Rumusan Masalah Pembatasan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Uji Hubungan

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan yang akan dipecahkan dalam Tugas Akhir ini dapat dirumuskan sebagai berikut. 1 Bagaimana merancang program uji korelasi ganda dengan menggunakan visual basic 6.0? 2 Bagaimana mensimulasikan program untuk melakukan analisis hubungan luas lahan, jumlah pohon, dan elevasi dengan hasil produksi getah pinus?

1.3 Pembatasan Masalah

Dalam penulisan Tugas Akhir ini, penulis hanya melakukan penelitian yang meliputi: 1 Uji statistik yang dikembangkan dalam aplikasi yaitu uji korelasi ganda. 2 Data yang digunakan dalam simulasi adalah data luas lahan, jumlah pohon, elevasi, dan hasil produksi getah pinus Perum Perhutani KPH Banyumas Barat tahun 2012. 3 Pengembangan program uji korelasi menggunakan visual basic 6.0.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan pembuatan Tugas Akhir adalah sebagai berikut. 1 Membuat program uji korelasi ganda menggunakan visual basic 6.0. 2 Mensimulasikan program untuk melakukan analisis hubungan luas lahan, jumlah pohon, dan elevasi dengan hasil produksi getah pinus.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat pembuatan Tugas Akhir adalah sebagai berikut. 1 Bagi penulis, sebagai implementasi dari ilmu yang telah didapat selama kuliah dalam mengembangkan program uji korelasi ganda dengan menggunakan visual basic 6.0. 2 Bagi Perum Perhutani KPH Banyumas Barat, simulasi hubungan luas lahan, jumlah pohon, dan elevasi terhadap hasil produksi getah pinus menggunakan program akan memberikan hasil analisis yang bermanfaat bagi perusahaan. 3 Bagi masyarakat umum, menambah informasi dan referensi bacaan mengenai Perum Perhutani KPH Banyumas Barat dan program uji korelasi ganda menggunakan visual basic 6.0 serta bahan masukan yang berguna untuk melakukan penelitian selanjutnya.

1.6 Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Untuk memberikan gambaran sekilas tentang isi keseluruhan tugas akhir ini, peneliti perlu mengemukakan sistematika penulisan tugas akhir dalam penelitian ini. Berikut akan dituliskan sistematika penulisan tugas akhir dalam penelitian ini.

1.6.1 Bagian Awal Tugas Akhir

Bagian awal tugas akhir berisi halaman judul tugas akhir, pernyataan keaslian tulisan, halaman pengesahan, motto dan persembahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi, dan daftar lampiran.

1.6.2 Bagian Isi Tugas Akhir

Bagian isi tugas akhir terdiri dari 5 bab, yaitu sebagai berikut. 1 Bab 1 Pendahuluan, pada bagian ini akan dijelaskan latar belakang, rumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan tugas akhir. 2 Bab 2 Tinjauan Pustaka, berisi landasan teori yang dijadikan rujukan dalam penelitian. 3 Bab 3 Metode Penelitian, berisi penjelasan mengenai lokasi dan waktu penelitian, variabel penelitian, prosedur penelitian, dan metode analisis data. 4 Bab 4 Hasil Penelitian Dan Pembahasan, meliputi hasil penelitian dan pembahasannya. 5 Bab 5 Penutup, bab ini meliputi simpulan dan saran.

1.6.3 Bagian Akhir Tugas akhir

Bagian akhir tugas akhir berisi daftar pustaka dan lampiran yang berkaitan dengan penelitian. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Luas Lahan

