Desain Dan Pengujian Alat Kepras Tebu Tipe Piringan Berputar

(1)

DESAIN DAN PENGUJIAN ALAT KEPRAS TEBU TIPE PIRINGAN BERPUTAR

Oleh :

HAMZAH AJI SAPUTRO F14103078

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007


(2)

i KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis dalam menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Desain dan Pengujian Alat Kepras Tebu Tipe Piringan Berputar” yang merupakan salah satu prasarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian.

Demikian laporan penelitian ini dapat tersusun atas kerjasama dan bimbingan pihak-pihak yang telah membantu penulis selama penyusunan laporan penelitian ini. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan usulan penelitian ini:

1. Dr. Ir. Radite Praeko Agus setiawan, M.Agr sebagai Dosen Pembimbing Akademik atas bimbingannya dalam penyusunan laporan Penelitian ini. 2. Dr. Ir. I Nengah Swastawa, Msc sebagai Dosen Penguji Skripsi atas

masukannya dalam penyusunan laporan Penelitian ini.

3. Dr. Ir. I Dewa Made Subrata, MAgr sebagai Dosen Penguji Skripsi atas masukannya dalam penyusunan laporan Penelitian ini.

4. Ayahanda dan Ibunda serta kakak dan adik tercinta yang selalu memberikan dorongan dan motivasi selama ini.

5. Dr. Drs. Lisyanto, Msi atas bantuannya dan masukannya dalam penyusunan laporan penelitian ini.

6. Bapak Abbas selaku teknisi Lab. TMBP, atas bantuannya selama penelitian ini.

7. Bapak Parma atas bantuannya selama penelitian ini berlangsung.

8. Yeni Triana yang selalu memberikan dorongan dan motivasi kepada penulis.

9. Feri, Bagus, Dani, Naren, Izi, Caca, Kafid, Fuad, Yandra, Budi serta teman-teman TEP 40, atas bantuannya selama ini.


(3)

ii 11. Teman-teman KMK ( Keluarga Mahasiswa Klaten ) atas bantuan dan

telah memberikan kenangan yang tak akan terlupakan.

12. Pihak-pihak yang ikut membantu dalam penyusunan laporan penelitian ini.

Bogor, Oktober 2007


(4)

iii DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iii

DAFTAR TABEL v

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN viii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 4

II. TIJAUAN PUSTAKA A. Tebu ( Saccharum officinarum L )... 5

B. Kepras Tebu ... 6

C. Traktor 4-roda ... 8

a.Three Hitch Point... 7

b. PTO(PowerTake Off) ... 8

c. Sistem transmisi Roda gigi ... 9

D. Bajak Piring (Disk Plow) ... 11

E. Perancangan ... 13

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat ... 15

B. Alat dan Bahan ... 15

C. Metode Penelitian... 16

IV. ANALISA RANCANGAN A. Rancangan Fungsional... 20

B. Rancangan Struktural ... 21

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Alat Kepras Tebu... 29


(5)

iv VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 45 B. Saran ... 45 DAFTAR PUSTAKA... 46


(6)

v DAFTAR TABEL

Tabel 1 Luas areal tebu, produksi, konsumsi, dan impor gula selama lima tahun terakhir serta proyeksinya pada tahun 2007 dan 2020 ... 2 Tabel 2. Nilai Feed pemotongan ... 26 Tabel 3. Kalibrasi transduser torsi menggunakan handy strain meter... 48 Tabel 4. Kecapatan maju... 51 Tabel 5. Slip roda... 51


(7)

vi DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pengeprasan bentuk W... 7

Gambar 2. Pengeprasan bentuk U ... 8

Gambar 3. Mekanisme four bar linkage pada bagian tiga titik gandeng traktor ... 8

Gambar 4. Straight bevel gear... 11

Gambar 5 Bajak piring standar dan beberapa bagian yang penting ... 11

Gambar 6 Tampak atas bajak piring vertikal dengan disc angle (DA). 12 Gambar 7 Pisau bajak piring bentuk cekung bentuk kerucut dan bentuk cembung di pusat ... 13

Gambar 8 Bajak piring dan garu piring ... 13

Gambar 9. Tahapan Penelitian ... 16

Gambar 10. Unit kepras tebu dengan rangka tarik ... 18

Gambar 11. Rangka dengan tiga titik gandeng ... 21

Gambar 12. Mekanisme fourbar linkage pada komponen penggandengan traktor Kubota L3050 ... 22

Gambar 13. Skema posisi gerakan pada rangkaian empat batang penghubung... 23

Gambar 14. Gambar skematik posisi alat kepras tebu... 23

Gambar 15. Simulasi posisi alat kepras tebu pada keadaan naik paling atas... 24

Gambar 16. Simulasi posisi alat kepras tebu pada keadaan turun paling bawah ... 24

Gambar 17. Kurva lintasan pemotongan... 26

Gambar 18. Prototipe alat kepras tebu berpenggerak motor listrik... 29

Gambar 19. Prototipe alat kepras tebu... 30

Gambar 20. Universal joint... 30

Gambar 21. Sistem penyaluran daya ... 31

Gambar 22. Konstruksi rangka tarik... 32

Gambar 23. Rangka titik gandeng ... 33


(8)

vii

Gambar 25. Rangka unit kepras (tampak atas)... 34

Gambar 26. Kopel joint ... 34

Gambar 27. Gearbox... 35

Gambar 28. Poros piringan pemotong ... 36

Gambar 29. Pemasangan strain gages (sensor torsi) yang disusun dalam bentuk rangkaian jembatan wheatstone pada poros piringan alat uji ... 37

Gambar 30. Piringan pemotong (disc bercoak)... 38

Gambar 31 Tilt angle (TA) dari piringan pemotong pada bidang XZ dan disk angle (DA) piringan pemotong pada bidang XY .... 38

Gambar 32. Roda pengatur kedalaman... 39

Gambar 33. Dudukan gearbox... 40

Gambar 34. Batang penguat dudukan gearbox... 40

Gambar 35. Rangka unit kepras dan pengaman piringan pemotong ... 41

Gambar 36. Pengaman piringan dan slip ring ... 41

Gambar 37. Shock dan pasak ... 42

Gambar 38. Lebar pemotongan ... 43

Gambar 39. Tebu hasil pengeprasan... 43


(9)

viii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel kalibrasi transduser torsi menggunakan

handy strain meter... 48

Lampiran 2. Perhitungan Poros ... 49

Lampiran 3. Perhitungan Kapasitas lapang dan Slip roda ... 51

Lampiran 4. Letak komponen penyusun alat kepras tebu... 52

Lampiran 5. Dimensi alat kepras tebu ... 55

Lampiran 6. Gambar kerja rangka tarik ... 58

Lampiran 7. Gambar kerja gearbox... 59

Lampiran 8. Gambar kerja rumah poros piringan pemotong ... 60

Lampiran 9. Gambar kerja roda pengatur kedalaman... 61

Lampiran 10. Piringan pemotong ... 62

Lampiran 11. Gambar kerja bearing... 63


(10)

DESAIN DAN PENGUJIAN ALAT KEPRAS TEBU TIPE PIRINGAN BERPUTAR

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Pertanian Pada Departemen Teknik Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh:

HAMZAH AJI SAPUTRO F14103078

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007


(11)

DESAIN DAN PENGUJIAN ALAT KEPRAS TEBU TIPE PIRINGAN BERPUTAR

Oleh :

HAMZAH AJI SAPUTRO F14103078

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007


(12)

i KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis dalam menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Desain dan Pengujian Alat Kepras Tebu Tipe Piringan Berputar” yang merupakan salah satu prasarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian.

Demikian laporan penelitian ini dapat tersusun atas kerjasama dan bimbingan pihak-pihak yang telah membantu penulis selama penyusunan laporan penelitian ini. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan usulan penelitian ini:

1. Dr. Ir. Radite Praeko Agus setiawan, M.Agr sebagai Dosen Pembimbing Akademik atas bimbingannya dalam penyusunan laporan Penelitian ini. 2. Dr. Ir. I Nengah Swastawa, Msc sebagai Dosen Penguji Skripsi atas

masukannya dalam penyusunan laporan Penelitian ini.

3. Dr. Ir. I Dewa Made Subrata, MAgr sebagai Dosen Penguji Skripsi atas masukannya dalam penyusunan laporan Penelitian ini.

4. Ayahanda dan Ibunda serta kakak dan adik tercinta yang selalu memberikan dorongan dan motivasi selama ini.

5. Dr. Drs. Lisyanto, Msi atas bantuannya dan masukannya dalam penyusunan laporan penelitian ini.

6. Bapak Abbas selaku teknisi Lab. TMBP, atas bantuannya selama penelitian ini.

7. Bapak Parma atas bantuannya selama penelitian ini berlangsung.

8. Yeni Triana yang selalu memberikan dorongan dan motivasi kepada penulis.

9. Feri, Bagus, Dani, Naren, Izi, Caca, Kafid, Fuad, Yandra, Budi serta teman-teman TEP 40, atas bantuannya selama ini.


(13)

ii 11. Teman-teman KMK ( Keluarga Mahasiswa Klaten ) atas bantuan dan

telah memberikan kenangan yang tak akan terlupakan.

12. Pihak-pihak yang ikut membantu dalam penyusunan laporan penelitian ini.

Bogor, Oktober 2007


(14)

iii DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iii

DAFTAR TABEL v

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN viii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 4

II. TIJAUAN PUSTAKA A. Tebu ( Saccharum officinarum L )... 5

B. Kepras Tebu ... 6

C. Traktor 4-roda ... 8

a.Three Hitch Point... 7

b. PTO(PowerTake Off) ... 8

c. Sistem transmisi Roda gigi ... 9

D. Bajak Piring (Disk Plow) ... 11

E. Perancangan ... 13

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat ... 15

B. Alat dan Bahan ... 15

C. Metode Penelitian... 16

IV. ANALISA RANCANGAN A. Rancangan Fungsional... 20

B. Rancangan Struktural ... 21

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Alat Kepras Tebu... 29


(15)

iv VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 45 B. Saran ... 45 DAFTAR PUSTAKA... 46


(16)

v DAFTAR TABEL

Tabel 1 Luas areal tebu, produksi, konsumsi, dan impor gula selama lima tahun terakhir serta proyeksinya pada tahun 2007 dan 2020 ... 2 Tabel 2. Nilai Feed pemotongan ... 26 Tabel 3. Kalibrasi transduser torsi menggunakan handy strain meter... 48 Tabel 4. Kecapatan maju... 51 Tabel 5. Slip roda... 51


(17)

vi DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pengeprasan bentuk W... 7

Gambar 2. Pengeprasan bentuk U ... 8

Gambar 3. Mekanisme four bar linkage pada bagian tiga titik gandeng traktor ... 8

Gambar 4. Straight bevel gear... 11

Gambar 5 Bajak piring standar dan beberapa bagian yang penting ... 11

Gambar 6 Tampak atas bajak piring vertikal dengan disc angle (DA). 12 Gambar 7 Pisau bajak piring bentuk cekung bentuk kerucut dan bentuk cembung di pusat ... 13

Gambar 8 Bajak piring dan garu piring ... 13

Gambar 9. Tahapan Penelitian ... 16

Gambar 10. Unit kepras tebu dengan rangka tarik ... 18

Gambar 11. Rangka dengan tiga titik gandeng ... 21

Gambar 12. Mekanisme fourbar linkage pada komponen penggandengan traktor Kubota L3050 ... 22

