Efektifitas Pendidikan Kesehatan Terhadap Nilai Pengetahuan Mengenai Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Pada Remaja Putri di SMPN 3 Tangerang Selatan

(1)

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

PENGETAHUAN MENGENAI PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI

(SADARI) PADA REMAJA PUTRI DI SMPN 3 TANGERANG SELATAN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

OLEH:

LARAS AYUNDA PRATAMA

NIM: 1110104000048

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H / 2014 M


(2)

(3)

iii SCHOOL OF NURSING

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF JAKARTA

Undergraduate Thesis, Juli 2014

Laras Ayunda Pratama, NIM: 1110104000048

The Effectiveness of Health Education on the Knowledge Score of Breast Self-Examination (BSE) in Adolescents at SMPN 3 Tangerang Selatan

xviii + 74 pages + 5 charts + 8 tables + 8 attachments

ABSTRACT

Patients with breast malignancy mostly come when advanced stage, so that treatment can not be adequately or appropriately. The effort of BSE is very important because approximately 75-85% of breast cancer malignancy was found at the time of BSE. Lack of knowledge of the public, especially adolescents about breast self-examination needs to be addressed with improved promotive-preventive against breast health issues. This study aims to determine the effectiveness of health education on the knowledge score about BSE in adolescent in SMPN 3 Tangerang Selatan. This research is a quantitative research method of pre-experimental design with one group pre-test post-test design. The amount of samples were 33 people with consecutive sampling. Data collected by using questionnaire and analyzed by used a paired t test. The results showed there was an increase in knowledge score of 24,65% after being given health education about BSE. The results of hypothesis test with α = 0.05 obtained significant value of p <0.05. Effectiveness of health education value is calculated with the formula obtained results Eta Squared of 0.89 which means that health education has great effectiveness in improving the knowledge of adolescents.

Keywords: adolescents, health education, breast self-examination, breast cancer Reference: 82 (2003-2014)


(4)

iv

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Juli 2014

Laras Ayunda Pratama, NIM: 1110104000048

Efektifitas Pendidikan Kesehatan Terhadap Nilai Pengetahuan Mengenai Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Pada Remaja Putri di SMPN 3 Tangerang Selatan

xviii + 74 halaman + 5 bagan + 8 tabel + 8 lampiran

ABSTRAK

Penderita keganasan payudara sebagian besar datang saat stadium lanjut, sehingga pengobatannya tidak dapat adekuat atau tepat. Upaya SADARI sangat penting sebab sekitar 75-85% keganasan kanker payudara ditemukan pada saat dilakukan SADARI. Kurangnya pengetahuan masyarakat khususnya remaja putri mengenai SADARI perlu disikapi dengan peningkatan upaya promotif-preventif terhadap masalah kesehatan payudara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pendidikan kesehatan terhadap nilai pengetahuan mengenai SADARI pada remaja putri di SMPN 3 Tangerang Selatan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan desain penelitian pre experimental design dengan one group pre-test post-test design. Sampel berjumlah 33 orang diperoleh melalui teknik consecutive sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan dianalisis menggunakan uji t berpasangan. Hasil penelitian didapatkan terdapat peningkatan skor pengetahuan sebesar 24,65% setelah diberikan pendidikan kesehatan mengenai SADARI. Hasil uji hipotesis dengan α=0,05 didapatkan nilai siginifikan p<0,05. Nilai efektifitas pendidikan kesehatan dihitung dengan rumus Eta Squared diperoleh hasil 0,89 yang berarti pendidikan kesehatan memiliki efektifitas yang besar dalam meningkatkan nilai pengetahuan remaja putri mengenai SADARI.

Kata kunci : remaja putri, pendidikan kesehatan, SADARI, kanker payudara Referensi : 82 (2003-2014)


(5)

(6)

(7)

(8)

viii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : LARAS AYUNDA PRATAMA

Tempat, tanggal Lahir : Tangerang, 28 Desember 1992

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Kp. Tukang Kajang RT/RW 005/002 Desa Rawa

Rengas Kecamatan Kosambi Kabupaten Tangerang

Banten

HP : +6285780932089

E-mail : [email protected]

Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/Program

Studi Ilmu Keperawatan

PENDIDIKAN

1. TK Islam Al Fajar 1996-1998

2. SDN 04 Rawa Rengas 1998-2004

3. SMPN 1 Teluknaga 2004-2007

4. SMAN 6 Tangerang 2007-2010


(9)

ix

PERSEMBAHAN

“..Bahwa sesungguhnya Allah SWT akan meninggikan orang-orang yang berilmu

pengetahuan dengan beberapa derajat..” (QS Al Mujadilah: 11)

Bismillah, Skripsi ini saya persembahkan untuk:

 Mama, wanita terhebat yang pernah saya temui. Betapa bangganya bisa terlahir dari rahimmu. Seluruh kasih sayang, doa, perhatian, dan dukungan selalu tercurah dari mu selama ini. Mama adalah salah satu nikmat terbesar yang pernah saya dapatkan, alhamdulillah. I love you, Mom 

 Papa, Laki-laki kuat yang selalu menjadi motivasi saya untuk terus belajar. Seorang ayah yang tiada henti mencurahkan dan memanjatkan doa nya untuk anak-anaknya. Tetaplah menjadi kebanggaan keluarga, tetaplah menjadi papa yang hebat untuk kami, anak-anakmu 

 Adik-adikku, Fully dan Agri. Dua malaikat yang selalu memberikan saya keceriaan dan kasih sayang. Dua orang yang tak kalah penting dalam hidup saya. I love you, both 

 Teman-teman seperjuangan, PSIK UIN 2010 yang selalu memberikan semangat dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini. Hani, septi, kiki, vica, alif, adis, gaby, dan ratna yang selalu memberikan semangat dan dukungan, you know we can do it, guys 

 Semua orang yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu tanpa mengurangi rasa terima kasih saya terhadap kalian. Semua orang yang mendoakan saya dalam sholatnya tanpa saya ketahui 

Terima kasih atas semua doa, kasih sayang, dukungan, dan bantuan yang kalian berikan kepada saya selama ini. Semoga Allah membalas semua kebaikan kalian, Aamiin Ya Allah.


(10)

x

هتاكربو ه ةمحرو كي ع اسلا

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat, hidayah, dan kekuatan kepada penulis, karena hanya dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Efektifitas Pendidikan Kesehatan terhadap Nilai Pengetahuan Mengenai Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) pada Remaja Putri di SMPN 3 Tangerang Selatan”. Sholawat serta salam juga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Skripsi ini disusun sebagaimana untuk memenuhi salah satu syarat guna mendapat gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta menerapkan dan mengembangkan teori-teori yang penulis dapatkan selama kuliah.

Penulis telah berusaha untuk menyajikan suatu tulisan ilmiah yang rapi dan sistematik sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini jauh dari sempurna, baik dari segi isi maupun metodologi. Oleh karena itu segala kritik dan saran yang membangun mengenai tulisan ini sangat penulis harapkan.

Banyak pihak yang telah memberikan bantuan, motivasi, doa, serta kerjasama yang luar biasa dalam proses penyusunan proposal skripsi ini.Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Dr, MK. Tadjudin, Sp. And. selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakrta.

2. Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep., MKM selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Puspita Palupi, M.Kep, Ns. Sp. Kep., Mat dan Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep., MKM selaku dosen pembimbing skripsi yang meluangkan waktu dan dengan sabar memberikan arahan, saran, dan perbaikan serta motivasi kepada penulis selama proses penyusunan sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama kuliah.

5. Segenap Jajaran Staf dan Karyawan Akademik serta Perpustakaan Akademik yang telah banyak memberi kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh guru di SMPN 3 Tangerang Selatan yang dengan sabar memberikan bantuan dan dukungan moriil kepada penulis dalam proses penelitian.

7. Orang tua tercinta, Ibunda Naiyah dan Ayahanda Syamsudin, yang selalu memberikan kasih sayang yang tiada henti, doa, dukungan, dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan perkuliahan dan tugas akhir ini. Tak lupa, kepada adik-adik tersayang Fully dan Agri serta seluruh keluarga


(11)

xi

besar yang senantiasa juga selalu memberikan dukungan dan doanya dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Kepada seluruh keluarga PSIK, kakak-kakak, adik-adik, khususnya teman-teman seperjuangan Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan 2010, yang telah membantu dan memotivasi dalam proses pembuatan skripsi ini.

Mudah-mudahan segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis mendapat imbalan dari Allah SWT. Akhirnya, penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya.

ه ةمحرو كي ع اسلاو هتاكربو

Ciputat, Juli 2014


(12)

xii

Halaman Judul i

Pernyataan Keaslian Karya ii

Abstract iii

Abstrak iv

Pernyataan Persetujuan v

Lembar Pengesahan vi

Daftar Riwayat Hidup viii

Lembar Persembahan ix

Kata Pengantar x

Daftar Isi xii

Daftar Singkatan xv

Daftar Bagan xvi

Daftar Tabel xvii

Daftar Lampiran xviii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 4

C. Tujuan 6

1. Tujuan Umum 5

2. Tujuan Khusus 6

D. Manfaat Penelitian 6

1. Manfaat Ilmiah 6

2. Manfaat Praktis 6

E. Ruang Lingkup Penelitian 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Remaja 8

1. Pengertian Remaja 8


(13)

xiii

3. Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja 9

a. Tugas Perkembangan Remaja 9

b. Pertumbuhan Remaja 12

c. Anatomi Fisiologi Payudara 14

B. Masalah Kesehatan Payudara pada Remaja 16

1. Kanker Payudara 16

2. Fibroadenoma (FAM) 17

3. Papiloma Intraduktal 18

4. Fibrokistik Payudara 18

C. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) 19

1. Pengertian SADARI 19

2. Langkah-langkah SADARI 20

3. Tanda-tanda SADARI yang harus diwaspadai 22

D. Health Promotion Model (HPM) 22

E. Pendidikan Kesehatan 24

1. Pengertian Pendidikan Kesehatan 24

2. Tujuan Pendidikan Kesehatan 27

3. Sasaran Pendidikan Kesehatan 27

4. Metode Pendidikan Kesehatan 28

5. Media Pendidikan Kesehatan 34

6. Tahapan Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan 35

F. Pengetahuan 36

G. Ingatan 40

H. Kerangka Teori 42

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep 43

B. Definisi Operasional 44


(14)

xiv

A. Desain Penelitian 46

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 47

C. Populasi dan Sampel 47

D. Teknik Pengambilan Sampel 47

E. Instrumen Penellitian 48

F. Uji Validitas dan Reliabilitas 50

G. Tahapan Pengaambilan Data 51

H. Pengolahan Data 53

I. Analisis Data 54

J. Etika Penelitian 55

BAB V HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian 57

B. Analisis Univariat 58

C. Analisis Bivariat 63

BAB VI PEMBAHASAN

A. Efektifitas Pendidikan Kesehatan Terhadap Nilai Pengetahuan Responden

Mengenai SADARI 66

B. Keterbatasan Penelitian 70

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 72

B. Saran 72

Daftar Pustaka Lampiran


(15)

xv

DAFTAR SINGKATAN

WHO : World Health Organization

UIN : Universitas Islam Negeri

PSIK : Program Studi Ilmu Keperawatan

FKIK : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

BPS : Badan Pusat Statistik

SADARI : Pemeriksaan Payudara Sendiri

SMPN : Sekolah Menengah Pertama Negeri

SMA : Sekolah Menengah Atas

RI : Republik Indonesia

DEPKES : Departemen Kesehatan

HPM : Health Promotion Model

HBM : Health Belief Model

SD : Standart Deviasi

CI : Confidence Interval

YKPJ : Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta

PMR : Palang Merah Remaja


(16)

xvi

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Langkah-langkah Melakukan SADARI 21

