Komunikasi antarpribadi perawat terhadap pasien skizofrenia dalam proses peningkatan kesadaran di rumah sakit jiwa Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI PERAWAT
TERHADAP PASIEN SKIZOFRENIA DALAM PROSES
PENINGKATAN KESADARAN DI RUMAH SAKIT
JIWA DR. H. MARZOEKI MAHDI BOGOR
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom.I)

Oleh:

DWI ASRIANI NUGRAHA
NIM: 1111051000088

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 M

ABSTRAK
“Komunikasi Antarpribadi Perawat Terhadap Pasien Skizofrenia dalam Proses

Peningkatan Kesadaran di Rumah Sakit Jiwa Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor”.
Komunikasi merupakan kebutuhan seluruh makhluk sosial tak terkecuali orang
yang sedang mengalami gangguan jiwa, namun pada realitas yang ada mereka seringkali
diasingkan oleh keluarga dan lingkungan sekitar, sebenarnya hal tersebutlah yang menjadi
salah satu penyebab kondisi psikologisnya semakin tertekan. Terdapat perbedaan kondisi
antara komunikator dan komunikan, yang mana komunikator memiliki kesehatan
emosional yang stabil sedangkan komunikan memiliki gangguan emosional. Namun hal
tersebut justru tidak menyurutkan semangat para perawat untuk dapat menyembuhkan
penyakit pasien. Salah satu metode penyembuhan yang digunakan ialah metode interaksi
langsung. Kondisi inilah yang membuat penulis tertarik tentang bagaimana jika kita selaku
manusia sehat jika dihadapkan dengan mereka yang sedang sakit.
Ada beberapa pertanyaan yang semoga dapat terpecahan ketika penelitian selesai.
Adapun pertanyaan yang dimaksud meliputi: bagaimana komunikasi antarpribadi yang
dilakukan para perawat terhadap pasien skizofrenia di rumah sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi
Bogor? dan apa hambatan-hambatan yang ditemui perawat saat berkomunikasi dengan
pasien skizofrenia?
Agar penelitian ini dapat terarah dan reliable maka teori yang menjadi acuan
penelitian ini ialah teori Penetrasi Sosial teori ini dikembangkan oleh Altman dan Taylor
dan teori ini berupaya mengidentifikasi proses peningkatan keterbukaan dan keintiman
seseorang dalam menjalani hubungan dengan orang lain yang artinya seseorang mengenal

orang lain secara gradual melalui komunikasi yang semakin meningkat.
Adapun pendekatan penelitian yang digunakan ialah pendekatan penelitian
kualitatif, dengan paradigma klasik, jenis metode penelitian field research (studi lapangan)
dan menggunakan descriptive qualitatif case study methode. Dan data didapat dengan
menggunakan teknik wawancara, observasi, studi kepustakaan, dan studi rekaman arsip.
Teknik komunikasi antarpribadi yang dilaksanakan oleh perawat ketika
menghadapi pasien ditandai dengan jalinan komunikasi yang bersifat nonformal sehingga
pasien merasa nyaman akan proses yang sedang dijalani dan proses komunikasi selalu
dilaksanakan dalam jarak yang dekat sehingga umpan baliknyapun dapat dilihat secara
langsung. Hambatan yang ditemui pasien meliputi halusinasi, keadaan jiwa yang belum
stabil, belum terjalinnya rasa percaya pasien terhadap perawat, keengganan pasien untuk
berkomunikasi, pembicaraan pasien yang inkoheren, perawat tidak mengerti apa yang
diucapkan oleh pasien, dan tingkat kesabaran perawat masih minim.
Dengan demikian proses komunikasi merupakan proses yang sangat penting untuk
dijalin antara perawat dan pasien karena jika proses ini tidak dijalin dengan baik maka
perawatpun akan sulit untuk mengarahkan kesembuhan pasien. dan proses komunikasi ini
juga penting diterapkan agar rasa percaya diri pasien semakin meningkat sehingga ia
termotivasi untuk sembuh dan hidup normal seperti sedia kala.

i


KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmannirrahim

“Aku sesuai dengan prasangkaan hambaKu terhadap-Ku dan Aku selalu
bersamanya ketika dia mengingatKu. Apabila dia mengingatKu dalam dirinya,
maka Akupun akan mengingatnya dalam diriKu, apabila dia mengingatKu dalam
suatu jemaah manusia, maka Akupun akan mengingatnya dalam suatu kumpulan
makhluk yang lebih baik dari mereka. Apabila dia mendekatiKu sejengkal, maka
Aku akan mendekatinya sehasta, apabila dia mendekatiKu sehasta, maka Aku
akan mendekatinya sedepa. Dan apabila dia datang kepadaKu dengan berjalan,
maka Aku akan datang kepadanya dengan berlari. (HR. Muslim)
Segala puja dan puji kepada Zat yang maha dahsyat, Zat yang
mengenggam segala unsur duniawi dan ukhrawi, Zat yang meliputi apa yang
terfikir dan apa yang tidak terfikir. Maha besar Allah SWT atas segala nikmat dan
karuniaNya. Shalawat yang bertangkaikan salam semoga selalu tercurahkan
kepada junjungan agung kita nabi Muhammad SAW yang senantiasa
membimbing hambanya dari zaman primitif hingga zaman modern saat ini.
Alhamdulillahirabbal‘alamin, penulis tak henti mengucapkan rasa syukur
kepada Allah atas segala rahmat dan petunjuknya, sehingga karya ilmiah ini dapat

terselesaikan. Karena tanpa pertolongan dari yang Maha Agung mustahil karya ini
dapat selesai.
Dengan penuh dengan kesadaran penulis merasa bahwa tanpa bantuan dan
dukungan baik moril maupun materil peneliti tidak akan dapat menyelesaikan
tanggung jawab ini, semuanya terselesaikan berkat arahan, bantuan, petunjuk,

ii

motivasi serta doa dari semua pihak, seperti Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam,
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan kali ini, peneliti mengucapkan amat banyak terima kasih
kepada beberapa pihak, diantaranya:
1.

