9
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Kerja
Kerja berasal dari kata job performance atau actual performance prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang. Menurut
Soekanto 1983:481 kerja memiliki pengertian 1 penggunaan energi untuk melakukan tugas-tugas tertentu; 2 aktifitas instrumental; 3 kegiatan produktif.
Sedangkan menurut Mangkunegara 2000 kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya
2.2 Produktivitas Kerja
Produktivitas kerja adalah perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan Steers, 1995:48. Menurut Bernandin
dan Russel dalam Triton PB, produktivitas mengandung pengertian sebagai tingkat perbandingan antara hasil keluaran output dengan masukan input.
Konsep produktivitas kerja dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi individu dan dimensi organisasian. Dimensi individu melihat produktivitas dalam
kaitannya dengan karakteristik-karakteristik kepribadian individu yang muncul dalam bentuk sikap mental dan mengandung makna keinginan dan upaya individu
yang selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas kehidupannya. Sedangkan dimensi keorganisasian melihat produktivitas dalam kerangka hubungan teknis
10
antara masukan input dan keluaran output. Oleh karena itu dalam pandangan ini, terjadinya peningkatan produktivitas tidak hanya dilihat dari aspek kuantitas,
tetapi juga dapat dilihat dari aspek kualitas. Produktivitas menurut Dewan Produktivitas Nasional mempunyai pengertian sebagai sikap mental yang selalu
berpandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan hasil yang dapat diraih esok hari harus lebih banyak atau lebih bermutu
daripada hasil yang diraih hari ini. Basu Swasta dan Ibnu Sukoco 1997:12 menyatakan bahwa
produktivitas adalah suatu konsep yang menggambarkan hubungan antara hasil jumlah barang dan jasa yang diproduksi dengan sumber jumlah tenaga kerja,
modal, energi, dan sebagainya yang dipakai untuk menghasilkan hasil tersebut. Sondang P. Siagian 2007:127 mengemukakan bahwa produktivitas adalah
maksimalisasi hasil yang harus dicapai berdasarkan dan dengan memanfaatkan sumber dana dan daya yang telah dialokasikan sebelumnya.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa produktivitas merupakan kemampuan yang dihasilkan suatu individu untuk dapat
menghasilkan produk secara maksimal, dengan menggunakan sumber daya yang ada, dengan kata lain hasil yang diraih harus lebih baik dalam setiap prosesnya.
2.2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya produktivitas kerja baik yang berhubungan dengan karyawan itu sendiri maupun dari luar
adalah sebagai berikut :
11
1. Motivasi
2. Kedisiplinan
3. Etos kerja
4. Ketrampilan
5. Pendidikan
6. Tingkat penghasilan dan jaminan sosial
7. Kesehatan
8. Lingkungan dan iklim kerja Sedarmayanti, 2009:214
Diantara beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas, lingkungan dan pengawasan merupakan faktor yang pengaruhnya cukup besar terhadap
produktivitas. Hal ini dapat dijelaskan karena lingkungan kerja merupakan serangkaian hal dari lingkungan yang dipersepsikan oleh orang-orang yang
bekerja dalam suatu lingkungan organisasi dan mempunyai peran yang besar dalam mengarahkan tingkah laku karyawan yang dapat menciptakan persepsi
terhadap diri pribadi karyawan itu sendiri, sehingga merasa termotivasi dalam bekerja. Selain itu perusahaan seharusnya membangun lingkungan kerja yang
menyenangkan agar setiap karyawan yang bekerja pada instansi atau perusahaan tersebut dapat mencintai pekerjaannya dan senang melakukan pekerjaannya
sehingga akhirnya bisa bekerja pada tingkat optimal dan pada akhirnya dapat meningkatkan produktivitas. Sedangkan pengawasan berguna untuk meyakinkan
apakah suatu pekerjaan dan kegiatan tidak terlalu menyimpang dari rencana, dan apabila masih terjadi penyimpangan atau perbedaan realisasi, sehingga
produktivitas yang direncanakan akan lebih baik.
12
Banyak faktor yang mempengaruhi produktivitas, sebagaimana dikemukakan oleh Muchdarsyah Sinungan 2000:18 bahwa terdapat tiga faktor
mendasar yang mempengaruhi produktivitas suatu perusahaan yaitu : 1.
