Pengembangan Buku Suplemen Kimia Berbasis Sains Teknologi Masyarakat Pada Materi Kimia Polimer

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kegurun (FITK)

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

OLEH MIRA RIZKI 1111016200002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

v

Skripsi ini dipersembahkan kepada: Keluarga tersayang:

Ayahku Endang Suherman dan Ibuku Udeh Sugiarti

Semoga selalu dalam ridha dan lindungan Allah SWT sebagaimana ayah dan ibu selalu melindungiku dalam murninya cinta dan tulusnya kasih sayang

yang ayah dan ibu berikan padaku. Adikku Nasrudin Gunawan

Keluarga besarku

Para Dosen dan Guruku

Sahabat-sahabatku dan Rekan-Rekan Pendidikan Kimia Angkatan 2011 UIN Jakarta

Almamaterku: Program Studi Pendidikan Kimia. Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah


(7)

vi

LEMBAR MOTTO

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (5) sesungguhnya

sesudah kesulitan itu ada kemudahan (6)” QS. Al-Insyirah [94]: 5-6

Laut, hamparan luas air yang terbatas. Tercipta dari kumpulan molekul-molekul H2O yang berharmoni dengan indah. Cakrawala biru pun menyatu dengannya hingga membentuk lukisan alam yang luar biasa. Kawan, begitu pula sejatinya kesuksesan. Dia terbentuk dari ikatan kovalen mimpi-mimpi

yang bereaksi dengan katalis ikhtiar dan do’a. Kesuksesanpun dapat dilukis

dengan kreativitas tanpa batas dengan siluet optimisme dan cakrawala ilmu. Apakah kau masih diam saja? Segera raih kesuksesan lewat jalan terbaikmu.


(8)

vii ABSTRAK

Mira Rizki (NIM: 1111016200002). Pengembangan Buku Suplemen Kimia Berbasis Sains Teknologi Mayarakat (STM) pada Materi Kimia Polimer. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan buku suplemen kimia berbasis sains teknologi mayarakat (STM) pada materi kimia polimer serta mengetahui respon guru dan siswa terhadap buku tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif melalui tiga tahap yaitu tahap perancangan, produk, dan evaluasi. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Pada tahap persiapan dihasilkan indikator buku suplemen yang telah diintegrasikan dengan lima ranah STM untuk dijadikan acuan dalam mengembangkan buku suplemen. Pada tahap produk dihasilkan buku suplemen yang telah divalidasi oleh 3 orang dosen. Tahap evaluasi buku suplemen diuji cobakan pada 3 orang guru kimia dan 41 orang siswa kelas XII MIA 4 SMAN 3 Karawang. Produk divalidasi dan direspon berdasarkan aspek kelayakan isi, sajian, bahasa, dan grafika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa buku suplemen yang dikembangkan memiliki karakteristik penyajian materi antara konsep dan aplikasi serta dampaknya disajikan secara seimbang dengan mengintegrasikan ranah sains teknologi masyarakat agar pembaca lebih peduli mengenai lingkungan tempat tinggalnya sehingga pembaca akan merasakan bahwa ilmu kimia berhubungan erat dengan kehidupannya sehari-hari. Hasil uji coba terbatas mendapatkan total skor respon guru sebesar 80,61% termasuk dalam kategori layak dengan predikat baik. Hasil respon siswa mendapatkan total skor sebesar 82,01% termasuk dalam kategori layak dengan predikat baik.

Kata kunci: buku suplemen; sains teknologi masyarakat; kimia polimer; deskriptif.


(9)

viii ABSTRACT

Mira Rizki (NIM: 1111016200002). Development of Science Technology and Society-Based (STS) Chemistry Suplement Books on Polymer Chemistry. The aims of the research were to produce a science society technology (STS) based chemistry supplementary books on polymer chemistry and to know the

teacher and students’ response about the book. The research method was descriptive qualitative including three phases; planning, producing, and evaluating. Then, the data were analyzed descriptively. In planning phase, the result of supplement book indicator was integrated within five STM domains in to become a reference in developing the next supplement book. In producing phase, there were three experts who have been validated the data of supplement book. In evaluating phase, the supplement book was examined by three chemistry teacher and forty-one students XII MIA 4 of SMAN 3 Karawang. The product had been validated and responded based on reasonable content, presentation, language, and graphic arts. The result of the research shows the supplement book which has been developed had characteristics in presenting the material between the concept and the application, also the impact itself was presented equally within integrating the domain of science technology and society, so that the readers will feel there was a relation between chemistry and their daily activity environment. The result

of limited trial was the teacher’s responses score 80.61% including to a proper category with good predicate. The result from the students’ response was 82.01

including to a proper category with good predicate.

Keywords: book suplement; science technology society; polymer chemistry; descriptive.


(10)

ix Bismillahirrahmanirrahiim

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Rasa syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Bersyukur atas limpahan taufiq, hidayah, dan inayah-Nya sehingga sampai saat ini kita masih dalam keadaan sehat wal afiat dan dalam benteng iman dan islam. Shalawat dan salam semoga terhaturkan pada baginda Rasulullah Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya serta para pengikutnya hingga akhir zaman.

Alhamdulillah, penyusunan skripsi yang berjudul “Pengembangan Buku Suplemen Kimia Berbasis Sains Teknologi Masyarakat pada Materi Kimia Polimer” dapat terselesaian dengan baik. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak, baik dalam bentuk moril, material, maupun spiritual. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terimakasih dan semoga Allah SWT memberikan rahmat-Nya kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Baiq Hana Susanti, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Burhanudin Milama, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus dosen penguji I.

4. Dedi Irwandi, M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi I dan dosen pembimbing akademik (PA) yang telah memberikan ilmu, pengalaman, bimbingan, saran, motivasi, kesabaran, dan waktunya dalam membimbing skripsi penulis.

5. Evi Sapinatul Bahriah, M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan ilmu, pengalaman, bimbingan, saran, motivasi, kesabaran, dan waktunya dalam membimbing skripsi penulis.


(11)

6. Nanda Saridewi, M.Si., selaku validator produk dan instrumen yang telah memberikan ilmu dan saran yang konstruktif dan membangun dalam penyusunan penelitian penulis sekaligus dosen penguji II.

7. Salamah Agung, Ph.D., selaku validator produk dan instrumen yang telah memberikan ilmu dan saran yang membangun dalam penyusunan skripsi ini. 8. Buchori Muslim, M.Pd., selaku validator produk dan instrumen yang telah

memberikan ilmu dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

9. Seluruh dosen dan jajaran Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta atas segala ilmu dan kebaikan Bapak serta Ibu selama penulis menuntut ilmu di program studi pendidikan kimia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

10. Asep Mulyana, S.Pd. MM., selaku kepala SMAN 3 Karawang yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian.

11. Ismadi Rajab, M.Si., Tri Erna Susanti, S.Pd., N. Rosmanah, S.Pd., selaku guru mata pelajaran kimia SMAN 3 Karawang yang telah membantu penulis selama penelitian ini dan menjadi responden terhadap buku suplemen, serta seluruh siswa kelas XII MIA 4, selaku responden selama uji coba produk. 12. Kedua orang tua tersayang Endang Suherman dan Udeh Sugiarti, terimakasih

atas segala doa, kasih sayang, bantuan baik moriil serta materiil, perhatian, dan semangat yang selalu kalian berikan setiap saat. Semoga kalian selalu dalam lindungan Allah SWT.

13. Nenek dan Kakek tersayang H. Tarsa dan H. Karti serta seluruh keluarga penulis, terimakasih atas segala doa, semangat, dan perhatiannya setiap saat. Serta adikku tersayang Nasrudin Gunawan, yang telah memberikan doa, perhatian, dan semangat.

14. Riska Fitriyani, Dwi Lestari, dan Maried A.O, selaku teman seperjuangan pembuatan buku suplemen yang selalu berbagi ilmu, diskusi, sama-sama berjuang, saling membantu dalam menyelesaikan setiap masalah yang dihadapi dalam mengerjakan skripsi.


(12)

15. Sahabat Safinah mahabbah Asih Kurniasari, Siti Rodliyatun Mardliah, Rahayu Rahmawati Dewi, Novitasari, Deccia Citra, Dewi Agustina, Siska Fauzi, Nurazizah Putri, Acelia Kencana Puri, Zhahida, Ika Humaeroh, Damartyas Hidayati, Mar’atus Sholehah L, Dian Nurmala WS, Mutiah, serta seluruh teman-teman bimbingan Pak Dedi dan Bu Evi, dan seluruh keluarga besar kimia 2011 yang juga sedang berjuang meraih kesuksesannya, dimanapun kalian berada, terima kasih telah memberikan banyak pelajaran, saling memotivasi, dan pengalaman berharga kepada penulis, semoga Allah SWT mengumpulkan kita dalam kebaikan.

16. Sahabat senyawa Chitra Meita M, Wina Oktaviana, Novia Isna, Fungky Kais L, Euis Ulfa, Nana, Friska Amelia, Milawati N, Ima Habroh S, Islamia Azani, Ira Siti NJ, Imma Amalia K, Rizka Amalia R, Very Novia, Adhimas Agung, Hilman Z, Ahmad M Yusuf, Shella Agustine, yang telah mengajarkan penulis untuk tetap semangat, saling mendoakan, berbagi suka dan duka, menghargai perbedaan, dan saling mendukung dalam hal kebaikan.

17. Rekan-rekan Pengurus Association of Chemistry Education (ACE) UIN Jakarta Periode 2014 dan Tapak Suci UIN Jakarta, yang telah membantu meninggalkan rekam jejak perjuangan demi membawa perubahan dan pembaharuan dari kita untuk Prodi Pendidikan Kimia dan UIN Jakarta yang lebih maju. Semoga Allah meridhoi langkah perjuangan kita.

18. Seluruh pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini, yang tak dapat penulis ucapkan satu per satu. Terimakasih atas bantuannya.

Semoga segala perhatian, motivasi, dan bantuannya dibalas oleh Allah SWT sebagai amal kebaikan. Penulis akui bahwa keterbatasan ilmu pengetahuan, kemampuan, dan wawasan dalam penyusunan menjadikan skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun demiian semoga karya ini bermanfaat.