Juhadi, 2011: 11 mendefinisikan lahan sebagai suatu wilayah di permukaan bumi, mencakup semua komponen biosfer yang dapat dianggap tetap atau bersifat siklis yang berada di atas dan di bawah wilayah tersebut, termasuk atmosfer, tanah, batuan induk, relief, hidrologi, tumbuhan dan hewan, serta segala akibat yang ditimbulkan oleh aktivitas manusia di masa lalu dan sekarang, yang kesemuanya itu berpengaruh terhadap penggunaan lahan oleh manusia pada saat sekarang dan di masa akan datang. Lahan merupakan suatu sistem yang tersusun atas berbagai komponen. Komponen-komponen ini dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu komponen struktural yang sering disebut karakteristik lahan dan komponen fungsional yang sering disebut kualitas lahan. Kualitas lahan merupakan sekelompok unsurunsur lahan yang menentukan tingkat kemampuan dan kesesuaian lahan bagi macam pemanfaatan tertentu. Lahan sebagai suatu sistem mempunyai komponenkomponen yang terorganisir secara spesifik dan perilakunya menuju kepada sasaran-sasaran tertentu. Komponen-komponen lahan ini dapat dipandang sebagai sumberdaya dalam hubungannya dengan aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan demikian ada dua kategori utama sumberdaya lahan, yaitu sumberdaya lahan yang bersifat alamiah dan sumberdaya lahan yang merupakan hasil aktivitas manusia. Berdasarkan atas konsepsi tersebut maka pengertian sumberdaya lahan mencakup semua karakteristik lahan dan proses-proses yang terjadi di dalamnya, yang dengan cara tertentu dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Menurut Suripto 2005: 5, lahan merupakan salah satu dari faktor produksi dimana faktor produksi itu sendiri adalah semua unsur masukan produksi dapat mendukung terjadinya proses produksi sampai menghasilkan keluaran produksi dalam pengelolaan sumberdaya hutan. Dalam hal ini lahan merupakan faktor utama dalam kegiatan produksi. Luas lahan akan menentukan seberapa besar kuantitas produksi getah pinus yang akan dihasilkan. Semakin luas lahan produksi, maka semakin banyak tegakan yang dapat ditanam. Hal ini yang akan berpengaruh terhadap jumlah produksi getah pinus. 1. Jumlah Pohon Kesatuan Pemangkuan Hutan KPH Banyumas Barat ditetapkan sebagai Kelas Perusahaan Pinus dan merupakan pemasok bahan baku gondorukem dan terpentin dimana gondorukem dan terpentin dihasilkan dari getah pohon pinus. Sebagai tanaman pionir yang dapat tumbuh di berbagai kondisi, tanaman pinus merupakan tanaman dengan produk utamanya berupa getah pinus Indrajaya, et al., 2008: 231. Tanaman Pinus yang dapat tumbuh baik di kawasan hutan KPH Banyumas Barat adalah jenis Pinus merkusii yang ditanam secara murni. KPH Banyumas Barat merupakan KPH terbesar dalam memproduksi getah pinus, yaitu mencapai 14.935 ton dan kayu pinus sebesar 7.296 m3. Dengan luas wilayah 55.562,98 Ha, terdapat 4.261.231 tegakan pinus yang tersebar di bebrapa BKPH, seperti di BKPH Wanareja sebanyak 683.538 pohon, BKPH Majenang sebanyak 1.681.373 pohon, BKPH Lumbir sebanyak 857.069 pohon, BKPH Sidareja sebanyak 509.969 pohon, BKPH Kawunganten sebanyak 84.459 pohon, dan BKPH Bokol sebanyak 58.451 pohon.

2. Elevasi

Martono Djoko, 2009: 75 menjelaskan bahwa istilah elevasi dikaitkan dengan ketinggian suatu tempat yang biasa diukur dengan satuan m dpl diatas permukaan laut. Elevasi termasuk faktor yang berpengaruh terhadap hasil produksi. Hal ini dikarenakan ketinggian tempat akan mempengaruhi iklim, suhu, dan kelembaban lahan produksi. Elevasi akan berpengaruh terhadan kontur tanah serta kemiringan lahan yang nantinya akan berpengaruh juga terhadap luas lahan yang dapat digunakan untuk ditanami tegakan pinus. Dengan jumlah 101 pegunungan yang tersebar hampir merata, wilayah KPH Banyumas Barat merupakan deretan pegunungan yang bersambung, serta lembah dengan ketinggian tempat yang bervariasi mulai dari ketinggian 25,0 m dpl sampai 1.000,0 m dpl. Adapun pembagian bentang alamnya adalah daerah datar kelerengan 0 – 8 seluas 23,78 , daerah landai kelerengan 8 – 15 seluas 27,61 , daerah bergelombang Kelerengan 15 – 25 seluas 43,71 , daerah agak Curam Kelerengan 25 – 40 seluas 4,45 , dan daerah curam kelerengan 40 seluas 0,46 .