Investasi Komponen pokok dari investasi adalah modal, karena modal merupakan
landasan gerak suatu usaha, namun modal saja tidaklah cukup, untuk itu harus ditambah dengan komponen teknologi. Selain itu riset juga berkaitan
erat dengan penguasa teknologi. Melalui riset akan dapat dikembangkan penyempurnaan produk atau bahkan dapat menghasilkan formula-formula
baru yang sangat penting artinya bagi kemajuan suatu usaha. Oleh karena itu keterpaduan antara modal, teknologi, dan riset akan membawa
perusahaan berkembang dan dengan perkembangan itu maka outputnya pun akan bertambah pula.
2. Manajemen
Kelompok manajemen dalam organisasi bertugas untuk menggerakkan orang-orang lain untuk bekerja sedemikian rupa sehingga tujuan tercapai
dengan baik. Aspek manajemen ini terdiri dari : a.
Technical Skill Tenaga kerja yang mempunyai kualifikasi tertentu, terampil dan ahli di
bidang teknis. b.
Managerial Skill Kemampuan dan ketrampilan dalam bidang manajemen tertentu,
mampu mengadakan atau melakukan kegiatan-kegiatan analisis
13
kuantitatif dan kualitatif dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi organisasi.
c. Tenaga Kerja
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam kaitannya dengan faktor-faktor tenaga kerja adalah:
a. Motivasi pengabdian, disiplin, etos kerja produktivitas dan masa
depannya. b.
Hubungan industrial yang serasi dan harmonis dalam suasana keterbukaan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, meskipun ada sejumlah perbedaan mengenai definisi produktivitas yang tergantung pada kondisi nyata
dan tujuan-tujuan yang ada pendekatan umum bukan definisi bagi menyusun pola dari model produktivitas adalah mengidentifikasikan output dan komponen-
komponen input yang benar dan sesuai dengan tujuan jangka panjang, menengah dan pendek suatu perusahaan.
2.2.2 Pengukuran Produktivitas Kerja
Produktivitas kerja selalu disoroti dari dua segi yaitu segi pengorbanan input
dan segi hasil output. Perbedaan antara dua segi tersebut akan menjadi ukuran dari produktivitas seseorang.
Adapun pengukuran produktivitas menurut Sinungan 2003 :15-17
diantaranya yaitu : jumlah karyawan, jumlah hasil produksi yang dicapai, jumlah
14
jam kerja per tenaga kerja dan moral kerja karyawan yang dapat dijelaskan dibawah ini :
a. Jumlah karyawan
Yang dimaksud adalah jumlah tenaga kerja yang digunakan perusahaan dalam produksi. Jumlah produksi yang diperoleh tenaga kerja untuk
menunjukkan produktivitas tenaga kerja. b.
Jumlah hasil produksi yang dicapai Besarnya hasil produksi yang dicapai setiap penggunaan tenaga kerja
untuk mencapai hasil tersebut. c.
Jumlah jam kerja per tenaga kerja Yaitu jumlah jam kerja yang dapat digunakan atau dilaksanakan oleh
setiap tenaga kerja. d.
Moral kerja karyawan Yaitu semangat atau kemauan setiap tenaga kerja dalam menjalankan
kegiatannya, sehingga tingkat kerja tersebut mencerminkan sikap terhadap lingkungan kerja. Moral kerja yang baik dari karyawan akan
mengakibatkan semangat kerja yang tinggi sehingga akan mempengaruhi produktivitas.
2.2.3 Manfaat Mengukur Produktivitas
Pada tingkat perusahaan organisasi pengukuran produktivitas terutama digunakan sebagai sarana manajemen untuk menganalisis dan mendorong
efisiensi produk, antara lain dengan:
15
1. Dengan pemberitahuan awal instalasi dan pelaksanaan suatu sistem
pengukuran, akan meningkatkan kesadaran dan manfaat pegawai pada tingkat dan rangkaian produktivitas.
2. Diskusi tentang gambaran yang berasal dari metode relatif kasar dari
data yang kurang memenuhi syarat, memberi dasar bagi penganalisaan proses yang konstruktif atas produktif.
Manfaat lain yang diperoleh dari pengukuran produktivitas terlihat pada penempatan perusahaan organisasi yang tetap seperti dalam menentukan target
atau sasaran tujuan yang nyata dan pertukaran informasi antar pegawai dan manajemen secara periodik terhadap masalah yang saling berkaitan.
2.3 Lingkungan Kerja
Salah satu bentuk organisasi yang memerlukan peran manusia sebagai intinya adalah kantor. Kantor adalah keseluruhan yang menjadi tempat
melaksanakan kegiatan tata usaha atau kegiatan manajemen atau tugas pimpinan lainnya dalam sebuah organisasi.
