1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Munib 2007: 33 mengutip dari UUSPN No. 20 Tahun 2003, mengemukakan pengertian pendidikan adalah
“usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”.
Hal ini sejalan dengan tujuan Pendidikan Nasional yang disebutkan dalam PP No. 19 tahun 2005
yaitu, “menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat ” Soripada 2010: 1. Salah satu
perwujudannya melalui pendidikan yang bermutu pada setiap satuan pendidikan. Dalam setiap satuan pendidikan terdapat berbagai unsur
pendukung, salah satunya adalah unsur guru. PP Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru Bab I Pasal 1 menyebutkan
bahwa, “guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
1
2
pendidikan menengah”. Guru merupakan ujung tombak dari pendidikan. Menurut Sidjabat 2008: 158 “guru tidak boleh membatasi dirinya hanya
peduli dengan urusan transfer pengetahuan dan peningkatan mutu keterampilan siswanya. Guru terpanggil tidak hanya sebagai instructor
pengajar tetapi juga sebagai educator pendidik”. Guru sekolah dasar
merupakan guru kelas yang mengajar pada semua mata pelajaran termasuk mata pelajaran IPA.
Pembelajaran IPA merupakan kegiatan belajar mengenai IPA dalam konteks pengalaman manusia, serta penerapan konsep materi dengan
kenyataan yang ada di masyarakat. Pembelajaran IPA seharusnya dapat mengaktifkan siswa sehingga pembelajaran berlangsung menyenangkan dan
bermakna. Sejalan dengan pendapat tersebut guru harus menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik tidak hanya mengajar. Salah satu yang dapat
dilakukan guru adalah menyelenggarakan pembelajaran yang dapat menumbuhkembangkan potensi siswa-siswanya.
Namun demikian, kenyataan di lapangan menunjukkan pembelajaran berlangsung dengan metode-metode konvensional. Pembelajaran hanya
sebatas penyampaian materi dan kurang dapat mengaktifkan siswa. Sehingga pembelajaran jauh dari aktivitas yang dapat menumbuhkembangkan potensi
para siswa. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains di sekolah dasar
sebenarnya sangat menarik dan bermakna apabila guru menggunakan metode pembelajaran yang sesuai materi. Pada dasarnya semua metode baik tetapi
3
ketertarikan siswa bergantung pada bagaimana penyampaian guru pada saat mengajar.
Teori belajar Vygotsky dalam Semiawan 2008: 51 menyebutkan bahwa,
“implikasi utama dalam pembelajaran menghendaki seting kelas berbentuk kooperatif, sehingga siswa dapat saling berinteraksi dan
memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif ”. Namun
kenyataannya dalam proses pembelajaran di sekolah dasar, guru masih kurang menerapkan sistem kerja sama dalam bentuk kelompok. Oleh karena
itu pembelajaran kooperatif sangat diperlukan. Dalam Poedjiadi 2005: 127 “salah satu model pembelajaran kooperatif yang bisa diterapkan dalam
pembelajaran adalah model pembelajaran STS karena menciptakan suatu dinamika kelompok”. Dalam penelitian ini pembelajaran IPA difokuskan
pada materi sumber daya alam. Pembelajaran IPA materi sumber daya alam akan lebih bermakna jika
menggunakan model Science Technology Society STS. Dengan model pembelajaran STS siswa akan memahami hubungan sumber daya alam
dengan teknologi serta manfaatnya bagi masyarakat. Model pembelajaran STS juga dapat menyajikan hal-hal yang berkaitan dengan alam sekitar
lingkungan. Sehingga dengan mengidentifikasi hal-hal yang ada di sekitar secara langsung diharapkan siswa dapat lebih mendalami materi yang
dipelajari karena mereka dapat menganalisis materi tersebut sekaligus mencari jawabannya.
4
Model STS sampai saat ini belum banyak digunakan dalam proses pembelajaran. Padahal model STS sangat membantu guru dalam mengajarkan
IPA dalam konteks pengalaman manusia. Oleh karena itu perlu adanya penelitian untuk menguji model pembelajaran ini.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran STS. Untuk itu penulis mengambil judul
skripsi “Keefektifan Pembelajaran Sumber Daya Alam melalui Model Science Technology Society Kelas IV SD Negeri Sitanggal 04 Kecamatan
Larangan Kabupaten Brebes”.
1.2 Identifikasi Masalah