PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN SELF EFFICACY TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI SISTEM EKSKRESI DI MAN 1 MEDAN.

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN SELF EFFICACY

TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN

KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA

MATERI SISTEM EKSKRESI DI MAN 1 MEDAN

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh:

HERAWATI DONGORAN

NIM. 8136174013

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2015


(2)

(3)

(4)

i ABSTRAK

HERAWATI DONGORAN. Pengaruh Model Pembelajaran dan Self Efficacy terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah dan Keterampilan Proses Sains Siswa pada Materi Sistem Ekskresi di MAN 1 Medan. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan. 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh serta interaksi model

pembelajaran dan self efficacy terhadap: (1) Kemampuan pemecahan masalah; dan (2) Keterampilan proses sains siswa kelas XI di MAN 1 Medan. Metode

penelitian menggunakan kuasi eksperimen dengan sampel penelitian sebanyak 3 kelas dari 6 kelas XI IPA yang diambil dengan menggunakan metode purposive

sampling. Instrumen penelitian menggunakan tes kemampuan pemecahan masalah dan keterampilan proses sains siswa dalam bentuk tes uraian, dan nontes berupa angket self efficacy. Teknik analisis menggunakan statistik deksriptif dan Statistic Inferensial Parametric atau Multivariate Analysis of Variance (MANAVA)

dengan taraf signifikan 5% dengan SPSS 20. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran terhadap kemampuan

pemecahan masalah (p=0,024<0,05); (2) Ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran terhadap keterampilan proses sains (p=0,000<0,05); (3) Ada pengaruh yang signifikan self efficacy terhadap kemampuan pemecahan masalah (p=0,000<0,05); (4) Ada pengaruh yang signifikan self efficacy terhadap keterampilan proses sains (p=0,000<0,05); (5) Ada interaksi yang signifikaan antara model pembelajaran dan self efficacy siswa terhadap kemampuan pemecahan masalah (p=0,004<0,05); dan (6) Ada interaksi yang signifikan antara model pembelajaran dan self efficacy siswa terhadap keterampilan proses sains (p=0,001<0,05). Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian ini diharapkan kepada guru untuk dapat menerapkan model pembelajaran dan self efficacy pada materi sistem ekskresi dalam upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, dan keterampilan proses sains siswa di sekolah.

Kata Kunci: Self Efficacy, Kemampuan Pemecahan Masalah, Keterampilan Proses Sains, Sistem Ekskresi.


(5)

ii ABSTRACT

HERAWATI DONGORAN. The Effect of Learning Model and Self Efficacy on Ability to Problem Solving and Process of Science Skills Students to the Matter a System of Excretion at MAN 1 Medan. Thesis. Postgraduated of Medan State University. 2015.

This study aims to know the effect and learning model interaction and self efficacy to: (1) Ability to problem solving; and (2) Process of science skills students in class XI at MAN 1 Medan. The research methods using quasi experiment with the study sample as much as 3 class of 6 class XI science taken by the use of purposive sampling method. The research instrument using test of ability to problem solving and process of science skills students in the form of essay test, and nontest form a questionnaire of self efficacy. Analysis techniques using descriptif statistic and Statistic Inferensial Parametric or Multivariate Analysis of Variance (MANAVA) with significant level of 5% with SPSS 20. The research results show: (1) There are significant influence of learning model to ability problem solving (p=0,024<0,05); (2) There are significant influence of learning model to process of science skills students (p=0,000<0,05); (3) There are

significant influence of self efficacy to ability problem solving (p=0,000<0,05); (4) There are significant influence of self efficacy to process of science skills

students (p=0,000<0,05); (5) There are significant interaction between learning model and self efficacy of students to ability problem solving (p=0,004<0,05); and (6) There are significant interaction between learning model and self efficacy of students to process of science skills students (p=0,001<0,05). As a follow-up of this research result expected to the teacher to be applied learning model and self efficacy of the matter a system of excretion in efforts to improve the ability problem solving, and process of science skills students in the school.

Key Word: Self Efficacy, Ability to Problem Solving, Process of Science Skills, System of Excretion.


(6)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas segala karunia, rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan tesis dengan judul”Pengaruh Model Pembelajaran dan self Efficacy

Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah dan Keterampilan Proses Sains Siswa pada Materi Sistem Ekskresi di MAN 1Medan” ini dengan baik. Shalawat dan salam selalu dipersembahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW sebagai pembawa rahmat bagi alam semesta.

Tesis ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Pascasarjana Universitas Negeri Medan. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa

ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada BapakProf.Dr.rer.nat.Binari

Manurung, M.Si., selaku dosen pembimbing I dan kepada Bapak Dr. Hasruddin, M.Pd., selaku dosen pembimbing II, yang penuh semangat dalam memotivasi memberikan arahan dan bimbingan serta keikhlasan waktu yang diberikan kepada penulis sejak awal penulisan proposal penelitian hingga penyelesaian tesis ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Syahmi Edi, M.Si., Bapak Dr Mufti Sudibyo,M.Si., dan Ibu Dr. Fauziyah Harahap, M.Si., sebagai dosen narasumber atau penguji yang telah banyak memberikan saran serta masukan untuk kesempurnaan tesis ini.

Penulis juga menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dengan kerendahan hati kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini. Rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada:


(7)

iv

1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd., selaku Rektor Universitas Negeri

Medan beserta para pejabat dijajaran Civitas Akademika UNIMED.

2. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd., selaku Direktur Program

Pascasarjana Universitas Negeri Medan beserta para Asisten Direktur.

3. Bapak Dr. Hasruddin, M.Pd., selaku Ketua Prodi Biologi Pascasarjana dan

Ibu Dr. Fauziyah Harahap, M.Si., selaku Sekretaris Prodi Biologi.

4. Ibu Dra.Martina Restuati, M.Si sebagai dosen validator ahli materi dan

bahasa, Bapak Drs. Amir Husain Pangaribuan , MS.Kons

5. Bapak dan Ibu dosen serta pegawai yang berada di lingkungan Program Studi

Pendidikan Biologi yang telah banyak memberikan bantuan, motivasi dan ilmu pengetahuan yang bermakna bagi penulis.

6. Do’a dan restu yang tak terhingga dari suami tercinta Rus’ansyah Hasibuan

SH dan kedua putra/iku, Syahrani Fathiansyah Hsb dan,M.Andra Fathiansyah HSB serta orang tua, Ayahanda (Alm) dan Ibunda, serta dukungan dari para sanak saudara.