Sedarmayanti 2004:12 mengungkapkan salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja adalah lingkungan kerja. Lingkungan kerja
diartikan sebagai kondisi, situasi, dan keadaan yang dapat menimbulkan semangat dan kegairahan kerja yang tinggi pada karyawan dalam rangka pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan. Kartono 1994:149 menyebutkan bahwa lingkungan kerja adalah kondisi materiil dan psikologis yang ada dalam perusahaan dimana orang
16
tersebut bekerja. Anoraga menyatakan bahwa lingkungan kerja sendiri mencakup kondisi non fisik maupun kondisi fisik 1995:57.
Menurut Alex S. Nitisemito 1996: 183 lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada di sekitar pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam
menjalankan tugas-tugas yang dibebankan. Lingkungan kerja yang nyaman atau kondusif seperti ruangan kerja yang bersih, tata ruang yang baik dan warna yang
indah, adanya peredaran udara yang cukup, penerangan lampu yang memadai, jauh dari kebisingan suara yang mengganggu konsentrasi kerja, keamanan yang
baik dan rasa kebersamaan antara pimpinan dengan pegawai, dan pegawai dengan sesama pegawai atau rekan kerja sangat diharapkan dalam mengerjakan
pekerjaannya agar yang dihasilkan sesuai dengan apa yang diharapkan. Pihak manajemen perusahaan hendaknya membangun suatu iklim dan
suasana kerja yang bisa membangkitkan rasa kekeluargaan untuk mencapai tujuan bersama. Kondisi seperti inilah yang selanjutnya menciptakan antusiasme untuk
bersatu dalam organisasi perusahaan agar mencapai tujuan. Menurut Alex S. Nitisemito 2000: 171-173 perusahaan hendaknya dapat mencerminkan kondisi
yang mendukung kerjasama antara tingkat atasan, bawahan, maupun yang memiliki status jabatan yang sama di perusahaan. Kondisi yang hendaknya
diciptakan adalah suasana kekeluargaan, komunikasi yang baik, dan pengendalian diri.
17
2.3.1 Lingkungan Kerja yang Sesuai dengan Manusia
Lingkungan fisik dalam arti semua keadaan yang terdapat di sekitar tempat kerja, akan mempengaruhi pegawai baik secara langsung maupun secara
tidak langsung. 1.
Lingkungan fisik dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu: a.
Lingkungan yang langsung berhubungan dengan pegawai seperti: pusat kerja, kursi, meja dan sebagainya.
b. Lingkungan perantara atau lingkungan umum seperti: rumah, kantor,
pabrik,sekolah, kota, sistem jalan raya dan lain-lain. 2.
Lingkungan perantara, dapat juga disebut lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya temperature, kelembaban,
sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, gearan mekanis, bau tidak sedap, warna dan lain-lain
2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Lingkungan Kerja
Menurut Alex S. Nitisemito 1996:184 faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja adalah :
1. Kebersihan
Lingkungan yang bersih dapat menimbulkan perasaan yang nyaman dan senang, sehingga dapat mempengaruhi semangat kerja seseorang.
Kebersihan dalam lingkungan kerja secara tidak langsung dapat mempengaruhi seseorang dalam bekerja, karena apabila lingkungan
18
kerjanya bersih maka karyawan akan merasa nyaman dalam melakukan pekerjaannya.
2. Penerangan
Penyediaan penerangan yang cukup tetapi tidak menyilaukan akan menjadikan suatu pekerjaan dengan lebih baik dan lebih teliti. Penerangan
dalam hal ini tidak terbatas pada penerangan fisik saja, tetapi juga penerangan sinar matahari. Menurut Sedarmayanti 1996, cahaya atau
penerangan sangat besar manfaatnya bagi pegawai guna mendapat keselamatan dan kelancaran kerja, oleh sebab itu perlu diperhatikan
adanya penerangan cahaya yang terang tetapi tidak menyilaukan. Cahaya yang kurang jelas mengakibatkan penglihatan menjadi kurang jelas,
sehingga pekerjaan akan menjadi lambat, banyak mengalami kesalahan, dan pada akhirnya menyebabkan kurang efisiensi dalam melaksanakan
pekerjaan, sehingga tujuan organisasi sulit dicapai. 3.
