5
BAB II KERANGKA TEORETIS DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
Landasan teori mengenai Penerapan Model Pembelajaran SAVI Somatis Auditori Visual Intelektual untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa dalam
Pembelajaran IPA akan dipaparkan sebagai berikut: 1.
Landasan Teori mengenai Model Pembelajaran SAVI a.
Pengertian Model Sunarwan dalam Sobry Sutikno, 2004: 15 mengartikan model
sebagai gambaran tentang keadaan nyata. Menurut Kamus Bahasa Indonesia 2008: 1034, model merupakan sesuatu yang akan dibuat atau
dihasilkan. Model disebut juga barang tiruan yang kecil dengan bentuk rupa tepat benar seperti yang ditiru. Secara khusus, istilah model
diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan.
b. Pengertian Pembelajaran
Menurut Aunurrahman 2010: 34, Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi
serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mendukung dan memengaruhi terjadinya proses belajar siswa yang bersifat
internal.
5
6
Hamalik 1998: 57 mengemukakan bahwa “Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling memengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajara
n”. Pembelajaran tidak dapat diartikan secara sederhana sebagai alih
informasi pengetahuan dan keterampilan ke dalam benak siswa. Pembelajaran yang efektif seyogyanya membantu siswa menempatkan diri
dalam situasi dimana mereka mampu melakukan konstruksi-konstruksi pemikirannya dalam situasi wajar, alami, dan mampu mengekspresikan
dirinya secara tepat apa yang mereka rasakan dan mampu melaksanakannya.
Hal tersebut mengandung pengertian bahwa pembelajaran selain harus mampu memotivasi siswa untuk aktif, kreatif dan inovatif, juga
harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa itu sendiri. c.
Pengertian Model Pembelajaran Model
pembelajaran pada
dasarnya merupakan
bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara
khas oleh guru Kamulyan dkk., 2012: 10. Sunarwan dalam Sobry Sutikno, 2004: 15, menyatakan bahwa
model pembelajaran atau model mengajar adalah suatu rencana atau pola yang digunakan dalam mengatur materi pelajaran dan memberi petunjuk
pada bagaimana cara mengajar di kelas dalam setting pengajaran. Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
7
yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
Jadi pada intinya, model pembelajaran adalah prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar. Dapat juga diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
d. Pengertian SAVI
SAVI merupakan singkatan dari Somatis, Auditori, Visual dan Intelektual. Pembelajaran SAVI diperkenalkan pertama kali oleh Dave
Meier. Meier 2002: 91 dalam The Accelerated Learning Handbook mengemukakan bahwa manusia memiliki empat unsur belajar yakni: tubuh
atau somatis S, pendengaran atau auditori A, penglihatan atau visual V, dan pemikiran atau intelektual I. Bertolak dari pandangan ini, ia
mengajukan model pembelajaran aktif yang disingkat SAVI yaitu somatis yang bermakna belajar dengan berbuat; auditori yang bermakna belajar
dengan berbicara dan mendengarkan; visual yang bermakna belajar dengan mengamati dan menggambarkan; serta intelektual yang bermakna belajar
dengan berpikir dan merenung. Dengan demikian, belajar bisa terjadi secara optimal jika keempat unsur SAVI ada dalam proses pembelajaran,
yaitu menggabungkan gerak fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua indera.
8
e. Pengertian Model Pembelajaran SAVI
Menurut Warta 2010: 40, “Pendekatan SAVI merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah
memanfaatkan semua alat indera yang dimiliki oleh siswa”. Pembelajaran SAVI Somatis Auditori Visual Intelektual merupakan suatu proses
pendidikan yang menganut aliran ilmu kognitif modern yang menyatakan belajar yang paling baik adalah melibatkan emosi, seluruh tubuh, semua
indera, dan segenap kedalaman serta keluasan pribadi, menghormati gaya belajar individu lain dengan menyadari bahwa orang belajar dengan cara-
cara yang berbeda. Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan atau
model pembelajaran SAVI adalah suatu model pembelajaran yang menggabungkan gerak fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan
semua indera siswa dalam proses pembelajaran. Inti dari pembelajaran SAVI adalah menggabungkan keempat modalitas belajar tubuh,
pendengaran, penglihatan, dan pemikiran dalam satu peristiwa pembelajaran.
