ANALISIS KOMPARASI USAHA TEBU KEPRAS II PADALAHAN SAWAH DAN TEGAL DI KECAMATAN SINGOSARI KABUPATEN MALANG

ANALISIS KOMPARASI USAHA TEBU KEPRAS II PADALAHAN SAWAH
DAN TEGAL DI KECAMATAN SINGOSARI KABUPATEN MALANG
Oleh: Dwi Putri Yuliarica Nilasari ( 04720021N )
Agribisnis
Dibuat: 2009-02-09 , dengan 3 file(s).

Keywords: Komparasi, Tebu, Sawah, Tegal
ABSTRAK
Beredarnya gula rafinasi impor dipasaran semakin membuat ekonomi petani tebu semakin
terpuruk. Keadaan ini mengharuskan petani untuk mencari terobosan-terobosan agar usaha
tebunya dapat terus bertahan, yaitu dengan cara menekan biaya-biaya dan meningkatkan
produksi. Di Kecamatan Singosari Kabupaten Malang petani tebu terdapat beberapa petani tebu
yang menanam tebu dilahan sawah, ada pula yang menanam tebu dilahan tegal, dengan pola
tanam awal maupun kepras. Hal ini dilakukan tentunya untuk memaksimalkan produktifitas dari
tanaman tebu, sehingga mampu meningkatkan pendapatan petani.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan biaya dan pendapatan usaha tebu
kepras II pada lahan sawah dan tegal di Kecamatan Singosari Kabupaten Malang dan untuk
mengetahui efisiensi usaha tebu kepras II pada lahan sawah dan tegal di Kecamatan Singosari
Kabupaten Malang.
Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja, yaitu di Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang.
Jumlah sampel petani tebu kepras pada lahan sawah adalah 12 orang dengan menggunakan

metode sensus. Sampel petani pada lahan tegal dibedakan menjadi 2 yaitu petani yang memiliki
lahan ≤ 2Ha sebanyak 18 orang dan petani dengan lahan >2 Ha sebanyak 8 orang.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan biaya usaha tebu kepras II pada
lahan sawah dan tegal di Kecamatan Singosari Kabupaten Malang. Pada lahan sawah rata-rata
biaya yang dikeluarkan oleh petani adalah Rp. 19.211.706,79,- dalam setiap hektar. Pada lahan
tegal rata-rata biaya yang dikeluarkan petani adalah sebesar Rp. 13.993.597,39,-dalam setiap
hektar.
Dari hasil analisa uji beda t, biaya usaha tebu kepras II pada lahan sawah dan tegal di Kecamatan
Singosari Kabupaten Malang diperoleh nilai t Hitung 9,407 dengan α = 5%. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara usaha tebu kepras II pada lahan
sawah dan tegal di Kecamatan Singosari Kabupaten Malang. Dengan demikian berarti terima H1
dan tolak H0.
Dari hasil penelitian juga diketahui pendapatan usaha tebu kepras II pada lahan sawah di
Kecamatan Singosari Kabupaten Malang sebesar Rp. 9.571.088,27,- per hektar. Pendapatan
petani usaha tebu kepras II pada lahan tegal di Kecamatan Singosari Kabupaten Malang adalah
Rp. 4.791.015,31,- per hektar. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pendapatan antara
petani tebu kepras II pada lahan sawah dan tegal di Kecamatan Singosari Kabupaten Malang.
Dari hasil analisa uji beda t, pendapatan usaha tebu kepras II pada lahan sawah dan tegal di
Kecamatan Singosari Kabupaten Malang diperoleh nilai t Hitung 10,152 > dari t Tabel yaitu
2,028, dengan α = 5%. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara

usaha tebu kepras II pada lahan sawah dan tegal di Kecamatan Singosari Kabupaten Malang.
Dengan demikian berarti terima H1 dan tolak H0.
Usaha tebu kepras II pada lahan sawah dan tegal di Kecamatan Singosari menunjukkan bahwa
usaha tebu kepras II pada lahan sawah sebesar 1,50 dan pada lahan tegal sebesar 1,34. Karena

R/C Ratio tersebut lebih besar dari 1 maka dapat disimpulkan bahwa usaha tebu kepras II pada
lahan sawah dan tegal efisien. Dari nilai R/C Ratio tersebut diketahui bahwa R/C Ratio pada
lahan sawah lebih tinggi dari pada lahan tegal sehingga usaha tebu kepras II di Kecamatan
Singosari Kabupaten Malang lebih menguntungkan dari lahan tegal.
ABSTRACT
The Spread of import rafinasi sugar in the market makes the economic life of sugar cane farmers
worse and worse. This situation requires the farmers to look for new breakhroughs in order to
make their sugar cane business exist which can be done by pressing cost‟s and increasing
produktion. On Singosari District, Malang Regency, some sugar cane farmers plant sugar canes
in fields, and also there are some sugar cane farmers plant them in “tegal” using both early
planting pattern and trim planting pattern. The purpose of those planting pattern are done to
maximize the productifity of sugar canes, so the income of the farmers can increase.
The purpose of this observation is to know the differences between costs and the income of the
second trim of sugar cane business planted in fields and “tegal” in Singosari District Malang
Regency and also to know the effisiency the second trim of sugar cane business planted in fields

and “tegal” in that District.
The location of the observasion has beeb determined intentionally and done in Singosari District,
Malang Regency. The amount of sample farmers of trimming sugar canes who plants in fields is
twelve people by using census methode. The sample farmers who plants in “tegal” is differed
into two, the amount of farmers that have field ≤ 2 Ha is 18 people and the amount of farmers
who have field > 2 Ha is 8 people.
From the result of the observation can be know that there is a difference between cost‟s spent for
the secon trim of sugar cane business in field and “tegal” in Singosari District, Malang Regency.
The average cost which is has been spent by farmers used field was Rp. 19.211.706,79,- per
hectar. The average coct which has been spent by farmers who used “tegal” was Rp.
13.993.597,39,- per hectar.
Based on the result of “uji beda t” analysis, cost for the second trim of sugar cane business in
field and “tegal” in Singosari District Malang Regency has been found “nilai t” count 9,407 with
α = 5%. It showed that there was a significant difference between the second trim of sugar cane
business in fields and “tegal‟ in Singosari District Malang Regency. It meant accepting H1 and
rejecting H0.
Also, from the result of an observation, it has been known that the income using the second trim
of sugar cane business in fields in Singosari District Malang Regency was Rp. 9.571.088,27,- per
hectar. It show that there is a difference between farmers of the second trim of sugar cane in
fields and “tegal” in singosari District Malang Regency.

From the result of a “uji beda t” analysis,the income of the second trim of sugar cane business in
fields and “tegal” in Singosari District Malang Regency has beeb got “nilai t” count 10,157 >
from t Table 2,028, with α = 5%. It shows that there is a significant difference between the
second trim of sugar cane business in fields and “tegal” in Singosari District Malang Regency. It
meant accepting H1 and rejecting H0.
The second trim of sugar cane business in fields and “tegal” in Singosari District Malang
Regency showed that the business in fields was 1,5 and in „tegal‟ was 1,34. Because R/C Ratio
was more than 1, so it can be concluded that the trim sugar cane business in fields and “tegal” are
efficien. From the value of R?C Ratio in fields in higher than “tegal”. So the second trim of sugar
cane business in Singosari District Malang Regency is more benefitcial than “tegal”.