Maturitas Tulang Vertebra Servikalis Hubungan Dimensi Vertikal Tulang Vertebra Servikalis dengan Wajah

Wajah individu yang panjang ditemukan pada kelompok dengan sudut MP- SN yang besar. Karakteristiknya berupa total tinggi wajah anterior NGn, tinggi wajah anterior bawah SpGn yang berlebihan dan total tinggi wajah posterior SGo yang kecil. Sebaliknya, karakteristik sudut MP-SN yang kecil yaitu, total tinggi wajah posterior SGo, tinggi wajah posterior bawah PmGo yang berlebihan dan total tinggi wajah anterior NGn yang kecil Gambar 8. 11 Gambar 8. Garis-garis referensi untuk mengukur pertumbuhan wajah dalam arah vertikal 11

2.1.3 Maturitas Tulang Vertebra Servikalis

Berdasarkan Hassel dan Farman yang mengembangkan indeks maturasi tulang vertebra servikalis, mereka menggunakan tulang vertebra servikalis kedua hingga keempat dalam mengamati tahapan maturitas tulang. Berikut ini adalah tahapan maturitas tulang vertebra servikalis menurut Hassel dan Farman Gambar 7. 2 a. Initiation Pada tahap ini batas bawah badan tulang CV 2 , CV 3 , CV 4 datar sedangkan batas atas ketiga tulang tersebut meruncing dari bagian posterior ke anterior. Universitas Sumatera Utara b. Acceleration Perkembangan konkavitas tulang meningkat pada batas bawah tulang CV 2 dan CV 3 , batas bawah badan tulang CV 4 datar serta anatomi tulang CV 3 dan CV 4 menjadi lebih persegi panjang. c. Transition Konkavitas tulang meningkat pada batas bawah CV 2 dan CV 3. Terjadi perkembangan konkavitas batas bawah badan tulang CV 4 . Tulang CV 3 dan CV 4 menjadi lebih persegi panjang. d. Deceleration Meningkatnya konkavitas pada batas bawah tulang CV 2 ,CV 3 , dan CV 4 . Pada tahap ini anatomi dari CV 3 dan CV 4 hampir menyerupai persegi. e. Maturation Konkavitas tulang semakin dalam pada batas bawah badan tulang CV 2 , CV 3 , dan CV 4 . Tulang CV 3 dan CV 4 sudah berbentuk persegi pada tahap ini. f. Completion Pada tahap ini pertumbuhan sudah selesai. Terlihat konkavitas tulang yang dalam pada batas bawah badan tulang CV 2 , CV 3 dan CV 4 , serta tinggi tulang CV 3 dan CV 4 lebih besar dibandingkan lebarnya. Gambar 9. Maturasi tulang vertebra servikalis menggunakan indikator CV 3 2,3 Universitas Sumatera Utara

