari diagonal dan / atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan asumsi normalitas.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Menurut Ghozali (2005: 92) mulitikolinearitas dapat dideteksi dengan melihat nilai tolerance dan variance inflation factor
(VIF). Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance < 0.10 atau sama dengan nilai VIF > 10 .
(46)
c. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Ghozali (2005: 105) ”uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain”. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel independen. Menurut Ghozali (2005: 95) dasar analisis untuk menentukan ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu:
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik- titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2005 : 95) “uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya)”. Cara yang dapat dilakukan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi adalah dengan melakukan uji Durbin Watson. Menurut Sunyoto (2009), untuk melihat ada tidaknya autokorelasi dilihat dari:
1) angka D-W dibawah –2 berarti ada autokorelasi positif,
2) angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi, 3) angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif
(47)
3.6.2 Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi berganda, menggunakan lebih dari satu variabel yang mempengaruhi variabel independen untuk menaksir variabel independen agar taksiran menjadi lebih akurat. Kegiatan pengolahan data meliputi pemberian skor atas pengungkapan item- item yang ada di laporan tahunan dan menyusun data. Hal ini dilakukan untuk mengetahui jumlah skor dan menentukan tingkat luasnya pengungkapan.
Data dianalisis dengan model regresi berganda sebagai berikut:
Y = a + ����+ ����+ ���� + e
Keterangan:
Y : Tingkat pengungkapan wajib (mandatory disclosure) yang diukur dengan Indeks Pengungkapan
a : Konstanta
��-�� : Koefisien Regresi
�� : Ukuran Perusahaan diukur dengan Ln Total Aset
�� : Likuiditas Perusahaan diukur dengan Rasio Lancar (Current Ratio)
�� : Leverage Perusahaan diukur dengan Debt to Total Asset Ratio
e : Variabel Pengganggu
a. Uji signifikansi simultan (F- test)
Uji F digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh
(48)
secara bersama- sama terhadap variabel dependen. Uji ini dilakukan dengan membandingkan F hitung dengan F tabel dengan ketentuan sebagai berikut:
H0 diterima dan Ha ditolak jika F hitung < F tabel untuk α = 5% H0 ditolak dan Ha diterima jika F hitung > F tabel untuk α = 5%
b. Uji signifikansi parsial (t-test)
Pengujian t- test digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen terhadap variabel dependen. Uji ini dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel dengan ketentuan sebagai berikut:
H0 diterima dan Ha ditolak jika t hitung < t tabel untuk α = 5%
(49)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data Penelitian
Populasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2008-2010. Perusahaan yang dijadikan sampel berjumlah 30 perusahaan. Daftar perusahaan yang telah ditentukan dapat dilihat pada lampiran.
4.2 Analisis Hasil Penelitian 4.2.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif ini memberikan gambaran mengenai nilai minimum, nilai maksimun, mean, dan standar deviasi. Statistik deskriptif akan dijelaskan dalam tabel berikut ini.
Sumber : Output SPSS, diolah Peneliti, 2013
Tabel 4.1.
STATISTIK DESKRIPTIF
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Ukuran Perusahaan 90 27.65 32.36 29.2420 1.06468
Likuiditas 90 7.99 846.30 206.9397 147.89732
Leverage 90 10.86 74.23 42.0092 16.48650
Mandatory Disclosure 90 .56 .82 .6656 .07168
(50)
Berdasarkan data dari tabel 4.1 dapat dijelaskan bahwa :
1. Rata-rata dari ukuran perusahaan (Ln total aset) adalah 29,2420 dengan standar deviasi 1,06468 dan jumlah data yang ada adalah 90. Nilai tertinggi Ln total aset adalah 32,36 sedangkan nilai terendah adalah 27,65.
2. Rata-rata dari likuiditas adalah 206,9397 dengan standar deviasi 147,89732 dan jumlah data yang ada adalah 90. Nilai likuiditas tertinggi adalah 846,30 sedangkan nilai terendah adalah 7,99.
