1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kegiatan belajar merupakan suatu proses menerima informasi baik dilakukan di bangku sekolah maupun di luar sekolah. Belajar merupakan kegiatan
yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia, dengan belajar kita dapat mengetahui banyak hal dan juga mengembangkan potensi diri. Proses belajar
yang terjadi di lingkungan sekolah merupakan proses interaksi antara guru dan siswa. Pada pelaksanaannya terdapat kompetensi-kompetensi yang harus dicapai
sebagai indikator keberhasilan kegiatan. Tujuan pembelajaran fisika dalam permendiknas nomor 22 tahun 2006,
adalah mewujudkan peserta didik yang memiliki kemampuan sebagai berikut: 1 Membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menyadari keteraturan dan
keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. 2 Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat
bekerjasama dengan orang lain. 3 Mengembangkan
pengalaman untuk
dapat merumuskan
masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan
merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis.
4 Mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan
berbagai peristiwa alam dan menyelesaian masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
5 Menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk
melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Salah satu tujuan yang dicanangkan pemerintah adalah terwujudnya pemahaman mengenai konsep-konsep fisika. Untuk mengetahui sejauh mana
pemahaman siswa maka perlu dilakukan evaluasi. Pelaksanaan evaluasi yang selama ini dilakukan adalah berupa tes pilihan ganda maupun tes uraian. Format
tugas-tugas ini dapat mengurangi kendala pada respons siswa, memungkinkan siswa untuk mengekspresikan struktur pengetahuan mereka. Namun, sistem
penilaian berupa tes pilihan ganda maupun tes uraian memungkinkan terjadi kesalahan akibat adanya subjektivitas nilai yang diberikan oleh penilai.
Seiring dengan perkembangan pendidikan di Indonesia, banyak kurikulum dan metode-metode pembelajaran yang terus dikembangkan. Salah satu metode
pembelajaran yang dikembangkan adalah pembelajaran mandiri. Pada pelaksanaan pembelajaran mandiri, siswa sebagai subjek yang melakukan
kegiatan belajar secara mandiri dan tidak bergantung kepada konselor belajar. Oleh sebab itu siswa diharapkan mampu untuk menilai sendiri apa yang telah
dipelajari, sehingga dapat mengetahui seberapa jauh pemahaman konsep atau tujuan belajar yang telah dicapai.
Perkembangan teknologi yang pesat menuntut adanya proses pembelajaran yang efektif dan efisien sehingga dapat memaksimalkan pencapaian tujuan
pendidikan, termasuk di dalamnya adalah kegiatan evaluasi. Kegiatan evaluasi menggunakan peta konsep kini mulai dikembangkan. Menurut Smith,
sebagaimana dikutip oleh Chang 2005: 138, sebuah peta konsep penting digunakan sebagai alat evaluasi belajar karena mampu menggambarkan konsep.
Namun pada pelaksanaannya, penggunaan peta konsep sebagai alat evaluasi masih menggunakan media kertas dan dilakukan secara manual sehingga masih
terdapat beberapa kekurangan antara lain: 1 Guru sulit untuk memberikan umpan balik kepada siswa saat membuat peta
konsep. 2 Merepotkan guru pada proses penilaian.
3 Siswa yang kurang pandai dalam menggambar akan kesulitan untuk membuat peta konsep.
4 Peta yang dibuat dengan media kertas kurang efisien. Penggunaan peta konsep sebagai alat evaluasi memungkinkan siswa untuk
memvisualisasikan dengan baik hubungan yang spesifik antara konsep dan struktur hirarki dan organisasi dari sebuah pengetahuan. Menurut Surber,
sebagaimana dikutip oleh McClure 1999: 476, tugas menggunakan peta konsep memiliki beberapa kelebihan, antara lain:
1 Berguna untuk mendiagnosis kesalahpahaman siswa karena peta konsep dapat digunakan untuk melihat struktur pengetahuan siswa, kesalahan siswa
dalam memahami isi materi, dan kesalahan kelalaian.
2 Relatif lebih sederhana dibandingkan tes lainnya, sehingga mengurangi subjektivitas penilaian.
Chang 2005 melakukan penelitian mengenai penggunaan peta konsep berbasis komputer dengan tujuan dapat membantu siswa dalam membuat peta
konsep yang lebih mudah. Hal ini memunculkan suatu software yang dapat digunakan untuk membuat peta konsep. Salah satu software yang dapat digunakan
untuk membuat peta konsep adalah cmap tool Chang, 2005. Akan tetapi, software ini belum digunakan sebagai media evaluasi hasil belajar. Oleh karena
itu, peneliti merencanakan mengembangkan alat evaluasi berbentuk peta konsep berbasis komputer dengan software Macromedia Flash 8 yang kemudian disebut
Alat Evaluasi Mandiri- Gaya AEM-G. Pengembangan AEM-G ini diharapkan dapat digunakan untuk mengevaluasi kemampuan mengkonstruk dan memahami
konsep gaya.
1.2 Rumusan Masalah