Pertukaran suhu udara Pertukaran suhu udara yang cukup akan meningkatkan kesegaran fisik
para karyawan, karena apabila ventilasinya cukup maka kesehatan dari para karyawan akan terjamin. Sumber utama adanya udara segar adalah
dengan adanya tanaman di sekitar tempat kerja. Tanaman merupakan penghasil oksigen yang dibutuhkan manusia. Dengan cukupnya oksigen di
tempat kerja, ditambah dengan pengaruh secara psikologis akibat adanya tanaman disekitar tempat kerja, keduanya akan memberikan kesejukan dan
kesegaran pada jasmani. Rasa sejuk dan segar selama bekerja akan
19
membantu pemulihan tubuh akibat lelah setelah bekerja Sedarmayanti, 1996: 26
4. Keamanan kerja
Keamanan akan keselamatan diri sendiri sering ditafsirkan terbatas pada keselamatan kerja, padahal lebih luas dari itu termasuk di sini keamanan
milik pribadi karyawan dan juga kontruksi gedung tempat mereka bekerja, sehingga akan menimbulkan ketenangan bagi karyawan dalam bekerja.
5. Suara atau musik
Suara atau kebisingan merupakan suatu gangguan terhadap seseorang karena adanya kebisingan di lingkungan sekitar, maka konsentrasi dalam
bekerja akan terganggu. Dengan terganggunya konsentrasi ini maka pekerjaan yang dilakukan akan banyak menimbulkan kesalahan atau
kerusakan. Hal ini akan berdampak pada kerugian perusahaan. Penggunaan musik pada jam kerja ternyata berpengaruh positif terhadap
semangat kerja dan peningkatan produksi. Bahkan penggunaan musikpun dapat menurunkan tingkat absensi dan mengurangi kelelahan dalam
bekerja. Efektif tidaknya musik digunakan dalam jam kerja, bergantung dari jenis musik yang dimainkan. Oleh karena itu penggunaan musik perlu
disesuaikan dengan kesukaan karyawan dan kondisi ruang kerja. 6.
Pewarnaan Pewarnaan mempunyai pengaruh yang cukup besar, dalam hal ini
pewarnaan bukan hanya pewarnaan dinding saja akan tetapi sangat luas sehingga dapat juga pewarnaan mesin-mesin atau perlatan bahkan
20
pewarnaan seragam yang dipakai karyawan. Hal ini ditunjukkan untuk memberi motivasi kerja karyawan. Menurut Sedarmayanti 1996: 29
menata warna pada tempat kerja perlu dipelajari dan direncanakan sebaik- baiknya. Pada kenyatannya tata warna tidak dapat dipisahkan dengan
penataan dekorasi. Hal ini dapat dimaklumi karena warna mempunyai pengaruh besar terhadap perasaan. Sifat dan pengaruh warna terkadang
menimbulkan perasaan senang, sedih, dan lain-lain karena dalam sifat warna dapat merangsang perasaan manusia.
Dibawah ini terdapat daftar bebarapa warna yang dapat mempengaruhi perasaan manusia.
Tabel 2.1 Daftar Warna dan Pengaruhnya
Warna Sifat Pengaruh
Untuk Ruangkerja
1. Merah
Dinamis, merangsang
dan panas. Menimbulkan semangat
kerja Pekerjaan
sepintas singkat
2. Kuning Keanggunan,
bebas, hangat Menimbulkan rasa
gembira dan merangasang urat syaraf
mata Gang-gang
jalan lorong
3. Biru
Tenang, tentram dan
sejuk Mengurangi tekanan atau
tegangan Berfikir
konsentrasi Sumber : Sedarmayanti 1996: 29
7. Kebersamaan
Pekerjaan sering kali memberi kepuasaan kebutuhan sosial, tidak hanya dalam suatu kelompok kecil yang selalu bersama-sama. Oleh karena itu
dalam lingkungan kerja perlu diciptakan iklim kebersamaan sehingga akan
21
tercipta pula suasana keakraban yang akan mempengaruhi pegawai dalam bekerja.
Siswanto mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja adalah sebagai berikut :
1. Lingkungan kerja fisik, adalah lingkungan yang berhubungan dengan
segala sarana dan prasarana yang mendukung dalam pelaksanaan tugas. Lingkungan kerja fisik meliputi :
a. Terjaganya kebersihan
b. Pertukaran udara
c. Alat penerangan yang memadai
d. Keamanan
e. Kenyamanan
f. Kebisingan
2. Lingkungan kerja non fisik, adalah lingkungan yang berhubungan dengan
situasi maupun kondisi kerjasama. Lingkungan kerja non fisik meliputi : a.
Adanya hubungan antara karyawan dengan pemimpin b.
Hubungan antara karyawan dengan rekan kerja c.
