tertentu atau khusus, atau berupa 2 suatu situasi dimana seseorang melakukan atau  melaksanakan  rancangan,  pengembangan  pembelajaran,  atau  kegiatan
– kegiatan  evaluasi  dan  mengkaji  proses  pada  saat  yang  sama,  atau  berupa  3
kajian  tentang  rancangan,  pengembangan,  dan  prosesevaluasi  pembelajaran baik yang melibatkan komponen proses secara menyeluruh atau tertentu saja.
Model  pengembangan  ini  bersifat  deskriptif,  hal  ini  disebabkan  prosedur yang  digunakan  menggambarkan  langkah
–langkah  yang  harus  diikuti  dalam menghasilkan  produk.  Menurut  Wasis  D  Dwiyogo  2004  :  6  dalam  setiap
pengembangan  dapat  memilih  dan  menemukan  langkah  yang  paling  tepat  bagi penelitiannya berdasarkan kondisi dan kendala yang dihadapi.
Pengembangan adalah
suatu proses
yang dipakai
untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidik. Langkah-langkah penelitian
atau proses pengembangan ini terdiri atas kajian tentang temuan peneliti produk yang  akan  dikembangkan,  mengembangkan  produk  berdasarkan  temuan
– temuan  tersebut,  melakukan  uji  coba  lapangan  sesuai  dengan  latar  di  mana
produk tersebut akan dipakai, dan melakukan revisi terhadap hasil uji lapangan.
2.2 Pengertian Pendidikan Jamani
Pendidikan  pada  dasarnya  merupakan  rekonstruksi  aneka  pengalaman dan peristiwa yang dialami individu agar segala sesuatu yang baru menjadi lebih
terarah  dan  bermakna.  Pengertian  istilah  pendidikan  liberal  liberal  education dengan  pendidikan  umum  general  education.  Ia  mengatakan  bahwa
pendidikan  liberal  lebih  berorientasi  pada  bidang  studi  dan  menekankan penguasaan  materinya.  Tujuan  utamanya  adalah  penguasaan  materi
pembelajaran secara mendalam dan bahkan jika mungkin sampai tuntas.
Sementara  itu,  pendidikan  umum  lebih  bersifat  memperhatikan “pelakunya”  dari  pada  bidang  studi  atau  materinya.  Tujuan  utamanya  adalah
mencapai perkembangan individu secara menyeluruh. Pendidikan  jasmani  pada  dasarnya  merupakan  pendidikan  melalui
aktivitas  jasmani  yang  dijadikan  sebagai  media  untuk  mencapai  perkembangan individu  secara  menyeluruh.  Namun  perolehan  ketrampilan  dan  perkembangan
lain yang bersifat jasmaniah itu juga sekaligus sebagai tujuan. Melalui pendidikan jasmani, siswa disosialisasikan ke dalam aktivitas jasmani termasuk ketrampilan
berolahraga.  Oleh  karena  itu  tidaklah  mengherankan  apabila  banyak  yang meyakini  dan  mengatakan  bahwa  pendidikan    jasmani  merupakan  dari
pendidikan  menyeluruh,  dan  sekaligus  memiliki  potensi  yang  strategis  untuk mendidik. Adang Suherman 2000:1.
2.3 Pengertian atletik
Atletik  merupakan  istilah  yang  sudah  dialih  bahasakan  dari  berbagai istilah  sebelumnya.  Sebenarnya,  istilah  atletik  berasal  dari  bahasa  yunani  yaitu
“Athlon” yang memiliki makna bertanding atau perlombaan. Istilah athlon hingga saat ini masih sering digunakan seperti yang sering di  dengar kata
“Panthatlon” atau
“Decathlon”.  Pentathlon  memiliki  makna  panca  lomba,  meliputi  lima  jenis lomba, sedangkan decathlon adalah dasa lomba, meliputi sepuluh jenis lomba.
Istilah  atletik  yang  digunakan  di  Indonesia  saat  ini  diambil  dari  bahasa inggris  yaitu  Athletic  yang  berarti  cabang  olahraga  yang  meliputi  jalan,  lari,
lompat,  dan  lempar.  Sementara  di  Amerika  Serikat,  istilah  athletik  berarti olahraga pertandingan, dan istilah untuk menyebut atletik adalah track and filed.
Dijerman  istilah  atletik  diberi  makna  yang  lebih  luas  yaitu  berbagai  cabang olahraga  yang  bersifat  perlombaan  atau  pertandingan,  termasuk  cabang
olahraga renang, bola basket, tenis, sepak bola, senam, dan lain-lain.  Yudha M. Saputra 2004: 1
Atletik  adalah  aktivitas  jasmani  atau  latihan  fisik,  berisikan  gerak-gerak alamiahwajar  seperti  jalan,  lari,  lompat,  dan  lempar.  Dengan  berbagaai  cara
atletik  telah  dilakukan  sejak  awal  sejarah  manusia.  Berdasarkan  sejarah  kita kembali  ke  jaman  klasik-purba  dimana  atletik  dilakukan  orang  dalam
bentukolahraga yang rapid an teratur. Khomsin 2011: 2 Olahraga  atletik  sering  dianggap  sebagai
“induk”  dari  olahraga  sebab, atletik  terdiri  dari  unsur
–unsur  gerak  utama  yang  mendasari  banyak  cabang olahraga,  yaitu  lari,  jalan,  lompat,  dan  lempar.