Wassalamua’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, April 2016


(13)

xii

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 5

C.Pembatasan Masalah ... 6

D.Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORITIS, PENELITIAN RELEVAN, DAN KERANGKA BERPIKIR ... 9

A.Bahan Ajar ... 9

1. Pengertian Bahan Ajar ... 9

2. Fungsi Bahan Ajar ... 10

3. Jenis-Jenis Bahan Ajar ... 10

4. Ciri-Ciri Bahan Ajar yang Baik ... 11

5. Prinsip Pengembangan Bahan Ajar ... 12

6. Peranan Pengembangan Pembelajaran ... 12

7. Langkah-langkah Pengembangan Bahan Ajar ... 13

B.Buku ... 16

1. Pengertian Buku Suplemen ... 16

2. Perbedaan Buku Suplemen dan Buku Teks ... 17

3. Jenis-Jenis Buku Suplemen ... 18

4. Langkah-Langkah Mengembangkan Buku Suplemen ... 19

5. Komponen Dasar dan Komponen Utama Buku Pengayaan ... 21


(14)

xiii

1. Kaitan antara Sains, Teknologi, dan Masyarakat ... 24

2. Pengertian Sains Teknologi Masyarakat ... 25

3. Karakteristik Sains Teknologi Masyarakat ... 26

4. Ranah Sains Teknologi Masyarakat ... 27

5. Tahapan Sains Teknologi Masyarakat ... 29

D.Pengembangan Buku Suplemen Berbasis STM ... 30

E. Kimia Polimer ... 31

1. Pengertian Polimer ... 31

2. Penggolongan Polimer ... 31

3. Kegunaan Polimer ... 34

F. Penelitian Relevan ... 36

G.Kerangka Berpikir ... 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 40

A.Tempat dan Waktu Penelitian ... 40

B.Metode Penelitian ... 40

C.Objek dan Subjek Penelitian ... 40

D.Desain Penelitian ... 41

1. Tahap Perancangan ... 41

2. Tahap Produksi ... 43

3. Tahap Evaluasi ... 43

E. Instrumen Penelitian ... 46

1. Pedoman Wawancara ... 46

2. Daftar Ckecklist ... 46

3. Lembar Validasi ... 47

4. Angket Respon ... 48

F. Teknik Pengumpulan Data ... 50

G.Teknik Pengolahan Data ... 51

1. Data Lembar Validasi ... 51

2. Data Angket Respon ... 51


(15)

xiv

A.Kesimpulan ... 106

B.Saran ... 107

DAFTAR PUSTAKA ... 108


(16)

xv

Gambar 2.1 Tahapan Pengembangan Media dan Bahan Belajar ... 14

Gambar 2.2 Prosedur Pengembangan Bahan Ajar ... 16

Gambar 2.3 Keterkaitan Sains Teknologi Masyarakat ... 25

Gambar 2.4 Ranah STM ... 27

Gambar 2.5 Tahapan Model Sains Teknologi Masyarakat ... 30

Gambar 2.6 Kerangka Berpikir ... 39

Gambar 3.1 Desain Penelitian ... 45

Gambar 4.1 Buku Suplemen yang Dianalisis ... 56

Gambar 4.2 Contoh Cuplikan Materi Kimia Polimer pada Bahan Ajar ... 58

Gambar 4.3 Sistematika Pengembangan Buku Suplemen ... 63

Gambar 4.4 Desain Sampul Buku ... 64

Gambar 4.5 Cuplikan Lembar Identitas Buku ... 65

Gambar 4.6 Cuplikan Kata Pengantar dalam Buku Suplemen ... 65

Gambar 4.7 Cuplikan Panduan untuk Pembaca ... 66

Gambar 4.8 Cuplikan Daftar Isi Pada Buku Suplemen... 67

Gambar 4.9 Cuplikan Lembar Dedikasi... 67

Gambar 4.10 Cuplikan Kode-Kode Plastik ... 68

Gambar 4.11 Contoh Ranah Konsep ... 69

Gambar 4.12 Contoh Ranah Proses ... 70

Gambar 4.13 Contoh Ranah Kreatifitas ... 70

Gambar 4.14 Contoh Ranah Sikap ... 71

Gambar 4.15 Contoh Ranah Aplikasi dan Keterkaitan ... 72

Gambar 4.16 Cuplikan Daftar Pustaka... 72

Gambar 4.17 Cuplikan Glosarium ... 73

Gambar 4.18 Cuplikan Profil Penulis ... 73

Gambar 4.19 Penulisan Keterangan Gambar Sebelum dan Sesudah Revisi ... 74

Gambar 4.20 Penulisan Kata Ilmiah dan Kata Asing Sebelum dan Sesudah Revisi ... 75


(17)

xvi

Gambar 4.25 Kalimat yang Digunakan Sebelum dan Sesudah Revisi ... 80

Gambar 4.26 Identitas Buku Sebelum dan Sesudah Revisi ... 82

Gambar 4.27 Cover Buku Sebelum dan Sesudah Revisi ... 83

Gambar 4.28 Daftar Isi Sebelum dan Sesudah Revisi ... 84

Gambar 4.29 Konten Sebelum dan Sesudah Revisi ... 84

Gambar 4.30 Penambahan Gambar pada Sub Bab Sebelum dan Sesudah Revisi . 85 Gambar 4.31 Proses Pembuatan Botol Sebelum dan Sesudah Revisi ... 86

Gambar 4.32 Gambar Teflon Sebelum dan Sesudah Revisi ... 86

Gambar 4.33 Contoh Cuplikan Butir Pernyataan Motivasi Berkreasi dan berinovasi ... 86

Gambar 4.34 Contoh Cuplikan Butir Pernyataan Spiritual ... 87

Gambar 4.35 Contoh Cuplikan Butir Pernyataan Motivasi Berpikir Lebih Jauh .. 87


(18)

xvii

Tabel 2.1 Jenis dan Karakteritik Bahan Ajar Noncetak ... 11

Tabel 2.2 Perbedaan antara Buku Teks dan Buku Suplemen ... 17

Tabel 2.3 Jenis-Jenis Buku Suplemen ... 18

Tabel 2.4 Komponen Dasar Buku Pengayaan... 21

Tabel 2.5 Komponen Utama Buku Pengayaan ... 22

Tabel 2.6 Kompetensi Dasar Kimia Polimer ... 31

Tabel 2.7 Jenis Polimer dan Kegunaannya ... 34

Tabel 3.1 Indikator Wawancara ... 46

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Lembar Validasi ... 47

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Angket Respon Guru ... 49

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen Angket Respon Siswa ... 49

Tabel 3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 50

Tabel 3.6 Kriteria Penskoran Skala Guttman ... 51

Tabel 3.7 Kriteria Penskoran Skala Rating Scale ... 51

Tabel 3.8 Total Skor Akhir dan Maknanya ... 53

Tabel 4.1 Hasil Wawancara Guru ... 54

Tabel 4.2 Ketersediaan Buku Suplemen Kimia ... 55

Tabel 4.3 Hasil Analisis Indikator Buku Suplemen ... 56

Tabel 4.4 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar ... 58

Tabel 4.5 Hasil Analisis Indikator ... 59

Tabel 4.6 Jenis dan Ukuran Huruf pada Buku Suplemen ... 60

Tabel 4.7 Materi untuk Buku Suplemen Kimia ... 61

Tabel 4.8 Hasil Validasi ... 81

Tabel 4.9 Saran dan Komentar Validator ... 81

Tabel 4.10 Perkembangan Validitas Angket Respon ... 87


(19)

xviii

Lampiran 3 Analisis Buku Suplemen ... 124

Lampiran 4 Indikator Pembelajaran ... 127

Lampiran 5 Materi Buku Suplemen ... 130

Lampiran 6 Buku Suplemen Awal ... 142

Lampiran 7 Validasi Instrumen Validasi Produk ... 242

Lampiran 8 Validasi Produk... 246

Lampiran 9 Perhitungan Validasi Produk ... 263

Lampiran 10 Buku Suplemen Setelah Validasi ... 265

Lampiran 11 Angket Respon Guru dan Siswa ... 365

Lampiran 12 Hasil Validasi Angket ... 371

Lampiran 13 Hasil Perhitungan Validasi Angket ... 419

Lampiran 14 Hasil Angket Guru dan Siswa ... 420

Lampiran 15 Hasil Perhitungan Angket Guru dan Siswa ... 437

Lampiran 16 Dokumentasi Penelitian ... 441

Lampiran 17 Surat Izin Penelitian ... 442


(20)

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

UU No 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, menyatakan bahwa

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Dalam UU tersebut juga disebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional

adalah “untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (UU No. 20 Tahun 2003). Oleh karena itu pendidikan dianggap memberikan jaminan bagi peningkatan taraf hidup dan pendakian ditangga sosial (Tirtaraharja, 2008, hal. 245). Sehingga pendidikan merupakan suatu hal yang penting untuk menentukan kemajuan suatu bangsa. Pendidikan akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dari segi kognitif, spiritual, dan keterampilan. Jika output dari proses pendidikan ini buruk, maka dapat dikatakan pula bangsa tersebut gagal.

Proses pembelajaran adalah proses penyampaian informasi melalui media tertentu kepada penerima informasi. Terkadang terjadi kegagalan dalam proses penyampaian informasi tersebut. Kegagalan tersebut terjadi karena beberapa faktor diantaranya kemampuan pedagodi pendidik, keutuhan pencapaian sasaran, kurikulum, pendayagunaan teknologi pendidikan (bahan ajar), sarana dan prasarana belajar, dan sistem evaluasi yang diterapkan (Tirtaraharja, 2008, hal. 234). Kurikulum merupakan suatu pedoman pendidikan atau pengajaran. Kurikulum yang digunakan di Indonesia telah beberapa kali mengalami perubahan. Perubahan ini berdampak pada tidak terpakainya lagi buku paket


(21)

siswa dan buku pegangan guru beserta perangkat lainnya karena harus diganti dengan buku-buku yang baru untuk menyesuaikan kurikulum yang sedang digunakan (Tirtaraharja, 2008, hal. 236).

Buku sebagai salah satu sumber informasi, disadari penting peranannya dalam proses pendidikan. Kebutuhan akan buku semakin terasa di daerah-daerah yang karena berbagai hal belum memiliki sumber informasi lainnya seperti media elektronik (Paembonan, 1990, hal. 23). Dalam Peraturan Pemerintah nomor 16 tahun 2007 tentang standar kompetensi guru yaitu bahwa guru diharapkan mampu mengembangkan materi pembelajaran secara kreatif. Berdasarkan Peraturan Pemerintah tersebut jelas bahwa guru diharapkan mampu mengembangkan buku ajar sebagai salah satu bahan ajar dalam pembelajaran. Namun permasalahan yang terjadi sekarang ini masih banyak guru yang kesulitan dalam mengembangkan bahan ajar dan tergantung pada bahan ajar yang sudah tersedia. Sedangkan kebutuhan siswa akan ilmu pengetahuan tidak cukup hanya bersumber pada satu buku saja. Dalam pendidikan formal, buku yang baik memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan dan pengalaman peserta didik, maka di luar pendidikan formal, buku merupakan sumber informasi utama (Paembonan, 1990, hal. 23).

Menteri Pendidikan Nasional Nomor 2 tahun 2008 pasal 6 (2) menyatakan bahwa selain buku teks pelajaran, pendidik dapat menggunakan buku panduan pendidik, buku suplemen, dan buku referensi dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara, beberapa guru masih ada yang belum tahu tentang buku suplemen, selain itu ada yang mengira bahwa buku suplemen berisi latihan soal-soal. Buku suplemen menurut Kurniasari (2014, hal. 463) adalah buku yang dipergunakan untuk mendampingi atau melengkapi buku utama. Buku suplemen merupakan buku yang dapat memperkaya dan meningkatkan penguasaan ipteks, keterampilan, dan membentuk kepribadian peserta didik, pendidik, pengelola pendidikan, dan masyarakat lainnya. Buku jenis ini tidak semata-mata dimaksudkan hanya untuk peserta didik namun dapat pula digunakan oleh pihak lain atau masyarakat pada umumnya (Pusat Perbukuan, 2008, hal 8). Buku suplemen dibutuhkan untuk menambah


(22)

kreativitas dan pengetahuan siswa. Dalam pembelajaran, dibutuhkan banyak sumber agar pengetahuan anak berkembang, tidak hanya aspek kognitifnya tapi juga aplikasi dan penerapannya.