f. Prinsip Dasar Model Pembelajaran SAVI
Menurut Colin Rose dan Malcolm J. Nicholl dalam bukunya Accelerated Learning fot The 21th Century 2002: 91, Prinsip dasar
Model Pembelajaran SAVI sejalan dengan Accelerated Learning AL, yaitu:
1 pembelajaran melibatkan seluruh pikiran dan tubuh,
9
2 pembelajaran berarti berkreasi bukan mengkonsumsi,
3 kerjasama membantu proses pembelajaran,
4 pembelajaran berlangsung pada banyak tingkatan secara simultan
atau serentak, 5
belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri dengan umpan balik,
6 emosi positif sangat membantu pembelajaran, dan
7 otak-citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis.
g. Karakteristik Model Pembelajaran SAVI
Meier 2002: 92-100 membagi karakteristik SAVI menjadi empat bagian sesuai dengan singkatan dari SAVI yaitu Somatis, Auditori, Visual
dan Intelektual. 1
Somatis “Somatis” berasal dari bahasa yunani yang berarti tubuh.
Jadi, belajar somatis berarti belajar dengan indera peraba, kinestetis, praktis
–melibatkan fisik dan menggunakan serta menggerakkan tubuh sewaktu belajar. Sehingga, pembelajaran somatis adalah
pembelajaran yang memanfaatkan dan melibatkan tubuh indera peraba, kinestetik, melibatkan fisik dan menggerakkan tubuh
sewaktu kegiatan pembelajaran berlangsung. 2
Auditori Belajar dengan berbicara dan mendengar. Pikiran auditori
kita lebih kuat daripada yang kita sadari. Telinga kita terus menerus
10
menangkap dan menyimpan informasi aitori ubahkan tanpa kita sadari. Ketika kita membuat suara sendiri dengan berbicara,
beberapa area penting di otak kita menjadi aktif. Hal ini dapat diartikan dalam pembelajaran siswa hendaknya mengajak siswa
membicarakan apa yang sedang mereka pelajari, menerjemahkan pengalaman siswa dengan suara. Mengajak mereka berbicara saat
memecahkan masalah, membuat model, mengumpulkan informasi, membuat rencana kerja, menguasai keterampilan, membuat tinjauan
pengalaman belajar, atau menciptakan makna-makna pribadi bagi diri mereka sendiri.
3 Visual
Belajar dengan mengamati dan menggambarkan. Dalam otak kita terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi
visual daripada semua indera yang lain. Setiap siswa yang menggunakan visualnya lebih mudah belajar jika dapat melihat apa
yang sedang dibicarakan seorang penceramah atau sebuah buku atau program komputer. Secara khususnya pembelajar visual yang baik
jika mereka dapat melihat contoh dari dunia nyata, gambar, diagram, peta gagasan, video dan sebagainya ketika belajar.
4 Intelektual
Belajar dengan berpikir memecahkan masalah dan merenung. Tindakan pembelajar yang melakukan sesuatu dengan pikiran
mereka secara internal ketika menggunakan kecerdasan untuk
11
merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Hal ini diperkuat
dengan makna intelektual adalah bagian diri yang merenung, mencipta, dan memecahkan masalah.
h. Kerangka Perencanaan Model Pembelajaran SAVI
Model Pembelajaran SAVI dapat direncanakan dalam 4 tahap Meier, 2002: 103-108, yakni:
1 Tahap persiapan kegiatan pendahuluan
Pada tahap ini guru membangkitkan minat siswa, memberikan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan
menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar. Secara spesifik, tahap ini meliputi hal-hal berikut:
a memberikan sugesti positif,
b memberikan pernyataan yang memberi manfaat kepada siswa,
c memberikan tujuan yang jelas dan bermakna,
d membangkitkan rasa ingin tahu,
e menciptakan lingkungan fisik yang positif,
f menciptakan lingkungan emosional yang positif,
g menciptakan lingkungan sosial yang positif,
h menenangkan rasa takut,
i menyingkirkan hambatan-hambatan belajar,
j banyak bertanya dan mengemukakan berbagai masalah,
k merangsang rasa ingin tahu siswa,
12
l mengajak pembelajar terlibat penuh sejak awal.
2 Tahap Penyampaian kegiatan inti
Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa menemukan materi belajar yang baru dengan cara menarik, menyenangkan,
relevan, melibatkan panca indera, dan cocok untuk semua gaya belajar.