Kebijakan pimpinan terhadap masalah pekerjaan
2.4 Pengawasan Kerja
Pengawasan dapat dirumuskan sebagai proses pemantauan kegiatan untuk menjaga bahwa suatu kegiatan dilaksanakan terarah dan menuju kepada
tercapainya tujuan yang telah direncanakan dengan mengadakan penilaian,
22
tindakan kooperatif terhadap kegiatan-kegiatan yang menyimpang atau kurang tepat dengan sasaran yang dituju.
Manullang 2002:175 mengemukakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja adalah pengawasan kerja, sedangkan tujuan
dari pengawasan adalah mengusahakan supaya apa yang direncanakan dapat menjadi kenyataan. Untuk mendapatkan suatu hasil pekerjaan yang baik dan
bermutu tinggi maka diperlukan suatu pengawasan yang baik. Pengawasan merupakan proses pengamatan dari seluruh kegiatan
organisasi guna lebih menjamin bahwa semua pekerjaan yang sedang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya Sondang
P.Siagian,2007:125. Menurut G.R. Terry dalam bukunya Malayu Hasibuan 2000:255 menyatakan bahwa manajemen adalah proses tertentu yang terdiri atas
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan
menggunakan manusia dan sumber daya lainnya. Dalam sebuah perusahaan diperlukan suatu pengawasan kerja, dimana
pengawasan ini dilakukan oleh manajer sebagai suatu usaha membandingkan apakah yang dilakukan sesuai dengan rencana yang ditetapkan. Hal ini berarti
pengawasan merupakan tindakan atau kegiatan manajer yang mengusahakan agar pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan atau hasil yang
dikehendaki. Pengawasan merupakan hal yang sangat penting dalam setiap pekerjaan. Sebab dengan adanya pengawasan yang baik maka suatu pekerjaan
akan dapat berjalan lancar dan dapat mengahasilkan suatu hasil kerja yang
23
optimal. Semakin lancar kerja dan disertai pengawasan yang baik maka pekerjaan itu akan berhasil dengan baik. Dengan pengawasan yang baik akan mendorong
pegawai lebih giat dalam bekerja dan menghasilkan kerja yang baik pula, hal ini tentu saja akan berdampak pada peningkatan produktivitas kerja.
Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang perlu diupayakan dalam mencapai tujuan organisasi yang efektif, dengan adanya
pengawasan dapat mencegah sedini mungkin terjadinya penyimpangan, pemborosan, penyelewengan, hambatan, kesalahan, dan kegagalan dalam
pencapaian tujuan dan pelaksanaan tugas-tugas organisasi. Menurut G.R. Terry dalam bukunya Malayu Hasibuan 2000:242, pengawasan dapat didefinisikan
sebagai proses penentuan, apa yang harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan apabila perlu melakukan
perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana yaitu selaras dengan standar.
Pengawasan kerja adalah usaha sistematik untuk menentukan standar pelaksanaan dan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik,
membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditentukan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan serta
mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan untuk koreksi guna menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif
dan efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan Handoko, 2001: 360- 361.
24
Dapat disimpulkan bahwa pengawasan merupakan suatu kegiatan sistematik untuk menentukan standar pelaksanaan, membandingkan hasil kerja
dengan standar yang telah ditetapkan, dan melakukan koreksi atau perbaikan terhadap penyimpangan yang terjadi agar pelaksanaan selanjutnya dapat sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan.
2.4.1 Tujuan Pengawasan
Tujuan pengawasan adalah untuk menjamin bahwa kegiatan terarah yang tengah berjalan sesuai dengan tujuan dan rencana dalam batas-batas struktur
organisasi serta mencari dan memberi tahu kelemahan-kelemahan yang di hadapi. Hasibuan 2000:242 mengemukakan bahwa tujuan dilakukan pengawasan adalah
: a.
Supaya proses pelaksanaan dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan dari rencana.
b. Melakukan tindakan perbaikan, jika terdapat penyimpangan-
penyimpangan. c.
Supaya tujuan yang dihasilkan sesuai dengan rencananya.
2.4.2 Tipe-tipe Pengawasan
1. Pengawasan Pendahuluan Freed Forward Control
Bentuk pengawasan pra kerja ini dirancang untuk mengantisipasi masalah-masalah atau penyimpangan dari standar atau tujuan dan
memungkinkan korelasi dibuat sebelum tahap tertentu diselesaikan.
25
Pendekatan pengawasan ini lebih aktif dan agresif, dengan mendeteksi masalah-masalah dan mengambil tindakan yang diperlukan sebelum
suatu masalah terjadi. 2.