Akhir-akhir ini, upaya pengembangan buku suplemen sudah banyak dilakukan. Misalnya, Dwi Astuti Dian Kurniasari mengembangkan buku suplemen IPA terpadu dengan tema pendengaran kelas VIII dinyatakan valid yang memenuhi kriteria materi, penyajian, bahasa, dan grafika, termasuk dalam kriteria praktis, dan ketuntasan klasikal siswa sebesar 97% yang menunjukkan bahwa buku suplemen efektif dijadikan sebagai pendamping buku teks utama (Kurniasari, 2014, hal. 467).

Bahan pembelajaran pada buku suplemen yang di buat harus lebih aplikatif, jadi dapat lebih meningkatkan minat baca siswa, karena tidak hanya sekedar konsep yang mereka dapatkan tapi kegunaan untuk kehidupannya juga. Buku suplemen tersebut harus mengikuti perkembangan trend. Materi yang disuguhkan di jelaskan secara jelas dan luas dan bisa mengungkapkan masalah yang terjadi di masyarakat (Saefudin, 2015). Bahasa yang digunakan mudah dipahami siswa, gambar yang menarik dan berwarna sehingga anak tertarik untuk membaca (Nurlaelasari, 2015). Sesuai penelitian yang dilakukan oleh

Kurniasari (2014, hal 463) bahwa “diperlukan suatu inovasi bahan ajar yang mudah dipahami dengan penggunaan kata-kata sederhana tetapi tetap tidak mengesampingkan makna yang sesungguhnya serta menampilkan

ilustrasi-ilustrasi yang menarik.”

Sehubungan dengan perubahan kurikulum, saat ini Indonesia sedang menerapkan Kurikulum 2013. Salah satu karakteristik Kurikulum 2013 adalah siswa yang telah belajar di sekolahnya harus bisa mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat (Permendikbud RI No. 69, 2013, hal. 3). Masalah pokok pendidikan saat ini adalah bagaimana pendidikan dapat membekali peserta didik dengan segala macam ketampilan yang mantap untuk dapat mengaplikasikan ilmu yang mereka terima selama pendidikannya sehingga berguna bagi masyarakat sekitar. Saat ini pembelajaran dan buku yang tersedia


(23)

di sekolah hanya menjelaskan bagian kognitifnya saja yang dapat terpenuhi namun untuk bagian psikomotor dan penerapan dalam kehidupan sehari-hari masih kurang (Zul, 2015). Untuk itu, diperlukan pembelajaran kimia yang memberikan pemahaman bahwa segala sesuatu yang kita hadapi dalam kehidupan ini mengandung aspek sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat sebagai satu kesatuan serta saling mempengaruhi secara timbal balik (Nugraheni, 2013, hal. 34).

Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) mengaitkan pembelajaran sains dengan teknologi serta manfaatnya bagi masyarakat. Sehingga konsep yang telah dipelajari oleh peserta didik dapat bermanfaat untuk dirinya dan untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi di masyarakat tempat tinggalnya. Mengingat kemajuan teknologi seperti sekarang ini diharapkan manusia dapat memanfaatkan teknologi tersebut agar dapat memelihara produk teknologi dan dijadikan pedoman untuk mengatasi kesulitan yang ada. Untuk itu peserta didik diharapkan menjadi anggota masyarakat yang mampu menguasai sains dan teknologi serta memanfaatkannya bagi kesejahteraan masyarakat (Poedjiadi, 2010, hal. 96).

Ilmu kimia merupakan salah satu ilmu yang sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia, terutama kimia polimer yang saat ini tidak hanya berhubungan dengan material dan tidak hanya penting secara komersil, namun juga sudah menjadi bagian dari keseharian kita. Namun, dalam pembelajaran di kelas XII, materi tentang kimia polimer hanya membahas mengenai jenisnya, sifatnya, dan reaksi pembentukannya. Hal ini disebabkan oleh alokasi waktu yang kurang memadai sehingga guru kesulitan untuk menjelaskan materi lebih mendalam mengenai kimia polimer karena siswa lebih difokuskan untuk persiapan menghadapi UN kelas XII dengan materi yang banyak (Zul, 2015).

Buku pada materi kimia polimer umumnya hanya memuat sedikit contoh polimer untuk kehidupan sehari-hari (Teti, 2015). Buku yang telah ada hanya mencakup reaksi pembentukan polimer, penggolongan polimer, sifat fisik polimer, dampak negatif dan penanggulangannya secara umum. Padahal polimer merupakan bahan yang sering dijumpai dan akrab dengan kehidupan


(24)

peserta didik. Contohnya kemasan plastik makanan, kantong belanja, tekstil untuk baju, sendok plastik, botol susu, mainan anak-anak, peralatan olahraga, dan peralatan medis.

Selain itu, materi yang ada cenderung hanya membahas mengenai konsep sains tapi belum dikaitkan dengan permasalahan dalam masyarakat atau lingkungan tempat peserta didik tinggal. Hal ini bisa dilihat dari kurangnya pemahaman peserta didik dan masyarakat tentang pemakaian dan bahaya dari penggunaan kemasan pangan plastik dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya menggunakan kembali botol kemasan minuman yang sudah dipakai, bahkan mengisi ulang botol minuman dengan air panas tanpa tahu dampak negatif bagi kesehatan.

Minimnya pengetahuan dan kesadaran peserta didik dan masyarakat mengenai penanganan limbah plastik menimbulkan masalah yang cukup meresahkan bagi lingkungan, karena limbah plastik yang kian bertambah setiap harinya menjadikan Indonesia menjadi peringkat kedua dunia sebagai penghasil sampah plastik ke Laut setelah Tiongkok (MenLHK, 2016). Hal ini menjadikan alasan bagi Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) untuk melakukan ujicoba penerapan kebijakan kantong plastik berbayar mulai tanggal 21 Februari 2016. Oleh karena itu, peserta didik dan masyarakat membutuhkan wawasan yang lebih luas dan mendalam, bukan hanya mengenai konsep-konsep ilmu pengetahuan, tetapi ditambahkan mengenai pengaruh ilmu pengetahuan dan teknologi bagi masyarakat (Nuryanto & Binadja, 2010, hal. 553).

Penelitian mengenai kimia polimer ini telah dilakukan oleh Hervici yang berjudul pengembangan modul kimia polimer berbasis kontekstual sebagai sumber belajar mandiri peserta didik SMA/MA kelas XII semester 2 mendapatkan hasil bahwa modul kimia polimer berbasis kontekstual yang dikembangkan layak digunakan sebagai sumber belajar mandiri bagi peserta didik kelas XII SMA/MA. Berdasarkan penilaian dari 3 orang guru kimia mendapatkan skor 99 dengan persentase keidealan 90% atau dengan kategori Baik (B). Resom 10 orang peserta didik diperoleh skor 19,6 dengan persentase


(25)

keidealan sebesar 98% atau dengan kategori Sangat Baik (SB). Penelitian ini memiliki kekurangan yaitu modul yang digunakan hanya dinilai oleh 10 peserta didik saja dan tidak diujicobakan dalam kegiatan belajar mengajar serta penelitian yang dilakukan mengenai materi kimia polimer belum banyak dilakukan (Hervici, 2013, hal. 81).

Atas dasar masalah yang diuraikan di atas, peneliti tertarik untuk mengembangkan media pembelajaran berbentuk buku suplemen berbasis sains teknologi masyarakat sebagai penunjang pembelajaran peserta didik.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka dapat di identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Guru masih kesulitan dalam mengembangkan buku suplemen dan masih tergantung pada bahan ajar yang sudah tersedia.

2. Materi yang diberikan belum menerapkan konsep-konsep sains dengan teknologi dan masyarakat atau lingkungan tempat peserta didik tinggal. 3. Peserta didik dan masyarakat belum mengetahui penggunaan plastik dengan

baik dan benar, contohnya menggunakan kembali botol kemasan yang sudah digunakan tanpa tahu dampak bagi kesehatan dan lingkungan.

C.Pembatasan Masalah

Agar penelitian lebih terfokus maka dibuat batasan masalah sebagai berikut:

1. Buku suplemen yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah buku suplemen berbasis sains teknologi masyarakat (STM) dengan menggunakan ranah konsep; ranah proses; ranah sikap; ranah kreativitas; ranah aplikasi dan keterkaitan.


(26)

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimanakah pengembangan buku suplemen kimia berbasis sains teknologi masyarakat (STM) pada materi kimia polimer dengan tema plastik?

2. Bagaimanakah respon guru dan siswa terhadap buku suplemen kimia berbasis sains teknologi masyarakat (STM) pada materi kimia polimer dengan tema plastik?

E.Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:

1. Menghasilkan buku suplemen kimia berbasis sains teknologi masyarakat (STM) pada materi kimia polimer dengan tema plastik.

2. Mengetahui respon guru dan siswa terhadap buku suplemen kimia berbasis sains teknologi masyarakat (STM) pada materi kimia polimer dengan tema plastik.

F.Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Siswa

a. Meningkatkan motivasi siswa untuk mempelajari ilmu kimia. b. Memudahkan memahami materi kimia khususnya kimia polimer. c. Mampu mengaitkan hubungan antara konsep sains dengan teknologi

dan masyarakat atau lingkungan tempat peserta didik tinggal. 2. Bagi Guru

a. Dapat dijadikan sebagai suplemen bahan ajar.

b. Membantu guru dalam memberikan pemahaman yang lebih bermakna bagi peserta didik tentang kimia polimer agar dapat berguna bagi masyarakat.


(27)

3. Bagi Peneliti

a. Menghasilkan buku suplemen berbasis sains teknologi masyarakat materi kimia polimer.

b. Menambah pengetahuan mengenai pengembangan buku suplemen khususnya berbasis sains teknologi masyarakat.

c. Menjadi referensi dalam penelitian selanjutnya. 4. Bagi Masyarakat

a. Dapat digunakan sebagai sumber pengetahuan dan menambah wawasan mengenai kimia polimer dan kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.


(28)

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA BERPIKIR A.Bahan Ajar

1. Pengertian Bahan Ajar

Bahan ajar adalah segala bentuk bahan (materials) berupa materi yang disusun secara sistematis untuk membantu guru dalam kegiatan pembelajaran (Direktorat Pembinaan SMA, 2010, hal 27). Bahan ajar di kenal dengan istilah teaching materials yang di pandang sebagai materi yang di buat untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran yang meliputi buku teks, video dan audio tapes, software computer, dan alat bantu visual. Bahan ajar adalah seperangkat bahan yang disusun secara sistematis untuk kebutuhan pembelajaran yang bersumber dari berbagai macam media (Yaumi, 2013, hal. 244). Menurut Pannen (dalam Setiawan, 2007, hal. 1.5) bahan ajar adalah bahan atau materi yang disusun secara sistematis, yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Bahan ajar adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisikan materi pembelajaran, metode, batasan-batasan dan cara mengevaluasi yang didisain secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu mencapai kompetensi atau subkompetensi dengan segala kompleksitasnya (Widodo, 2008, hal. 40). Bahan ajar menampilkan sejumlah kompetensi yang harus dikuasai siswa melalui materi-materi pembelajaran yanng terkandung di dalamnya. “Bahan ajar diartikan juga sebagai segala bentuk bahan yang disusun secara sistematis yang memungkinkan siswa dapat belajar dengan dirancang sesuai kurikulum

yang berlaku” (Lestari, 2013, hal. 1).

