Survei Proses Pendidikan Jasmani Anak Tuna Grahita di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang Tahun 2005
SURVEI PROSES PENDIDIKAN JASMANI ANAK TUNA
GRAHITA DI SDLB C DAN C I WIDYA BHAKTI
SEMARANG TAHUN 2005
SKRIPSI
Diajukan Dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata 1 untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
Nama : Teguh Arifianto NIM : 6101401082
Jurusan : Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Fakultas : Ilmu Keolahragaan
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2006
(2)
SARI
Teguh Arifianto.2005. “Survei Proses Pendidikan Jasmani Anak Tuna Grahita di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang Tahun 2005”. Skripsi. Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses pendidikan jasmani anak tuna grahita di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang tahun 2005. Metode penelitian adalah survei. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang. Sampel menggunakan seluruh populasi yaitu 13 guru kelas. Variabel penelitian adalah proses pendidikan jasmani anak tuna grahita. Teknik pengumpulan data yaitu: 1) wawancara, 2) dokumentasi, 3) angket. Analisis data menggunakan analisis deskriptif prosentase.
Hasil penelitian dengan jumlah sampel 13 responden menunjukkan bahwa proses pendidikan jasmani anak tuna grahita di SDLB C dan C I Widya Bhakti Semarang tahun 2005 menunjukkan kriteria sangat baik, hal ini disebabkan karena semua guru merupakan lulusan dari PLB, selain itu mereka juga sudah berpengalaman karena sudah mengajar berpuluh-puluh tahun. Terbukti dengan jumlah 13 guru, sebanyak 12 guru memenuhi kriteria sangat baik dalam pelaksanaan proses belajar mengajarnya, sedangkan 1 guru yang lain memenuhi kriteria baik, Guru SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang tahun 2005 yang menunjukkan kriteria cukup dan kriteria kurang tidak ada (0 %).
Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu: 1) Proses pendidikan jasmani anak tuna grahita di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang tahun 2005 sebagian besar menunjukkan kriteria sangat baik, 2) Tujuan pendidikan jasmani anak tuna grahita di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang tahun 2005 telah sesuai dengan kurikulum dan keadaan siswa, 3) Materi pendidikan jasmani yang dilaksanakan di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang tahun 2005 telah sesuai dengan kurikulum yang ada, 4) Siswa kelas C dalam menerima materi pendidikan jasmani sangat antusias dan bersemangat, 5) Dalam pelajaran pendidikan jasmani anak tuna grahita perlu perhatian dan kesabaran ekstra terutama anak tuna grahita kelas CI, 6) Kompetensi yang dimiliki guru-guru pendidikan jasmani anak tuna grahita di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang tahun 2005 sudah sangat baik, 7) Sarana prasarana yang tersedia untuk menunjang keberhasilan proses pendidikan jasmani anak tuna grahita di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang tahun 2005 sudah baik, 8) Evaluasi yang dilakukan oleh guru-guru di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang tahun 2005 juga sudah sangat baik.
Saran yang dapat penulis sampaikan yaitu 1) Untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan jasmani anak tuna grahita di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang, maka guru-guru harus lebih kreatif dan sabar dalam menghadapi anak tuna grahita terutama kelas CI, 2) Sarana dan prasarana sebagai penunjang keberhasilan suatu proses pendidikan jasmani anak tuna grahita di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang harus lebih diperhatikan dan diperlengkap.
(3)
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan sidang panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang pada :
Hari :
Tanggal : Pukul : Tempat :
Ketua Sekretaris
Dr. Khomsin, M.Pd Drs. Sulaiman, M.Pd.
NIP 131469639 NIP 131813670
Dewan Penguji :
1. Dr. Tandiyo Rahayu, M.Pd (Ketua) NIP 131404316
2. Drs. Harry Pramono, M.Si (Anggota) NIP 131469638
3. Drs. Cahyo Yuwono, M.Pd (Anggota) NIP 13157155051
(4)
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto :
1) “ Suatu kegagalan adalah awal dari suatu kesuksesan”. 2) “ Jalani hidup ini dengan penuh kesabaran”. (penulis)
Persembahan :
Skripsi ini penulis persembahkan kepada : 1) Ayah, Ibu, Ade tercinta dan tersayang. 2) Almamater tercinta.
3) Teman-teman jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi khususnya angkatan 2001.
4) Teman-teman kos “SOFA MARWA/ SA’KAREPMU” yang selalu kubanggakan.
(5)
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Proses Pendidikan Jasmani Anak Tuna Grahita di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang tahun 2005”.
Skripsi ini ditulis untuk menyelesaikan studi strata I sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fakultas Ilmu Keolahragaan. Keberhasilan penulis ini adalah atas bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1) Drs. Harry Pramono, M.Si dan Drs. Cahyo Yuwono, M.Pd selaku pembimbing utama dan pembimbing pendamping yang selalu membimbing, mengarahkan dan selalu memberikan motivasi hingga terselesainya penulisan skripsi ini.
2) Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian.
3) Ketua jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi yang telah memberikan pengarahan kepada penulis.
4) Bapak/Ibu Dosen FIK UNNES, atas segala petunjuk dan bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini.
5) Seluruh karyawan administrasi jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi maupun Fakultas FIK UNNES yang telah membantu dalam kelancaran administrasi selama proses penyelesaian skripsi.
(6)
6) Drs. Sudarna dan A. Yuli Purwanti selaku Kepala SLB C dan C I Widya Bhakti Semarang yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian.
7) Seluruh Guru, karyawan dan Tata Usaha SDLB C dan C I Widya Bhakti Semarang yang telah membantu kelancaran dalam proses penyelesaian skripsi.
8) Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas kerja samanya dan bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga segala bantuan mereka menjadi amal yang baik dan diterima oleh Allah SWT, serta mendapat imbalan dari Allah SWT. Demi sempurnanya penulisan skiripsi ini, saran dan kritik yang membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Semarang, 2005 Penulis,
(7)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
SARI... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI... vii
DAFTAR TABEL... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 5
1.3. Penegasan Istilah... 5
1.4. Tujuan Penelitian ... 6
1.5. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7
2.1. Pengertian Anak Cacat Tuna Grahita... 7
2.1.1 Anak Cacat ... 7
2.1.2 Pengertian Anak Tuna Grahita... 8
2.2. Pendidikan Jasmani Adaptif... 11
2.3. Proses Pendidikan Jasmani Anak Tuna Grahita……….. 11
2.3.1. Tujuan Pendidikan Jasmani... 12
2.3.2. Metode Pendidikan Jasmani Adaptif………… ... 12
2.3.3. Materi Penjas Anak Tuna Grahita………... 13
2.3.4. Siswa………. ... 16
2.3.5. Guru………. ... 16
2.3.6. Evaluasi Penjas Adaptif……… ... 17
2.4. Sarana Prasarana……… ... 20
BAB III METODE PENELITIAN ... 22
3.1. Populasi Penelitian ... 22
3.2. Sampel Penelitian... 22
3.3. Variabel Penelitian ... 22
3.4. Metode Penelitian ... 23
3.5. Instrumen Penelitian ... 23
3.6. Proses Penelitian ... 26
3.7. Analisis Data……… 28
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 29
4.1. Hasil Penelitian ... 29
4.2. Pembahasan... 35
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 40
5.1. Simpulan ... 40
5.2. Saran... 41
DAFTAR PUSTAKA ... 42
LAMPIRAN-LAMPIRAN... 43
(8)
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Distribusi Proses Pendidikan Jasmani ... 29
Tabel 2. Biodata Guru SDLB C Widya Bhakti... 31
Tabel 3. Biodata Guru SDLB C I Widya Bhakti ... 31
Tabel 4. Prosentase Faktor Proses Pendidikan Jasmani... 33
Tabel 5. Daftar Sarana Prasarana SDLB C Widya Bhakti ... 38
Tabel 6. Daftar Sarana Prasarana SDLB C I Widya Bhakti ... 38
(9)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Distribusi Pelaksanaan Proses Pendidikan Jasmani ... 30 Gambar 2. Distribusi Tingkat Proses Pendidikan Jasmani ... 32 Gambar 3. Distribusi Komponen-Komponen Pendidikan Jasmani ... 34
(10)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Responden... 43
Lampiran 2. Kisi-Kisi Angket ... 44
Lampiran 3. Angket Proses Pendidikan Jasmani... 46
Lampiran 4. Uji Validitas Reliabelitas Angket ... 51
Lampiran 5. Perhitungan Validitas dan Reliabelitas... 52
Lampiran 6. Hasil Valid... 54
Lampiran 7. Hasil Penelitian Angket ... 55
Lampiran 8. Perhitungan Prosentase... 56
Lampiran 9. Hasil Wawancara... 59
Lampiran 10. Daftar Sarana Prasarana... 61
Lampiran 11. Daftar Hasil Belajar Siswa ... 63
Lampiran 12. Dokumentasi... 65
Lampiran 12. Surat-Surat ... 71
(11)
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Manusia diciptakan di dunia mempunyai hak asasi manusia (HAM) yang sama. Demikian juga dalam hal memperoleh pendidikan, setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan yang sama, baik anak yang normal maupun anak yang abnormal (anak peyandang cacat). Tidak semua anak dilahirkan dalam keadaan sempurna, ternyata ada sebagian kecil yang mengalami kelainan sehingga mengalami hambatan–hambatan baik dalam perkembangan fisik maupun dalam perkembangan mentalnya. Anak yang demikian diklasifikasikan sebagai anak luar biasa. Seperti anak yang lain, anak-anak luar biasa juga merupakan bagian dari generasi yang harus memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dirinya sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Perlu diingat bahwa anak cacat juga merupakan anak bangsa yang dapat tumbuh dan berkembang menjadi dewasa yang mempunyai percaya diri dan harga diri yang tinggi dalam memimpin dan mengabdikan dirinya untuk bangsa dan negara pada masa yang akan datang.
Marison dalam Aip Sjarifuddin (1980: 9) mengemukakan bahwa pendidikan itu adalah perkembangan pada diri individu dengan melalui proses belajar sebagai perbedaan dari pertumbuhan jasmaniah. Selain itu S. Brojonegoro dalam Aip Sjarifuddin (1980: 9) mengemukakan bahwa pendidikan itu adalah tuntunan kepada pertumbuhan manusia mulai lahir sampai tercapainya kedewasaan, dalam arti rohaniah dan jasmaniah. Aip Sjarifuddin (1979: 4-5) mengemukakan bahwa
(12)
2
perkembangan penyelidikan mengenai pendidikan itu bukan hanya diperuntukkan bagi anak-anak yang normal saja, tetapi juga bagi anak yang mempunyai kelainan atau cacat yang umum dikatakan anak-anak luar biasa. Mereka sama halnya dengan anak-anak normal yang memerlukan penjagaan atau pemeliharaan, pembinaan, asuhan dan didikan yang sempurna sehingga mereka dapat menjadi manusia yang berdiri sendiri tanpa menyandarkan diri pada pertolongan orang lain. Merekapun mendambakan hidup yang layak, menginginkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis. Oleh karena itu merekapun membutuhkan pendidikan dan bimbingan agar menjadi manusia dewasa dan menjadi warga negara yang dapat berpartisipasi bagi pembangunan bangsa dan negaranya.