3. Rata-rata dari leverage adalah 42,0092 dengan standar deviasi 16,48650 dan jumlah data yang ada adalah 90. Nilai tertinggi leverage adalah 74,23 sedangkan nilai terendah adalah 10,86.
4. Rata-rata dari Mandatory Disclosure adalah 0,6656 dengan standar deviasi 0,07168 dan jumlah data yang ada adalah 90. Nilai tertinggi
Mandatory Disclosure adalah 0,82 sedangkan nilai terendah adalah 0,56.
4.2.2 Pengujian Asumsi Klasik
Salah satu satu syarat yang menjadi dasar penggunaan model regresi berganda dengan metode estimasi Ordinary Least Square (OLS) adalah dipenuhinya semua asumsi klasik, agar hasil pengujian bersifat tidak bias dan efisien (Best Linear Unbiased Estimator). Pengujian asumsi klasik dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan program statistik. Menurut Ghozali (2005), asumsi klasik yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut ini:
(51)
• Berdistibusi normal.
• Non-Multikolinearitas, artinya antara variabel independen dalam model regresi tidak memiliki korelasi atau hubungan secara sempurna ataupun mendekati sempurna.
• Non-Autokorelasi, artinya kesalahan pengganggu dalam model regresi tidak saling berkorelasi.
• Non-Heterokedastisitas, artinya variance variabel independen dari satu pengamatan ke pengamatan lain adalah konstan atau sama.
4.2.2.1. Uji Normalitas
Uji data statistik dengan model Kolmogorov-Smirnov dilakukan untuk mengetahui apakah data sudah terdistribusi secara normal atau tidak. Ghozali (2005), memberikan pedoman pengambilan keputusan rentang data mendekati atau merupakan distribusi normal berdasarkan uji Kolmogorov Smirnov yang dapat dilihat dari:
a) nilai sig. atau signifikan atau probabilitas <0,05, maka distribusi data adalah tidak normal,
b) nilai sig. atau signifikan atau probabilitas > 0,05, maka distribusi data adalah normal.
Hipotesis yang digunakan adalah :
H0 : Data residual berdistribusi normal, dan Ha : Data residual tidak berdistribusi normal.
Hasil uji normalitas dengan menggunakan model Kolmogorov-Smirnov
(52)
Tabel 4.2
HASIL UJI NORMALITAS
Sumber : Output SPSS, diolah Peneliti, 2013
Hasil uji Kolmogorov-Smirnov pada penelitian ini menujukkan probabilitas = 0.012. Dengan demikian, data pada penelitian ini tidak berdistribusi normal dan dapat digunakan untuk melakukan uji hipotesis karena 0.012 < 0,05. Pada pengujian normalitas dengan analisis statistik dapat ketahui bahwa data yang digunakan oleh peneliti tidak berdistribusi normal sehingga data ini tidak dapat digunakan untuk melakukan uji hipotesis. Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode transformasi data untuk menormalkan data penelitian. Menurut Ghozali (2005:32), “data yang tidak terdistribusi secara normal dapat ditransformasi agar menjadi normal”. Salah satu trasformasi data yang dapat dilakukan adalah dengan mentransformasikan data ke LG10 atau logaritma 10 atau logaritma natural (LN). Hasil transformasi data ke logaritma natural dapat dilihat pada
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 90
Normal Parametersa,,b Mean .0000000
Std. Deviation .07091148
Most Extreme Differences Absolute .169
Positive .169
Negative -.123
Kolmogorov-Smirnov Z 1.600
Asymp. Sig. (2-tailed) .012
a. Test distribution is Normal.