Merujuk dari pengertian dari beberapa ahli mengenai bahan ajar, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis berupa informasi tertulis atau tidak tertulis dalam proses pembelajaran untuk mencapai standar kompetensi.


(29)

2. Fungsi Bahan Ajar

Menurut panduan pengembangan bahan ajar Direktorat pembinaan SMA (2008, hal 6) bahan ajar berfungsi sebagai:

1. Pedoman bagi guru yang akan megarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya diajarkan kepada siswa,

2. Pedoman bagi siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari/dikuasainya,

3. Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran. 3. Jenis-jenis Bahan Ajar

Setiawan (2007, hal 7-14) mengelompokkan jenis bahan ajar ke dalam 2 kelompok besar berdasarkan pada pendapat beberapa ahli, yaitu bahan ajar cetak dan bahan ajar noncetak.

a. Bahan ajar cetak adalah sejumlah bahan yang disiapkan dalam kertas, yang dapat berfungsi untuk keperluan pembelajaran atau penyampaian informasi. Rowntree (dalam Setiawan, 2007, hal 10) mengakategorikan bahan ajar cetak sebagai berikut.

1) Buku, pamflet, dan lain-lain bahan cetaj yang dipublikasikan atau khusus ditulis dan dikembangkan untuk keperluan tertentu.

2) Panduan belajar siswa yang sengaja dikembangkan untuk melengkapi buku baku atau buku utama yaitu buku suplemen.

3) Bahan belajar mandiri, yang sengaja dikembangkan untuk program pendidikan jarak jauh, contohnya modul.

4) Buku kerja guru maupun siswa yang sengaja dikembangkan untuk melengkapi program-program audio, video, komputer, dan lain-lain. 5) Panduan praktikum dan lain-lain.

b. Bahan ajar noncetak untuk keperluan pembelajaran tersedia di pasaran dalam jumlah yang terus meningkat. Bahan ajar noncetak berupa


(30)

program audio, bahan ajar display, model, overhead trasparencies (OHT), video dan bahan ajar berbantuan komputer.

Tabel 2.1 Jenis dan Karakteristik Bahan Ajar Noncetak Jenis Bahan

Ajar Noncetak

Karakteristik 1) Bahan ajar

display

Semua materi tulisan maupun gambar yang dapat ditampilkan di dalam kelas, kelompok kecil ataupun siswa secara perorangan tanpa menggunakan alat proyeksi. Contohnya flipchart, adhesive, chart, poster, peta, foto, dan realia

2) Overhead

Transparen cies (OHT)

Biasanya berupa imej tekstual dan grafik dalam lembar transparan yang dapat dipresentasikan di depan kelas atau kelompok dengan menggunakan OHP.

3) Audio Suara, musik, dan kata-kata yang dapat digunakan untuk pembelajaran langsung, terutama untuk pengajaran bahasa. Contoh radio dan kaset audio. 4) Video Segala sesuatu yang memungkinkan sinyal audio

dapat dikombinasikan dengan gambar bergerak secara sekuensial. Contoh kaset video dan siaran televisi.

5) Berbasis Komputer

Berbagai jenis bahan ajar noncetak yang membutuhkan komputer untuk menayangkan sesuatu untuk belajar. Memudahkan pembelajaran seperti penggunaan internet untuk pembelajaran, power point.

4. Ciri-Ciri Bahan Ajar yang Baik

Sebuah buku teks dikatakan baik jika buku tersebut mampu menyampaikan pesan (ilmu pengetahuan) melalui penggunaan kata-kata dan ilustrasi gaya penyajian yang jelas, logis, kreatif dan mudah dipahami oleh pembacanya. Sementara itu, berdasarkan kriteria penilaian bahan ajar berupa buku pelajaran, setidaknya ada empat syarat terpenuhi bila sebuah bahan ajar dikatakan baik, diantaranya cakupan materi atau isi sesuai dengan kurikulum, penyajian materi memenuhi prinsip belajar, bahasa dan keterbacaan baik, format buku atau grafika menarik (Riyanto, 2013, hal. 29).


(31)

5. Prinsip Pengembangan Bahan Ajar

Ada beberapa prinsip dalam pemilihan bahan ajar, yaitu sebagai berikut: (Zulfiani, dkk. 2009, hal. 39-40)

a. Prinsip relevansi atau keterkaitan materi sesuai dengan tuntutan Standar Kompetensi/Kompetensi Dasar;

b. Prinsip konsistensi atau keajegan, dimaksudkan jika kompetensi dasar yang harus dicapai siswa ada empat macam, maka bahan ajarnya pun harus empat macam;

c. Prinsip adukasi atau kecukupan adalah kecukupan materi dalam bahan ajar untuk mencapai kompetensi seperti yang diajarkan oleh guru.

6. Peranan Pengembang Pembelajaran

Yaumi (2013, hal 247-249) berpendapat bahwa terdapat dua macam pengembangan pembelajaran, yaitu:

a. Pengembang pembelajaran sekaligus sebagai guru, dosen, atau instruktur. Peran guru, dosen, atau instruktur bukan hanya sebagai pemberi pelajaran yang menyajikannya di depan kelas, namun sebagai pengembang pembelajaran termasuk juga mengembangkan bahan pembelajaran (bahan ajar), karena yang mengetahui secara komprehensif kebutuhan peserta didik adalah guru, dosen, dan instruktur.

b. Pengembang pembelajaran yang bukan sebagai guru, dosen, dan instruktur. Sebaiknya bekerja sama dengan tim yang bertanggung jawab pada desain, pengembangan dan implementasi pendidikan dan pelatihan. Serta melibatkan tim yang berasal dari konsultasi pengembang pembelajaran, personel pelatih atau intruktur, guru dan staf pengajar yang terdapat di universitas khususnya dalam fakultas dan jurusan pendidikan.


(32)

7. Langkah-langkah pembuatan bahan ajar

Direktorat Pembinaan SMA memaparkan langkah-langkah penyusunan bahan ajar antara lain: (Direktorat Pembinaan SMA, 2010, hal. 28-29) a. Analisis kebutuhan bahan ajar, meliputi:

1) Analisis KI/KD

Analisis KI-KD adalah kegiatan yang menelaah setiap kompetensi dasar yang ada pada standar kompetensi yang memerlukan bahan ajar, sehingga dapat diketahui berapa banyak bahan ajar yang harus disiapkan dalam satu semester tertentu dan jenis bahan ajar mana yang dipilih.

2) Analisis sumber belajar.

Analisis sumber belajar adalah kegiatan menginventarisasi ketersediaan sumber belajar yang dikaitkan dengan kebutuhan bahan ajar yang akan dikembangkan, sehingga diperoleh kesesuaian dan kemudahan dalam pengembangan bahan ajar.

3) Pemilihan dan penentuan bahan ajar

Pemilihan dan penentuan bahan ajar dilakukan agar bahan ajar yang akan digunakan menarik dalam proses pembelajaran dan dapat membantu siswa untuk mencapai kompetensi.

b. Penyusunan peta bahan ajar

Penyusunan peta bahan ajar adalah pemetaan terhadap ruang lingkup dan urutan bahan ajar yang akan dikembangkan. Pemetaan ini diperlukan untuk mengetahui jumlah bahan ajar yang harus ditulis dan sekuensi atau urutan bahan ajarnya. Sekuensi bahan ajar sangat diperlukan dalam menentukan prioritas penulisan dan penentuan sifat bahan ajar apakah dependen (tergantung) atau independen (berdiri sendiri).

c. Pembuatan atau pengembangan bahan ajar

Pembuatan/pengembangan bahan ajar memperhatikan struktur dan komponen-komponen setiap jenis bahan ajar yang akan dikembangkan


(33)

yang terdiri atas identitas mata pelajaran, kompetensi dasar, judul, petunjuk/pedoman, latihan, tugas/langkah kerja, dan penilaian.

d. Evaluasi dan revisi

Evaluasi dan revisi dimaksudkan untuk mengetahui apakah bahan ajar telah baik atau masih ada hal yang perlu diperbaiki. komponen evaluasi mencakup kelayakan isi, kebahasaan, sajian, dan kegrafikan.

Menurut Warsita (2008, hal 226-227) pengembangan media dan bahan belajar dikelompokkan ke kadalam tiga tahap besar, diantaranya: tahap perancangan, tahap produksi, dan tahap evaluasi. Tahapan tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut.

Gambar 2.1 Tahapan Pengembangan Media dan Bahan Belajar a. Perencanaan

1) Analisis Kebutuhan adalah suatu kegiatan ilmiah yang melibatkan berbagai teknik pengumpulan data dari berbagai sumber informasi untuk mengetahui kesenjangan antara keadaan seharusnya terjadi dengan keadaan yang senyatanya terjadi.

2) Penyusunan Garis Besar Isi Media dan Jabaran Materi merupakan acuan utama dalam tahap pengembangan media dan bahan belajar. Komponen GBIM minimal berisikan Kompetensi Dasar (tujuan pembelajaran umum), Indikator keberhasilan (tujuan pembelajaran khusus), alternatif judul media dan bahan belajar, dan referensi.

Perencanaan Produksi Evaluasi

Analisis Kebutuhan

Persiapan Evaluasi

Penyusunan GBIM & JM

Pelaksanaan Revisi

Penulisan Naskah


(34)

3) Penulisan Naskah ini disesuaikan dengan jenis media yang berisi berbagai ketentuan mengenai produksi.

b. Produksi

1) Persiapan dilakukan untuk mempersiapkan segala sesuatunya sehingga proses produksi berjalan lancar dan hasilnya memuaskan. 2) Pelaksanaan merupakan kegiatan produksi yang secara rinci

melibatkan tenaga ahli/pembimbing.

3) Penyelesain melaksanakan kegiatan preview dan perbaikan (revisi) program serta reproduksi (penggandaan).

c. Evaluasi

1) Evaluasi prasemester minimal tiga bentuk, yaitu evaluasi oleh ahli, evaluasi orang per orang, dan evaluasi kelompok kecil untuk mendapatkan informasi tentang berbagai kelemahan media dan bahan belajar yang dikembangkan. Berbagai kelemahan inilah yang akan dijadikan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan (revisi).

2) Uji Coba Lapangan pada intinya dilakukan untuk mengetahui apakah program media dan bahan belajar yang dilembangkan benar-benar berjalan sesuai dengan yang diharapkan atau tidak, sesuai/cocok dengan lingkungan dimana program media dan bahan belajar tersebut akan digunakan atau tidak, dan dapar mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan atau tidak.

Setiawan (2007, hal 24-34) terdapat lima langkah utama untuk mengembangkan bahan ajar, diantaranya:

a. Analisis. Pada tahap ini, dilakukan identifikasi perilaku awal siswa dan karakteristik siswa.

b. Perancangan. Pada tahap ini terdiri atas perumusan tujuan pembelajaran, pengembangan peta konsep mata pelajaran, pemilihan media dan sumber belajar, serta pemilihan strategi pembelajaran.

c. Pengembangan. Diawali dengan memilih salah satu tujuan pembelajaran, lengkapi matero, media, dan strateginya.


(35)

d. Evaluasi dan revisi. Ada empat cara untuk mengevalluasi bahan ajar yaitu: telaah oleh ahli materi, uji coba satu-satu, uji coba kelompok kecil, uji coba lapangan.

