Beta Blocker ACE Inhibitor

32 meningkatkan kadar kalsium urin, berbeda dengan diuretika tiazid yang menurunkan konsentrasi kalsium pada urin Mycek et al., 2001.

2.1.2.2 Beta Blocker

Beta blocker memblok beta-adrenoseptor dan biasanya digunakan sebagai terapi hipertensi baris pertama. Reseptor diklasifikasikan menjadi reseptor beta-1 dan reseptor beta-2. Reseptor beta-1 dapat ditemukan di ginjal, dan utama pada jantung. Reseptor beta-2 dapat ditemukan di jantung, dan banyak terdapat pada paru-paru, pembuluh darah perifer, dan otot lurik. Reseptor beta juga dapat ditemukan di otak. Stimulasi reseptor beta pada otak dan perifer akan menyebabkan peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis akibat pelepasan neurotransmitter. Efek akhirnya adalah peningkatan cardiac output, peningkatan tahanan perifer dan peningkatan sodium yang diperantarai aldosteron dan retensi air. Terapi beta blocker akan mengantagonis semua efek tersebut sehingga terjadi penurunan tekanan darah. Beta blocker terdiri dari atenolol, labetalol, metoprolol, nadolol propranolol, dan timolol. Beta blocker menyebabkan beberapa efek samping. Efek samping terhadap sistem saraf pusat antara lain kelelahan, letargi, insomnia, dan halusinasi. Beta blocker juga dapat mengganggu metabolisme lipid, menurunkan lipoprotein HDL dan meningkatkan trigliserol plasma. Pemutusan pemberian beta blocker secara mendadak dapat menyebabkan fenomena rebound akibat regulasi naik dari reseptor beta. Beta blocker diekskresikan di hati atau ginjal tergantung sifat kelarutan obat dalam air atau lipid. 33

2.1.2.3 ACE Inhibitor

Angiotensin converting enzyme inhibitor ACEi adalah obat yang diberikan sebagai terapi anti hipertensi yang dianjurkan ketika obat baris pertama merupakan kontraindikasi atau tidak efektif. ACEi terdiri dari benazepril, kaptopril, enalapril, fosinopril, lisinopril, moeksipril, quinapril, dan ramipril. ACEi menurunkan tekanan darah dengan mengurangi resistensi vaskular perifer tanpa meningkatkan curah jantung, kecepatan dan kontraktilasi. ACEi menghambat enzim pengkonversi angiotensin yang mengubah angiotensin I membentuk vasokronstriksi poten angiotensin II. Vasodilatasi terjadi sebagai akibat efek kombinasi vasokonstriksi yang lebih rendah yang disebabkan karena penurunan angiotensin II dan vasodilatasi dari peningkatan bradikinin. ACEi selain dapat menurunkan kadar angiotensin II, juga dapat menurunkan sekresi aldosteron sehingga menurunkan retensi natrium dan air Mycek et al., 2001. ACEi memiliki efek samping seperti batuk, kulit merah, demam, perubahan rasa, hipotensi, dan hiperkalemia. Angioderma adalah efek samping dari pemberian ACEi yang jarang terjadi tetapi dapat menyebabkan kematian. ACEi bersifat fetotoksik dan tidak boleh digunakan pada wanita hamil. ACEi diberikan di tempat praktik dokter dengan pengawasan.

2.1.2.4 Antagonis Angiotensin II