Bapak Dr. Arief Subhan M.A sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta
jajarannya.

2.


Bapak Rachmat Baihaky, MA selaku Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran
Islam beserta Ibu Fita Fathurokhmah, M.Si selaku Sekretaris Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam, terima kasih atas segala dukungan dan
motivasinya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

3.

Ibu Kalsum Minangsih selaku Dosen Pembimbing Akademik KPI C 2011
yang telah membantu mengarahkan penulis untuk mengikuti proses kegiatan
akademik.

4.

Prof. Dr. H.M. Yunan Yusuf. MA, Selaku dosen pembimbing yang senantiasa
meluangkan waktunya untuk membantu, mengarahkan dan mendukung
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5.


Seluruh dosesn Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan banyak ilmu dan pengalaman
yang sangat bermanfaat bagi penulis.

6.

Segenap karyawan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi dan juga Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

iii

yang telah memberikan kemudahan penulis untuk mendapatkan berbagai
referensi dalam penyelesaian skripsi ini.
7.

Segenap pihak Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor yang telah
memberikan izin untuk melakukan penelitian dan wawancara serta banyak
membantu dalam penulisan skripsi ini khususnya Ibu Marni selaku
pendukung dari DIKLIT, dan kepada seluruh perawat di ruang Yudistira
khususnya Bapak Ahmad Rivai, Bapak Mamat Sutedi, Ibu Ernawati, Ibu Siti

Rohmah, Ibu Nurmilah, dan Ibu Fujiati yang berkenan memberikan banyak
informasi tentang pola komunikasi perawat terhadap pasien skizofrenia.

8.

Kepada ayahanda tercinta Juaeni, dan ibunda tersayang Siti Hasanah. Terima
kasih karena selalu memberikan kepercayaan anakmu ini untuk memilih.
Hampir setiap nafas yang kau hembuskan hanya untuk berdoa agar semua
putra-putrimu kelak bahagia, dan ini persembahan awalku bahwa memenuhi
harapanmu adalah tujuan utamaku, semoga pintu rahmah dan rahimnya
senantiasa menemani setiap derap langkahmu. Amin.

9.

Kakakku tercinta Agung Cahya Nugraha, SE. Terima kasih atas dukungan
dan motivasinya yang kerap diberikan kepada penulis.

10. Adikku tercinta Sayyid Fajrin Nugraha. Terima kasih atas dukungan dan
doanya yang senantiasa diberikan kepada penulis.
11. Teman-teman seperjuangan KPI angkatan 2011, khususnya KPI C yang

saling membantu dan memberikan dukungan agar kita bisa sukses bersama.
12. Kakak-kakak dan kawan-kawan semua di UKM Bahasa-FLAT terima kasih
atas dukungan, motivasi dan doanya yang selalu diberikan kepada penulis
hingga akhinya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

iv

13. Sahabat-sahabat La-Flamme terima kasih untuk tetap terus berkembang
bersama, terima kasih atas dukungan, motivasi serta doanya, semoga
persahabatankitaakantetapterusberlangsungselaludanselamanya.
14. Sahabatku Siti Khafidoh, Faramudita Dwi Iriyani, Siti Roudhotul Fushiah,
terima kasih karena telah banyak meramaikan sepinya duniaku. Semoga
persahabatan kita tidak berhenti sampai disini. Dan terima kasih pula atas
dukungan, motivasi dan doanya hingga akhirnya penulis terpacu untuk
menyelesaikan karya ilmiah ini.
15. Sahabat-sahabat KKN KITA Desa Karya Mekar, Kecamatan Cariu, Bogor
2014 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sudah mendukung serta
memotivasi penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis hanya dapat mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada
semua pihak yang telah membantu, mendukung dan mendoakan kepada peneliti.

Semoga Allah SWT semakin memberikan karunianya kepada kita semua. Terima
kasih atas segalanya dan mohon maaf atas segala kekhilafan. Semoga skripsi ini
dapat selalu bermanfaat bagi pembaca, dan khusunya bagi peneliti. Amin Yaa
Robbal Alamiiin.

Jakarta, 19 Juni 2013

Penulis

v

DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................................ I
KATA PENGANTAR ...................................................................................................11
DAFTAR ISI ................................................................................................................VII
BAB I

PENDAHULUAN
A.
B.