Olahraga  atletik  adalah  olahraga tertua,  di  setiap  Negara atletik  berkembang menurut  bahasanya  masing-masing
tetapi  pengertiannya  sama  bahwa    olahraga  ini  menjadi  dasar  dari  seluruh cabang  olahraga  dan  gerak  dari  atletik  seperti  jalan,  lari,  lompat  dan  lempar
adalah gerak alamiah dari manusia. Nomor  perlombaan  yang  dipertandingkan  dalam  lomba  atletik  meliputi
nomor  lari,  lompat,  dan  lempar.  Selain  itu,  terdapat  nomor  perlombaan  khusus, yaitu  jalan  cepat,  lari  halang  rintang,  dan  lari  lintas  alam.  Ada  pula  berbagai
nomor perlombaan campuran, seperti pancalomba, saptalomba, dan dasalomba Winendra, 2008 : 4
Di  indonesia  perlombaan-perlombaan  dan  perkumpulan  atletik  baru muncul  sekitar  1917.  Baik  atlet-atletnya  maupun  pengurusnya  sebagian  besar
terdiri  dari  pemuda-pemudi  atau  orang-orang  Belanda  atau  Indo-Belanda.  Baru pada  tahun  1942,  dimasa  penjajahan  Jepang  putra-putri  Indonesia,  terutama
pelajar-pelajarnya  agak banyak melakukan kegiatan  olahraga  atletik.  Disekolah- sekolah  SD,  SLTP,  dan  SLTA,  serta  sekolah-sekolah  yang  lainnya,  selain
diajarkan  „I’aiso  senam  ala  Jepang  dan  kyoren  baris  berbaris  banyak  juga diberi pelajaran dan latihan atletik. Perlombaan-perlombaan atletik antar sekolah
dari lain kotapun sering diadakan. Khomsin 2005: 3 Kemudian  setelah  bangsa  Indonesia  merdeka,  baik  dalam  Pekan
Olahraga  Nasional  PON  tahun  1948  di  Surakarta  maupun  Pekan  Olahraga Mahasiswa  POM  I  tahun  1951  di  Yogyakarta,  hampir  seluruh  nomor  atletik
diperlombakan  seperti  yang  ada  pada  sekarang  ini  P.A.S.I  Persatuan  Atletik Seluruh  Indonesia,  yaitu  induk  organisasi  atletik  yang  sekarang,  baru  resmi
didirikan  pada tanggal  2  september  1950  di  Semarang  Jawa Tengah. Khomsin 2005: 4
Atletik  sudah  masuk  ke  dalam  kurikulum  pendidikan  jasmani,  sehingga siswa  wajib  mengikuti  pelajaran  atletik.  Dengan  demikian  atletik  dikenal  dan
menyebar  dikalangan  pelajar  yang  ditunjang  pula  oleh  penyelenggaraan pertandingan  atletik  antar  pelajar  seperti  dalam  arena  POPSI.  Upaya
pengembangan  atletik  untuk  menjadi  bagian  dalam  pengalaman  belajar  siswa, juga  ditunjang  oleh  penyediaan  tenaga  guru  olahraga  atau  penjas  yang
berkualifikasi  guru  professional  yang  telah  dididik  dilembaga  pendidikan  tenaga guru,  seperti  SGPD,  SGO,SMOA  atau  yang  bertaraf  perguruan  tinggi  yakni  di
APD,FPD, BI  B II Penjas. Yoyo Bahagia 2 000 : 8 Perkembangan  atletik  masuk  dalam  dunia  pendidikan  dari  jaman
penjajahan  Jepang  di  Indonesia  dan  sekarang  atletik  telah  masuk  dalam kurikulum  pendidikan  yang  wajib  di  ajarkan  untuk  SD,  SMP  dan  SMA  atau
sederajat.
2.3.1 Kids Atletik
Kids  Atletik  menyuguhkan    memberikan  kegembiraan,  latihan-latihan event  baru  dan gerakan-gerakan  wajib  yang  beragam memerlukan  penguasaan
dalam  lingkup  satu  tim    regu  pada  lokasi  yang  berbeda-beda  di  dalam lingkungan  arena  lomba.  Lebih  lagi,  event  ini  memungkinkan  bagi  suatu  jumlah
besar anak-anak untuk berpartisipasi di dalamnya dalam kemungkinan area yang terdekat  dan  di  dalam  suatu  periode  waktu  yang  dapat  diperhitungkan.  Dengan
gerakan dasar pada kids atletik yaitu seperti lari, lari dayatahan, lompat, lempar dapat dilakukan dan dilatihkan dalam suatu susunan bermain. IAAF 2002:5
Nomor  olahraga  yang  di  perlombakan  dalam  event  POPDA  baik  itu tingkat  kecamatan,kabupaten  bahkan  propinsi  adalah  Kids  Atletik
. Kid‟s Athletik adalah  jenis  dari  cabang  olahraga  atletik  yang  diperuntukan  khusus  untuk
sekolah dasar. Jenis cabang olahraga ini diperkenalkan pertama kali   oleh IAAF International  Association  of  Athletics  Federation.  Kemudian  disebarkan  di
sekolah  -  sekolah  melalui  berbagai  pendidikan  dan  pelatihan  oleh  Pusat Pembinaan  Atletik Pelajar PPAP.
Seperti  diketahui  bahwa  Atletik  merupakan  “Mother  Of  Sport”  yaitui  ibu dari  semua  cabang  olahraga,sehingga  atletik  menjadi  cabang  olahraga  wajib
bagi  pelajar  sekolah  dasar.  Departemen  Pendidikan  Nasional  pun  menyetujui anjuran PB PASI agar cabang atletik yang dimainkan adalah Kids Athletics yaitu
program  pembinaan  atletik  bagi  atlet  usia  pelajar  sekolah  dasar  sesuai  dengan kebijakan  IAAF  International  Association  of  Athletics  Federation. Nomor-nomor
perlombaannya  adalah  Kangas  Escape  SprintGawang,  Frog  Jump  Loncat Katak, Turbo Throwing Lempar Turbo dan Formula 1 Lari, Rintangan, Slalom.
Dengan  dijadikannya  Kids  Athletiks  sebagai  cabang  olahraga  resmi,  PB  PASI telah berhasil mensosialisasikan atletik di tingkat sekolah dasar di Indonesia.
Kids  Atletik  adalah  seperangkat  permainan  mengembirakan  yang ditujukan untuk aktivitas olahraga anak-anak. Sebagaimana orang dewasa yang
memerlukan  fasilitas  atau  alat  olahraga  standar,  anak-anak  pun  memerlukan peralatan  olahraga  yang  sama,  namun  yang  sesuai  dengan kebutuhan mereka,
atau  disesuaikan  dengan  sifat  dan  kemampuan  anak-anak.  Tujuannya  untuk keperluan  jasmani  dan  olahraga  yang  sesuai  dengan  pertumbuhan  dan
perkembangan anak-anak. Olahraga  ini  ditujukan  untuk  anak-anak,  peralatan  olahraga  yang
digunakan  dalam  Kids  Atletik  adalah  alat-alat  yang  sifanya  lebih  ringan,  yang ditujukan  untuk  aktivitas  gerak  seperti  lari,  lompat,  lempar,  dan  lain-lain.