Hal-hal yang dapat dilakukan guru, antara lain: a
uji coba kolaboratif dan berbagi pengetahuan, b
pengamatan fenomena dunia nyata, c
pelibatan seluruh otak, seluruh tubuh, d
presentasi interaktif, e
grafik dan sarana yang presentasi brwarna-warni, f
aneka macam cara untuk disesuaikan dengan seluruh gaya belajar, g
proyek belajar berdasar kemitraan dan berdasar tim, h
latihan menemukan sendiri, berpasangan, berkelompok, i
pengalaman belajar di dunia nyata yang kontekstual, j
pelatihan memecahkan masalah. 3
Tahap Pelatihan kegiatan inti Pada
tahap ini
guru hendaknya
membantu siswa
mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara.
Secara spesifik, yang dapat dilakukan guru yaitu: a
aktivitas pemrosesan siswa,
13
b usaha aktif atau umpan balik,
c simulasi dunia-nyata,
d permainan dalam belajar,
e pelatihan aksi pembelajaran,
f aktivitas pemecahan masalah,
g refleksi dan artikulasi individu,
h dialog berpasangan atau berkelompok,
i pengajaran dan tinjauan kolaboratif,
j aktivitas praktis membangun keterampilan,
k mengajar balik.
4 Tahap penampilan hasil kegiatan penutup
Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada
pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil akan terus meningkat. Hal
–hal yang dapat dilakukan adalah: a
penerapan dunia nyata dalam waktu yang segera, b
penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi, c
aktivitas penguatan penerapan, d
materi penguatan persepsi, e
pelatihan terus menerus, f
umpan balik dan evaluasi kinerja, g
aktivitas dukungan kawan, h
perubahan organisasi dan lingkungan yang mendukung.
14
i. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran SAVI
Dalam skripsi karya Purwanti 2010: 16, terdapat kelebihan dan kelemahan Model Pembelajaran SAVI, antara lain:
1 Keunggulan
a membangkitkan kecerdasan terpadu siswa secara penuh melalui
penggabungan gerak fisik dengan aktivitas intelektual; b
memunculkan suasana belajar yang lebih menarik dan efektif; c
mampu membangkitkan kreatifitas dan meningkatkan kemampuan psikomotor siswa;
d memaksimalkan ketajaman konsentrasi siswa melalui
pembelajaran secara visual, auditori dan intelektual. 2
Kelemahan a
model pembelajaran ini sangat menuntut adanya guru yang sempurna sehingga dapat memadukan keempat komponen dalam
SAVI secara utuh; b
penerapan model pembelajaran ini membutuhkan kelengkapan sarana dan prasarana pembelajaran yang menyeluruh dan
disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga memerlukan biaya pendidikan yang besar, terutama untuk pengadaan media
pembelajaran yang canggih dan menarik. Ini dapat terpenuhi secara optimal pada sekolah-sekolah maju.
15
2. Landasan Teori mengenai Keaktifan Belajar
a. Pengertian Keaktifan Belajar
Keaktifan mengandung arti bahwa “Pada waktu guru mengajar, ia harus mengusahakan agar murid-
muridnya aktif, jasmani maupun rohani.” Sriyono, 1992: 75.
Menurut Nana Sudjana Fendi, 2011: 13 “keaktifan adalah kegiatan belajar atau kegiatan kesibukan”. Berasal dari kata aktif artinya
bekerja, berusaha. Aktifitas adalah keaktifan, kegiatan, kesibukan, kerja atau salah satu kegiatan kerja yang dilaksanakan dalam tiap bagian
tertentu. Keaktifan siswa adalah sejauh mana siswa berperan dalam berpartisipasi dalam mengikuti pembelajaran di kelas.
Menurut Hamalik 1998: 57 Pembelajar an adalah ”suatu
kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling memengaruhi untuk
mencapai tujuan pembelajaran”. Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa keaktifan belajar adalah interaksi antara pendidik dan peserta didik dalam lingkungan belajar dimana siswa turut aktif
berpartisipasi baik jasmani maupun rohani untuk mengikuti proses pembelajaran.