C.
D.
E.
F.
G.

BAB II

Latar Belakang Masalah .............................................................................1
Batasan dan Rumusan Masalah .................................................................8
Tujuan Penelitian .......................................................................................8
Signifikansi Penelitian ...............................................................................9
Metodologi Penelitian ..............................................................................10
Tinjauan Pustaka ......................................................................................18
Sistematika Penulisan ..............................................................................20

KAJIAN TEORI TENTANG KOMUNIKASI ANTARPRIBADI,
KOMUNIKASI TERAPEUTIK DAN KONSEP SKIZOFRENIA
A. Kajian Ilmiah Mengenai Komunikasi Antarpribadi .................................21
1. Pengertian Komunikasi Antarpribadi ................................................21

2. Komponen-Komponen dalam Komunikasi Antarpribadi ..................21
3. Proses Komunikasi Antarpribadi .......................................................28
4. Ciri-Ciri Komunikasi Antarpribadi ....................................................29
5. Tujuan Komunikasi Antarpribadi ......................................................31
B. Teori Penetrasi Sosial ...............................................................................34
1. Pengertian Penetrasi Sosial .................................................................34
2. Tahapan Proses Penetrasi Sosial.........................................................35
C. Komunikasi Terapeutik ............................................................................38
1. Pengertian Komunikasi Terapeutik ....................................................38
2. Relevansi Komunikasi Terapeutik ......................................................38
3. Tujuan Komunikasi Terapeutik ..........................................................39
4. Komponen Esensial Komunikasi Terapeutik .....................................39
5. Metode-Metode Komunikasi Terapeutik ............................................41
6. Teknik Komunikasi Terapeutik ..........................................................45
D. Skizofrenia ................................................................................................48
1. Pengertian Skizofrenia ........................................................................46
2. Ciri-Ciri Utama Skizofrenia ................................................................48
3. Faktor-Faktor Pemicu Skizofrenia ......................................................50
4. Aneka Ragam Skizofrenia...................................................................51

vi

BAB III GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT JIWA DR. H. MARZOEKI
MAHDI BOGOR
A. Profil Rumah Sakit Jiwa Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor ..................54
B. Visi, Misi dan Tujuan .........................................................................58
1. Visi................................................................................................57
2. Misi ...............................................................................................57
3. Tujuan ...........................................................................................57
C. Fasilitas Pelayanan Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor ......62
D. Ketenagakerjaan .................................................................................66
E. Grafik Kinerja Pelayanan ...................................................................67
F. Data Riwayat Penyakit Gangguan Jiwa Pasien Tahun 2013-2014.....69
1. 10 Besar Diagnosa Rawat Darurat Kasus Psikiatri ......................69
2. 10 Besar Diagnosa Rawat Jalan Kasus Psikiatri ..........................72
3. 10 Besar Diagnosa Rawat Inap Kasus Psikiatri ...........................76
BAB IV ANALISIS POLA KOMUNIKASI ANTARA PERAWAT TERHADAP
PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT DR. H. MARZOEKI
MAHDI BOGOR
A. Identifikasi Informan ...........................................................................80
1. Identifikasi Perawat Kejiwaan Di Rumah Sakit Jiwa Dr. Marzoeki
Mahdi Bogor ...................................................................................80
2. Identifikasi Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Dr. H..
Marzoeki Mahdi Bogor ..................................................................84
B. Komunikasi antarpribadi Perawat Terhadap Pasien Skizofrenia di
Rumah sakit Jiwa Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor ...............................86
1. Analisis Pengembangan Hubungan antara Perawat terhadap Pasien
Skizofrenia ......................................................................................87
2. Analisis Komunikasi Terapeutik dalam Pengembangan Hubungan
Perawat terhadap Pasien Skizofrenia ............................................111
3. Peran Dakwah dalam Peningkatan Kesadaran Pasien di Rumah
Sakit Jiwa Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor ...................................117
C. Hambatan-Hambatan Yang Ditemuia Perawat Saat Berkomunikasi
dengan Pasien Skizofrenia ..................................................................119
1. Hambatan yang Terdapat Dalam Diri Pasien ...............................120
2. Hambatan yang Terdapat Dalam Diri Perawat ............................123
BAB V PENUTUP .......................................................................................................125
A. Kesimpulan ...................................................................................125
B. Saran .............................................................................................126
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................129
LAMPIRAN-LAMPIRAN

vii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Penelitian
Proses komunikasi merupakan sebuah kebutuhan yang tidak dapat
dipungkiri oleh kita sebagai makhluk sosial. Komunikasi akan semakin efektif
jika didasari dengan rasa pengertian, keterbukaan, empati dan kepercayaan antara
sesama peserta komunikasi. Dan jika setiap individu memahami betul unsur-unsur
yang terkandung didalamnya.
Unsur-unsur yang dimaksud ialah sumber (source), pesan (message),
saluran (channel), penerima ( receiver, audience), pengaruh (effect) dan umpan
balik (feed back). Dalam proses komunikasi perubahan sikap dalam diri penerima
(receiver) penting adanya karena hal itu sebagai pembuktian bahwa komunikasi
telah berjalan secara efektif meski prosesnya berjalan secara tatap muka atau
tidak.
Komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi adalah komunikasi
antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya
menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun non
verbal.1 Adapun komunikasi ini dapat dilaksanakan antara orang tua dan anak,
guru dan murid dan juga hubungan antara perawat dan pasien.
Perawat merupakan seseorang yang memiliki tugas dan amanah untuk
dapat merawat pasien yang sedang sakit, baik sakit fisik maupun sakit karena

1

Suranto AW, Komunikasi Interpersonal (Jogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h. 3.

