Pengertian Pendidikan Jamani Kerangka Berpikir

tertentu atau khusus, atau berupa 2 suatu situasi dimana seseorang melakukan atau melaksanakan rancangan, pengembangan pembelajaran, atau kegiatan – kegiatan evaluasi dan mengkaji proses pada saat yang sama, atau berupa 3 kajian tentang rancangan, pengembangan, dan prosesevaluasi pembelajaran baik yang melibatkan komponen proses secara menyeluruh atau tertentu saja. Model pengembangan ini bersifat deskriptif, hal ini disebabkan prosedur yang digunakan menggambarkan langkah –langkah yang harus diikuti dalam menghasilkan produk. Menurut Wasis D Dwiyogo 2004 : 6 dalam setiap pengembangan dapat memilih dan menemukan langkah yang paling tepat bagi penelitiannya berdasarkan kondisi dan kendala yang dihadapi. Pengembangan adalah suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidik. Langkah-langkah penelitian atau proses pengembangan ini terdiri atas kajian tentang temuan peneliti produk yang akan dikembangkan, mengembangkan produk berdasarkan temuan – temuan tersebut, melakukan uji coba lapangan sesuai dengan latar di mana produk tersebut akan dipakai, dan melakukan revisi terhadap hasil uji lapangan.

2.2 Pengertian Pendidikan Jamani

Pendidikan pada dasarnya merupakan rekonstruksi aneka pengalaman dan peristiwa yang dialami individu agar segala sesuatu yang baru menjadi lebih terarah dan bermakna. Pengertian istilah pendidikan liberal liberal education dengan pendidikan umum general education. Ia mengatakan bahwa pendidikan liberal lebih berorientasi pada bidang studi dan menekankan penguasaan materinya. Tujuan utamanya adalah penguasaan materi pembelajaran secara mendalam dan bahkan jika mungkin sampai tuntas. Sementara itu, pendidikan umum lebih bersifat memperhatikan “pelakunya” dari pada bidang studi atau materinya. Tujuan utamanya adalah mencapai perkembangan individu secara menyeluruh. Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai perkembangan individu secara menyeluruh. Namun perolehan ketrampilan dan perkembangan lain yang bersifat jasmaniah itu juga sekaligus sebagai tujuan. Melalui pendidikan jasmani, siswa disosialisasikan ke dalam aktivitas jasmani termasuk ketrampilan berolahraga. Oleh karena itu tidaklah mengherankan apabila banyak yang meyakini dan mengatakan bahwa pendidikan jasmani merupakan dari pendidikan menyeluruh, dan sekaligus memiliki potensi yang strategis untuk mendidik. Adang Suherman 2000:1.

2.3 Pengertian atletik

Atletik merupakan istilah yang sudah dialih bahasakan dari berbagai istilah sebelumnya. Sebenarnya, istilah atletik berasal dari bahasa yunani yaitu “Athlon” yang memiliki makna bertanding atau perlombaan. Istilah athlon hingga saat ini masih sering digunakan seperti yang sering di dengar kata “Panthatlon” atau “Decathlon”. Pentathlon memiliki makna panca lomba, meliputi lima jenis lomba, sedangkan decathlon adalah dasa lomba, meliputi sepuluh jenis lomba. Istilah atletik yang digunakan di Indonesia saat ini diambil dari bahasa inggris yaitu Athletic yang berarti cabang olahraga yang meliputi jalan, lari, lompat, dan lempar. Sementara di Amerika Serikat, istilah athletik berarti olahraga pertandingan, dan istilah untuk menyebut atletik adalah track and filed. Dijerman istilah atletik diberi makna yang lebih luas yaitu berbagai cabang olahraga yang bersifat perlombaan atau pertandingan, termasuk cabang olahraga renang, bola basket, tenis, sepak bola, senam, dan lain-lain. Yudha M. Saputra 2004: 1 Atletik adalah aktivitas jasmani atau latihan fisik, berisikan gerak-gerak alamiahwajar seperti jalan, lari, lompat, dan lempar. Dengan berbagaai cara atletik telah dilakukan sejak awal sejarah manusia. Berdasarkan sejarah kita kembali ke jaman klasik-purba dimana atletik dilakukan orang dalam bentukolahraga yang rapid an teratur. Khomsin 2011: 2 Olahraga atletik sering dianggap sebagai “induk” dari olahraga sebab, atletik terdiri dari unsur –unsur gerak utama yang mendasari banyak cabang olahraga, yaitu lari, jalan, lompat, dan lempar. Olahraga atletik adalah olahraga tertua, di setiap Negara atletik berkembang menurut bahasanya masing-masing tetapi pengertiannya sama bahwa olahraga ini menjadi dasar dari seluruh cabang olahraga dan gerak dari atletik seperti jalan, lari, lompat dan lempar adalah gerak alamiah dari manusia. Nomor perlombaan yang dipertandingkan dalam lomba atletik meliputi nomor lari, lompat, dan lempar. Selain itu, terdapat nomor perlombaan khusus, yaitu jalan cepat, lari halang rintang, dan lari lintas alam. Ada pula berbagai nomor perlombaan campuran, seperti pancalomba, saptalomba, dan dasalomba Winendra, 2008 : 4 Di indonesia perlombaan-perlombaan dan perkumpulan atletik baru muncul sekitar 1917. Baik atlet-atletnya maupun pengurusnya sebagian besar terdiri dari pemuda-pemudi atau orang-orang Belanda atau Indo-Belanda. Baru pada tahun 1942, dimasa penjajahan Jepang putra-putri Indonesia, terutama pelajar-pelajarnya agak banyak melakukan kegiatan olahraga atletik. Disekolah- sekolah SD, SLTP, dan SLTA, serta sekolah-sekolah yang lainnya, selain diajarkan „I’aiso senam ala Jepang dan kyoren baris berbaris banyak juga diberi pelajaran dan latihan atletik. Perlombaan-perlombaan atletik antar sekolah dari lain kotapun sering diadakan. Khomsin 2005: 3 Kemudian setelah bangsa Indonesia merdeka, baik dalam Pekan Olahraga Nasional PON tahun 1948 di Surakarta maupun Pekan Olahraga Mahasiswa POM I tahun 1951 di Yogyakarta, hampir seluruh nomor atletik diperlombakan seperti yang ada pada sekarang ini P.A.S.I Persatuan Atletik Seluruh Indonesia, yaitu induk organisasi atletik yang sekarang, baru resmi didirikan pada tanggal 2 september 1950 di Semarang Jawa Tengah. Khomsin 2005: 4 Atletik sudah masuk ke dalam kurikulum pendidikan jasmani, sehingga siswa wajib mengikuti pelajaran atletik. Dengan demikian atletik dikenal dan menyebar dikalangan pelajar yang ditunjang pula oleh penyelenggaraan pertandingan atletik antar pelajar seperti dalam arena POPSI. Upaya pengembangan atletik untuk menjadi bagian dalam pengalaman belajar siswa, juga ditunjang oleh penyediaan tenaga guru olahraga atau penjas yang berkualifikasi guru professional yang telah dididik dilembaga pendidikan tenaga guru, seperti SGPD, SGO,SMOA atau yang bertaraf perguruan tinggi yakni di APD,FPD, BI B II Penjas. Yoyo Bahagia 2 000 : 8 Perkembangan atletik masuk dalam dunia pendidikan dari jaman penjajahan Jepang di Indonesia dan sekarang atletik telah masuk dalam kurikulum pendidikan yang wajib di ajarkan untuk SD, SMP dan SMA atau sederajat.