Gambar 13. Skema posisi gerakan pada rangkaian empat batang penghubung... 23

Gambar 14. Gambar skematik posisi alat kepras tebu... 23

Gambar 15. Simulasi posisi alat kepras tebu pada keadaan naik paling atas... 24

Gambar 16. Simulasi posisi alat kepras tebu pada keadaan turun paling bawah ... 24

Gambar 17. Kurva lintasan pemotongan... 26

Gambar 18. Prototipe alat kepras tebu berpenggerak motor listrik... 29

Gambar 19. Prototipe alat kepras tebu... 30

Gambar 20. Universal joint... 30

Gambar 21. Sistem penyaluran daya ... 31

Gambar 22. Konstruksi rangka tarik... 32

Gambar 23. Rangka titik gandeng ... 33


(18)

vii

Gambar 25. Rangka unit kepras (tampak atas)... 34

Gambar 26. Kopel joint ... 34

Gambar 27. Gearbox... 35

Gambar 28. Poros piringan pemotong ... 36

Gambar 29. Pemasangan strain gages (sensor torsi) yang disusun dalam bentuk rangkaian jembatan wheatstone pada poros piringan alat uji ... 37

Gambar 30. Piringan pemotong (disc bercoak)... 38

Gambar 31 Tilt angle (TA) dari piringan pemotong pada bidang XZ dan disk angle (DA) piringan pemotong pada bidang XY .... 38

Gambar 32. Roda pengatur kedalaman... 39

Gambar 33. Dudukan gearbox... 40

Gambar 34. Batang penguat dudukan gearbox... 40

Gambar 35. Rangka unit kepras dan pengaman piringan pemotong ... 41

Gambar 36. Pengaman piringan dan slip ring ... 41

Gambar 37. Shock dan pasak ... 42

Gambar 38. Lebar pemotongan ... 43

Gambar 39. Tebu hasil pengeprasan... 43


(19)

viii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel kalibrasi transduser torsi menggunakan

handy strain meter... 48

Lampiran 2. Perhitungan Poros ... 49

Lampiran 3. Perhitungan Kapasitas lapang dan Slip roda ... 51

Lampiran 4. Letak komponen penyusun alat kepras tebu... 52

Lampiran 5. Dimensi alat kepras tebu ... 55

Lampiran 6. Gambar kerja rangka tarik ... 58

Lampiran 7. Gambar kerja gearbox... 59

Lampiran 8. Gambar kerja rumah poros piringan pemotong ... 60

Lampiran 9. Gambar kerja roda pengatur kedalaman... 61

Lampiran 10. Piringan pemotong ... 62

Lampiran 11. Gambar kerja bearing... 63


(20)

DESAIN DAN PENGUJIAN ALAT KEPRAS TEBU TIPE PIRINGAN BERPUTAR

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Pertanian Pada Departemen Teknik Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh:

HAMZAH AJI SAPUTRO F14103078

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007


(21)

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

DESAIN DAN PENGUJIAN ALAT KEPRAS TEBU TIPE PIRINGAN BERPUTAR

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Pertanian Pada Departemen Teknik Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh:

HAMZAH AJI SAPUTRO F14103078

Dilahirkan pada tanggal 6 Juli 1985 Di Klaten, Jawa Tengah

Tanggal Lulus : Oktober 2007

Menyetujui, Bogor, Oktober 2007

Dr.Ir.Radite Praeko Agus Setiawan,M.Agr Dosen Pembimbing Akademik

Mengetahui,

Dr. Ir. Wawan Hermawan, MS Ketua Departemen Teknik Pertanian


(22)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Klaten pada tanggal 6 Juli 1985, putra keempat dari 5 bersaudara dari pasangan Bapak Sapto Martono dan Ibu Rabiyem. Pendidikan Dasar ditempuh penulis di SDN Bawak III dan menamatkannya pada tahun 1997, selanjutnya penulis meneruskan pendidikan lanjutan di SLTPN 1 Cawas dan menyelesaikannya pada tahun 2000. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke SMUN 1 Cawas dan lulus pada tahun 2003.

Penulis masuk di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI pada tahun 2003. Penulis diterima pada Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian pada tahun 2004. Pada tahun 2005 penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah pengukuran lingkungan. Tahun 2006, penulis mengikuti PIMNAS (Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional) di Malang, Jawa Timur. Pada tahun yang sama penulis melakukan praktek lapangan di PG Ngadirejo PTPN X, Kediri, Jawa Timur dengan judul "Operasi dan Pemeliharaan Peralatan Pengolahan Tanah di PG Ngadirejo PTPN X".

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian, penulis menyelesaikan Skripsi yang berjudul " Desain dan Pengujian Alat Kepras Tebu Tipe Piringan Berputar".


(23)

HAMZAH AJI SAPUTRO. Desain dan Pengujian Alat Kepras Tebu Tipe Piringan Berputar. Dibimbing oleh RADITE PRAEKO AGUS SETIAWAN.

RINGKASAN

Pengeprasan merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam budidaya tanaman tebu keprasan. Pengeprasan manual yang dilakukan hingga saat ini menghadapi masalah kesulitan tenaga kerja dan rendahnya kualitas pengeprasan. Di lain pihak alat dan mesin kepras jenis rotari (stubble shaver) yang ada memiliki beberapa kelemahan antara lain hasil keprasan pecah dan pisau pemotong yang cepat tumpul.

Penelitian ini bertujuan untuk mendesain prototipe alat kepras tebu tipe piringan berputar yang digandengkan pada traktor 4-roda melalui 3 titik gandeng, dimana PTO traktor digunakan sebagai sumber tenaga putar. Pada alat kepras tebu ini digunakan pisau berbentuk piringan dari garu piring coak (scalloped disc harrow) yang diputar. Jenis pisau tersebut selain mudah diperoleh juga dapat bekerja pada kondisi tanah yang keras, kering, lengket, dan berakar. Pada penelitian ini piringan pemotong ini didesain mempunyai tilt angle 15o-25o dan

disc angle 45o.

Prototipe alat ini dirancang untuk bekerja pada kedalaman + 10 cm dan lebar pemotongan + 25 cm.Sebagai penyempurnaan selanjutnya maka akan dibuat suatu rangka tarik yang berfungsi untuk mempermudah pemasangan/penggandengan ke traktor penggerak dan operasi di lapang. Tenaga putar penggerak piringan pemotong menggunakan sumber tenaga dari PTO traktor yang dilengkapi dengan gearbox untuk merubah arah putaran dan penyambung universal (universal joint) untuk mengadaptasi poros yang tidak sejajar antara poros PTO dan poros sistem pemotong.

Dari hasil pengujian pada kecepatan putar 1000 rpm dan kecepatan maju 0,278 m/s didapatkan hasil keprasan permukaan potong tunggul tebu yang tidak pecah bila dibandingkan dengan hasil keprasan pada tingkat kecepatan 0,187 m/s dan 500 rpm. Dengan tilt angle 20o dan disk angle 45o, didapatkan feed pemotongan 0,002 m/putaran (500 rpm dan kecepatan maju 0,187 m/s) dan 0,001 m/putaran (1000 rpm dan kecepatan maju 0,278 m/s). Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar kecepatan putarnya maka semakin baik hasil keprasan yang di dapat. Sedangkan pada tingkat kecepatan maju yang lebih rendah maka hasil yang didapat semakin baik karena didapatkan feed pemotongan yang kecil. Pada kecepatan maju 0,278 m/s dengan kecepatan putar piringan pemotong 1000 rpm alat ini mempunyai kapasitas lapang efektif sebesar 0,10 Ha/jam. Sedangkan dengan kecepatan maju 0,187 m/s dan kecepatan putar piringan pemotong sebesar 500 rpm, diperoleh kapasitas lapang efektif sebesar 0,06 Ha/jam.


(24)

1

I.

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara agraris yang sangat potensial untuk pengembangan tanaman pangan dan tanaman perkebunan. Salah satu tanaman perkebunan yang sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia adalah tanaman tebu ( Saccharum officinarum L ). Tebu adalah salah satu tanaman penghasil gula dan merupakan salah satu komoditi pokok dan merupakan bahan konsumsi utama bagi sebagian besar penduduk di dunia. Tabel 1 menunjukkan bahwa, dari tahun 2000 hingga 2002 produksi gula nasional mengalami kenaikan seiring dengan bertambahnya luas tanaman tebu, namun demikian kenaikan produksi tersebut masih belum mencukupi konsumsi gula nasional yang besarnya hampir 2 kali lipat dari nilai produksi, sehingga kegiatan impor gula terpaksa harus dilakukan. Diperkirakan impor gula akan terus berlanjut hingga tahun 2020, akan tetapi pada tahun tersebut jumlah impor gula relatif kecil yakni sekitar 170 000 ton.Pada tahun 2000, impor gula mencapai 1 556 687 ton untuk mencukupi konsumsi gula nasional sebesar 2 989 000 ton, kemudian pada tahun 2001 impor gula sedikit berkurang menjadi 1 072 921 ton untuk mencukupi kebutuhan gula nasional sebesar 3089 000 ton, selanjutnya pada tahun 2002 impor gula sedikit meningkat, yakni sekitar 1 400 000 ton yang digunakan untuk memenuhi konsumsi gula nasional sebesar 4 000 000 ton.

Produktifitas tanaman tebu ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya faktor budidaya, faktor lingkungan, dan faktor genetis. Agar tercapai produksi tebu yang optimal, diperlukan varietas-varietas tebu yang mampu beradaptasi dengan kondisi lahan dan lingkungan setempat serta mendukung efisiensi dalam proses pemeliharaan dan pemanenan. Selain itu untuk mendukung peningkatan produksi gula dibutuhkan varietas-varietas unggul baru untuk menggantikan varietas lama yang potensinya telah mengalami kemunduran. Sedangkan faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap budidaya tanaman tebu adalah keadaan cuaca, kondisi dan sifat tanah tanah, dsb. Dalam usaha peningkatan produktifitas tanaman tebu maka peranan mekanisasi pertanian sangat penting dalam meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembudidayaan tanaman tebu. Oleh


(25)

2 karena itu perlu diaplikasikan berbagai macam alat dan mesin pertanian yang sesuai dengan kondisi lapangan pembudidayaan tebu di Indonesia sehingga diperoleh kemudahan dalam operasi di lapang.

Tabel 1 Luas areal tebu, produksi, konsumsi, dan impor gula selama lima tahun terakhir serta proyeksinya pada tahun 2007 dan 2020

Tahun Luas Areal Tebu (ha)

Produksi Gula (ton) Konsumsi Gula (ton) Impor Gula (ton) 1998 377 089 1 496 027 2 739 295 1 730 473 1999 342 211 1 493 067 3 000 000 2 187 133 2000 340 660 1 690 405 2 989 000 1 556 687 2001 344 750 1 725 467 3 089 000 1 072 921 2002 347 327 1 800 000 4 000 000 1 400 000 2007 385 773 3 000 000 3 504 465 500 000

2020 - 4 000 000 4 171 860 170 000

Sumber : Departemen Pertanian diacu dalam Lisyanto (2007).