Bagan 2.2 Kerucut Edgar Dale 33

Bagan 2.3 Kerangka Teori 42

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian 43


(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional 44

Tabel 4.1 Uraian Kuesioner Penelitian 49

Tabel 5.1 Deskripsi Data Demografi Responden 57

Tabel 5.2 Distribusi Statistik Deskriptif Pengetahuan Siswi Sebelum dan Sesudah Diberikan Intervensi Pendidikan Kesehatan tentang Pemeriksaan

Payudara Sendiri (SADARI) 59

Tabel 5.3 Deskripsi Hasil Pertanyaan per Item Sebelum Diberikan Pendidikan

Kesehatan 60

Tabel 5.4 Deskripsi Hasil Pertanyaan per Item Sesudah Diberikan Pendidikan

Kesehatan 61

Tabel 5.5 Distribusi Hasil Normalitas Pengetahuan Remaja Putri tentang SADARI Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan 62 Tabel 5.6 Distribusi Perbedaan Pengeahuan Tentang SADARI Sebelum dan


(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Perizinan Studi Pendahuluan

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian, Validitas dan Reliabilitas Lampiran 3. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 4. Kuesioner

Lampiran 5. Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

Lampiran 6. Hasil Olahan SPSS Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 7. Hasil Olahan SPSS Univariat


(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Remaja merupakan seseorang yang berada pada tahapan antara fase anak dan

dewasa serta ditandai dengan perubahan fisik, perilaku, kognitif, biologis, dan emosi

(Efendi, 2009). Rentang usia remaja menurut World Health Organization (WHO)

pada tahun 2013 adalah antara usia 10-19 tahun, sedangkan menurut Efendi (2009),

remaja yang sudah menikah tidak lagi tergolong sebagai remaja melainkan sebagai

dewasa. Data yang diperoleh dari sensus penduduk tahun 2010 yaitu populasi remaja

perempuan sekitar 21.275.092 jiwa atau 8,8% dari jumlah penduduk di Indonesia.

Diperkirakan pada tahun 2012 jumlah remaja perempuan usia muda (<15 tahun) di

Indonesia akan meningkat menjadi 34.307.709 jiwa (Badan Pusat Statistik, 2012).

Tahap perkembangan remaja ditandai dengan perubahan fisik, sosial, dan

kematangan emosional. Perubahan fisik terjadi secara cepat pada remaja laki-laki

maupun perempuan (Funnell, 2009). Periode remaja sering dikenal dengan masa

pubertas. Masa pubertas adalah masa dimana remaja mengalami proses kematangan,

hormonal dan pertumbuhan yang terjadi ketika organ-organ reproduksi mulai

berfungsi dan karakteristik seks sekunder mulai muncul. Masa pubertas ditandai

dengan beberapa perubahan fisik salah satunya yaitu adanya pembesaran payudara

yang dikenal sebagai telarke, terjadi antara usia 9 sampai 13,5 tahun (Wong, 2008).

Rasjidi (2010) mengungkapkan bahwa seorang remaja putri telah mencapai


(20)

Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) perlu dilakukan. SADARI merupakan

salah satu cara yang dilakukan untuk deteksi dini kanker payudara. Pemeriksaan ini

meliputi inspeksi dan palpasi payudara serta dapat dilakukan pada posisi berdiri

maupun berbaring (Otto, 2003). Waktu yang paling baik untuk melakukan SADARI

adalah 7 sampai 10 hari setelah menstruasi, saat pembengkakan dan nyeri payudara

telah mereda. Benjolan di payudara yang ditemukan saat SADARI harus dievaluasi

terhadap satu dari tiga kemungkinan: (1) kista, (2) tumor jinak, atau (3) tumor ganas

(Gruendemann, 2005). Upaya SADARI sangat penting sebab sekitar 75-85%

keganasan kanker payudara ditemukan pada saat dilakukan SADARI (Purwoastuti,

2008). Penderita keganasan payudara sebagian besar datang saat stadium lanjut,

sehingga pengobatannya tidak dapat adekuat atau tepat (Manuaba, 2009). Hal ini

menjadikan pengetahuan yang baik tentang prosedur SADARI sangat penting

dimiliki oleh remaja putri karena tahu tentang prosedur SADARI merupakan salah

satu alasan yang menyebabkan remaja putri mengaplikasikan SADARI (Karayurt,

2008).

Perempuan yang melakukan SADARI secara rutin akan menemukan penyakit

payudara lebih dini, dan kematian akibat kanker payudara dapat dihindari dengan

diagnosis dan pengobatan sedini mungkin (Benson, 2008). Kanker payudara

umumnya menyerang perempuan yang telah berumur lebih dari 40 tahun, perempuan

muda pun bisa terserang kanker ini (Mardiana, 2004). Statistik Kanker RSUP

dr.M.Djamil Padang pada tahun 2010 melaporkan bahwa jumlah kasus kanker

payudara pada tahun 2010 yaitu sebanyak 1758 kasus dan usia termuda penderita


(21)

melaporkan bahwa klinik khusus penanganan keluhan pada payudara di Jakarta

menunjukkan dari 2.495 pasien yang datang pada tahun 2001-2002, 79% pasien

diantaranya menderita tumor payudara jinak dan hanya 14% pasien yang menderita

kanker payudara (Diananda, 2009).

Penelitian yang dilakukan oleh Utama (2008) di SMA Negeri 5 Jambi

menunjukkan bahwa sebanyak 72,6% dari 201 responden memiliki pengetahuan

kurang baik mengenai SADARI. Pengetahuan remaja putri mengenai SADARI

sangat penting dalam pendeteksian dini serta penanggulangan kanker payudara,

terutama jika mengingat bahwa kejadian kanker payudara saat ini semakin banyak

menyerang usia remaja (YKPJ, 2011). WHO (2013) melaporkan bahwa kanker

payudara merupakan kanker yang paling umum diderita oleh perempuan baik di

negara maju maupun di negara kurang berkembang. Diperkirakan bahwa di seluruh

dunia lebih dari 508.000 perempuan meninggal pada tahun 2011 karena kanker

payudara (Global Health Estimate, WHO 2013). Kanker payudara menempati urutan

kedua yang paling banyak diderita kaum perempuan setelah kanker mulut atau leher

rahim (serviks) (Depkes RI, 2013).

Kurangnya pengetahuan masyarakat khususnya remaja putri mengenai bahaya

kanker payudara perlu disikapi dengan peningkatan upaya promotif-preventif. Upaya

tersebut salah satunya adalah dengan edukasi di berbagai elemen masyarakat. Edukasi

akan lebih efektif jika dilakukan lebih awal, antara lain pada siswa sekolah (Depkes

RI, 2013). Pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja khususnya mengenai

masalah payudara yang dilakukan oleh professional telah terbukti efektif dalam


(22)

Park, 2012). Kanker payudara biasanya terjadi setelah usia 45 tahun, tetapi saat ini

usianya menuruns dan banyak perempuan muda yang menderita kanker payudara

(Fry & Prentice, 2006 dalam Karayurt, 2008). Kanker payudara yang menyerang

perempuan muda lebih agresif dan sedikit yang dapat bertahan hidup, hal ini

membuat deteksi dini lebih penting (Rosenberg & Levy, 2001 dalam Karayurt, 2008).

Permatasari (2013) dalam penelitiannya di SMA Negeri 2 Pontianak Barat

mengungkapkan bahwa penyuluhan tentang SADARI sebagai deteksi dini kanker

payudara efektif dapat meningkatkan pengetahuan siswi tentang SADARI. Hal ini

juga selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Ouyang dan Hu (2014) di Cina

yang menunjukan bahwa pendidikan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan

tentang kanker payudara dan SADARI.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 11 orang siswi SMPN 3

Tangerang Selatan didapatkan data bahwa 9 diantaranya belum mengetahui dan

belum pernah mendapat informasi mengenai SADARI. Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Efektifitas pendidikan kesehatan terhadap nilai pengetahuan mengenai Pemeriksaan Payudara Sendiri

(SADARI) pada remaja putri di SMPN 3 Tangerang Selatan”.

B. Rumusan Masalah

Survei yang dilakukan Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta (YKPJ) pada

tahun 2005 menunjukkan 80% masyarakat tidak mengerti pentingnya pemeriksaan

dini payudara. Sebanyak 70% kasus kanker payudara ditemukan dalam stadium lanjut


(23)

kesadaran, pengertian, dan pengetahuan masyarakat tentang kanker payudara,

sementara penanganan kanker payudara secara lintas sektoral belum mendapat

prioritas dari pemerintah (Rasjidi, 2010). Menurut Nursalam (2008), perilaku

kesehatan (health behavior) juga menentukan status kesehatan, perubahan perilaku

menuju kearah hidup yang kondusif untuk kesehatan dapat dilakukan salah satunya

melalui pendidikan kesehatan.

