Teknik konservasi tanah dan air

73 kebutuhan tanaman dan karakteristik sosial-ekonomi petani setempat untuk mengendalikan erosi sekaligus meningkatkan produktivitas tanaman dan pendapatan petani Latuladio et al. 2009. Kemudian teknik budidaya dalam agroteknologi alternatif untuk model UTSBK tersebut dirancang dengan pendekatan konsep PHT pengandalian hama terpadu atau GAPs Good Agricultural Practices yang mencakup : 1 penggunaan bibit unggul berkualitas, 2 persiapan lahan dan pengolahan tanah sesuai karakteristik tanah dan kebutuhan tanaman untuk pertumbuhan dan produktivitas optimal, 3 penggunaan kapur berdasarkan pH tanah dan pH optimum yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan dan produksi optimal, 4 penggunaan pupuk sesuai dengan kondisi dan status hara tanah serta kebutuhan hara tanaman sayuran untuk pertumbuhan dan produksi optimal, 5 pemeliharaan tanaman penyiangan, pendangiran, pemangkasan tunas atau cabang sesuai kebutuhan tanaman untuk produksi optimal, 6 pengendalian hama dan penyakit tanaman melalui penggunaan pestisida kimia yang minimal seperlunya, sesuai kondisi tanaman dan karakteristik hama dan patogen yang menyerang tanaman Latuladio et al. 2009, Duriat et al. 2006, Sastrosiswojo et al. 2005. Berdasarkan kondisi existing, maka agroteknologi alternatif untuk model UTSBK di DAS Siulak mencakup : a teknik KTA berdasarkan pola tanam yang umumnya diterapkan petani sesuai karakteristik lahan kemiringan lahan dan kondisi sosial-ekonomi petani dapat diterima dan diterapkan oleh petani, b bibit kentang berkualitas atau sertifikasi Varietas Granola G-3 atau G-4 dari BBIK Kayu Aro, dan c pengapuran, pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit tanaman sesuai anjuran Tabel 18.