Budidaya tebu dapat dilakukan pada dua jenis lahan, yakni lahan sawah atau bekas sawah (sistem reynoso) dan lahan kering (rain fed system). Ditinjau dari aspek penggunaan alat dan mesin pertanian (alsintan), budidaya tebu sistem reynoso jarang melibatkan mesin-mesin pertanian. Budidaya tebu lahan kering mengalami perkembangan cukup pesat seiring dengan upaya akselerasi swasembada gula. Sistem budidaya tersebut saat ini banyak dikembangkan oleh industri gula nasional, terutama oleh pabrik gula di luar Jawa. Hal tersebut dilakukan dengan harapan agar dapat diperoleh produksi tebu yang tinggi dalam satuan ton tebu per hari (ton cane per day) sehingga target kapasitas giling dapat terpenuhi.

Pada proses budidaya tanaman tebu di perkebunan terdapat beberapa kegiatan budidaya yang salah satunya adalah proses penanaman. Ada dua cara dalam budidaya tanaman tebu yaitu dengan tanaman pertama atau PC ( Plant Cane) maupun dengan cara kepras (ratoon). Tanaman keprasan merupakan tanaman tebu yang tumbuh kembali dari jaringan batang yang masih tertinggal dalam tanah setelah tebu ditebang (Barnes 1964). Dalam proses kepras ini kegiatan yang dilakukan berupa pemangkasan tebu hingga rata dengan permukaan


(26)

3 tanah sehingga diharapkan agar tunas yang terbentuk akan tumbuh dengan baik. Tanaman keprasan ini mempunyai hasil yang lebih rendah bila dibandingkan dengan tanaman pertama sehingga hanya dapat dilakukan beberapa kali saja tergantung dengan varietas tebu, faktor budidaya, serta faktor lingkungan sekitarnya. Di indonesia, kepras ini hanya dilakukan secara manual tanpa menggunakan alat atau mesin mekanis sehingga kurang efisien. Karena hanya dilakukan secara manual maka untuk luasan tanaman tebu yang relatif luas maka akan memerlukan waktu yang relatif lama sehingga hasil yang didapatkan tidak seragam dan kurang efisien.

Untuk meningkatkan efisiensi kegiatan kepras tebu maka diperlukan suatu mesin kepras tebu yang dapat memberikan kemudahan pemakaian di lapang serta kemudahan dalam perawatan dan perbaikannya. Pada penelitian sebelumnya model alat kepras tebu ini telah dibuat dalam suatu rangka dalam lintasan tertentu (rel besi) dan berpenggerak motor listrik (Lisyanto, 2007). Alat ini menggunakan metode pemotongan tunggul tebu dengan prinsip menggergaji (sawing) menggunakan pisau berbentuk piringan dari garu piring coak (scalloped disc harrow) yang diputar. Jenis pisau tersebut selain mudah diperoleh juga dapat bekerja pada kondisi tanah yang keras, kering, lengket, dan berakar. Beberapa parameter penting yang dilibatkan dalam percobaan pengeprasan menggunakan kedua jenis pisau tersebut terdiri atas (1) kecepatan maju alat, (2) kecepatan putar pisau, (3) sudut kemiringan pisau terhadap jalur gerakan (disc angle), dan (4) sudut kemiringan pisau terhadap sumbu vertikal (tilt angle). Metode pemotongan dikatakan efektif dan efisien apabila kombinasi parameter percobaan pemotongan tersebut dapat menghasilkan permukaan potong tunggul tebu yang tidak pecah dan tidak tercabut dari tanah, kebutuhan torsi pemotongan yang relatif rendah, dan memiliki pertumbuhan tunas yang baik.

Prototipe alat kepras tebu ini merupakan penyempurnaan desain dari penelitian sebelumnya(Lisyanto, 2007), yaitu prototipe ini digandengkan dengan traktor 4-roda dengan mekanisme tiga titik gandeng. Tenaga putar penggerak piringan pemotong menggunakan sumber tenaga dari PTO traktor yang dilengkapi dengan gearbox untuk merubah arah putaran dan penyambung universal


(27)

4 (universal joint) untuk merubah arah putaran dan mengadaptasi poros yang tidak sejajar antara poros PTO dan poros piringan pemotong.

B. TUJUAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendesain dan melakukan pengujian fungsional prototipe alat kepras tebu tipe piringan berputar yang digandengkan pada traktor 4-roda melalui 3 titik gandeng, dimana PTO traktor digunakan sebagai sumber tenaga putar.


(28)

5

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tebu (Sacharum offlcinarum, Linn.)

Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Keluarga : Poaceae

Genus : Saccharum

Spesies : Saccharum officinarum

Tanaman tebu merupakan tanaman perkebunan yang berasal dari India. Tebu merupakan salah satu tanaman tropis yang cocok dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian tanah 5 sampai 500 meter di atas permukaan laut. Tanaman tebu dapat tumbuh pada berbagai macam tanah, tetapi tanaman ini akan tumbuh dengan baik pada tanah lempung kapur, lempung berpasir dan pasir berlempung (Notojoewono, 1960; Sudiatso, 1983). Tanaman ini merupakan tanaman penghasil gula yang baik karena dalam batang tebu ini terkandung + 20% cairan gula.

Tanaman tebu akan tumbuh dengan baik pada daerah yang panas dan lembab yaitu pada suhu 28-340C dan kelambaban >70%. Tanaman tebu akan tumbuh dengan baik apabila tanah sebagai media tanamnya mengandung cukup air. Apabila ditanam di lahan tanpa irigasi maka penanaman tebu dilakukan saat musim penghujan. Di dataran rendah yang panas, tanaman tebu akan mempunyai produktifitas yang tinggi dan pada dataran tinggi yang dingin tanaman ini akan mengalami pertumbuhan yang lambat dan produktifitasnya rendah (Sudiatso,1983).

Pertumbuhan tanaman tebu sangat dipengaruhi oleh iklim dimana tanaman tersebut dibudidayakan. Sifat iklim yang perlu diketahui adalah penyebaran curah hujan bulanan, penyebaran curah hujan tahunan, jumlah bulan basah dan jumlah bulan kering. Daerah yang sesuai untuk pengembangan tanaman tebu adalah dataran rendah dengan jumlah curah hujan tahunan 1500-3000 mm. Tanaman tebu


(29)

6 membutuhkan banyak air pada masa pertumbuhannya dan keadaan kering menjelang waktu pemasakannya (Notojoewono, 1960). Hujan yang terus-menerus pada masa pemasakan akan mengakibatkan pertumbuhan terus berlangsung dan tidak ada kesempatan untuk proses pemasakan sehingga tingkat rendemen yang dihasilkan rendah. Agar dapat menghasilkan sukrosa tinggi, tanaman tebu memerlukan suhu tertentu yaitu 22-28oC. Pada suhu kurang dari 21oC, pertumbuhan tebu akan terhambat bahkan jika suhu turun hingga 16oC pertumbuhan akan terhenti (Barnes, 1964).

Batang tanaman tebu merupakan sumber gula. Namun demikian rendemen/ persentase gula yang dihasilkan hanya berkisar 10-15%. Sisa pengolahan batang tebu adalah: Tetes tebu (molase) yang diperoleh dari tahap pemisahan kristal gula dan masih mengandung gula 50-60%, asam amino dan mineral. Tetes tebu adalah bahan baku bumbu masak MSG, gula cair dan arak. Pucuk daun tebu yang diperoleh pada tahap penebangan digunakan untuk pakan ternak dalam bentuk silase, pelet dan wafer.Ampas tebu yang merupakan hasil samping dari proses ekstraksi cairan tebu. Dimanfaatkan sebagai bahan bakar pabrik, bahan industri kertas, particle board dan media untuk budidaya jamur atau dikomposkan untuk pupuk. Blotong yang merupakan hasil samping proses penjernihan. Bahan organik ini dipakai sebagai pupuk tanaman tebu.

B. Kepras Tebu

Pada proses budidaya tanaman tebu di perkebunan terdapat beberapa kegiatan budidaya yang salah satunya adalah proses penanaman. Ada dua cara dalam penanaman tanaman tebu yaitu dengan cara bongkar ratoon maupun dengan cara kepras.

Menurut King, Mungomery dan Hughes (1953), tanaman tebu mempunyai kemampuan memproduksi tunas-tunas baru dari tunggul dalam tanah setelah tanaman pertama dipanen. Pengeprasan adalah memotong sisa-sisa tunggul tebu yang dilakukan tepat atau lebih rendah dari permukaan tanah. Tanaman keprasan merupakan hasil tunas tebu yang tumbuh kembali dari jaringan batang yang masih tertinggal dalam tanah setelah ditebang (Barnes, 1964).


(30)

7 Keuntungan dari tanaman keprasan adalah dapat menghemat pemakaian bibit, disamping itu tebu yang tumbuh sudah beradaptasi dengan lingkungan, dan kelestarian alam dapat terjaga (Widodo, 1991). Meskipun dapat menghemat biaya, hasil rendemen tanaman tebu yang dihasilkan akan mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tanaman tebu sebelumnya. Pada umumnya tanaman keprasan akan menghasilkan rendemen yang cukup baik maksimal hanya untuk 3 kali tanaman kepras.

Proses pengeprasan tunggul tebu ini dapat dilakukan secara manual dengan menggunakan cangkul maupun secara mekanis dengan menggunakan alat kepras tebu baik yang berpenggerak traktor tangan ataupun traktor roda empat. Penggunaan alat-alat mekanis dalam proses pengeprasan tunggul tebu dapat meningkatkan efisiensi proses kepras. Namun penggunaan peralatan mekanis ini harus disesuaikan dengan kondisi lahan tempat operasinya sehingga memudahkan dalam penggunaannya.

Sebelum proses pengeprasan sebaiknya lahan dialiri air terlebih dahulu agar bekas tanaman tebu yang akan dikepras tidak mudah terbongkar (Edi Sutardjo, 1994). Ada dua bentuk pengeprasan :

a. Bentuk W

Umumnya bentuk pengeprasan ini dilakukan pada tanah-tanah berat yang mudah pecah bila musim kemarau.

Gambar 1. Pengeprasan bentuk W

b. Bentuk U

Bentuk pengeprasan ini dilakukan pada tanah ringan dan tanah yang mengandung pasir.


(31)

8 Gambar 2. Pengeprasan bentuk U

C. Traktor 4-roda a. Three hitch point

Three hitch point merupakan titik-titik gandeng yang terdapat pada rangka implemen traktor roda empat. Tiga titik gandeng ini meliputi upper

link, dan dua buah lower link (kanan dan kiri). Three hitch point ini

berfungsi untuk penggandengan peralatan atau implement yang akan digunakan dengan traktor sehingga mempermudah dalam pengoprasian implemen di lahan. Gaya yang dibutuhkan untuk mengangkat atau menggerakannya didapatkan dari tenaga yang dihasilkan oleh pengangkat hidrolik yang terpasang pada bagian belakang badan traktor.

Mekanisme pengangkat yang digunakan pada komponen penggandengan alat ini adalah empat batang penghubung ( four bar

linkage ). Untuk lebih jelasnya, mekanisme empat batang penghubung

dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Mekanisme four bar linkage pada bagian tiga titik gandeng traktor


(32)

9 b. PTO (power take off)

PTO adalah tambahan dalam alat penyalur tenaga suatu mesin, PTO menggerakkan peralatan tambahan, baik yang ditarik maupun yang digandeng pada traktor (Moedjiarto, 1983). PTO merupakan sumber tenaga putar yang dihasilkan yang ditransmisikan dari engine melalui mekanisme tertentu. Pada umumnya PTO digerakkan oleh gear dari transmisinya dan menyalurkan tenaganya melalui sebuah poros ke keluaran PTO dimana dipasangkan peralatan yang akan digerakkan. Terdapat 3 macam jenis PTO (Moedjiarto, 1983) :

a. Transmission driven

PTO bekerja hanya jika kopling mesin terpasang dan berhenti apabila kopling dalam keadaan bebas ( mesin stasioner).

b. Continuous running PTO

Unit ini mempunyai 2 kopling yaitu untuk transmisi dan PTO. Kedua kopling ini bekerja dalam satu pengaturan. Sebagian mengatur kopling transmisi dan sebagian lagi mengatur kopling PTO. Oleh karena itu PTO dapat dijalankan dengan transmisi tidak terpasang (mesin berjalan di tempat). Tetapai transmisi tidak dapat dipasang lagi pada waktu PTO berjalan.

c. Independent PTO

Tipe ini mempunyai pengaturan kopling sendiri yang sama sekali terpisah dari kopling mesin dan transmisi. PTO dapat bekerja pada waktu perjalanan mesin dihentikandan juga PTO dapat dipasang maupun tidak dipasang pada waktu mesin dalam keadaan bergerak.

Dalam penyaluran tenaga dari PTO ke peralatan yang akan digerakkan diperlukan suatu alat yang fleksibel yaitu universal joint. Universal joint ini diperlukan untuk menghubungkan dua poros yang berputar pada bidang yang berlainan. Terdapat 2 jenis universal joint yaitu:


(33)

10 a. Jenis Cardon atau Hooke.

Joint ini terdiri dari dua buah pemikul (yoke) berbentuk huruf U yang ditempatkan pada ujung-ujung poros yang hendak dihubungkan. Di dalam yoke ini terdapat palang yang memegang pemikul. Hal ini menyebabkan satu poros dapat memutar poros yang lainnya dengan sudut sampai 30o keluar dari hubungannya (Moedjiarto, 1983).

b. Jenis Bendix-Weinss.

Jenis ini digunakan untuk memindahkan torsi secara licin bila tenaga yang dibutuhkan lebih sedikit. Joint jenis ini mempunyai 4 bola besar untuk memindahkan gaya rotasi, dan sebuah bola kecil sebagai pengisi ruangan.

c. Sistem transmisi roda gigi

Sistem transmisi merupakan suatu sistem yang menyalurkan daya dari sumber tenaga atau engine ke bagian lainnya. Sistem transmisi ini biasa berupa gear and gear, sprocket, penggunaan universal joint,

pneumatic maupun sistem transmisi lainnya. Dalam sistem transmisi gear

and gear ini terdapat rasio perubahan kecepatan (VR) berdasarkan perbandingan jumlah gigi (N) dari masing masing gear yang berhubungan (Robert.L, 1993). Perhitungan ratio kecepatan tersebut dapat dilihat pada persamaan 1.

VR = out

in N

N

... (1)

Untuk menyalurkan tenaga putar antara input dan output dengan sudut tertentu dapat digunakan sistem transmisi roda gigi. Jenis gear yang digunakan dalam mekanisme penyaluran tenaga ini salah satunya adalah bevel gears (Gambar 4).


(34)

11 Gambar 4. Straight bevel gear

D. Bajak Piring (Disk Plow)

Ditinjau dari posisi dudukannya, bajak piring dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yakni (1) bajak piring standar dan (2) bajak piring vertikal. Bajak piring standar terdiri atas beberapa piringan yang masing-masing piringan dipasang pada satu dudukan yang didukung oleh bantalan kerucut dengan sudut kemiringan pisau terhadap sumbu vertikal (tilt angle) dapat diatur dari 15o sampai 25o melalui pengatur sudut tilt angle yang terdapat pada batang pengikat pisau (Gambar 5). Bajak piring tersebut umumnya memiliki 3-6 pisau piringan dengan spasi pemotongan antara 7 dan 12 inci, disc angle dari 42o sampai 45o, dan diameter piring antara 24 dan 28 inci (Kepner et al. 1972).

Gambar 5. Bajak piring standar dan beberapa bagian yang penting


(35)

12 Kepner et al. (1972) menyatakan bahwa bajak piring vertikal dapat disebut juga dengan istilah one way disc (pisau piring satu jalur), disc tiller (pengolah tanah tipe piring), harrow plow (garu), dan wheatland plow (bajak tanah perladangan). Bajak piring tersebut terdiri atas sejumlah piringan yang dipasang pada sebuah poros horisontal tanpa tilt angle. Disc angle dapat diperoleh dengan cara menggeser poros tersebut terhadap arah gerak maju alat yang besarnya dari 35o sampai 55o, akan tetapi umumnya digunakan antara 40o dan 45o (Gambar 6).

Gambar 6. Tampak atas bajak piring vertikal dengan disc angle (DA) ( Lisyanto, 2007)

Bentuk Pisau dan Mata Pisau Bajak Piring

Cooper (diacu dalam Lisyanto, 2007) mengemukakan bahwa umumnya pisau bajak piring memiliki bentuk concave atau cekung (Gambar 7a), namun demikian ada juga pisau bajak piring yang berbentuk cone atau kerucut (Gambar 7b), sedangkan bentuk lain yang relatif baru adalah bentuk convex center atau cembung di pusat (Gambar 7c). Dari ketiga bentuk tersebut, yang paling banyak digunakan adalah pisau piring bentuk cekung (concave), sedangkan bentuk kerucut dan cembung di pusat belum banyak berkembang di pasaran. Pisau piring bentuk cekung banyak digunakan karena pisau piring tersebut memiliki massa yang lebih besar sehingga kemampuan untuk melakukan penetrasi ke dalam tanah juga lebih tinggi. Gaya gesek antara pisau dan permukaan tanah relatif rendah, hal tersebut diduga disebabkan oleh permukaan kontak antara sisi luar pisau dan tanah relatif kecil.

Arah gerak maju


(36)

13 Gambar 7. Pisau bajak piring bentuk cekung (a), bentuk kerucut (b) dan bentuk

cembung di pusat (c) (Cooper diacu dalam Lisyanto 2007).

Bajak piring disebut sebagai piringan rata (Gambar 8a) dan garu piring disebut sebagai piringan bercoak (Gambar 8b). Mata pisau bentuk rata biasanya digunakan untuk pengolahan tanah pertama, sedangkan bentuk coak (disk harrow) untuk pengolahan tanah kedua.

Gambar 8. Bajak piring (a) dan garu piring (b) (Lisyanto 2007).

E. Perancangan

Menurut Ullman (1992) alasan penerapan perancangan adalah karena adanya kebutuhan akan produk baru, efektifitas biaya, dan kebutuhan akan produk yang berkualitas tinggi. Masalah yang sering muncul pada produk baru adalah 1)

(a)

(c)

(b)


(37)

14 produk tersebut tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya, 2) membutuhkan waktu yang lama dalam merealisasikannya di masyarakat, 3) biaya terlalu mahal, 4) hasil produk yang kurang memuaskan. Dari permasalahan-permasalahan tersebut maka perlu dilakukan analisis permasalahan untuk mendapatkan solusi melalui tahapan perencanaan yang tepat. Perencanaan merupakan tahapan bagaimana untuk memperoleh suatu produk tertentu yang sesuai dengan kebutuhan yang ada.


(38)

15 III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2007 sampai dengan September 2007. Desain pembuatan prototipe dan uji performansi dilaksanakan di Laboratorium Lapangan Leuwikopo Departemen Teknik Pertanian Intitut Pertanian Bogor.

B. Alat dan Bahan

Alat yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Alat bengkel:

1. Unit las karbit dan las listrik 2. Gerinda listrik

3. Mesin bor 4. Meteran

5. Tools box

b. Alat pengujian:

1. Unit traktor 4-roda (Kubota L3050) 2. Unit kepras tebu hasil rancangan

3. Handystrain meter

4. Meteran

5. Slip ring

6. Bridge box

7. Tachometer digital c. Alat bantu:

1. Satu unit PC dengan Program Auto CAD 2006 yang digunakan dalam pembuatan desain alat

2. Peralatan pengukuran pengoperasian alat kepras tebu. Bahan penelitian yang digunakan adalah :


(39)

16 Selesai

Uji fungsional Konsep desain

Pembuatan prototipe

Berhasil Analisis masalah Identifikasi masalah

Mulai C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan rancangan secara umum yaitu berdasarkan pendekatan rancangan fungsional dan pendekatan rancangan struktural. Adapun tahapan penelitian terdapat pada Gambar 9.

tidak

ya


(40)

17 1. Identifikasi masalah

Identifikasi masalah merupakan langkah awal dalam perancangan alat. Pada alat kepras tebu sebelumnya ditemukan beberapa kendala yaitu : 1) tidak adanya rangka tarik sehingga sulit dioperasikan di lahan, 2) kurang efisiennya penggunaan tenaga putar.

2. Analisis masalah

Setelah diketahui permasalahan yang ada pada alat kepras tebu sebelumnya maka dilakukan analisis permasalahan. Dalam tahapan ini dilakukan analisis untuk mendapatkan solusi permasalahan yang sesuai dengan kebutuhan yang diharapkan. Solusi inilah yang selanjutnya akan diterapkan dalam pembuatan konsep desain alat kepras tebu hasil modifikasi.

3. Konsep desain.

Dengan melakukan analisis permasalahan yang ada dan pengumpulan ide-ide pemecahan masalah yang mempertimbangkan beberapa aspek yang terkait. Setelah dilakukan analisis masalah yang ada, dilakukan perumusan untuk menghasilkan beberapa konsep desain fungsional maupun struktural yang dilengkapi dengan gambar sketsa, analisis teknik, perkiraan kapasitas lapang teoritis, prasarat dan sistem yang mendukung efektifitas operasional alat di lapangan.

Modifikasi dalam desain struktural dilaksanakan dengan membuat suatu rangka yang dilengkapi dengan tiga titik gandeng sehingga dapat mempermudah pemasangan pada traktor dan mempermudah dalam operasi alat di lahan. Untuk desain fungsional modifikasi yang dilakukan adalah penggantian sumber tenaga putar yang sebelumnya menggunakan motor listrik yang kemudian akan diganti dengan PTO. Sebagai penyalur tenaga putar dari PTO ke piringan pemotong digunakan gearbox dengan sudut antara input dan output 90o. Hal ini dimaksudkan agar mengefisienkan energi yang dikeluarkan dan juga kemudahan dalam penggunaannya. Untuk mendapatkan titik pemotongan alat agar berada di tengah guludan, maka dilakukan pengeseran piringan pemotong yang semula berada di sebelah kanan rangka tegak diubah menjadi di sebelah kiri rangka tegak.


(41)

18 Adapun konsep desain dari modifikasi alat kepras tebu dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Unit kepras tebu dengan rangka tarik

4. Pembuatan prototipe alat kepras tebu.

Setelah desain modifikasi alat kepras tebu ini selesai, kemudian dibuatlah prototipe alat kepras tebu sesuai dengan hasil desain modifikasi yang telah dilakukan. Pembuatan prototipe ini dilakukan di Laboratorium Lapangan Leuwikopo Departemen Teknik Pertanian Intitut Pertanian Bogor. Pembuatan prototipe ini dilakukan agar dapat dilakukan pengujian dilapangan apakah alat tersebut dapat berfungsi sesuai dengan desain yang diinginkan atau tidak.

5. Uji fungsional.

Uji fungsional dilakukan untuk mengetahui apakah setiap bagian pada alat telah berfungsi dengan baik atau tidak. Pengujian ini dilakukan setelah alat kepras tebu telah selesai dalam pembuatan dan perangkaiannya. Uji fungsional berupa uji alat stasioner maupun uji fungsional di lahan. Untuk uji stasioner, alat kepras tebu ini dioperasikan di tempat tanpa menyentuh tanah. Uji stasioner dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui apakah alat telah berfungsi dengan baik sebelum

Gearbox Rangka tarik

Roda pengatur kedalaman

Piringan pemotong


(42)

19 dilakukan uji fungsional. Pada uji stasioner dilakukan pengukuran kecepatan putar dari piringan pemotong. Sedangkan uji fungsional langsung dilakukan di lahan untuk mengetahui apakah alat kepras tebu ini dapat berfungsi dengan baik pada kondisi penggunaan di lahan. Uji fungsional dilakukan pada lahan tebu yang mempunyai jarak antar puncak guludan atau jarak pohon ke pohon (PKP) + 125 cm. Disamping itu uji fungsional bertujuan untuk mengetahui besarnya kecepatan maju dan kapasitas lapang dari alat kepras tebu ini. Dalam uji fungsional ini, dapat diketahui lebar keprasan dari alat ini apakah sudah sesuai dengan kondisi luasan rumpun tanaman tebu.


(43)

20 IV. ANALISA RANCANGAN

A. Rancangan Fungsional

Secara keseluruhan alat kepras tebu ini terdiri dari beberapa bagian yang masing-masing dirancang sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi sesuai dengan desain yang diinginkan.bagian utama terdiri dari :

1. Rangka tarik dengan tiga titik gandeng

Rangka tarik ini berfungsi sebagai dudukan dari unit kepras sehingga memudahkan dalam penggunaannya. Rangka tarik ini dilengkapi dengan tiga titik gandeng yang berfungsi untuk mekanisme penggandengan dan pengangkatan alat kepras tebu sehingga memberikan kemudahan saat operasi alat di lahan.

2. Rangka dudukan piringan pemotong

Rangka ini merupakan dudukan dari poros piringan pemotong yang dilengkapi dengan baud yang berfungsi untuk mengatur tilt angle dan disc angle dari piringan pemotong.

3. Gearbox

Gearbox ini digunakan untuk menyalurkan tenaga putar dari PTO ke poros piringan pemotong. Rasio kecepatan dari gearbox yang digunakan adalah 1:1 dengan sudut yang dibentuk antara poros input dan output 90o. Untuk menghubungkan PTO dengan gearbox digunakan universal joint. 4. Piringan pemotong ( disc bercoak)

Untuk mekanisme pemotongan digunakan disc bercoak yang diputar oleh sebuah poros yang dihubungkan dengan gearbox. Untuk mekanisme pemotongan alat ini menggunakan disc dengan tilt angle 15o-25o dan disc

angle sebesar 45o. Piringan pemotong ini diputar dengan arah putaran maju

pada kecepatan + 500-1000 rpm. 5. Roda pengatur kedalaman

Dengan adanya roda pengatur kedalaman ini dimaksudkan agar kedalaman pemotongan atau keprasan dapat diatur sesuai kebutuhan dan hasil kedalaman pemotongannya seragam.


(44)

21 Dudukan toplink

Dudukan rangka piringan pemotong Dudukan

lowerlink

Dudukan lowerlink B. Rancangan Struktural

1. Rangka tarik dengan tiga titik gandeng

Rangka tarik yang dilengkapi dengan tiga titik gandeng ini dibuat supaya dapat mempermudah pemasangan dan pengangkatan implemen alat kepras tebu pada saat akan digunakan di lahan. Panjang dari batang utama pada rangka tarik ini disesuaikan dengan jarak bentangan antara lowerlink kanan dan kiri pada traktor Kubota L3050 yaitu 850mm (maksimum) dan 400mm (minimum). Setelah dilakukan pengukuran jarak bentangan maksimum dan minimum antar lowerlink maka batang utama pada rangka tiga titik gandeng ini dibuat dengan ukuran 80x80x600 mm. Pada rangka utama ini juga ditambahkan rangka sebagai penyambung antara batang utama dengan rangka piringan pemotong.

Untuk mempermudah pemasangan pada mekanisme tiga titik gandeng dengan rangka utama maka dibuat dua buah dudukan lowerlink (kanan dan kiri) serta sebuah dudukan untuk toplink. Dudukan lowerlink ini dibuat dari bahan besi As dengan diameter 21 mm dan panjang 70 mm (jarak antara batang utama dengan lubang pin 50 mm). Sedangkan untuk dudukan toplink dibuat dengan jarak vertikal 450mm dari dudukan lowerlink. Jarak antar plat pada dudukan toplink dibuat dengan ukuran 60 mm dan ukuran diameter lubang 20 mm. Ukuran dudukan tiga titik gandeng ini disesuaikan dengan ukuran mata pada titik gandeng

lowerlink maupun toplink. Adapun bentuk dari rangka tarik beserta tiga titik

gandengnya dapat dilihat pada Gambar 11.


(45)

22 Mekanisme Penggandengan

Mekanisme yang digunakan pada komponen penggandengan traktor adalah empat batang penghubung (four bar linkage), sehingga pergerakannya dapat disimulasikan melalui perhitungan. Dari simulasi ini maka ditentukan jarak antar lower link adalah 600 mm dan jarak antara lower link dan upper link adalah 450 mm. Untuk lebih jelasnya, mekanisme empat batang penghubung pada komponen penggandengan traktor dapat dilihat pada Gambar 12 dan Gambar 13.

Gambar 12. Mekanisme fourbar linkage pada komponen penggandengan traktor Kubota L3050

Pada mekanisme penggandengan traktor (Gambar 13) terdapat dua mekanisme empat batang hubung yang saling berhubungan, yaitu : 1) empat batang hubung A-B-C-D, dan 2) empat batang hubung D-F-G-E. Ukuran masing-masing bagian dan hasil simulasi dan pengukuran dari mekanisme penggandeng adalah sebagai berikut.

AB = 225 mm a = 65 mm

BC = 450 mm b = 200 mm

DC = 480 mm c = 460 mm

DE = 740 mm d = 130 mm

EG = 450 mm e = 60 mm


(46)

23 Gambar 13. Skema posisi gerakan pada rangkaian empat batang penghubung

( Martin, 1994)

Rumus-rumus yang dipergunakan dalam perhitungan :

2 2

2

cos . 2ab θ

b a

S = + − ... (2)

=sin 1 sinθ2

β s b ... (3) − + − = cs d s c 2 1 cos 2 2 2

ψ ... (4)

= ψ

λ sin 1 sin

d c

... (5)

β ψ

θ2 = − ... (6)

(

λ β

)

θ4 =360− + ... (7)


(47)

24 Gambar 15. Simulasi posisi alat kepras tebu pada keadaan hidrolik naik paling

atas

Gambar 16. Simulasi posisi alat kepras tebu pada keadaan hidrolik turun paling bawah


(48)

25 Pada simulasi di atas dapat dilihat bahwa pada saat alat kepras tebu berada pada posisi turun paling bawah, ujung bawah piringan pemotong berada pada kedalaman 35 cm dari permukaan tanah. Sedangkan pada saat posisi naik paling atas, ujung bawah dari piringan pemotong berjarak 20 cm di atas permukaan tanah.

2. Lebar pemotongan (Feed)

Feed pemotongan dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni kecepatan maju pemotongan(V), jumlah putaran bajak piring (N), dan jumlah coak pada piringan pemotong (k = 12). Secara matematis feed (f) dapat dituliskan dengan persamaan (8). Sedangkan hasil perhitungan untuk beberapa kombinasi antara V dan N dapat dilihat pada Tabel 2.

f = kN

V 60

(m per putaran) ... (8)

Tabel 2 menunjukan bahwa pada kecepatan maju 0.187 m/s dan jumlah putaran pisau rendah (500rpm) mempunyai feed pemotongan sebesar 0.002. Sedangkan untuk kecepatan maju 0.278 m/s dan jumlah putaran 1000 Rpm didapatkan feed pemotongan sebesar 0.001. hal ini menunjukan bahwa dengan kecepatan maju (V) yang lebih rendah dan jumlah putaran (N) yang lebih besar akan menghasilkan feed pemotongan yang lebih kecil.

Dengan menggunakan persamaan 9 dan 11 (Lisyanto,2007) dapat disimulasikan gerakan perputaran pada proses pemotongan.

X = R sin sin cos Ø + R cos sin Ø ... (9) Y = R cos cos Ø - R sin sin sin Ø... (10) Z = - R cos sin ... (11) Dimana : R = jari-jari piringan pemotong ( m )

= Tilt angle ( o )

= Sudut perputaran mata pisau piringan pemotong ( o ) Ø = 90o - disk angle ( o )


(49)

26 -0,3 -0,2 -0,1 0 0,1 0,2 0,3

-0,3 -0,2 -0,1 0 0,1 0,2 0,3 0,4

Pand. Atas Mata Pisau (XY ) Pand. Depan Mata Pisau (XZ) Pand. Samping Kanan (YZ) Kurva Locus Mata Pisau (XY)

-0,3 -0,2 -0,1 0 0,1 0,2 0,3

-0,3 -0,2 -0,1 0 0,1 0,2 0,3 0,4

Pand. Atas Mata Pisau (XY ) Pand. Depan Mata Pisau (XZ) Pand. Samping Kanan (YZ) Kurva Locus Mata Pisau (XY)

Adapun hasil simulasi tersebut dapat dilihat pada Gambar 17a (kecepatan maju 0.187m/s pada 500Rpm) dan Gambar 17b (kecepatan maju 0.278m/s pada 1000Rpm).

.

f ...f

( a ) ( b )

Gambar 17. Kurva lintasan pemotongan (Lisyanto, 2007)

Tabel 2. Nilai Feed pemotongan Kecepatan maju

(m/s)

Jumlah putaran pisau (N) rpm

Feed (f) m

Feed (f) mm

0.187 500 0.002 1,9

0.278 1000 0.001 1,4

Perhitungan poros piringan pemotong

Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lisyanto, didapatkan nilai torsi maksimum yang didapatkan pada saat penyalaan awal yaitu sebesar 133,72 Nm (500rpm) dan 75,83 Nm (1000rpm). Dari data tersebut maka diasumsikan daya yang disalurkan adalah 10 kW pada 1000 Rpm.

Pd = fc x P

Pd = 1,0 x 10 = 10 kW T = 9,74 x 105 x Pd/N


(50)

27 Di pilih bahan dari S45CD sehingga dipilih kekuatan tarik ( B ) sebesar 60

kg/mm2 dan Sf1 = 6,0 dan Sf2 = 2,0. a = B / (Sf1x Sf2)

a = 60 / (6,0 x 2,0 ) = 5,0 kg/mm2

Cb = 2,0 Kt = 1,5

ds = (

a 1 , 5

τ x Cb x Kt x T )

3 / 1

ds = (

0 , 5 1 , 5

x 2 x 1,5 x 9740)1/3

= 3 29804,4= 31,0mm 38 mm

jadi diameter poros yang dipilih adalah 38 mm.

3. Perencanaan pasak pada poros piringan pemotong

Perencanaan pasak dilakukan untuk menentukan ukuran yang dibutuhkan oleh pasak untuk menyalurkan daya sebesar 10 kW pada 1000 Rpm.

Bahan poros S45CD, ( B = 60kg/mm2, Sf1 = 6,0, dan Sf2 = 2,0).

fc = 1,0 Pd = fc x P

Pd = 1,0 x 10 = 10 kW T = 9,74 x 105 x Pd/N

T = 9,74 x 105 x 10/1000 = 9740 kg.mm Tegangan geser poros yang diijinkan sa = B / (Sf1x Sf2)

sa = 60 / (6,0 x 2,0 ) = 5,0 kg/mm2

ds = 38 mm F = T / (ds/2)

F = 9740/(38/2) = 512,63 kg Penampang pasak 10 x 8

Kedalaman alur pasak pada poros t1 = 5 mm

Kedalaman alur pasak pada naf t2 = 3,3 mm

Bahan pasak S45C dicelup dingin dan dilunakkan, B = 70kg/mm2

Sfk1 = 6 , Sfk2 = 3 , Sfk1. Sfk2 = 6 x 3 = 18


(51)

28 Tekanan permukaan yang diijinkan Pa = 8 kg/mm2

k =

1 bxl

F

< 3,9

k =

1 10

63 , 512

xl < 3,9 .

.

. l1 > 13,14mm

p = 2 2xt l F < 8,0 p = 3 , 3 63 , 512 2x

l < 8,0 .

.. l

2 > 19,42 mm

l = 19,42 mm lk = 32 mm

b/ds = 10/38 = 0,263,...0,25<0,263<0,35...baik lk /ds = 32/38 = 0,842,...0,75<0,842<1,5...baik

jadi ukuran pasak : 10 x 8 panjang pasak aktif : 32 mm


(52)

29

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. ALAT KEPRAS TEBU

Prototipe ini merupakan pengembangan dari prototipe alat kepras tebu berpenggerak motor listrik ( Lisyanto, 2007). Adapun prototipe alat kepras tebu berpenggerak motor listrik dapat dilihat pada Gambar 18. Prototipe alat kepras tebu ini mempunyai 4 bagian utama (Gambar 19), yaitu : 1) piringan pemotong, 2) rangka tarik, 3) roda pengatur kedalaman, 4) bagian penyalur tenaga putar. Prototipe ini terdapat piringan pemotong berupa disc bercoak yang digerakkan dengan tenaga putar dari PTO traktor yang ditransmisikan melalui gearbox. Dari PTO traktor, tenaga putar disalurkan melalui universal joint ke poros input gearbox yang selanjutnya diteruskan ke poros piringan pemotong. Mekanisme inilah yang merupakan unit penyaluran tenaga putar dari PTO traktor ke piringan pemotong.

Gambar 18. Prototipe alat kepras tebu berpenggerak motor listrik ( Lisyanto, 2007)

Motor listrik

Piringan pemotong Lintasan rel


(53)

30 Gambar 19. Prototipe alat kepras tebu

Sebelum pengoperasian di lahan, dilakukan beberapa tahapan persiapan alat untuk mempermudah operasi di lahan. Untuk tahap pertama dilakukan penyetelan tilt angle dan disc angle pada mekanisme pemotongan. Dalam penyetelan tilt angle ini dapat dilakukan antara sudut 15o sampai 25o. Sedangkan untuk penyetelan disc angle dipasang pada sudut 45o. Setelah penyetelan tilt angle dan disc angle selesai dilakukan, tahapan berikutnya adalah penggandengan alat melalui mekanisme tiga titik gandeng. Apabila alat kepras tebu ini telah terpasang dengan baik pada mekanisme tiga titik gandeng traktor, maka dilakukan penyambungan poros PTO traktor dan poros gearbox dengan menggunakan universal joint.

Gambar 20. Universal joint 2

4

1


(54)

31 Tahapan selanjutnya adalah pengaturan ketinggian dari roda pengatur kedalaman agar diperoleh kedalaman pemotongan + 10 cm. Setelah komponen alat kepras dalam keadaan terpasang dengan baik dan telah dilakukan penyetelan alat maka alat ini dapat di operasikan di lahan. Untuk pengujian prototipe alat kepras tebu ini digunakan traktor Kubota L3050 sebagai sumber tenaga tarik dan tenaga putar pada saat pengujian yang dilakukan di Lahan Percobaan Departemen Teknik Pertanian, Leuwikopo, Darmaga, Bogor.

Adapun mekanisme penyaluran tenaga putar dari PTO traktor yang disalurkan dengan menggunakan universal joint ke poros output gearbox dengan rasio kecepatan 1:1 dengan keluaran tegak lurus (90o) dengan masukan. Tenaga putar yang keluar dari poros output gearbox ini selanjutnya akan menggerakkan poros piringan pemotong dengan arah putaran maju ke depan. Adapun prototipe alat kepras tebu ini dapat dilihat pada Gambar 21 dan Gambar 22.

Gambar 21. Sistem penyaluran daya

Gearbox Universal


(55)

32 Gambar 22. Konstruksi rangka tarik

1. Rangka dan Konstruksi Penggandengan

Rangka tarik yang dilengkapi dengan tiga titik gandeng ini dibuat supaya dapat mempermudah pemasangan dan pengangkatan implemen alat kepras tebu pada saat akan digunakan di lahan. Rangka tarik ini di buat dengan menggunakan bahan besi siku dengan ukuran 80x80x8 mm yang dilas sehingga terbentuk hollow

square (kotak). Rangka tarik utama ini dibuat dengan ukuran 80x80x600 mm.

Sedangkan untuk dudukan toplink digunakan bahan besi plat dengan lebar 75 mm dan tebal 8 mm. Pada rangka utama ini juga ditambahkan rangka sebagai penyambung antara batang utama dengan rangka piringan pemotong.

Untuk mempermudah pemasangan pada mekanisme tiga titik gandeng dengan rangka utama maka dibuat dua buah dudukan lowerlink (kanan dan kiri) serta sebuah dudukan untuk toplink. Dudukan lowerlink ini dibuat dari bahan besi poros dengan diameter 21 mm dan panjang 70 mm (jarak antara batang utama dengan lubang pin 50 mm). Sedangkan untuk dudukan toplink dibuat dengan jarak vertikal 450mm dari dudukan lowerlink. Jarak antar plat pada dudukan toplink dibuat dengan ukuran 60 mm dan ukuran diameter lubang 20 mm (dua lubang). Ukuran dudukan tiga titik gandeng ini disesuaikan dengan ukuran mata pada titik gandeng lowerlink maupun toplink. Adapun bentuk dari rangka tarik beserta tiga titik gandengnya dapat dilihat pada Gambar 23.

Rangka Tiga titik gandeng

Rangka penghubung


(56)

33 Gambar 23. Rangka titik gandeng

Sedangkan pada rangka unit kepras ini terdiri dari sebuah rangka tegak tempat dudukan poros piringan pemotong dan disambungkan dengan rangka tarik. Untuk rangka tegak dibuat dari bahan besi siku dengan ukuran 80x80x8 mm yang dilas membentuk hollow square dengan panjang 400mm. Pada rangka tegak ini terdapat dudukan poros piringan pemotong (Gambar 24). Sedangkan untuk rangka tarik dibuat dari besi siku dengan ukuran 80x80x8 mm dengan panjang batang 380 mm dan besi hollow square dengan ukuran 80x80x8 mm yang panjangnya 400 mm. Adapun rangka unit kepras ini dapat dilihat pada Gambar 25.

Gambar 24. Dudukan poros piringan pemotong

Dudukan toplink

Dudukan roda Dudukan

rangka tarik

Dudukan lowerlink

Baud pengatur tilt angle

Dudukan poros piringan pemotong


(57)

34 Gambar 25. Rangka unit kepras (tampak atas)

2. Mekanisme Tansmisi Tenaga

Mekanisme transmisi ini terdiri dari beberapa komponen penyusun, diantaranya : 1) universal joint, 2) gearbox, 3) poros piringan pemotong. 1. Universal joint

Tenaga putar dari PTO diterima oleh ujung universal joint dan ditransmisikan ke poros input pada gearbox. Antara ujung universal joint dengan poros input gearbox ini disambungkan dengan sebuah kopel joint yang mempunyai diameter poros 35mm dan diameter lempengan 150mm. Sebagai penguatnya, dipasangkan 4 buah baud M10 pada lampengan kopelnya. Untuk lebih jelasnya kopel joint ini dapat dilihat pada Gambar 26.

Gambar 26. Kopel joint Rangka tegak


(58)

35 2. Gearbox

Gearbox ini digunakan untuk menyalurkan tenaga putar dari PTO ke poros piringan pemotong. Rasio kecepatan dari gearbox yang digunakan adalah 1:1 dengan sudut yang dibentuk antara poros input dan

output 90o. Jenis gear yang di gunakan pada gearbox ini merupakan jenis

straight bevel gear dengan sudut kemiringan 45o. Bevel gear ini

mempunyai jumlah gigi sebanyak 33 untuk masing-masing gear. Sebagai poros gear digunakan besi poros dengan ukuran masing-masing 30mm untuk poros gear dari PTO dan 40 mm bagi poros gear ke poros piringan pemotong. Poros gear dari PTO dibuat dengan panjang 200mm dan 200mm untuk poros gear ke poros piringan pemotong.

Pada gearbox ini digunakan empat buah bearing sebagai dudukan poros gear yang masing-masing tipe 6006 (2 buah) dan 6008 (2 buah). Sebagai pelindung gear dan sekaligus untuk dudukan bearing, maka dibuat kotak gear yang berukuran 200x180x150 mm. Kotak gear ini dibuat dari bahan besi plat dengan tebal 8 mm. Karena adanya geseran pada gear yang diakibatkan oleh gaya dari PTO maupun gaya dari pemotongan maka pada poros gear dipasang lima buah snap ring yaitu tiga buah berdiameter dalam 28 mm dan dua buah lagi 38 mm. Sebagai tambahan penguat agar gear tidak begeser maka antara gear dengan porosnya disambungkan dengan menggunakan baud heksagon M8 dengan panjang 25mm. Pada poros ke arah PTO digunakan dua buah baud, sedangkan untuk poros ke arah poros piringan pemotong dipasang satu buah baud heksagon.

Gambar 27. Gearbox Straight

bevel gear

Poros ke PTO (input) Poros ke poros

piringan pemotong Kotak gear


(59)

36 3. Poros piringan pemotong

Poros ini merupakan sumbu putar dari piringan pemotong yang sekaligus meyalurkan tenaga putar yang berasal dari PTO traktor setelah ditransmisikan oleh gearbox. Sedangkan untuk poros piringan pemotong dibuat dari besi As dengan diameter 38 mm dan panjang poros 330mm. Dibagian tengah dari poros ini dipasangkan 4 buah sensor stain gages sebagai alat pengindera torsi saat pengeprasan berlangsung. Sedangkan pada bagian ujung luar dari poros ini dibuat dudukan slip ring dengan bahan besi poros dengan diameter 10 mm. Slip ring ini berfungsi untuk menghindari terjadinya kabel yang melilit akibat putaran piringan pemotong sehingga dengan penggunaan slip ring ini dapat mempermudah tranfer data dari sensor ke bridge box.

Pengukuran torsi pemotongan dilakukan menggunakan alat uji pengeprasan tunggul tebu yang dilengkapi dengan sistem perekaman data. Pada poros penggerak piringan yang terdapat pada alat tersebut dipasang 4 buah sensor berupa strain gages (Gambar 29) untuk mengindra torsi yang terjadi pada saat proses pengeprasan berlangsung. Sebelum alat tersebut digunakan untuk pemotongan, terlebih dahulu dilakukan kalibrasi transduser torsi dan kalibrasi alat (strain amplifier) agar data hasil pengukuran tidak bias dan dapat dikonversi untuk keperluan analisis data. Adapun poros piringan pemotong ini dapat dilihat pada Gambar 28.

Gambar 28. Poros piringan pemotong Dudukan disc Poros piringan

pemotong Strains sensor


(60)

37 Gambar 29. Pemasangan strain gages (sensor torsi) yang disusun dalam bentuk

rangkaian jembatan wheatstone pada poros pisau alat uji ( Lisyanto,2007).

4. Mekanisme Pemotongan

Untuk mekanisme pemotongan digunakan disc bercoak (Gambar 30) yang diputar oleh sebuah poros yang dihubungkan dengan gearbox. Dipilih disc bercoak karena berdasarkan penelitian sebelumnya hasil potongannya lebih baik bila dibandingkan dengan disc yang bermata rata (Lisyanto, 2007). Dengan pemakaian piringan pemotong dari disc bajak piring ini diharapkan akan mempermudah perawatan dan perbaikan unit kepras tebu. Disc yang dipakai pada alat kepras ini berdiameter 700 mm dan tebal disc adalah 8mm. Piringan pemotong memiliki sudut pergerakan terhadap bidang XZ yang disebut tilt angle (TA) yakni sudut kemiringan piringan pemotong terhadap aksis Z (Gambar 31a) dan sudut kemiringan terhadap bidang XY atau disk angle (DA) yang merupakan sudut kemiringan piringan pemotong terhadap arah gerak maju (Gambar 31b). Untuk mekanisme pemotongan alat ini menggunakan disc dengan tilt angle 15o -25o dan disc angle sebesar 45o.

STRAIN GAGES

(SENSOR TORSI)

POROS BEARING SPROKET SLIP RING R2 A B C D R4 R3 VS R4 B R3 Vo C R2 D R1 A R1


(61)

38 Gambar 30. Piringan pemotong (disc bercoak)

Gambar 31 Tilt angle (TA) dari piringan pemotong pada bidang XZ (a) dan disk angle (DA) piringan pemotong pada bidang XY (b) (Lisyanto, 2007). 5. Roda Pengatur Kedalaman dan Komponen Pendukung Lainnya

1. Roda pengatur kedalaman

Dengan adanya roda pengatur kedalaman (Gambar 32) ini dimaksudkan agar kedalaman pemotongan atau keprasan dapat diatur sesuai kebutuhan dan hasil kedalaman pemotongannya seragam. Untuk

Y

X DA

Arah gerak maju

(b)

X

Ground (a) Z TA


(62)

39 Tiang roda

Plat pembersih tanah Lubang pengatur

ketinggian roda

Roda

bagian roda dibuat dari besi paralon dengan diameter 250 mm dengan tebal roda 130 mm. Sedangkan untuk tiang roda dibuat dari besi plat dengan ukuran 580x50x25 mm. Pada tiang roda ini terdapat 8 lubang dengan diameter 15 mm yang berfungsi sebagai lubang baud pengatur ketinggian roda. Pada roda ini juga dipasang 2 buah plat yang dilas menjadi besi siku dengan ukuran 165x40x15 mm dan 180x40x15 mm. Roda pengatur kedalaman ini dipasang pada bagian kiri dari rangka tarik.

Gambar 32. Roda pengatur kedalaman

2. Komponen-komponen lainnya

Komponen lain yang ada pada alat kepras tebu ini adalah dudukan gearbox, pengaman piringan pemotong, dan sebagainya. Dudukan gearbox ini dibuat dari besi plat yang berukuran 380x180x8mm. Dudukan ini berfungsi sebagai penopang dari gearbox agar tidak bergeser atau terangkat akibat adanya gaya dorong (thrust) dan getaran yang ditimbulkan pada saat operasi pengeprasan di lahan. Dudukan gearbox ini dipasangkan pada rumah poros piringan pemotong yang dilengkapi dengan batang penguat yang dihubungkan pada rangka unit kepras. Adapun dudukan gearbox dan batang penguatnya dapat dilihat pada Gambar 33 dan Gambar 34.


(63)

40 Gambar 33. Dudukan gearbox

Gambar 34. Batang penguat dudukan gearbox

Untuk keamanan dalam pengoperasian di lahan, alat kepras tebu ini dilengkapi dengan pengaman piringan pemotong (Gambar 35) yang dipasangkan pada rangka unit kepras. Pengaman ini dibuat dari besi plat tipis yang dilengkungkan dengan ukuran 400x150mm. Selain itu alat ini dilengkapi dengan pengaman yang berbentuk sangkar dan pengaman slip ring seperti pada Gambar 36.


(64)

41 Gambar 35. Rangka unit kepras dan pengaman piringan pemotong

Gambar 36. Pengaman piringan pemotong dan slip ring

Komponen lain yang melengkapi alat ini adalah shock (Gambar 37) yang merupakan penyambung antara poros output gearbox dengan poros piringan pemotong. Bagian ini dibuat dengan menggunakan besi As yang dibubut hingga mempunyai diameter dalam 38mm dan diameter luar 65mm. Panjang dari batang shock ini adalah 80mm. Pada komponen shock ini terdapat tempat pasak dan ditambahkan dua buah baud M10 sebagai penguat. Lubang pasak ini mempunyai kedalaman 5mm dan panjang 80mm.

Rangka tegak

Rangka horisontal

Pengaman piringan pemotong


(65)

42 Gambar 37. Shock dan pasak

B. UJI FUNGSIONAL

1. Kondisi Tanah

Pengujian alat kepras tebu ini dilaksanakan di lahan percobaan Departemen Teknik Pertanian, IPB. Jenis tanah di lahan percobaan ini adalah berupa tanah latosol coklat kemerahan.

2. Hasil Pengujian Alat Kepras Tebu

Pengujian yang dilakukan pertama kali adalah uji stasioner. Pengujian ini berfungsi untuk mengetahui apakah alat dapat berfungsi pada tingkat kecepatan putar tertentu dalam keadaan tanpa beban. Pengujian ini dilakukan mulai dari tingkat kecepatan 500rpm hingga 1000rpm. Pada saat uji stasioner ini semua komponen alat dapat berfungsi dengan baik tanpa ada kendala.

Setelah uji stasioner selesai dilakukan langkah selanjutnya adalah uji fungsional di lahan. Pengujian ini dilakukan pada dua tingkat kecepatan putar yaitu 500rpm dan 1000rpm. Dari pengujian ini didapatkan kecepatan maju yang berbeda antara dua tingkat kecepatan putar tersebut, yaitu 0.187m/s untuk kecepatan putar 500Rpm dan 0.278m/s untuk 1000Rpm. Dengan lebar PKP +125cm, kapasitas lapang yang diperoleh pada pengujian ini berturut-turut adalah 0.06 Ha/jam ( 500 rpm), 0,10


(66)

43 Ha/jam ( 1000 rpm) dan slip roda 0,0 %. Dengan tilt angle 20o dan disc

angle sebesar 45o, lebar pemotongan/pengolahan alat kepras tebu yang

diharapkan adalah sebesar + 25 cm. Dari hasil pengujian yang dilakukan dengan menggunakan dua tingkat kecepatan putar, maka didapatkan hasil tebu pengeprasan pada tingkat kecepatan yang semakin tinggi akan lebih baik jika dibandingkan dengan kecepatan yang lebih rendah. Hal ini disebabkan oleh lebar pemotongan mata pisau piringan pemotong ( feed ) yang lebih kecil pada tingkat kecepatan putar yang lebih tinggi. Adapun hasil pemotongan dapat dilihat pada Gambar 38 dan Gambar 39.

Gambar 38. Lebar pemotongan

( a ) ( b )

Gambar 39. Tebu hasil pengeprasan 500 rpm ( a ) dan 1000 rpm ( b )

Lebar pemotongan


(67)

44 Pada saat uji fungsional ini ditemui beberapa kendala yang berkaitan dengan gearbox dan piringan pemotong. Pada saat uji pengeprasan, baud heksagon pada gear dari poros input gearbox mengalami kerusakan (Gambar 40). Hal ini disebabkan karena adanya gaya dorong dari universal joint yang merupakan efek dari sudut antara

universal joint dengan poros input gearbox. Namun hal ini dapat segera

diatasi dengan penambahan sebuah baud heksagon M8 pada gear tersebut. Pada saat pengeprasan piringan pemotong mengalami kendala yaitu akibat dari baud penahan dan pasak yang mengendor akibat adanya beban kerja yang besar sehingga piringan pemotong goyang. Hal ini diatasi dengan melakukan pengelasan antara poros piringan pemotong dengan dudukannya.

Gambar 40. Posisi patahan baud heksagon pada gearbox

Karena profil guludan yang tidak rata, keseragaman kedalaman pemotongan sulit diperoleh pada saat operasi alat kepras tebu di lahan. Disamping itu, guludan yang tidak lurus menyebabkan tunggul tebu tidak dapat terkepras seluruhnya akibat lebar potong alat yang hanya + 25 cm. Untuk itu perlu dibuat lebar pemotongan alat kepras yang lebih lebar misalnya dengan menambah jumlah piringan pemotong. Disamping itu untuk memperoleh hasil keprasan yang lebih baik perlu dilakukan penajaman mata pisau piringan pemotong.

Baud heksagon Yang mengalami patahan

Baud heksagon


(68)

45

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Prototipe alat kepras tebu tipe piringan berputar dengan sumber tenaga dari PTO ini telah dibuat dan bekerja dengan baik saat pengujian fungsional yang dilakukan di Leuwikopo, Darmaga, Bogor. Prototipe ini mempunyai 4 bagian utama, yaitu : 1) rangka tarik, 2) bagian transmisi, 3) bagian mekanisme pemotongan, dan 4) roda pengatur kedalaman.

2. Desain prototipe alat kepras tebu ini mempunyai beberapa kelebihan, yaitu :1) adanya rangka tarik yang dapat mempermudah dalam penggunaan di lahan, 2) kemudahan dalam perbaikan dan perawatan, 3) sumber tenaga dari PTO, 4) tilt angle (15o-25o) dan disc angle(40o-50o) yang dapat diatur sesuai kebutuhan.

3. Kombinasi universal joint dan gearbox dapat digunakan untuk mengadaptasi poros dari PTO dan poros piringan pemotong yang tidak sejajar akibat adanya sudut horisontal (disk angle) dan sudut vertikal (tilt angle).

4. Dari hasil pengujian di lapangan dapat menunjukan bahwa dengan lebar PKP 125 cm, kapasitas lapang yang diperoleh pada pengujian ini berturut-turut adalah 0.06 Ha/jam (500 rpm dan kecepatan maju 0,187 m/s), 0,10 Ha/jam (1000 rpm dan kecepatan maju 0,278 m/s) dan slip roda 0,0 %. Pada tilt angle 20o dan disk angle 45o, alat ini dirancang bekerja pada kedalaman pengeprasan +10 cm dan lebar pemotongan +25 cm.

B. SARAN

1. Sudut yang dibentuk antara universal joint dengan poros input gearbox sedapat mungkin dibuat lurus untuk meminimalkan gaya dorong(thrust) akibat sudut yang terbentuk saat universal joint diputar.

2. Perlu ditambahkan penguat antara poros dengan piringan pemotong agar tidak mudah lepas atau goyang.

3. Sebaiknya digunakan gearbox buatan pabrik sehingga lebih kokoh dan desainnya lebih sederhana.


(69)

46 DAFTAR PUSTAKA

Alcock R.1986. Tractor-Implements Systems. Wesport : The Avi Publishing Company, Inc.

Anonim.1982. Pedoman Budidaya Tebu di Lahan Kering. LPP Yogyakarta. Yogyakarta.

Barnes, A.C.1964. The Sugarcane. Leonald Hill. London. 456 p.

Daywin FJ, Sitompul RG, Imam Hidayat. 1993. Mesin-mesin Budidaya Pertanian. Bogor: JICA-DGHE/IPB PROJECT/ADAET, Institut Pertanian Bogor. [Deptan] Departemen Pertanian, Badan Penelitian dan pengembangan Pertanian.

2005. Rencana aksi pemantapan ketahanan pangan 2005-2010. Jakarta: Deptan, Balitbang pertanian.

Hunt, Donnel. 1995. Farm Power and Machinery Management. Iowa State University Press.

Kepner RA, Bainer R, Barger EL. 1972. Principle of Farm Machinery. Westport, Connectitut: The Avi Publishing Company, Inc.

King, N.J., R.W. Mungomery, and C.G. Hughes. 1953. Manual of Cane Growing. Halstead Press. Sidney.349 p.

Liljedahl JB.1979.Tractor and Their Power Unit. 3rd editions. New York: John Wiley and Sons.

Lisyanto. 2007. Evaluasi Parameter Desain Bajak Piring yang Diputar Untuk Pengeprasan Tebu Lahan Kering [Disertasi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Fakultas Teknologi Pertanian.

Martin, G. H. 1994. Kinematika dan Dinamika Teknik ( Terjemahan edisi kedua ). Penerbit Erlangga : Jakarta.

Notojoewono, R.A.W. 1960. Berkebun Tebu Lengkap. BPU-BPN Gula Inspeksi VI. 504 hal.

Pratomo Moedjiarto dan A. Kohar Irwanto.1983.Alat dan Mesin Pertanian. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan.

Robert, L. 1993. Design of Machinery. New York : McGraw-Hill, Inc.

Shippen, J.M.; C.R. Ellin; and C.H. Clover. 1980. Basic Farm Machinery. Britain: Pegamon Press Ltd.


(70)

47 Smith, H. P., and L. H. Wilkens.1990. Mesin dan Peralatan Usaha Tani. Tripurwadi.Terjemahan. Farm Machinery and Equipment. Gajah Mada University Press.

Sudiatso, S. 1983. Bertanam Tebu. Departemen Agronomi, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. 43 hal.

Sularso, Kiyoktsu Suga. 2004. Dasar Perencaanaan dan Pemilihan Elemen Mesin. Jakarta : Pradnya Paramita.

Sutardjo, Edi. 1996. Budidaya Tanaman Tebu. Jakarta : Bumi Aksara

Ullman, D. G. 1992. The Mechanical Design Process. New York : McGraw-Hill, Inc.

Widodo. 1991. Pengusahaan TRI di Wilayah Kerja PG Tasik Madu PTP XV-XVI, Surakarta, Jawa Tengah. Laporan Ketrampilan Profesi Jurusan Budidaya Pertanian IPB. Bogor.


(71)

48 Lampiran 1. Tabel kalibrasi transduser torsi menggunakan handy strain meter

KALIBRASI TRANSDUSER TORSI

MENGGUNAKAN HANDY STRAIN METER

Berat Kait beban = 0.2 kg Gravitasi = 9.81 m/det2

Tabel 3. Kalibrasi transduser torsi menggunakan handy strain meter

Massa (kg) Beban (N) Jarak (m) Torsi (Nm) Strain ( s)

2.73 26.77 0.2 5.35 19

2.73 26.77 0.3 8.03 29

2.73 26.77 0.4 10.71 39

5.27 51.66 0.2 10.33 37

5.27 51.66 0.3 15.50 56

5.27 51.66 0.4 20.66 75

7.87 77.16 0.2 15.43 56

7.87 77.16 0.3 23.15 84

7.87 77.16 0.4 30.86 112

13.77 135.03 0.2 27.01 100

13.77 135.03 0.3 40.51 151

13.77 135.03 0.4 54.01 201

21.20 207.97 0.2 41.59 157

21.20 207.97 0.3 62.39 236

21.20 207.97 0.4 83.19 315

27.20 265.85 0.2 53.17 202

27.20 265.85 0.3 79.76 303

27.20 265.85 0.4 106.34 405

40.20 394.36 0.2 78.87 300

40.20 394.36 0.3 118.31 449

40.20 394.36 0.4 157.74 600

61.20 600.37 0.2 120.07 458

61.20 600.37 0.3 180.11 689


(72)

49 Lampiran 2. Perhitungan Poros

1. P = 10 kW , n = 1000 rpm 2. fc = 1,0

3. Pd = fc x P

Pd = 1,0 x 10 = 10 kW 4. T = 9,74 x 105 x Pd/N

T = 9,74 x 105 x 10/1000 = 9740 kg.mm

5. S45CD , B = 60 kg/mm2 , Sf1 = 6,0 dan Sf2 = 2,0.

6. a = B / (Sf1 x Sf2)

a = 60 / (6,0 x 2,0 ) = 5,0 kg/mm2

7. Cb = 2,0 Kt = 1,5

8. ds = (

a 1 , 5

τ x Cb x Kt x T )

3 / 1

ds = (

0 , 5 1 , 5

x 2 x 1,5 x 9740)1/3

= 3 29804,4= 31,0 mm

diameter ds = 31,5

9. Anggaplah diameter bagian yang menjadi tempat bantalan adalah 35 mm Jari-jari filet = (35-31,5)/2 = 1,75 mm

Alur pasak 10 x 4 x filet 0,4

10. Konsentrasi tegangan pada poros bertangga adalah

1,75/ 31,5 = 0,056 35/31,5 = 1,11 , 1,25 Konsentrasi tegangan pada poros dengan alur pasak adalah 0,4/31,5 = 0,013 = 2,85

11. = (5,1 x T)/(ds)

= (5,1 x 9740)/(31,5)3 = 1,589 kg/mm2 12. (5 x 2,0)/2,85 = 3,51

1,589 x 2,0 x 1,5 = 4,767

xxx a.Sf2 < .Cb.Kt...kembali ke 8


(73)

50 (Lanjutan) Lampiran 2.

9. Anggaplah diameter bagian yang menjadi tempat bantalan adalah 42 mm Jari-jari filet = (42-38)/2 = 2,0 mm

Alur pasak 10 x 5 x filet 0,6

10. Konsentrasi tegangan pada poros bertangga adalah

2,0/ 3138 = 0,053 42/38 = 1,10 , 1,26 Konsentrasi tegangan pada poros dengan alur pasak adalah 0,6/38 = 0,016 = 2,8

11. = (5,1 x 9740)/(38)3 = 0,905 kg/mm2 12. (5 x 2,0)/2,8 = 3,571

0,905 x 2,0 x 1,5 = 2,715

xxx a.Sf2 > .Cb.Kt

13. ds = 38 mm S45CD

Diameter poros = 38 x 42 mm Jari-jari filet 2,0 mm Pasak 10 x 8


(74)

51 Lampiran 3. Perhitungan Kapasitas lapang dan Slip roda

Tabel 4. Kecapatan maju Jarak

(m)

rpm Waktu

(detik )

Kecepatan (m/s)

20 500 112 0.179

20 500 111 0.180

20 500 105 0.190

20 500 101 0.198

Rata-rata 0.187

20 1000 74 0.270

20 1000 70 0.286

Rata-rata 0.278

Tabel 5. Slip roda Jarak (m) Kecepatan (m/s) slip roda (%)

17.73 0.179 0.02

18.10 0.180 0.00

17.85 0.190 0.01

17.55 0.198 0.03

Rata-rata 0.187 0.015

17.60 0.270 0.03

17.70 0.286 0.02

Rata-rata 0.278 0.025

Slip roda = (1-(Sb/So)) x 100%

Diameter roda belakang traktor 115 cm 5 putaran roda

KLT = 0,36 ( v x lp ) Ha/jam

Asumsi lebar pemotongan digunakan lebar PKP = 125 cm 500 rpm...KLT = 0,08 Ha/jam

1000rpm...KLT = 1,13 Ha/jam

KLE = 0,36(luas/waktu kerja)

500rpm...asumsi waktu belok rata-rata 45 detik dan luas 100m2 KLE = 0,06 Ha/jam

1000rpm... asumsi waktu belok rata-rata 45 detik dan luas 50m2 KLE = 0,10 Ha/jam


(75)

52

L

am

p

ir

an

4

.

L

et

ak

k

o

m

p

o

n

en

p

en

y

u

su

n

a

la

t

k

ep

ra

s

te

b


(76)

5

3


(77)

5

4


(78)

55

L

am

p

ir

an

5

.

D

im

en

si

a

la

t

k

ep

ra

s

te

b


(79)

56

L

am

p

ir

an

5

.

(

L

an

ju

ta

n

)

D

im

en

si

a

la

t

k

ep

ra

s

te

b


(80)

57

L

am

p

ir

an

5

.

(

L

an

ju

ta

n

)

D

im

en

si

a

la

t

k

ep

ra

s

te

b


(81)

58

L

am

p

ir

an

6

.

G

am

b

ar

k

er

ja

r

an

g

k

a

ti

g

a

ti

ti

k

g

an

d

en


(82)

59

L

am

p

ir

an

7

.

G

am

b

ar

k

er

ja

g

e

a

rb

o

x

d

an

s

h

o


(83)

60

L

am

p

ir

an

8

.

G

am

b

ar

k

er

ja

r

u

m

ah

p

o

ro

s

p

ir

in

g

an

p

em

o

to

n


(1)

L am p ir an 8 . G am b ar k er ja r u m ah p o ro s p ir in g an p em o to n g


(2)

L

am

p

ir

an

9

.

G

am

b

ar

k

er

ja

r

o

d

a

p

en

g

at

u

r

k

ed

al

am


(3)

L

am

p

ir

an

1

0

.

P

ir

in

g

an

p

em

o

to

n


(4)

L

am

p

ir

an

1

1

.

G

am

b

ar

k

er

ja

b

e

a

ri

n


(5)

L

am

p

ir

an

1

2

.

G

am

b

ar

k

er

ja

k

o

p

el

jo

in


(6)