Gambar 2.2 Prosedur Pengembangan Bahan Ajar B.Buku Suplemen

1. Pengertian Buku Suplemen

Buku suplemen atau bisa disebut juga dengan buku pengayaan adalah buku yang dipergunakan untuk mendampingi buku utama (Kurniasari, 2014, hal. 463). “Bahan ajar suplementer adalah bahan ajar yang dimaksudkan

untuk memperkaya, menambah ataupun memperdalam isi kurikulum”

(Direktorat Pembinaan SMA, 2008, hal. 8). Menurut Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 “buku pengayaan adalah buku yang memuat materi yang dapat memperkaya buku teks pendidikan, menengah, dan perguruan tinggi”. Buku pengayaan atau buku pelengkap adalah berupa informasi yang melengkapi buku pelajaran pokok. Sitepu menjelaskan bahwa pelengkap yang dimaksud adalah memberikan informasi tentang bahasan pokok tertentu yang ada di dalam kurikulum seacra lebih luas dan/atau lebih dalam (Sitepu, 2012, hal. 16). Buku pengayaan menurut Suherli (dalam Riyanto, 2013, hal. 29) merupakan buku yang dapat memperkaya dan meningkatkan penguasaan ipteks, keterampilan, dan membentuk kepribadian peserta didik, pendidik, pengelola pendidikan, dan masyarakat lainnya. Buku suplemen tidak semata-mata dimaksudkan hanya untuk peserta didik namun dapat pula digunakan oleh pihak lain atau masyarakat pada umumnya.

Analisis

Perancangan

Pengembangan Evaluasi

Revisi Umpan balik


(36)

Buku suplemen sering dikenal dengan istilah buku bacaan atau buku perpustakaan. Buku ini dimaksudkan untuk memperkaya wawasan, pengalaman, dan pengetahuan pembacanya. Buku suplemen diartikan buku yang memuat materi yang dapat memperkaya dan meningkatkan penguasaan ipteks dan keterampilan; membentuk kepribadian peserta didik, pendidik, pengelola pendidikan, dan masyarakat pembaca lainnya (Pusat Perbukuan, 2008, hal. 8). Menurut Pusat Perbukuan (2008, hal. 3) bahwa

buku suplemen termasuk ke dalam jenis buku nonteks pelajaran. Buku nonteks pelajaran adalah buku-buku yang berisi materi pendukung, pelengkap, dan penunjang buku teks pelajaran yang berfungsi sebagai bahan pengayaan, referensi, atau panduan dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran dengan menggunakan penyajian yang longgar, kreatif, dan inovatif serta dapat dimanfaatkan oleh pembaca lintas jenjang dan tingkatan kelas atau pembaca umum.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli, maka dapat disimpulkan bahwa buku suplemen adalah buku pelajaran yang dapat memperkaya wawasan pembacanya dan digunakan untuk melengkapi materi pembelajaran.

2. Perbedaan Buku Suplemen dan Buku Teks

Berdasarkan karakteristiknya terdapat beberapa perbedaan antara buku teks pelajaran dengan buku suplemen. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut.

Tabel 2.2 Perbedaan antara Buku Teks dan Buku Suplemen

No Karakteristik Buku Teks Buku Suplemen

1 Target Terdiri dari materi yang ditulis dan harus

dipahami siswa dalam satuan pendidikan

Menambah

pengetahuan siswa dan guru dalam satuan pendidikan 2 Kegunaan dalam

satuan pendidikan

Sumber utama Bukan sumber utama, hanya pelengkap 3 Kedudukan dalam

satuan pendidikan

Wajib Bukan sebagai

sumber utama, melainkan pendukung. 4 Kegunaan sebagai

alat pendukung


(37)

No Karakteristik Buku Teks Buku Suplemen 5 Keterangan

penulisan Berkaitan dengan kurikulum Tidak terkait kurikulum (mata pelajaran sains, kebutuhan hidup, perencanaan atau pertumbuhan zaman, pengalaman hidup)

6 Bantuan guru Wajib Tidak wajib

7 Anatomi buku Selalu berisi pelajaran, diskusi, latihan, dan evaluasi secara lengkap

-

8 Pengguna Mayoritas siswa Tidak didominasi siswa

9 Tempat penggunaan Kebanyakan di kelas/sekolah Tidak didominasi dikelas/ sekolah (rumah, ruang tunggu, tempat umum, dll)

(Maryam, 2012, hlm.46) Berdasarkan Tabel 2.3 menunjukkan bahwa buku suplemen termasuk ke dalam buku nonteks yang memberikan banyak manfaat sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Jika siswa kurang dalam minat membaca buku suplemen, sebaiknya seorang guru mengintegrasikan penggunaan buku suplemen dalam proses pembelajaran (Maryam, 2012). Buku suplemen memiliki sifat penyajian yang khas, berbeda dengan buku teks pelajaran. Buku suplemen dapat disajikan secara bervariasi, baik dengan menggunakan variasi gambar, ilustrasi, atau variasi alur wacana. Buku suplemen bersifat mengembangkan dan meluaskan kompetensi siswa, baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan, maupun kepribadian.

3. Jenis-Jenis Buku Suplemen

Buku suplemen dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu buku suplemen pengetahuan, buku suplemen keterampilan, dan buku suplemen kepribadian. Jenis-jenis buku suplemen terdapat pada tabel 2.3 berikut.


(38)

Tabel 2.3 Jenis-Jenis Buku Suplemen

Jenis-Jenis Buku Suplemen Pengertian dan karakteristik Buku suplemen pengetahuan Buku-buku yang diperuntukkan bagi

pelajar untuk memerkaya pengetahuan dan pemahamannya, baik pengetahuan lahiriyah maupun pengetahuan batiniyah. Buku jenis ini merupakan buku-buku yang diperlukan pelajar atau pembaca pada umumnya agar dapat membantu peningkatan kompetensi kognitifnya.

Buku suplemen keterampilan Buku-buku yang memuat materi yang dapat memerkaya dan meningkatkan kemampuan dasar para pembaca dalam rangka meningkatkan aktivitas yang praktis dan mandiri. Dalam buku tersebut termuat materi yang dapat meningkatkan, mengembangkan dan memerkaya dalam kemampuan menghitung, memberi nama,

menghubungkan, dan

mengkomunikasikan kepada orang lain sehingga mendorong untuk berkarya dan bekerja secara praktis.

Buku suplemen kepribadian merupakan buku-buku yang dapat meningkatkan kualitas kepribadian, sikap, dan pengalaman batin pembaca. Dari perspektif buku pendidikan, buku suplemen kepribadian diharapkan dapat mendukung pencapaian tujuan pendidikan secara umum

(Pusat Perbukuan, 2008, hal. 11-15) 4. Langkah-Langkah Mengembangkan Buku Suplemen

Pusat kurikulum dan perbukuan (2008, hal. 59-64) menyebutkan bahwa dalam menulis buku nonteks, penulis harus memerhatikan makna buku nonteks bagi pembacanya dan tidak harus berhubungan secara langsung pada standar kompetensi dalam Standar Isi. Ada beberapa tahapan penulisan, yaitu:

a. Menyiapkan konsep dasar tulisan;

Konsep dasar yang disiapkan berkaitan dengan jenis tulisan yang akan disusun, contohnya suplemen pengetahuan, keterampilan,


(39)

kepribadian, ensiklopedia, kamus, atlas, atau panduan pendidik. Dalam menulis buku nonteks, seorang penulis lebih leluasa dalam mengembangkan isi atau materi buku. Penulis buku nonteks lebih bebas dalam menggunakan strategi, gaya, dan model penuangan gagasan. Konsep dasar yang dimaksud harus sistematis, objektif, dan terbuka. Sistematis berarti bahwa materi yang disajikan itu merupakan suatu kesatuan yang berhubungan dengan ilmu lain, baik dari sisi isi maupun wilayah garapannya. Objektif berarti bahwa materi yang disajikan dapat dipertanggungjawabkan secara material. Terbuka berarti bahwa materi itu dapat dijelaskan secara ilmiah.

b. Memerhatikan proses kreatif

Menulis buku nonteks adalah sebuah proses kreatif. Bahan tulisan diperoleh dari hasil menggali, menghidupkan imajinasi, intuisi, memunculkan potensi-potensi baru, membuka pandangan-pandangan yang menimbulkan kekaguman, serta dapat merangsang pikiran-pikiran yang tidak terduga.

Dalam menulis buku nonteks terbangun suatu aktivitas mental penulis mulai dari merencanakan tulisan untuk menjadi buku nonteks, tahap pengolahan informasi, tahap kemunculan berbagai gagasan, tahap memverifikasi berbagai gagasan yang dihubungkan dengan realitas.

c. Menetapkan aspek yang akan dikembangkan

Dalam menulis buku nonteks seharusnya dapat menetapkan aspek-aspek dari domain kognitif, afektif, atau psikomotorik yang dipandang perlu dikembangkan dalam menulis buku nonteks pelajaran. Hal ini dikarenakan dalam buku teks pelajaran mengacu pada ketentuan dan tuntutan Standar Isi, sementara ketiga aspek tersebut memerlukan pengembangan dan pendalaman materi, sehingga pembaca memeroleh pegetahuan yang lebih luas, leih kaya, dan lebih menyeluruh.


(40)

d. Menyesuaikan dengan kemampuan berpikir pembaca.

Penulisan buku nonteks khususnya buku suplemen selayaknya lebih menyesuaikan pada kemampuan berpikir peserta didik. Kemampuan berpikir peserta didik dapat dipengaruhi oleh kompetensi dirinya dan lingkungan tempat mereka berada. Kemampuan berpikir peserta didik juga sangat berhubungan dengan perkembangan budaya suatu masyarakat. Dengan demikian, seorang penulis buku nonteks seharusnya dapat menulis materi buku nonteks yang sesuai dengan kemampuan peserta didik pada umumnya dan perkembangan budaya Indonesia.

5. Komponen Dasar dan Komponen Utama Buku Suplemen

Dalam menulis buku nonteks berkualitas, selain harus memahami langkah-langkah penyusunan buku, juga harus memahami komponen dasar dan komponen utama dalam pembuatan buku nonteks pelajaran (Pusat Perbukuan, 2008, hal. 64-70).

a. Komponen Dasar

Terdapat beberapa komponen, diantaranya:

Tabel 2.4 Komponen Dasar Buku Suplemen

Komponen Dasar Kriteria

Karakteristik buku a) Materi buku yang dikembangkan bukan merupakan acuan wajib bagi peserta didik dalam mengikuti salah satu mata pelajaran tertentu.

b)Materi buku tidak dilengkapi dengan instrumen evaluasi dalam bentuk pertanyaan, tes, ulangan, LKS, atau bentuk lainnya.

c) Penerbitan buku tidak disajikan secara serial berdasarkan tingkat kelas.

d)Pengembangan materi tidak terait secara langsung dengan atau sebagian Kompetensi Inti/Kompetensi Dasar dalam Standar Isi. e) Materi buku dapat dimanfaatkan oleh

pembaca lintas jenjang pendidikan dan tingkat kelas.

Struktur buku a) Bagian awal minimal terdiri dari kata pengantar atau prakata dan daftar isi.


(41)

b) Bagian isi merupakan materi buku.

c) Bagian akhir minimal terdapat bagian daftar pustaka yang dapat dilengkapi dengan indeks, glosarium, atau lampiran.

