Sikap Ilmiah Menumbuhkan Kebiasaan Bersikap Ilmiah Siswa SD

a. Nilai-nilai sosial dari IPA Kalangan ilmuwan terdapat saling percaya, mereka mempunyai kebebasan dengan caranya sendiri merumuskan hukum-hukum dengan metode yang mereka gunakan. Temuan pada masa lalu yang kurang sempurna merupakan jembatan untuk temuan yang lebih sempurna. b. Nilai-nilai psikologis paedagogis dari IPA Nilai-nilai ini diantaranya adalah sikap mencintai kebenaran, bersifat toleran, bersikap ulet, teliti, hati-hati, optimis, ingin tahu, dan sebagainya. Berdasarkan karakteristik tersebut maka IPA mempunyai potensi untuk diintegrasikan dengan pendidikan karakter.

2.3 Sikap Ilmiah

Pengalaman pembelajaran IPA dapat digunakan sebagai perolehan sikap ilmiah dan nilai mulianilai luhur bagi siswa. Sehingga melalui pembelajaran IPA diharapkan dapat membentuk sikap siswa dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka akhirnya menyadari keindahan, keteraturan alam, meningkatkan keyakinannya terhadap Tuhan yang Maha Esa. Pembelajaran IPA memerlukan kegiatan penyelidikan sebagai bagian dari kerja ilmiah yang melibatkan ketrampilan proses yang dilandasi sikap ilmiah. Melalui kerja ilmiah dalam pembelajaran IPA tersebut sikap-sikap ilmiah siswa akan terbentuk. Sikap ilmiah diartikan sebagai kecenderungan individu untuk bertindak atau berperilaku dalam memecahkan masalah secara sistematis melalui langkah-langkah ilmiah. Sikap-sikap dan nilai-nilai ini meliputi 1 memiliki ketertarikan dan rasa ingin tahu terhadap lingkungan, 2 kejujuran dan akurasi dalam pencatatan dan validasi data, 3 menjadi rajin dan tidak mudah menyerah, 4 menjadi mudah merespon tentang keselamatan diri, orang lain dan lingkungan, 5 merealisasikan sains sebagai makna memahami alam, 6 mengapresiasi dan praktik hidup bersih dan sehat, 7 mengapresiasi kesetimbangan alam, 8 menjadi respek dan cara yang bagus, 9 mengapresiasi kontribusi sains dan teknologi, 10 menjadi bersyukur pada Tuhan, 11 memiliki pemikiran kritis dan analitis, 12 menjadi fleksibel dan berpikiran terbuka, 13 menjadi pendengar baik dan peduli, 14 menjadi obyektif, 15 menjadi sistematis dan kooperatif.

2.4 Menumbuhkan Kebiasaan Bersikap Ilmiah Siswa SD

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap seseorang antara lain: a. Pengalaman pribadi b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting c. Pengaruh kebudayaan d. Media massa e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama f. Pengaruh faktor emosional Sikap ilmiah sebagaimana sikap secara umum termasuk komponen afektif. Tingkatan afektif sikap menurut Krathwohl ada lima, yaitu: a. Receiving attending, siswa melakukan keinginan menerima suatu fenomena atau stimulus. b. Responding, siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. c. Valuing, siswa mempercayai adanya manfaat atas pembelajaran. Hal ini menyangkut pikiran atau tindakan yang dianggap sebagai nilai. Peringkat ini menunjukkan adanya internalisasi atau komitmen. Dalam pembelajaran, peringkat ini diklasifikasikan sebagai sikap. d. Organisation, siswa mulai membangun sistem internal yang konsisten. e. Characterization, siswa memilki sistem nilai yang mengendalikan perilaku sampai pada waktu tertentu hingga terbentuk gaya hidup. Menurut Handayani yang dikutip oleh Setyabudi 2008:54, sikap ilmiah scientific attitude dapat dibentuk dari kebiasaan-kebiasaan seseorang dalam melakukan kerja ilmiah. Kerja ilmiah sendiri meliputi menemukan masalah, mengajukan hipotesis, menguji hipotesis dan menarik kesimpulan. Dalam melakukan kerja-kerja ilmiah tersebut seseorang menggunakan sikap-sikap seperti rasa ingin tahu, jujur, objektif, teliti dan sebagainya. Sikap-sikap ilmiah seperti itulah akan terbentuk. Jika dalam pembelajaran IPA siswa dibiasakan agar menyelesaikan setiap masalah dengan menggunakan langkah-langkah kerja ilmiah, maka siswa akan mempunyai kebiasaan bersikap ilmiah.

2.5 Prestasi Belajar