7. Ibu Ana sebagai tata usaha Program Studi Pendidikan Biologi yang telah

banyak membantu dalam hal pengurusan surat-menyurat di Pascasarjana.

8. Bapak Kepala Sekolah MAN 1 Medan, yang telah memberi izin pada penulis

untuk mengadakan penelitian di sekolah ini.

9. Seluruh rekan-rekan Mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Medan,

terkhusus angkatan XXIII Prodi Biologi yang telah bersama-sama menuntut ilmu pengetahuan dan saling bekerjasama untuk meraih kesuksesan.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan dan perlu pengembangan lebih lanjut agar benar-benar bermanfaat. Oleh sebab itu, penulis


(8)

v

sangat mengharapkan kritik dan saran agar tesis ini lebih sempurna lagi. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua saudara-saudari, semoga Allah SWT membalas kebaikan kita semua serta selalu diberi hidayah demi menggapai cita-cita. Aamiin.

Medan, Agustus 2015

Herawati Dongoran


(9)

vi DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 8

1.3 Batasan Masalah ... 8

1.4 Rumusan Masalah ... 9

1.5 Tujuan Penelitian ... 9

1.6 Manfaat Penelitian ... 10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka ... 11

2.1.1 Kemampuan Pemecahan Masalah ... 11

2.1.2 Keterampilan Proses Sains ... 13

2.1.3 Problem Based Learning (PBL) ... 20

2.1.4 Discovery Learning (DL) ... 24

2.1.5 Pembelajaran Konvensional ... 33

2.1.6 Self Efficacy ... 34

2.1.7 Hasil Penelitian yang Relevan ... 37

2.2 Kerangka Berfikir ... 38

2.2.1 Pengaruh Model Pembelajaran (Problem Based Learning dan Discovery Learning) Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah... ... 38

2.2.2 Pengaruh Model Pembelajaran (Problem Based Learning dan Discovery Learning) Terhadap Keterampilan Proses Sains... 40

2.2.3 Pengaruh Self Efficacy Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa ... 42

2.2.4 Pengaruh Self Efficacy ) Terhadap Keterampilan Proses Sains... ... 43

2.2.5 Interaksi antara Pengaruh Model dan Self Efficacy Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa ... 44

2.2.6 Interaksi antara Pengaruh Model dan Self Efficacy Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa. ... 45


(10)

vii BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 47

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 47

3.3 Jenis dan Rancangan Penelitian ... 47

3.4 Variabel Penelitian ... 49

3.5 Pengontrolan Perlakuan ... 49

3.6 Definisi Operasional Penelitian ... 50

3.7 Prosedur Penelitian ... 51

3.8 Instrumen Penelitian ... 54

3.8.1 Instrumen Self Efficacy ... 54

3.8.2 Instrumen Keterampilan Proses Sains ... 56

3.8.3 Instrumen Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa ... 57

3.9 Uji Coba Instrumen Pengumpul Data ... 58

3.9.1 Uji Validitas ... 58

3.9.2 Uji Realibilitas ... 60

3.9.3 Uji Indeks Kesukaran ... 61

3.9.4 Uji Daya Beda ... 62

3.10 Teknik Analisis Data ... 63

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 66

4.1.1 Hasil Penelitian tentang Kemampuan Pemecahan Masalah ... 66

4.1.1.1 Dekskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah ... 67

4.1.1.2 Uji Normalitas Data ... 68

4.1.1.3 Uji Homogenitas Data... 70

4.1.2 Hasil Penelitian tentang Keterampilan Proses Sains ... 71

4.1.2.1 Dekskripsi Keterampilan Proses Sains ... 71

4.1.2.2 Uji Normalitas Data ... 73

4.1.2.3 Uji Homogenitas Data... 74

4.1.3 Hasil Penelitian tentang Self Efficacy ... 75

4.1.3.1 Dekskripsi Self Efficacy ... 75

4.1.3.2 Uji Normalitas Data ... 76

4.1.3.3 Uji Homogenitas Data... 77

4.1.4 Uji Statistik ... 77

4.1.4.1 Pengaruh Model Pembelajaran Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa di MAN 1 Medan ... 78

4.1.4.2 Pegaruh Model Pembelajaran Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa di MAN 1 Medan ... 79

4.1.4.3 Pengaruh self efficacy Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa di MAN 1 Medan ... 80

4.1.4.4 Pengaruh self efficacy Terhadap Keterampilan Proses Siswa di MAN 1 Medan ... 81

4.1.4.5 Interaksi antara model pembelajaran dan self efficacy siswa terhadap keterampilan proses sais siswa di MAN 1 Medan ... 82


(11)

viii

4.1.4.6 Interaksi antara model pembelajaran dan self efficacy siswa terhadap

kemampuan pemecahan masalah siswa di MAN 1 Medan ... 84

4.1.5 Uji Lanjut (Post Hoc) ... 85

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 90

4.2.1 Faktor Pembelajaran ... 90

4.2.2 Self Efficacy Siswa ... 95

4.2.3 Kemampuan Pemecahan Masalah Biologi Siswa ... 97

4.2.4 Kemampuan Proses Sains ... 98

4.2.5 Interaksi Model Pembelajaran dan Self Efficacy ... 99

4.3 Keterbatasan Penelitian ... 100

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 102

5.2 Implikasi ... 102

5.3 Saran ... 104

DAFTAR PUSTAKA ... 105


(12)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Rata-rata hasil ujian KD kelas XI IPA ... 3

Tabel 2.1 Kemampuan Keterampilan Proses Sains... 16

Tabel 2.2 Sintaks Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah ... 24

Tabel 3.1 Disain Penelitian Eksperimen Faktorial 3 x 2 ... 48

Tabel 3.2 Kisi-kisi Self Efficacy Siswa ... 54

Tabel 3.3 Katagori Self Efficacy Siswa ... 56

Tabel 3.4 Kisi-kisi Kemampuan Proses Sains Siswa ... 57

Tabel 3.5 Kisi-kisi Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa ... 58

Tabel 3.6 Pedoman penskoran tes kemampuan pemecahan masalah ... 58

Tabel 3.7 Interpretasi Validitas ... 59

Tabel 3.8 Interpretasi Reliabilitas ... 60

Tabel 3.9 Interpretasi Indeks Kesukaran ... 61

Tabel 3.10 Interpretasi Daya Pembeda... 62

Tabel 4.1 Rekapitulasi Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 67

Tabel 4.2 Rekapitulasi Postes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 68

Tabel 4.3 Deksripsi Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah... 69

Tabel 4.4 Deskripsi Postes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 69

Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Varians Pretes Pemecahan Masalah ... 70

Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Varians Postes Pemecahan Masalah... 71

Tabel 4.7 Rekapitulasi Pretes Kemampuan Proses Sains... 71

Tabel 4.8 Rekapitulasi Postes Kemampuan Proses Sains ... 72

Tabel 4.9 Deksripsi Pretes Kemampuan Proses Sains ... 73

Tabel 4.10 Deskripsi Postes Kemampuan Proses Sains ... 74

Tabel 4.11 Hasil Uji Homogenitas Varians Pretes Proses Sains ... 75

Tabel 4.12 Hasil Uji Homogenitas Varians Postes Proses Sains ... 75

Tabel 4.13 Deksripsi hasil self efficacy siswa ... 76

Tabel 4.14 Deksripsi Normalitas Self efficacy Siswa ... 76


(13)

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 3.1. Prosedur Penelitian... 53 Gambar 4.1. Interaksi Model Pembelajaran dan Self Efficacy terhadap

Keterampilan Proses Sains Siswa di MAN 1 Medan... 83 Gambar 4.2 Interaksi Model Pembelajaran dan Self Efficacy terhadap


(14)

xi

Halaman DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rencana Pelaksaan Pembelajaran Problem Based Learning I .... 109

Lampiran 2. Rencana Pelaksaan Pembelajaran Problem Based Learning II .. 113

Lampiran 3. Rencana Pelaksaan Pembelajaran Problem Based Learning III . 116 Lampiran 4. Rencana Pelaksaan Pembelajaran Discovery Learning I ... 119

Lampiran 5. Rencana Pelaksaan Pembelajaran Discovery Learning II ... 122

Lampiran 6. Rencana Pelaksaan Pembelajaran Discovery Learning III ... 125

Lampiran 7. Rencana Pelaksaan Pembelajaran Konvensional I ... 128

Lampiran 8. Rencana Pelaksaan Pembelajaran Konvensional II ... 130

Lampiran 9. Rencana Pelaksaan Pembelajaran Konvensional III ... 132

Lampiran 10. Lembar Aktivitas Siswa I ... 134

Lampiran 11. Lembar Aktivitas Siswa II ... 137

Lampiran 12. Lembar Aktivitas Siswa III ... 138

Lampiran 13. Kisi-kisi Keterampilan Proses Sains Siswa... 140

Lampiran 14. Soal Keterampilan Proses Sains ... 141

Lampiran 15. Kisi-kisi Self Efficacy Siswa ... 145

Lampiran 16. Angket Self Efficacy ... 146

Lampiran 17. Kisi-kisi Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa ... 148

Lampiran 18. Soal Pemecahan Masalah ... 149

Lampiran 19. Hasil Ujicoba Keterampilan proses sains siswa ... 152

Lampiran 20. Hasil Perhitungan Realibilitas & Validitas Keterampilan proses sains siswa ... 154

Lampiran 21. Hasil Ujicoba Kemampuan Pemecahan Masalah ... 157

Lampiran 22. Hasil Perhitungan Realibilitas & Validitas Kemampuan Pemecahan Masalah ... 159

Lampiran 23. Hasil Ujicoba Self Efficacy ... 164

Lampiran 24. Hasil Perhitungan Realibilitas & Validitas self efficacy Berbantuan Program SPSS 20 ... 166

Lampiran 25. Data Skor Siswa yang Diajarkan dengan Discovery Learning ... 168

Lampiran 26. Data Skor Siswa yang Diajarkan dengan Problem Based Learning ... 170

Lampiran 27. Data Skor Siswa yang Diajarkan dengan Konvensional ... 172

Lampiran 28. Perhitungan normalitas & homogenitas Pretes kemampuan pemecahan masalah, postes kemampuan pemecahan masalah, pretes keterampilan proses sains, postes keterampilan sains & self Efficacy siswa berbantuan spss 20 ... 174

Lampiran 29. Hasil & Analisis Data Berbantuan Spss 20 ... 178

Lampiran 30. Uji Lanjut ... 180


(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang gejala alam, sehingga penguasaan pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-konsep, ataupun prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Hakikat pembelajaran biologi diarahkan untuk memperoleh pemahamam tentang alam sekitar, memiliki sikap dan berprilaku peduli terhadap alam sekitar. Unsur-unsur dalam pembelajaran biologi mencakup tujuan dan proses pembelajaran. Model pembelajaran merupakan hal yang penting seperti yang diungkapkan oleh Piaget (Carin, 2000) yang mengemukakan tentang cara berpikir anak mengenai bermacam fenomena, konsep dan prinsip biologi yang kemudian direalisasikan dalam bentuk ide-ide tentang model pembelajaran. Hasil penelitian ahli tersebut relevan dengan produk biologi antara lain pengalaman anak dengan dunia fisik, misalnya anak melakukan eksperimen sehingga dapat membantu siswa membangun pengetahuannya sendiri secara mandiri dan beraktifitas secara aktif menghasilkan pengetahuan yang bertahan lama dalam ingatan.

Sejalan dengan berlakunya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan terhadap paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran, khususnya pada jenjang pendidikan formal. Perubahan ini diikuti dalam proses pembelajaran dimana seharusnya berpusat kepada guru menjadi berpusat pada siswa. Metode pembelajaran yang semula lebih didominasi ekspositori, beralih ke partisipatori, dan pendekatan yang semula lebih banyak bersifat tekstual berubah


(16)

2

menjadi kontekstual. Semua perubahan itu bermaksud untuk memperbaiki mutu pendidikan, baik dari segi proses maupun dari segi hasil pendidikan. Kemudian, berdasarkan UU nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, menuntut guru untuk mampu mengorganisasikan dan menyajikan materi pengajarannya dengan berbagai metode mengajar dan alat bantu yang efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Oleh karena itu, tahun-tahun belakangan ini telah terjadi pergeseran paradigma dalam pembelajaran kearah paradigm pembelajaran berbasis konstruktivisme. Menurut pandangan konstruktivisme, pengetahuan tidak begitu saja bisa ditransfer oleh guru ke pikiran siswamelainkan melalui pengkonstruksian pengetahuan itu didalam pikiran siswa itu sendiri. Hal ini berarti bahwa dalam proses pembelajaran siswa dituntut untuk melakukan aktivitas belajar melalui perancangan pembelajaran oleh guru, baik secara kelompok maupun secara individual. Berkaitan dengan itu, model pembelajaran yang telah dilakukan guru dalam pelaksanaan KTSP adalah pembelajaran berbasis kontekstual. Meskipun model pembelajaran tersebut telah sesuai dengan paragdima pembelajaran berbasis konstruktivisme, akan tetapi kualitas pendidikan secara nasional masih kurang mengembirakan, kualitas pendidikan Indonesia berada pada peringkat ke 69 dari 127 negara didunia pada tahun 2011, masih berada dibawah dengan Malaysia.

Pentingnya kemampuan pemecahan masalah dikemukakan oleh Hudoyo (dalam Nurdini:2013) yang menyatakan bahwa pemecahan masalah merupakan hal esensial disebabkan antara lain: (1) siswa menjadi terampil menyeleksi


(17)

3

(2) intelektual akan timbul dari dalam, yang merupakan masalah instrinsik; (3) potensi intelektual siswa meningkat; dan (4) siswa belajar bagaimana

melakukan penemuan dengan melalui proses melakaukan penemuan. Dengan demikian, pemecahan masalah mendapat perhatian khusus, mengingat peranannya yang sangat strategis dalam mengembangkan potensi intelektual siswa.

Kenyataan dilapangan menunjukkan kemampuan pemecahan masalah biologi siswa masih rendah, khususnya di MAN 1 Medan. Hal ini sesuai dengan hasil observasi peneliti terhadap siswa MAN 1 Medan terhadap 40 orang siswa, dimana 70% siswa belum mampu mendefenisikan masalah, 75% siswa belum mampu membuat alternatif pemecahan masalah, 75% siswa belum mampu mengevaluasi alternatif pemecahan masalah dan 80% siswa belum mampu menerapkan solusi dan rencana tindak lanjut.

Selanjutnya, di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan, pada kelas XI IPA yang paralel ditemukan bahwa rata-rata hasil Ujian kompetensi dasar dalam pembelajaran biologi tiga tahun berturut-turut sebagai berikut:

Tabel 1.1. Rata-rata Hasil Ujian KD Kelas XI IPA Tiga Tahun Terakhir MAN 1 Medan No Tahun Ajaran Sistem

Pencernaan

Sistem Sirkulasi

Sistem Ekskresi

Sistem Reproduksi

1 2011/2012 9,36 8,40 8,27 8,66

2 2012/2013 8,08 7,09 7,87 7,51

3 2013/2014 8,62 8,46 7,99 8,18

Sumber: Daftar Nilai Siswa Berdasarkan rata-rata hasil ujian kompetensi dasar pelajaran biologi pada semester genap, terlihat bahwa materi sistem ekskresi masih kurang dikuasi oleh siswa dibandingkan dengan materi lainnya.


(18)

4

Selanjutnya, self-efficacy adalah keyakinan diri untuk dapat mampu melakukan tugas tertentu ataupun situasi tertentu agar berhasil. Self-efficacy merupakan keyakinan individu untuk dapat mengatasi dan menyelesaikan suatu

tugas yang mungkin dapat membuat mereka malu, gagal, ataupun sukses. Self-efficacy sangat mempengaruhi kepercayaan diri manusia yang terbentuk dari

proses belajar dan berinteraksi dengan lingkungan, dimana merupakan suatu proses untuk mengaktualisakan potensi yang dimilikinya. Self-efficacy seseorang akan mempengaruhi tindakan, upaya, ketekunan, flesibelitas dalam perbedaan dan realisasi dari tujuan seseorang itu sendiri.

Penilaian self-efficacy mendorong seseorang menghindari situasi yang diyakini melampaui kemampuannya atau melakukan kegiatan yang diperkirakan dapat diatasinya. Dengan arti lain bahwa self-efficacy mempengaruhi pengambilan keputusan dan tindakan yang akan dilakukannya. Misalnya dengan melakukan pemecahan masalah yang sulit, seseorang yang mempunyai keraguan tentang kemampuannya akan mengurangi usahanya, bahkan cenderung akan menyerah. Akan tetapi bagi seseorang yang memiliki self-efficacy tinggi menganggap kegagalan sebagai kurangnya usaha. Sehingga dengan self-efficacy tinggi yang dimilikinya, akan dijadikan cermin bagi dirinya untuk memperbaiki kegagalannya dengan usahanya yang lebih maksimal. Dengan kata lain, menjadikan seseorang untuk berpikir positif. Dalam hal ini, self-efficacy akan membantu seberapa ia akan berusaha dalam suatu kegiatan, dan seberapa lama mampu bertahan terhadap situasi yang tidak disukainya. Self efficacy yang baik pada seseorang diharapkan akan membuatnya melakukan upaya yang lebih besar, lebih tekun dan dapat bertahan disituasi yang bagaimanapun. Namun jika self-efficacy sesorang rendah


(19)

5

maka akan menjadikannya mudah menyerah menghadapi masalah, dan mengalami depresi, bahkan akan mempengaruhi cara berpikirnya menjadi sempit dari tujuan yang hendak dicapainya.

Menurut Mutiara (2011) objek kajian biologi berkaitan dengan makhluk hidup dan alam sekitar, sehingga bukan hanya berupa fakta, prinsip, ataupun konsep, tetapi suatu proses penemuan. Proses pembelajaran biologi menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu memahi alam sekitar. Sehingga pembelajaran biologi dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan kemampuan pemecahan masalah siswa. Selanjutnya, Proses penemuan tersebut melatih peserta didik dalam tiga hal komponen sains yaitu sikap, proses dan produk. Pada dasarnya pelajaran biologi berupaya untuk membekali peserta didik dengan berbagai kemampuan tentang cara mengetahui dan cara mengerjakan yang dapat membantu peserta didik untuk memahami alam sekitar. Sehingga melalui tiga komponen tersebut peserta didik dilatih untuk mencapai dalam kemampuan pemecahan masalah dan keterampilan proses yang menunjang.

Model pembelajaran merupakan usaha untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran dirancang dengan materi dan prosedur pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat membantu peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran adalah Problem Based Learning (PBL) dan Discovery Learning (DL).

Problem Based Learning (PBL) sesuai dengan filosofi konstruktivisme dimana peserta didik diberikan kesempatan lebih banyak untuk aktif mencari dan


(20)

6

memproses informasi sendiri, membangun pengentahuan sendiri dan membangun makna berdasarkan pengalamannya (Resianto, 2010). Problem Based Learning merupakan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dimana dapat mengadakan pengamatan, mengintegrasi antara teori dan praktek, dan aplikasi atau penerapan pengetahuan, pengembangan keterampilan. Dibuktikan oleh Angkat (2012) yang melaporkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terhadap keterampilan proses sains dan sikap ilmiah yang diajarkan dengan Problem Based Learning (PBL). Selain itu, penelitian yang dilakukan Nurdini (2013) menyimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan memecahkan maslah dan kemampuan menjawab soal keterampilan proses sain siswa.

Discovery learning adalah metode untuk memahami konsep, arti dan hubungan melalui proses untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005). Discovery learning adalah model pembelajaran yang didefenisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengornasisi sendiri. Dibuktikan oleh Tran (2014) bahwa siswa yang diajarkan dengan discovery learning kompetensi belajar mandiri, rasa ingin tahu dan pemikiran kreatif siswa berkembang lebih baik dari pada diajarkan secara tradisional.

Bagian penting lainnya dalam proses pembelajaran biologi yaitu keterampilan proses sains. Dalam KTSP, keterampilan proses diangkat sebagai keterampilan yang perlu dikembangkan, digunakan dan diukur pencapaiannya. Hampir seluruh konsep yang merupakan lingkup materi dicapai melalui proses berpikir aktif. Hal itu tampak dalam rumusan indikator pada soal keterampilan


(21)

7

proses sains (Rustaman, 2005). Keterampilan proses sains dapat digunakan siswa untuk merumuskan jawaban-jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru untuk mempertahankan pendapat, untuk menerangkan kejadian dan untuk menafsirkan hasil-hasil percobaan yang mereka lakukan. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa dengan pembelajaran keterampilan proses sains siswa dapat memiliki keterampilan kognitif dan psikomotorik yang baik sehingga dapat bermanfaat dimasa yang akan datang.

Materi ekskresi merupakan materi yang mempelajari proses pembuangan atau pengeluaran senyawa-senyawa yang tidak digunakan lagi oleh tubuh. Senyawa-seanyawa tersebut berasal dari proses metabolisme tubuh. Dimana pada proses metabolisme menghasilkan senyawa-senyawa bermanfaat bagi tubuh dan juga dalam proses tersebut, dibuang bahan-bahan metabolit yang tidak diperlukan oleh tubuh. Adapun alat-alat dari sistem ekskresi adalah kulit, hati, paru-paru, dan ginjal yang mengekskresikan berupa keringat, bilus, CO2 dan urine.

Model pembelajaran problem based learning dan discovery learning pada materi ekskresi tepat digunakan karena menghubungkan antara pengetahuan yang dimiliki peserta didik dengan menerapkan pada dunia nyata pada pembelajaran biologi. Berdasarkan uraian permasalahan diatas, maka penting dilakukan kemampuan pemecahan masalah dan keterampilan proses sains dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning dan discovery learning.


(22)

8

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah terkait pembelajaran biologi di MAN 1 Medan diantaranya yaitu:

(1) Pembelajaran biologi masih berpusat pada hasil belajar pada tingkat kognitif siswa.

(2) Pola pembelajaran yang diterapkan masih didominasi paradigmaa teacher-centered bukan paradigma student-centerd.

(3) Self efficacy siswa kurang diperhatikan.

(4) Keterampilan proses sains siswa kurang diasah bahkan tidak dilakukan. (5) Siswa kurang dalam kemampuan pemecahan masalah.

1.3. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang dipaparkan di atas yang menjadi batasan masalah penelitian ini adalah:

(1) Self efficacy siswa dalam penelitian ini adalah kemampuan kepercayaan diri siswa dalam menyampaikan, mengemuk akan dan mempertahankan pendapat. (2) Keterampilan proses sains dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam menggambarkan hasil pengamatan, menggunakan alat dan bahan, mengelompokkan hasil pengamatan, menafsirkan, meramalkan, menerapkan konsep, merencanakan penelitian, mengkomunikasikan hail pengamatan dan mengajukan pertanyaan.

(3) Pemecahan masalah yang diukur berdasarkan memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan sesuai rencana.


(23)

9

(4) Model pembelajaran yang digunakan adalah problem based learnig dan discovery learning.

(5) Materi yang akan diajarkan adalah sistem ekskresi pada manusia.

1.4. Rumusan Masalah

Masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

(1) Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa di MAN 1 Medan?

(2) Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran terhadap keterampilan proses sains siswa di MAN 1 Medan?

(3) Apakah terdapat pengaruh self efficacy terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa di MAN 1 Medan?

(4) Apakah terdapat pengaruh self efficacy terhadap keterampilan proses sains siswa di MAN 1 Medan?

(5) Apakah terdapat interaksi model pembelajaran dan self efficacy terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa di MAN 1 Medan?

(6) Apakah terdapat interaksi model pembelajaran dan self efficacy terhadap keterampilan proses sains siswa di MAN 1 Medan?

1.5. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini dalah untuk mengetahui:

(1) Pengaruh yang signifikan model pembelajaran terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa di MAN 1 Medan.


(24)

10

(2) Pengaruh yang signifikan model pembelajaran terhadap keterampilan proses sains siswa di MAN 1 Medan.

(3) Pengaruh yang signifikan self efficacy terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa di MAN 1 Medan.

(4) Pengaruh yang signifikan self efficacy terhadap keterampilan proses sains siswa di MAN 1 Medan.

(5) Interaksi model pembelajaran dan self efficacy terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa di MAN 1 Medan.

(6) Interaksi model pembelajaran dan self efficacy terhadap keterampilan proses sains siswa di MAN 1 Medan.

1.6. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan pada umumnya dan pembelajaran biologi khususnya, baik secara teoritis maupun secara praktis. Manfaat teoritis penelitian ini adalah sebagai tambahan literature dan informasi bagi guru, pengelola, maupun pengembangan lembaga pendidikan yang berkaitan dengan penerapan problem based learning dan discovery learning didalam kelas-kelas pembelajaran tentang peningkatan keterampilan proses dan pemecahan masalah biologi. Manfaat praktis penelitian ini adalah sebagai bahan acuan utuk pengambilan kebijakan pendidikan dalam rangka peningkatan kinerja guru dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran menjadi efektif dan efisien dalam proses pembelajaran di sekolah, termasuk peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan keterampilan proses sains siswa melalui pembelajaran yang tepat.


(25)

102 BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data, maka dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Terdapat pengaruh signifikan antara model pembelajaran terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa di MAN 1 Medan.

2. Terdapat pengaruh signifikan antara model pembelajaran terhadap keterampilan proses sains siswa di MAN 1 Medan.

3. Terdapat pengaruh signifikan antara self efficacy terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa di MAN 1 Medan.

4. Terdapat pengaruh signifikan antara self efficacy terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa di MAN 1 Medan.

5. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan self efficacy terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa di MAN 1 Medan.

6. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan self efficacy terhadap keterampilan proses sains siswa di MAN 1 Medan.

5.2 IMPIKASI

Hasil penelitian ini mengimplikasikan bahwa pembelajaran discovery learning merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Baik siswa maupun guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan guru pun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi


(26)

103

membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif, serta guru membantu siswa mengembangkan skeptisme (keragu-raguan) yang sehat kearah kebenaran yang final dan tertentu atau pasti. Dengan adanya usaha penemuan membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya. Penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya. Pengetahuan yang diperoleh bersifat pribadi karena merupakan hasil penyelidikannya sendiri. Sehingga menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil. Serta menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri. Dengan model pembelajaran ini yang terfokus kepada penyelidikan sehingga lebih tepat digunakan untuk mengeksplorasi keterampilan proses sains siswa.

Sementara itu pada model problem based learning siswa didorong untuk saling kerjasama dalam menyelesaikan tugas untuk menyelesaikan masalah yang disajikan, melakukan pengamatan dan dialog dengan orang lain, mencari informasi yang sesuai dengan permasalahan yang disajikan, yang menyebabkan siswa menjadi pembelajar yang mandiri. Hal ini memungkinkan siswa menjelaskan dan membangun pemahamannya sendiri mengenai fenomena tersebut. Guru merupakan falitator dimana guru memberikan informasi secara berulang-ulang kepada siswa, mendorong dan mengarahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari penyelesaian masalah mereka sendiri. Dengan pembelajaran seperti ini, siswa dapat mengeksplorasi kemampuan pemecahan masalah.


(27)

104

Self efficacy kemampuan kepercayaan diri siswa dalam menyampaikan, mengemuk akan dan mempertahankan pendapat. Self efficacy menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan individu akan memberikan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan individu. Self efficacy merupakan dasar dirinya melakuan usaha yang keeras, bahkan ketika menemukan hambatan sekalipun. Dengan memiliki self efficacy yang tinggi dan menggunakan metode yang tepat maka kemampuan yang ada pada diri siswa akan berkembang dengan maksimal.

5.3 SARAN

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukan, maka sebagai tindak lanjut penelitian ini disarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning secara tepat dapat meningkatkan keterampilan proses sains biologi siswa secara maksimal. 2. Dengan menggunakan model problem based learning secara tepat dapat

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah biologi siswa secara maksimal. 3. Sebagai guru, hendaklah mendorong siswa untuk meningkatkan rasa

kepercayaan diri siswa. Sehingga siswa dapat dengan pasti dalam menyelesaikan suatu permasalahan.

4. Menyarankan kepada peneliti berikutnya untuk dapat mengembangan hasil penelitian ini agar penelitian ini dapat bermanfaat sebagai informasi terhadap dunia pendidikan khususnya bagi para guru pada pembelajaran biologi dalam penggunaan model problem based learning maupun discovery learning.


(28)

105

DAFTAR PUSTAKA

Anam, K. (2015). Pembelajaran Berbasis Inkuiri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Angkat, A. (2012). Pengaruh Strategi Pembelajaran Terhadap Keterampilan Proses Sains, Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar Siswa tentang Ekologi di SMKN 1 Penanggalan Kota Subulussalam. Tesis tidak diterbitkan. Medan:

Universitas Negeri Medan.

Ausubel, D.P. (1998). Ausubel’s Learning Theory: An Approach To teaching Higher Order Thingking Skill. Stanley D. Ivie. High School Journal, 82

(1): 35.

Bandura, A. (1997). Self-efficacy: The Exercise of Control. New York: Freeman.

Batubara, AE. (2014). Pengaruh Strategi Pembelajaran Inkuiri dan Discovery terhadap Kemampuan berfikir Kritis dan Hasil Belajar Biologi Siswa pada Topik Bioteknologi di MAN 1 Padangsidempuan. Tesis. Tidak

diterbitkan. Medan: UNIMED.

Bell, GI. (1978). Models for Specific Adhesion of Cells to Cells. New York:

American Association for the Advancement.

Blosser, PE. (1973). How to Ask The Right Question. Washington DC: National

Sicience Teacher Association.

Brockner, J. (1988). Self-esteem at Work. Lexington, MA: Lexington Books.

Budiningsih, A. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Byron, J.M. (2006). Whence Philosophy of Biology? Forthcoming in the British

Journal for the Philosophy of Science. (online article).

http://philsciarchive.pit.edu-/archive/00002675/01/byron-philbio-2006.pdf, diakses tanggal 7 Januari 2015).

Carin, A.A. (2000). Teaching Modern Science. Amerika: Merrill an Imprint of

Prentice.

Dahar,RW. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Degallow. (1999). What is Problem Based Learning?.

(http://www.pbl.uci.edu/-whatispbl/html.htm, diakses 27 Desember 2014).

Devi,M. (2010). Menumbuh Kembangkan Kesadaran dan Keterampilan Metakognisi Mahasiswa Jurusan Biologi Melalu Penerapan Strategi PBL dan Kooperatif GI. Jurnal Chemica, 11 (2): 1-10 diakses 02 Desember


(29)

106

Depdiknas, (2002). Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika SD dan MI.

Jakarta: Depdiknas.

Dormatio, (2013), Model Pembelajaran Konvensional, Online, http://dormatio.

blogspot.com/2013/01/model-pembelajaran konvensional. html diakses tanggal 10 Januari 2015.

Eggen, P.D & Kauchak.D.P. (1996). Strategies for Teachers: Teaching Content and Thinking Skill. (third edition). Boston: Allyn and Bacon.

Hamalik. (2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Irwansyah. (2014). Perbedaan Kemampuan Representasi dan Disposisi

Matematis Siswa Melalui Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik

Pendekatan Ekspositori di SMP Negeri Takengon. Tesis. Medan: Unimed.

Locke, E. A., Frederick, E., Lee, C., & Bobko, P. (1984). Effect of Self-Efficacy, Goals, and Task Strategies on Task Performance. Journal of Applied Psychology, 69 (2): 241–251.

Nurdini, S. (2013). Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan

Pemecahan Masalah dan Keterampilan Proses IPA siswa pada Sitem Ekskresi. Tesis. Tidak diterbitkan. Bandung: Universitas Pendidikan

Indonesia.

Mutiara, C. (2011). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Biologi dengan Metode TPS Disertai Eksperimen pada Siswa SMAN 1 Batanghari Lampung.

Bioedukasi, 2 (1): 89-92.

Ommundsen, P. (2001). Problem-Based Learning with 20 Case Examples.

(Online article). (www.saltspring.com/capewest/pbl.htm, diakses tanggal 8 Januari 2015).

Panjaitan, K. (2010). Merancang Butir Soal dan Instrumen untuk Penelitian,

Gorontalo: Nurul Jannah.

Peng, C.N. (2004). Successful Problem-Based Learning for Primary and

Secondary Classrooms. Singapore: Federal Publications.

Pervin dan John. (1997). The Big-Five Trait Taxonomy: Hiatory, Measurement and Yheoretical Pervestives. California: University of California.

Pramana, B. (2006). Problem solving. (online). (

http://sarengbudi.web.id/-wpcontent-/uploads/problem-solving.doc, diakses 26 Desember 2014).

Pujianto, S. (2012). Menjelajah Dunia BIOLOGI 2 untuk Kelas IX SMA dan MA.


(30)

107 Ratumanan. (2002). Belajar Memotivasi Diri Sendiri. Jakarta: Grasindo.

Rezha, RJ. (2002). Learning and Assesing Sicience Proses Skills. Kendal: Hunt

Publishing Company.

Ridianto, H. (2013). Perbedaan Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika dan Self Efficacy Siswa SMA denan MA Program IPS Melalui Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing Berbantuan Sofware Autograph di Kota Langsa. Tesis. Medan: Unimed.

Rusman. (2010). Model-model Pembelajaran Mengembagkan Profesionalisme

Guru. Depok: Raja Grafindo.

Rustaman, N. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: Universitas

Negeri Malang.

Semiawan, C. (1989). Pendekatan Keterampilan Proses: Bagaimana

Mengaktifkan Siswa dalam Belajar. Jakarta: PT. Gramedia.

Sitepu, S. (2011). Pengaruh Strategi Problem based learning dan Motivasi Belajar Terhadap Kemampuan Berfikir Kritis dan Hasil Belajar Biologi Siswa SMAN 1 Lubuk Pakam. Tesis tidak diterbitkan. Medan: Universitas

Negeri Medan.

Situmorang, D.L.A. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran dan Self efficacy terhadap hasil belajar siswa SMA kelas X pada Materi Ekosistem di SMA Swasta Methodist 1 Medan. Tesis tidak diterbitkan. Medan: Universitas

Negeri Medan.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:

Rineka Cipta.

Slavin, R.E. (1995). Cooperative Learning. Second edition. Boston: Allyn and

Bacon.

Subiyanto. (1988). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: P2LPTK

Sudjana. (2002). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiono, (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sukardi. (2007). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Sukmadinata, S. (2008). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung:


(31)

108 Sutikno, SM. (2014). Metode & Model-Model Pembelajaran Menjadikan Proses Pembelajaran Lebih Variatif, Aktif, Inovatif, Efektif dan Menyenangkan.

Lombok: Holistica.

Syah, M. (2004). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:

Rosda.

Tran, A. (2014). Pengaruh Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Belajar Mandiri, Rasa Ingin Tahu dan Pemikiran Kreatif Siswa SMAN 1 Batang Kuis. Tesis tidak diterbitkan. Medan: Universitas Negeri Medan.

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta:

Kencana.

Yulianto dan Rusmiati. (2009). Peningkatan Keterampilan Proses Sains dengan Menerapkan Model Problem Based Instruction. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 5: 75-78.

Wartono. (2003). Strategi Belajar Mengajar Fisika. Malang: Jurusan Pendidikan


(1)

membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif, serta guru membantu siswa mengembangkan skeptisme (keragu-raguan) yang sehat kearah kebenaran yang final dan tertentu atau pasti. Dengan adanya usaha penemuan membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya. Penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya. Pengetahuan yang diperoleh bersifat pribadi karena merupakan hasil penyelidikannya sendiri. Sehingga menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil. Serta menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri. Dengan model pembelajaran ini yang terfokus kepada penyelidikan sehingga lebih tepat digunakan untuk mengeksplorasi keterampilan proses sains siswa.

Sementara itu pada model problem based learning siswa didorong untuk saling kerjasama dalam menyelesaikan tugas untuk menyelesaikan masalah yang disajikan, melakukan pengamatan dan dialog dengan orang lain, mencari informasi yang sesuai dengan permasalahan yang disajikan, yang menyebabkan siswa menjadi pembelajar yang mandiri. Hal ini memungkinkan siswa menjelaskan dan membangun pemahamannya sendiri mengenai fenomena tersebut. Guru merupakan falitator dimana guru memberikan informasi secara berulang-ulang kepada siswa, mendorong dan mengarahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari penyelesaian masalah mereka sendiri. Dengan pembelajaran seperti ini, siswa dapat mengeksplorasi kemampuan pemecahan masalah.


(2)

Self efficacy kemampuan kepercayaan diri siswa dalam menyampaikan, mengemuk akan dan mempertahankan pendapat. Self efficacy menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan individu akan memberikan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan individu. Self efficacy merupakan dasar dirinya melakuan usaha yang keeras, bahkan ketika menemukan hambatan sekalipun. Dengan memiliki self efficacy yang tinggi dan menggunakan metode yang tepat maka kemampuan yang ada pada diri siswa akan berkembang dengan maksimal.

5.3 SARAN

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukan, maka sebagai tindak lanjut penelitian ini disarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning secara tepat dapat meningkatkan keterampilan proses sains biologi siswa secara maksimal. 2. Dengan menggunakan model problem based learning secara tepat dapat

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah biologi siswa secara maksimal. 3. Sebagai guru, hendaklah mendorong siswa untuk meningkatkan rasa

kepercayaan diri siswa. Sehingga siswa dapat dengan pasti dalam menyelesaikan suatu permasalahan.

4. Menyarankan kepada peneliti berikutnya untuk dapat mengembangan hasil penelitian ini agar penelitian ini dapat bermanfaat sebagai informasi terhadap dunia pendidikan khususnya bagi para guru pada pembelajaran biologi dalam penggunaan model problem based learning maupun discovery learning.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Anam, K. (2015). Pembelajaran Berbasis Inkuiri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Angkat, A. (2012). Pengaruh Strategi Pembelajaran Terhadap Keterampilan

Proses Sains, Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar Siswa tentang Ekologi di SMKN 1 Penanggalan Kota Subulussalam. Tesis tidak diterbitkan. Medan:

Universitas Negeri Medan.

Ausubel, D.P. (1998). Ausubel’s Learning Theory: An Approach To teaching

Higher Order Thingking Skill. Stanley D. Ivie. High School Journal, 82

(1): 35.

Bandura, A. (1997). Self-efficacy: The Exercise of Control. New York: Freeman.

Batubara, AE. (2014). Pengaruh Strategi Pembelajaran Inkuiri dan Discovery

terhadap Kemampuan berfikir Kritis dan Hasil Belajar Biologi Siswa pada Topik Bioteknologi di MAN 1 Padangsidempuan. Tesis. Tidak

diterbitkan. Medan: UNIMED.

Bell, GI. (1978). Models for Specific Adhesion of Cells to Cells. New York:

American Association for the Advancement.

Blosser, PE. (1973). How to Ask The Right Question. Washington DC: National

Sicience Teacher Association.

Brockner, J. (1988). Self-esteem at Work. Lexington, MA: Lexington Books.

Budiningsih, A. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Byron, J.M. (2006). Whence Philosophy of Biology? Forthcoming in the British

Journal for the Philosophy of Science. (online article).

http://philsciarchive.pit.edu-/archive/00002675/01/byron-philbio-2006.pdf, diakses tanggal 7 Januari 2015).

Carin, A.A. (2000). Teaching Modern Science. Amerika: Merrill an Imprint of

Prentice.

Dahar,RW. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Degallow. (1999). What is Problem Based Learning?.

(http://www.pbl.uci.edu/-whatispbl/html.htm, diakses 27 Desember 2014).

Devi,M. (2010). Menumbuh Kembangkan Kesadaran dan Keterampilan Metakognisi Mahasiswa Jurusan Biologi Melalu Penerapan Strategi PBL

dan Kooperatif GI. Jurnal Chemica, 11 (2): 1-10 diakses 02 Desember


(4)

Depdiknas, (2002). Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika SD dan MI.

Jakarta: Depdiknas.

Dormatio, (2013), Model Pembelajaran Konvensional, Online, http://dormatio.

blogspot.com/2013/01/model-pembelajaran konvensional. html diakses tanggal 10 Januari 2015.

Eggen, P.D & Kauchak.D.P. (1996). Strategies for Teachers: Teaching Content

and Thinking Skill. (third edition). Boston: Allyn and Bacon.

Hamalik. (2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Irwansyah. (2014). Perbedaan Kemampuan Representasi dan Disposisi

Matematis Siswa Melalui Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Pendekatan Ekspositori di SMP Negeri Takengon. Tesis. Medan: Unimed.

Locke, E. A., Frederick, E., Lee, C., & Bobko, P. (1984). Effect of Self-Efficacy,

Goals, and Task Strategies on Task Performance. Journal of Applied

Psychology, 69 (2): 241–251.

Nurdini, S. (2013). Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan

Pemecahan Masalah dan Keterampilan Proses IPA siswa pada Sitem Ekskresi. Tesis. Tidak diterbitkan. Bandung: Universitas Pendidikan

Indonesia.

Mutiara, C. (2011). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Biologi dengan Metode

TPS Disertai Eksperimen pada Siswa SMAN 1 Batanghari Lampung.

Bioedukasi, 2 (1): 89-92.

Ommundsen, P. (2001). Problem-Based Learning with 20 Case Examples.

(Online article). (www.saltspring.com/capewest/pbl.htm, diakses tanggal 8 Januari 2015).

Panjaitan, K. (2010). Merancang Butir Soal dan Instrumen untuk Penelitian,

Gorontalo: Nurul Jannah.

Peng, C.N. (2004). Successful Problem-Based Learning for Primary and

Secondary Classrooms. Singapore: Federal Publications.

Pervin dan John. (1997). The Big-Five Trait Taxonomy: Hiatory, Measurement

and Yheoretical Pervestives. California: University of California.

Pramana, B. (2006). Problem solving. (online). (

http://sarengbudi.web.id/-wpcontent-/uploads/problem-solving.doc, diakses 26 Desember 2014).

Pujianto, S. (2012). Menjelajah Dunia BIOLOGI 2 untuk Kelas IX SMA dan MA.


(5)

Ratumanan. (2002). Belajar Memotivasi Diri Sendiri. Jakarta: Grasindo.

Rezha, RJ. (2002). Learning and Assesing Sicience Proses Skills. Kendal: Hunt

Publishing Company.

Ridianto, H. (2013). Perbedaan Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika dan Self Efficacy Siswa SMA denan MA Program IPS Melalui Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing Berbantuan Sofware Autograph di Kota Langsa. Tesis. Medan: Unimed.

Rusman. (2010). Model-model Pembelajaran Mengembagkan Profesionalisme

Guru. Depok: Raja Grafindo.

Rustaman, N. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: Universitas

Negeri Malang.

Semiawan, C. (1989). Pendekatan Keterampilan Proses: Bagaimana

Mengaktifkan Siswa dalam Belajar. Jakarta: PT. Gramedia.

Sitepu, S. (2011). Pengaruh Strategi Problem based learning dan Motivasi

Belajar Terhadap Kemampuan Berfikir Kritis dan Hasil Belajar Biologi Siswa SMAN 1 Lubuk Pakam. Tesis tidak diterbitkan. Medan: Universitas

Negeri Medan.

Situmorang, D.L.A. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran dan Self efficacy

terhadap hasil belajar siswa SMA kelas X pada Materi Ekosistem di SMA Swasta Methodist 1 Medan. Tesis tidak diterbitkan. Medan: Universitas

Negeri Medan.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:

Rineka Cipta.

Slavin, R.E. (1995). Cooperative Learning. Second edition. Boston: Allyn and

Bacon.

Subiyanto. (1988). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: P2LPTK

Sudjana. (2002). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiono, (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sukardi. (2007). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Sukmadinata, S. (2008). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung:


(6)

Sutikno, SM. (2014). Metode & Model-Model Pembelajaran Menjadikan Proses Pembelajaran Lebih Variatif, Aktif, Inovatif, Efektif dan Menyenangkan.

Lombok: Holistica.

Syah, M. (2004). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:

Rosda.

Tran, A. (2014). Pengaruh Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Belajar

Mandiri, Rasa Ingin Tahu dan Pemikiran Kreatif Siswa SMAN 1 Batang

Kuis. Tesis tidak diterbitkan. Medan: Universitas Negeri Medan.

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta:

Kencana.

Yulianto dan Rusmiati. (2009). Peningkatan Keterampilan Proses Sains dengan

Menerapkan Model Problem Based Instruction. Jurnal Pendidikan Fisika

Indonesia, 5: 75-78.

Wartono. (2003). Strategi Belajar Mengajar Fisika. Malang: Jurusan Pendidikan