2.3.1 Kids Atletik

Kids Atletik menyuguhkan memberikan kegembiraan, latihan-latihan event baru dan gerakan-gerakan wajib yang beragam memerlukan penguasaan dalam lingkup satu tim regu pada lokasi yang berbeda-beda di dalam lingkungan arena lomba. Lebih lagi, event ini memungkinkan bagi suatu jumlah besar anak-anak untuk berpartisipasi di dalamnya dalam kemungkinan area yang terdekat dan di dalam suatu periode waktu yang dapat diperhitungkan. Dengan gerakan dasar pada kids atletik yaitu seperti lari, lari dayatahan, lompat, lempar dapat dilakukan dan dilatihkan dalam suatu susunan bermain. IAAF 2002:5 Nomor olahraga yang di perlombakan dalam event POPDA baik itu tingkat kecamatan,kabupaten bahkan propinsi adalah Kids Atletik . Kid‟s Athletik adalah jenis dari cabang olahraga atletik yang diperuntukan khusus untuk sekolah dasar. Jenis cabang olahraga ini diperkenalkan pertama kali oleh IAAF International Association of Athletics Federation. Kemudian disebarkan di sekolah - sekolah melalui berbagai pendidikan dan pelatihan oleh Pusat Pembinaan Atletik Pelajar PPAP. Seperti diketahui bahwa Atletik merupakan “Mother Of Sport” yaitui ibu dari semua cabang olahraga,sehingga atletik menjadi cabang olahraga wajib bagi pelajar sekolah dasar. Departemen Pendidikan Nasional pun menyetujui anjuran PB PASI agar cabang atletik yang dimainkan adalah Kids Athletics yaitu program pembinaan atletik bagi atlet usia pelajar sekolah dasar sesuai dengan kebijakan IAAF International Association of Athletics Federation. Nomor-nomor perlombaannya adalah Kangas Escape SprintGawang, Frog Jump Loncat Katak, Turbo Throwing Lempar Turbo dan Formula 1 Lari, Rintangan, Slalom. Dengan dijadikannya Kids Athletiks sebagai cabang olahraga resmi, PB PASI telah berhasil mensosialisasikan atletik di tingkat sekolah dasar di Indonesia. Kids Atletik adalah seperangkat permainan mengembirakan yang ditujukan untuk aktivitas olahraga anak-anak. Sebagaimana orang dewasa yang memerlukan fasilitas atau alat olahraga standar, anak-anak pun memerlukan peralatan olahraga yang sama, namun yang sesuai dengan kebutuhan mereka, atau disesuaikan dengan sifat dan kemampuan anak-anak. Tujuannya untuk keperluan jasmani dan olahraga yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak-anak. Olahraga ini ditujukan untuk anak-anak, peralatan olahraga yang digunakan dalam Kids Atletik adalah alat-alat yang sifanya lebih ringan, yang ditujukan untuk aktivitas gerak seperti lari, lompat, lempar, dan lain-lain. Di antara Kids Atletik adalah turbo mirip anak panah namun lebih ringan yang ditujukan untuk aktivitas lempar, gawang yang ditujukan untuk aktivitas lompat, matras, dan lain-lain. Kids Atletik dibuat dengan tujuan untuk memenuhi minat anak-anak dalam aktivitas gerak, mengenalkan dasar-dasar gerakan atletik dalam bentuk permainan, merangsang pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta memelihara kesehatan, menghindari rasa bosan pada anak-anak, dan memberikan solusi bagi anak-anak pecinta olahraga dalam mendapatkan peralatan yang tepat.