Berdasarkan sejarah pendidikan menggambarkan bahwa sikap masyarakat terhadap penderita cacat dari dahulu sampai sekarang tidak sepenuhnya positif, dan mereka selalu diperlakukan dengan tidak manusiawi, bahkan pada masa peradaban belum berkembang, mereka dibunuh dengan cara yang sangat kejam. Demikian juga di Indonesia, dari dahulu sampai sekarang pendidikan bagi anak cacat masih kurang diperhatikan. Masyarakat menganggap bahwa anak cacat selalu menjadi beban bagi masyarakat yang normal, tapi sebenarnya tidak demikian karena anak penyandang cacat mampu untuk hidup mandiri tanpa bantuan orang lain bila mereka dididik.
Pendidikan bagi anak penyandang cacat bisa dilakukan di keluarga, masyarakat (non formal), dan di sekolah (formal). Pendidikan formal bagi anak cacat biasanya diberikan oleh yayasan-yayasan atau sekolah-sekolah luar biasa (SLB). Setiap SLB mempunyai program kurikulum pendidikan dalam merehabilitasi, melatih, dan mendidik anak cacat, termasuk di dalamnya program
(13)
3
pendidikan jasmani bagi anak cacat (pendidikan jasmani adaptif). Dengan pendidikan jasmani adaptif anak penyandang cacat dapat menunjukkan pada masyarakat bahwa mereka juga dapat hidup seperti anak–anak yang normal, dan berprestasi melalui bakat–bakat yang dimilikinya. Dengan prestasi yang dimiliki maka akan membuat seluruh masyarakat sadar akan pentingnya pendidikan bagi anak cacat.
SLB Widya Bhakti merupakan salah satu SLB di Semarang yang perduli terhadap pentingnya pendidikan bagi anak cacat terutama bagi anak tuna grahita atau cacat mental. Selain itu SLB Widya Bhakti Semarang juga mempunyai prestasi yang bagus baik dibidang kependidikan maupun non kependidikan.
Pendidikan bagi anak cacat mental sangat penting karena mereka mempunyai tingkat inteligensi dibawah rata-rata anak normal, dengan demikian pendidikan bagi anak tuna grahita memerlukan kurikulum, tenaga pendidik, dan sarana prasarana yang khusus yang telah disesuaikan dengan tingkat kecacatannya. Pendidikan jasmani adaptif pada anak tuna grahita melibatkan Guru pendidikan jasmani yang telah mendapatkan pelatihan khusus pendidikan jasmani adaptif dan dapat menyusun program pengajaran sehingga dapat disesuaikan dengan keadaan anak cacat dengan keterbatasan yang dimilikinya, jadi anak tuna grahita harus diberi perlakuan yang lebih khusus. Selain itu guru juga harus memperhatikan faktor–faktor pertumbuhan dan perkembangan anak, kemampuan Guru, terbatasnya sarana dan prasarana serta pengembangan cabang olahraga, masalah– masalah kesehatan sesuai dengan situasi dan kondisi setempat sehingga bisa memupuk bakat serta minat yang dimiliki anak penyandang cacat.
(14)
4
Olahraga yang diberikan pada anak tuna grahita merupakan suatu alat untuk membantu mereka dalam melanjutkan kelangsungan hidupnya, setidaknya mereka dapat membentuk untuk dirinya. Hal ini sesuai dengan tujuan yang dikemukakan para ahli mengenai pendidikan, antara lain dalam buku Basic Prinsiples of Education, Marison dalam Aip Syarifudin (1980: 9) mengemukakan bahwa pendidikan itu adalah perkembangan pada diri individu dengan melalui proses belajar sebagai perbedaan dari pertumbuhan jasmaniah. Pendidikan bukan belajar berbuat, tetapi menjadikan anak mengetahui apa yang dikerjakan, selain itu S. Brojonegoro mengemukakan bahwa pendidikan itu adalah tuntunan kepada pertumbuhan manusia mulai dari lahir sampai dewasa, dalam arti rohaniah dan jasmaniah (Aip Sjarifuddin, 1980/1981: 9).
Berdasarkan penjelasan atau uraian di atas maka peneliti mengambil judul Survei Proses Pendidikan Jasmani Anak Tuna Grahita di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang dengan alasan sebagai berikut:
1. Pendidikan merupakan hak bagi setiap warga negara termasuk bagi anak cacat, mereka berhak memperoleh pendidikan dan pembelajaran pada setiap jenjang pendidikan.
2. Pentingnya pendidikan jasmani bagi anak tuna grahita untuk merehabilitasi dan mendidik agar mereka dapat hidup mandiri tanpa bantuan dari orang lain. 3. Pendidikan jasmani bagi anak tuna grahita berbeda dengan pendidikan jasmani
anak normal, karena pendidikan jasmani anak tuna grahita memerlukan kurikulum, program pendidikan, tenaga pendidikan serta sarana dan prasarana yang khusus yang telah disesuaikan dengan tingkat kecacatannya.
(15)
5
4. Pelaksanaan proses pendidikan merupakan kunci utama dari keberhasilan suatu pembelajaran, terutama pendidikan bagi anak tuna grahita.
5. SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang mempunyai prestasi bagus dalam bidang kependidikan.
1.2Rumusan Masalah
Setelah memahami latar belakang masalah, maka permasalahan yang akan diteliti adalah: “Bagaimana proses pendidikan jasmani anak tuna grahita di SDLB C dan CI WIDYA BHAKTI Semarang tahun 2005?”
1.3Penegasan Istilah
Berdasarkan judul di atas, maka untuk menghindari agar permasalahan yang dibicarakan tidak menyimpang dari tujuan dan tidak terjadi salah penafsiran terhadap istilah yang dipergunakan, maka peneliti membatasi istilah sebagai berikut:
1.3.1 Pendidikan Jasmani
Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan via aktifitas jasmani, permainan dan atau olahraga (Rusli Lutan, 1998: 14). Menurut Abdul Kadir Ateng (1992: 5) Pendidikan Jasmani merupakan aktivitas otot-otot besar hingga proses pendidikan Jasmani tidak terhambat oleh gangguan kesehatan dan pertumbuhan badan, jadi pendidikan jasmani adalah pendidikan yang dilakukan dengan aktifitas jasmani dengan tujuan yang diharapkan.
(16)
6
1.3.2 Tuna Grahita
Anak tuna grahita menurut Aip Sjarifuddin (1980: 2) adalah anak yang mempunyai keadaan tingkat inteligensinya rendah, seperti slow learner, debil, imbesil, dan idiot. Menurut Sajono 1988 anak tuna grahita adalah seseorang yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan orang dewasa dan selalu membutuhkan bantuan dari orang lain. Berdasarkan perkembangan psycometri dan tes inteligensi sebagian ahli menyatakan bahwa seseorang dapat dikatakan tuna grahita bila ia mempunyai taraf kecerdasan dibawah rata-rata (IQ nya di bawah 70).
1.4Tujuan Penelitian
Adapun yang mendasari tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses pendidikan jasmani anak tuna grahita di. SDLB C dan C I WIDYA BHAKTI Semarang tahun 2005.
1.5Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
a. Sebagai masukan atau tolak ukur dalam membina dan mendidik anak tuna grahita dengan menggunakan program pendidikan jasmani.
b. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca, serta dapat digunakan sebagai mana mestinya.
(17)
7 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1Pengertian Anak Cacat Tuna Grahita 2.1.1 Anak Cacat
Definisi anak cacat menurut The committee of National Society for The Study of Education di AS, cacat adalah gerakan-gerakan yang dilakukan oleh seseorang yang menyimpang dari gerakan yang normal walaupun telah dikembangkan secara maksimal. Penyimpangan tersebut dapat dilihat dari segi fisik, mental, tingkah laku, emosional, dan sosial (Beltasar Tarigan 2000: 9). Sedangkan Aip Sjarifuddin (1980: 5) menerangkan bahwa yang dimaksud anak luar biasa adalah anak–anak yang mempunyai kelainan atau cacat, sehingga anak-anak tersebut tidak dapat bertindak secara wajar, baik mengenai fisik, maupun mengenai psikisnya.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa cacat merupakan suatu kondisi kelainan yang dimiliki oleh seseorang baik sejak lahir maupun karena kecelakaan, baik fisik, mental, tingkah laku, emosional, dan sosial.
Anak cacat yang termasuk peserta pendidikan jasmani adaptif, perlu diidentifikasi dan dikategorikan sesuai dengan kecacatannya. Oleh karena penelitian yang dilakukan peneliti difokuskan pada anak cacat tuna grahita, maka berikut ini hanya diuraikan pengertian mengenai anak cacat tuna grahita.
(18)
8 2.1.2 Pengertian Anak Tuna Grahita
Anak tuna grahita menurut Aip Sjarifuddin (1980: 2) adalah anak yang mempunyai keadaan tingkat inteligensinya rendah, seperti slow learner, debil, imbesil, dan idiot. Menurut Sajono (1988: 2) anak tuna grahita adalah seseorang yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan orang dewasa dan selalu membutuhkan bantuan dari orang lain. Berdasarkan perkembangan psycometri dan tes inteligensi sebagian ahli menyatakan bahwa seseorang dapat dikatakan tuna grahita bila ia mempunyai taraf kecerdasan dibawah rata-rata (IQ nya di bawah 70).
Tingkah laku anak tuna grahita bila berada di dalam lingkungan masyarakat normal, akan berlainan dengan anak-anak pada umumnya. Pada anak cacat mental terdapat beberapa sifat khusus yang harus diperhatikan agar tidak timbulinterprestasi yang salah terhadap mereka yang normal bila mereka bersikap lain dari masyarakat sekelilingnya. Sifat-sifat khusus yang mereka miliki itu diantaranya adalah:
a. Tingkat intelegensinya sangat rendah
b. Mereka tidak dapat mengadakan generalisasi c. Mereka tidak dapat menggunakan pengalamannya
d. Mereka tidak dapat menyesuaikan diri dengan situasi baru
e. Mereka tidak mempunyai inisiatif tertentu, impulsif atau emosional
f. Mereka mudah mendapat sugestif, tapi tidak dapat meramalkan hasilnya lebih dahulu.
(19)
9 g. Mereka tidak mempunyai kecakapan untuk mengkritik. Insting yang timbul
hanya sebentar, mudah hilang dengan demikian mereka harus selalu diawasi (Aip syarifudin 1979: 32-33).
Kategori anak-anak tuna grahita menurut Aip Sjarifuddin (1980: 6-8) dibagi menjadi empat.
1. Idiot
Idiot adalah anak-anak lemah ingatan yang IQ nya berada dibawah 20, yaitu suatu angka yang menunjukkan suatu derajat kelainan tingkah laku yang sangat rendah sekali dan sangat berat. Menurut kamus Poerwadarminta (Bahasa Inggris-Indonesia) idiot adalah anak-anak atau orang bodoh atau bertukar akal. Selain itu anak-anak idiot itu termasuk kepada golongan yang sangat sukar sekali untuk dilatih maupun dididik. Hal ini disebabkan karena mereka itu tidak mampu untuk mengadakan hubungan sosial dengan lingkungan hidupnya. Mereka tidak mampu menangkap apalagi untuk melakukan tugas yang diberikan.