Masalah dalam penanggulangan kanker payudara di Indonesia adalah

penderita datang ke pelayanan kesehatan sudah dalam stadium lanjut. Data yang

didapatkan berdasarkan survei di RS Kanker Dharmais menunjukkan jumlah

penderita yang datang pada stadium lanjut sebanyak 70% (Bustan, 2007). Di

Sumatera Barat, data rekam medik RSUP dr. M. Djamil Padang tahun 2010

menunjukkan bahwa jumlah kasus kanker payudara pada tahun 2010 yaitu sebanyak

1758 kasus, sedangkan usia termuda penderita kanker payudara berusia 15 tahun

(Statistik Kanker RSUP dr.M.Djamil Padang, 2011 dalam Lenggogeni, 2011).

Berdasarkan penelitian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai efektifitas pendidikan kesehatan terhadap nilai pengetahuan mengenai

SADARI pada remaja putri di SMPN 3 Tangerang Selatan.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pendidikan

kesehatan terhadap skor pengetahuan mengenai SADARI pada remaja putri di


(24)

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya sumber informasi remaja putri mengenai SADARI sebelum

diberikan pendidikan kesehatan.

b. Diketahuinya tingkat pengetahuan remaja putri mengenai SADARI sebelum

diberikan pendidikan kesehatan.

c. Diketahuinya tingkat pengetahuan remaja putri mengenai SADARI sesudah

diberikan pendidikan kesehatan.

d. Diketahuinya efektifitas pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan

mengenai SADARI pada remaja putri.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Ilmiah

Menjadi landasan dalam promosi kesehatan pada remaja dalam rangka

meningkatkan pengetahuan remaja putri dalam melakukan SADARI.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu dijadikan

pertimbangan untuk meningkatkan kualitas khususnya mata kuliah

keperawatan maternitas dan mengembangkan instrumen-instrumen

pengkajian kesehatan reproduksi pada perempuan serta pengembangan


(25)

b. Bagi Pelayanan Keperawatan

Penelitian ini dapat dijadikan landasan untuk perawat di Indonesia

dalam menjalankan peran sebagai health educator dalam upaya

melakukan promosi kesehatan reproduksi remaja dan untuk meningkatkan

pengetahuan remaja putri tentang SADARI.

c. Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu dijadikan sebagai

acuan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dalam keperawatan yang

berbasis evidence base practice khususnya dalam upaya pencegahan

terhadap kanker payudara.

d. Bagi SMPN 3 Tangerang Selatan

Melalui penelitian ini diharapkan pihak sekolah mampu menjadi

indikator tingkat pengetahuan siswi di SMPN 3 Tangerang Selatan

mengenai SADARI dan sebagai upaya promosi kesehatan yang dapat

bekerjasama dengan pelayanan kesehatan yang ada di lingkungan sekolah.

E. Ruang Lingkup

Penelitian ini bersifat kuantitatif. Penelitian dilakukan pada bulan Juni

2014 di SMPN 3 Tangerang Selatan dengan objek penelitian yaitu siswi-siswi

SMPN 3 Tangerang Selatan kelas VII dan VIII. Penelitian ini menggunakan jenis


(26)

8

TINJAUAN TEORI

A. Remaja

1. Pengertian Remaja

Remaja atau adolescence merupakan masa peralihan seseorang dari

fase anak-anak menuju fase dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik,

perilaku, kognitif, biologis dan emosi secara berkesinambungan (Efendi,

2009; Depkes, 2005). Rentang usia remaja adalah antara usia 10-19 tahun

sedangkan jika dalam rentang usia tersebut sudah menikah maka tidak lagi

tergolong sebagai remaja melainkan sebagai dewasa (WHO, 2013; Efendi,

2009).

Periode remaja adalah periode yang cepat berubah yang dapat

dijadikan sebuah kesempatan untuk mengajarkan hal-hal untuk membentuk

perilaku kesehatan hingga dewasa (Karayurt, 2008). Periode remaja

merupakan perkembangan yang berada pada masa amat potensial, baik

dilihat dari kognitif, emosi, maupun fisik (Teguh, 2013). Istilah adolescence

biasanya menunjukkan maturasi psikologis individu, ketika pubertas

menunjukkan titik dimana reproduksi mungkin dapat terjadi. Perubahan

hormonal mengakibatkan perubahan penampilan pada remaja, dan

perkembangan mental mengakibatkan kemampuan untuk menghipotesis dan


(27)

9

2. Periode Remaja

Wong (2008) mengungkapkan bahwa ada tiga periode remaja, yang

pertama yaitu remaja awal (early adolescent). Periode ini remaja berada

pada rentang usia 11-14 tahun, pada masa ini laju pertumbuhan terjadi

dengan cepat, puncak kecepatan pertumbuhan, karakteristik seks sekunder

muncul.

Periode selanjutnya yaitu periode remaja pertengahan (middle

adolescent). Periode ini remaja berada pada rentang usia 15-17 tahun, remaja pada masa ini mengalami pertumbuhan melambat pada remaja putri,

tinggi badan mencapai 95% tinggi badan dewasa, karakteristik seks

sekunder berkembang dengan baik.

Periode terakhir adalah remaja akhir (late adolescent). Rentang usia

remaja pada periode ini adalah 18-20 tahun, terjadi kematangan secara fisik,

pertumbuhan struktur dan reproduktif hampir lengkap (Wong, 2008).

3. Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja

Masa perkembangan remaja dimulai dengan masa puber. Masa puber

atau permulaan remaja adalah suatu masa saat perkembangan fisik dan

intelektual berkembang sangat cepat (Djiwandon, 2006).

a. Tugas Perkembangan Remaja

1) Memperluas hubungan antara pribadi dan berkomunikasi secara

lebih dewasa dengan kawan sebaya, baik laki-laki maupun

perempuan

2) Memperoleh peranan sosial


(28)

4) Memperoleh kebebasan emosional dari orangtua dan orang dewasa

lainnya

5) Mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri

sendiri

6) Memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan

7) Mempersiapkan diri dalam pembentukan keluarga

8) Membentuk sistem nilai, moralitas dan falsafah hidup

(Soetjiningsih, 2004).

Ada tiga aspek perkembangan pada remaja menurut Papalia

(2001), yaitu:

1) Perkembangan Fisik

Perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh,

otak, kapasitas sensoris, dan keterampilan motorik. Perubahan pada

tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh,

pertumbuhan tulang dan otot, serta kematangan organ seksual dan

fungsi reproduksi. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya

semakin sempurna meningkatkan kemampuan kognitif (Papalia,

2001).

Perubahan fisik pada remaja yang sangat jelas tampak pada

pertumbuhan peningkatan fisik dan pada penampakkan serta

perkembangan karateristik seks sekunder. Perubahan yang tidak

tampak jelas adalah perubahan fisiologis dan kematangan

neurogonad yang disertai dengan kemampuan untuk bereproduksi. Perbedaan fisik antara kedua jenis kelamin ditentukan berdasarkan


(29)

11

karateristik pembeda, yaitu karakteristik seks primer dan

karakteristik seks sekunder. Karakteristik seks primer merupakan

organ eksternal dan internal yang melaksanakan fungsi reproduktif

(misalnya ovarium, uterus, payudara). Sedangkan, karakteristik

seks sekunder adalah perubahan yang terjadi di seluruh tubuh

sebagai hasil dari perubahan hormonal tetapi tidak berperan

langsung dalam reproduksi (Wong, 2008).

2) Perkembangan Kognitif

Seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia karena

perilaku adaptasi secara biologis mereka. Remaja secara aktif

membangun dunia kognitif mereka, dimana informasi yang

didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema

kognitif mereka. Remaja sudah mampu membedakan antara hal-hal

atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja

juga menghubungkan ide-ide tersebut (Santrock, 2007).

Piaget (1976) dalam Bastable (2004) menamakan tahap

perkembangan kognitif ini sebagai periode formal operation.

Remaja telah mendapatkan penalaran baru yang lebih tinggi

tingkatannya melampaui pemikiran saat masa kanak-kanak awal.

Mereka sanggup berpikir secara abstrak dan melakukan penalaran

logis yang kompleks yang merupakan suatu masalah sendiri jika

dibandingkan dengan silogistis. Penalaran mereka bersifat induktif


(30)

menerapkan prinsip-prinsip logika pada situasi yang belum pernah

dihadapi.

Remaja mampu memahami konsep kesehatan dan penyakit,

berbagai penyebab kesehatan dan penyakit, pengaruh variabel atas

status kesehatan, dan gagasan yang berkaitan dengan promosi

kesehatan dan pencegahan penyakit. Mereka memahami penyakit

sebagai suatu proses akibat kelainan fungsi atau tidak berfungsinya

satu atau beberapa bagian dari tubuh dan dapat memahami akibat

atau prognosis suatu penyakit. Mereka juga mampu

mengidentifikasi perilaku yang sehat tetapi mungkin menolak

untuk mempraktikkannya atau mulai terlibat dalam perilaku

berisiko karena mendapat tekanan sosial dari teman sebaya juga

adanya perasaan tak terkalahkan (Bastable, 2004).

3) Perkembangan Kepribadian dan Sosial

Perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu

berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik

sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan dalam

berhubungan dengan orang lain. Perkembangan sosial pada masa

remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding orang

tua. Lingkungan mempunyai pengaruh yang cukup kuat dalam

menentukan perilaku remaja (Papalia, 2001; Santrock, 2007).

b. Pertumbuhan Remaja

Soetjiningsih (2004) menerangkan bahwa pertumbuhan


(31)

13

jaringan intraseluler yang terlihat secara fisik dan dapat diukur dengan

menggunakan satuan panjang atau satuan berat dengan proses yang

berkesinambungan dipengaruhi oleh faktor genetik (ras atau keluarga)

dan faktor lingkungan bio-psikososial yang dimulai dari masa

konsepsi hingga masa dewasa.

Potter & Perry (2005) menjelaskan mengenai empat fokus

utama pada pertumbuhan fisik remaja, yaitu: peningkatan kecepatan

pertumbuhan skelet, otot, dan visera; perubahan spesifik-seks, seperti

perubahan bahu dan lebar pinggul; perubahan distribusi otot dan

lemak; perkembangan system reproduksi dan karakteristik seks

sekunder.

