Unsur Kelemahan Weakness Ekstrinsik

dengan pemukiman penduduk ± 2 km. Sedangkan di Layana, memilik jarak ± 0,5 – 1 km dari pemukiman penduduk. Kemudahan aksesibilitas tersebut sangat mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan GN-RHL, terutama dalam proses pengangkutan dan distribusi bibit yang akan ditanam, serta kegiatan pemeliharaannya.

b. Unsur Kelemahan Weakness

Peubah strategi internal berupa kelemahan weakness yang memiliki pengaruh terhadap pengembangan partisipasi masyarakat dalam kegiatan GN-RHL dan nilai pengaruhnya disajikan pada Tabel 27. Tabel 27 Peubah-peubah unsur kelemahan dan nilai pengaruhnya Peubah Strategi Internal Bobot Rating Skor 1 2 4 5 Penyaluran dana kegiatan GN-RHL ke daerah sering terlambat 0,195 4 0,78 Ketersediaan bibit tanaman, utamanya jenis kayu- kayuan kurang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. 0,181 4 0,72 Curah hujan rendah, sumber air terbatas 0,175 4 0,70 Kegiatan bimbingan teknis pembuatan dan pemeliharaan tanaman tidak efektif, 0,114 3 0,34 Tingkat pendidikan tergolong rendah 0,127 2 0,25 Pemberian peran kepada masyarakat kurang berkeadilan recruitment calon peserta belum sepenuhnya berdasar pada KKrumahtangga. 0,107 2 0,21 Terbatasnya sarana-prasarana pendukung pelaksanaan GN-RHL di Lokasi 0,102 2 0,20 T o t a l 3,22 Tabel di atas menunjukkan bahwa peubah yang memiliki nilai pengaruh tertinggi adalah ”Penyaluran dana kegiatan GN-RHL ke daerah sering terlambat”, sehingga mempengaruhi item kegiatan lainnya di lapangan”, dengan nilai pengaruh sebesar 0,78. Sedangkan peubah yang memiliki nilai pengaruh terendah adalah ”Terbatasnya sarana-prasarana pendukung pelaksanaan GN-RHL di Lokasi”, dengan nilai pengaruh sebesar 0,20. 1. Penyaluran dana kegiatan GN-RHL yang sering terlambat Peubah ”penyaluran dana kegiatan GN-RHL” , memiliki nilai pengaruh sebesar 0,78. Penyaluran dana kegiatan GN-RHL ke daerah yang sering terlambat mempengaruhi item kegiatan lainnya di lapangan. Salah satu item kegiatan yang terkena dampaknya adalah kegiatan penanaman. Sering dijumpai kegiatan penanaman dilakukan di luar jadwal yang telah ditentukan akibat keterlambatan distribusi bibit. Hal tersebut akan berdampak pada persentase tumbuh tanaman yang rendah. 2. Ketersediaan bibit tanaman yang kurang sesuai Peubah ” Ketersediaan bibit tanaman” kurang sesuai dengan kebutuhan masyarakat” memiliki nilai pengaruh sebesar 0,72. Ketersediaan bibit tanaman, utamanya jenis kayu- kayuan, kurang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Hal ini disebabkan pihak kontraktor penyedia bibit tidak mampu memenuhi target jumlah bibit yang dibutuhkan untuk luasan tersebut. Sehingga bibit yang disediakan tidak sesuai denga kebutuhan dan keinginan masyarakat. Sebagai contoh, selain jenis tanaman kehutanan jati, kemiri masyarakat di Layana dan Lambara membutuhkan pula jenis tanaman MPTS seperti: nangka, mangga dan sukun. Namun bibit yang didatangkan tidak sesuai dengan kebutuhan tersebut. 3. Curah hujan rendah Peubah ”curah hujan rendah” memiliki nilai pengaruh sebesar 0,70. Di Kota Palu, utamanya di kedua lokasi penelitian, rata-rata curah hujan per tahun hanya 3,22 mm, jauh lebih rendah dibandingkan wilayah lainnya di Indonesia. Faktor pembatas ini menyebabkan sumber air yang dibutuhkan untuk prosdes penanaman terbatas, sehingga tanaman banyak yang mati. Kendala ini diperburuk oleh waktu pelaksanaan penanaman yang tidak sinkron dengan musim penghujan, sehingga banyak bibit yang mati sebelum di tanam. 4. Kegiatan bimbingan teknis pembuatan dan pemeliharaan tanaman tidak efektif Peubah ”kegiatan bimbingan teknis pembuatan dan pemeliharaan tanaman tidak efektif” memiliki nilai pengaruh sebesar 0,34. Hal tersebut lebih disebabkan oleh tidak optimalnya fungsi dan peran petugas lapangan sebagai pendamping teknis. Intensitas pertemuan yang rendah antara petugas penyuluh lapangan dengan masyarakat menjadi salah satu indikator lemahnya bimbingan terknis kegiatan GN- RHL di kedua lokasi penelitian. 5. Tingkat Pendidikan yang tergolong rendah Peubah ”tingkat pendidikan peserta kegiatan GN-RHL yang tergolong rendah” memiliki nilai pengaruh sebesar 0,25. Sebagian besar responden di kedua lokasi penelitian hanya menamatkan pendidikannya pada jenjang sekolah dasar. Keterbatasan tingkat pendidikan mempengaruhi rendahnya tingkat partisipasi mereka pada tahap perencanaan kegiatan GN-RHL. Dengan tidak terlibat pada tahap perencanaan, sejumlah keinginan dan kebutuhan yang dimilikinya tidak dapat dikomunikasikan dengan baik kepada pihak pelakana kegiatan GN-RHL. 6. Pemberian peran kepada masyarakat kurang berkeadilan Peubah ”p emberian peran kepada masyarakat yang kurang berkeadilan” memiliki nilai pengaruh sebesar 0,21. Pemberian peran terkait dengan sistem penetapan peserta GN-RHL di kedua lokasi penelitian belum sepenuhnya berdasar pada KKrumahtangga, sehingga dijumpai beberapa kk yang tidak mendapat kesempatan terlibat. 7. Terbatasnya sarana-prasarana pendukung pelaksanaan GN-RHL Peubah ”t erbatasnya sarana-prasarana pendukung pelaksanaan GN-RHL” memiliki nilai pengaruh sebesar 0,20. Terbatasnya sarana-prasarana pendukung di lokasi menjadi salah satu faktor pembatas pelaksanaan kegiatan penanaman. Sarana dan prasarana yang dimaksud antara lain: penampungan air, alat penyiram tanaman, dan pondok kerja.

c. Unsur Peluang