Komponen grafika a) Buku dijilid dengan rapi dan kuat.

b) Buku menggunakan huruf dan/atau gambar/ilustrasi yang terbaca.

c) Buku dicetak dengan jelas dan rapi.

d) Buku menggunakan kertas berkualitas dan aman.

2. Komponen Utama

Komponen utama ini adalah pemandu dalam penulisanbuku nonteks berkualitas, terdiri atas:

Tabel 2.5 Komponen Utama Buku Suplemen

Komponen Utama Kriteria

Komponen Materi a) Materi yang mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional

b) Materi yang tidak bertentangan dengan ideologi dan kebijakan poliik negara,

c) Materi yang menghindari masalah SARA, Bias jender, serta pelanggaran HAM

d) Materi yang ditulis sesuai dengan perkembangan ilmu yang mutakhir, sahih, dan akurat

e) Mengoptimalkan penggunaan sumber-sumber yang sesuai dengan kondisi di Indonesia f) Materi atau isi buku mengembangkan

kecakapan akademik, sosial, dan kejujuran untuk memecahkan masalah dan mendorong jiwa kewirausahaan

g) Materi atau isi buku harus secara maksimal membangun karakteristik kepribadian bangsa Indonesia yang diidamkan dan kepribadian yang mantap.

Komponen Penyajian

a) Penyajian materi buku dilakukan secara runtun, bersistem, lugas, dan mudah dipahami.

b) Penyajian materi lebih mendalam, menyeluruh, dan meluas.

c) Penyajian materi mengembangkan kreativitas dan kemampuan berinovasi.

Komponen Bahasa dan/atau Ilustrasi

a) Buku yang menuntut kehadiran ilustrasi, maka penggunaan ilustrasi (gambar, foto,


(42)

Komponen Utama Kriteria

diagram, tabel, lambang) harus dialkukan sesuai dan proporsional.

b) Dalam menggunakan istilah atau simbol harus baku dan berlaku secara menyeluruh c) Dalam menggunakan bahasa, yang meliputi

ejaan, kata, kalimat, dan paragraf harus tepat, lugas, dan jelas sesuai dengan kaidah penulisan bahasa Indonesia yang benar yaitu Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)

Komponen Grafika a) Desain kulit buku, yang meliputi tata letak, tipografi, atau ilustrasi yang menarik, sederhana, dan mencerminkan isi buku. b) Desain isi buku, meliputi tata letak konsisten,

harmonis, dan lengkap, serta menggunakan tipografi yang sederhana, mudah dibaca dan dipahami.

Apabila penulis akan menulis buku suplemen pengetahuan maka kemutakhiran mutlak diperhatikan. Materi juga harus dapat dipercaya kebenarannya berdasarkan kebenaran keilmuan. Selain itu, materi harus akurat berdasarkan rujukan yang dapat dipertanggungjawabkan. Artinya, materi yang ditulis harus disesuaikan dengan perkembangan ilmu yang mutakhir, sahih, dan akurat.

Selain itu, seorang penulis buku nonteks juga harus memerhatikan kemutakhiran kebijakan pemerintah. Materi yang diusung dalam buku nonteks, selain harus menyesuaikan dengan kemutakhiran berdasarkan teori keilmuan juga harus menyesuaikan dengan kemutakhiran kebijakan pemerintah dan perkembangan sosial yang terjadi. Perkembangan ini sering tampak sangat cepat bergulir dan sering terlambat diikuti oleh kajian keilmuan yang melandasinya. Seorang penulis buku suplemen harus berusaha secara maksimal menggunakan sumber-sumber yang sesuai dengan kondisi di Indonesia. Sumber-sumber yang dimaksud adalah kondisi fisik dan nonfisik sebagai kekayaan alam Indonesia. Dengan demikian, penulis harus memiliki wawasan tentang keindonesiaan, baik tentang sumber daya alam hayati dan fisik, sumber daya manusia, dan sumber daya budaya Indonesia (Pusat Perbukuan, 2008, hal. 70-71).


(43)

C.Hakikat Sains Teknologi Masyarakat

1. Kaitan antara Sains, Teknologi dan Masyarakat

Teknologi lahir karena adanya kebutuhan manusia, hal ini berarti manusia telah melakukan kegiatan atau proses yang menghasilkan produk yaitu alat-alat yang dapat digunakan untuk meningkatkan efesiensi serta memberikan kemudahan pelaksanaan pekerjaan manusia. Sains berawal dari adanya sifat ingin tahu manusia. Observasi yang sistematis terhadap peristiwa alam serta pemikiran atau perenungan tentang sebab-sebab

terjadinya peristiwa alam ini telah melahirkan “pendapat sementara” yang pada zamannya telah dianut oleh sebagian besar masyarakat. Konsep sains teori serta hukum dikemukakan oleh para ilmuwan membawa dampak pada penemuan teknologi. Jadi meskipun sains itu berbeda dengan teknologi, namun antara sains dan teknologi terdapat kaitan yang erat atau hubungan timbal balik yang saling menguntungkan (Poedjiadi, 2010, hal. 61-63).

Kaitan antara teknologi dengan masyarakat yaitu karena teknologi lahir oleh adanya kebutuhan masyarakat. Produk teknologi memerlukan kesiapan masyarakat pengguna produk tersebut. Kesiapan yang harus dimiliki oleh pengguna suatu produk teknologi adalah kesiapan pengetahuan tentang produk tersebut dan kesiapan mental untuk tidak menggunakan produk teknologi untuk tujuan yang dampaknya merugikan orang lain atau masyarakat. Penyalahgunaan suatu produk teknologi dapat menimbulkan dampak negatif. Dengan demikian bermanfaat atau tidaknya penggunaan suatu produk teknologi tergantung pada moral orang yang menggunakannya. Kaitan sains dengan masyarakat tidak seperti teknologi, sains kurang dipahami atau dihayati secara langsung oleh masyarakat. Sains merupakan komponen yang dapat membantu meningkatkan kesiapan pengetahuan masyarakat tentang produk teknologi. Sains juga dapat berperan dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penggunaan sumber daya alam atau meningkatkan pemahaman masyarakat tentang gejala alam dalam kehidupan sehari-hari (Poedjiadi, 2010, hal. 63-64).


(44)

Gambar 2.3 Keterkaitan Sains, Teknologi, dan Masyarakat 2. Pengertian Sains Teknologi Masyarakat

Pada hakekatnya, visi STM berarti cara pandang ke depan untuk membawa ke arah pemahaman bahwa segala sesuatu yang kita hadapi dalam kehidupan ini mengandung aspek sains, teknologi dan masyarakat sebagai satu kesatuan serta saling mempengaruhi secara timbal balik (Nugraheni, 2013, hal. 34). Sains teknologi masyarakat merupakan suatu usaha untuk menyajikan IPA dengan mempergunakan masalah-masalah dari dunia nyata. Sains teknologi masyarakat adalah suatu pendekatan yang mencakup seluruh aspek pendidikan yaitu tujuan, topik/maslah yang akan di eksplorasi, stratergi pembelajaran, evaluasi dan persiapan/kinerja guru. Pendekatan ini melibatkan siswa dalam menentukan tujuan, prosedur pelaksanaan, pencarian informasi dan dalam evaluasi (Zulfiani, dkk. 2009, hal. 125).

Dewasa ini beberapa istilah telah dikemukaan oleh para pendidik atau praktisi pendidikan yaitu Science Technology Society yang diterjemahkan dengan Sains Teknologi Masyarakat (STM atau SATEMAS atau ITM),

Science Environment Technology (SET) dan Science Environment

Technology Society (SETS) yang disingkat SALINGTEMAS. Dari beberapa istilah tersebut inti sebenarnya sama saja yaitu kaitan antara sains dan teknologi serta manfaatnya bagi masyarakat, lingkungan pasti terkait tetapi yang merasakan dampak teknologi terhadap lingkungan adalah masyarakat (Poedjiadi, 2010, hal. 115-116). Pendekatan salingtemas atau STM bertujuan memberi pembelajaran sains secara kontekstual siswa dibawa ke

Sains

Masyarakat Teknologi


(45)

situasi untuk memanfaatkan konsep sains ke bentuk teknologi untuk kepentingan masyarakat (Binadja A. d., 2010, hal. 553).

Dari beberapa pengertian STM yang dikemukakan oleh para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa sains teknologi masyarakat adalah suatu pembelajaran yang mengaitkan antara sains dan teknologi sehingga dapat dijadikan solusi dari masalah-masalah atau isu yang sedang terjadi di masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

3. Karakteristik Sains Teknologi Masyarakat

Pendekatan STM memiliki karakteristik sebagai berikut:

1) Identifikasi masalah (oleh siswa) di dalam masyarakat yang mempunyai dampak negatif dan positif.

2) Mempergunakan masalah yang ada di dalam masyarakat yang ditemukan siswa yang ada hubungannya dengan ilmu pengetahuan alam sebagai wahana untuk menyampaikan pokok bahasan.

3) Menggunakan sumber daya yang terdapat di dalam masyarakat baik materi maupun manusia sebagai nara sumber untuk informasi ilmiah maupun informasi teknologi yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah nyata dari kehidupan sehari-hari.

4) Meningkatkan pengajaran IPA melampaui jam pelajaran di ruang kelas 5) Meningkatkan kesadaran siswa akan dampak ilmu pengetahuan alam

dan teknologi

6) Memperluas wawasan siswa mengenai ilmu pengetahuan alam lebih dari sesuatu yang perlu dikuasai untuk lulus ujian/tes semata

7) Mengikut sertakan siswa untuk mencari informasi ilmiah maupun informasi teknologi yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah nyata yang diangkat dari kehidupan sehari-hari.

8) Memprkenalkan peranan ilmu pengetahuan alam di dalam suatu institusi dan dalam masyarakat.

9) Fokus akan karir yang erat hubungannya dengan ilmu pengetahuan alam dan teknologi.


(46)

10) Meningkatkan kesadaran siswa akan tanggung jawabnya sebagai warga negara dalam menyelesaikan/memecahkan masalah yang timbul di dalam masyarakat terutama masalah-masalah yang erat hubungannya dengan iptek.

11) Ilmu pengetahuan alam merupakan pengalaman yang menyenangkan bagi siswa; ilmu pengetahuan alam yang mengacu masa depan (Zulfiani, dkk. 2009, hal. 125-126)

Pendekatan sains teknologi masyarakat dilandasi oleh tiga hal penting, diantaranya:

1) Adanya keterkaitan yang erat antara sains, teknologi dan masyarakat 2) Dalam proses belajar menganut pandangan kontruktivisme, yang pada

pokoknya menggambarkan bahwa siswa membentuk atau membangun pengetahuan melalui interaksinya dengan lingkungan

3) Dalam pengajarannya terkandung lima ranah, yang terdiri atas ranah pengetahuan; ranah sikap; ranah proses sains; ranah kreativitas; serta ranah hubungan dan aplikasi. (Zulfiani, dkk. 2009, hal. 126).