Pertumbuhan pada remaja dipengaruhi oleh beberapa hormon

(Soetjiningsih, 2004), antara lain:

a) Hormon Pertumbuhan (Growth Hormone)

Hormon yang paling berpengaruh selama remaja, yang dihasilkan

terutama pada saat tidur nyenyak malam hari. Mempunyai dua efek

terhadap tulang rawan epifisis, serta berefek langsung pada

metabolism protein, karbohidrat, dan lemak dengan bersifat

anabolik.

b) Hormon Tiroid

Hormon tiroid berefek langsung pada maturasi tulang, selain itu

juga hormon tiroid ini mempengaruhi produksi hormon

pertumbuhan dan sebaliknya hormon tiroid juga tidak dapat bekerja


(32)

c) Glukokortikoid

Glukokortikoid berfungsi untuk menekan sintesis tulang dan tulang

rawan serta mineralisasi, sehingga produksi glikoprotein

meningkat.

d) Calcium Regulating Hormone

Kalsium diatur oleh hormon paratiroid yang berpengaruh besar

pada elemen jaringan tulang yang terlibat dalam osteogenesis.

Selain itu juga ada vitamin D yang mempengaruhi maturasi tulang.

c. Anatomi dan Fisiologi Payudara

Payudara wanita disebut juga glandula mammae merupakan alat

reproduksi tambahan. Setiap payudara terletak pada setiap sisi sternum

dan meluas setinggi antara costa kedua dan keenam. Payudara terletak

pada fascia superficialis dinding rongga dada di atas musculus

pectoralis major dan dibuat stabil oleh ligamentum suspensorium. Masing-masing payudara berbentuk tonjolan setengah bola dan

mempunyai ekor (cauda) dari jaringan yang meluas ke ketiak atau aksila

(cauda axillaris Spence). Ukuran payudara berbeda untuk setiap

individu, juga bergantung pada stadium perkembangan dan umur. Tidak

jarang salah satu payudara ukurannya agak lebih besar daripada

payudara yang lain (Verralls, 2004). Variasi ukuran payudara

bergantung pada variasi jumlah jaringan lemak dan jaringan ikat dan

bukan pada jumlah jaringan glandular aktual (Sloane, 2003).

Struktur payudara terdiri dari beberapa jaringan dan lobus, yaitu


(33)

15

duktus laktiferusnya sendiri yang membesar menjadi sinus laktiferus (ampula) sebelum muncul untuk memperforasi puting dengan 15-20

mulut (opening). (2) lobus-lobus dikelilingi jaringan adiposa dan

dipisahkan oleh ligament suspensorium cooper (berkas jaringan ikat

adiposa). Ligamen suspensorium ini merentang dari fasia dalam pada

otot pektoralis sampai fasia superfisial tepat dibawah kulit. (3) Lobus

mayor bersubdivisi menjadi 20 sampai 40 lobus, setiap lobulus

kemudian bercabang menjadi duktus menjadi duktus-duktus kecil yang

berakhir di alveoli sekretori. (4) Puting dikelilingi oleh area kulit

berpigmen dengan diameter sekitar 3 cm yang disebut dengan areola.

Diatas permukaan areola terdapat beberapa kelenjar sebasea

(montgomery’s tubercles) yang berguna sebagai penghasil lubrikasi

puting ketika menyusui (Ross, 2001; Sloane, 2003; Monkhouse, 2007).

Masa pubertas merupakan masa terjadinya peningkatan kadar

hormon. Peningkatan kadar hormon pada perempuan saat pubertas akan

terjadi pekembangan payudara lebih lanjut dan biasanya mendahului

saat datangnya menstruasi, yaitu dua tahun sebelumnya. Peningkatan

kadar estrogen memacu pertumbuhan pembuluh lactifer dan papilla

serta areola mammae akan menjadi lebih nyata. Peningkatan kadar

progesteron memacu proliferasi alveoli. Jumlah jaringan lemak dan

fibrosa akan meningkat dan jaringan lemak ini terutama yang

menyebabkan bertambah besarnya payudara (Verralls, 2004).

Perubahan fisiologis kelenjar payudara dapat dibedakan menjadi 3


(34)

a. Pertumbuhan dan involusi kelenjar payudara

Pada waktu bayi lahir payudara merupakan suatu sistem

saluran yang bermuara ke mamilla. Permulaan pubertas antara

10-15 tahun areola membesar dan lebih mengandung pigmen.

Pertumbuhan kelenjar akan berjalan terus sampai umur dewasa

hingga berbentuk seperti kuncup.

b. Perubahan kelenjar payudara yang berhubungan dengan haid

Pada masa haid payudara akan sedikit membesar dan tegang

bahkan pada beberapa wanita akan timbul rasa nyeri (mastoidenia).

Perubahan ini ada hubungannya dengan perubahan vaskular dan

limfogen.

c. Perubahan payudara pada waktu hamil dan laktasi

Beberapa minggu sesudah konsepsi akan timbul perubahan

pada kelenjar payudara. Payudara menjadi terasa penuh, tegang,

areola lebih banyak mengandung pigmen dan puting sedikit

membesar.

B. Masalah Kesehatan Payudara pada Remaja 1. Kanker Payudara

Kanker payudara adalah tumor ganas yang menyerang jaringan

payudara (Mardiana, 2007). Kanker payudara mungkin ditemukan sewaktu

in situ (masih lokal) atau ditemukan sebagai neoplasma maligna (telah

menyebar). Kanker payudara hampir selalu merupakan adenokarsinoma dan


(35)

17

diwariskan oleh kedua orang tua, tampaknya diwariskan dengan cara

dominan-autosom (Corwin, 2009).

Gejala yang paling sering terjadi pada kanker payudara yaitu adanya

massa (terutama jika keras, irregular, tidak nyeri tekan) atau penebalan pada

payudara atau daerah aksila; rabas puting payudara unilateral, persisten,

spontan yang mempunyai karakter serosanguinosa, mengandung darah, atau

cair; retraksi atau inversi puting susu; perubahan ukuran, bentuk atau tekstur

payudara (asimetris); pengerutan atau pelekukan kulit di sekitarnya; kulit

yang bersisik di sekeliling puting susu. Adapun gejala penyebaran lokal atau

regional yaitu adanya kemerahan, ulserasi, edema, atau pelebaran vena;

perubahan peau d’orange (seperti kulit jeruk); pembesaran kelenjar getah bening aksila (Otto, 2005).

2) Fibroadenoma (FAM)

Fibroadenoma adalah tumor jinak dan berbatas tegas dengan

konsistensi padat kenyal dan merupakan tumor primer yang paling banyak

ditemukan pada kelompok umur muda (Price, 2005; Underwood, 2000

dalam Sidauruk, 2012). Fibroadenoma Berdasarkan laporan dari NSW

Breast Cancer Institute (2005), fibroadenoma umumnya terjadi pada wanita dengan usia 21-25 tahun, kurang dari 5% terjadi pada usia di atas 50 tahun,

sedangkan prevalensinya lebih dari 9% populasi wanita terkena

fibroadenoma. Penelitian Anyikam (2008) di Nigeria Timur menunjukkan

dahwa dari 1.050 spesimen payudara yang diteliti, 722 kasus (68,8%)

merupakan tumor jinak. Fibroadenoma adalah lesi yang paling banyak dan


(36)

tahun (Anyikam, 2008). Di Indonesia data penyakit masih belum lengkap.

Jakarta Breast Center melaporkan bahwa klinik di Jakarta yang

mengkhususkan untuk penanganan keluhan pada payudara, menunjukkan

dari 2.495 pasien yang datang pada tahun 2001-2002, 79% pasien menderita

tumor payudara jinak dan hanya 14% pasien yang menderita kanker

payudara (Diananda, 2009).

3) Papiloma Intraduktal

Papiloma yang terjadi pada duktus puting biasanya terlalu kecil untuk

dipalpasi tapi sering mengeluarkan cairan serosanguinosa atau darah dari

puting susu. Apapun yang menyebabkan keluarnya cairan yang abnormal

dari puting harus ditentukan dan keganasannya harus dihilangkan (Price,

2005).

4) Fibrokistik Payudara

Penyakit yang tergolong penyakit fibrokistik payudara antara lain

pembentukan kista, proliferasi duktus epitelial, papilomatosis difusa, dan

adenosis duktus dengan pembentukan jaringan fibrosa. Gejala klinisnya

yaitu perubahan ini dapat menimbulkan nodula teraba, massa, dan keluarnya

cairan dari puting. Sekitar 50% perempuan mengalami penyakit fibrokistik

payudara. Keadaan ini biasanya terjadi bilateral (Price, 2005). Hubungan

antara penyakit fibrokistik dan kanker payudara belum pasti. Hampir semua

peneliti mempercayai bahwa penyakit fibrokistik bukan pencetus kanker

payudara, kecuali jika klien menunjukkan bukti-bukti hiperplasia epitelial

(penambahan abnormal pada sel-sel epitel), yang disebut juga penyakit


(37)

19

C. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) 1. Pengertian SADARI

Kemungkinan timbulnya benjolan pada payudara sebenarnya dapat

diketahui secara tepat dengan pemeriksaan sendiri (Mardiana, 2007).

Pemeriksaan awal dapat dilakukan dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri

(SADARI) dan pemeriksaan klinis yang dilakukan oleh tenaga kesehatan

terlatih. SADARI dilakukan oleh setiap perempuan tiap bulan dimulai pada

usia 20 tahun atau sejak menikah. SADARI adalah metode termudah,

tercepat termurah, dan paling sederhana yang dapat mendeteksi secara dini

kanker payudara (Nisman, 2011). Pemeriksaan klinis oleh petugas

kesehatan terlatih sebaiknya dilakukan pada perempuan berusia 30-50 tahun

setiap tiga tahun sekali, kecuali bagi mereka yang memiliki faktor risiko,

pemeriksaan mammografi dilakukan setahun sekali setelah berusia di atas

40 tahun dan dilakukan USG satu tahun sekali dibawah 40 tahun (Depkes,

2009).

Perempuan yang melakukan SADARI secara rutin akan menemukan

penyakit payudara lebih dini, dan kematian akibat kanker payudara dapat

dihindari dengan diagnosis dan pengobatan sedini mungkin (Benson, 2008).

Pemeriksaan payudara yang dilakukan sendiri dengan belajar melihat dan

memeriksa perubahan payudaranya sendiri setiap bulan. Melalui

pemeriksaan secara teratur akan diketahui adanya benjolan atau masalah

lain sejak dini walaupun masih berukuran kecil sehingga lebih efektif untuk

diobati. SADARI dilakukan pada hari ke 7-10 yang dihitung sejak hari


(38)

bagi yang telah menopause pemeriksaan dilakukan dengan memilih tanggal

yang sama setiap bulannya (misalnya setiap tanggal 1 atau tanggal lahirnya).

Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan jari telunjuk, jari tengah

dan jari manis yang digerakkan secara bersamaan pada payudara yang

sedang dilakukan pemeriksaan (Depkes, 2009).

2. Langkah-langkah SADARI

Ada 7 (tujuh) langkah dalam melakukan SADARI menurut Depkes

(2009), yaitu:

1. Perhatikan kedua payudara. Berdirilah di depan cermin dengan tangan

di sisi tubuh dan lihat apakah ada perubahan pada payudara. Lihat

perubahan dalam hal ukuran, bentuk atau warna kulit, atau jika ada

kerutan, lekukan seperti lesung pipi pada kulit.

2. Perhatikan kembali kedua payudara sambil mengangkat kedua tangan di

atas kepala, dilanjutkan dengan meletakkan kedua tangan di pinggang

sambil menekan agar otot dada berkontraksi. Bungkukkan badan untuk

melihat apakah kedua payudara menggantung seimbang.

3. Tekan masing-masing puting dengan ibu jari dan jari telunjuk secara

lembut untuk melihat apakah ada cairan yang keluar.

4. Lakukan perabaan payudara. Pemeriksaan ini dapat dilakukan sambil

berdiri atau berbaring. Jika memeriksa payudara sambil berbaring,

diletakkan sebuah bantal di bawah pundak sisi payudara yang akan

diperiksa.

5. Angkat lengan kiri ke atas kepala. Gunakan tangan kanan untuk


(39)

21

manis). Mulailah dari daerah putting susu dan gerakkan ketiga jari

tersebut dengan gerakan memutar keluar di seluruh permukaan

payudara.

6. Rasakan apakah terdapat benjolan atau penebalan. Pastikan untuk

memeriksa daerah yang berada di antara payudara, di bawah lengan dan

di bawah tulang selangka.

7. Angkat lengan kanan ke atas kepala dan ulangi pemeriksaan untuk

payudara sebelah kanan dengan menggunakan tangan kiri. Pemeriksaan

ini akan membantu untuk mengetahui lebih awal apabila ada kelainan

pada payudara yaitu dengan menggunakan teknik yang sama setiap

bulannya.

1

2

3

4

5

6

Bagan 2.1 Langkah-langkah Melakukan SADARI (Depkes, 2009)


(40)

3. Tanda-tanda SADARI yang harus diwaspadai

Tanda-tanda yang harus diwaspadai saat dilakukan SADARI antara lain

adalah penambahan ukuran atau besar yang tak biasa pada payudara; salah

satu payudara menggantung lebih rendah dari biasanya; Lekukan seperti

lesung pipi pada kulit payudara; cekungan atau lipatan pada puting;

perubahan penampilan puting payudara; keluar cairan seperti susu atau darah

dari salah satu putting; adanya benjolan pada payudara; pembesaran kelenjar

getah bening pada lipat ketiak atau leher; pembengkakan pada lengan bagian

atas (Depkes, 2009).

D. Health Promotion Model

Health Promotion Model (HPM) adalah teori yang dicetuskan oleh Pender

(1982) yang merupakan seorang professor keperawatan di Universitas Michigan

(Health Promotion Model, 2014). HPM merupakan konsep model yang

berdasarkan upaya pada pemberdayakan terhadap kemampuan individu atau

keluarga untuk meningkatkan derajat kesehatannya (Tomey & Alligood, 2006).

HPM menunjukkan bahwa kesehatan yang baik adalah bukan tidak adanya

keluhan atau penyakit, lebih daripada itu. Kesehatan yang baik berarti keadaan

sejahtera secara umum dan holistik, perilaku sehat individu dan keseimbangan,

dan pencapaian dalam hidup. Teori ini melihat langkah-langkah di mana

seseorang dapat mencapai kesehatan yang lebih baik atau kesehatan yang ideal.

Untuk mencapainya, teori ini mempertimbangkan karakteristik dan pengalaman


(41)

23

Teori HPM ini mirip dengan teori Health Belief Model (HBM) (Becker,

1974 dalam Tomey & Alligood, 2006) tetapi tidak terbatas menjelaskan

perilaku pencegahan penyakit. Perbedaan HPM dengan teori HBM yaitu dalam

HPM tidak terkandung rasa takut atau ancaman sebagai sumber motivasi untuk

perilaku kesehatan. Hal ini dikarenakan HPM meliputi perilaku untuk

meningkatkan kesehatan dan dapat diterapkan sepanjang rentang hidup manusia

(Pender, 1996; Pender et al., 2002 dalam Tomey & Alligood, 2006). Perbedaan

lainnya yaitu pada HBM memberikan tekanan pada kerentanan terhadap

penyakit dan kemungkinan tindakan pencegahan, sementara HPM memberikan

tekanan atau berfokus pada potensi kesehatan dan kemungkinan perilaku yang

mempromosikan kesehatan (Bastable, 2004).

Faktor-faktor yang terlibat dalam HPM ini adalah gaya hidup individu,

cara berpikir, kesehatan psikologi (motivasi diri, status kesehatan, harga diri),

aspek sosial dan kultural (Suku, etnis, pendidikan, dan status ekonomi), tingkat

pengetahuan, pengalaman masa lampau, persepsi individu, faktor biologis (usia,

jenis kelamin), dan faktor interpersonal (keluarga, kelompok sebaya, pemberi

pelayanan kesehatan) (Health Promotion Model, 2014; Bastable, 2004).

Asumsi utama dari Model Promosi Kesehatan menurut Pender (1982)

dalam Tomey (2006), yaitu:

1. Manusia berusaha untuk menciptakan kondisi agar tetap hidup dimana

mereka mengekspresikan keunikannya

2. Manusia memiliki kapasitas untuk merefleksikan kesadaran diri, termasuk


(42)

3. Manusia menilai perkembangan sebagai suatu nilai yang positif dan

berusaha untuk mencapai keseimbangan antara perubahan dan stabilitas

4. Setiap individu berusaha untuk secara aktif mengatur perilaku mereka

sendiri

5. Individu dalam semua kompleksitas biopsikososial berinteraksi dengan

lingkungan, mengubah lingkungan dan terus menerus berubah dari waktu

ke waktu

6. Profesional kesehatan merupakan bagian dari lingkungan yang interpersonal

yang berpengaruh terhadap manusia sepanjang hidupnya

7. Rekonfigurasi diri dimulai dari pola interaksi dengan lingkungan adalah

penting untuk perubahan perilaku

E. Pendidikan Kesehatan

1. Pengertian Pendidikan Kesehatan

Pendidikan merupakan upaya yang direncanakan untuk

mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat

sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan

(Fitriani, 2011). Pendidikan kesehatan sebagai sekumpulan pengalaman

yang mendukung kebiasaan, sikap, dan pengetahuan yang berhubungan

dengan kesatuan individu, masyarakat, dan ras (Wood, 1926 dalam

Mubarak, 2007).

Pendidikan kesehatan memiliki tujuan yang sama dengan proses

pembelajaran yaitu terjadinya perubahan perilaku yang dipengaruhi banyak


(43)

25

pendidikan, dan perubahan yang diharapkan. Perubahan perilaku seseorang

yang tampak sesungguhnya hanya refleksi dari perubahan internalisasi

persepsi dirinya terhadap sesuatu sedang diamati dan dipikirkannya

(Setiawati, 2008). Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2005)

membagi perilaku ke dalam tiga domain yaitu domain kognitif (cognitive

domain), domain sikap (affective domain), dan domain psikomotor (psychomotor domain).

1. Kognitif (cognitive domain)

Kognitif (pengetahuan) adalah merupakan hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu. Kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) (Fitriani, 2011).

Sebelum individu mengadopsi perilaku baru, di dalam diri individu

tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu: kesadaran (awareness),

individu tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek)

terlebih dahulu; merasa tertarik (interest), yaitu mulai merasa tertarik

kepada stimulus; evaluasi (evaluation), menimbang-nimbang terhadap

baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya; mencoba (trial),

individu mulai mencoba melakukan sesuatu dengan apa yang

dikehendaki stimulus; adopsi (adoption), individu telah berperilaku

baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikap terhadap

stimulus (Fitriani, 2011; Mubarak, 2007). Perilaku yang didasari

pengetahuan umumnya bersifat langgeng (long lasting). Sedangkan


(44)

berlangsung lama (Notoatmodjo, 2005). Pengetahuan akan memberikan

penguatan terhadap individu dalam setiap mengambil keputusan dan

dalam berperilaku (Setiawati, 2008).

2. Sikap (affective)

Sikap (affective) merupakan sebuah reaksi atau respons

seseorang terhadap suatu stimulusatau objek. Sikap belum merupakan

suatu tindakan atau aktivitas, tetapi merupakan predisposisi tindakan

atau perilaku (Mubarak, 2007). Allport (1954) dalam Mubarak (2007)

menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 komponen utama, yaitu

kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap suatu objek;

kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suattu objek;

kecenderungan untuk bertindak (trend to behave). Ketiga komponen

tersebut membentuk sikap yang utuh (total attitude).

3. Praktik atau tindakan (psychomotor)

Sebuah sikap tidak akan terwujud secara otomatis dalam suatu

tindakan (overt behavior). Demi terwujudnya sikap menjadi suatu

perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung, antara lain adalah

fasilitas. Di samping itu, diperlukan juga dukungan atau support dari

berbagai pihak, misalnya guru, ayah, ibu, kakak, adik, teman, dan

lain-lain (Mubarak, 2007).

