Teori-Teori yang Menyangkut Struktur Modal

3. Fleksibilitas keuangan, atau kemampuan untuk menambah modal dengan persyaratan yang wajar dalam keadaan memburuk. Para manajer dana perusahaan perlu menyediakan modal untuk operasi yang stabil, yang merupakan faktor keberhasilan jangka panjang. 4. Konservatisme atau agresivitas manajemen. Sebagian manajer lebih agresif dari yang lain, maka sebagian perusahaan cenderung menggunakan hutang untuk meningkatkan laba. Faktor ini tidak mempengaruhi struktur modal yang optimal, akan tetapi mempengaruhi struktur modal yang ditargetkan manajer.

D. Teori-Teori yang Menyangkut Struktur Modal

1. Teori Trade-off Trade-off Theory Kebijakan struktur modal melibatkan pertimbangan trade-off antara risiko dengan tingkat pengembalian. Teori trade-off menerangkan bahwa struktur modal optimal ditemukan dengan menyeimbangkan keuntungan pajak dengan biaya tekanan financial the cost of financial distress dari penambahan hutang, sehingga biaya dan keuntungan dari penambahan hutang di trade-off saling tukar satu sama lain. Menurut teori trade-off, setiap perusahaan harus menetapkan target struktur modalnya, yaitu pada posisi keseimbangan biaya dan keuntungan marginal dari pendanaan dengan hutang, sebab pada posisi itu nilai perusahaan menjadi maksimum Brigham et.al, 2001:431. Menurut teori ini juga menggunakan semakin banyak hutang berarti memperbesar risiko yang ditanggung pemegang saham ekuitas dan juga memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan. Risiko yang semakin tinggi cenderung menurunkan harga saham, tetapi meningkatkan tingkat pengembalian Universitas Sumatera Utara yang diharapkan expected rate of return akan menaikkan harga saham tersebut. Karena itu struktur modal yang optimal harus berada pada keseimbangan antara risiko dengan pengembalian yang memaksimumkan harga saham Brigham dan Houston 2001:5-6. Dalam teori trade-off menjelaskan posisi struktur modal harus menargetkan pada posisi kesimbangan biaya dan keuntungan marjinal dari pendanaan dengan hutang, sebab pada posisi itu nilai perusahaan menjadi maksimum, maka faktor-faktor yang dapat mempengaruhi adalah keuntungan dari pajak, biaya-biaya finansial, dan biaya keagenan yang dapat memaksimumkan harga saham Brigham dan Houston, 2001:6. 2. Teori Keagenan Agency Theory Masalah keagenan timbul jika para manajer dan pemegang saham mempunyai tujuan yang berbeda. Konflik tersebut mungkin saja terjadi apabila manajer perusahaan mempunyai terlalu banyak uang kas yang digunakannya. Manajer sering menggunakan uang kas tersebut untuk membiayai proyek yang menguntungkannya atau untuk fasilitas pribadi. Arus kas bebas free cash flow adalah arus kas lebih yang dibutuhkan untuk mendanai semua proyek yang memiliki nilai sekarang netto saat didiskonto pada biaya modal yang relevan. Jensen berpendapat dalam arus kas bebas yang besar akan mengarah pada perilaku manajer yang salah dan keputusan yang buruk bukan demi kepentingan pemegang saham biasa perusahaan. Sebaliknya dengan arus kas yang bebas yang terbatas, manajer seharusnya mengurangi pengeluaran yang terlalu boros. Mengurangi arus kas berlebih dengan mengalirkan arus kas kembali ke pemegang saham melalui dividen yang lebih tinggi atau pembelian kembali saham, dengan cara ini Universitas Sumatera Utara perusahaan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham dengan cara meningkatkan harga saham Keown, 2000:557-558. Dari kedua hal ini terdapat pertentangan antara tujuan manajer dengan tujuan dari perusahaan tersebut. Karena manajer diangkat oleh pemegang saham maka mereka dituntut untuk mengikuti keinginan pemegang saham the best of interest of stockholders, namun manajer tidak ingin kepentingannya juga terabaikan. Leveraged buyout LBO adalah salah satu cara mengurangi kelebihan kas untuk mengurangi pemborosan perusahaan. Seperti yang dikemukakan pembayaran hutang tinggi akan memaksa manajer untuk menahan kas dengan meniadakan pengeluaran lain yang tidak perlu. Namun terdapat risiko apabila meningkatkan hutang dan mengurangi arus kas karena meningkatkan risiko kebangkrutan. 