2. Imbesil
Imbesil adalah anak-anak yang IQ nya berada antara 20-60, kedaan ini adalah lebih baik dari tingkatan anak-anak yang berada dalam tingkatan idiot (anak yang bodoh atau tolol). Perkembangan bahasa mereka sangat terbatas dan percakapannya tidak jelas. Mereka tidak mampu mengadakan konsentrasi, inisiatifnya terbatas dan kemampuannya ada tetapi lemah. Mereka tidak mampu untuk mengambil suatu keputusan sendiri. Jadi mereka masih dapat dilatih dalam beberapa bentuk dan macam latihan yang berguna bagi dirinya dan secara terbatas pula mereka dapat menguasai untuk melakukan tugas-tugas yang sederhana.
(20)
10 3. Debil
Debil adalah anak-anak yang keadaan IQ nya antara 60-80, sedangkan arti dari debil sendiri adalah kurang. Golongan anak debil ini lebih mudah untuk dilatih atau dididik, akan tetapi dengan cara yang lebih mudah dan praktis. Anak-anak penderita debil bila dilihat dari berbagai kemungkinan, mereka itu dapat mempertahankan hidupnya dalam situasi yang menguntungkan saja. Artinya mereka itu akan mampu mengurus dirinya sendiri jika telah mendapat pertolongan dan bimbingan terlebih dahulu dari orang lain. Anak-anak golongan debil perlu mendapatkan bimbingan dan pertolongan agar mereka dapat mengurus dirinya sendiri.
4. Lemah Ingatan
Kelompok anak-anak lemah ingatan termasuk kelompok penderita tingkat intelegensi yang paling ringan dan hampir mendekati kepada anak-anak yang normal. Namun masih tampak dengan jelas perimbangan kemampuannya untuk melakukan sesuatu masih kurang, bila dibandingkan dengan anak-anak yang normal. Mereka masih kurang untuk berinisiatif dan masih berpikir secara sederhana dalam menganalisa pengertian yang bersifat abstrak. Mengenai relasi sosial dengan alam sekitarnya cukup memuaskan. Bagi anak-anak lemah ingatan mempunyai kemungkinan besar untuk dapat dididik dan dilatih dengan mencapai suatu hasil yang diharapkan. Bahkan mereka itu kemungkinan besar dapat mengikuti pendidikan di sekolah dengan anak- anak yang normal meskipun cara menamatkan pelajarannya dengan waktu yang lebih lama.
(21)
11 2.2Pendidikan Jasmani Adaptif
Program penjas adaptif merupakan program diversifikasi perkembangan motorik, pertandingan, sport, gerak irama, pokok perhatian, kemampuan bagi siswa cacat yang tidak berprestasi dalam kegiatan olahraga (Herry Koesyanto, 2000: 7). Jadi pendidikan jasmani adaptif merupakan program pendidikan jasmani yang khusus dirancang bagi anak cacat yang telah disesuaikan dengan tingkat kecacatannya.
Rancangan program penjas untuk siswa yang memiliki kecacatan seyogyanya dibuat secara sistematis dan akurat, minimal pogram tahunan. Rencana program tersebut didesain berdasarkan tingkat kemampuan/prestasi yang dimiliki setiap anak pada saat program dibuat, sehingga dapat diprediksi tingkat pencapaian pada akhir satu semester atau satu tahun pembelajaran. Dengan demikian standar penilaian acuan kriteria lebih tepat digunakan bila dibandingkan dengan acuan norma (Beltasar Tarigan, 2000: 75).
2.3Proses Pendidikan Jasmani Anak Tuna Grahita
Proses pendidikan jasmani mencakup beberapa unsur/faktor yang meliputi tujuan, metode, materi, siswa, guru, evaluasi dan sarana prasarana yang kesemuanya itu saling mendukung sehingga pendidikan dapat berhasil dengan baik.
(22)
12 2.3.1 Tujuan Pendidikan Jasmani
Tujuan penjas adaptif bagi anak cacat adalah untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan jasmani, perkembangan gerak, sosial dan intelektual. Selain itu juga untuk menanamkan nilai-nilai dan sikap positif terhadap keterbatasan kemampuan baik dari segi fisik maupun mentalnya sehingga mereka mampu bersosialisasi dengan lingkungan, memiliki rasa percaya diri dan harga diri (Beltasar Tarigan 2000: 10). Menurut Aip Sjarifuddin (1980: 9) tujuan dari penjas adaptif bagi anak tuna grahita adalah sebagai berikut.
a. Untuk membina dan meningkatkan kesehatan b. Untuk meningkatkan pertumbuhan
c. Untuk meningkatkan kesegaran jasmani
d. Untuk meningkatkan ketangkasan atau ketrampilan. e. Untuk meningkatkan pengetahuan dan kecerdasan.
f. Untuk menanamkan kehidupan yang kreatif, rekreatif dan sosial.
2.3.2 Metode Penjas Adaptif Anak Tuna Grahita
Metode pembelajaran pendidikan jasmani bagi anak cacat menurut Beltasar Tarigan (2000: 44) dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Metode bagian
Dalam metode ini tugas-tugas gerak dipelajari dan dilatih bagian demi bagian. Diterapkan bila struktur gerak sangat kompleks sehingga dengan mempelajari bagian demi bagian akan memberikan hasil optimal, karena siswa akan lebih mudah mencerna apa yang disampaikan oleh guru.
(23)
13 2. Metode keseluruhan
Pembelajaran dengan metode keseluruhan digunakan untuk melatih teknik dan gerakan yang sederhana atau tidak bisa dipecah menjadi bagian-bagian.
3. Metode gabungan
Memodifikasi metode dengan cara mengubahnya menjadi kombinasi keseluruhan, memberikan kemudahan dan keuntungan bagi siswa penyandang cacat. Selain itu penggunaan metode bagian progresif juga sangat membantu pembelajaran anak cacat. Pelaksanaan metode bagian progresif adalah bagian dari suatu materi yang diajarkan secara berurutan dan kemudian digabungkan menjadi suatu komponen gerak yang dilakukan secara progresif. Metode bagian progresif sangat efektif untuk anak yang mengalami kesulitan dalam pemerolehan informasi, kesulitan membuat urut-urutan gerak dan kesulitan dalam mengintegrasikan informasi atau tugas gerak.
2.3.3 Materi Penjas Adaptif Anak Tuna Grahita
Setiap siswa mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, oleh karena itu program pembelajaran akan lebih efektif bila diklasifikasikan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi kecacatannya.
Faktor yang perlu mendapat pertimbangan dalam menentukan jenis dan materi pembelajaran penjas bagi anak cacat antara lain:
1. Pelajari rekomendasi dan diagnosis dokter yang menanganinya.
2. Temukan faktor dan kelemahan-kelemahan siswa berdasarkan hasil tes pendidikan jasmani.
(24)
14 3. Olahraga kesenangan apa yang paling diminati siswa (Beltasar Tarigan 2000:
38).
Beltasar Tarigan (2000: 40-41) menerangkan bahwa secara umum materi pembelajaran pendidikan jasmani bagi siswa cacat yang terdapat dalam kurikulum sama dengan materi pembelajaran siswa normal. Namun yang membedakannya adalah strategi dan model pembelajarannya karena disesuaikan dengan jenis dan tingkat kecacatannya. Program pendidikan jasmani untuk anak cacat dibagi menjadi tiga kategori yaitu pengembangan gerak dasar, olahraga dan permainan, serta kebugaran dan kemampuan gerak. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut.
No Kategori Aktifitas Gerak
1.
2.
3.
Pengembangan gerak
Olahraga dan permainan
Kebugaran dan Kemampuan gerak
a. Gerakan-gerakan yang tidak berpindah tempat b. Gerakan-gerakan yang berpindah tempat
c. Gerakan-gerakan keseimbangan
a. Olahraga permainan yang bersifat rekreasi b. Permainan lingkaran
c. Olahraga dan permainan beregu d. Olahraga senam dan aerobik
e. Kegiatan yang menggunakan musik dan tari f. Olahraga permainan di air
g. Olahraga dan permainan yang menggunakan meja
a. Aktifitas yang meningkatkan kekuatan b. Aktifitas yang meningkatkan kelentukan c. Aktifitas yang meningkatkan kelincahan d. Aktifitas yang meningkatkan kecepatan e. Aktifitas yang meningkatkan daya tahan
Anak tuna grahita sebenarnya sama dengan anak normal dan akan merasa senang dan gembira bila mereka mampu membuktikan peningkatan kemampuannya dalam suatu prestasi geraknya. Aip Sjarifuddin dalam Olahraga Pendidikan untuk Anak Lemah Ingatan (1980: 118-119) menerangkan bahwa
(25)
15 untuk meningkatkan kemampuan anak tuna grahita dapat dilakukan latihan-latihan prestasi yang dibagi menjadi 3 tahapan.
Tahapan-tahapan latihannya adalah sebagai berikut: 1. Latihan kondisi badan (fisik)
Latihan ini untuk membina dan meningkatkan kesegaran jasmani. Latihan ini mencakup kekuatan, daya tahan, kecepatan dan ketangkasan.
2. Latihan teknik
Latihan yang mencakup teknik-teknik dasar, teknik individu, maupun kelompok
3. Pembinaan pada segi-segi psikologis
Merupakan suatu cara latihan untuk lebih memantapkan mental. Latihan ini dapat dilakukan dengan kerja sama, persaingan atau perlombaan, pertandingan dan latihan konsentrasi.
Latihan-latihan yang diberikan harus membantu pemulihan fungsi saraf sensoris dan motorisnya. Latihan harus diberikan secara praktis, karena daya tangkap maupun kemampuan berpikir, kekuatan alat dan gerak anak yang terbatas.
Latihan praktis dimulai dengan menfungsikan alat dan dilanjutkan dengan gerakan yang ringan kemudian diteruskan ke gerakan yang lebih kompleks. Latihan dapat dilakukan dengan senam untuk mengaktifkan dan menguatkan berbagai kelompok otot, latihan kondisi, latihan untuk rekreasi dan prestasi (permainan, renang, atletik dan beladiri).
(26)
16 2.3.4 Siswa
Menurut Sajono (1988:2) anak tuna grahita adalah seseorang yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan orang dewasa dan selalu membutuhkan bantuan dari orang lain. Berdasarkan perkembangan psycometri dan tes inteligensi sebagian ahli menyatakan bahwa seseorang dapat dikatakan tuna grahita bila ia mempunyai taraf kecerdasan dibawah rata-rata (IQ nya di bawah 70). Kategori anak tuna grahita meliputi idiot, imbesil, debil dan lemah ingatan.
2.3.5 Guru
Guru pendidikan luar biasa harus mempunyai dedikasi yang tinggi terhadap tugas dan kewajibannya, memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang relevan dengan kebutuhan anak luar biasa. Berikut adalah kompetensi yang harus dimiliki oleh guru pendidikan luar biasa:
1. Ketrampilan memilih dan menggunakan metode yang tepat, 2. Ketrampilan menggunakan sumber belajar dengan sebaik-baiknya,
3. Ketrampilan membuat, memilih, dan menggunakan alat peraga secara sederhana,
4. Ketrampilan menciptakan jenis kegiatan ekonomi yang memungkinkan murid sesudah tamat mudah memperoleh pekerjaan,
5. Ketepatan memilih materi, metode, media, dan melaksanakan evaluasi secara tepat (Rochman, 1979:95).
(27)
17
2.3.6 Evaluasi Penjas Adaptif Anak Tuna Grahita
Menurut Beltasar Tarigan (2000: 68-72) hakekat tes, pengukuran dan evaluasi pendidikan jasmani adaptif adalah sebagai berikut.