2. Tujuan Pendidikan Kesehatan

Tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Manurung (2006) adalah


(45)

27

perasaan dengan tindakan yang dapat dilakukan yaitu bermain peran,

pengalaman langsung, diskusi, memberikan contoh atau model, dan (3)

meningkatkan keterampilan dengan kegiatan seperti mendemonstrasikan,

bermain peran, simulasi, dan latihan kerja. Sedangkan menurut Nursalam

(2008) tujuan dari pendidikan kesehatan adalah terjadinya perubahan

pengetahuan, sikap dan tingkah laku individu, keluarga, kelompok khusus,

dan masyarakat dalam membina serta memelihara perilaku hidup sehat serta

berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

3. Sasaran Pendidikan Kesehatan

Sasaran pendidikan kesehatan dibagi dalam tiga (3) kelompok sasaran,

yaitu sasaran primer (primary target), sasaran langsung pada masyarakat

segala upaya pendidikan atau promosi kesehatan; sasaran sekunder

(secondary target), sasaran para tokoh masyarakat adat, diharapkan

kelompok ini akan memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat

disekitarnya; sasaran tersier (tersiery target), sasaran pada pembuat

keputusan atau penentu kebijakan baik ditingkat pusat maupun daerah,

diharapkan dengan keputusan dari kelompok ini akan berdampak kepada

perilaku kelompok sasaran sekunder yang kemudian pada kelompok primer

(Mubarak, 2007).

4. Metode Pendidikan Kesehatan

Metode adalah prosedur penerapan seperangkat petunjuk untuk

menghadapi situasi problematis. Metode pendidikan kesehatanmerupakan

prosedur penerapan seperangkat petunjuk untuk menghadapi situasi


(46)

kesehatan bergantung pada beberapa faktor, yaitu: karakteristik sasaran atau

partisipan (jumlah, status sosial ekonomi, umur, jenis kelamin); waktu dan

tempat yang tersedia; serta tujuan spesifik yang ingin dicapai dengan

pendidikan kesehatan tersebut (perubahan pengetahuan, sikap, atau praktik

partisipan) (Nursalam dan Efendi, 2008).

Notoatmodjo (1993) dan WHO (1992) dalam Maulana (2009) dan

mengungkapkan bahwa metode pendidikan kesehatan dikelompokkan

menjadi tiga (3) metode, yaitu:

a. Metode Pendidikan Individual

Bentuk dari metode ini dibagi menjadi dua (2), yaitu:

1) Bimbingan atau konseling

Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh melalui bimbingan

atau konseling diantaranya adalah mampu mendapatkan data yang

lebh spesifik dan kontak antara klien dengan petugas lebih intensif

(Fitriani, 2011; Maulana, 2009).

2) Interview atau wawancara

Wawancara merupakan bagian dari bimbingan dan

penyuluhan. Menggali informasi mengapa ia tidak atau belum

menerima perubahan, apakah tertarik atau tidak terhadap perubahan

dan untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau belum

diadopsi memiliki dasar pengertian dan kesadaran yang kuat


(47)

29

b. Metode Pendidikan Kelompok Masyarakat

Metode pendidikan kelompok harus memperhatikan apakah

kelompok itu besar atau kecil, karena metodenya akan lain (Fitriani,

2011). Ada dua (2) kelompok yaitu kelompok kecil dan kelompok

besar. Kelompok besar dapat menggunakan metode, yaitu:

1) Ceramah

Ceramah adalah pidato yang disampaikan oleh seorang

pembicara di depan sekelompok pengunjung atau pendengar

(Maulana, 2009). Metode ceramah dapat dikatakan satu-satunya

metode yang paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur

atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli serta daya

paham peserta didik (Simamora, 2009). Metode ini merupakan

metode yang paling sering digunakan karena metode ini baik untuk

sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah (Notoatmodjo,

2007). Hasil penelitian Nasrul (2002) dalam Darmiastuty (2004)

menyatakan bahwa metode ceramah tanya jawab lebih efektif bila

dibandingkan dengan pemberian brosur dalam komunikasi

persuasif. Ceramah tanya jawab juga menguntungkan bila

dipergunakan untuk memperkenalkan suatu subyek dengan

memberikan gambaran, sehingga menuntun orang untuk

mengambil suatu tindakan, disamping itu juga menimbulkan sikap

kritis pada pendengar, bersifat informatif secara relatif dapat


(48)

pendengar dapat dipahamkan pada suatu waktu (Darmiastuty,

2004).

Kesuksesan metode ceramah sangat ditentukan oleh

kemampuan guru menguasai suasana kelas, cara berbicara dan

sistematika pembicaraan, jumlah materi yang disajikan,

kemampuan memberi ilustrasi, jumlah subjek yang mendengarkan,

dan lain-lain (Danim, 2010). Keuntungan metode ceramah, yaitu:

1) mudah digunakan; 2) dapat menyampaikan informasi; 3)

mempengaruhi pendapat; 4) merangsang pikiran dan kritik; dan 5)

dapat dikombinasi dialog antara pemberi ceramah dan audiens

(Emilia, 2008).

2) Seminar

Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari satu ahli

atau beberapa ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan

biasanya dianggap hangat di masyarakat (Fitriani, 2011).

Metode untuk kelompok kecil, antara lain (Fitriani, 2011;

Notoatmodjo, 2007):

1) Diskusi kelompok

Diskusi merupakan metode yang berfokus pada peserta

(student centered method) (Mubarak, 2007). Diskusi kelompok

merupakan pembahasan suatu topik dengan cara tukar pikiran

antara dua orang atau lebih, dalam kelompok-kelompok kecil, yang

direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu (Fitriani, 2011).


(49)

31

Curah pendapat merupakan suatu bentuk diskusi dalam

rangka menghimpun gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan,

pengalaman, dari semua peserta (Fitriani, 2011).

3) Bola salju (snow balling)

Teknik bola salju (snow balling) dimulai dengan

memasang-masangkan sasaran. Satu pasangan terdiri atas dua sasaran.

Masing-masing pasangan diberi topik yang sama satu sama lain. Kemudian

dilontarkan satu permasalahan, setelah berdiskusi pasangan tersebut

bergabung menjadi satu. Mereka tetap mendiskusi masalah yang

sama. Kemudian, tiap 2 pasang yang sudah beranggotakan 4 orang

ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan demikian

seterusnya akhirnya terjadi diskusi seluruh kelas (Fitriani, 2011;

Efendi, 2009).

4) Kelompok kecil (Buzz group)

Sasaran langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil

(buzz group) yang kemudian diberikan sebuah permasalahan.

Permasalahan yang diberikan bisa sama atau berbeda antar

kelompok. Setiap kelompok mendiskusikan permasalahan tersebut

dan kemudian dicari kesimpulannya (Efendi, 2009; Fitriani, 2011).

Biasanya sesi buzz memerlukan waktu 10-20 menit tergantung pada

topik yang dibicarakan (Suprijanto,2008).

5) Bermain peran (role play)

Role play adalah permainan sebuah situasi dalam hidup


(50)

(Maulana, 2009). Pada prinsipnya, role play merupakan metode untuk „menghadirkan‟ peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam satu „pertunjukkan peran‟ di dalam kelas pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan

penilaian (Fitriani, 2011).

6) Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah bentuk metode praktik yang

sifatnya untuk mengembangkan keterampilan peserta belajar

(keterampilan mental maupun fisik atau teknis). Metode ini

memindahkan suatu kondisi yang nyata ke dalam kegiatan atau

ruang belajar karena adanya kesulitan untuk melakukan praktik di

dalam situasi yang sesungguhnya (Fitriani, 2011). Demonstrasi

merupakan salah satu metode promosi kesehatan yang sesuai pada

tahap perkembangan remaja (Efendi, 2009).

Sanjaya (2009) mengemukakan bahwa metode demonstrasi

adalah metode penyajian pelajaran atau materi dengan

memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu

proses, situasi atau benda tertentu baik benda sebenarnya maupun

hanya tiruan dan tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh

pendidik. Penelitian yang dilakukan oleh Wardani (2011) di

Surakarta menunjukkan bahwa prestasi belajar dengan penerapan

metode demonstrasi lebih baik jika dibandingkan dengan penerapan


(51)

33

Demonstrasi bisa menstimulasi pembelajaran mengenai 1)

kompetisi; 2) kerjasama; 3) empati; 4) sistem sosial; 5) konsep; 6)

skill; 7) kemanjuran; 8) menjalani hukuman; 9) peran kesempatan

atau peluang; 10) kemampuan untuk berpikir kritis (menguji strategi

alternatif dan mengantisipasi hal-hal lain) dan membuat keputusan

(Nesbitt, 1971 dalam Joyce, 2009).

c. Pendidikan Massa

Metode pendidikan massa dilakukan untuk mengonsumsikan

pesan-pesan kesehatan yang ditujukan untuk masyarakat. Pesan yang

disampaikan harus dirancang agar dapat diterima oleh massa karena

sasaran pendidikan bersifat umum, dalam arti tidak membeda-bedakan

golongan, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, dan

tingkat pendidikan (Maulana, 2009).

Bagan 2.2 Kerucut Edgar Dale (Edgar Dale, 1964 dalam Nursalam dan Efendi, 2008)


(52)

Kerucut Dale (1964) menggambarkan kemampuan partisipan untuk

mengingat kembali pesan-pesan atau materi dalam pendidikan kesehatan

menurut teknik dan medianya. Teori ini menyatakan bahwa dalam dua

minggu setelah partisipan melakukannya, maka partisipan akan dapat

melakukan hal-hal seperti: membaca (leaflet, slide, booklet, dan sejenisnya,

maka ia akan mengingat 10% dari materi yang dibacanya; mendengar (tape

atau pembicaraan orang lain), maka ia akan mengingat 20% dari apa yang

didengarnya; melihat (bagan, foto, dan grafik), maka ia akan mengingat

30% dari apa yang dilihatnya; mendengar dan melihat (melihat demonstrasi,

film, dan video), maka ia akan mengingat 50% dari apa yang didengar dan

dilihatnya; mengucapkan sendiri kata-katanya (media wayang, script, dan

drama), maka ia akan mengingat 70% dari apa yang diucapkannya; dan

mengucapkan sambil mengerjakan sendiri suatu materi pendidikan

kesehatan (biasanya menggunakan media yang mirip dengan objek yang

sebenarnya dan melalui pengalaman yang nyata), maka ia akan mengingat

90% dari materi tersebut (Nursalam dan Efendi, 2008).