1

2

gangguan emosional/mental. Gangguan emosional/mental meliputi ketidakpuasan
dengan karakteristik, kemampuan, dan prestasi diri; hubungan yang tidak efektif
atau tidak memuaskan; tidak puas hidup didunia atau koping yang tidak efektif
terhadap peristiwa kehidupan dan tidak terjadi pertumbuhan personal.2 Gangguan
mental ini juga kerap disebut dengan psikosis dan psikosis ini biasanya di
klasifikasikan menjadi dua kelompok utama yaitu psikosis organik dan psikosis
fungsional. Psikosis fungsional ialah gangguan mental yang berat dan sangat
melibatkan seluruh kepribadian tanpa ada kerusakan jaringan saraf.
Kategori psikosis fungsional terbagi lagi menjadi tiga kelompok yaitu,
skizofrenia, gangguan Bipolar, dan gangguan-gangguan psikotik lain. Konsep
skizofrenia ini merupakan suatu gangguan mental yang berat dengan ciri-ciri
khasnya adalah tingkah laku aneh (bizar), pikiran-pikiran aneh, dan halusinasihalusinasi pendengaran dan penglihatan (yakni “mendengar suara-suara atau
melihat hal-hal yang tidak ada”).3
Faktor yang menyebabkan gangguan jiwa berat (Skizofrenia) ialah faktor
individual meliputi struktur biologis, ansietas, kekhawatiran dan ketakutan,
ketidakharmonisan dalam hidup, kehilangan arti hidup. Dan juga faktor
interpersonal seperti komunikasi yang tidak efektif dan lain-lain.4
Melihat kondisi pasien maka timbulah sebuah pertanyaan tentang
bagaimana sebenarnya para perawat melakukan pendekatan komunikatif terhadap
pasien yang memiliki kondisi emosional yang tidak stabil, psikologis yang tidak
kondusif dan pola pikir yang dipenuhi dengan halusinasi agar pasien mau

2

Sheila L. Videbeck, Buku Ajar Keperawatan Jiwa (Jakarta: Keperawatan: 2008), h. 4.
Yustinus Semiun, OFM, Kesehatan Mental 3 (Yogyakarta: Kanisius, 2006), h. 20.
4
Sheila L. Videbeck, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, h. 4.
3

3

mengikuti bujukan perawat. Contohnya, bagaimana cara perawat mengajak pasien
skizofrenia yang tengah sibuk dengan dunianya sendiri agar pasien mau
mengalihkan dunianya dengan berinteraksi dengan orang lain/perawat. Atau
bagaimana cara perawat membujuk pasien untuk mengikuti terapi dan menjaga
kesehatan pasien seperti mejaga kebersihan diri dan lain-lain.
Kondisi pasien yang memiliki banyak kekurangan ini menyebabkan
banyaknya hambatan dan rintangan yang akan dihadapi oleh petugas kesehatan
namun tetap saja ia dituntut untuk bisa menghadapi kesulitan tersebut. dan berkat
kegigihannya hingga akhirnya ia mampu membuat iklim interaksi yang baik
dengan pasien skizofrenia. Sebenarnya yang memiliki kewajiban untuk ikut
menyembuhkan pasien skizofrenia tidak hanya pihak rumah sakit saja namun
juga masyarakat luas. Karena, penderita penyakit ini juga merupakan bagian dari
masyarakat itu sendiri namun akibat kurangnya informasi tentang penyakit
skizofrenia dan bagaimana cara berkomunikasi dengan pasien ini menyebabkan
stigma negatif menjamur dalam pikiran masyarakat. Masyarakat menganggap
mereka sangat berbahaya, bodoh, aneh, dan tidak bisa disembuhkan, padahal
sudah banyak bukti yang berbicara sebaliknya. Pendapat ini juga selaras dengan
hadist nabi Muhammad SAW sebagaimana yang diriwayatkan oleh Muslim
danAhmad (dari jabir bin Abdullah r.a), sabdanya:
)‫لِدِاِءِِ ِدِ ِواءِِِفإِِ ِاأصيْبِدواءال ّ اءبرأبإ ْ نِهِع ّزوجلِ(اخرجهِمسلم‬
ِ ‫لِ ِك‬

Likulli daain dawaun faidzaa ushiiba dawaaud daai baria bi idznil
laahi’azza wa jalla.