1. Tes
Tes adalah suatu teknik pengumpulan data dengan menggunakan peralatan yang spesifik, atau memerlukan prosedur yang tertentu bila menggunakan metode observasi. Misalnya untuk mengukur kemampuan lompat jauh, memerlukan peralatan yang kusus untuk mengukur jauhnya lompatan yaitu meteran. Tes yang diberikan kepada siswa dapat berupa tes formal dan non formal yang sifatnya objektif dan subjektif.
2. Pengukuran
Pengukuran adalah suatu teknik dalam proses penjaringan data atau hasil tes berupa simbol-simbol, misalnya skor/nilai yang dicapai oleh seorang. Skor ini dapat digunakan untuk menentukan tingkat karakteristik dan kemampuan siswa. Sebagai contoh, dapat dikemukakan mengenai tes lari yang telah dijelaskan sebelumnya, merupakan proses untuk menjaring dan menetapkan kemampuan daya tahan siswa berdasarkan lamanya waktu tempuh yang diperlukan, untuk menempuh jarak yang telah ditetapkan.
3. Evaluasi
Pemanfaatan hasil-hasil pengukuran yang dilakukan oleh guru pendidikan jasmani adaptif dan guru pendidikan jasmani umum memiliki sifat dan
(28)
18 kepentingan yang berbeda. Misalnya guru pendidikan jasmani adaptif menggunakan hasil pengukuran sebagai alat untuk menilai setiap penampilan/prestasi siswa dalam konteks perencanaan dan penyesuaian program individual. Sedangkan para guru pendidikan jasmani umum menggunakan pengukuran dalam konteks menentukan tingkat efektivitas proses pembelajaran dan pemberian materi kepada siswa.
4. Penilaian
Merupakan proses penafsiran hasil-hasil pengukuran untuk membuat suatu keputusan tentang penempatan atau pengelompokan siswa, perencanaan program, pencapaian prestasi, pemberian motivasi dan lain-lain. Berhubung penilaian ini berkaitan dengan siswa cacat yang membutuhkan penyesuaian-penyesuaian, maka penilaian yang dilakukan kepada mereka bersifat formatif yaitu penilaian yang menggunakan hasil pengukuran sebagai alat untuk membuat keputusan untuk memodifikasi program dan perencanaan program individual.
Dalam suatu sistem pendidikan harus terdapat evaluasi. Evaluasi dilakukan untuk mengkoreksi apakah tujuan dari pembelajaran telah tercapai sesuai yang diharapkan atau belum. Evaluasi juga dilakukan untuk mengetahui tingkat efisiensi dari metode dan teknik yang telah dilakukan sebagai landasan atau dasar dalam menentukan teknik, metode yang akan digunakan dalam pembelajaran selanjutnya.
Tujuan dari penilaian dan evaluasi dalam proses pendidikan jasmani adaptif menurut Beltasar Tarigan (2000: 73) yaitu:
(29)
19 1. Diagnosis
Tes dan pengukuran dapat digunakan untuk mendiagnosa kelemahan siswa baik dalam kelas reguler maupun dalam kelas khusus. Diagnosa merupakan persoalan inti dalam mendesain program penjas bagi setiap individu. Selain itu juga berperan dalam mengenal dan mengetahui kemampuan siswa serta mengarahkannya pada jenis aktivitas fisik yang cocok dan sesuai dengan kecacatannya.
2. Prediksi
Memperkirakan pencapaian prestasi atau kemajuan yang diperoleh siswa dalam periode tertentu dimanfaatkan oleh guru pendidikan jasmani untuk memperkirakan penilaian. Bila tujuan penilaian yang kita lakukan adalah untuk memprediksikan prestasi siswa, maka sebaiknya digunakan standar penilaian berdasarkan acuan kriteria.
3. Mengukur kemajuan siswa
Bagi guru penjas salah satu tujuan paling penting dari tes dan pengukuran adalah untuk menentukan apakah tujuan pembelajaran telah tercapai dengan baik. Dengan demikian guru penjas dapat mengetahui perubahan dalam penampilan atau prestasi siswa setelah tes akhir.
Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam tes penjas adaptif antara lain:
1. Guru pendidikan jasmani harus memahami dengan baik tes yang akan digunakan, termasuk pelaksaannya dan peruntukkannya.
(30)
20 2. Tes harus sakhih, artinya tes dapat mengukur ketrampilan sesuai dengan
tujuan yang dikehendaki.
3. Tes yang digunakan harus handal, artinya terus memberikan hasil yang konsisten, walaupun tes tersebut diulangi pada waktu yang berbeda hasilnya menunjukan ada persamaan.
4. Guru penjas adaptif agar selalu mencari bentuk-bentuk tes yang paling sesuai dengan jenis dan kecacatan siswa.
5. Tes untuk keperluan diagnosa jangan hanya menggunakan satu tes saja, tapi gunakan tes-tes yang lain.
6. Harga peralatan tes dan efisien waktu penggunaan juga harus menjadi pertimbangan dalam memilih dan menggunakan suatu tes.
7. Tes yang digunakan harus obyektif, artinya bila lebih dari dua orang yang menilai, maka hasilnya harus mendekati sama.
8. Untuk mendapatkan kesakhihan suatu tes maka lakukanlah tes sesering mungkin.
9. Harus ada saling mengenal dan percaya antara yang dites dengan orang yang melakukan tes.
2.3.7 Sarana Prasarana Penjas Adaptif Anak Tuna Grahita
Sarana prasarana yang layak akan sangat membantu guru dalam menyelenggarakan program pendidikan olahraga adaptif di sekolah. Kebutuhan sarana prasarana bagi program pendidikan olahraga adaptif dapat bervariasi sesuai
(31)
21 dengan tipe murid yang dilayani. Sesuai dengan jenjang pendidikan yang ada maka sarana prasarana dibedakan untuk SD, SLTP, dan SLTA.
Adapun sarana prasarana pendidikan jasmani adaptif adalah sebagai berikut: papan peluncur, tapal kuda, tenis meja, tenis, bulutangkis, matras, tongkat, simpai, bola, tali lompat, balok keseimbangan, palang-palang, palang sejajar, alat latih bunyi ritmis, buku medicnic, gada-gada, barbell, sepatu pemberat, kaca cermin tiga arah, kalifer lingkaran badan, dan metrenom (Herry Koesyanto, 2000: 67)
(32)
22 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi (Suharsimi Arikunto, 1997: 115). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang.
3.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi Arikunto, 1997: 117). Dalam penelitian ini teknik pengambilan sample menggunakan teknik total sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh guru kelas yang ada di SDLB C dan C I Widya Bhakti Semarang tahun 2005 dengan jumlah guru sebanyak 13.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 1997: 99). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel penelitian adalah faktor yang berperan dalam satu peristiwa yang akan mempengaruhi hasil penelitian. Sedangkan variabel dalam penelitian ini adalah pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan
(33)
23 jasmani dan kesehatan di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang pada tahun 2005.
3.4 Metode Penelitian
Metode penelitian yang dipakai pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Metode survei adalah penelitian yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara aktual dari suatu kelompok atau dari suatu daerah.
Menurut Surakhmat dalam Suharsimi Arikunto(1997: 92), survei adalah cara pengumpulan data dari sejumlah unit untuk individu dalam waktu yang bersamaan.
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian (Suharsimi Arikunto,1997:137). Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut.
3.5.1 Angket
Angket adalah sejumnlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Suharsimi Arikunto,1997:140).
(34)
24 Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket langsung tertutup dengan menggunakan pilihan ganda. Adapun mengapa menggunakan metode angket langsung adalah sebagai berikut:
1. Bahwa subyek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri 2. Bahwa yang dikatakannya adalah benar dan dapat dipercaya
3. Bahwa interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan adalah sama dengan apa yang dimaksud oleh peneliti.
Angket yang digunakan berisi tentang bagaimana proses pendidikan jasmani yang dilakukan di SDLB C dan C I Widya Bhakti Semarang tahun 2005.
3.5.2 Wawancara
Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh info dari terwawancara. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara terpimpin yaitu wawancara yang dilakukan oleh pewawancaradengan membawa sederetan pertanyaan lengkap dengan jawabannya jadi pewawancara tinggal memberikan tanda pada pilihan jawaban yang disiapkan (Suharsimi Arikunto, 1997: 145). Peneliti melakukan wawancara mengenai biodata responden yaitu mengenai lama guru mengajar, ijasah terakhir guru, jumlah siswa yang dididiknya serta sarana prasarana yang tersedia di SDLB C dan C I Widya Bhakti Semarang tahun 2005.
(35)
25 3.5.3 Dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu metode pengumpulan data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya. Dalam menggunakan metode dokumentasi peneliti memegang chek-list untuk mencatat variabel yang sudah ditentukan jadi bila muncul/terdapat variabel yang dicari, maka peneliti tinggal membubuhkan tanda chek di tempat yang sesuai. Untuk mencatat hal-hal yang bersifat bebas atau belum ditentukan dalam daftar variabel peneliti dapat menggunakan kalimat bebas (Suharsimi Arikunto, 1997: 236).
Dalam penelitian ini peneliti mengambil dokumentasi yang berupa foto-foto pelaksanaan penjas, sarana prasarana yang ada, satpel serta GBPP yang ada di SDLB C dan C I Widya Bhakti Semarang tahun 2005.
3.5.5.1 Materi Proses Pendidikan Jasmani
Penyusunan materi yang digunakan dalam penelitian mengacu pada ruang lingkup bagaimana pelaksanaan proses pendidikan jasmani anak tuna grahita di SDLB C dan C I Widya Bhakti Semarang.
Materi yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini terdiri dari beberapa faktor sebagai berikut.
1. Faktor tujuan pendidikan jasmani 2. Faktor materi pendidikan jasmani 3. Faktor siswa
(36)
26 5. Faktor sarana prasarana
6. Faktor evaluasi (Nadisah, 1992: 46).
3.6 Proses Penelitian a. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument (Suharsimi Arikunto, 1997: 158). Rumus yang digunakan adalah rumus koefisien korelasi product moment, yaitu:
(
)( )
(
)
{
N X2 X 2}
{
N Y2( )
Y 2}
Y X XY
N rxy
∑ − ∑ ∑
− ∑
∑ ∑ − ∑ =
Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi antara X dan Y N = Jumlah subjek uji coba
X = Jumlah skor variabel X Y = Jumlah skor variabel Y X2 = Jumlah skor kuadrat X Y2 = Jumlah skor kuadrat Y
XY = Jumlah perkalian variabel X dan Y (Suharsimi Arikunto, 1997: 160).
Berdasarkan analisis validitas hasil uji coba insrtumen angket diketahui dari 32 soal dinyatakan valid seluruhnya. Kriteria valid yang digunakan adalah apabila
(37)
27 rxy > rtabel pada taraf signifikasi 5% dengan N = 13 adalah 0,553 (Suharsimi Arikunto, 1997: 366).
b. Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu ketepatan suatu tes apabila diteskan kepada subyek yang sama, untuk mengetahui ini dilihat kesejajaran hasil (Suharsimi Arikunto, 1997: 168).