5. Media Pendidikan Kesehatan

Media adalah alat bantu yang digunakan oleh pendidik dalam

menyampaikan bahan pendidikan atau pengajaran, semakin banyak

pancaindera yang digunakan maka akan semakin banyak dan semakin jelas

pula pengertian atau pengetahuan yang diperoleh (Maulana, 2009; Fitriani,

2011). Nursalam (2008) menyatakan bahwa ada beberapa media pendidikan


(53)

35

a. Media cetak seperti booklet, leaflet, selebaran (flyer), lembar balik (flip

chart), poster surat kabar (newspaper), tabloid, jurnal, majalah, dan foto atua gambar. Booklet ialah suatu media untuk menyampaikan

pesan-pesan kesehatan dalam bentuk buku. Leaflet adalah selembar kertas

yang berisi tulisan cetak tentang sesuatu masalah khusus untuk sasaran

yang dapat membaca. Leaflet terdiri dari 200-400 kata dan berseling

dengan gambar. Flyer adalah seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk

lipatan. Flip chart merupakan media penyampaian pesan atau informasi

kesehatan dalam bentuk lembar balik. Poster ialah suatu bentuk media

cetak yang memuat pesan atau informasi kesehatan dan biasanya di

tempel di dinding, tempat umum, atau di kendaraan umum (Fitriani,

2011; Nursalam, 2008).

b. Media elektronik antara lain televisi, radio, video, filmstrip, dan slide

(power point). Televisi adalah media yang dapat menampilkan pesan

secara audiovisual dan gerak. Radio ialah media audio yang

penyampaian pesannya dilakukan melalui pancaran gelombang

elektromagnetik dari suatu pemancar. Filmstrip adalah media visual

proyeksi diam, yang pada dasarnya hampir sama dengan media slide

(Hassan, 2010). Power point merupakan salah satu media untuk

menyampaikan presentasi. Powerpoint dapat sebagai bagian dari

keseluruhan presentasi maupun menjadi satu-satunya sarana

penyampaian informasi, dapat pula sebagai pendukung presentasi,

misalnya adalah power point sebagai alat bantu visual dalam presentasi


(54)

c. Benda asli atau benda tiruan. Benda asli yaitu benda yang

sesungguhnya baik hidup maupun mati. Sedangkan benda tiruan yaitu

benda yang menyerupai benda asli. Benda tiruan bisa digunakan

sebagai media alat peraga dalam pendidikan kesehatan (Depkes, 2004).

Alat peraga, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Anindityas

(2012) di SMPN 3 Kandangan Semarang menunjukkan hasil bahwa

penggunaan alat peraga (benda tiruan) dapat mengoptimalkan kualitas

belajar siswa.

6. Tahapan Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan

Manurung (2009) membagi tahapan pelaksanaan pendidikan kesehatan

menjadi beberapa tahapan, yaitu:

a. Mengidentifikasi karakteristik peserta didik yang terdiri dari usia, jenis

kelamin, pendidikan, pengalaman dan pengetahuan tentang kesehatan,

bahasa dan budaya, masalah kesehatan, dan tingkat kemampuan untuk

menerima serta kebutuhan peserta didik. Hal ini bertujuan untuk

menentukan metode, materi dan media yang cocok yang akan di

berikan (Nursalam, 2008).

b. Menentukan tujuan dari pendidikan kesehatan yang terdiri dari tujuan

umum dan tujuan khusus.

c. Membuat perencanaan isi, metode, dan teknik pendidikan kesehatan

agara dapat tercapai tujuan umum dan tujuan khusus yang telah

direncanakan.

d. Membuat rencana metode evaluasi yang sesuai untuk mengetahui


(55)

37

e. Mengevaluasi proses dan hasil dari pendidikan kesehatan.

F. Pengetahuan

Pengetahuan yang dimiliki oleh manusia adakalanya berasal dari

pengalaman dan dari pikiran. Pengetahuan yang bersumber dari pengalaman

meliputi semua hal yang dialami baik oleh panca indera, intuisi, atau kata hati.

Sedangkan, pengetahuan yang berasal dari pikiran yaitu pengetahuan yang

diperoleh melalui proses penalaran (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP UPI,

2007).

Pengetahuan mempunyai 6 (enam) tingkatan. Pertama, tahu (know),

diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya,

mengingat kembali termasuk (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh

bahan atau rangsangan yang telah diterima. Cara untuk mengetahui bahwa

seseorang dianggap tahu tentang apa yang dipelajari adalah mampu

menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan mendatakan materi yang telah

dipelajari. Kedua, memahami (comprehension), yaitu suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Seseorang dapat dianggap

telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan

contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap materi yang telah dipelajari.

Ketiga, aplikasi (application), adalah sebuah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata. Aplikasi yang

dimaksud adalah sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, prinsip, prosedur,


(56)

Keempat, analisis (analysis), merupakan suatu kemampuan untuk

menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi

masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu

sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja

seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,

mengelompokkan dan sebagainya. Kelima, sintesis (synthesis), menunjukkan

pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian

di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya, dapat menyusun,

merencanakan dan dapat meringkas, dan menyesuaikan terhadap suatu teori

yang telah ada. Keenam, evaluasi (evaluation), evaluasi berkaitan dengan

kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek

(Fitriani, 2011; Mubarak, 2007; Notoatmodjo, 2007).

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan antara lain

(Notoatmodjo, 2005 dan Mubarak, 2007).

1. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk

mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran

pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Pendidikan formal maupun pendidikan

non formal, sistema pendidikan berjenjang diharapkan mampu meningkatkan

pengetahuan melalui pola tertentu (Notoatmodjo, 2005).

2. Usia

Usia individu berkaitan erat dengan pengetahuan individu. Semakin


(57)

39

dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin

membaik (Notoatmodjo, 2007).

3. Minat dan kreativitas

Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap

sesuatu objek atau dalam melakukan suatu kegiatan (perbuatan), yang

didasari oleh rasa tertarik, senang, yang muncul dalam diri bukan tekanan dari

luar (Notoatmodjo, 2005). Adanya perasaan tertarik dan perasaansenang

menimbulkan adanya minat, maka minat ini merupakan kondisi psikologis

yang dapat mendorong (memotivasi) munculnya kreativitas.

Hurlock (1978) dalam Mataro (2012) menyatakan bahwa ada delapan

pengertian menurut para ahli yang populer. Pertama, menekankan kreativitas

sebagai pembuatan sesuatu yang baru dan berbeda. Kedua, kretaivitass

dipandang sebagai kreasi sesuatu yang baru dan orisinal. Ketiga, kreativitas

mempunyai anggapan bahwa apa saja yang diciptakan selalu baru dan

berbeda dari yang telah ada dan oleh karenanya unik. Keempat, memandang

kreativitas sebagai proses mental yang unik, yang dilakukan semata-mata

untuk menghasilkan sesuatu yang baru, berbeda, dan orisinal. Kelima,

kreativitas sering dianggap sama dengan kecerdasan yang tinggi. Keenam,

ada anggapan bahwa kreativitas adalah suatu yang diperoleh atau diwariskan.

Ketujuh, kreativitas selalu dianggap sinonim dengan imajinasi dan fantasi.

Kedelapan, kreativitas adalah pencipta, bukan penurut. 4. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang dialami seseorang dalam


(58)

menyebabkan seseorang berperilaku tertentu karena adanya pemikiran dan

perasaan dalam diri seseorang yang terbentuk dalam pengetahuan, persepsi,

sikap, kepercayaan, seseorang terhadap objek tersebut, dimana seseorang

mendapatkan pengetahuan baik dari pengalaman pribadi maupun pengalaman

orang lain (Notoatmodjo, 2005).

Chandra (2009) dalam penelitiannya menyatakan bahwa tingkat

pengetahuan seseorang mengenai SADARI tidak sepenuhnya dipengaruhi

oleh status perkawinan seseorang, namun lebih dipengaruhi oleh paparan

informasi yang diperolehnya.

5. Kebudayaan lingkungan sekitar

Lingkungan sosial budaya yang mempengaruhi pengetahuan seseorang

dapat bersumber dari pandangan agama, kelompok etnis yang mempengaruhi

proses memperoleh informasi atau pengetahuan khususnya dalam penerapan

nilai-nilai keagamaan. Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan

mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap seseorang

(Notoatmodjo, 2005).

6. Informasi

Informasi yang didapatkan dari media massa mempengaruhi fungsi

kognitif dan afektif. Fungsi kognitif diantaranya berfungsi untuk menciptakan

atau menghilangkan ambiguitas, pembentukan sikap, perluasan sistem,

keyakinan masyarakat dan penegasan atau penjelasan nilai-nilai tertentu


(59)

41

G. Ingatan (memory)

Ingatan (memory) merupakan penyimpanan informasi sepanjang waktu.

Ingatan adalah pusat bagi kehidupan mental dan pemrosesan informasi. Remaja

perlu menyimpan informasi dan mengeluarkan kemabli informasi yang

disimpannya agar berhasil belajar dan menalar. Dua sistem ingatan ini ialah

ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang (Santrock, 2004).

Ingatan jangka pendek (short-term memory) adalah sistem ingatan

berkapasitas terbatas, tempat informasi disimpan selama 30 detik, kecuali bila

informasi tersebut diulang lagi, sehingga dapat disimpan lebih lama (Santrock,

2003; Djiwandono, 2006). Ingatan jangka panjang (long-term memory) adalah

sistem ingatan yang relatif menetap, tempat menyimpan sejumlah besar

informasi untuk jangka waktu lama (Santrock, 2004). Cara yang biasa dilakukan

untuk menilai ingatan jangka pendek adalah dengan memberi sederetan hal

untuk diingat, yang sering disebut sebagai tugas rentang ingatan (Fitzgerald,

1991, dalam Santrock, 2004).

Ingatan jangka panjang meningkat amat tajam selama masa kanak-kanak

tengah dan akhir, dan cenderung terus meningkan selama masa remaja,

meskipun hal ini tidak tercatat dengan baik oleh para peneliti (Santrock, 2004).

Hal yang paling diketahui mengenai ingatan jangka panjang ini adalah bahwa

hal ini tergantung pada kegiatan belajar yang dilakukan ketika mempelajari dan


(60)

H. Kerangka Teori

Bagan 2.3 Kerangka Teori dimodifikasi dari teori Health Promotion Model (Pender, 1982 dalam Tomey & Alligood, 2006) dan Notoatmodjo (2007) A. Faktor Demografi (Usia,

jenis kelamin) B. Faktor Psikologi

(Kesadaran diri, motivasi diri,

kompetensi personal) C. Faktor Sosiokultural

(Ras, budaya, pendidikan, status sosial dan ekonomi) D. Faktor Interpersonal (Keluarga, kelompok sebaya, pemberi pengaruh pelayanan kesehatan) Pengetahuan Remaja mengenai Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Remaja Pendidikan Kesehatan 1. Metode a. Wawancara b. Ceramah c. Seminar d. Role play e. Diskusi Kelompok f. Simulasi (demonstrasi) g. Dll. 2. Media a. Booklet b. Leaflet c. Poster d. Video e. Power Point f. Phantom (alat

peraga) g. Dll.