4

Artinya: “Setiap penyakit ada obatnya. Jika obat itu tepat mengenai
sasarannya, maka dengan izin Allah penyakit itu akan sembuh”.5
Namun stigma tersebut terus saja melekat dalam diri penderita skizofrenia
sehingga sulit dihilangkan. Stigma dan diskriminasi terhadap penderita penyakit
ini akan membuat penderita semakin merasa terkucilkan dan tidak diperdulikan,
bahkan akibatnya banyak sekali penderita skizofrenia dipasung oleh keluarganya
sendiri agar penderita tidak membuat kegaduhan. Padahal hal itu justru akan
membuat kondisi mental penderita penyakit ini semakin menurun karena mereka
juga seorang manusia yang sudah sepantasnya diberi perlakuan yang sama dengan
manusia lainnya atau justru seharusnya mereka diberi perlakuan yang spesial agar
gangguan mental cepat kembali pulih. Bukan malah dibiarkan berkeliaran di
jalan-jalan tanpa perawatan yang khusus. Bahkan kebanyakan individu yakin
bahwa penderita penyakit ini perlu diasingkan dari masyarakat dan dikirim ke
institusi/rumah sakit jiwa.6
Indonesia memiliki banyak rumah sakit namun tak semua rumah sakit
menyediakan tempat penyembuhan penderita gangguan mental. Para pakar
kesehatan jiwa menyatakan bahwa semakin modern dan industrial suatu
masyarakat semakin besar pula stresor psikososialnya, yang pada gilirannya
menyebabkan orang jatuh sakit karena tidak mampu mengatasinya. 7 Oleh karena
itu berdirinya rumah sakit ini bertujuan agar masalah-masalah dalam masyarakat
tersebut dapat terpecahkan dan para penderita gangguan mental dapat

Dadang Hawari, Psikiater, Al-qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa
(Yogyakarta: Pt. Dana Bhakti Prima Yasa, 1995), h. 13.
5

6
7

Sheila L. Videbeck, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, h. 348.

Hawari, Psikiater, Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan jiwa, h. 288.

5

disembuhkan. Inilah beberapa contoh dari lembaga rumah sakit jiwa yang ada di
mayarakat:
1. RSJ Soeharto Herdjan, Grogol. Rumah sakit ini beralamatkan di Jl. Prof. Dr.
Latumenten 1 dan memiliki visi untuk menjadi pusat unggulan kesehatan jiwa
perkotaan dan memiliki misi:
a. Melaksanakan pelayanan jiwa sesuai pedoman pelayanan rumah sakit tipe
A.
b. Melaksanakan pendidikan kesehatan jiwa sesuai dengan pedoman rumah
sakit pendidikan.
c. Melaksanakan penelitian kesehatan jiwa sesuai pedoman bioetika
kedokteran.

2. Sanatorium

Dharmawangsa,

rumah

sakit

ini

beralamatkan

di

Jl.

Dharmawangsa Raya No. 13 Blok P II Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
12610, Indonesia. Adapun visi yang dimiliki yaitu:

a.

Menyelenggarakan

fasilitas/pelayanan

dalam

atmosfir

saling

menghormati dan semangat inovatif progresif untuk penanggulangan
stress, depresi, skizofrenia dan gangguan zat.
b.

Memberikan kontribusi ilmiah melalui peningkatan cara-cara pelayanan
kepada pasien dan masyarakat luas.

Adapun misi yang dimiliki yaitu sebagai fasilitas secara komprehensif
dan profesional seluruh variasi kondisi patologik. Dengan aspirasi ke arah
pertumbuhan dan perkembangan, mengutamakan pelayanan yang bersahabat,
memuaskan bagi pasien dan keluarga di seluruh dunia.

6

3. RSJ Marzuki Mahdi Bogor, rumah sakit ini beralamatkan di Jl. Dr. Sumeru
No. 114, Bogor. Adapun visi yang dimiliki ialah ingin menjadikan rumah sakit
ini sebagai Rumah sakit jiwa rujukan nasional dengan unggulan layanan
rehabilitasi psikososial pada tahun 2019, Sedangkan misi yang dimiliki yaitu:
a.

Mewujudkan layanan kesehatan jiwa dengan unggulan rehabilitasi
psikososial

b.

Meningkatkan penyelenggaraan pendidikan, pelatihan dan riset unggulan
dalam bidang kesehatan jiwa

c.

Meningkatkan peran strategis dalam program kesehatan jiwa nasional:
bebas pasung, pengampunan/pembinaan layanan kesehatan jiwa di
layanan primer dan rumah sakit umum.

d.

Meningkatkan kolaborasi dan pemberdayaan stakeholder.

e.

Meningkatkan komitmen dan kinerja pegawai untuk mencapai
kesejahteraan.

4. RSJ Menur Surabaya, alamat dari rumah sakit ini ialah di jalan Menur No.
120, Menur Prumpung, Sukolali Surabaya, Jawa Timur. Adapun visi yang
dimiliki ialah memberikan pelayanan kesehatan jiwa secara optimal dan
profesional. Dan misi yang dimiliki yaitu:
a. Memberikan pelayanan kesehatan jiwa dibidang promotif, preventif,
rehabilitatif bagi masyarakat.
b. Memberikan pelayanan kesehatan jiwa sub spesialistik seiring dengan
kemajuan IPTEK.
c. Mengembangkan kesehaatan jiwa dibidang neuropsikiatri.

7

d. Mengembangkan dan menyempurnakan pendidikana, pelatihan di bidang
administrasi rumah sakit.
e. Mengembangkan budaya organisasi yang mengutamakan pemeliharaan
perbaikan mutu secara terus menerus.
Akibat visi dan misi yang berbeda di setiap rumah sakit yang ada
menyebabkan proses implementasi penyembuhan pasien sangat beragam.
Berdasarkan asumsi yang ada semakin lama instansi tersebut berdiri maka
semakin banyak pengalaman dan pelajaran yang diambil. Sehingga telah banyak
proses perbaikan-perbaikan yang dilakukan oleh instansi mapan tersebut.
Melihat dari pengalaman yang telah dilalui beberapa contoh rumah sakit di
atas maka rumah sakit jiwa Marzuki Mahdi Bogor telah memenuhi kualifikasi
yang ada sebagai rumah sakit jiwa terbesar setelah rumah sakit Lawang di Jawa
Timur dan juga merupakan rumah sakit jiwa pertama di Indonesia.
Rumah sakit jiwa Marzuki Mahdi Bogor merupakan rumah sakit pertama
yang didirikan pada masa Hindia Belanda pada tanggal 1 Juli 1882, proses
perbaikan kualitas pelayanan terus dilakukan oleh rumah sakit ini. sebagai contoh
kini RSJ Marzuki Mahdi Bogor bukan hanya ada pelayanan kesehatan gangguan
jiwa saja namun juga ada perawatan bagi seorang pecandu narkoba, psikotropika,
dan zat adiktif (NAPZA).8
Dari permasalahan diatas maka peneliti tertarik untuk menuangkan
permasalahan ini ke dalam sebuah skripsi yang berjudul “Komunikasi
Antarpribadi Perawat terhadap Pasien Skizofrenia dalam Proses Peningkatan

8

Profil Rumah Sakit DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor: 128 Tahun (1882-2010), h. 13

8

Kesadaran di Rumah Sakit Jiwa Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Dalam
Meningkatkan Kesadaran”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.

Pembatasan Masalah
Upaya peneliti agar proses dan hasil penelitian dapat dipahami secara
komprehensif maka penelitian ini dibatasi pada pokok permasalahan tentang
komunikasi antarpribadi perawat terhadap pasien Skizofrenia tipe hebefrenik
dan tipe paranoid isolasi sosial (ISOS) di Rumah Sakit Jiwa Dr. H. Marzoeki
Mahdi Bogor pada bulan Februari-Maret 2015.

2.

Perumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang masalah peneliti tertarik untuk
mengambil garis merah dari sebuah permasalahan yang terjadi, sebagai
berikut:
a.

Bagaimana komunikasi antarpribadi yang dilakukan para perawat
terhadap pasien penderita Skizofrenia di rumah sakit jiwa Dr. H.
Marzoeki Mahdi Bogor?”

b.

Apa hambatan-hambatan yang ditemui perawat saat berkomunikasi
dengan pasien skizofrenia?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti ialah untuk mengetahui dan
memahami bagaimana teknis komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh
perawat rumah sakit jiwa Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor ketika menghadapi
pasien Skizofrenia hingga akhirnya pasien tersebut dapat mengikuti instruksi dari
perawat bahkan terciptanya proses komunikasi/interaksi yang kondusif.

9

D. Signifikansi Penelitian
Adapun signifikansi penelitian ini untuk:
1.

Manfaat Akademis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber
informasi dan dokumentasi serta dapat turut serta mengembangkan bidang
ilmu komunikasi. Selain itu, diharapkan juga dapat menjadi sumber referensi
bagi peneliti lainnya yang hendak melakukan penelitian di bidang yang sama,
serta dapat pula dijadikan buku pegangan bagi masyarakat yang memiliki
permasalahan yang serupa dengan permasalahan yang diangkat dalam skripsi
ini.

2.

Manfaat Praktis
Setelah penelitian ini selesai dan akhirnya didapatkan sebuah penemuan
tentang bagaimana cara berkomunikasi dengan pasien skizofrenia yang baik,
maka peneliti mengharapkan agar seluruh masyarakat dapat menerapkan
cara-cara tersebut jika memang terdapat sanak saudara atau masyarakat
sekitar yang mengalami gangguan jiwa jenis ini, sehingga baik perawat
maupun masyarakat umum dapat memperlakukan penderita skizofrenia
dengan santun dan baik.

E. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian ialah sebagai “basic belief system or world
view that guides the investigator, not only in choices of methode but in
ontologically and epistemololically fundamental ways” yang artinya bahwa
paradigma ialah sistem keyakinan dasar atau cara memandang dunia yang

10

membimbing peneliti, tidak hanya dalam pemilihan metode, tetapi juga caracara fundamental yang bersifat ontologis dan epistemologis.9
Adapun paradigma yang digunakan dalam penelitian ini ialah
paradigma klasik. Paradigma ini bersifat objektif dimana data hasil
pengamatan sesuai dengan apa yang terjadi dilapangan. Jadi, hasil penelitian
hanya tinggal dideskripsikan se-natural mungkin sesuai dengan realitas yang
ada.
2.

Pendekatan Penelitian
Pendekatan kualitatif menurut Creswell didalam bukunya bahwa
“Qualitatif research is an inquiry process of understanding based on distinct
methodological traditions of inquiry that explore a social or human problem.
The researcher builds a complex, holistic picture, analyzes words, reports
detailed views of informant, and conduct the study in a natural setting.10
Yang artinya Penelitian kualitatif adalah proses penyelidikan pemahaman
berdasarkan tradisi metodologi penyelidikan yang berbeda yaitu dengan
mengeksplorasi masalah sosial atau manusia. Peneliti membangun kompleks,
menggambarkan secara holistik (menyeluruh), menganalisis kata-kata,
melaporkan pandangan informan secara detail, dan melakukan penelitian
dengan pengaturan yang alami atau sesuai dengan kondisi lapangan yang ada.
Instrumen dalam penelitian ialah hasil wawancara, angket dan juga
observasi dimana saat itu peneliti akan mengumpulkan informasi, foto-foto
lalu setelah data tersebut terkumpul maka akan di analisa sesuai dengan sudut

9

Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik (Jakarta: Bumi Aksara,
2003), h. 26.
10
John W. Creswell, Qualitatif Inquiry and Research Design: Choosing among five
traditions (California: Sage Publications, 1997), h. 15.

11

pandang dari objek penelitian dan menggambarkan proses tersebut secara
ekspresif dan menarik.
Alasan mengapa peneliti menggunakan pendekatan ini karena hasil
penelitian ingin diketahui secara menyeluruh, mendalam, faktual, sistematis,
dan akurat agar tujuan dapat tercapai dan rumusan masalah dapat
terpecahkan.
3. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan ialah jenis penelitian lapangan (field
research). Dan peneliti berupaya untuk menggunakan descriptive qualitatif
case study methode. Adapun kasus yang diangkat ialah satu kasus saja (single
case). Metode ini dinilai cocok karena dapat dilihat dari rumusan masalah
yang telah disusun yang mengangkat unsur bagaimana sebuah kasus itu
terjadi di dunia sosial. Dan juga meski masalah utama ialah mengenai
gangguan jiwa pasien skizofrenia namun yang menjadi fokus penelitian ialah
orang-orang yang ada di sekitar pasien tersebut seperti para perawat.
Study kasus lebih dikehendaki untuk melacak peristiwa-peristiwa
kontemporer, bila peristiwa yang bersangkutan tak dapat dimanipulasi.
Kekuatan yang unik dalam study kasus adalah kemampuannya untuk
berhubungan

sepenuhnya

dengan

berbagai

jenis

bukti-dokumentasi,

peralatan, wawancara, dan observasi. Lebih dari itu, dalam beberapa situasi
seperti observasi partisipan, manipulasi informal juga dapat terjadi.11

11

Robert K. Yin, Studi Kasus Desain & Metode (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2012) h. 12.

12

4. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian
Adapun subjek penelitian dalam skripsi ialah perawat dan pasien
penderita skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.
b. Objek Penelitian
Objek penelitian ini ialah cara berkomunikasi perawat terhadap
pasien penderita skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Dr. H. Marzoeki Mahdi
Bogor.
5.

Tempat dan Waktu Penelitian
Terkait dengan subjek penelitian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
penelitian ini akan dilaksanakan di Rumah Sakit Jiwa Dr. H. Marzoeki Mahdi
Bogor adapun waktu penelitian terhitung mulai tanggal 13 Februari 2015
hingga tanggal 30 Mei 2015.

6.

Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data ini ialah dengan menggunakan beberapa teknik yaitu:
a. Studi Kepustakaan/dokumentasi
Dalam studi kasus, urgensitas dari penggunaan teknik dokumen
ialah untuk mendukung dan menambah bukti dari sumber-sumber lain.
Manfaat yang pertama penggunaan dokumen sebagai proses verifikasi
akan ejaan dan judul yang benar dari organisasi-organisasi yang telah
disinggung pada proses wawancara. Kedua, dokumen dapat menambah
rincian spesifik lainnya guna mendukung informasi dari sumber-sumber
lain; jika bukti dokumenter bertentangan dan bukannya mendukung,
maka peneliti mempunyai alasan untuk meneliti lebih jauh topik yang

13

bersangkutan.12Teknik ini berguna saat peneliti ingin meneliti tentang
berkas-berkas yang berkaitan tentang lembaga penelitian seperti, berkas
jadwal kapan saat-saat perawat diperkenankan untuk menemui pasien,
lalu petunjuk-petunjuk pelaksaan dan teknis apa saja yang harus dipatuhi
oleh perawat ketika menghadapi pasien rawat inap, dan juga mengenai
informasi sejarah lembaga terkait.
Selain keteranga diatas teknik dokumentasi ini juga dapat berupa
kajian literatur seperti mengkaji beberapa jurnal, artikel ataupun buku
yang memiliki tema yang sama dengan objek penelitian sehingga hasil
penelitian tidak hanya dapat dibuktikan secara praktis saja namun juga
dapat dibuktikan secara akademis.
b. Rekaman Arsip
Rekaman arsip merupakan teknik pengumpulan data yang lebih
spesifik bisa merupakan hal-hal yang dibawah ini:
1)

Rekaman layanan, contohnya berapa jumlah klien/pasien jiwa yang
telah dilayani selama kurun waktu tertentu.

2)

Rekaman keroganisasian, seperti bagan struktur keorganisasian
dalam periode tertentu, dan ada berapa perawat yang dipekerjakan
untuk menghadapi pasien gangguan jiwa dalam kurun waktu
tertentu.

3)

Peta dan bagan karakteristik geografis suatu tempat;

4)

Rekaman pribadi, buku catatan harian, kalender, dan daftar no tlp.

12

Robert K. Yin, Studi Kasus Desain & Metode, h.105.