Untuk menguji reliabilitas instrumen peneliti menggunakan rumus Alpha sebagai berikut:
⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜
⎝ ⎛ ∑ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛
−
= 22
11 1
1 at ab k
k r
Keterangan: 11
r = Reliabilitas instrument
K = Banyaknya butir pertanyaan/soal 2
b = Jumlah varian butir
t2 = Varian total
(Suharsimi Arikunto, 1997: 193).
Berdasarkan perhitungan reliabilitas dengan rumus alpha diperoleh = 0,954, kemudian data tersebut dikonsultasikan dengan harga table r product moment dengan N = 13 dan taraf signifikansi 5% didapat r
11 r
tabel = 0,553, yang berarti rhitung > rtabel (0,954 > 0,553). Dengan demikian berarti kuisioner mempunyai tingkat kepercayaan yang tinggi untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data.
(38)
28 3.7 Analisis Data
Dalam penelitian ini analisis yang digunakan adalah analisis data statistik. Pada tahapan ini dilakukan kegiatan-kegiatan pendahuluan dari analisis kuantitatif yang meliputi:
1. Editing
Editing adalah suatu proses yang dilakukan setelah semua kuisioner dikembalikan dan terkumpul semua, kemudian dilihat apakah jawaban dalam kuisioner tersebut telah terisi semua atau belum.
2. Skoring
Skoring merupakan kegiatan berupa pemberian nilai atau skor pada jawaban dalam daftar pertanyaan untuk memperoleh data kualitatif yang kemudian dianalisis dengan tujuan untuk mengetahui keadaan atau kategori dari tiap-tiap aspek atau variabel.
Pemberian skor atau nilai dari tiap-tiap jawaban dari responden dengan berpedoman sebagai berikut:
a. untuk jawaban “ya” mendapat skor 3
b. untuk jawaban “tidak tentu” mendapat skor 2 c. untuk jawaban “tidak” mendapat skor 1
Teknik yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif prosentase dengan perhitungan menggunaan rumus:
% 100
x N
n
DP=
Keterangan :
n = Skor jawaban responden
(39)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1Hasil Penelitian
Hasil penelitian survei proses pelaksanaan pendidikan jasmani di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang tahun 2005 yang dilakukan pada seluruh guru SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang dengan jumlah 13 guru. Pengumpulan data dengan menggunakan metode angket, wawancara, dan dokumentasi. Berdasarkan angket penelitian didapat hasil sebagai berikut:
Tabel I
Distribusi Pelaksanaan Proses Pendidikan Jasmani di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang Tahun 2005
Kategori Interval Prosentase Jumlah (sampel) Prosentase (%)
Sangat baik 83.33% – 100% 12 92.3
Baik 66.67% – 83.33% 1 7.7
Cukup 50% – 66.67% - -
Kurang 33.33% – 50% - -
jumlah 13 100 (Sumber: Hasil Penelitian, 2005)
Data hasil penelitian tentang proses pendidikan jasmani anak tuna grahita diatas dapat diubah menjadi data grafik yang ditunjukkan pada gambar grafik berikut.
(40)
30 Gambar 1.
Distribusi Pelaksanaan Proses Pendidikan Jasmani di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang Tahun 2005
0
20 40 60 80 100
Prosentase
Sangat Baik
Baik Cukup Kurang Kategori
(Sumber: Hasil Penelitian, 2005)
Berdasarkan data distribusi frekwensi di atas menunjukkan bahwa proses pendidikan jasmani anak tuna grahita di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang tahun 2005 sebagian besar menunjukan kriteria sangat baik, terbukti dengan jumlah 13 guru, sebanyak 12 guru memenuhi kriteria sangat baik, yang berarti sebanyak 92.3 % dari seluruh guru yang ada menunjukkan kriteria sangat baik, sedangkan 1 guru yang lain memenuhi kriteria baik, yang berarti sebanyak 7.7 % dari keseluruhan guru yang ada di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang menunjukkan kriteria baik. Guru SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang yang menunjukkan kriteria cukup dan kriteria kurang tidak ada (0 %). Hal ini disebabkan karena seluruh guru yang mengajar di SDLB C dan CI Widya Bhakti
(41)
31 Semarang telah memiliki keahlian dalam menangani anak tuna grahita, terbukti seluruh guru berasal dari lulusan Pendidikan Luar Biasa (PLB). Selain alasan tersebut, keahlian guru dalam menangani anak tuna grahita juga dapat terlihat dari lamanya guru mengajar, hal tersebut terbukti pada biodata guru yang menyatakan lamanya para guru mengajar. Berikut tabel biodata mengenai guru di SDLB C dan C1 Widya Bhakti Semarang tahun 2005
Tabel 2
Biodata dan Lama Para Guru Mengajar SDLB C Widya Bhakti Semarang 2005
No Nama Ijasah Terakhir Lama Mengajar
1. A.Tuharman SGPLB 21 tahun
2. Sularni AGPLB 19 tahun
3. Dra. Sumarsih IKIP/PLB 18 tahun
4. Drs. Sudarna UNS/PLB 15 tahun
5. Hastuti Ekowatini SGPLB 16 tahun
6. Noor Baetik S.Pd S1 PLB 9 tahun
7. Siput Hidayati S1 PLB 4 tahun
(Sumber : Hasil Penelitian, 2005)
Tabel 3
Biodata dan Lama Para Guru Mengajar SDLB C1 Widya Bhakti Semarang 2005
No Nama Ijasah Terakhir Lama Mengajar
1. Utami SGPLB 1 tahun
2. Sri Wulaning Sayekti SGPLB 11 tahun 3. B. Ririn Widiyanti SGPLB 14 tahun 4. Y. Ida Dwi Astuti SGPLB 14 tahun
5. Siti Mukayanah SGPLB 10 tahun
6. Indah Pramugari SGPLB 5 tahun
(42)
32 Dari 13 responden yang menunjukkan kriteria sangat baik dengan jumlah 12 guru dan dengan kriteria baik dengan jumlah 1 guru. Hal ini dapat dilihat pada gambar grafik berikut.
Gambar 2
Distribusi Tingkat Proses Pendidikan Jasmani di SDLB C dan CI Widya Bhakti SemarangTahun 2005
70 75 80 85 90 95 100
Pr
o
se
n
ta
se
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Responden
(Sumber: Hasil Penelitian, 2005)
Diagram tersebut di atas menunjukkan bahwa pelaksanaan proses pendidikan jasmani di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang tahun 2005 menunjukkan kriteria Sangat baik dengan perincian sebagai berikut: R-1 (85.41 %); R-2 (88.54 %); R-3 (89.58 %); R-4 (94.79 %); R-5 (87.5 %); R-6 (85.41 %); R-7 (88.54 %); R -8 (95.83 %); R-9 (93.75 %); R-10 (95.83 %); R-11 (89.58 %); R-12 (81.25 %); R-13 (87.5 %).
Keberhasilan suatu pendidikan dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah bagaimana proses pendidikan di lingkungan sekolah tersebut dilaksanakan. Sedangkan dalam suatu proses pendidikan terdiri dari beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi dan digunakan untuk mengungkap tingkat proses
(43)
33 pendidikan jasmani anak tuna grahita di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang tahun 2005 terdiri dari 6 faktor, yaitu 1) Tujuan pembelajaran, 2) Materi pembelajaran, 3) Guru, 4) Siswa, 5) Sarana prasarana, dan 6) Evaluasi (Nadisah, 1992:46).
Besarnya prosentase faktor-faktor yang mempengaruhi proses pendidikan jasmani anak tuna grahita di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang tahun 2005 dapat ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 4
Faktor yang Mempengaruhi Proses Pendidikan Jasmani di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang Tahun 2005
No Faktor Prosentase Kriteria 1. Tujuan pendidikan jasmani 97% Sangat Baik
2. Materi Pendidikan jasmani 86,5 Sangat Baik
3. Siswa 90,2 Sangat Baik
4. Guru 97,4 Sangat Baik
5. Sarana dan prasarana 77,5 Baik
6. Evaluasi 84,6 Sangat Baik
(44)
34 Gambar 3
Distribusi Komponen-Komponen Yang Mempengaruhi Tingkat Proses Pendidikan Jasmani di SDLB C dan CI
Widya Bhakti SemarangTahun 2005
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Pro
s
en
ta
se
1 2 3 4 5 6
Faktor Proses Pendidikan Jasmani
(Sumber: Hasil Penelitian, 2005)
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi proses pendidikan jasmani anak tuna grahita di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang tahun 2005 yang terdiri dari:
1. Faktor kesesuaian tujuan pendidikan jasmani mencapai 97 % 2. Faktor materi pendidikan jasmnai mencapai 86,5 %
3. Faktor guru mencapai 97,4 % 4. Faktor Siswa mencapai 90,2 %
5. Faktor sarana prasarana mencapai 77,5 % 6. Faktor evaluasi 84,6 %.
(45)
35 4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan proses pendidikan jasmani anak tuna grahita di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang tahun 2005 sebagian besar menunjukkan kriteria sangat baik karena mencapai 92.3 %, dan kriteria baik mencapai 7.7 %, sedangkan yang termasuk dalam kriteria cukup dan kurang tidak ada.
Hasil penelitian tersebut ditunjukkan pada faktor-faktor yang mempengaruhi proses pendidikan jasmani anak tuna grahita di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang tahun 2005 yang meliputi tujuan pendidikan jasmani, materi pendidikan jasmani, faktor guru, faktor siswa, sarana prasarana dan faktor evaluasi
Berikut ini penjelasan mengenai komponen yang dapat mempengaruhi tingkat proses pendidikan jasmani anak tuna grahita di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang tahun 2005.
4.2.1 Tujuan Pendidikan Jasmani
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan tujuan pembelajaran sudah hampir maksimal karena telah mencapai 97 % dengan kategori sangat baik. Tujuan dalam pendidikan jasmani di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang tahun 2005 telah disesuaikan dengan kondisi anak didik dengan tetap mengacu pada kurikulum yang ada. Tujuan dari pendidikan jasmani anak tuna grahita di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang tahun 2005 antara lain yaitu untuk meningkatkan kesehatan, kebugaran, meningkatkan rasa percaya diri
(46)
36 anak serta untuk memacu pertumbuhan jasmani yang ideal dan menghindari kecacatan yang lebih parah dengan menggunakan pendidikan jasmani.
4.2.2 Materi Pendidikan Jasmani
Penyampaian materi pandidikan jasmani anak tuna grahita di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang tahun 2005 juga telah baik karena telah mencapai prosentase sebesar 86,5 % dengan kriteria sangat baik. Para guru dalam memilih materi pendidikan jasmani tidak hanya melihat pada kurikulum, tapi juga melihat kondisi siswa dan sarana yang ada. Tidak semua materi yang ada dalam kurikulum dapat disampaikan kepada siswa terutama bagi siswa kelas CI, hal ini disebabkan karena siswa kelas CI memiliki tingkat IQ yang sangat rendah. Materi yang diajarkan di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang tahun 2005 dibagi menjadi 2 yaitu materi untuk melatih kemampuan motorik halus dan melatih kemampuan motorik kasar.