Di  antara  Kids  Atletik  adalah  turbo  mirip  anak  panah  namun  lebih  ringan  yang ditujukan untuk aktivitas lempar, gawang yang ditujukan untuk aktivitas lompat,
matras, dan lain-lain. Kids  Atletik  dibuat  dengan  tujuan  untuk  memenuhi  minat  anak-anak
dalam  aktivitas  gerak,  mengenalkan  dasar-dasar  gerakan  atletik  dalam  bentuk permainan,  merangsang  pertumbuhan  dan  perkembangan  jasmani  serta
memelihara  kesehatan,  menghindari  rasa  bosan  pada  anak-anak,  dan memberikan  solusi  bagi  anak-anak  pecinta  olahraga  dalam  mendapatkan
peralatan yang tepat.
2.4 Permainan Fun Post
Permainan  Fun  Post  adalah  bentuk  permainan  dari  dasar  olahraga atletik yang didalamnya berisi lari, lompat, dan lempar, permainan ini terdiri dari
beberapa  post  yang  didalam  postnya  memiliki  perintah  berbeda – beda seperti
pada  post  pertama  siswa  melakukan  lompat  katak  sambil  membawa  bola  dan seterusnya  sampai  post  terakhir  yaitu  post  ke  5  yang  berisi  perintah  siswa
melakukan  lemparan  bola  kedalam  keranjang,  setelah  dapat  melakukan lemparan  hingga  masuk  dalam  keranjang  berarti  siswa  tersebut  telah  selesai
melakukan  rintangannya  dan  salah  satu  tim  yang  dapat  menyelesaikan permainan  terlebih  dahulu  makan  tim  tersebut  dinyatakan  menang.  Permainan
Fun  Post  adalah  hasilpengembangan  dari  kids  atletik  yang  telah  dimodifikasi agar  lebih  mudah  dilakukan  untuk  siswa  tunagrahita  seperti  pengurangan  dasar
menangkap, modifikasi lapangan dan alat-alatnya Post 1
: siswa mengambil bola dan siswa melakukan lompat katak Post 2
: siswa berlari Post 3
: siswa melakukan lari zigzag Post 4
: siswa melakukan lompatan Post 5
: siswa melakukan lemparan bola kedalam tong
1. Post 1 lompat katak Lompat katak adalah salah satu gerak dasar yang memacau pada lompat
jauh yaitu gerakan lompat kedepan. 2.  Post 2 lari
Lari adalah salah satu gerak dasar untuk melatih kecepatan berlari. 3. post 3 lari zigzag
Lari  zigzag  adalah  lari  dengan  cara  ber  belok  belok  untuk  melatih kelincahan siswa.
4. post 4 loncat
Loncat  adalah  salah  satu  gerak  dasar  yang  mendasari  gerakan  dalam lompat tinggi.
5. post 5 melempar Melempar  adalah  salah  satu  gerak  dasar  dalam  melempar  seperti
gerakan dalam lempar cakram dan lempar lembing.
2.4.1 Tujuan Kids Atletik Terhadap Permainan Fun Post untuk Siswa SDLB
Menurut  IAAF  dalam  buku  Kids  Atletik  di  jelaskan  tujuan  Kids  Atletik sebagai berikut :
2.4.1.1 Aktivitas Fisik Kids  Atletik  disesuaikan  dengan  dengan  tepat  untuk  a  nak-anak  agar
dapat  member  motivasi  kepada  pelajar  sekolah    dasar,  kepada  klub-klub  dan institutelembaga-lembaga  ataupun  kelompok-kelompok  lainnya  agar  dapat
terlibat dalam aktifitas fisik. 2.4.1.2 Promosi  Peningkatan Kesehatan
Salah  satu  tujuan  utama  dari  semua  organisasi  yang  terlibat  dalam olahraga  haruslah  untuk  mendorong  anak-anak  untuk  bermain  dalam  rangka
meningkatkan  kesehatan  jangka  panjang.  kesehatan  fisik  yang  baik  dilakukan melalui cara hidup dalam kehidupan yang aktif, dengan tidak lepas dari olahraga
dengan  gerakan  dasar  yang  berada  dalam  atletik.  Sehingga  Kids  Atletik  adalah olahraga yang sesuai untuk anak-anak dengan desain yang unik agar anak-anak
lebih tertarik. 2.4.1.3 Interaksi Sosial
Pembentukan  team    regu  dan  interaksi  sosial  dikenalkan  dalam  Kids Atletik  dan  menjadi  suatu  program  pembinaan  dimana  nilai  tertinggi  diletakan
pada  setiap  anggota    regu.  Untuk  menghasilkan  nilai  yang  tinggi  maka  Kids Atletik  memberikan  rangsangan  kepada  anak-anak  untuk  bekerja  sama  dan
untuk  menyadari  betapa  pentingnya  kerja  sama  dalam  tim.  Permainan  ini  juga menekankan  “bermain  sportif”  fair  play  yang  akan  menambah  nilai-nilai
pendidikan yang berkaitan dengan Kids Atletik. Permainan  Fun  Post  adalah  salah  satu  bentuk  penyerderhanaan  dari
olahraga  Kids  Atletik  karena  didalamnya  terdapat  beberapa  unsur  dari  Kids
Atletik seperti lari, lompat, tangkap dan lempar.
Permainan  Fun  Post  memperlihatkan  ketrampilan  lokomotor  tinggi.  Dari gerakan  lari,  lompat,  dan  lempar  memerlukan  gerakan  yang  dinamis  agar
mencapai  pos  secepat  mungkin  dan  memerlukan  konsentrasi  saat  melempar bola  agar  tepat  pada  sasaran.  Tetapi  tujuan  dalam  permainan  ini  bukan  hanya
sekedar menyelesaikan rintangan tetapi untuk 1 memperluas ketrampilan gerak dasar, 2 kerjasama 3 konsentrasi untuk siswa SLB 4 kebugaran jasmani dan
5 perkembangan jasmani peserta didik.