a. Teknik konservasi tanah dan air

Teknik KTA untuk model UTSBK di DAS Siulak adalah : 1 guludan tanaman memotong lereng + mulsa penahan air sisa tanaman 3 tonhatahun atau mulsa plastik untuk lahan dengan kemiringan lereng 7 nilai faktor P = 0.5 x 0.5; 2 guludan memotong lereng + mulsa penahan air sisa tanaman 6 tonhatahun atau mulsa plastik pada pertanaman sayuran dengan guludan searah lereng untuk lahan dengan kemiringan lereng 14 nilai faktor P = 0.5 x 0.3; dan 3 guludan memotong lereng + mulsa penahan air sisa tanaman 6 tonhatahun atau mulsa plastik + rorak 1 m x 0.3 m x 0.4 m pada pertanaman sayuran dengan guludan searah lereng untuk lahan dengan kemiringan lereng 20 nilai faktor P = 0.5 x 0.3 x 0.3. 74 Tabel 18 Deskripsi agroteknologi alternatif dalam model usahatani sayuran berkelanjutan berbasis kentang di DAS Siulak, Kabupaten Kerinci, Jambi Agrotek- nologi Pola tanam Teknik konservasi tanah pada kemiringan lereng 3 7 14 20 A kentang- kubis- kentang Tanpa teknik KTA Guludan tanaman memotong lereng + mulsa sisa tanaman 3 tonhatahun atau mulsa plastik Guludan memotong lereng + mulsa sisa tanaman 6 tonhatahun atau mulsa plastik pada pertanaman dengan guludan searah lereng Guludan memotong lereng + mulsa sisa tanaman 6 tonhatahun atau mulsa plastik + rorak 1 x 0.3 x 0.4 m pada pertanaman dengan guludan searah lereng B kentang- kubis- tomat C kentang- kubis- RS D kentang- RS- tomat E kentang- cabe  Bibit kentang varietas Granola G-3 atau G-4 dari BBIK Kayu Aro, Kabupaten Kerinci  Teknik budidaya kentang dan kubis mengacu pada rekomendasi Balitsa Lembang Duriat et al. 2006, Sastrosiswojo et al. 2005, budidaya tomat dan cabe mengacu pada Maynard dan Hocmuth 1999 dalam Susila 2006  Tanaman diberi Dolomit 2 tonha kecuali kentang dan pupuk kandang 10 tonha  Pupuk kentang 300 kg Urea + 400 kg ZA + 300 kg SP-36 + 300 kg KCl  Pupuk kubis 100 kg Urea + 250 kg ZA + 250 kg SP-36 + 200 kg KCl,  Pupuk tomat 499 kg Urea + 311 kg SP-36 + 225 kg KCl  Pupuk cabe 499 kg Urea + 311 kg SP-36 + 226 kg KCl  Pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida minimal, sesuai kondisi tanaman dan karakteristik hama dan patogen, dosis sesuai anjuran di kemasan Berdasarkan nilai faktor P masing-masing teknik KTA tersebut, maka nilai faktor CP pada lahan dengan kemiringan lereng 7 untuk setiap pola tanam adalah 0.065 kentang-kubis-kentang, 0.0925 kentang-kubis-tomat, 0.06 kentang-kubis-rumputsemak, 0.1025 kentang-rumputsemak-tomat, dan 0.0775 kentang-cabe. Setiap nilai CP tersebut lebih kecil dari nilai CP maks 0.1453. Pada lahan dengan kemiringan lereng 14 , nilai faktor CP untuk setiap pola tanam adalah 0.039 kentang-kubis-kentang, 0.0555 kentang-kubis- tomat, 0.036 kentang-kubis-rumputsemak, 0.0615 kentang-rumput semak- tomat, 0.0465 kentang-cabe. Setiap nilai CP tersebut lebih kecil dari nilai CP maks 0.0674. Pada lahan dengan kemiringan lereng 20 , nilai faktor CP untuk setiap pola tanam adalah 0.0117 kentang-kubis-kentang, 0.01665 kentang-kubis-tomat, 0.0108 kentang-kubis-rumputsemak, 0.01845 kentang- rumput semak-tomat, 0.01395 kentang-cabe. Setiap nilai CP tersebut lebih kecil dari nilai CP maks 0.0479. 75 Guludan memotong lereng merupakan tumpukan tanah tinggi 25 - 30 cm, lebar dasar 30 - 40 cm yang dibuat memanjang memotong lereng atau menurut arah garis kontur dan dapat diterapkan pada lahan dengan kemiringan lereng hingga 8 . Jarak antar guludan tergantung kecuraman lereng, kepekaan erosi tanah dan erosivitas hujan. Makin curam lereng atau makin peka tanah terhadap erosi atau makin tinggi erosivitas hujan, maka jarak guludan makin pendek. Penentuan jarak guludan dapat menggunakan persamaan jarak teras Arsyad 2009. Pembuatan guludan memotong lereng pada lahan dengan kemiringan lereng 14 dan 20 persen pada pertanaman sayuran dengan guludan searah lereng diasumsikan tidak mengurangi areal tanam karena ditanami dengan sayuran yang sama dengan bidang olah. Pembuatan guludan diasumsikan membutuhkan tenaga kerja 40 HOKha, mengacu pada pembuatan teras gulud yang membutuhkan tenaga kerja 80 HOK Ditjen PLA Deptan 2007, karena pada guludan tidak ada saluran sebagaimana pada teras gulud. Penambahan biaya akibat pembuatan guludan pengendali erosi tersebut diasumsikan tidak mengurangi pendapatan, karena guludan juga ditanami sayuran sehingga tidak mengurangi hasil panen produktivitas tanaman Rorak adalah lubang yang digali dengan dalam 60 cm, lebar 50 cm, panjang 1 - 5 m, jarak ke samping sama dengan panjang rorak, jarak searah lereng 10 - 5 m pada kemiringan lereng 3 - 8 persen dan 8 - 15 persen, 5 - 3 m pada kemiringan lereng 15 - 30 persen. Rorak berfungsi untuk menangkap air aliran permukaan dan tanah yang tererosi sehingga memungkinkan air masuk ke dalam tanah dan mengurangi erosi dari lahan Arsyad 2009. Pembuatan rorak berdimensi 1 m x 0.3 m x 0.4 m diasumsikan membutuhkan tenaga kerja 30 HOK, yakni setengah dari kebutuhan tenaga kerja pembuatan rorak berdimensi 5 m x 0.3 m x 0.4 m 30 unitha yang membutuhkan tenaga kerja 50-60 HOK. Pembuatan rorak sebagai teknik KTA pada pertanaman sayuran searah lereng diasumsikan dan diperhitungkan mengurangi luas bidang olah 10 , sebagaimana dikemukakan oleh Dariah dan Husen 2004 bahwa penerapan teknik konservasi tanah tertentu akan menyebabkan pengurangan luas areal tanam. Namun pengurangan areal tanam dapat dikompensasi dengan cara menanam tanaman yang mempunyai nilai jual tinggi.

b. Teknik budidaya