4.2.3 Faktor Siswa
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan tingkat antusias siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani sangat baik karena mencapai 90,2 %. Dalam proses pendidikan jasmani para siswa sangat antusias dan bersemangat bila diajar materi yang bersifat permainan terutama dalam kelas C. Lain halnya dengan kelas C1 mereka agak sulit diatur dan bertindak semaunya sendiri apabila diajar materi pendidikan jasmani, hal ini disebabkan oleh latar belakang mental mereka yang sangat rendah (20-60).
(47)
37 4.2.4 Faktor Guru
Dalam suatu proses pendidikan jasmani faktor kompetensi Guru sangat berpengaruh terhadap keberhasilan suatu pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian tingkat kompetensi guru-guru yang ada di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang tahun 2005 sudah sangat baik karena telah mencapai 97,4 %. Tingkat kompetensi guru dapat dilihat dari lamanya guru mengajar, selain itu semua guru yang mengajar di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang tahun 2005 merupakan lulusan dari Pendidikan Luar Biasa (PLB), jadi mereka lebih memahami dan mengerti bagaimana cara mendidik anak tuna grahita.
4.2.5 Sarana Prasarana
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa pemanfaatan sarana prasarana yang ada di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang tahun 2005 sudah tergolong dalam kriteria baik, karena sarana prasarana dalam menunjang keberhasilan proses pendidikan jasmani baik untuk kemampuan motorik besar maupun kecil sudah terpenuhi. Berikut tabel sarana prasarana yang ada di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang tahun 2005.
(48)
38 Tabel 5
Daftar Sarana Prasarana Olahraga SDLB C Widya Bhakti Semarang 2005
Keadaan
No Nama Barang Jumlah
Baik Rusak 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Bola Sepak Bola Basket
Raket Bulu Tangkis Net Bed Meja Pimpong Bola Voli Lapangan basket Balok Titian Lapangan Badminton Tangga keseimbangan Tape rekorder Ban Motor 3 2 6 1 4 1 4 1 1 3 1 1 10 2 2 4 1 3 1 2 1 1 3 1 1 9 1 - 2 - 1 - 2 - - - - - 1 (Sumber : Hasil Penelitian 2005)
Tabel 6
Daftar Sarana Prasarana Olahraga SDLB C1 Widya Bhakti Semarang 2005
Keadaan No Sarana prasarana Jumlah
Baik Rusak 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. Bola Sepak Bola Voli Bola Kasti Bola Basket Bola Tenis
Raket Bulu Tangkis Tongkat Kasti Balok Tumpu Papan Peluncur Tangga Keseimbangan Ayunan Ban Motor Tape Rekorder Bed Tenis Meja
4 4 2 1 14 4 2 1 1 1 1 14 1 1 3 2 2 - 14 - 2 1 1 1 1 14 1 - 1 2 - 1 - 4 - - - - - - - 1 (Sumber : Hasil Penelitian 2005)
(49)
39
4.2.6 Evaluasi
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa tingkat evaluasi yang dilakukan oleh guru-guru di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang tahun 2005 sudah sangat baik karena telah mencapai tingkat 87.5%. Angket untuk mengetahui tingkat pelaksanaan evaluasi terdiri dari 4 item yaitu tentang pelaksanaan post-tes, pelaksanaan tes keterampilan, pemberian tugas di luar jam pelajaran dan pemberian motivasi bagi siswa yang mengalami kesulitan pelajaran.
(50)
40 BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasar hasil penelitian pada bab IV penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Proses pendidikan jasmani anak tuna grahita di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang tahun 2005 sebagian besar menunjukkan kriteria sangat baik.
2. Pelaksanaan tujuan pendidikan jasmani anak tuna grahita di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang tahun 2005 telah sesuai dengan kurikulum dan keadaan siswa.
3. Materi pendidikan jasmani yang dilaksanakan di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang tahun 2005 telah sesuai dengan kurikulum yang ada.
4. Siswa kelas C dalam menerima materi pendidikan jasmani sangat antusias dan bersemangat.
5. Dalam pelajaran pendidikan jasmani anak tuna grahita perlu perhatian dan kesabaran ekstra terutama anak tuna grahita kelas CI
6. Kompetensi yang dimiliki guru-guru pendidikan jasmani anak tuna grahita di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang tahun 2005 sudah sangat baik, karena semua gurunya merupakan lulusan dari Pendidikan Luar Biasa (PLB). 7. Sarana prasarana yang tersedia untuk menunjang keberhasilan proses
pendidikan jasmani anak tuna grahita di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang tahun 2005 sudah baik.
(51)
41 8. Evaluasi yang dilakukan oleh guru-guru di SDLB C dan CI Widya Bhakti
Semarang tahun 2005 sudah sangat baik.
5.2. Saran
Berdasarkan simpulan di atas, maka penulis menyarankan sebagai berikut:
1. Untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan jasmani anak tuna grahita di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang, maka guru-guru harus lebih kreatif dan sabar dalam menghadapi anak tuna grahita terutama kelas CI.
2. Sarana prasarana penunjang keberhasilan proses pendidikan jasmani anak tuna grahita di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang harus lebih diperhatikan.
(52)
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Kadir Ateng. 1992. Asas dan Landasan Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdikbud
Aip Sarifudin. 1979. Olahraga untuk SGPLB. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
_________1980. Olahraga Pendidikan untuk Anak Lemah Ingatan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Beltasar Tarigan. 2000. Penjas Adaptif. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Herry Koesyanto. 2000. Penjas Adapted. Semarang: Fakultas Ilmu Keolahragaan.
Muhammad Ali. 1993. Strategi dan Penelitian Pendidikan. Bandung: Sarana Panca Karya.
Nadisah, 1992. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Bandung:Depdikbud.
Rochman Natawijaja. 1979. Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sugiyanto dan Sudjarwo. 1993. Belajar Motorik. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Suharsimi Arikunto. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta.
_________1985. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
T.I. Sajono. 1988. Mengenal Para Tuna Grahita pada Seminar tentang “Tuna Grahita dan Lapangan Kerjanya”. Pekalongan: Departemen tenaga Kerja.
(53)
42
Lampiran 1
Daftar Guru SDLB C Widya Bhakti Semarang
No Nama Guru
1. A.Tuharman 2. Sularni
3. Dra. Sumarsih
4. Drs. Sudarna
5. Hastuti Ekowatini 6. Noor Baetik S.Pd
7. Siput Hidayati
Daftar Guru SDLB C I Widya Bhakti Semarang
No Nama Guru
8. Utami 9. Sri Wulaning Sayekti 10. Ririn Widiyanti 11. Y. Ida Dwi Astuti 12. Siti Mukayanah 13. Indah Pramugari
(54)
43 Lampiran 2
KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN
Variabel Sub Variabel Indikator Nomor Soal
1 2 3 4
1. Tujuan pendidikan jasmani
a. Pelaksanaan
Tujuan Instruksional Khusus
b. Kesesuaian TIK dengan kurikulum
c. Tingkat kesulitan pencapaiann Tujuan d. Ketepatan tujuan dengan
waktu yang tersedia
1-6
2. Materi a. Kesesuaian materi dengan kurikulum
b. Relevansi materi dengan kebutuhan siswa
c. Kesulitan bahan d. Kesesuaian dengan
waktu
e. Cara mempelajarinya
7-14
3. Siswa a. Kemampuan dan tanggung jawab b. Motivasi
c. Sikap
15-19 1. Proses
Pendidikan Jasmani Adaptif
4. Guru a. Penguasaan materi b. Motivasi
c. Sikap
(55)
44 5. Sarana dan
Sumber
a. Sarana yang digunakan b. Sumber bahan
25-28
6. Evaluasi a. Isi tes b. Hasil tes c. Tindak lanjut
(56)
45 Lampiran 3
ANGKET PENELITIAN
Sudilah kiranya Bapak/Ibu untuk mengisi jawaban pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada angket dengan maksud sebagai bahan penelitian guna penyusunan skripsi yang berjudul:
SURVEI PROSES PENDIDIKAN JASMANI ANAK TUNA GRAHITA DI SDLB C DAN CI WIDYA BHAKTI SEMARANG
Angket ini berisi pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut tentang tujuan, materi, metode, sarana, dan evaluasi proses pendidikan jasmani anak tuna grahita di SDLB C dan C I Widya Bhakti Semarang.
Atas kesediaan Bapak/Ibu mengisi angket ini, saya ucapkan banyak terima kasih.
Peneliti
Teguh Arifianto NIM. 6101401082
(57)
46 ANGKET PENELITIAN
Nama :
NIP :
Guru kelas :
Tanggal pengisian :
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda (V) pada kotak yang tersedia, sesuai de ngan kenyataan yang ada!
I. Tujuan Pendidikan Jasmani Adaptif
No Angket Tujuan Pendidikan Jasmani Ya Tidak Tentu
Tidak 1.
2. 3. 4. 5.
6
Apakah tujuan penjas telah sesuai dengan kurikulum ? Tujuan pembelajaran dijelaskan kepada siswa sebelum dimulai pelajaran ?
Peningkatan kesehatan dan kebugaran jasmani menjadi tujuan penjas.
Penjas juga bertujuan meningkatkan rasa percaya diri anak dalam pergaulan.
Memacu pertumbuhan jasmani yang ideal dan menghindari kecacatan yang lebih parah juga tujuan dari pendidikan jasmani.
Tujuan penjas dipengaruhi/disesuaikan dengan keadaan siswa ?
(58)
47 II. Materi Pendidikan Jasmani Adaptif
No Angket Materi Pendidikan Jasmani Ya Tidak Tentu
Tidak
7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
14.
Apakah materi yang diberikan sudah sesuai dengan kurikulum ?
Apakah materi yang disampaikan telah sesuai dengan keadaan siswa ?
Apakah waktu yang digunakan dalam pembelajaran sudah sesuai dengan kurikulum ?
Olahraga permainan merupakan jenis materi pokoh yang diajarkan.
Pendidikan kesehatan juga diajarkan sebagai materi pokok ?
Bulutangkis, tenis meja, karambol diajarkan sebagai materi pilihan penjas?
Materi penjas anak tuna grahita sama dengan materi anak normal ?
Apakah kegiatan ekstra kurikuler dilaksanakan ?
III.Sikap dan Motivasi Siswa Dalam Pendidikan Jasmani
No Angket Sikap dan Motivasi Siswa Ya Tidak Tentu
Tidak
15. 16. 17. 18. 19.
Apakah siswa mampu melakukan tugas yang diberikan guru ?
Apakah siswa bersemangat dalam mengikuti kegiatan penjas ?
Apakah guru memberi tugas latihan pada siswa setelah selesai belajar ?
Apakah siswa senang dengan materi pendidikan jasmani ?
Apakah siswa mampu menangkap semua materi yang diajarkan guru ?
(59)
48 IV.Kompetensi Guru
No Angket Kompetensi Guru Ya Tidak
Tentu
Tidak
20. 21. 22. 23. 24.
Apakah sebelum dididik anak diberi penjelasan terlebih dahulu ?
Apakah metode yang digunakan dalam pembelajaran lebih dari satu ?
Apakah guru mendemonstrasikan semua meteri yang diajarkan ?
Guru memodifikasi alat agar sesuai dengan materi dan keadaan siswa ?
Apakah waktu yang tersedia sudah cukup bagi proses pendidikan jasmani ?