2.4.2 Komponen Kondisi Fisik
Kondisi  fisik  ditinjau  dari  segi  faalnya  adalah  kemampuannya  sebagai pendukung  aktivitas  menjalankan  olahraga.Kondisi  fisik  adalah  suatu  kesatuan
utuh  dari  komponen – komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik
peningkatannya,  maupun  pemeliharaannya.  Komponen  kindisi  fisik  menurut Bompa  dalam  Heri  Tri  Cahyono  2010  :  12,  sebagai  komponen  kesegaran
biometrik  dimana  komponen  masing –  masing  adalah  kelompok  kesegaran
jasmani, yaitu : 1 kesegaran otot, 2 kesegaran kardiovaskular, 3 kesegaran
keseimbangan  jumlah  dalam  tubuh,  dan  4  kesegaran  kelentukan.  Kelompok komponen lain dikatakan sebagai kelompok kesehatan motorik yang terdiri dari:
koordinasi gerak, ketepatan, kecepatan, kelincahan, dan daya ledak otot. Di  samping  itu  ada  10  komponen  yang  dapat  dikategorikan  sebagai
komponen kondisi fisik yaitu: 1 ketepatan 2 daya tahan 3 daya ledak otot 4 kecepatan  5  kelentukan  6  kelincahan  7  keseimbangan  8  koordinasi  9
ketepatan 10 reaksi. Komponen yang masuk kategori kondisi fisik, yang mana kesepuluh  komponen  tersebut  dapat  diukur  keadaan  melalui  satu  tes  seperti
tersebut diatas. Adapun komponenyang dimaksud : 1.  Kekuatan  strength,  Kekuatan  adalah  komponen  kekuatan  kondisi  fisik
seseorang  tentang  kemampuan  dalam  mepergunakan  otot –  oto  untuk
menerima beban sewaktu bekerja M. Sajoto, 1995 : 8. 2.  Daya Tahan endurance, Daya tahan adalah kemampuan seseorang dalam
menggunakan  ototnya  untuik  berkonsentrasi  secara  menerus  dalam  waktu yang relative lama dengan beban tertentu, M.Sajoto, 1995 : 8.
3.  Daya  Ledak  Otot  muscular  power,  Daya  ledak  otot  adalah  kemampuan seseorang  untuk  mempergunakan  kekeuatan  maksimum  yang  dikerjakan
dalam waktu yang sesingkat – singkatnya, M. Sajoto 1995 : 8. Daya tahan
otot  dipengaruhi  oleh  kekuatan  otot,  kecepatan  kontraksi  otot  sehingga semua  faktor  yang  mempengaruhi  daya  otot.Jadi  daya  otot  adalah  kualitas
yang memungkinkan otot atau sekelompok otot untuk melakukan fisik secara tiba
– tiba. 4.  Kecepatan  speed,  Kecepatan  adalah  kemampuan  seseorang  untuk
mengerjaklan  gerakan  berkesinambungan  dalam  bentuk  yang  sama  dalam waktu yang sesingkat
– singkatnta M. Sajoto, 1995 : 8.
5.  Kelentukan  fleksibility,  Daya  lentur  adalah  efektivitas  seseorang  dalam menyesuaikan  diri  untuk  segala  aktivitas  dengan  pengukuran  tubuh  yang
luas.  Hal  ini  akan  sangat  mudah  ditandai  dengan  tingkat  fleksibilitas persendian pada seluruh permukaan tubuh M. Sajoto, 1995:9
6.  Kelincahan  Agility,  Kelincahan  adalah  kemampuan  seseorang  mengubah posisi di area tertentu, seseorang yang mampu mengubah satu posisi yang
berbeda  dalam  kecepatan  tinggi  dengan  koordinasi  yang  baik,  berarti kelincahannya cukup baik M. Sajoto, 1995:9.
7.  Keseimbangan  Balance,  Keseimbangan  adalah  kemampuan  seseorang dalam mengendalikan organ-organ syaraf otot M. Sajoto, 1995:9.
8.  Koordinasi  Coordination,  Koordinasi  adalah  kemampuan  seseorang mengintegrasikan  bermacam-macam  gerak  yang  berada  berada  ke  dalam
pola garakan tunggal secara efektif Sajoto, 1995:9. 9.  Ketepatan  Accuracy,  Ketepatan  adalah  kemampuan  seseorang  untuk
mengendalikan gerakan-gerakan bebas terhadap suatu sasaran, sasaran ini dapat  merupakan  suatu  jarak  atau  mungkin  suatu  obyek  langsung  yang
harus dikenai dengan salah satu bidang tubuh M. Sajoto, 1995:9. 10. Reaksi  Reaction,  Reaksi  adalah  kemampuan  seseorang  untuk  segera
bertindak  secepatnya  dalam  menghadapi  rangsangan  yang  ditimbulkan lewat  indera,  syaraf  atau  rasa  lainnya.  Status  kondisi  fisik  seseorang  dapat
diketahui dengan cara penilaian bentuk tes kemampuan M. Sajoto, 1995:10 Tujuan  penjas  untuk  siswa  tunagrahita  pada  dasarnya  sama  dengan
anak  normal,  mereka  membutuhkan  ketrampilan  yang  didalamnya  terdapat komponen  kondisi  fisik  seperti  anak  normal,  sama  dengan  permainan  Fun  Post
didalamnya terdapat komponen seperti kelincahan, kecepatan, kelenturan dll.
Anak  berkebutuhan  khusus  juga  mempunyai  beberapa  tes  yang dilakukan  untuk  mengetahui  hasil  komponen  kondisi  fisiknya.  Beltasar  Tarigan
2000:76  tes  kebugaran  jasmani  untuk  anak-anak  keterbelakangan  mental  ini terdiri dari : kecepatan, daya tahan otot statis dari lengan dan bahu, tungkai dan
perut, keseimbangan, kecepatan, daya tahan jantung paru. Tes ini dubuat untuk anak keterbelakangan mental  biasa  dan  sedang,  dengan kisaran  usia  antara  9-
20 tahun.