3. Teori pecking order Pecking Order Theory Pandangan alternatif dari manajer meramalkan bagaimana cara mendanai anggaran modal perusahaannya denga teori struktur modal, sekarang dikenal dalam literatur ekonomi keuangan sebagai teori pecking order Gordon, 1961. Teori pecking order dalam Brigham, Houston 2001:5-6 pertama sekali dikemukakan Myers dan Majluff 1984 dan pada teori ini Myers 1989 secara ringkas mengikhtisarkan teori pecking order struktur modal dengan 4 poin ini, yaitu: a. Perusahaan menerapkan kebijaksanaan dividen untuk kesempatan berinvestasi. b. Perusahaan lebih suka mendanai kesempatan investasi dengan dana yang sepenuhnya dari dalam dulu, lalu modal keuangan eksternal akan dicari. Universitas Sumatera Utara c. Saat pendanaan eksternal dibutuhkan perusahaan akan pertama memilih menerbitkan sekuritas hutang dahulu, lalu menerbitkan sekuritas jenis modal akan dilakukan terakhir. Dengan semakin banyaknya dana eksternal dibutuhkan untuk mendanai proyek dengan nilai sekarang positif, pendapatan pecking order akan mengikuti. Ini berarti lebih menyukai hutang yang lebih beresiko, modal preferen dan modal biasa akan sebagai pilihan terakhir. Dalam teori pecking order menjelaskan dimana perusahaan akan menentukan hierarki dana yang paling disukai. Jika dalam pemenuhan kebutuhan dana perusahaan lebih mengutanakan dari sumber ekstern yang berupa hutang saja, maka ketergantungan pada pihak luar akan semakin besar dan risiko finansialnya ikut menjadi besar. Sebaliknya jika perusahaan hanya menggantungkan dananya pada saham saja, maka biaya modal yang timbul akan semakin mahal. Oleh karena itu harus ada keseimbangan yang optimal antara kedua sumber dana tersebut. Dari teori ini dapat dilihat target debt equity ratio, karena ada dua jenis modal yang berperan dalam perusahaan yaitu eksternal dan internal, perusahaan membatasi jumlah pinjaman karena mereka menargetkan external financing yang rendah. Akhir dari teori ini tak ada tingkat pengungkit yang setepatnya ditemukan, hal ini karena rasio pengungkit yang diteliti total hutang atas asset hanya mencerminkan kumulatif pendanaan eksternal yang dibutuhkan perusahaan sepanjang waktu.

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Industri Makanan Dan Minuman Yang Go Public Di Bursa Efek Jakarta

0 15 123

Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan Terhadap Harga Saham Pada Industri Makanan Dan Minuman Yang Go Public Di Bursa Efek Jakarta

1 29 118

Pengaruh Struktur Modal Terhadap Profitabilitas Pada Industri Makanan Dan Minuman Yang Tercatat Di Bursa Efek Jakarta

1 24 135

PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP TINGKAT PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG GO PUBLIC

0 6 15

PENGARUH STRUKTUR MODAL TERHADAP PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TELAH GO PUBLIC Pengaruh Struktur Modal Terhadap Perusahaan Manufaktur Yang Telah Go Public Di Bursa Efek Indonesia.

0 5 14

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN YANG GO PUBLIC DI Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Industri Makanan Dan Minuman Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia.

0 2 13

PENDAHULUAN Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Industri Makanan Dan Minuman Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia.

0 1 7

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Industri Makanan Dan Minuman Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia.

0 1 16

PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN ASING TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA Repository - UNAIR REPOSITORY

1 3 15

PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS, DAN STRUKTUR AKTIVA TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN SUBSEKTOR INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

0 2 116