b. Faktor–Faktor yang Memengaruhi Keaktifan Belajar
Muhibbin Syah 2012: 146 menyatakan bahwa faktor yang memengaruhi keaktifan belajar peserta didik dapat digolongkan menjadi
16
tiga macam, yaitu faktor internal faktor dari dalam peserta didik, faktor eksternal faktor dari luar peserta didik, dan faktor pendekatan belajar
approach to
learning. Secara
sederhana, faktor-faktor
yang memengaruhi keaktifan belajar peserta didik tersebut dapat diuraikan
sebagai berikut: 1
Faktor internal peserta didik, merupakan faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik itu sendiri, yang meliputi:
a aspek fisiologis, yaitu kondisi umum jasmani dan tonus tegangan
otot yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat memengaruhi semangat dan intensitas
peserta didik dalam mengikuti pelajaran. b
aspek psikologis, yaitu semua keadaan dan fungsi psikologis seseorang yang dapat memengaruhi proses belajarnya. Adapun
faktor psikologis tersebut antara lain sebagai berikut: 1 inteligensi, tingkat kecerdasan atau inteligensi IQ peserta
didik tidak dapat diragukan lagi dalam menentukan keaktifan dan keberhasilan belajar peserta didik. Ini bermakna bahwa
semakin tinggi tingkat inteligensinya maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses, begitu juga sebaliknya;
2 sikap, adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara
17
yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif;
3 bakat, adalah potensi atau kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir yang berguna untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat
tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing; 4 minat, adalah kecenderungan atau kegairahan yang tinggi
atau keinginan yang besar terhadap sesuatu; dan 5 motivasi, adalah kondisi psikologis yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk
belajar. 2
Faktor eksternal peserta didik, merupakan faktor dari luar peserta didik yakni kondisi lingkungan di sekitar peserta didik.
Adapun yang termasuk dari faktor ekstrenal yaitu: a lingkungan sosial, yang meliputi: para guru, para staf administrasi,
dan teman-teman sekelas; serta b lingkungan non sosial, yang meliputi: gedung sekolah dan
letaknya, rumah tempat tinggal keluarga peserta didik dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang
digunakan peserta didik.
18
3 Faktor pendekatan belajar, merupakan segala cara atau strategi yang
digunakan peserta didik dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu.
Hal yang sama dikemukakan oleh Abu Ahmadi 2008: 78 bahwa faktor yang memengaruhi keaktifan belajar peserta didik diklasifikasikan
menjadi dua macam, yakni: 1 faktor intern faktor dari dalam diri manusia itu sendiri yang meliputi faktor fisiologis dan psikologi; serta 2
faktor ektern faktor dari luar manusia yang meliputi faktor sosial dan non sosial.
Dengan demikian, secara umum dapat disimpulkan bahwa faktor- faktor yang memengaruhi keaktifan belajar peserta didik dalam proses
pembelajaran adalah faktor internal faktor dari dalam peserta didik dan faktor eksternal faktor dari luar peserta didik.
c. Cara Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa
Ada beberapa cara untuk meningkatkan keaktifan belajar dalam proses pembelajaran, di antaranya adalah:
1 Guru mengelola kelas dengan baik.
2 Menciptakan suasana belajar yang menarik dan menyenangkan.
3 Penampilan guru hangat dan menimbulkan partisipasi positif.
4 Siswa mengetahui maksud dan tujuan pembelajaran.
5 Guru menguasai materi pembelajaran dan menyampaikannya dengan
cara yang mudah dipahami siswa.
19
6 Menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan materi
pembelajaran. 7
Menerapkan model pembelajaran yang kreatif dan inovatif.
d. Indikator Keaktifan Belajar
Indikator dibuat untuk melihat perubahan tingkah laku yang muncul berdasarkan proses pembelajaran yang telah dirancang oleh guru.
Ada lima indikator keaktifan belajar siswa yang dapat diamati dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
1 Perhatian siswa terhadap penjelasan guru,
2 Kerjasama dalam kelompok,
3 Memberi kesempatan berpendapat kepada teman dalam kelompok,
4 Mendengarkan dengan baik ketika teman berpendapat, dan
5 Saling membantu menyelesaikan masalah.
Indikator keaktifan belajar siswa tersebut bisa diukur menggunakan bentuk penilaian non tes yakni metode observasi ketika pelaksanaan
tindakan berlangsung. 3.
Landasan Teori mengenai Pembelajaran IPA a.
Pengertian Pembelajaran Kata dasar “pembelajaran” adalah belajar. Dalam arti sempit,
pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses atau cara yang dilakukan agar seseorang dapat melakukan kegiatan belajar sehingga
mencapai tujuan pembelajaran.
20
Istilah “pembelajaran” instruction berbeda dengan istilah “pengajaran” teaching. Kata “pengajaran” lebih bersifat formal dan
hanya ada di dalam konteks guru dengan siswa di kelas atau sekolah, sedangkan kata “pembelajaran” tidak hanya ada di dalam konteks guru
dengan siswa di kelas secara formal, akan tetapi juga meliputi kegiatan- kegiatan belajar siswa di luar kelas yang mungkin saja tidak dihadiri oleh
guru secara fisik. Dalam arti luas, pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan
yang sistematis dan sistemik, yang bersifat interaktif dan komunikatif antara pendidik guru dan siswa, sumber belajar dan lingkungan untuk
menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar siswa agar dapat mencapai kompetensi belajar yang telah
ditentukan Zaenal, 2009: 10. b.
Pengertian IPA IPA adalah ilmu yang mempelajari tentang semesta alam beserta
gejala-gejalanya. IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang sangat luas terkait
dengan kehidupan manusia Leo Sutrisno dkk., 2007: 1-19. IPA berasal dari kata-kata bahasa inggris yaitu
“Natural Science” yang secara singkat sering disebut “science” atau sains. Natural artinya
alamiah dan berhubungan dengan alam atau bersangkutan dengan alam. Sedangkan science artinya ilmu pengetahuan. Jadi, IPA atau science itu
21
secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam atau ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam.
Menurut Suyoso 1998: 23, IPA berasal dari kata sains yang berarti alam. IPA
merupakan “pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat aktif dan dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui
metode tertentu yaitu teratur, sistematis, berobjek, bermetode dan berlaku secara universal”.
Dari beberapa pendapat di atas dapat dipahami bahwa IPA merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar untuk mengungkap
gejala-gejala alam dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah yang berupa metode ilmiah dan didapatkan dari hasil eksperimen atau observasi
yang bersifat umum sehingga dapat terus dikembangkan di masyarakat. c.
Tujuan dan Fungsi Mata Pelajaran IPA Pemberian mata pelajaran IPA bertujuan agar siswa dapat
memahami konsep-konsep IPA dan saling keterkaitannya, serta mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang
dihadapinya, sehingga lebih menyadari kebesaran dan kekuasaan Tuhan Pencipta alam semesta.
Sedangkan Fungsi dari mata pelajaran IPA antara lain: 1
Memberi bekal pengetahuan dasar, baik untuk dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi maupun untuk diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
22
2 Mengembangkan keterampilan-keterampilan dalam memperoleh,
mengembangkan, dan menerapkan konsep-konsep IPA. 3
Menambah sikap ilmiah dan melatih siswa dalam menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.
4 Menyadarkan siswa akan keteraturan alam dan segala keindahannya,
sehingga siswa terdorong untuk mencintai dan mengagungkan Penciptanya.
5 Memupuk daya kreatif dan inovatif siswa.
6 Membantu siswa memahami gagasan atau informasi baru dalam
bidang IPTEK. 7
Memupuk serta mengembangkan minat siswa terhadap IPA.
d. Ruang Lingkup Kajian IPA di SD
Menurut kurikulum KTSP SDMI 2006, ruang lingkup kajian IPA di SD meliputi aspek-aspek berikut:
1 Makhluk hidup dan proses kehidupan; yaitu manusia, hewan,
tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. 2
Benda atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi; cair, padat dan gas.
3 Energi dan perubahannya meliputi; gaya, bunyi, poros magnet, listrik,
cahaya dan pesawat sederhana. 4
Bumi dan alam semesta meliputi; tanah, bumi, tata surya dan benda- benda langit lainnya.
23
e. Pengertian Pembelajaran IPA
“Pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar bagaimana belajar memperoleh
pengetahuan, ketrampilan dan sikap” Dimyati dkk., 2006: 157. Ilmu Pengetahuan Alam IPA merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan erat
dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis. IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-
konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan proses penemuan. Pembelajaran IPA di SD menekankan pada pemberian pengalaman belajar
secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan ketrampilan proses dan sikap ilmiah.
Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA merupakan suatu kegiatan baik di dalam ataupun di luar
kelas yang dilakukan oleh pendidik guru maupun peserta didik siswa dalam rangka mempelajari ilmu alam yang dilakukan secara sistematis
mulai dari perencanaan, kegiatan, pelaksanaan, sampai dengan evaluasi dan menekankan pada tujuan untuk mengembangkan keterampilan proses
maupun sikap siswa sehingga dapat bermanfaat dalam kehidupan sehari- hari.
24
B. Penelitian Terdahulu yang Relevan