2.1.4 Hubungan Dimensi Vertikal Tulang Vertebra Servikalis dengan Wajah

Beni Solow dan Andrew Sandham melakukan penelitian mengenai postur kranioservikal yang mempengaruhi perkembangan dan fungsi dari struktur dentofasial. Postur kranioservikal adalah melihat hubungan postur kepala terhadap cervical column. Penelitian tersebut menggunakan subjek anak-anak, remaja dan dewasa dengan tujuan penelitian untuk melihat hubungan postur kranioservikal dalam mempengaruhi perkembangan dan fungsi dari struktur dentofasial. Hasil penelitian tersebut pada subjek dewasa menunjukkan bahwa sudut kranioservikal memiliki hubungandengan pembentukan kraniofasial. Pada individu yang memiliki sudut kranioservikal yang kecil pada umumnya mempunyai tinggi wajah anterior yang kecil dan inklinasi mandibular plane yang kecil. Sebaliknya pada individu dengan sudut kranioservikal yang besar pada umumnya memiliki tinggi wajah anterior yang lebih besar, inklinasi mandibular plane yang lebih besar. 10 Pada subjek anak-anak dan remaja menunjukkan adanya perbedaan postur kranioservikal yang menghasilkan perbedaan tipe dari perkembangan wajah. Individu yang memiliki sudut kranioservikal yang kecil diikuti dengan pertumbuhan maksila dan mandibula yang kedepan prognathism, sedangkan pada individu dengan sudut kranioservikal yang besar diikuti dengan pertumbuhan maksila dan mandibula yang kebelakang retrognathism. 10 Penelitian Bench menemukan pada individu dengan leher panjang jarang ditemukan tipe wajah pendek, sebaliknya leher pendek pada individu dengan tipe wajah panjang. Hal tersebut diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Karlsen terhadap kelompok usia 12 – 15 tahun, namun tidak untuk kelompok usia 6 – 12 tahun. 11,20 Penelitian Karlsen menggunakan garis referensi pada sefalogram untuk mengukur hubungan perkembangan vertikal dari tulang vertebra servikalis dan wajah terhadap berbagai pola wajah yaitu GoCV 2 jarak vertikal antara sudut gonion dan vertebra servikalis kedua, PmCV 2 jarak vertikal antara titik paling belakang dari Universitas Sumatera Utara maksila dan vertebra servikalis kedua. Garis-garis referensi tersebut diproyeksikan tegak lurus terhadap garis FHe Frankort Horizontal estimated untuk mengukur hubungan antara perkembangan vertikal dari tulang vertebra servikalis dan wajah terhadap berbagai pola wajah vertikal. 11 Tulang vertebra servikalis kedua axis merupakan vertebra servikalis yang paling tinggi dan paling lebar. Karlsen menemukan bahwa individu dengan sudut MP-SN yang kecil, rata-rata jarak GoCV 2 adalah 2,4 mm pada usia 6 tahun, 2,6 mm pada usia 12 tahun dan 1,4 mm pada usia 15 tahun. Sedangkan, pada individu yang memiliki sudut MP-SN besar, secara signifikan jaraknya lebih panjang dengan rata- rata 8,2 mm pada usia 6 tahun, 9,4 mm pada usia 12 tahun dan 7,1 mm pada usia 15 tahun. 11 Posisi vertikal Go memegang peranan pada perkembangan wajah dalam arah vertikal, terutama perkembangan wajah bagian bawah. Hubungan antara Go dan CV 2 sangat kuat yaitu hubungan antara pertumbuhan servikalis dan pertumbuhan wajah, khususnya hubungan antara vertebra servikalis dan pertumbuhan mandibula. Hubungan pertumbuhan antara Go dengan CV 2 terlihat pada usia 12-15 tahun, dimana pertumbuhan vertikal dari vertebra servikalis dan wajah sangat erat. Individu dengan sudut MP-SN yang kecil memiliki jarak GoCV 2 yang lebih pendek. Sebaliknya, pada sudut MP-SN yang besar terlihat jarak GoCV 2 yang lebih panjang Gambar 10. 11 Universitas Sumatera Utara Gambar 10. Jarak vertikal Go dan CV 2 11

2.2 Ras Deutro Melayu

Masyarakat Indonesia yang majemuk terdiri atas beberapa suku bangsa etnis yang masing-masing memiliki bahasa, adat istiadat dan budaya yang berbeda. Penelitian Hilderd Geertz menyatakan Indonesia terdiri atas 300 etnis yang berbeda- beda. Penelitian MA Jaspan, masyarakat Indonesia terdiri atas 366 etnis. Van Vollenhoven menyatakan bahwa masyarakat Indonesia terbagi menjadi sembilan belas lingkaran hukum adat dengan berbagai suku bangsa etnis yang ada di dalamnya. 24 Berdasarkan ciri-ciri fisiknya, masyarakat Indonesia dapat dibedakan menjadi empat kelompok ras, yaitu ras Papua Melanezoid, ras Negroid, ras Weddoid dan ras Melayu Mongoloid Paleomongoloid. Sebagian besar dari penduduk Indonesia termasuk ras Paleomongoloid yang disebut dengan ras Melayu. Ras melayu terdiri atas Proto Melayu Melayu tua dan Deutro Melayu Melayu muda. Kelompok Proto Melayu pada 2000 SM datang ke Indonesia sedangkan Deutro Melayu pada 1500 SM. 24 Universitas Sumatera Utara