2.4 Permainan Fun Post

Permainan Fun Post adalah bentuk permainan dari dasar olahraga atletik yang didalamnya berisi lari, lompat, dan lempar, permainan ini terdiri dari beberapa post yang didalam postnya memiliki perintah berbeda – beda seperti pada post pertama siswa melakukan lompat katak sambil membawa bola dan seterusnya sampai post terakhir yaitu post ke 5 yang berisi perintah siswa melakukan lemparan bola kedalam keranjang, setelah dapat melakukan lemparan hingga masuk dalam keranjang berarti siswa tersebut telah selesai melakukan rintangannya dan salah satu tim yang dapat menyelesaikan permainan terlebih dahulu makan tim tersebut dinyatakan menang. Permainan Fun Post adalah hasilpengembangan dari kids atletik yang telah dimodifikasi agar lebih mudah dilakukan untuk siswa tunagrahita seperti pengurangan dasar menangkap, modifikasi lapangan dan alat-alatnya Post 1 : siswa mengambil bola dan siswa melakukan lompat katak Post 2 : siswa berlari Post 3 : siswa melakukan lari zigzag Post 4 : siswa melakukan lompatan Post 5 : siswa melakukan lemparan bola kedalam tong 1. Post 1 lompat katak Lompat katak adalah salah satu gerak dasar yang memacau pada lompat jauh yaitu gerakan lompat kedepan. 2. Post 2 lari Lari adalah salah satu gerak dasar untuk melatih kecepatan berlari. 3. post 3 lari zigzag Lari zigzag adalah lari dengan cara ber belok belok untuk melatih kelincahan siswa. 4. post 4 loncat Loncat adalah salah satu gerak dasar yang mendasari gerakan dalam lompat tinggi. 5. post 5 melempar Melempar adalah salah satu gerak dasar dalam melempar seperti gerakan dalam lempar cakram dan lempar lembing.

2.4.1 Tujuan Kids Atletik Terhadap Permainan Fun Post untuk Siswa SDLB

Menurut IAAF dalam buku Kids Atletik di jelaskan tujuan Kids Atletik sebagai berikut : 2.4.1.1 Aktivitas Fisik Kids Atletik disesuaikan dengan dengan tepat untuk a nak-anak agar dapat member motivasi kepada pelajar sekolah dasar, kepada klub-klub dan institutelembaga-lembaga ataupun kelompok-kelompok lainnya agar dapat terlibat dalam aktifitas fisik. 2.4.1.2 Promosi Peningkatan Kesehatan Salah satu tujuan utama dari semua organisasi yang terlibat dalam olahraga haruslah untuk mendorong anak-anak untuk bermain dalam rangka meningkatkan kesehatan jangka panjang. kesehatan fisik yang baik dilakukan melalui cara hidup dalam kehidupan yang aktif, dengan tidak lepas dari olahraga dengan gerakan dasar yang berada dalam atletik. Sehingga Kids Atletik adalah olahraga yang sesuai untuk anak-anak dengan desain yang unik agar anak-anak lebih tertarik. 2.4.1.3 Interaksi Sosial Pembentukan team regu dan interaksi sosial dikenalkan dalam Kids Atletik dan menjadi suatu program pembinaan dimana nilai tertinggi diletakan pada setiap anggota regu. Untuk menghasilkan nilai yang tinggi maka Kids Atletik memberikan rangsangan kepada anak-anak untuk bekerja sama dan untuk menyadari betapa pentingnya kerja sama dalam tim. Permainan ini juga menekankan “bermain sportif” fair play yang akan menambah nilai-nilai pendidikan yang berkaitan dengan Kids Atletik. Permainan Fun Post adalah salah satu bentuk penyerderhanaan dari olahraga Kids Atletik karena didalamnya terdapat beberapa unsur dari Kids Atletik seperti lari, lompat, tangkap dan lempar. Permainan Fun Post memperlihatkan ketrampilan lokomotor tinggi. Dari gerakan lari, lompat, dan lempar memerlukan gerakan yang dinamis agar mencapai pos secepat mungkin dan memerlukan konsentrasi saat melempar bola agar tepat pada sasaran. Tetapi tujuan dalam permainan ini bukan hanya sekedar menyelesaikan rintangan tetapi untuk 1 memperluas ketrampilan gerak dasar, 2 kerjasama 3 konsentrasi untuk siswa SLB 4 kebugaran jasmani dan 5 perkembangan jasmani peserta didik.