Pengawasan selama kegiatan berlangsung Concurrent Control Pengawasan dilakukan selama suatu kegiatan berlangsung. Pengawasan
ini merupakan suatu proses dimana aspek tertentu dari suatu prosedur disetujui terlebih dahulu sebelum kegiatan-kegiatan dilanjutkan atau
menjadi semacam peralatan Double Chek yang lebij menjamiin ketepatan pelaksanaan suatu kegiatan.
3. Pengawasan Umpan Balik Feedback Control
Bentuk pengawasan ini untuk mengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan yang telah diselesaikan, sebab-sebab penyimpangan dari rencana atau
standar yang telah ditentukan, dan penemuan-penemuan diterapkan untuk kegiatan-kegiatan serupa dimasa yang akan datang. Pengawasan ini
bersifat historis, pengukuran dilakukan setelah kegiatan terjadi Handoko, 2001:361.
2.4.3 Ciri Pengawasan yang Efektif
Agar kegiatan atau pelaksanaan dapat berjalan secara efektif, menurut Sondang P. Siagian 2007: 130 ada beberapa cara yang harus dilakukan yaitu :
a. Pengawasan harus merefleksikan sifat dari berbagai kegiatan yang
diselenggarakan.
26
b. Pengawasan harus segera memberikan petunjuk tentang kemungkinan
adanya deviasi dari rencana. c.
Pengawasan harus menunjukkan pengecualian pada titik-titik strategi tertentu.
d. Obyektifitas dalam melakukan pengawasan.
e. Keluwesan pengawasan
f. Efisiensi pelaksanaan pengawasan.
g. Pengawasan harus mempertimbangkan pola dasar organisasi.
h. Pemahaman sistem pengawasan oleh semua pihak yang terlibat.
i. Pengawasan mencari apa yang tidak beres, bukan mencari-cari kesalahan.
j. Pengawasan harus bersifat mendukung dan membimbing pegawai.
2.4.4 Proses Pengawasan
Proses pengawasan adalah serangkaian kegiatan didalam melaksanakan pengawasan terhadap suatu tugas atau pekerjaan didalam suatu organisasi. Proses
pengawasan terdiri dari beberapa tindakan langkah pokok tertentu yang bersifat fundamental begi semua pengawasan manajerial. Pengawasan menurut T. Hani
Handoko 2001 : 363-365 adalah : a.
Penetapan standar pelaksanaan Perencanaan Tahap pertama dalam pengawasan adalah menetapkan standar
pelaksanaan, standar mengandung arti sebagai suatu satuan pengukuran yang dapat digunakan sebagai patokan untuk penilaian hasil-hasil.
b. Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan
27
Penetapan standar akan sia-sia bila tidak disertai berbagai cara untuk mengukur pelaksanaan kegiatan yang nyata. Tahap kedua ini menentukan
pengukuran pelaksanaan kegiatan secara tepat. c.
Pengukuran pelaksanaan kegiatan Ada beberapa cara untuk melakukan pengukuran pelaksanaan yaitu
pengamatan, laporan-laporan baik lisan maupun tertulis, pengujian, atau dengan pengambilan sampel.
d. Perbandingan pelaksanaan dengan standar analisa penyimpangan
Tahap kritis dari proses pengawasan adalah perbandingan pelaksanaan nyata dengan pelaksanaan yang telah direncanakan atau standar yang telah
ditetapkan. Walaupun tahap ini paling mudah dilakukan tetapi komplektisitas dapat terjadi pada saat menginterpretasikan adanya
penyimpangan. e.
Pengambilan tindakan koreksi bila diperlukan Bila hasil analisis menunjukkan adanya koreksi, tindakan ini harus
diambil. Tindakan koreksi dapat diambil dalam berbagai bentuk. Standar mungkin di ubah, pelaksanaan diperbaiki atau keduanya dilakukan
bersamaan. Menurut Manullang merumuskan proses atau langkah-langkah
pengawasan meliputi : 1.
Menentukan alat pengukur atau pedoman baku standar 2.
Mengadakan penilaian evaluate 3.
Pengukuran hasil pekerjaan
28
Membandingkan antara pelaksanaan pekerjaan dengan ukuran atau pedoman baku yang ditetapkan untuk mengetahui penyimpangan-
penyimpangan yang terjadi. 4.