3. Hasil Produksi

Yudha, 2008: 6 menyatakan bahwa produktivitas getah pohon pinus dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor statis genotipe, umur, kerapatan pohon, elevasi, kesuburan tanah, dan iklim serta faktor dinamis cara dan alat penyadapan, kadar stimulan dan keterampilan tenaga penyadap. Selain kedua faktor utama, hasil produksi getah juga dipengaruhi oleh jenis tanaman pinus. Jenis tanaman pinus yang berbeda akan menghasilkan getah dalam jumlah yang berbeda. Volume kayu gubal dan bentuk tajuk juga berpengaruh terhadap produksi getah. Diameter pohon juga berpengaruh terhadap produksi getah pinus, hal ini berhubungan dengan pertumbuhan diameter pohon. Sehingga dengan adanya pertumbuhan dimeter pohon, menyebabkan volume kayu gubal semakin besar. Oleh karena itu semakin besar volume kayu gubal, maka saluran getah yang terkandung pada pohon pinus akan semakin banyak dan produksi getah pinus akan semakin meningkat. Faktor lain yang berpengaruh terhadap hasil produksi getah adalah umur pohon. Perbedaan umur pohon akan berpengaruh terhadap jumlah produksi getah. Semakin tua umur pohon maka getah yang dihasilkan akan semakin banyak sampai pada batas umur tertentu. Dalam hal ini kelas umur berpengaruh terhadap produksi getah. Faktor lain yang memengaruhi hasil produksi yaitu cuaca. Cuaca berpengaruh terhadap aliran getah dari sadapan. Pada suhu yang rendah dan kelembaban yang tinggi, getah yang membeku akan menyumbat saluran getah dan muara akan tertutup akibatnya getah yang mengalir akan terhenti. Pengaruh suhu dan kelembaban udara sangat menentukan jumlah keluarnya getah sadapan tanaman pinus dari tiap-tiap pohon per satuan waktu. Hal ini disebabkan karena suhu yang rendah dibawah 20° C dan kelembaban udara yang tinggi diatas 70 sangat besar pengaruhnya pada kondisi saluran getah. Saluran getah menyempit bahkan buntu, dan apabila masih ada getah yang bisa keluar dengan segera mengalami pembekuan di mulut saluran getah sehingga menyumbat getah yang seharusnya masih bisa keluar. Suripto, 2005: 6 menjelaskan bahwa hasil produksi getah pinus dipengaruhi oleh faktor produksi yaitu lahan, modal, tenaga kerja, maupun faktor pendukung lain. Dari beberapa uraian diketahui bahwa kuantitas dan kualitas hasil produksi ditentukan oleh berbagai faktor. Dimana hubungan dari tiap faktor produksi memiliki hubungan dan pengaruh tertentu terhadap besarnya jumlah produksi yang dihasilkan. Beberapa faktor seperti suhu, kelembaban, dan kemiringan merupakan faktor yang dipengaruhi dari ketinggian tanah. Sedangkan beberapa variabel seperti Luas lahan sadapan, jumlah tegakan dan kontur tanah serta ketinggian tanah menjadi faktor yang memiliki pengaruh besar dalam kegiatan produksi.