2.4.2 Komponen Kondisi Fisik

Kondisi fisik ditinjau dari segi faalnya adalah kemampuannya sebagai pendukung aktivitas menjalankan olahraga.Kondisi fisik adalah suatu kesatuan utuh dari komponen – komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatannya, maupun pemeliharaannya. Komponen kindisi fisik menurut Bompa dalam Heri Tri Cahyono 2010 : 12, sebagai komponen kesegaran biometrik dimana komponen masing – masing adalah kelompok kesegaran jasmani, yaitu : 1 kesegaran otot, 2 kesegaran kardiovaskular, 3 kesegaran keseimbangan jumlah dalam tubuh, dan 4 kesegaran kelentukan. Kelompok komponen lain dikatakan sebagai kelompok kesehatan motorik yang terdiri dari: koordinasi gerak, ketepatan, kecepatan, kelincahan, dan daya ledak otot. Di samping itu ada 10 komponen yang dapat dikategorikan sebagai komponen kondisi fisik yaitu: 1 ketepatan 2 daya tahan 3 daya ledak otot 4 kecepatan 5 kelentukan 6 kelincahan 7 keseimbangan 8 koordinasi 9 ketepatan 10 reaksi. Komponen yang masuk kategori kondisi fisik, yang mana kesepuluh komponen tersebut dapat diukur keadaan melalui satu tes seperti tersebut diatas. Adapun komponenyang dimaksud : 1. Kekuatan strength, Kekuatan adalah komponen kekuatan kondisi fisik seseorang tentang kemampuan dalam mepergunakan otot – oto untuk menerima beban sewaktu bekerja M. Sajoto, 1995 : 8. 2. Daya Tahan endurance, Daya tahan adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan ototnya untuik berkonsentrasi secara menerus dalam waktu yang relative lama dengan beban tertentu, M.Sajoto, 1995 : 8. 3. Daya Ledak Otot muscular power, Daya ledak otot adalah kemampuan seseorang untuk mempergunakan kekeuatan maksimum yang dikerjakan dalam waktu yang sesingkat – singkatnya, M. Sajoto 1995 : 8. Daya tahan otot dipengaruhi oleh kekuatan otot, kecepatan kontraksi otot sehingga semua faktor yang mempengaruhi daya otot.Jadi daya otot adalah kualitas yang memungkinkan otot atau sekelompok otot untuk melakukan fisik secara tiba – tiba. 4. Kecepatan speed, Kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengerjaklan gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu yang sesingkat – singkatnta M. Sajoto, 1995 : 8. 5. Kelentukan fleksibility, Daya lentur adalah efektivitas seseorang dalam menyesuaikan diri untuk segala aktivitas dengan pengukuran tubuh yang luas. Hal ini akan sangat mudah ditandai dengan tingkat fleksibilitas persendian pada seluruh permukaan tubuh M. Sajoto, 1995:9 6. Kelincahan Agility, Kelincahan adalah kemampuan seseorang mengubah posisi di area tertentu, seseorang yang mampu mengubah satu posisi yang berbeda dalam kecepatan tinggi dengan koordinasi yang baik, berarti kelincahannya cukup baik M. Sajoto, 1995:9. 7. Keseimbangan Balance, Keseimbangan adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan organ-organ syaraf otot M. Sajoto, 1995:9. 8. Koordinasi Coordination, Koordinasi adalah kemampuan seseorang mengintegrasikan bermacam-macam gerak yang berada berada ke dalam pola garakan tunggal secara efektif Sajoto, 1995:9. 9. Ketepatan Accuracy, Ketepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan gerakan-gerakan bebas terhadap suatu sasaran, sasaran ini dapat merupakan suatu jarak atau mungkin suatu obyek langsung yang harus dikenai dengan salah satu bidang tubuh M. Sajoto, 1995:9. 10. Reaksi Reaction, Reaksi adalah kemampuan seseorang untuk segera bertindak secepatnya dalam menghadapi rangsangan yang ditimbulkan lewat indera, syaraf atau rasa lainnya. Status kondisi fisik seseorang dapat diketahui dengan cara penilaian bentuk tes kemampuan M. Sajoto, 1995:10 Tujuan penjas untuk siswa tunagrahita pada dasarnya sama dengan anak normal, mereka membutuhkan ketrampilan yang didalamnya terdapat komponen kondisi fisik seperti anak normal, sama dengan permainan Fun Post didalamnya terdapat komponen seperti kelincahan, kecepatan, kelenturan dll. Anak berkebutuhan khusus juga mempunyai beberapa tes yang dilakukan untuk mengetahui hasil komponen kondisi fisiknya. Beltasar Tarigan 2000:76 tes kebugaran jasmani untuk anak-anak keterbelakangan mental ini terdiri dari : kecepatan, daya tahan otot statis dari lengan dan bahu, tungkai dan perut, keseimbangan, kecepatan, daya tahan jantung paru. Tes ini dubuat untuk anak keterbelakangan mental biasa dan sedang, dengan kisaran usia antara 9- 20 tahun.