2.5 Anak Berkebutuhan Khusus
Konsep  ABK  children  with  special  needs  meiliki  makna  dan  spectrum yang  lebih  luas  dibandingkan  dengan  konsep  anak  luar  biasa  exceptional
children.ABK  adalah  anak  yang  secara  pendidikan  memerlukan  layanan  yang spesifikasi  yang  berbeda  dengan  anak-anak  pada  umumnya.  ABK  ini  memiliki
apa  yang  disebut  dengan  hambatan  belajar  dan  hambatan  perkembangan berier to lerning and development. Oleh sebab itu mereka memerlukan layanan
pendidikan  yang  sesuai  dengan  hambatan  belajar  dan  hambatan  berkembang yang dialami oleh masing
– masing anak. Yani Maemulyani dan Caryoto 2013: 8
Berikut  adalah  klasifikasi  anak  berkebutuhan  khusus  ABK  :  1  Tuna netra digolongkan dalam SLB A adalah individu yang memiliki hambatan dalam
penglihatan. Tunanetra dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu buta total dan  low  vision.  Karena  tunanetra  memilikiketerbatasan  dalam  indra  penglihatan
maka  proses  pembelajaran menekankan  pada  alat  indra  yang  lain  yaitu peraba dan  indra  pendengaran.  2  Tunarungu  digolongkan  dalam  SLB  B  adalah
individu  yang  memiliki  hambatan  dalam  pendengaran  baik  permanen  maupun tidak  permanen.  Karena  memiliki  hambatan  dalam  pendengaran  individu
tunarungu  memiliki  hambatan  dalam  berbicara  sehingga  mereka  bisa  disebut tunawicara.  Cara  berkomunikasi  dengan  dengan  orang  lain  menggunakan
bahasa isyarat, untuk abjad jari telah dipetenkan secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda
– beda setiap Negara. 3 Tunadaksa digolongkan dalam  SLB  D  secara  etimologis  gambaran  seseorang  yang  diidentifikasi
mengalami  ketunadaksaan  adalah  seseorang  yang  mengalami  kesulitan mengoptimalkan  fungsi  anggota  tubuh  sebagai  akibat  dari  luka,penyakit,
pertumbuhan  yang  salah  bentuk,  dan  akibatnya  kemampuan  untuk  melakukan gerakan
–  gerakantubuh  tertentu  mengalami  penurunan.  4  Tunalaras digolongkan dalam SLB E adalah tingkah laku anak yang kurang sesuai dengan
lingkungan. Perilakunya sering bertentangan dengan norma-norma yangterdapat didalam masyarakat tempat ia berada. 5 tunagrahita digolongkan dalam SLB C
adalah  individu  yang  memiliki  intelegensi  yang  signifikan  berada  dibawah  rata- rata dan disertai dengan ketidak mampuan dalam adaptasi perilaku yang muncul
dalam masa  perkembangan.  Pembelajaran  bagi individu  tunagrahita  lebih  dititik berat  pada  kemampuan  bina  diri  dan  sosialisasi.Yani  Maemulyani  dan  Caryoto
2013: 9-19. 6 Anak dengan gangguan autism autistic children. Anak autistic mempunyai  kelainan  ketidakmampuan  berbahasa.Hal  ini  diakibatkan  oleh
adanya  cedera  pada  otak.  Secara  umum  anak  autistic  mengalami  kelainan berbicara  disamping  mengalami  gangguan  kemampuan  intelektual  dan  fungsi
saraf.  7  Anak  dengan  gangguan  hiperaktif.  Hiperaktif  bukan  merupakan penyakit  tetapisuatu  gejala  atau  symptoms.Symptoms  terjadi  disebabkan  oleh
beberapa  faktor,  yaitu  kerusakan  pada  otak,  kelainan  emosional,kurang  dengar atau tunagrahita. Bandi Delphine 2010 : 1
2.5.1 Tunagrahita
Anak  dengan  gangguan  perkembangan  kemampuan  tunagrahita memiliki  problema  belajar  yang  disebabkan  adanya  hambatan  perkembangan
intelegensi, mental, emosi, sosial dan fisik. Bandi Delphine 2010 : 1 Anak tunagrahita adalah anak yang secara signifikan memiliki kecerdasan
dibawah  rata-rata  anak  pada  umumnya  dengan  disertai  hambatan  dalam penyesuaian diri dengan lingkungan sekitarnya. Nunung Apriyanto 2012:21
Menurut  Grossman  dalam  bukunya  Nunung  Apriyanto  2012:26  yang secara  resmi  digunakan  dalam  AAMD  American  Association  of  Mental
Deficiency  yaitu  ketunagrahitaan  mengacu  pada  fungsi  intelektual  umum  yang secara  nyata  signifikan  berada  dibawah  rata-rata  normal  bersamaan  dengan
kekurangan  dalam  tingkah  laku  penyesuaian  diri  dan  semua  ini  berlangsung pada masa perkembangan.
Anak  tunagrahita  dalah  mereka  yang  kecerdasannya  dibawah  rata-rata. Disamping  itu  mereka  mengalami  keterbelakangan  dalam  menyesuaikan  diri
dengan  lingkungan.  Mereka  kurang  cakap  dalam  memikirkan  hal-hal  yang abstrak, yang sulut-sulit, dan yang berbelit-belit. Mereka kurang atau terbelakang
atau  tidak  berhasil  bukan  untuk  sehari  dua  hari  atau  sebulan  atau  dua  bulan, tetapi  untuk  selama-lamanya,  dan  bukan  hanya  dalam  satu  atau  dua  hal  tetapi
hampir  segala-galanya,  lebih-lebih  dalam  pelajaran  seperti:  mengarang, menyimpulkan  isi  bacaan,  menggunakan  symbol-simbol,  berhitung  dan  dalam
pelajaran  yang  bersifat  teori.  Dan  juga  mereka  terlambat  dalam  penyesuaian dengan lingkungan.
Kategori  anak  tunagrahita  bermacam-macam  yaitu,  ada  yang  disertai dengan  buta  warna,  di  sertai  dengan  kerdil  badan,  di  sertai  dengan  berkepala
panjang, di sertai dengan bau badan tertentu, tetapi ada juga yang tidak di sertai dengan  apa-apa.  Mereka  semua  mempunyai  persamaan  yaitu  kurang  cerdas
dan  terhambat  dalam  penyesuaian  diri  dengan  lingkungan  jika  dibandingkan dengan  teman  sebayanya.  Mereka  mempunyai  ciri-ciri  khas  dan  tingkat
tunagrahita  yang  berbeda-beda,  ada  yang  ringan,  sedang,  berat,  dan  sangat berat. Nunung Apriyanto 2012:27
2.5.1.1 Karakteristik Anak Tunagrahita
Depdiknas  mengemukakan  bahwa  karakteristik  anak  tunagrahita  yaitu penampilan fisik tidak seimbang, tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai dengan
usianya,  perkembangan  bicarabahasanya  terhambat,  kurang  perhatian  pada lingkungan, koordisani gerakannya kurang dan sering mengeluarkan ludah tanpa
sadar. James  D  Page  yang  dikutip  oleh  Suhaeri  H.N  1995:33  menguraikan
karakteristik anak tunagrahita sebagai berikut: 1.  Kecerdasan, kapasitas belajarnya sangat terbatas terutama untuk hal-hal
yang  abstrak.  Mereka  lebih  banyak  belajar  dengan  cara  membeo  rote- learning bukan dengan pengertian.
2.  Sosial, dalam pergaulan mereka tidak dapat mengurus, memelihara, dan memimpin  diri.  Ketika  masih  kanak-kanak  mereka  harus  dibantu  terus
menerus,  disingkirkan  dari  bahaya,  dan  diawasi  waktu  bermain  dengan anak lain.
3.  Fungsi-fungsi  mental  lain,  mengalami  kesulitan  dalam  memusatkan perhatian,  pelupa  dan  sukar  mengungkapkan  kembli  suatu  ingatann.
Mereka  menghindari  berpikir,  kurang  mampu  membuat  asosiasi  dan sukar membuat kreasi baru.
4.  Dorongan  dan  emosi,  perkembangan  dan  dorongan  emosi  anak tunagrahita  berbeda-beda  sesuai  dengan  tingkatan  ketunagrahitaan
masing-masing.  Kehidupan  emosinya  lemah,  mereka  jarang  menghayati perasaan bangga, tanggung jawab dan hak sosial.
5.  Organisme,  struktur  dan  fungsi  organisme  pada  anak  tunagrahita umumnya  kurang  dari  anak  normal.  Dapat  berjalan  dan  berbicara  diusia
yang  lebih  tua  dari  anak  normal.  Sikap  dan  gerakannya  kurang  indah, bahkan banyak diantaranya yang mengalami cacat bicara.
Seseorang dikatakan tunagrahita apabila memiliki tiga indikator, yaitu: 1  Keterhambatan fungsi kecerdasan secara umum atau dibawah rata-rata.
2  Ketidakmampuan dalam perilaku sosial  adaptif, dan 3  Hambatan perilaku sosial  adaptif terjadi pada usia perkembangan yaitu
sampai dengan usia 18 tahun.
2.5.1.2 Penggolongan Anak Tunagrahita
Tingkat  kecerdasan  seseorang  diukur  melalui  tes  intelegensi  yang hasilnya  disebut  dengan  IQ  Itelegence  quotient.  Tingkat  kecerdasan  bisa
dikelompokan  kedalam  tingkatan  sebagi  berikut:  1  tunagrahita  ringan  memiliki IQ 70-55, 2 tunagrahita sedang memiliki IQ 55-40, 3 tunagrahita berat memiliki
IQ  40-25,  4  tunagrahita  berat  sekali  memiliki  IQ  25.  Yani  Maemulyani  dan Caryoto 44-45
Penggolongan anak tunagrahita untuk keperluan belajar sebagaia berikut: 1.  Educable  merupakan,  anak  pada  kelompok  ini  masih  mempunyai
kemampuan  dalam  akademik  setara  dengan  anak  regular  pada  kelas  5 sekolah dasar.
2.  Trainable  merupakan,  mempunyai  kemampuan  dalam  mengurus  diri sendiri,  pertahanan  diri,  dan  penyesuaian  sosial  sangat  terbatas
kemampuannya untuk mendapatkan pendidikan secara akademik. 3.  Custodia  merupakan,  dengan  pembelajaran  latihan  yang  terus  menerus
dan khusus dapat melatih anak tentang dassar-dasar cara menolong diri sendiri dan kemampuan yang bersifat komunikatif.
Penggolongan  tunagarahita  untk  keperluan  pembelajaran  menurut B3PTKSM sebagai berikut :
1.  Taraf  perbatas  borderline  dalam  pendidikan  disebut  sdebagai  lamban belajar slow learner dengan IQ 70-85
2.  Tunagrahita mampu didik educabie mentally retarded IQ 50-75. 3.  Tunagrahita  mampu  latih  trainable  mentally  dengan  IQ  30-50  atau  35-
55. 4.  Tunagrahita  butuh  rawat  dependent  or  protoundly  mentally  retarded
dengan IQ dibawah 25 atau 30. Secara klinis, tunagrahita dapat digolongkan atas dasar tipe atau cirri-ciri
jasmani secara berikut: 1.  Sindroma  down  atau  Sindroma  mongoloid  merupakan  kelainan  genetic
yang  terjadi  pada  kromosom  yang  dapat  dikenal  dengan  melihat manifestasi klinis yang cukup khas merupakan kelainan yang berdampak
pada keterbelakanagan pertumbuhan fisik dan mental. 2.  Hydrocephalus yaitu ukuran kepala besar dan berisi cairan.
3.  Microcephalus yaitu ukuran kepala terlalu kecil dan Makrochepalus yaitu ukuran kepala terlalu besar.
Ciri-ciri  fisik  dan  penampilan  anak  tunagrahita  dalam  penampilan  anak tuna  grahita  kelihatan,  biasanya  ditunjukan  dengan  perilaku  yang  berbeda
dengan  anak  seusianya,  cara  mereka  berbicara,  melakukan  geraka,  dan performan  wajah mereka hampir sama terutama pada anak downsyndrome.
2.6 Pembelajaran Siswa Berkebutuhan Khusus
Kebutuhan  pembelajaran  anak  tunagrahita  yaitu  1  perbedaan tunagrahita  dengan  anak  normal  dalam  proses  belajar  adalah  terletak  pada
hambatan dan masalah atau karakteristik belajarnya. 2 perbedaan karakteristik belajar  anak  tunagrahita  dengan  anak  sebayanya,  anak  tunagrahita  mengalami
masalah  dalam  hal  tingkat  kemahirannya  dalam  memecahkan  masalah, melakukan  generalisas    i  dan  mentransfer  sesuatu  yang  baru,  minat  dan
perhatian terhadap penyelesaian tugas. Yani Maemulyani dan Caryoto 45-46 Siswa
–  siswa  yang  mempunyai  gangguan  perkembangan  tersebut, memerlukan suatu metode pembelajaran yang sifatnya khusus. Suatu pola gerak
yang  bervariasi,  diyakini  dapat  meningkatkan  potensi  peserta  didik  dengan kebutuhan
khusus dalam
kegiatan pembelajaran
berkaitan dengan
pembentukan fisik, emosi, sosialisasi, dan daya nalar. Esensi  dari  pola  gerak  yang  mampu  meningkatkan  potensi  anak
berkebutuhan  khusus  adalah  kreativitas.  Kreativitas  ini  diperlukan  untuk pembelajaran  yang  bermuatan  pola  gerak,  karena  tujuan  akhir  dari  suatu
program  pembelajaran  semacam  ini  adalah  perkembangan kemampuan kognitif dan  kemampuan  sosial  melalui  kegiatan  individu  maupun  dalam  kegiatan
bersosialisasi. Bandi Delphine 2010 : 2 Proses  pencapaian  tujuan  pengajaran  membutuhkan  manajemen
pengajaran,  termasuk  penerapan  model  pembelajaran  yang  tepat,  baik  ditinjau
dari  substansi  atau  tugas-tugas  ajar  maupun  karakteristik  peserta  didik.  Dalam pembelajaran  penjas  adaptif  juga  memerlukan  program  pembelajaran  agar
pembelajaran  dapat  optimal.    Berikut  adalah  beberaapa  program  pembelajaran siswa berkebutuhan khusus:
2.6.1 Materi dan Program Penjas Adaptif 2.6.1.1 Pemilihan Materi dan Faktor Pertimbangan
Pengulangan dan perbaikan-perbaikan penjas adaptif merupakan bagian rutin  dari  pengajaran  penjas  adaptif.  Karena  itu,  materi  pembelajaran  harus
diselidiki  secara  cermat,  dan  dilaksanakan  secara  tepat  oleh  para  siswa, sehingga terhindar dari cedera otot atau sendi. Pemilihan materi yang tepat juga
membantu dalam perbaikan peyimpangan postur tubuh, meningkatkan kekuatan otot, kelincahan, kelenturan dan meningkatkan kebugaran jasmani.
Pelaksanaan  kegiatan  olahraga  secara  teratur  dengan  beban  yang cukup,  sangat  membantu  dalam  usaha  mencapai  kebugaran  jasmani  tersebut.
Perlu diketahui bahwa kekuatan otot akan bertambah bila sering digunakan, dan akan  berkurang  bila  tidak  pernah  dilatih  atau  digunakan,  termasuk  ukurannya
akan  semakin  membesar  bila  dilatih  secara  teratur.  Demikian  juga  kelenturan, kelincahan,  daya  tahan  dan  lain-lain.  Akan  meningkat  bila  dilatih  secara
sistematis dalam pembelajaran penjas. Setiap  siswa  mempuntai  kebutuhan  yang  berbeda-beda  antara  satu
dengan yang lainnya, dan oleh sebab itu program pembelajaran akan lebih efektif bila di klasifikasikan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi kecacatannya.
2.6.1.2 Program Pendidikan Jasmani untuk Anak Cacat
Merencanakan  dan  melaksanakan  program  pendidikan  jasmani  bagi siswa cacat memerlukan pemikiran dan ketelitian yang cukup tinggi dan rasional.
Program  pembelajaran  akan  berhasil  guna  apabila  fokus  kegiatan  ditunjukan pada  siswa  serta    meminimalkan  hambatan-hambatan  yang  dihadapi  dalam
kehidupan. Secara  umum  materi  pembelajaran  penjas  untuk  anak  cacat  yang
terdapat  dalam  kurikulum,  sama  dengan  materi  pembelajaran  siswa  normal, namun  yang  membedakannya  adalah  strategi  dan  model  pembelajaran  yang
berbeda  dan  disesuaikan  dengan  jenis  dan  tingkat  kecacatannya.  Artinya  jenis aktivitas  olahraga  yang  terdapat  dalam  kuriulum  dapat  diberikan  dengan
berbagai penyesuaian. Program pendidikan jasmani untuk anak cacat, dibagi tiga kategori yaitu,
pengembangan gerak dasar, olahraga dan permainan, dan yang terakhir adalah kebugaran dan kemampuan gerak. Beltasar Tarigan 2000:39
2.6.2 Pengembangan Strategi Pembelajaran
Mengembangkan  strategi  pembelajaran  dalam  upaya  memenuhi kebutuhan-kebutuhan  setiap  siswa,  guru  penjas  adaptif  perlu  melakukan
modifikasi, baik metode pendekatan, lingkungan belajar maupun fasillitas belajar.
2.6.2.1 Teknik Memodifikasi Pembelajaran
Untuk  memenuhi  kebutuhan-kebutuhan  para  siswa  penyandang  cacat dalam pembelajaran penjas para guru penjaas seyogyanya melakukan modifikasi
dan  penyesuaian-penyesuaian  terutama  mengenai  sifat-sifat  perilaku  yang berkaitan  dengan  suasana  dan  kondisi  yang  dihadapi  dalam  pembelajaran.
Beltasar Tarigan 2000-49. Faktor-faktor  yang  perlu  dimodifikasi  dan  disesuaikan  para  guru  dalam
upaya meningkatkan komunikasi dengan siswa adalah sebagai berikut : 1.  Penggunaan bahasa
2.  Membuat konsep yang kongkrit 3.  Membuat urutan tugas
4.  Ketersediaan waktu belajar, dan
2.7 Perkembangan Anak
Anak  besar  adalah  anak  yang  berusia  antara  6 –  10  atau  12  tahun.
Perkembangan  fisik  anak  yang  terjadi  pada  massa  ini  menunjukan  adanya kecenderungan  yang  berbeda  di  banding  dengan  masa  sebelumnyan  dan  juga
pada  masa  sesudahny.  Kecenderungan  perbedaan  yang  terjadi  adalah  dalam hal  kepesatan  dan  pola  pertumbuhan  yang  berkaitan  dengan  proporsi  ukuran
bagian-bagian tubuh. Pertumbuhan fisik erat kaitannya dengan taerjadinya proses peningkatan
kematangan  fisiologis  pada  diri  setiap  setiap  individu.  Proses  peningkatan kematangan  secara  umum  akan  terjadi  sejalan  dengan  bertambahnya  usia
kronologis.  Usia  kronologis  adalah  lamanya  waktu  terhitung  sejak  lahir  sampai saat kapan orang tersebut dinyatakan usianya. Sugiyanto 2008:4.3
Pertumbuhan  dan  tingkat  kematangan  fisik  dan  fisiologis  membawa dampak  pada  perkembangan  kemampuan  fisik.  Pada  masa  anak  besar  terjadi
perkembangan  kemampuan  fisik  yang  semakin  jelas  terutama  dalam  hal kekuatan, fleksibilitas, keseimbangan dan koordinasi.
Perkembangan  ini  terjadi  pada  anak  usia  6-10  atau  12 tahun  pada  anak normal dan perkembangan pada anak kebutuhan khusus anak tunagrahita tidak
jauh  berbeda,  anak  tunagrahita  memiliki  hambatan  dalam  perkembangan  tetapi dalam  pembelajaran  salah  satu  tujuannya  yaitu  untuk  memaksimalkan
perkembangannya agar ketrampilannya mendekati perkembangan anak normal.
2.7.1 Perkembangan Penguasaan Gerak Dasar
Sejalan  dengan  meningkatnya  ukuran  tubuh  dan  meningkatnya kemampuan  fisik,  makin  meningkat  pulalah  kemampuan  gerak  anak  besar.
Berbagai kemampuan gerak dasar yang sudah mulai bisa dilakukan pada masa anak  kecil  semakin  dikuasai.  Peningkatan  kemampuan  gerak  bisa  diidentifikasi
dalam bentuk : 1.  Gerak bisa diakukan dengan mekanika tubuh yang makin efisien.
2.  Gerakan bisa dilakukan semakin lancer dan terkontol. 3.  Pola atau bentuk gerakan semakin bervariasi.
4.  Gerakan semakin bertenaga. Beberapa  macam  gerak  yang  mulai  bisa  dilakukan  atau  gerakan  yang
dimungkinkan bisa
dilakukan apabila
anak  memperoleh  kesempatan melakukannya pada masa anak kecil adalah geraakan-gerakan berjalan, berlari,
mendaki, meloncat, berjengkek, mencongklak, lompat tali, menyepak, melempar, menangkap,  memantulkan  bola,  memukul  dan  berenang.  Gerakan-gerakan
tersebut  semakin  bisa  dikuasai  dengan  baik.  Kecepatan  perkembangannya sangat dipengaruhi oleh kesempatan yang diperoleh untuk melakukan berulang-
ulang  di  dalam  aktivitasnya.  Anak-anak  yang  urang  kesempatan  melakukan aktivitas  fisik  akan  mengalami  hambatan  untuk  perkembaangan.  Sugiyanto
2008:4.26 Perkembangan gerak dasar untuk anak tunagrahita pada dasarnya sama
dengan  anak  normal  hanya  saja  anak  tunagrahita  mengalami  hambatan  dalam perkembangannya,  untuk  mengatasi  hambatan  tersebut  agar  lebih  minim  maka
diperlukan  pembelajaran  untuk  meningkatkan  gerak  dasar  yang  menarik  dan  di rancang khusus sesuai anak tunagrahita.
2.8 Kerangka Berpikir
Anak  tunagrahita  adalah  anak  dengan  keterbelakangan  mental  dengan membutuhkan  pendidikan  yang  khusus,  untuk  mencapai  pendidikan  yang  dituju
maka dibutuhkan metode pengajaran yang menyenangkan terutama untuk anak tunagrahita sekolah dasar, dalam perkembangannya siswa SDLB membutuhkan
pelatihan gerak dasar agar anak dapat memperluas dan melatih gerak dasarnya. Siswa SDLB memerlukan pengajaran yang bersifat bermain karena pada
dasarnya siswa SDLB tunagrahita lebih tertarik dengan bermain. Sesuai  dengan  kompetensi  dasar  dalam  kurikulum  pendidikan  jasmani,
siswa diharapkan dapat mempraktekan gerak dasar sebagai gerak variasi dalam permainan  sederhana  dengan  peraturan  yang  sudah  di  modifikasi  serta  nilai
kerjasama, sportivitas, dan kejujura. Melalui  pengembangan  model  pembelajaran  memulai  permainan  Fun
Post  diharapkan dapat membawa suasana pembelajaran yang inovatif, dengan terciptanya  pembelajaran  yang  menyenangkan  dan  dapat  memotivasi  peserta
didik untuk lebih berpeluang untuk mengeksplotasi gerak secara luas dan bebas sesuai dengan tingkatan kemampuan yang dimiliki.
Selain  itu  melalui  permainan  Fun  Post    ini  diharapkan  tujuan pembelajaran  dapat  tersampaikan  dengan  optimal,  siswa  dapat  menguasai  dan
mengerti gerak dasar yang benar. Setelah siswa melakukan permainan Fun Post siswa akan memiliki gerak
dasar  yang  lebih  banyak,  gerak  dasar  yang  sudah  dimiliki  akan  lebih  terlatih, akan timbul rasa  senang  dan  bersemangat karena  permainan  Fun  Post bersifat
bermain.
35
BAB III
METODE PENGEMBANGAN
3.1 Model Pengembangan