(53)
lampiran. Setelah dilakukan transformasi, peneliti melakukan pengujian ulang terhadap uji normalitas untuk melihat kembali apakah data penelitian ini telah berdistribusi normal atau tidak. Hasil pengujian normalitas setelah transformasi dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 4.3
HASIL UJI NORMALITAS
Sumber : Output SPSS, diolah Peneliti, 2013
Berdasarkan hasil uji statistik dengan model Kolmogorov-Smirnov
seperti yang terdapat dalam tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa besarnya nilai Kolmogrov–Smirnov sebesar 0,860 dan signifikan lebih dari 0,05 karena Asymp. Sig. (2-tailed) 0,451 > dari 0,05. Nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima atau Ha ditolak yang berarti data residual telah berdistribusi normal. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai observasi data telah terdistribusi secara normal dan dapat
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Predict Value
N 90
Normal Parametersa,,b Mean -.4128330
Std. Deviation .01621538
Most Extreme Differences Absolute .091
Positive .049
Negative -.091
Kolmogorov-Smirnov Z .860
Asymp. Sig. (2-tailed) .451
a. Test distribution is Normal.
(54)
dilanjutkan dengan uji asumsi klasik lainnya. Untuk lebih jelas, berikut ini turut dilampirkan grafik histrogram dan plot data yang terdistribusi normal.
Gambar 4.1 HISTOGRAM
Sumber : Output SPSS, diolah Peneliti, 2013
Grafik histogram di atas menunjukkan bahwa data telah terdistribusi secara normal. Hal ini dapat dilihat dari grafik histogram yang menunjukkan distribusi data mengikuti garis diagonal yang tidak menceng (skewness) kiri maupun menceng ke kanan. Hal ini juga didukung dengan hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik plot yang ditampilkan pada Gambar 4.2
(55)
Gambar 4.2
UJI NORMALITAS DATA
Sumber : Output SPSS, diolah Peneliti, 2013
Menurut Ghozali (2005), pendeteksian normalitas dapat dilakukan dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik, yaitu jika data (titik) menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, hal ini menunjukkan data yang telah terdistribusi normal. Gambar 4.2 menunjukkan bahwa data (titik) menyebar di sekitar dan mendekati garis diagonal. Hal ini sejalan dengan hasil pengujian dengan menggunakan histogram bahwa data telah terdistribusi normal. Karena secara keseluruhan data telah terdistribusi secara normal, maka dapat dilakukan pengujian asumsi klasik lainnya.
(56)
4.2.2.2. Uji Multikolinieritas
Untuk melihat ada atau tidaknya multikolinieritas dalam model regresi dapat dilihat dari:
1) nilai tolerence dan lawannya, 2) Variance Inflatin Factor (VIF).
Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi, nilai Tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF = 1/tolerence). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya mutikolineritas adalah nilai Tolerence < 0,10 atau sama dengan VIF > 10 (Ghozali, 2005).
Tabel 4.4
HASIL UJI MULTIKOLINIERITAS
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 1.043 1.106 .943 .348
LN_SIZE -.381 .322 -.128 -1.185 .239 .978 1.022
LN_LIKUIDI TAS
-.013 .024 -.077 -.518 .606 .508 1.967
LN_LEVER AGE
-.029 .035 -.122 -.817 .416 .511 1.958
a. Dependent Variable: LN_MANDATORY
Sumber : Output SPSS, diolah Peneliti, 2013
Berdasarkan tabel 4.3 dapat disimpulkan bahwa penelitian ini bebas dari adanya multikolinieritas. Hal tersebut dapat dilihat dengan
(57)
membandingkannya dengan nilai Tolerance atau VIF. Masing-masing variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini memiliki nilai
Tolerence yang lebih besar dari 0,10. Jika dilihat dari VIFnya, bahwa masing-masing variabel bebas lebih kecil dari 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala multikolinieritas dalam variabel bebasnya.
4.2.2.3. Uji Heteroskedastisitas
Ghozali (2005) menyatakan “uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas”. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara mendeteksi ada tidaknya gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik scatterplot yang dihasilkan dari pengolahan data menggunakan program SPSS. Dasar pengambilan keputusannya menurut Ghozali (2005) adalah sebagai berikut:
1. jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
2. jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Berikut ini dilampirkan grafik scatterplot untuk menganalisis apakah terjadi gejala heteroskedastisitas atau tidak dengan cara mengamati penyebaran titik-titik pada grafik.