2.5 Anak Berkebutuhan Khusus

Konsep ABK children with special needs meiliki makna dan spectrum yang lebih luas dibandingkan dengan konsep anak luar biasa exceptional children.ABK adalah anak yang secara pendidikan memerlukan layanan yang spesifikasi yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya. ABK ini memiliki apa yang disebut dengan hambatan belajar dan hambatan perkembangan berier to lerning and development. Oleh sebab itu mereka memerlukan layanan pendidikan yang sesuai dengan hambatan belajar dan hambatan berkembang yang dialami oleh masing – masing anak. Yani Maemulyani dan Caryoto 2013: 8 Berikut adalah klasifikasi anak berkebutuhan khusus ABK : 1 Tuna netra digolongkan dalam SLB A adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. Tunanetra dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu buta total dan low vision. Karena tunanetra memilikiketerbatasan dalam indra penglihatan maka proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain yaitu peraba dan indra pendengaran. 2 Tunarungu digolongkan dalam SLB B adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka bisa disebut tunawicara. Cara berkomunikasi dengan dengan orang lain menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari telah dipetenkan secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda – beda setiap Negara. 3 Tunadaksa digolongkan dalam SLB D secara etimologis gambaran seseorang yang diidentifikasi mengalami ketunadaksaan adalah seseorang yang mengalami kesulitan mengoptimalkan fungsi anggota tubuh sebagai akibat dari luka,penyakit, pertumbuhan yang salah bentuk, dan akibatnya kemampuan untuk melakukan gerakan – gerakantubuh tertentu mengalami penurunan. 4 Tunalaras digolongkan dalam SLB E adalah tingkah laku anak yang kurang sesuai dengan lingkungan. Perilakunya sering bertentangan dengan norma-norma yangterdapat didalam masyarakat tempat ia berada. 5 tunagrahita digolongkan dalam SLB C adalah individu yang memiliki intelegensi yang signifikan berada dibawah rata- rata dan disertai dengan ketidak mampuan dalam adaptasi perilaku yang muncul dalam masa perkembangan. Pembelajaran bagi individu tunagrahita lebih dititik berat pada kemampuan bina diri dan sosialisasi.Yani Maemulyani dan Caryoto 2013: 9-19. 6 Anak dengan gangguan autism autistic children. Anak autistic mempunyai kelainan ketidakmampuan berbahasa.Hal ini diakibatkan oleh adanya cedera pada otak. Secara umum anak autistic mengalami kelainan berbicara disamping mengalami gangguan kemampuan intelektual dan fungsi saraf. 7 Anak dengan gangguan hiperaktif. Hiperaktif bukan merupakan penyakit tetapisuatu gejala atau symptoms.Symptoms terjadi disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu kerusakan pada otak, kelainan emosional,kurang dengar atau tunagrahita. Bandi Delphine 2010 : 1

2.5.1 Tunagrahita

Anak dengan gangguan perkembangan kemampuan tunagrahita memiliki problema belajar yang disebabkan adanya hambatan perkembangan intelegensi, mental, emosi, sosial dan fisik. Bandi Delphine 2010 : 1 Anak tunagrahita adalah anak yang secara signifikan memiliki kecerdasan dibawah rata-rata anak pada umumnya dengan disertai hambatan dalam penyesuaian diri dengan lingkungan sekitarnya. Nunung Apriyanto 2012:21 Menurut Grossman dalam bukunya Nunung Apriyanto 2012:26 yang secara resmi digunakan dalam AAMD American Association of Mental Deficiency yaitu ketunagrahitaan mengacu pada fungsi intelektual umum yang secara nyata signifikan berada dibawah rata-rata normal bersamaan dengan kekurangan dalam tingkah laku penyesuaian diri dan semua ini berlangsung pada masa perkembangan. Anak tunagrahita dalah mereka yang kecerdasannya dibawah rata-rata. Disamping itu mereka mengalami keterbelakangan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Mereka kurang cakap dalam memikirkan hal-hal yang abstrak, yang sulut-sulit, dan yang berbelit-belit. Mereka kurang atau terbelakang atau tidak berhasil bukan untuk sehari dua hari atau sebulan atau dua bulan, tetapi untuk selama-lamanya, dan bukan hanya dalam satu atau dua hal tetapi hampir segala-galanya, lebih-lebih dalam pelajaran seperti: mengarang, menyimpulkan isi bacaan, menggunakan symbol-simbol, berhitung dan dalam pelajaran yang bersifat teori. Dan juga mereka terlambat dalam penyesuaian dengan lingkungan. Kategori anak tunagrahita bermacam-macam yaitu, ada yang disertai dengan buta warna, di sertai dengan kerdil badan, di sertai dengan berkepala panjang, di sertai dengan bau badan tertentu, tetapi ada juga yang tidak di sertai dengan apa-apa. Mereka semua mempunyai persamaan yaitu kurang cerdas dan terhambat dalam penyesuaian diri dengan lingkungan jika dibandingkan dengan teman sebayanya. Mereka mempunyai ciri-ciri khas dan tingkat tunagrahita yang berbeda-beda, ada yang ringan, sedang, berat, dan sangat berat. Nunung Apriyanto 2012:27

2.5.1.1 Karakteristik Anak Tunagrahita

Depdiknas mengemukakan bahwa karakteristik anak tunagrahita yaitu penampilan fisik tidak seimbang, tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai dengan usianya, perkembangan bicarabahasanya terhambat, kurang perhatian pada lingkungan, koordisani gerakannya kurang dan sering mengeluarkan ludah tanpa sadar. James D Page yang dikutip oleh Suhaeri H.N 1995:33 menguraikan karakteristik anak tunagrahita sebagai berikut: 1. Kecerdasan, kapasitas belajarnya sangat terbatas terutama untuk hal-hal yang abstrak. Mereka lebih banyak belajar dengan cara membeo rote- learning bukan dengan pengertian. 2. Sosial, dalam pergaulan mereka tidak dapat mengurus, memelihara, dan memimpin diri. Ketika masih kanak-kanak mereka harus dibantu terus menerus, disingkirkan dari bahaya, dan diawasi waktu bermain dengan anak lain. 3. Fungsi-fungsi mental lain, mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian, pelupa dan sukar mengungkapkan kembli suatu ingatann. Mereka menghindari berpikir, kurang mampu membuat asosiasi dan sukar membuat kreasi baru. 4. Dorongan dan emosi, perkembangan dan dorongan emosi anak tunagrahita berbeda-beda sesuai dengan tingkatan ketunagrahitaan masing-masing. Kehidupan emosinya lemah, mereka jarang menghayati perasaan bangga, tanggung jawab dan hak sosial. 5. Organisme, struktur dan fungsi organisme pada anak tunagrahita umumnya kurang dari anak normal. Dapat berjalan dan berbicara diusia yang lebih tua dari anak normal. Sikap dan gerakannya kurang indah, bahkan banyak diantaranya yang mengalami cacat bicara. Seseorang dikatakan tunagrahita apabila memiliki tiga indikator, yaitu: 1 Keterhambatan fungsi kecerdasan secara umum atau dibawah rata-rata. 2 Ketidakmampuan dalam perilaku sosial adaptif, dan 3 Hambatan perilaku sosial adaptif terjadi pada usia perkembangan yaitu sampai dengan usia 18 tahun.