V. Sarana dan Prasarana Pendidikan Jasmani
No Sarana dan Sumber Pembelajaran Ya Tidak
Tentu
Tidak
25. 26. 27. 28.
Apakah sarana pendidikan jasmani yang ada sudah memadai ?
Apakah pihak sekolah bekerja sama dengan pihak rumah sakit ?
Apakah guru memodif/membuat alat agar sesuai dengan kebutuhan pembelajaran penjas ?
Orang tua membantu proses pembelajaran secara moral dan material.
(60)
49 VI.Evaluasi Pendidikan Jasmani
No Evaluasi Pendidikan Jasmani Ya Tidak Tentu
Tidak
29. 30. 31. 32.
Apakah diadakan post-test pada akhir pelajaran penjas? Selain tes ketrampilan apakah dilakukan tes lain ? Apakah siswa diberi tugas diluar jam pelajaran ?
Apakah guru memberi motifasi/dorongan bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar ?
(61)
PERHITUNGAN VALIDITAS DAN RELIABILITAS UJI COBA ANGKET PROSES PENDIDIKAN JASMANI ANAK TUNA GRAHITA DI SDLB C DAN CI WIDYA BHAKT
I SEMARANG
Kode
No Butir Soal
∑ Y ∑ Y2 R es 1 23456789 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 R-01 2 3332333233233333323233323333323 8 8 7744 R-02 3 3333322323322233322223232323223 8 1 6561 R-03 3 3333333333333333333333332333332 9 4 8836 R-04 3 3333333333333332333233332333333 9 3 8649 R-05 2 1222122222122132323122122213322 6 2 3844 R-06 2 2233233122222223221232232322221 6 9 4489 R-07 3 3333333333233333333333322323323 9 1 8281 R-08 3 3333333333332333323333333333333 9 4 8836 R-09 3 3333333333333333333333333333323 9 5 9025 R-10 3 3333333333233333333333333333333 9 5 9025 R-11 3 3333333323323233323333332323323 8 9 7921 R-12 3 2323223232332332212323222222321 7 4 5476 R-13 2 3231322323212322221212311232122 6 5 4225 ∑ X 35 35 36 37 35 35 35 36 34 34 36 32 33 33 34 37 35 36 30 33 32 34 36 34 33 29 36 32 36 35 30 32 ∑ X 2 97 99 102 107 99 99 97 102 94 92 102 84 89 87 94 107 97 102 74 91 84 94 102 94 89 69 102 84 102 99 72 86 ∑ XY 2,986.00 3,003.00 3,074.00 3,134.00 2,990.00 3,003.00 2,988.00 3,062.00 2,908.00 2,904.00 3,065.00 2,738.00 2,839.00 2,825.00 2,907.00 3,136.00 2,976.00 3,062.00 2,574.00 2,847.00 2,750.00 2,923.00 3,074.00 2,922.00 2,825.00 2,487.00 3,069.00 2,742.00 3,062.00 2,990.00 2,556.00 2,763.00 r xy 0.73 0.74 0.86 0.58 0.60 0.74 0.76 0.68 0.60 0.72 0.72 0.57 0.74 0.76 0.59 0.61 0.59 0.68 0.63 0.70 0.69 0.76 0.86 0.75 0.60 0.63 0.79 0.61 0.68 0.60 0.58 0.70 r tabel 0,553 0,553 0,553 0,553 0,553 0,553 0,553 0,553 0,553 0,553 0,553 0,553 0,553 0,553 0,553 0,553 0,553 0,553 0,553 0,553 0,553 0,553 0,553 0,553 0,553 0,553 0,553 0,553 0,553 0,553 0,553 0,553 Kriteria valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid σ b 2 0.231 0.397 0.192 0.141 0.397 0.397 0.231 0.192 0.423 0.256 0.192 0.436 0.436 0.269 0.423 0.141 0.231 0.192 0.397 0.603 0.436 0.423 0.192 0.423 0.436 0.359 0.192 0.436 0.192 0.397 0.231 0.603 149.308 3908762.410 ∑ σ b 2 10.500 σ t 2 149.31 r 11 0.954 Ket. reliabel
(62)
(63)
53 Lampiran 6
Hasil Validitas Angket
Rumus:
(
)( )
(
)
{
N X2 X 2}
{
N Y2( )
Y 2}
Y X XY
N rxy
∑ − ∑ ∑
− ∑
∑ ∑ − ∑ =
Hasil angket valid jika rxy > rtabel, dengan n =13, maka rtabel = 0.553, dapat diketahui hasil rxy dari tiap butir soal adalah sebagai berikut
No Hasil (rxy) Validitas No Hasil (rxy) Validitas
1. 0.73 valid 17. 0.59 valid
2. 0.74 valid 18. 0.68 valid
3. 0.86 valid 19. 0.63 valid
4. 0.58 valid 20. 0.70 valid
5. 0.60 valid 21. 0.69 valid
6. 0.74 valid 22. 0.76 valid
7. 0.76 valid 23. 0.86 valid
8. 0.68 valid 24. 0.75 valid
9. 0.60 valid 25. 0.60 valid
10. 0.72 valid 26. 0.63 valid
11. 0.72 valid 27. 0.79 valid
12. 0.57 valid 28. 0.61 valid
13. 0.74 valid 29. 0.68 valid
14. 0.76 valid 30. 0.60 valid
15. 0.59 valid 31. 0.58 valid
(64)
55 Lampiran 8
Perhitungan Prosentase Tingkat Proses Pendidikan Jasmani Anak Tuna Grahita di SDLB C dan C I WIdya Bhakti
Semarang 2005
Untuk memperoleh Persentase di seluruh skor dapat dicari dengan rumus: Prosentase (%) = x100 %
N n
Keterangan:
n =Jumlah nilai faktor factual
N = Jumlah seluruh nilai jawaban ideal % = Tingkat prosentase yang dicapai (Muhammad Ali 1997: 186)
1. Untuk mengetahui tingkat proses Pendidikan Jasmani Anak Tuna Grahita di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang adalah sebagai berikut:
Skor minimal ideal yang dicapai = jumlah soal x nilai minimal item = 32 x 1
= 32
Skor maksimal ideal yang dicapai = jumlah soal xnilai maksimal item
= 32 x3
= 96
Prosentase minimal ideal = x100%
dicapai yang
ideal maksimal Skor
dicapai yang
ideal miinimal Skor
(65)
56
= 100% 33% 96
32 =
x
Prosentase maksimal ideal = x100%
dicapai yang
ideal maksimal Skor
dicapai yang
ideal maksimal Skor
= 100% 100% 96
96
=
x
Rentang kelas = Prosentase maksimal - minimal = 100 % - 33 % = 67 %
Banyaknya kelas/interval = 4 Panjang kelas interval =
kelas Banyaknya
g ntan Re
= 16,75 4
67
=
2. derajat prosentase masing-masing aspek a. Tujuan Pendidikan Jasmani
Dik: n = Jumlah skor yang diperoleh = 228
N = jumlah item x jumlah responden x nilai item maksimal = 6 x 13 x 3 = 234
100% 97% 234
228
%= x =
b. Materi Pendidikan Jasmani
Dik: n = Jumlah skor yang diperoleh = 270
(66)
57 = 8 x 13 x 3 = 312
100% 86,5% 312
270
%= x =
c. Faktor Siswa
Dik: n = Jumlah skor yang diperoleh = 176
N = jumlah item x jumlah responden x nilai item maksimal = 5 x 13 x 3 = 195
100% 90,2% 195
176
%= x =
d. Faktor Guru
Dik: n = Jumlah skor yang diperoleh = 190
N = jumlah item x jumlah responden x nilai item maksimal = 5 x 13 x 3 = 195
100% 97,4% 195
190
%= x =
e. Sarana Prasarana
Dik: n = Jumlah skor yang diperoleh = 121
N = jumlah item x jumlah responden x nilai item maksimal = 4 x 13 x 3 = 156
100% 77,5% 156
121
%= x =
f. Evaluasi
Dik: n = Jumlah skor yang diperoleh = 132
N = jumlah item x jumlah responden x nilai item maksimal = 4 x 13 x 3 = 156
100% 84,6% 156
132
(67)
PENENTUN KRITERIA PADA ANALISIS DESKRIPTIF PROSENTASE
Pelaksanaan Proses Pendidikan Jasmani
Skor maksimal : 32 X 3 = 96
Skor minimal : 32 X 1 = 32
Range : 96 – 32 = 64
Panjang kelas interval :
kelas Banyak
Range
16
4 64
=
Interval skor Interval % skor Kriteria
32≤ Skor ≤ 48
48≤ Skor ≤ 64
64≤ Skor ≤ 80
80≤ Skor ≤ 96
33.33 % ≤ Skor ≤ 50.00 %
50.00 % ≤ Skor ≤ 66.67 %
66.67 % ≤ Skor ≤ 83.33 %
83.33 % ≤ Skor ≤ 100 %
Kurang Cukup
Baik Sangat Baik
Aspek Tujuan
Skor maksimal : 6 X 3 = 18
Skor minimal : 6 X 1 = 6
Range : 18 – 6 = 12
Panjang kelas interval :
kelas Banyak
Range
3 4 12=
(68)
Interval skor Interval % skor Kriteria
6≤ Skor ≤ 9
9≤ Skor ≤ 12
12≤ Skor ≤ 15
15≤ Skor ≤ 18
33.33 % ≤ Skor ≤ 50.00 %
50.00 % ≤ Skor ≤ 66.67 %
66.67 % ≤ Skor ≤ 83.33 %
83.33 % ≤ Skor ≤ 100 %
Kurang Cukup
Baik Sangat Baik
Aspek Materi Pendidikan Jasmani
Skor maksimal : 8 X 3 = 24
Skor minimal : 8 X 1 = 8
Range : 24 – 8 = 16
Panjang kelas interval :
kelas Banyak
Range
4 4 16
=
Interval skor Interval % skor Kriteria
8≤ Skor ≤ 12
12≤ Skor ≤ 16
16≤ Skor ≤ 20
20≤ Skor ≤ 24
33.33 % ≤ Skor ≤ 50.00 %
50.00 % ≤ Skor ≤ 66.67 %
66.67 % ≤ Skor ≤ 83.33 %
83.33 % ≤ Skor ≤ 100 %
Kurang Cukup
Baik Sangat Baik
Aspek Siswa
Skor maksimal : 5 X 3 = 15
Skor minimal : 5 X 1 = 5
Range : 15 – 5 = 10
Panjang kelas interval :
kelas Banyak
Range
5 . 2 4 10
(69)
Interval skor Interval % skor Kriteria
5≤ Skor ≤ 7.5
7.5≤ Skor ≤ 10
10≤ Skor ≤ 12.5
12.5≤ Skor ≤ 15
33.33 % ≤ Skor ≤ 50.00 %
50.00 % ≤ Skor ≤ 66.67 %
66.67 % ≤ Skor ≤ 83.33 %
83.33 % ≤ Skor ≤ 100 %
Kurang Cukup Baik Sangat Baik
Aspek Kompetensi Guru
Skor maksimal : 5 X 3 = 15
Skor minimal : 5 X 1 = 5
Range : 15 – 5 = 10
Panjang kelas interval :
kelas Banyak
Range
5 . 2 4 10=