Mengadakan perbaikan atau pembetulan atas penyimpangan yang terjadi sehingga pekerjaan yang dikerjakan sesuai yang direncanakan
Manullang,2002:183
2.4.5 Teknik Pengawasan
Teknik pengawasan adalah cara melaksanakan pengawasan dengan terlebih dahulu menentukan titik-ririk pengawasan sehingga dapat ditarik suatu
kesimpulan mengenai keadaan keseluruhan kegiatan organisasi. Teknik pengawasan menurut Manullang 2002: 178-179 adalah sebagai berikut :
a. Peninjauan Pribadi
Peninjauan pribadi adalah mengawasi dengan jalan meninjau secara pribadi, sehingga dapat dilihat sendiri pelaksanaan pekerjanya.
b. Pengawasan melalui laporan lisan
Pengawasan ini dilakukan sengan mengumpulkan fakta-fakta melalui laporan lisan yang diberikan bawahan, dilakukan dengan wawancara
kepada orang-orang tertentu yang dapat memberi gambaran dari hal-hal yang ingin diketahui terutama tentang hasil sesungguhnya yang ingin
dicapai bawahan. c.
Pengawasan melalui laporan tertulis
29
Pengawasan melalui laporan tertulis adalah merupakan suatu pertanggungjawaban bawahan kepada atasannya mengenai pekerjaan yang
dilaksanakan, sesuai dengan instruksi dan tugas-tugas yang diberikan. d.
Pengawasan melalui hal-hal yang bersifat khusus, didasarkan pengecualian atau Control by Exeption
Adalah sistem atau teknik pengawasan dimana ini ditunjukkan kepada soal-soal pengecualian. Jadi pengawasan hanya dilakukan bila diterima
laporan yang menunjukkan adanya peristiwa-peristiwa istimewa.
2.4.6 Azas Pengawasan
1. Azas Sumbangan Terhadap Tujuan
Tujuan fungsi pengawasan adalah untuk mempermudah pencapaian tujuan organisasi. Pengawasan bukan merupakan kegiatan yang mengada-ada,
akan tetapi langsung berkepentingan dengan upaya untuk memenuhi tuntutan stadar yang telah ditetapkan.
2. Azas Penetapan Standar
Fungsi pengawasan akan efektif bila ditetapkan standar yang obyektif dan cermat serta serasi dengan keadaan yang khusus. Standar ini bersifat
spesifik dan terukur. 3.
Azas Penetapan Pokok-pokok Pengawasan Strategis Tujuan penetapan pokok-pokok strategis adalah untuk memonitor kegiatan
kerja yang dilaksanakan, selain untuk melaporkan segenap penyimpangan dari standar.
30
4. Azas Tindakan Perbaikan
Pengawasan dapat dibenarkan secara ekonomis bila pengukuran dilakukan untuk memperbaiki penyimpangan yang sebenarnya atas penyimpangan
dari rencana. 5.
Azas Manajemen Dengan Kekecualian Tugas yang penting adalah untuk menelusuri dan menemukan
penyimpangan yang potensial dan nyata dari rencana yang telah dirumuskan pada waktunya yang tepat sehingga tindakan perbaikan dapat
dilakukan. 6.
Azas Keluwesan Pengawasan Pengawasan harus dirancang dengan keluwesan yang tinggi untuk
menghadapi keadaan yang berubah. 7.
Azas Keharmonisan Pengawasan Pengawasan yang dirancang dengan efisiensi harus harmonis dengan
struktur organisasi. 8.
Azas Kecocokan Pengawasan Fungsi pengawasan mencerminkan jabatan yang menurut rancangan harus
dilaksanakan, yaitu harus cocok dengan kebutuhan setiap pimpinan. 9.
Azas Tanggung Jawab Pengawasan Pimpinan tidak dapat melepaskan tanggung jawab untuk melaksanakan
pengawasan. 10.
Azas Akuntabilitas Pengawasan
31
Berbagai jenis pengawasan manajemen merupakan cara untuk mempertahankan anggapan bahwa pimpinan tetap bertanggungjawab atas
hasil Komarudin, 1992:19-21
2.5 Kerangka Berfikir
Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada di sekitar pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan.
Pengaruh lingkungan kerja dalam suatu perusahaan adalah cukup besar terutama terhadap pelaksanaan tugas sehari-hari yang dibebankan pada karyawan. Alex S.