2.5.1.2 Penggolongan Anak Tunagrahita

Tingkat kecerdasan seseorang diukur melalui tes intelegensi yang hasilnya disebut dengan IQ Itelegence quotient. Tingkat kecerdasan bisa dikelompokan kedalam tingkatan sebagi berikut: 1 tunagrahita ringan memiliki IQ 70-55, 2 tunagrahita sedang memiliki IQ 55-40, 3 tunagrahita berat memiliki IQ 40-25, 4 tunagrahita berat sekali memiliki IQ 25. Yani Maemulyani dan Caryoto 44-45 Penggolongan anak tunagrahita untuk keperluan belajar sebagaia berikut: 1. Educable merupakan, anak pada kelompok ini masih mempunyai kemampuan dalam akademik setara dengan anak regular pada kelas 5 sekolah dasar. 2. Trainable merupakan, mempunyai kemampuan dalam mengurus diri sendiri, pertahanan diri, dan penyesuaian sosial sangat terbatas kemampuannya untuk mendapatkan pendidikan secara akademik. 3. Custodia merupakan, dengan pembelajaran latihan yang terus menerus dan khusus dapat melatih anak tentang dassar-dasar cara menolong diri sendiri dan kemampuan yang bersifat komunikatif. Penggolongan tunagarahita untk keperluan pembelajaran menurut B3PTKSM sebagai berikut : 1. Taraf perbatas borderline dalam pendidikan disebut sdebagai lamban belajar slow learner dengan IQ 70-85 2. Tunagrahita mampu didik educabie mentally retarded IQ 50-75. 3. Tunagrahita mampu latih trainable mentally dengan IQ 30-50 atau 35- 55. 4. Tunagrahita butuh rawat dependent or protoundly mentally retarded dengan IQ dibawah 25 atau 30. Secara klinis, tunagrahita dapat digolongkan atas dasar tipe atau cirri-ciri jasmani secara berikut: 1. Sindroma down atau Sindroma mongoloid merupakan kelainan genetic yang terjadi pada kromosom yang dapat dikenal dengan melihat manifestasi klinis yang cukup khas merupakan kelainan yang berdampak pada keterbelakanagan pertumbuhan fisik dan mental. 2. Hydrocephalus yaitu ukuran kepala besar dan berisi cairan. 3. Microcephalus yaitu ukuran kepala terlalu kecil dan Makrochepalus yaitu ukuran kepala terlalu besar. Ciri-ciri fisik dan penampilan anak tunagrahita dalam penampilan anak tuna grahita kelihatan, biasanya ditunjukan dengan perilaku yang berbeda dengan anak seusianya, cara mereka berbicara, melakukan geraka, dan performan wajah mereka hampir sama terutama pada anak downsyndrome.

2.6 Pembelajaran Siswa Berkebutuhan Khusus

Kebutuhan pembelajaran anak tunagrahita yaitu 1 perbedaan tunagrahita dengan anak normal dalam proses belajar adalah terletak pada hambatan dan masalah atau karakteristik belajarnya. 2 perbedaan karakteristik belajar anak tunagrahita dengan anak sebayanya, anak tunagrahita mengalami masalah dalam hal tingkat kemahirannya dalam memecahkan masalah, melakukan generalisas i dan mentransfer sesuatu yang baru, minat dan perhatian terhadap penyelesaian tugas. Yani Maemulyani dan Caryoto 45-46 Siswa – siswa yang mempunyai gangguan perkembangan tersebut, memerlukan suatu metode pembelajaran yang sifatnya khusus. Suatu pola gerak yang bervariasi, diyakini dapat meningkatkan potensi peserta didik dengan kebutuhan khusus dalam kegiatan pembelajaran berkaitan dengan pembentukan fisik, emosi, sosialisasi, dan daya nalar. Esensi dari pola gerak yang mampu meningkatkan potensi anak berkebutuhan khusus adalah kreativitas. Kreativitas ini diperlukan untuk pembelajaran yang bermuatan pola gerak, karena tujuan akhir dari suatu program pembelajaran semacam ini adalah perkembangan kemampuan kognitif dan kemampuan sosial melalui kegiatan individu maupun dalam kegiatan bersosialisasi. Bandi Delphine 2010 : 2 Proses pencapaian tujuan pengajaran membutuhkan manajemen pengajaran, termasuk penerapan model pembelajaran yang tepat, baik ditinjau dari substansi atau tugas-tugas ajar maupun karakteristik peserta didik. Dalam pembelajaran penjas adaptif juga memerlukan program pembelajaran agar pembelajaran dapat optimal. Berikut adalah beberaapa program pembelajaran siswa berkebutuhan khusus: 2.6.1 Materi dan Program Penjas Adaptif 2.6.1.1 Pemilihan Materi dan Faktor Pertimbangan Pengulangan dan perbaikan-perbaikan penjas adaptif merupakan bagian rutin dari pengajaran penjas adaptif. Karena itu, materi pembelajaran harus diselidiki secara cermat, dan dilaksanakan secara tepat oleh para siswa, sehingga terhindar dari cedera otot atau sendi. Pemilihan materi yang tepat juga membantu dalam perbaikan peyimpangan postur tubuh, meningkatkan kekuatan otot, kelincahan, kelenturan dan meningkatkan kebugaran jasmani. Pelaksanaan kegiatan olahraga secara teratur dengan beban yang cukup, sangat membantu dalam usaha mencapai kebugaran jasmani tersebut. Perlu diketahui bahwa kekuatan otot akan bertambah bila sering digunakan, dan akan berkurang bila tidak pernah dilatih atau digunakan, termasuk ukurannya akan semakin membesar bila dilatih secara teratur. Demikian juga kelenturan, kelincahan, daya tahan dan lain-lain. Akan meningkat bila dilatih secara sistematis dalam pembelajaran penjas. Setiap siswa mempuntai kebutuhan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, dan oleh sebab itu program pembelajaran akan lebih efektif bila di klasifikasikan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi kecacatannya.