Interval skor Interval % skor Kriteria
5≤ Skor ≤ 7.5
7.5≤ Skor ≤ 10
10≤ Skor ≤ 12.5
12.5≤ Skor ≤ 15
33.33 % ≤ Skor ≤ 50.00 %
50.00 % ≤ Skor ≤ 66.67 %
66.67 % ≤ Skor ≤ 83.33 %
83.33 % ≤ Skor ≤ 100 %
Kurang Cukup
Baik Sangat Baik
Aspek Sarana Prasarana
Skor maksimal : 4X 3 = 12
Skor minimal : 4 X 1 = 4
(70)
Panjang kelas interval :
kelas Banyak
Range
2 4 8
=
Interval skor Interval % skor Kriteria
4≤ Skor ≤ 6
6≤ Skor ≤ 8
8≤ Skor ≤ 10
10≤ Skor ≤ 12
33.33 % ≤ Skor ≤ 50.00 %
50.00 % ≤ Skor ≤ 66.67 %
66.67 % ≤ Skor ≤ 83.33 %
83.33 % ≤ Skor ≤ 100 %
Kurang Cukup
Baik Sangat Baik
Aspek Evaluasi
Skor maksimal : 4X 3 = 12
Skor minimal : 4 X 1 = 4
Range : 12 – 4 = 8
Panjang kelas interval :
kelas Banyak
Range
2 4 8
=
Interval skor Interval % skor Kriteria
4≤ Skor ≤ 6
6≤ Skor ≤ 8
8≤ Skor ≤ 10
10≤ Skor ≤ 12
33.33 % ≤ Skor ≤ 50.00 %
50.00 % ≤ Skor ≤ 66.67 %
66.67 % ≤ Skor ≤ 83.33 %
83.33 % ≤ Skor ≤ 100 %
Kurang Cukup
Baik Sangat Baik
(71)
51
Lampiran 5
Contoh Perhitungan Validitas Angket Proses Pendidikan Jasmani
Rumus:
(
)( )
(
)
{
N X2 X 2}
{
N Y2( )
Y 2}
Y X XY N rxy ∑ − ∑ ∑ − ∑ ∑ ∑ − ∑ = Kriteria
Butir angket valid jika rxy > rtabel
Perhitungan
Berikut ini contoh perhitungan validitas angket pada butir no.1
No Kode X Y X2 Y2 XY
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 UC-01 UC-02 UC- 03 UC-04 UC-05 UC-06 UC-07 UC-08 UC-09 UC-10 UC-11 UC-12 UC-13 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 88 81 94 93 62 69 91 94 95 95 89 74 65 4 9 9 9 4 4 9 9 9 9 9 9 4 7744 6561 8836 8649 3844 4761 8281 8836 9025 9025 7921 5476 4225 176 243 282 279 124 138 273 282 285 285 267 222 130
(72)
52
Dengan menggunakan rumus tersebut diperoleh:
( )(
)
( )
{
}
{
(
)
}
(
)(
)
( )(
)
79 . 0 843 668 711216 668 19756 36 668 1188100 1207856 1225 1261 38150 38818 1090 ) 92912 ( 13 35 ) 97 ( 13 1090 35 ) 2986 ( 13 2 2 = = = = − − − = − − − = xy rPada σ = 5 %, dengan n = 13 diperoleh rtabel = 0.553
Karena rxy > rtabel, maka angket no 1 tersebut valid
Cantoh Perhitungan Reliabilitas Angket Proses Pendidikan Jasmani
Rumus: ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ ∑ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ −
= 22
11 1 1 at ab k k r Kriteria
Apabila r11>rtabel, maka angket tersebut reliabel.
Perhitungan:
1. Varians total
( )
N N Y Y t∑
−∑
= 2 2 2 σ(73)
53
(
)
89 . 116 13 13 1090 92912 2 2 = − = t σ2. Varians Butir
(
)
N N X X b∑
−∑
= 2 2 2 σ( )
231 . 0 13 13 35 97 2 1 2 = − = b σ( )
397 . 0 13 13 35 99 2 2 2 = − = b σ sampai dengan( )
603 . 0 13 13 32 86 2 32 2 = − = b σ ∑σ2b = 0.231+0.397+….+0.603
= 10500
3. Koefisien Reliabilitas
954 . 0 89 . 116 10500 1 1 32 32 11 = ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − = r
Pada σ = 5 % dengan n = 13 diperoleh rtabel = 0.553
(74)
62 Lampiran 11
DAFTAR HASIL BELAJAR PENJAS SISWA SDLB C WIDYA BHAKTI SEMARANG TAHUN 2005
Kelas No Nama Nilai Kategori
I 1. 2. 3. 4. 5. Hanit Sodikin Rahadian Sekar Aulia Dianita 7 6 7 6 7 Baik cukup Baik Cukup Baik II 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Ika Lutfia Nita Lutfi Prasetyo A Riska Ajeng Hartia Lasella Shinta W Nenis Zusvelida Fatisa Burhanudin Ayu Ely. A
7 8 7 7 6 7 7 Baik Sangat Baik Baik Baik Cukup Baik Baik III A 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Anindya Kumala Dewi Andre
Dammar Septadi W. Adhikara Harsa Nugraha Dendie Prasetyo Kuncoro Raras
Tegar Bayu Tirta Wijaya
6 7 7 7 6 7 7 Cukup Baik Baik Baik Cukup Baik Baik III B 1. 2. 3. 4.
Angelia Leona Agustin Catur Noviaryanti Debora Natalia Agustiar Tri Wibowo
6 6 7 6 Cukup Cukup Baik Cukup
(1)
Panjang kelas interval :
kelas Banyak
Range
2 4 8
=
Interval skor Interval % skor Kriteria 4≤ Skor ≤ 6
6≤ Skor ≤ 8 8≤ Skor ≤ 10 10≤ Skor ≤ 12
33.33 % ≤ Skor ≤ 50.00 % 50.00 % ≤ Skor ≤ 66.67 % 66.67 % ≤ Skor ≤ 83.33 % 83.33 % ≤ Skor ≤ 100 %
Kurang Cukup
Baik Sangat Baik
Aspek Evaluasi
Skor maksimal : 4X 3 = 12 Skor minimal : 4 X 1 = 4
Range : 12 – 4 = 8
Panjang kelas interval :
kelas Banyak
Range
2 4 8
=
Interval skor Interval % skor Kriteria 4≤ Skor ≤ 6
6≤ Skor ≤ 8 8≤ Skor ≤ 10 10≤ Skor ≤ 12
33.33 % ≤ Skor ≤ 50.00 % 50.00 % ≤ Skor ≤ 66.67 % 66.67 % ≤ Skor ≤ 83.33 % 83.33 % ≤ Skor ≤ 100 %
Kurang Cukup
Baik Sangat Baik
(2)
51 Lampiran 5
Contoh Perhitungan Validitas Angket Proses Pendidikan Jasmani
Rumus:
(
)( )
(
)
{
N X2 X 2}
{
N Y2( )
Y 2}
Y X XY
N rxy
∑ − ∑ ∑
− ∑
∑ ∑ − ∑ =
Kriteria
Butir angket valid jika rxy > rtabel
Perhitungan
Berikut ini contoh perhitungan validitas angket pada butir no.1
No Kode X Y X2 Y2 XY
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
UC-01 UC-02 UC- 03 UC-04 UC-05 UC-06 UC-07 UC-08 UC-09 UC-10 UC-11 UC-12 UC-13
2 3 3 3 2 2
3 3 3 3 3 3 2
88 81 94 93 62 69 91 94 95 95 89 74 65
4 9 9 9 4 4 9 9 9 9 9 9 4
7744 6561 8836 8649 3844 4761 8281 8836 9025 9025 7921 5476 4225
176 243 282 279 124 138 273 282 285 285 267 222 130
(3)
52
Dengan menggunakan rumus tersebut diperoleh:
( )(
)
( )
{
}
{
(
)
}
(
)(
)
( )(
)
79 . 0 843 668
711216 668 19756
36 668
1188100 1207856
1225 1261
38150 38818
1090 )
92912 ( 13 35 ) 97 ( 13
1090 35 ) 2986 ( 13
2 2
= =
= =
− −
− =
− −
− =
xy
r
Pada σ = 5 %, dengan n = 13 diperoleh rtabel = 0.553 Karena rxy > rtabel, maka angket no 1 tersebut valid
Cantoh Perhitungan Reliabilitas Angket Proses Pendidikan Jasmani
Rumus:
⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜
⎝ ⎛ ∑ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛
−
= 22
11 1
1 at
ab k
k r
Kriteria
Apabila r11>rtabel, maka angket tersebut reliabel. Perhitungan:
1. Varians total
( )
N N
Y Y
t
∑
−∑
=2 2
2
(4)
53
(
)
89 . 116 13
13 1090 92912
2
2 =
− =
t
σ
2. Varians Butir
(
)
N N
X X
b
∑
−∑
=2 2
2
σ
( )
231 . 0 13
13 35 97
2
1
2 =
− = b
σ
( )
397 . 0 13
13 35 99
2
2
2 =
− = b
σ
sampai dengan
( )
603 . 0 13
13 32 86
2
32
2 =
− = b
σ
∑σ2
b = 0.231+0.397+….+0.603 = 10500
3. Koefisien Reliabilitas
954 . 0
89 . 116
10500 1
1 32
32 11
=
⎟ ⎠ ⎞ ⎜
⎝ ⎛ − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜
⎝ ⎛
− = r
Pada σ = 5 % dengan n = 13 diperoleh rtabel = 0.553
(5)
62
Lampiran 11
DAFTAR HASIL BELAJAR PENJAS SISWA SDLB C WIDYA BHAKTI SEMARANG TAHUN 2005
Kelas No Nama Nilai Kategori
I
1. 2. 3. 4. 5.
Hanit Sodikin Rahadian Sekar
Aulia Dianita
7 6 7 6 7
Baik cukup
Baik Cukup
Baik
II
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Ika Lutfia Nita Lutfi Prasetyo A Riska Ajeng Hartia Lasella Shinta W Nenis Zusvelida Fatisa Burhanudin Ayu Ely. A
7 8 7 7 6 7 7
Baik Sangat Baik
Baik Baik Cukup
Baik Baik
III A 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Anindya Kumala Dewi Andre
Dammar Septadi W. Adhikara Harsa Nugraha Dendie Prasetyo Kuncoro Raras
Tegar Bayu Tirta Wijaya
6 7 7 7 6 7 7
Cukup Baik Baik Baik Cukup
Baik Baik
III B 1. 2. 3. 4.
Angelia Leona Agustin Catur Noviaryanti Debora Natalia Agustiar Tri Wibowo
6 6 7 6
Cukup Cukup Baik Cukup
(6)
63
5. 6. 7. 8.
Rengga Eko Erwanto Alif Eka Prasetyo Azis Tri Wahyono
Reno Amanullah Nugraha
7 7 7 6
Baik Baik Baik Cukup
IV
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Dika Desti Heni Hindah Diki Pino Steven Ardi
7 7 7 6 6 7 7 6
Baik Baik Baik Cukup Cukup Baik Baik Cukup
V
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Azis Agus Alit Rangga Reno Debora Ona Catur
7 7 6 6 6 6 6 6
Baik Baik Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup
VI
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Yongky Kusuma Yudi
Ronald Yulianingsih Ida
Stefanus Siska
6 7 7 7 6 7 6
Cukup Baik Baik Baik Cukup
Baik Cukup