2.5 Uji Hubungan

1. Hipotesis dalam Uji Hubungan Hipotesis Asosiatif

Menurut Sugiyono 2011: 224, hipotesis asosiatif merupakan dugaan tentang adanya hubungan antar variabel dalam populasi yang akan diuji melalui hubungan antar variabel dalam sampel yang diambil dari populasi tersebut. Untuk menguji hipotesis asosiatif, perlu menghitung terlebih dahulu koefisien korelasi antar variabel dalam sampel, kemudian menguji koefisien korelasi yang ada pada sampel untuk diberlakukan pada seluruh populasi dimana sampel diambil. Sugiyono, 2011: 224 menjelaskan bahwa terdapat tiga macam bentuk hubungan antar variabel, yaitu hubungan simetris, hubungan sebab akibat, dan hubungan interaktif. Untuk mencari hubungan antara dua variabel atau lebih dilakukan dengan menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi merupakan angka yang menunjukan arah dan kuatnya hubungan antar dua variabel atau lebih. Arah dinyatakan dalam bentuk hubungan positif atau negatif, sedangkan kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi. Hubungan dua variabel atau lebih dikatakan hubungan positif, bila nilai suatu variabel ditingkatkan, maka akan meningkatkan variabel yang lain, dan sebaliknya bila suatu variabel diturunkan maka akan menurunkan nilai variabel yang lain. Sedangkan hubungan dua variabel atau lebih dikatakan hubungan negatif, bila nilai suatu variabel ditingkatkan, maka akan menurunkan nilai variabel yang lain, dan juga sebaliknya bila suatu variabel diturunkan maka akan menaikkan nilai variabel yang lain. Kuatnya hubungan antar variabel dinyatakan dalam koefisien korelasi. Koefisien korelasi positif terbesar = 1 dan koefisien korelasi negatif terbesar = -1, sedangkan yang terkecil adalah 0. Bila hubungan antar dua variabel atau lebih itu mempunyai koefisien korelasi = 1 atau -1, maka hubungan tersebut sempurna. Dalam arti kejadian pada variabel yang satu akan dapat dijelaskan atau diprediksikan oleh variabel yang lain tanpa terjadi kesalahan error. Semakin kecil koefisien korelasi, maka akan semakin besar error untuk membuat prediksi Sugiyono, 2011: 223. Besarnya koefisien korelasi dapat diketahui berdasarkan penyebaran titik-titik pertemuan antara dua variabel. Jika titik-titik itu terdapat dalam satu garis, maka koefisien korelasinya = 1 atau -1. Jika titik-titik itu membentuk lingkaran, maka koefisien korelasinya = 0. Terdapat bermacam teknik statistik korelasi yang dapat digunakan untuk menguji hipotesis asosiatif. Untuk menentukan teknik statistik korelasi mana yang akan digunakan tergantung pada jenis data yang akan dianalisis. Untuk data nominal teknik korelasi yang digunakan adalah koefisien kontingency dan untuk data ordinal dapat menggunakan teknik korelasi spearman rank atau kendal tau. Sedangkan untuk data interval dan ratio dapat menggunakan teknik korelasi pearson product moment, korelasi ganda, maupun korelasi parsial. Berdasarkan penjelasan tentang hipotesis asosiatif di atas dan data yang diperoleh dari Perum Perhutani KPH Banyumas Barat mengenai luas lahan, jumlah pohon, elevasi, dan hasil produksi getah pinus perum perhutani KPH Banyumas Barat tahun 2012, maka teknik korelasi yang digunakan adalah korelasi ganda. Hal ini dikarenakan terdapat tiga variabel bebas dan satu variabel terikat pada yang berasal dari hasil penelitian, dan jenis data adalah data ratio Sugiyono, 2011: 224.

2. Uji Korelasi Ganda

Uji hubungan dikenal juga sebagai uji korelasi. Sukestiyarno 2010: 98 menjelaskan uji korelasi dilakukan untuk memperoleh asumsi apakah variabel dari sampel penelitian memiliki hubungan yang positif dan signifikan atau tidak. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan dapat dilihat dari nilai . Uji hubungan dilakukan dengan uji korelasi ganda. Hal ini didasarkan uji korelasi ganda digunakan untuk mengukur derajat hubungan antar tiga variabel atau lebih, sedangkan dalam penelitian ini terdapat empat variabel yang akan diteliti. Uji korelasi ganda ini menggunakan rumus sebagai berikut: Dengan = - ̅ , = - ̅ , . . . , = - ̅ , = – ̅ dan yang dihitung dengan rumus: Sudjana, 2005: 383 Jika dinyatakan dalam kekeliruan baku taksiran . . . maka koefisien korelasi ganda dapat ditulis dengan rumus berikut: Sudjana, 2005: 383 Dengan menyatakan simpangan baku untuk variabel . dinamakan koefisien korelasi ganda antara dengan buah variabel , , . . . , , sedangkan dinamakan koefisien determinasi ganda. Untuk mengetahui hubungan antara variabel dengan , dengan , dan dengan , dapat digunakan rumus berikut: √ √ √ Dengan adalah koefisien korelasi antara variabel dengan adalah koefisien korelasi antara variabel dengan adalah koefisien korelasi antara variabel dengan Sedangkan untuk mengetahui hubungan antara variabel dengan , dengan , dan dengan , digunakan rumus berikut: √ √ √ Sudjana, 2005: 369 Untuk menentukan besarnya hubungan dapat dilihat berdasarkan nilai dari koefisien korelasi yang didapat. Jika nilai koefisien korelasi semakin mendekati 0 berarti korelasi semakin rendah, namun jika nilai koefisien korelasi semakin mendekati 1 berarti semakin tinggi korelasi yang terjadi Sudjana, 2005: 384.

2.6 Teori Simulasi