2.6.1.2 Program Pendidikan Jasmani untuk Anak Cacat

Merencanakan dan melaksanakan program pendidikan jasmani bagi siswa cacat memerlukan pemikiran dan ketelitian yang cukup tinggi dan rasional. Program pembelajaran akan berhasil guna apabila fokus kegiatan ditunjukan pada siswa serta meminimalkan hambatan-hambatan yang dihadapi dalam kehidupan. Secara umum materi pembelajaran penjas untuk anak cacat yang terdapat dalam kurikulum, sama dengan materi pembelajaran siswa normal, namun yang membedakannya adalah strategi dan model pembelajaran yang berbeda dan disesuaikan dengan jenis dan tingkat kecacatannya. Artinya jenis aktivitas olahraga yang terdapat dalam kuriulum dapat diberikan dengan berbagai penyesuaian. Program pendidikan jasmani untuk anak cacat, dibagi tiga kategori yaitu, pengembangan gerak dasar, olahraga dan permainan, dan yang terakhir adalah kebugaran dan kemampuan gerak. Beltasar Tarigan 2000:39

2.6.2 Pengembangan Strategi Pembelajaran

Mengembangkan strategi pembelajaran dalam upaya memenuhi kebutuhan-kebutuhan setiap siswa, guru penjas adaptif perlu melakukan modifikasi, baik metode pendekatan, lingkungan belajar maupun fasillitas belajar.

2.6.2.1 Teknik Memodifikasi Pembelajaran

Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan para siswa penyandang cacat dalam pembelajaran penjas para guru penjaas seyogyanya melakukan modifikasi dan penyesuaian-penyesuaian terutama mengenai sifat-sifat perilaku yang berkaitan dengan suasana dan kondisi yang dihadapi dalam pembelajaran. Beltasar Tarigan 2000-49. Faktor-faktor yang perlu dimodifikasi dan disesuaikan para guru dalam upaya meningkatkan komunikasi dengan siswa adalah sebagai berikut : 1. Penggunaan bahasa 2. Membuat konsep yang kongkrit 3. Membuat urutan tugas 4. Ketersediaan waktu belajar, dan

2.7 Perkembangan Anak

Anak besar adalah anak yang berusia antara 6 – 10 atau 12 tahun. Perkembangan fisik anak yang terjadi pada massa ini menunjukan adanya kecenderungan yang berbeda di banding dengan masa sebelumnyan dan juga pada masa sesudahny. Kecenderungan perbedaan yang terjadi adalah dalam hal kepesatan dan pola pertumbuhan yang berkaitan dengan proporsi ukuran bagian-bagian tubuh. Pertumbuhan fisik erat kaitannya dengan taerjadinya proses peningkatan kematangan fisiologis pada diri setiap setiap individu. Proses peningkatan kematangan secara umum akan terjadi sejalan dengan bertambahnya usia kronologis. Usia kronologis adalah lamanya waktu terhitung sejak lahir sampai saat kapan orang tersebut dinyatakan usianya. Sugiyanto 2008:4.3 Pertumbuhan dan tingkat kematangan fisik dan fisiologis membawa dampak pada perkembangan kemampuan fisik. Pada masa anak besar terjadi perkembangan kemampuan fisik yang semakin jelas terutama dalam hal kekuatan, fleksibilitas, keseimbangan dan koordinasi. Perkembangan ini terjadi pada anak usia 6-10 atau 12 tahun pada anak normal dan perkembangan pada anak kebutuhan khusus anak tunagrahita tidak jauh berbeda, anak tunagrahita memiliki hambatan dalam perkembangan tetapi dalam pembelajaran salah satu tujuannya yaitu untuk memaksimalkan perkembangannya agar ketrampilannya mendekati perkembangan anak normal.