4. Ranah Sains Teknologi Masyarakat

Yager (dalam Poediadi, 2010, hal 105) menyebutkan bahwa ada enam ranah untuk pengajaran dan penilain STM, yaitu:

Gambar 2.4 Ranah STM Aplikasi

Kreativitas Konsep

Proses Sikap Keterkaitan

Pandangan Dunia

Siswa Pandangan Dunia


(47)

a. Ranah konsep meliputi fakta-fakta, konsep-konsep, hukum (prinsip-prinsip), serta teori dan hipotesis yang digunakan oleh para saintis. Dapat juga disebut ranah pengetahuan ilmiah/sains.

b. Ranah proses meliputi hal-hal yang berhubungan dengan cara memperoleh ilmu atau produk sains, seperti melakukan observasi.

c. Ranah kreativitas meliputi kombinasi obyek dan ide atau gagasan dengan cara yang baru, menyelesaikan masalah, mendisain alat.

d. Ranah sikap meliputi sikap positif terhadap ilmu dan para ilmuwan. Serta pengembangan sikap positif terhadap guru-guru dan pelajaran sains di sekolah, kepercayaan diri, motivasi, kepekaan, membuat keputusan-keputusan tentang isu-isu lingkungan dan sosial.

e. Ranah aplikasi dan keterkaitan meliputi menunjukkan contoh-contoh konsep-konsep ilmiah dalam kehidupan, menerapkan konsep-konsep sains dalam kehidupan.

Berdasarkan ranah STM, maka penggunaan pembelajaran sains dengan menggunakan STM diharapkan akan menghasilkan hal-hal sebagai berikut: a. Ranah Pengetahuan

1) Siswa meihat pengetahuan sebagai hal yang berguna bagi dirinya sendiri

2) Siswa yang belajar melalui pengelaman yang diendapkan dalam aktu yang cukup lama dan sering dapat menghubungkannya kepada situasi baru.

b. Ranah Sikap

1) Minat siswa meningkat dalam pembelajaran

2) Siswa menjadi lebih ingin mengetahui tentang segala yang ada di dunia

3) Siswa memandang guru sebagai fasilitator

4) Siswa memandang sains sebagai suatu cara untuk menangani masalah c. Ranah Proses

1) Siswa melihat proses sains sebagai keterampilan yang dapat mereka gunakan


(48)

2) Siswa melihat proses keterampilan yang mereka butuhkan untuk menyempurnakan dan mengembangkannya menjadi lebih mantap untuk kepentingan mereka sendiri

3) Siswa siap melihat hubungan proses sains kepaada aksi mereka sendiri 4) Siswa melihat proses sains sebagai bagian yang vitas dari apa yang

mereka lakukan dalam pelajaran sains d. Ranah Kreativitas

1) Siswa lebih banyak bertanya

2) Siswa sering mengajukan pertanyaan-pertanyaan unik yang memacu minat mereka dan guru

3) Siswa terampil dalam mengajukan sebab dan akibat dari hasil pengamatannya

4) Siswa penuh dengan ide-ide murni e. Ranah Aplikasi dan Keterkaitan

1) Siswa dapat menghubungkan studi sains mereka dengan kehidupan sehari-hari

2) Siswa terlibat dalam pemecahan isu-isu sosial 3) Siswa mencari informasi dan menggunakannya

4) Siswa turut terlibat dalam perkembangan teknologi serta menggunakannya untuk kepentingan dan relevansi dari konsep-konsep sains (Zulfiani, dkk. 2009, hal. 127-128).

5. Tahapan Model Sains Teknologi Masyarakat

Berdasarkan penelitian, Poedjiadi mendeskripsikan suatu hal yang tidak boleh diabaikan adalah adanya pemantapan konsep yang menuntut kejelian guru, untuk mencegas miskonsepsi. Untuk itu, pendekatan sains teknologi masyarakat telah dapat disebut sebagai model sains teknologi masyarakat pada Gambar 2.5 berikut (Poedjiadi, 2010, hal. 126).


(49)

Gambar 2.5 Tahapan Model Sains Teknologi Masyarakat D.Pengembangan Buku Suplemen Berbasis STM

Seperti sudah di jelaskan, buku suplemen merupakan buku pelajaran yang dapat memperkaya wawasan pembacanya dan digunakan untuk melengkapi materi pembelajaran. Materi yang dikaji didalamnya mengandung lima ranah yang terdapat di STM (ranah konsep; ranah sikap; ranah proses; ranah kreativitas; ranah aplikasi dan keterkaitan). Pembuatan buku suplemen berbasis STM menggunakan langkah-langkah pengembangan buku menurut Warsita yang terdiri atas tahap perancangan, produksi, dan evaluasi dengan mengintegrasikan ranah STM.

Pendahuluan:

Inisiasi/Invitasi/Apersepsi/ Eksplorasi terhadap siswa

Pembentukan/ Pengembangan konsep

Aplikasi konsep dalam kehidupan: Penyelesaian masalah atau analisis isu

Pemantapan konsep

Penilaian

Isu atau masalah

Pemantapan konsep

Pemantapan konsep Tahap 1

Tahap 2

Tahap 3

Tahap 4


(50)

E.Kimia Polimer

Kimia polimer adalah salah satu materi pada mata pelajaran kimia. Menurut Permendikbud No. 69, Tahun 2013, Kompetensi Dasar yang harus dicapai pada materi kimia polimer adalah:

Tabel 2.6 Kompetensi Dasar Kimia Polimer Kompetensi Dasar

3.9 Menganalisis struktur, tata nama, sifat dan penggolongan makromolekul (polimer, karbohidrat, dan protein).

4.9 Menalar dan menganalisis struktur, tata nama, sifat dan kegunaan makromolekul (polimer, karbohidrat, dan protein)

1. Pengertian Polimer

Polimer adalah molekul besar (makromolekul) berantai panjang hasil penggabungan molekul-molekul sederhana (monomer). Monomer yang dapat membentuk polimer adalah molekul yang memiliki ikatan rangkap atau yang mempunyai gugus fungsi tertentu (Kitti, 2014, hal. 203).

2. Penggolongan Polimer

Penggolongan polimer memberikan kemudahan kepada kita untuk lebih mudah mengenal jenis polimer apa yang ada dan kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari.

a. Berdasarkan Asal

Jika digolongkan berdasarkan asalnya, polimer dibedakan menjadi dua macam yaitu polimer alam dan polimer sintetik. Polimer alam adalah polimer yang terdapat di alam dan berasal dari makhluk hidup (manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan). Contohnya karbohidrat, protein, asam nuklet, dan getah karet. Polimer sintetik adalah polimer yang dibuat oleh manusia di dalam laboratorium atau industri. Contohnya karet sintetis, serat sintetis, orlon, dan plastik (Kitti, 2014, hal. 203).


(51)

b. Berdasarkan Reaksi Polimerisasi

Berdasarkan reaksi pembentukannya, polimer dibedakan menjadi dua cara yaitu polimerisasi adisi dan polimerisasi kondensasi. Reaksi pembentukan polimer disebut polimerisasi.

Polimerisasi adisi disebut juga polimer rantai-tumbuh, dibuat dari satu unit monomer yang dihubungkan dengan unit monomer lain dengan cara berulang-ulang. Polimer adisi mempertahankan semua atom dari unit monomernya (Hart, 2003, hal. 433-434).

Contoh: polietilena, polipropilena, polivinil klorida, teflon, poliisoprena.

1) Polimerisasi adisi radikal bebas

CH2 = CH – CH2CH – CH2CH – CH2CH –

L = H, alkil, aril, gugus pendonasi-elektron, gugus penarik-elektron. 2) Polimerisasi adisi kationik

R+ + H2C = CH RCH2– CH

RCH2– CH – CH2– CH dst...

L = gugus penstabil karbokation (alkil, Ph) 3) Polimerisasi adisi anionik

R– + H2C = CH RCH2– CH

RCH2– CH – CH2– CH dst...

(Hart, 2003, hal. 456-457) L

inisiator radikal

L L n L

monomer vinil polimer vinil

L L

+

H2C=CH

L

+

L L

L

..

– H2C=CH

L

..

L


(52)

Polimerisasi kondensasi adalah reaksi antara dua jenis gugus fungsi, dengan melepas beberapa molekul kecil, seperti air. Beberapa atom lepas sebagai molekul kecil yang tereleminasi (Hart, 2003, hal. 434). Contoh: nilon, dakron, bakelit.

Pembuatan dakron HO2C CO2H

( C CCH2CH2O ) + H2O

c. Berdasarkan jenis monomernya

Berdasarkan jenis monomernya, polimer dibagi atas homopolimer dan kopolimer.

Homopolimer terbentuk dari monomer-monomer yang sejenis. M + M + ... – [M – M – M – M] –

Monomer Polimer

Kopolimer melibatkan dua atau lebih monomer sehingga menghasilkan rantai yang memiliki sifat beragam.

Jenis kopolimer

1) Kopolimer berselang-seling.

– A – B – A – B – A – B – A – B – A – B –

2) Kompolimer statistik: memiliki urutan monomer sesuai dengan kaidah statistik yaitu acak atau sering disebut random copolymer.

– A – B – B – B – A – B – A – B – A – A –

3) Kopolimer blok: memiliki dua (A dan B) atau polimer triblock (A, B, dan C) dimana homopolimer terikat secara kovalen.

– B – B – B – B – B – A – A – A – A – A –

4) Kopolimer cangkok: memiliki rantai samping dengan komposisi berbeda dengan rantai utama. polimerisasi cangkong dapat terjadi melalui dua metode yaitu radikal bebas dan ion. Peran inisiator dalam reaksi sangat penting, karena dapat menentukan metode yang akan digunakan untuk proses pencangkokan (Firdaus, 2013, hal. 13-14).

– A – A – A – A – A – A – A – A – A – A –

+ HOCH2CH2OH

Dakron O O


(53)

d. Berdasarkan sifatnya terhadap pemanasan

Berdasarkan sifatnya terhadap pemanasan, polimer dibagi atas polimer termoplastik dan polimer termoseting.

Polimer termoplastik adalah polimer yang menjadi lunak apabila dipanaskan dan mengeras apabila didinginkan, jika dipanaskan lagi, bahan akan menjadi lunak dan dapat dicetak sesuai bentuk atau berbeda bentuk.

Polimer termoseting adalah polimer yang tahan panas. Apabila polimer jenis ini di panaskan, maka tidak dapat meleleh sehingga tidak dapat dibentuk ulang kembali. Proses pengerasan yang tetap ini disebut curing (Schwarz, 2005, hal. 76).

3. Kegunaan Polimer

Disekeliling kita banyak sekali peralatan-peralatan yang terbuat dari polimer yang dibuat dengan bantuan teknologi. Pada Tabel 2.7 diuraikan secara singkat jenis-jenis polimer beserta kegunaannya.

Tabel 2.7 Jenis Polimer dan Kegunaannya

No. Jenis Polimer Monomer Kegunaan

1. Polietena (polietilena)

Etena (etilena) Botol susu, botol atau kemasan deterjen, kemasan margarin, pipa air, dan kotak pembungkus televisi, pembungkus makanan, kantung belanja, dan kantung sampah, mainan, tutup botol, minuman, kontainer, dan ember. 2. Polipropilena Propena

(propilena)

Kursi plastik, tali tambang, rumput sintetik, dan material sejenisnya, yang paling utama, bahan ini adalah plastik yang paling aman digunakan sebagai pengemas makanan dan minuman.

3. Politetrafluoro etena (teflon)

Trafluoro etena

Pelapis panci anti lengket dan reaktor (gasket).

