Latar Belakang Masalah PELAKSANAAN REHABILITASI TERHADAP ANAK PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA SEBAGAI REALISASI PASAL 54 UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009
Prekursor dan Zat Adiktif lainnya. Namun sejak diberlakukannya Undang- Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Narkotika yang mengawali otonomi
daerah sebagian panti-panti rehabilitasi tersebut diserahkan kepada Pemerintah Daerah Pemda masing-masing dan saat ini penanggulangan narkotika diatur
dalam Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika. Pasal 54 Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika menyatakan
“Pecandu Narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial”
Pasal 55 UU No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika menyatakan bahwa : 1
Orang tua atau wali dari Pecandu narkotika yang belum cukup umur wajib melaporkan kepada pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit, danatau
lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi yang ditunjuk oleh Pemerintah untuk mendapatkan pengobatan danatau Perawatan melalui rehabilitasi
medis dan rehabilitasi sosial
2 Pecandu Narkotika yang sudah cukup umur wajib melaporkan diri atau
dilaporkan oleh keluarganya kepada pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit, danatau lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial yang ditunjuk oleh
Pemerintah untuk mendapatkan pengobatan danatau perawatan melalui rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.
3 Ketentuan mengenai pelaksanaan wajib lapor sebagaimana dimaksud pada
ayat 1 dan ayat 2 diatur dengan Peraturan Pemerintah. Sedangkan dalam Pasal 56 UU No.35 tahun 2009 tentang Narkotika menyatakan
bahwa : 1
Rehabilitasi medis pecandu narkotika dilakukan di rumah sakit yang ditunjuk Menteri.
2 Lembaga rehabilitasi tertentu yang diselenggarakan oleh instansi
pemerintah atau masyarakat dapat melakukan rehabilitasi medis pecandu narkotika setelah mendapat persetujuan Menteri.
Pasal 57 UU No.35 tahun 2009 tentang Narkotika menyatakan bahwa “Selain
melalui pengobatan danatau rehabilitasi medis, penyembuhan Pecandu Narkotika
dapat diselenggarakan oleh instansi pemerintah atau masyarakat melalui pendekatan keagamaan dan tradisional
”. Pasal 58 UU No.35 tahun 2009 tentang Narkotika menyatakan bahwa Rehabilitasi
sosial mantan Pecandu Narkotika diselenggarakan baik oleh instansi pemerintah maupun oleh masyarakat.
Sedangkan dalam Pasal 127 UU No.35 tahun 2009 tentang Narkotika
menyatakan: 1
Setiap Penyalah Guna: a.
Narkotika Golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 empat tahun;
b. Narkotika Golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara
paling lama 2 dua tahun; dan c.
Narkotika Golongan III bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 satu tahun.
2 Dalam memutus perkara sebagaimana dimaksud pada ayat 1, hakim wajib
memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54, Pasal 55, dan Pasal 103.
3 Dalam hal Penyalah Guna sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat
dibuktikan atau terbukti sebagai korban penyalahgunaan Narkotika, Penyalah Guna tersebut wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.
Pada Pasal 128 UU No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika mengatur : 1
Orang tua atau wali dari pecandu yang belum cukup umur, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat 1 yang sengaja tidak melapor, dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 6 enam bulan atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000,00 satu juta rupiah.
2 Pecandu Narkotika yang belum cukup umur dan telah dilaporkan oleh orang
tua atau walinya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat 1 tidak dituntut pidana.
3 Pecandu Narkotika yang telah cukup umur sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 55 ayat 2 yang sedang menjalani rehabilitasi medis 2 dua kali masa perawatan dokter di rumah sakit danatau lembaga rehabilitasi medis yang
ditunjuk oleh pemerintah tidak dituntut pidana.
4 Rumah sakit danatau lembaga rehabilitasi medis sebagaimana dimaksud pada
3 harus memenuhi standar kesehatan yang ditetapkan oleh Menteri.
Dari isi-isi Pasal diatas telah dijabarkan bahwa keluarga, masyarakat dan negara mempunyai kewajiban untuk memberikan rehabilitasi terhadap pecandu narkotika
hingga tidak menjadi pecandu lagi. Di wilayah lampung, khususnya di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas III Bandar Lampung, terdapat data Tahanan Anak
Laki-Laki berjumlah 16 Orang, dan Narapidana Anak Laki-Laki berjumlah 127 orang, untuk data narapidana anak kasus narkotika sebanyak 31 Orang.
5
Selain di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas III Bandar Lampung ini terdapat juga
tahanan dan napi anak di UPT Lapas se-Provinsi Lampung. Artinya, tidak setiap semua tahanan dan napi anak di berikan pembinaan di lapas.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul “Pelaksanaan Rehabilitasi Terhadap
Anak Penyalahgunaan Narkotika Sebagai Realisasi Pasal 54 Undang-Undang No.
35 Tahun 2009
” B.
Permasalahan dan Ruang Lingkup
1. Permasalahan
Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang akan dikemukakan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut ?
a. Bagaimanakah Pelaksanaan Rehabilitasi Terhadap Anak Penyalahguna
Narkotika Sebagai Realisasi Pasal 54 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 ?
5
Smslap.ditjenpas.go.idpublicgrlcurrentmonthlykanwildb669ad0-6bd1-1bd1-baad 313134333039year2016month7 diakses pada hari Minggu, Tanggal 17 Juli 2016
Pukul 09.00 WIB
b. Apakah Faktor Penghambat Pelaksanaan Rehabilitasi Terhadap Anak
Penyalahguna Narkotika Sebagai Realisasi Pasal 54 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 ?
2. Ruang Lingkup
Agar dalam penelitian ini tidak menyimpang dari sasaran yang diinginkan, maka
peneliti membatasi ruang lingkup permasalahan. Ruang lingkup permasalahan tersebut berkaitan dengan kajian permasalahan mengenai pelaksanaan rehabilitasi
sosial terhadap anak penyalahguna narkotika sebagai realisasi Pasal 54 Undang- Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Hal tersebut berkaitan dengan
ilmu hukum pidana pada umumnya. Untuk mendukung data dan informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan skripsi ini, peneliti mengambil dan mengolah data
yang berasal dari lokasi penelitian. Data tersebut diambil dari Pengadilan Negeri Tanjung Karang, Kejaksaan Negeri Bandar Lampung, Lembaga Pembinaan
Khusus Anak Klas II Bandar Lampung, Dinas Sosial Provinsi Lampunf dan Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung. Penulis melakukan riset sejak
Bulan Agustus 2016 sampai dengan Bulan Oktober 2016.