2.7.1 Perkembangan Penguasaan Gerak Dasar

Sejalan dengan meningkatnya ukuran tubuh dan meningkatnya kemampuan fisik, makin meningkat pulalah kemampuan gerak anak besar. Berbagai kemampuan gerak dasar yang sudah mulai bisa dilakukan pada masa anak kecil semakin dikuasai. Peningkatan kemampuan gerak bisa diidentifikasi dalam bentuk : 1. Gerak bisa diakukan dengan mekanika tubuh yang makin efisien. 2. Gerakan bisa dilakukan semakin lancer dan terkontol. 3. Pola atau bentuk gerakan semakin bervariasi. 4. Gerakan semakin bertenaga. Beberapa macam gerak yang mulai bisa dilakukan atau gerakan yang dimungkinkan bisa dilakukan apabila anak memperoleh kesempatan melakukannya pada masa anak kecil adalah geraakan-gerakan berjalan, berlari, mendaki, meloncat, berjengkek, mencongklak, lompat tali, menyepak, melempar, menangkap, memantulkan bola, memukul dan berenang. Gerakan-gerakan tersebut semakin bisa dikuasai dengan baik. Kecepatan perkembangannya sangat dipengaruhi oleh kesempatan yang diperoleh untuk melakukan berulang- ulang di dalam aktivitasnya. Anak-anak yang urang kesempatan melakukan aktivitas fisik akan mengalami hambatan untuk perkembaangan. Sugiyanto 2008:4.26 Perkembangan gerak dasar untuk anak tunagrahita pada dasarnya sama dengan anak normal hanya saja anak tunagrahita mengalami hambatan dalam perkembangannya, untuk mengatasi hambatan tersebut agar lebih minim maka diperlukan pembelajaran untuk meningkatkan gerak dasar yang menarik dan di rancang khusus sesuai anak tunagrahita.

2.8 Kerangka Berpikir

Anak tunagrahita adalah anak dengan keterbelakangan mental dengan membutuhkan pendidikan yang khusus, untuk mencapai pendidikan yang dituju maka dibutuhkan metode pengajaran yang menyenangkan terutama untuk anak tunagrahita sekolah dasar, dalam perkembangannya siswa SDLB membutuhkan pelatihan gerak dasar agar anak dapat memperluas dan melatih gerak dasarnya. Siswa SDLB memerlukan pengajaran yang bersifat bermain karena pada dasarnya siswa SDLB tunagrahita lebih tertarik dengan bermain. Sesuai dengan kompetensi dasar dalam kurikulum pendidikan jasmani, siswa diharapkan dapat mempraktekan gerak dasar sebagai gerak variasi dalam permainan sederhana dengan peraturan yang sudah di modifikasi serta nilai kerjasama, sportivitas, dan kejujura. Melalui pengembangan model pembelajaran memulai permainan Fun Post diharapkan dapat membawa suasana pembelajaran yang inovatif, dengan terciptanya pembelajaran yang menyenangkan dan dapat memotivasi peserta didik untuk lebih berpeluang untuk mengeksplotasi gerak secara luas dan bebas sesuai dengan tingkatan kemampuan yang dimiliki. Selain itu melalui permainan Fun Post ini diharapkan tujuan pembelajaran dapat tersampaikan dengan optimal, siswa dapat menguasai dan mengerti gerak dasar yang benar. Setelah siswa melakukan permainan Fun Post siswa akan memiliki gerak dasar yang lebih banyak, gerak dasar yang sudah dimiliki akan lebih terlatih, akan timbul rasa senang dan bersemangat karena permainan Fun Post bersifat bermain. 35 BAB III METODE PENGEMBANGAN

3.1 Model Pengembangan

Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN P AND C DALAM PENJASORKES PADA SISWA SLB D YPAC SEMARANG TAHUN 2015

1 19 139

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PENJASORKES KID’S ATLETIK MELALUI PERMAINAN THE STRENGTH POST, PADA SISWA KELAS V SDN GUNUNGPATI, KECAMATAN GUNUNGPATI, KOTA SEMARANG TAHUN

2 16 151

PENGEMBANGAN MODEL PERMAINAN ATLETIK ANAK DALAM PEMBELAJARAN GERAK DASAR LARI BAGI SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS (TUNARUNGU) DI SDLB NEGERI SEMARANG TAHUN 2015

4 38 109

PENGEMBANGAN MODEL PERMAINAN VOLIBOX DALAM PEMBELAJARAN BOLA VOLI PADA SISWA SMP NEGERI 24 SEMARANG KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG TAHUN 2015

0 18 130

PENGEMBANGAN MODEL PERMAINAN SMART BOX DALAM PEMBELAJARAN SEPAK BOLA PADA SISWA SMPLB C SWADAYA KENDAL TAHUN 2015

4 206 198

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN ATLETIK MELALUI PERMAINAN ATLETIK “BOCAH” BAGI SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI 02 SEKARAN KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2014 2015

1 18 96

PENGEMBANGAN PERMAINAN FUN TARGET BALL UNTUK PEMBELAJARAN PERMAINAN BOLA KECIL PADA SISWA TUNAGRAHITA DI SMPLB WIDYA BHAKTI SEMARANG TAHUN 2015

1 35 124

Survei Proses Pendidikan Jasmani Anak Tuna Grahita di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang Tahun 2005

0 8 75

MODEL PEMBELAJARAN PERMAINAN BAHASA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN JENJANG SDLB : Penelitian Subjek Tunggal pada Siswa SDLB-C di Kota Bandung).

0 1 71

Survei Proses Pendidikan Jasmani Anak Tuna Grahita di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang Tahun 2005.

0 0 1