(61)

43 BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep yang

ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan.

Pembuatan kerangka konsep akan semakin memperjelas keberadaan

variabel-variabel yang akan diteliti, hubungan dan keterkaitan di dalamnya

(Wasis, 2008). Kerangka ini didapatkan dari konsep ilmu atau teori yang

dipakai sebagai landasan penelitian yang didapatkan di bab tinjauan pustaka

atau dengan kata lain kerangka konsep merupakan ringkasan dari tinjauan

pustaka yang dihubungkan dengan garis sesuai variabel yang diteliti

(Setiadi, 2007).

Berdasarkan tinjauan pustaka, pendidikan kesehatan diharapkan

mampu menambah pengetahuan remaja putri mengenai Pemeriksaan

Payudara Sendiri (SADARI) sehingga dapat menjadi salah satu upaya

pencegahan kanker payudara. Kerangka konsep pada penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Input

Pengetahuan remaja putri mengenai

SADARI

Intervensi Pendidikan

kesehatan

Output Perbedaan nilai pengetahuan remaja putri


(62)

Keterangan:

: Variabel yang diteliti

: Berpengaruh

B. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah

yang akan digunakan dalam penelitian secara oprasional sehingga akhirnya

mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian (Setiadi,

2007). Definisi dari operasional menjadikan konsep yang masih bersifat

abstrak menjadi operasional yang memudahkan pengukuran variabel

tersebut (Wasis, 2008).

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara Pengukuran

Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur 1 Pengetahuan

remaja putri mengenai Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Pengetahuan yang diukur berdasarkan kognitif remaja putri kelas VII dan VIII tentang SADARI

Menggunakan skala

Gutmann. Jika jawaban “Ya” bernilai 1, jawaban “Tidak” bernilai 0

Kuesioner II & III

Data numerik Interval

C. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau masalah

penelitian atau penjelasan sementara untuk menerangkan fenomena yang

diamati atau suatu pertanyaan tentang hubungan yang diharapkan terjadi


(63)

45

empirik atau perlu diuji kebenaran atas jawaban pertanyaan tersebut

(Budiharto, 2008).

Hipotesis pada penelitian ini adalah terdapat perbedaan nilai

pengetahuan remaja putri di SMPN 3 Tangerang Selatan mengenai SADARI


(1)

a. Only a partial list of cases with the value 35 are shown in the table of upper extremes.

b. Only a partial list of cases with the value 30 are shown in the table of lower extremes.

2.

Hasil Olahan SPSS Bivariat

A.

Hasil Bivariat Pre-test

Tests of Normality Pre-test

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

SkorTotal ,149 33 ,062 ,929 33 ,034

a. Lilliefors Significance Correction

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

SkorTotal

N 33

Normal Parametersa,b Mean 23,97

Std. Deviation 3,504

Most Extreme Differences

Absolute ,149

Positive ,072

Negative -,149

Kolmogorov-Smirnov Z ,854

Asymp. Sig. (2-tailed) ,460

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

B.

Hasil Bivariat Post-test

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

SkorTotal ,214 33 ,001 ,901 33 ,006


(2)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

SkorTotal

N 33

Normal Parametersa,b Mean 33,06

Std. Deviation 2,150

Most Extreme Differences

Absolute ,214

Positive ,153

Negative -,214

Kolmogorov-Smirnov Z 1,232

Asymp. Sig. (2-tailed) ,096

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

3.

Hasil SPSS Paired T Test

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1

Sebelum 23,97 33 3,504 ,610

Sesudah 33,06 33 2,150 ,374

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig. Pair 1 Sebelum & Sesudah 33 ,436 ,011

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig. (2-tailed)

Mean Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Pair 1 Sebelum -


(3)

4.

Uji Reliabilitas

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items

,675 41

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted SADARI adalah salah satu

cara untuk mencegah timbulnya kanker payudara

62,10 56,438 ,204 ,672

Hanya yang berusia lebih dari 20 tahun yang boleh melakukan SADARI

62,13 55,016 ,518 ,664

SADARI adalah pemeriksaan payudara sendiri yang dilakukan sekali seumur hidup

62,13 55,844 ,296 ,669

SADARI dilakukan segera setelah menstruasi setiap bulan

62,67 58,575 -,235 ,689

Pemeriksaan SADARI hanya dilakukan oleh perempuan

63,00 56,690 ,072 ,674

Setiap perempuan yang telah memasuki masa puber dapat melakukan SADARI

62,17 56,351 ,128 ,673

SADARI dilakukan rutin

setiap bulan bagi remaja 62,27 53,720 ,527 ,657

SADARI hanya boleh dilakukan oleh tenaga kesehatan

62,47 53,499 ,450 ,657

Pemeriksaan SADARI

memerlukan waktu 1 jam 62,17 58,695 -,376 ,687

SADARI juga dapat mendeteksi adanya tumor jinak pada payudara


(4)

SADARI dilakukan pada hari 7-10 yang dihitung sejak hari pertama mulai menstruasi

62,50 54,948 ,245 ,667

SADARI bisa dilakukan di

rumah 62,23 55,289 ,283 ,667

SADARI sangat bermanfaat

untuk kesehatan payudara 62,07 57,030 ,000 ,675

Pada perempuan yang telah memasuki masa

menopause, SADARI dilakukan pada tanggal yang sama setiap bulannya

62,43 54,944 ,254 ,666

SADARI penting untuk dilakukan oleh perempuan khususnya remaja

62,10 56,990 ,003 ,676

Praktik SADARI tidak memerlukan biaya yang mahal

62,47 53,637 ,431 ,658

Kanker payudara dapat di

deteksi melalui SADARI 62,13 55,016 ,518 ,664

Kanker payudara hanya menyerang perempuan berusia 30 tahun keatas

62,23 57,220 -,058 ,679

Kanker payudara dapat

menyerang remaja 62,10 56,438 ,204 ,672

Penting untuk

memeriksakan diri ke rumah sakit atau pelayanan kesehatan terdekat jika terdapat benjolan pada payudara

62,07 57,030 ,000 ,675

Pemeriksaan SADARI dapat dilakukan sambil berbaring dan berdiri di depan cermin

62,07 57,030 ,000 ,675

Pemeriksaan SADARI menggunakan permukaan tiga jari

62,20 53,407 ,693 ,654

Jari-jari meraba tiap bagian payudara kiri dan

sebaliknya


(5)

Tangan kanan memeriksa payudara kiri dan

sebaliknya

62,13 55,430 ,406 ,666

Pada saat berbaring benjolan pada payudara lebih mudah untuk diraba

62,17 55,385 ,342 ,667

Saat pemeriksaan, jari-jari digerakkan mulai dari bagian atas sampai ke bawah dan mengelilingi seluruh bagian payudara

62,07 57,030 ,000 ,675

Saat melakukan SADARI, ketiak juga perlu untuk diperiksa

62,30 55,045 ,282 ,666

Benjolan dapat ditemukan tidak hanya di payudara tetapi juga di ketiak

62,40 54,179 ,371 ,661

Penekanan pada puting dilakukan untuk melihat cairan yang keluar dari puting

62,27 55,099 ,292 ,666

Nanah adalah cairan yang normal keluar dari puting ketika puting di pencet

62,67 56,782 ,000 ,678

Pemeriksaan di depan cermin dilakukan untuk melihat jika terdapat perbedaan bentuk pada payudara kanan ataupun kiri

62,13 55,016 ,518 ,664

SADARI dapat dilakukan pada posisi berdiri, duduk, maupun berbaring

62,13 56,257 ,186 ,672

SADARI juga dapat

dilakukan saat mandi 62,40 53,214 ,513 ,655

Benjolan lebih mudah

diraba pada saat mandi 62,43 58,254 -,196 ,687

Benjolan yang tidak dapat digerakkan dan terasa nyeri saat dipegang bukan merupakan tanda kanker payudara


(6)

Benjolan yang terdapat dipayudara merupakan hal yang normal

62,40 55,145 ,232 ,668

SADARI dilakukan dengan

gerakan memutar 62,30 53,803 ,482 ,658

Adanya benjolan pada ketiak adalah hal yang normal

62,30 54,355 ,392 ,662

Lekukan seperti lesung pipi pada payudara adalah tanda yang harus di waspadai

62,43 56,737 ,007 ,678

Nyeri pada payudara saat dilakukan SADARI adalah hal yang tidak normal

62,17 55,109 ,403 ,665


Dokumen yang terkait

Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Pemeriksaan patudara Sendiri (SADARI) Pada Siswi Kelas II Di SMA Negeri 9 Medan

12 74 66

EFEKTIFITAS PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) TERHADAP MOTIVASI KESEHATAN DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA PADA REMAJA KELAS X DI SMK MUHAMMADIYAH 2 MALANG

14 61 22

Hubungan Usia Dan Tingkat Pendidikan Dengan Pengetahuan Wanita Usia 20-50 Tahun Tentang Periksa Payudara Sendiri (Sadari) di Rt 05 Dan Rt 07 Rw 02 Kelurahan Rempoa Tahun 2010

0 6 107

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADPA TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTERI TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMK NEGERI 1 GODEAN YOGYAKARTA

2 10 87

PEMERIKSAAN SADARI pada mahasiswi fakultas

0 0 5

PENGARUH PEER GROUP EDUCATION TENTANG SADARI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI MENGENAI SADARI (PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI) DI SMAN 1 GONDANG KABUPATEN MOJOKERTO

0 0 8

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DENGAN PRAKTIK PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA REMAJA PUTRI

1 0 7

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI DENGAN SIKAP MELAKUKAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMAN 2 NGAGLIK SLEMAN NASKAH PUBLIKASI - HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI DENGAN SIKAP MELAKUKAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SM

0 0 9

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SADARI TERHADAP SIKAP REMAJA PUTRI DALAM PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI DI SMA NEGERI 1 NGAGLIK YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Tingkat Pengetahuan Sadari Terhadap Sikap Remaja Putri dalam Pemeriksaan Payudara Sendiri di

0 0 11

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PERIKSA PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMAN KASIHAN BANTUL

0 0 9