Purba Endah Sari , 2013 Gambaran Pengetahuan remaja tentang pemeriksaan payudara sendiri SADARI pada
mahasiswa jurusan pendidikan bahsa dan sastra Indonesia UPI angkatan 20102011 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Kejadian kanker payudara di Indonesia sampai saat ini banyak menyerang wanita pada stadium lanjut dengan penyulit dan metastasis sehingga pengobatan
sudah sulit dilakukan sehingga berakhir dengan kematian. Kejadian kanker payudara di negara maju ditemukan pada stadium yang lebih awal sehingga dapat
diberikan pengobatan yang sempurna. Hal ini disebabkan oleh tingkat pengetahuan, sikap dan perilakunya yang sudah baik dalam mengetahui deteksi
payudara Widiya : 2011 : 1
Penderita kanker payudara di Indonesia tiap tahun diperkirakan terdapat 100 penderita baru per 100.000 penduduk. Ini berarti dari jumlah 237 juta
penduduk, ada sekitar 237.000 penderita kanker baru setiap tahunnya. Sejalan dengan itu, data empiris juga menunjukkan bahwa kematian akibat kanker dari
tahun ke tahun terus meningkat. Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2007, sekitar 5,7 kematian semua umur disebabkan oleh kanker ganas. Sedangkan
berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit SIRS tahun 2007, kanker payudara menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh RS di
Indonesia 16,85, disusul kanker leher rahim 11,78 YKI, 2012. Penelitian Handayani 2008 menjelaskan bahwa pada wanita dewasa
awal di dusun Kalangan kecamatan Pedan Klaten tingkat pengetahuan responden tentang pemeriksaan payudara sendiri SADARI cukup yaitu 83,3. Sikap
responden tidak mendukung yaitu 98,9. Perilaku responden adalah perilaku salah yaitu 97,8. Hal ini dikarenakan responden belum mendapat informasi
kesehatan tentang sadari yang meliputi bagaimana cara melakukannya dan bagaimana bentuk benjolan yang ditemukan, sedangkan sebagian wanita yang
pernah mendapatkan informasi kesehatan masih kurang kesadarannya untuk melakukan sadari di rumah.
Penelitian Putri 2011:59 pada remaja puteri menjelaskan bahwa ada hubungan tingkat pengetahuan dan sikap remaja putri tentang sadari terhadap
perilaku sadari di MA KMI Diniyyah Puteri Padang Panjang menunjukan dari 115 responden, diperoleh hasil responden yang memiliki pengetahuan baik 11,3,
pengetahuan sedang 35,7, pengetahuan kurang 53. Sikap mereka masuk dalam kategori baik 9,6, kategori sedang 68,7, kategori kurang 21,7.
Perilaku mereka termasuk dalam kategori kurang 97,4 sedangkan sisanya termasuk kategori sedang 2,6. Beberapa peneliti juga memperlihatkan adanya
indikasi hubungan yang kuat antara pengetahuan dan perilaku. Notoatmojo 2007:121 menjelaskan bahwa perilaku seseorang atau
masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, dan tradisi. Masih kurangnya kesadaran wanita-wanita Indonesia dalam
melakukan deteksi dini terhadap kanker payudara, bahkan masih banyak wanita Indonesia belum mengetahui cara-cara deteksi dini kanker payudara meyebabkan
angka kejadian kanker payudara cukup besar. Selain itu, faktor lain yang berpengaruh adalah tingkat pendapatan penduduk yang masih tergolong rendah
sehingga mereka tidak dapat memeriksakan diri secara. Pemeriksaan sederhana untuk mendeteksi secara dini perubahan yang terjadi pada payudara yaitu dengan
memeriksa payudara sendiri atau disebut dengan istilah sadari. Sadari merupakan salah satu langkah deteksi dini untuk mencegah terjadinya kanker payudara yang
akan lebih efektif jika dilakukan sedini mungkin ketika wanita mencapai usia reproduksi.
Sadari dianggap sebagai cara termurah, aman, sederhana. Dengan sadari, bukan tidak mungkin akan lebih banyak kanker payudara stadium dini yang dapat
terdeteksi. Tetapi, sadari masih dianggap belum efektif. Hal ini dikarenakan ketakutan dan kecemasan dalam menghadapi kenyataan, serta masih sedikit
wanita yang memakai cara ini. Selain itu pemahaman sadari secara teknis masih belum dikuasai. Pada wanita muda masih sulit untuk melakukan deteksi kanker
payudara dengan sadari karena payudara mereka masih berserabut fibrouus, sehingga dianjurkan sebaiknya mulai mendeteksi kanker payudara dengan sadari
pada usia 20 tahun karena pada umumnya pada usia tersebut jaringan pada wanita sudah terbentuk sempurna.
Dari studi pendahuluan yang dilakukan terhadap sepuluh orang mahasiswi dengan metode wawancara, semuanya memiliki pengetahuan yang baik tentang
kanker payudara dan belum mendapatkan peyuluhan tentang sadari, namun sembilan dari sepuluh mahasiswi tidak pernah mendengar istilah sadari, dan
belum pernah melakukan sadari di rumah, selain itu di jurusan ini juga pernah ada yang mengalami benjolan seperti tanda dan gejala kanker payudara, namun
benjolan menghilang, hal ini membuat salah satu mahasiswi tersebut cemas. Dengan alasan di atas peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran pengetahuan
remaja tentang sadari pada mahasiswi jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2010.
Pemilihan mahasiswi sebagai subjek penelitian dikarenakan adanya kasus kanker payudara yang terjadi pada usia dibawah 30 tahun, selain itu juga
memperlihatkan bahwa kanker payudara yang sebelumnya banyak terjadi pada usia 35
– 50 tahun , dan sekarang mulai menyerang usia yang lebih muda, hal ini disebabkan karena meningkatnya faktor resiko kanker payudara itu sendiri yang
meliputi faktor eksogen, misalnya pola hidup, pola makan, serta faktor endogen yaitu genetik, sehingga sangat diperlukan deteksi dini untuk menemukan kalainan
pada payudara melalui sadari. Mahasiswa S1 pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang aktif berjumlah 495 orang, jumlah mahasiswa angkatan tahun
2010 sebanyak 118 orang, sebagian besar perempuan yang berusia antara usia 19 tahun sampai 22 tahun. Mahasiswa perempuan di jurusan ini sebanyak 87 orang.
B. Indentifikasi dan Rumusan Masalah