14 Dimana :
Xi = Nilai rata-rata kinerja atribut
Yi = Nilai rata-rata kepentingan atribut
N = Jumlah atribut
Selanjutnya tingkat unsur-unsur tersebut akan dijabarkan dan dibagi menjadi empat bagian ke dalam diagram kartesius seperti pada gambar berikut ini:
Gambar 1.2 Diagram Kartesius
Keterangan:
1. Kuadran I Variabel-variabel yang terletak dalam kuadran ini dianggap sebagai faktor
yang penting dan atau diharapkan oleh konsumen tetapi kondisi persepsi dan atau kinerja aktual yang ada pada saat ini belum memuaskan sehingga pihak
pengembang berkewajiban mengalokasikan sumber daya yang memadai untuk meningkatkan kinerja berbagai variabel tersebut. Variabel-variabel
yang terletak pada kuadran ini merupakan prioritas untuk ditingkatkan. 2. Kuadran II
Variabel-variabel di kuadran ini dianggap penting oleh responden dan faktor- faktor yang dianggap oleh responden sudah sesuai dengan yang
Y Preferensi
X Preferensi
Kuadran I Prioritas Utama
Kuadran II Pertahankan
Kuadran III Prioritas Rendah
Kuadran IV Berlebihan
15 diharapkannya. Variabel-variabel yang termasuk dalam kuadran ini harus
tetap dipertahankan, karena variabel ini yang menjadikan variabel tersebut memiliki keunggulan di mata responden
3. Kuadran III Variabel-variabel yang dianggap kurang penting oleh responden dan pada
kenyataannya biasa saja atau tidak terlalu istimewa. Variabel-variabel yang termasuk dalam kuadran ini dapat dipertimbangkan untuk dihilangkan karena
pengaruhnya terhadap manfaat yang dirasakan oleh responden amat kecil 4. Kuadran IV
Variabel-variabel di kuadran ini dianggap kurang penting oleh responden, tetapi pada kenyataannya diterima atau dirasakan terlalu berlebihan. Sehingga
variabel-variabel yang termasuk dalam kuadran dapat dipertimbangkan untuk dikurangi atau tidak perlu ditambah.
1.6 Kerangka Pemikiran
Bagan alir merupakan ke dapat dilihat pada gamba
iran
n kerangka pemikiran dalam penelitian ini, untuk le bar 1.3.
Gambar 1.3 Kerangka Pemikiran
16 lebih jelasnya
17
1.7 Sistematika Pembahasan
Untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang isi laporan ini, maka sub bab ini menjelaskan tentang sistematika pembahasan, seperti pada uraian dibawah ini.
Bab I Pendahuluan
Bab ini menjelaskan secara khusus mengenai penyusunan penelitian ini diantaranya megenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan sasaran penelitian, ruang
lingkup, metodologi penelitian, kerangka pemikiran dan sistematika pembahasan.
Bab II Tinjauan Pustaka
Bab ini secara umum menjelaskan mengenai definisi Pelestarian, bentuk-bentuk pelestarian, objek pelestarian, definisi wisata budaya
, definisi persepsi masyarakat, definisi perancangan kota dan elemen-elemen rancang kota, dan contoh pelestarian
Kawasan Kota Lama.
Bab III Identifikasi Karakteristik Perancangan Kota
Bab ini secara umum menjelaskan tentang gambaran umum kawasan Kota Lama Tangerang, Potensi Kawasan Kota Lama Tangerang, dan Karakteristik Aspek
Perancangan Kota di Kota Lama Tangerang
Bab IV Analisis Persepsi dan Preferensi Masyarakat Tentang Aspek
Perancangan Kota dalam Upaya Pelestarian Kawasan Kota Lama Tangerang
Bab ini menjelaskan dan menganalisis tentang persepsi dan preferensi masyarakat tentang aspek-aspek perancangan kota, analisis
gap tentang aspek perancangan kota, analisis kuadran tentang aspek perancangan kota
Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan, rekomendasi, kelemahan studi dan saran studi lanjut.
18
BAB II TINJAUAN TEORI
Bab ini secara umum menjelaskan mengenai definisi Pelestarian, bentuk-bentuk pelestarian, objek pelestarian, definisi wisata budaya
, definisi Persepsi masyarakat, Konsep-konsep Pengembangan Kawasan Urban, dan Contoh Pelestarian Kawasan
Kota Lama.
2.1 Definisi dan Bentuk-Bentuk PelestarianKonservasi
Konservasi secara umum diartikan pelestarian namun demikian dalam khasanah para pakar konservasi ternyata memiliki serangkaian pengertian yang berbeda-beda
implikasinya. Istilah konservasi yang biasa digunakan para arsitek mengacu pada Piagam dari
International Council of Monuments and Site ICOMOS tahun 1981 yang dikenal dengan Burra Charter.
Burra Charter menyebutkan “konservasi adalah konsep proses pengelolaan suatu tempat atau ruang atau obyek agar makna kultural yang terkandung didalamnya
terpelihara dengan baik.” Pengertian ini sebenarnya perlu diperluas lebih spesifik
yaitu pemeliharaan morfologi bentuk fisik dan fungsinya. Kegiatan konservasi meliputi seluruh kegiatan pemeliharaan sesuai dengan kondisi dan situasi lokal
maupun upaya pengembangan untuk pemanfaatan lebih lanjut. Bila dikaitkan dengan kawasan maka konservasi kawasan atau sub bagian kota mencakup suatu upaya
pencegahan adanya aktivitas perubahan sosial atau pemanfaatan yang tidak sesuai dan bukan secara fisik saja.
Suatu program konservasi sedapat mungkin tidak hanya dipertahankan keaslian dan perawatannya, namun tidak mendatangkan nilai ekonomi atau manfaat lain bagi
pemilik atau masyarakat luas. Konsep pelestarian yang dinamik tidak hanya
mendapatkan tujuan pemeliharaan bangunan tercapai namun dapat menghasilkan pendapatan dan keuntungan lain bagi pemakainya. Dalam hal ini peran arsitek sangat
penting dalam menentukan fungsi yang sesuai karena tidak semua fungsi dapat