Nitisemito 1996:184-187 mengungkapkan bahwa faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja yaitu kebersihan,yang nantinya dapat menimbulkan semangat
dan gairah kerja para karyawan ; Penerangan, penyediaan penerangan yang cukup tetapi tidak menyilaukan akan menjadikan suatu pekerjaan lebih baik dan lebih
teliti. Penerangan dalam hal ini tidak terbatas pada penerangan fisik saja, tetapi juga penerangan sinar matahari ; Pertukaran suhu udara, pertukaran suhu udara
yang cukup akan meningkatkan kesegaran fisik para karyawan, karena apabila ventilasinya cukup maka kesehatan dari para karyawan akan terjamin ; Keamanan
kerja, rasa aman akan menimbulkan ketenangan, dan ketenangan akan mendorong semangat dan gairah kerja karyawan ; Suara atau musik, apabila suara atau musik
yang diperdengarkan tidak menyenangkan sebaiknya tidak diperdengarkan, tetapi sebaliknya apabila menyenangkan maka dapat menimbulkan suasana gembira
yang mana akan mengurangi kelelahan dalam bekerja; Pewarnaan, masalah ini bukan hanya pada dinding saja, akan tetapi termasuk pewarnaan mesin, peralatan
32
dan seragam yang dikenakan karyawan perlu mendapat perhatian ; Kebersamaan, dalam lingkungan kerja perlu diciptakan iklim kebersamaan sehingga akan
tercipta pula suasana keakraban yang akan mempengaruhi pegawai dalam bekerja. Dengan adanya lingkungan kerja yang nyaman dan kondusif diharapkan dapat
memberi kenyamanan dan mendorong pegawai agar giat bekerja untuk menghasilkan produktivitas kerja yang maksimal.
Pengawasan kerja adalah usaha sistematik untuk menentukan standar pelaksanaan dan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik,
membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditentukan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan serta
mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan untuk koreksi guna menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif.
Menurut T. Hani Handoko 2000:363-365, pengawasan dapat didefinisikan sebagai poses penetapan standar pelaksanaan, penentuan pengukuran pelaksanaan
kegiatan, pengukuran pelaksanaan kegiatan, perbandingan pelaksanaan dengan standar analisa penyimpangan, dan pengambilan tindakan koreksi bila diperlukan.
Produktivitas merupakan kemampuan yang dihasilkan suatu individu untuk dapat menghasilkan produk secara maksimal, dengan menggunakan sumber
daya yang ada, dengan kata lain hasil yang diraih harus lebih baik dalam setiap prosesnya. Pengukuran produktivitas menurut Sinungan 2003
:15-17 diantaranya yaitu jumlah karyawan,yang dimaksud adalah jumlah tenaga kerja
yang digunakan perusahaan dalam produksi. Jumlah produksi yang diperoleh tenaga kerja untuk menunjukkan produktivitas tenaga kerja ; Jumlah hasil
33
produksi yang dicapai, besarnya hasil produksi yang dicapai setiap penggunaan tenaga kerja untuk mencapai hasil tersebut ; Jumlah jam kerja per tenaga kerja,,
yaitu jumlah jam kerja yang dapat digunakan atau dilaksanakan oleh setiap tenaga kerja ; Moral kerja karyawan, yaitu semangat atau kemauan setiap tenaga kerja
dalam menjalankan kegiatannya, sehingga tingkat kerja tersebut mencerminkan sikap terhadap lingkungan kerja. Moral kerja yang baik dari karyawan akan
mengakibatkan semangat kerja yang tinggi sehingga akan mempengaruhi produktivitas. Hal yang diperlukan dalam pengukuran produktivitas kerja
karyawan yaitu kuantitas hasil dan kuantitas penggunaan masukan tenaga kerja. Satuan dalam pengukuran produktivitas disesuaikan dengan variabel yang di ukur.
Berdasarkan teori dari Sinungan maka indikator produktivitas kerja yang sesuai dengan kondisi karyawan di PT. Yuro Mustika yaitu jumlah hasil produksi.
Dari uraian yang telah dijelaskan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor lingkungan kerja dan pengawasan kerja berpengaruh terhadap produktivitas
kerja karyawan. Pola pemikiran yang terbentuk adalah sebagai berikut :
34
Gambar 2.1. Kerangka Berfikir
Lingkungan Kerja 1.
Kebersihan 2.
Penerangan 3.
Pertukaran suhu udara 4.
Keamanan kerja 5.
Suaramusik 6.
Pewarnaan 7.
Kebersamaan Alex S.Nitisemito,
1996:184-187
Pengawasan Kerja 1.
Penentuan standar 2.
Penilaian pengukuran pekerjaan
3. Pengukuran
pelaksanaan pekerjaan 4.
Perbandingan pelaksanaan dengan
standar analisis penyimpangan
5. Perbaikan atas
penyimpangan T.Hani
Handoko,2001:363-365 Produktivitas
Kerja Jumlah hasil
produksi yang dicapai
Sinungan,2003:15- 17
35
2.6 Hipotesis