4. Polivinil klorida (PVC)

Vinil klorida Pipa (paralon), pakaian, kabel listrik, mainan, komponen kendaraan, kantong plastik,


(54)

No. Jenis Polimer Monomer Kegunaan

bangunan dan bahan kontrusi. 5. Polistirena Stirena Pembuatan styrofoam, kemasan

makanan, lapisan peredam panas (isolasi), dan pengepakan barang-barang elektronik atau barang pecah belah.

6. Karet sintetis Neoprena Stirena Butadiena Rubber (SBR) 2-kloro-1,3,butadiena Stirena dan butadiena

Selang

Ban kendaraan bermotor

7. Karet alam (poliisoprena)

2-metil-1,3-butadiena.

Disebut juga lateks. 8. Bakelit Fenol dan

formaldehida

Peralatan listrik. 9. Polimetanal Metanal Ketel listrik. 10. Nilon Senyawa yang

meliki gugus karboksil dan gugus amina

Tas, parasut, jaket, benang penguat ban kendaraan, tali atau tambang, dan jaring.

(Kitti, 2014, hal. 207-209) Untuk menanggulangi kerusakan lingkungan akibat limbah polimer, maka ditemukan beberapa cara untuk menanggulanginya, yaitu:

a. Batako Styrofoam

Limbah styrofoam yang menjadi salah satu penyebab banjir, bisa dijadikan sebagai bahan tambahan pembuatan batako. Selain sifatnya yang kuat, batako styrofoam dapat meredam suara dan getaran. Pembuatan batako styrofoam ini cukup sederhana. Bahan yang digunakan terdiri dari styrofoam yang telah dihaluskan 50%, pasir 40%, dan semen 10% diaduk setelah itu dicetak dengan menggunakan cetakan batako (Bisnis UKM, 2014). Batako styrofoam ini memiliki berat satuan sekitar 13-16 kg/m3 jauh lebih ringan dibandingkan dengan batako pasir atau tanah liat yaitu sekitar 1500 kg/m3 -1700 kg/m3. Kerapatan batako styrofoam dapat diatur dengan mengatur jumlah campuran styrofoam dalam batako. Semakin banyak styrofoam yang digunakan maka batako ringan yang dihasilkan akan memiliki kerapatan


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan buku suplemen kimia berbasis sains teknologi masyarakat pada materi kimia polimer, serta untuk mengetahui respon guru dan siswa terhdap buku suplemen yang dikembangkan. Berdasarkan tujuan tersebut, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Proses pengembangan buku suplemen kimia berbasis sains teknologi masyarakat pada materi kimia polimer ini terdiri atas tiga tahap, yaitu tahap perancangan, tahap produksi, dan tahap evaluasi. Tahap perancangan menghasilkan indikator buku suplemen kimia yang telah diintegrasikan dengan lima ranah STM (ranah konsep, proses, sikap, kreativitas, aplikasi dan keterkaitan) dan desain buku suplemen yang kemudian dijadikan acuan dalam mengembangkan buku suplemen. Tahap produksi menghasilkan buku suplemen yang kemudian divalidasi dan direvisi sehingga dihasilkan buku suplemen final. Tahap evaluasi ialah tahap untuk memperoleh data respon atau penilaian guru dan siswa terhadap buku suplemen kimia berbasis sains teknologi masyarakat pada materi kimia polimer.

2. Berdasarkan hasil pengolahan data yang diadopsi dari penilaian buku suplemen menurut Pusat Perbukuan, diperoleh hasil bahwa buku suplemen kimia berbasis sains teknologi masyarakat pada materi kimia polimer mendapatkan persentase total skor respon guru sebesar 80,61% termasuk dalam kategori layak dengan predikat baik. Tidak jauh berbeda hasil respon siswa mendapatkan total skor sebesar 82,01% termasuk dalam kategori layak dengan predikat baik.


(2)

107

B.Saran

Pengembangan buku suplemen pada materi kimia polimer telah dikembangkan dengan menonjolkan aspek sains teknologi masyarakat namun, buku ini perlu dilakukan perbaikan untuk penelitian selanjutnya, yaitu sebagai berikut:

1. Penyempurnaan buku suplemen khususnya pada sajian buku dan aspek bahasa.

2. Model untuk ilustrasi yang digunakan diharapkan model lokal dan ilustrasi/gambar memiliki resolusi yang tinggi.

3. Struktur buku lebih diperhatikan lagi pada bagian resume buku pada bagian sampul belakang.

4. Pembuat buku suplemen pada materi lain untuk memperkaya bahan ajar yang terintegrasi sains teknologi masyarakat.


(3)

109

Arsyad, Azhar. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali.

Binadja, Achmad, & Nuryanto. (2010). Efektivitas Pembelajaran Kimia dengan Pendekatan Salingtemas ditinjau dari Minat dan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol. 4, No. 1, 552-556.

Bisnis UKM. (2014, November 20). bisnis-daur-ulang-limbah-styrofoam-menjdi-batako.html. Dipetik Oktober 15, 2015, dari htp;//bisnisukm.com: bisnisukm.com/bisnis-daur-ulang-limbah-styrofoam-menjadi-batako.html Darmadi, Hamid. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Direktorat Pembinaan SMA. (2010). Juknis Pengembangan Bahan Ajar SMA.

25-35.

Ermawati, Rahyani. (2011). Konversi Limbah Plastik Sebagai Sumber Energi Alternatif. Jurnal Riset Industri Vol. V, No. 3, 257-263.

Esmiyati, Haryani, S., Purwantoyo, E. (2013). Pengembangan Modul IPA Terpadu Bervisi Sets (Science, Environment, Technology, and Society) pada Tema ekosistem. Unnes Science Educatin Journal 2 (1).

Firdaus, Flora. E. (2013). Dasar-Dasar Ilmu Polimer. Jayabaya: LPPM Universitas Jayabaya.

Firman, H. (2000). Pendidikan Kimia. In F.-U. Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian III (pp. 221-241). Bandung: PT. Imtima.

Fitri, Zarlaida. (2013). Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) pada Materi Koloid di MAN Kuto Baro Aceh Besar. CDA vol.1 No. 1, 41-47.

Hart, Harold. (2003). Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.

Hervici, Vany Fahreza. (2013). Pengembangan Modul Kimia Polimer Berbasis Kontekstual Sebagai Sumber Belajar Mandiri Peserta Didik SMA/MA Kelas XII Semester 2. (Skripsi). Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta.


(4)

110

Jannah, D. F., & Dwiningsih, K. (2013). Kelayakan Buku Ajar Kimia Berorientasi Quantum Learning pada Materi Kimia Unsur untuk kelas XII SMA. Unesa Journal of Chemical Education Vol. 2, No. 2 ISSN 2252-9454, 163-170. Kitti, Sura. (2014). Bahan Ajar Persiapan Menuju Olimpiade Sains

Nasional/Internasional SMA: Kimia 3. Jakarta: PT. Trisula Adisakti. Kurniasari, Dwi A. (2014). Pengembangan Buku Suplemen IPA Terpadu dengan

Tema Pendengaran Kelas VIII. Unnes Science Education Journal 3 (2), 463.

Lestari, Ika. (2013). Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi. Padang: Akademia Permata.

Margono. (2013). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Maryam, Siti. (2012). Strengthening the Character: Uphold Ethics in Indonesian Language Study Pass by Supplementary Books. International Journal for educational studies.

MenLHK. (2016, Februari 09). siaran-31-menuju-penerapan-kebijakan-kantong-plastik-berbayar.html. Dipetik Maret 19, 2016, dari www.menlhk.go.id: www.menlhk.go.id/siaran-31-menuju-penerapan-kebijakan-kantong-plastik-berbayar.html

Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008. (2008). Buku. Jakarta: Menteri Pendidikan Nasional.

Najid, Annisah. (2015). Pengembangan Buku Suplemen Kimia Berbasis Kearifan Lokal Kota Tangerang. (Skripsi). Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah, Jakarta

Nugraheni, Dian. (2013). Pembelajaran Bervisi dan Berpendekatam SETS terhadap Prestasi Belajar ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritsis Siswa Kelas X SMAN 2 Sukoharjo pada Materi Minyak Bumi. Jurnal Pendidikan Kimia, vol.2 no.3.

Nurlaelasari, Lela. (2015, Agustus 10). Wawancara Analisis Kebutuhan. (M. Rizki, Pewawancara)

Paembonan, Taya. (1990). Penerbitan dan Pengembangan Buku Pelajaran di Indonesia. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.


(5)

Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2007. (2007). Standar Kompetensi Guru. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Peraturan Menteri Pendidian dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013. (2013). Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah. Jakarta: Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

Permendiknas. (2010). Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas.

Poedjiadi, Anna. (2010). Sains Teknologi Lingkungan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Purnamasari, Imas. (2015). wawancara . Karawang: SMAN 5 Karawang.

Pusat Perbukuan. (2014). Instrumen Penilaian Buku Pengayaan Pengetahuan. Instrumen B1.

Pusat Perbukuan. (2008). Pedoman Penulisan Buku Nonteks. Jakarta: Departemen Pendidian Nasional.

Riduwan. (2010). Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.

Riyanto, A. (2013). Pengembangan Buku Pengayaan Keterampilan Membaca Bahasa Indonesia yang Bermuatan Niai Kewirausahaan. SELOKA 2 (1). Saefudin, E. (2015, Agustus 10). Wawancara Analisis Kebutuhan. (M. Rizki,

Pewawancara)

Sanjaya, Wina. (2013). Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode, dan Prosedur. Jakarta: Kencana.

Schwarz, Maurice. W. (2005). Plastik. Dalam i. Grolier International, Ilmu Pengetahuan Populer Jilid 10 (hal. 75-86). Jakarta: PT Widyadara.

Setiawan, Denny. (2007). Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Universitas Terbuka.

Simbolon, Tiurma. (2009). Pembuatan dan Karakteristik Batako Ringan yang Terbuat dari Styrofoam-Semen. (Tesis). Universitas Sumatera Utara Medan.

Sitepu. (2012). Penulisan Buku Teks Pelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


(6)

112

Sugiyanto, Kartika, I., & Purwanto, J. (2012). Pengembanagn Modul IPA Terpadu Berbasis Sains teknologi Masyarakat dengan Tema Tekonologi Biogas. Jurnal Kependidikan, Volumr 42, Nomor 1, Halaman 54-60.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidian: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Teti. (2015, Agustus 06). Wawancara Analisis Kebutuhan. (M. Rizki, Pewawancara).

Tirtaraharja, Umar. (2008). Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. (2003). Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Ulfa, Anik., Bintari, S. H., & Pamelasari, S. D. (2013). Pengembangan LKS IPA Berbasis World Square Model Keterpaduan Connected. Unnes Science Education Journal USEJ 2 (1), 239-244.

Warsita, Bambang. (2008). Teknologi Pembelajaran: Landasan dan Aplikasinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Widodo, Chomsin. S. (2008). Panduan Menyusun Bahan Ajar Berbasis Kompetensi. Jakarta: PT Alex Media Komputindo.

Yaumi, Muhammad. (2013). Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Yörük, N. d. (2010). The effects of science, technology, society, environment (STSE) interactions on teaching chemistry. Vol.2, No.12 doi:10.4236/ns.2010.212173, 1417-1424.

Zul, Nurlita. (2015, Agustur 10). Wawancara Analisis Kebutuhan. (M. Rizki, Pewawancara).

Zulfiani, Feronika, T., & Suartini, K. (2009). Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarata.