terhadap peraturan-peraturan dan tulisan-tulisan yang ada yang berkaitan dengan kebijakan hukum pidana pemberian ganti kerugian terhadap korban salah tangkap
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 92 Tahun 2015.
b. Kegunaan Praktis
Kegunaan penelitian ini secara praktis adalah kegunaan penulis sendiri dalam rangka mengembangkan dan memperluas wawasan berpikir dalam menganalisis
suatu masalah. Penulisan ini juga dimaksudkan untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi masyarakat pada umumnya dan bagi praktisi penegak hukum pada
khususnya dalam hal pemberian ganti kerugian terhadap korban salah tangkap.
D. Kerangka Teoritis dan Konseptual
1. Kerangka Teoritis
Kerangka teoritis adalah konsep-konsep yang merupakan abstraksi dari hasil-hasil pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya bertujuan untuk mengadakan
identifikasi terhadap dimensi-dimensi sosial yang dianggap relevan oleh peneliti.
7
Teori-teori yang dipakai dalam penelitian ini yaitu teori kebijakan hukum pidana dan teori legislasi.
a. Teori Kebijakan Hukum Pidana
Istilah “kebijakan” berasal dari istilah “policy” Inggris atau “politiek” Belanda. Bertolak dari kedua istilah asing tersebut, maka istilah “kebijakan hukum pidana”
7
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Bandung: UI Press Alumni, 1986, hlm. 125.
dapat pula disebut dengan istilah “politik hukum pidana”.
8
Politik hukum menurut Moh. Mahfud M.D. adalah legal policy atau garis kebijakan resmi tentang
hukum yang akan diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan penggantian hukum lama, dalam rangka mencapai tujuan negara.
9
Berdasarkan pada pendapat tersebut, maka dapat diartikan bahwa kebijakan atau politik hukum pidana adalah sebuah kebijakan di bidang hukum pidana yang
digunakan sebagai arah atau garis pedoman dalam mengatur dan menyelesaikan masalah yang bersifat pidana dengan cara pembentukan hukum yang sesuai
dengan kondisi di suatu waktu tertentu untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Kebijakan atau politik hukum pidana pada hakekatnya adalah suatu usaha untuk mewujudkan peraturan perundang-undangan pidana yang baik agar sesuai dengan
ius constitutum dan ius constituendum. Hal ini sejalan dengan pendapat Sudarto yang dikutip oleh M. Hamdan dalam bukunya yang berjudul “Politik Hukum
Pidana”, bahwa: Politik hukum pidana pengertiannya dapat dilihat dari politik hukum pada
umumnya. Politik hukum adalah: 1.
Kebijakan dari Negara melalui badan-badan yang berwenang untuk menetapkan peraturan-peraturan yang dikehendaki yang diperkirakan
bisa digunakan untuk mengekspresikan apa yang terkandung dalam masyarakat dan untuk mencapai apa yang dicita-citakan;
2. Usaha untuk mewujudkan peraturan-peraturan yang baik sesuai dengan
keadaan dan situasi pada suatu waktu.
10
Pengertian politik hukum pidana sebagaimana yang dinyatakan oleh Sudarto mengandung arti bagaimana mengusahakan pembuatan danatau perumusan suatu
8
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2002, hlm. 24.
9
Moh. Mahfud M.D., Politik Hukum di Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, 2012, hlm. 1.
10
M. Hamdan, Politik Hukum Pidana, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1997, hlm. 19.