(58)
Gambar 4.3
HASIL UJI HETEROSKEDASTISITAS
Sumber : Output SPSS, diolah Peneliti, 2013
Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak dengan tidak adanya pola yang jelas serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas, sehingga model ini layak dipakai untuk memprediksi tingkat pengungkapan wajib (mandatory disclosure) perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berdasarkan masukan variabel independen yaitu ukuran perusahaan, likuiditas, dan
leverage.
4.2.2.4. Uji Autokorelasi
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi. Masalah autokorelasi umumnya terjadi pada regresi yang datanya time series. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk
(59)
mendeteksi masalah dalam autokorelasi diantaranya adalah dengan Uji Durbin Watson. Menurut Sunyoto (2009), untuk melihat ada tidaknya autokorelasi dilihat dari:
1) angka D-W dibawah –2 berarti ada autokorelasi positif,
2) angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi, 3) angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.
Tabel 4.5
HASIL UJI AUTOKORELASI
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .151a .023 -.011 .10783 1.885
a. Predictors: (Constant), LN_LEVERAGE, LN_SIZE, LN_LIKUIDITAS
b. Dependent Variable: LN_MANDATORY
Sumber : Output SPSS, diolah oleh peneliti, 2013
Tabel 4.5 menunjukkan hasil uji autokorelasi variabel penelitian. Berdasarkan hasil pengujiannya dapat dilihat bahwa terjadi autokorelasi antar kesalahan pengganggu antar periode. Hal tersebut dilihat dari nilai Durbin-Watson (D-W) sebesar 1,885. Angka D-W di antara -2 sampai +2 yang mengartikan bahwa angka DW lebih besar dari -2 dan lebih kecil dari 2. Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa tidak ada autokorelasi positif maupun negatif.
4.3 Analisis Regresi
Berdasarkan hasil uji asumsi klasik yang telah dilakukan di atas, dapat disimpulkan bahwa model regresi yang dipakai dalam penelitian ini telah
(60)
memenuhi model estimasi yang Best Linear Unbiased Estimstor (BLUE) dan layak untuk dilakukan analisis statistik selanjutnya, yaitu melakukan pengujian hipotesis. Adapun hasil pengolahan data dengan analisis regresi sebagai berikut :
Tabel 4.6
ANALISIS REGRESI
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.043 1.106 .943 .348
LN_SIZE -.381 .322 -.128 -1.185 .239
LN_LIKUIDITAS -.013 .024 -.077 -.518 .606
LN_LEVERAGE -.029 .035 -.122 -.817 .416
a. Dependent Variable: LN_MANDATORY
Sumber : Output SPSS, diolah Peneliti, 2013
Berdasarkan tabel 4.6 pada kolom Unstandardized Coefficients bagian B diperoleh model persamaan regresi linier berganda yaitu:
Y= 1,043 - 0,381 (X1) - 0,013 (X2) – 0,029 (X3) + e
Dimana:
Y = Mandatory Disclosure a = Konstanta
b1,b2,b3 = Parameter koefisien regresi X1 = Ukuran Perusahaan
X2 = Likuiditas X3 = Leverage
(61)
Penjelasan dari nilai a, b1, b2 dan b3 pada Unstandardized Coefficients tersebut dapat dijelaskan dibawah ini.
• Nilai B Constant (a) = 1,043=konstanta
Nilai konstanta ini menunjukkan bahwa apabila tidak ada nilai variabel bebas yaitu ukuran perusahaan, likuiditas, dan leverage maka nilai mandatory disclosure yang dilihat dari nilai Y tetap sebesar 1,043.
• Nilai b1 = -0,381 = ukuran perusahaan
Koefisisen regresi ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan ukuran perusahaan sebesar 1 satuan, maka perubahan mandatory disclosure yang dilihat dari nilai Y akan berkurang sebesar -0,381 dengan asumsi variabel lain dianggap tetap. • Nilai b2 = -0,013 = likuiditas
Koefisisen regresi ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan likuiditas sebesar 1 satuan, maka perubahan mandatory disclosure yang dilihat dari nilai Y akan berkurang sebesar -0,013 dengan asumsi variabel lain dianggap tetap.
• Nilai b3 = -0,029 = leverage
Koefisisen regresi ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan leverage sebesar 1 satuan, maka perubahan mandatory disclosure yang dilihat dari nilai Y akan berkurang sebesar -0,029 dengan asumsi variabel lain dianggap tetap.
4.4. Pengujian Hipotesis
Dalam penelitian ini, hipotesis diuji dengan menggunakan analisis regresi berganda yaitu Uji Koefisien Determinasi / Regresi (R). Uji regresi digunakan untuk mengukur proporsi atau persentase sumbangan variabel independen yang diteliti terhadap variasi naik turunnya variabel dependen. Koefisien korelasi
(62)
dikatakan kuat apabila data nilai R berada diantara 0,5 dan mendekati 1. Nilai R Square adalah 0 sampai dengan 1. Apabila nilai R Square semakin mendekati 1, maka variabel-variabel independen mendekati semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Sebaliknya, semakin kecil nilai R Square maka kemampuan variabel-variabel independen untuk menjelaskan variasi variabel dependen semakin terbatas. Dalam kenyataannya nilai Adjusted R Square
(Adj R2) bernilai positif. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan program statistik, maka diperoleh hasil yang dapat dilihat pada tabel 4.7.
Tabel 4.7 MODEL SUMMARY
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .151a .023 -.011 .10783
a. Predictors: (Constant), LN_X3, LN_X1, LN_X2
b. Dependent Variable: LN_MANDATORY
Sumber : Output SPSS, diolah Peneliti, 2013
Pada tabel 4.7, dapat dilihat hasil analisis regresi secara keseluruhan. Nilai R sebesar 0,151 menunjukkan bahwa korelasi atau keeratan hubungan Pengungkapan Wajib (Mandatory Disclosure) dengan ukuran perusahaan, likuiditas, dan leverage mempunyai hubungan yang tidak cukup erat yaitu sebesar 15,1%. Menurut Sugiyono (2006), jika angka R berada diantara 0,40 dan 0,59 maka hubungan antara variabel independen dengan variabel dependennya cukup erat.
(63)
Besarnya Adjusted R2 berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan SPSS diperoleh sebesar -0.011. Dengan demikian besarnya pengaruh yang diberikan oleh variabel ukuran perusahaan, likuiditas, dan leverage terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan adalah sebesar 1,1%. Sedangkan sisanya sebesar 98,9% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Standar Error of Estimate (SEE) adalah 0,10783, semakin besar SEE akan membuat model regresi kurang tepat dalam memprediksi variabel dependen. Pengujian hipotesis secara statistik dilakukan dengan menggunakan uji t dan uji F.
4.4.1 Uji Signifikan Parsial (t-test)
Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah secara parsial variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Dalam uji t digunakan hipotesis seperti yang terlihat berikut ini.
H0: b1,b2,b3 = 0, artinya ukuran perusahaan, likuiditas, dan leverage tidak berpengaruh terhadap pengungkapan wajib secara parsial pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Ha: b1,b2,b3 ≠ 0, ukuran perusahaan, likuiditas, dan leverage berpengaruh terhadap pengungkapan wajib secara parsial pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Kriteria:
H0 diterima dan Ha ditolak jika t hitung < t tabel untuk α = 5% Ha diterima dan H0 ditolak jika t hitung > t tabel untuk α = 5%
(1)
Lampiran N
Hasil Transformasi Data Tingkat Pengungkapan ke Logaritma Natural (Ln)
No
Nama Perusahaan
Kode
Tahun
2008
2009
2010
1
PT. Astra Agro Lestari Tbk
AALI
-0.51
-0.51
-0.51
2
PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
AISA
-0.48
-0.48
-0.48
3
PT. AKR Corporindo Tbk
AKRA
-0.33
-0.33
-0.33
4
PT. Alumindo Light Metal Industry
Tbk
ALMI
-0.3
-0.3
-0.3
5
PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk
ANTM
-0.51
-0.51
-0.51
6
PT. Astra International Tbk
ASII
-0.34
-0.34
-0.34
7
PT. Astra Otopart
AUTO
-0.24
-0.24
-0.24
8
PT. Bisi Internasional Tbk
BISI
-0.33
-0.33
-0.33
9
PT. Indo Kordsa Tbk
BRAM
-0.56
-0.53
-0.53
10
PT. BW Plantation Tbk
BWPT
-0.34
-0.34
-0.34
11
PT. Budi Acid Jaya Tbk
BUDI
-0.42
-0.42
-0.42
12
PT. Charoen Pokphand Indonesia
Tbk
CPIN
-0.37
-0.37
-0.37
13
PT. Gudang Garam Tbk
GGRM
-0.51
-0.51
-0.51
14
PT. HM Sampoerna Tbk
HMSP
-0.53
-0.53
-0.53
15
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk
INDF
-0.58
-0.58
-0.58
16
PT. Indorama Syntheties Tbk
INDR
-0.27
-0.2
-0.2
17
PT. Indocement Tunggal Prakarsa
Tbk
INTP
-0.39
-0.37
-0.37
18
PT. Kimia Farma (Persero) Tbk
KAEF
-0.48
-0.48
-0.48
19
PT. Kalbe Farma Tbk
KLBF
-0.25
-0.25
-0.25
20
PT. Multi Starada Arah Sarana Tbk
MASA
-0.33
-0.33
-0.33
21
PT. Mayora Indah Tbk
MYOR
-0.53
-0.53
-0.53
22
PT. Citra Marga Nusaphala Persada
Tbk
CMNP
-0.51
-0.51
-0.51
23
PT. Alam sutera Realty Tbk
ASRI
-0.58
-0.58
-0.58
24
PT. Holcim Indonesia Tbk
SMCB
-0.51
-0.51
-0.51
25
PT. Semen Gresik (persero) Tbk
SMGR
-0.34
-0.33
-0.33
(2)
Lampiran O
Hasil Pengolahan SPSS
Statistik Deskriptif
Hasil Uji Normalitas (Sebelum Transformasi Data ke Logaritma Natural)
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Ukuran Perusahaan 90 27.65 32.36 29.2420 1.06468 Likuiditas 90 7.99 846.30 206.9397 147.89732
Leverage 90 10.86 74.23 42.0092 16.48650
Mandatory Disclosure 90 .56 .82 .6656 .07168 Valid N (listwise) 90
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 90
Normal Parametersa,,b Mean .0000000
Std. Deviation .07091148
Most Extreme Differences Absolute .169
Positive .169
Negative -.123
Kolmogorov-Smirnov Z 1.600
Asymp. Sig. (2-tailed) .012
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
(3)
Hasil Uji Normalitas (Setelah Transformasi Data ke Logaritma Natural)
Histogram
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 90
Normal Parametersa,,b Mean -.4128330 Std. Deviation .01621538 Most Extreme Differences Absolute .091
Positive .049
Negative -.091
Kolmogorov-Smirnov Z .860
Asymp. Sig. (2-tailed) .451
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
(4)
Grafik Normal P-Plot
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 1.043 1.106 .943 .348
LN_SIZE -.381 .322 -.128 -1.185 .239 .978 1.022 LN_LIKUIDI
TAS
-.013 .024 -.077 -.518 .606 .508 1.967
LN_LEVER AGE
-.029 .035 -.122 -.817 .416 .511 1.958
(5)
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .151a .023 -.011 .10783 1.885
a. Predictors: (Constant), LN_LEVERAGE, LN_SIZE, LN_LIKUIDITAS b. Dependent Variable: LN_MANDATORY
Hasil Uji Hipotesis (Uji T)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
(6)
Hasil Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .023 3 .008 .671 .572a
Residual 1.000 86 .012
Total 1.023 89
a. Predictors: (Constant), LN_LEVERAGE, LN_SIZE, LN_LIKUIDITAS b. Dependent Variable: LN_MANDATORY