14

c. Wawancara
Wawancara ialah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu
masalah tertentu dan merupakan proses tanya jawab lisan, dimana dua
orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik.13
Metode ini digunakan untuk menganalisis data agar data atau
informasi yang didapatkan dapat sebanyak mungkin dan sejelas mungkin.
Tipe wawancara yang akan digunakan ialah tipe wawancara yang tidak
terstruktur agar sesi tanya jawab lebih bersifat luwes dan terbuka. Peneliti
akan langsung mewawancarai para perawat pasien di rumah sakit
Marzuki Mahdi.
Adapun informan yang akan di wawancarai ialah:
1) Ahmad Riva’I, Amd Kep
2) Mamat Sutedi, Amd Kep
3) Nurmilah, Amd Kep
4) Siti Rohmah Amd, Kep
5) Ernawati, Amd Kep
6) Fujiati, Amd Kep
d.

Dokumenter
Teknik ini merupakan teknik dengan mengambil foto-foto saat
wawancara berlangsung dan juga saat peneliti melakukan observasi.
Adapun dokumentasi berfungsi sebagai bukti yang dapat menegaskan
narasi yang tertulis di skripsi ini.

13

Robert K. Yin, Studi Kasus Desain & Metode, h. 160.

15

e.

Observasi
Istilah observasi berasal dari bahasa latin yang berarti melihat dan
memerhatikan. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memerhatikan
secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan
hubungan antaraspek dalam fenomena tersebut.
Adapun menfaat dari observasi/mengamati ialah:
1)

Pengamatan merupakan proses dimana seorang peneliti mengalami
langsung, dan proses ini merupakan alat yang ampuh untuk melihat
sebuah realitas.

2)

Dengan mengamati, dimungkinkan melihat dan mengamati langsung
kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi
di lapangan.

3)

Pengamatan juga memungkinkan peneliti mencatat peristiwa yang
sesuai dengan pengetahuanyang relevan atau yang berdasarkan
dengan data.

4)

Data yang diperoleh dari teknik lain dikhawatirkan adanya bias oleh
karena itu proses observasi akan mereduksi sisi kebiasan tersebut.14

Seorang peneliti juga harus memperhatikan beberapa unsur penting, yaitu:
1)

Ruang dan tempat, setiap gejala (benda, peristiwa, orang dan hewan)
keseluruhan akan sebuah gejala yang ada dalam ruang observasi
yang akan mencipatakan suasana tertentu patut diperhatikan oleh
peneliti.

14

Robert K. Yin, Studi Kasus Desain & Metode, h. 143.

16

2)

Pelaku, pengamatan ini mencakup ciri-ciri pasien tertentu sehingga
bisa diketegorisasikan, dan ciri-ciri ini akan mempengaruhi
bagaimana perawat tersebut menghadapi pasien yang memiliki ciriciri tertentu.

3)

Benda-benda atau alat-alat, semua benda dan alat yang berada
dalam ruangan yang digunakan oleh subjek penelitian haruslah
diamati dan dicatat oleh peneliti.

4)

Kegiatan, dalam hal ini peneliti juga harus mengamati kegiatan apa
saja atau tahap-tahap komunikasi apa saja yang dilakukan oleh
perawat ketika berhadapan dengan pasien hingga akhirnya
terciptanya proses komunikasi yang kondusif dan timbulkan
keintiman diantara keduanya.

5)

Waktu, peneliti harus mengamati waktu saat kapan proses dilakukan
dan harus juga mengamati kapan waktu proses interaksi berkembang
atau bahkan menurun.

6)

Peristiwa, jika terjadi suatu peristiwa diluar dari rutinitas yang ada
maka seorang peneliti harus peka untuk mengamati secara seksama
dan tidak lupa pula untuk mencatat.

7)

Tujuan, semua tujuan dari setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh
subjek penelitian dan dapat dilihat dari ekspresi muka dan gerak
tubuh, atau ucapan dan gesture.

8)

Perasaan, setiap subjek peneliti pasti menunjukan apa yang
sebenarnya tersimpan dalam hati dan fikirannya dan hal ini dapat
terlihat jika peneliti mengamati komunikasi non verbal yang terjadi

17

saat proses observasi berlangsung seperti mengamati, ucapan,
gesture, ekspresi muka dan gerakan tubuh.15
Adapun tipe observasi yang akan digunakan oleh peneliti ialah tipe
observasi berperan serta/terlibat, yaitu studi yang disengaja dan dilakukan
secara sistematis, terencana, terarah pada suatu tujuan, dimana pengamat
atau peneliti terlibat langsung dalam kehidupan sehari-hari dari subjek
atau kelompok yang diteliti.16Adapun menurut penadapat Spindler
pedoman umum yang harus diperhatikan dalam melaksanakan pengamatan
perperan serta ialah sebagai berikut:
1) Pengamatan yang dilakukan harusah kontekstual atau sesuai dengan
realitas yang ada.
2) Pertanyaan-pertanyaan penelitian harus muncul sesuai dengan apa
yang diamati di lapangan baik dari setting tempat maupun proses yang
terjadi di lapangan.
3) Pengamatan membutuhkan waktu yang lama karena harus berulangulang agar mendapat data yang objektif dan detail.
4) Mengumpulkan pandangan dari lingkungan sekitar.17
7.

Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses pencarian dan pengaturan secara
sistematik hasil wawancara, catatan-catatan, dan bahan-bahan yang
dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap semua hal yang
dikumpulkan dan memungkinkan meyajikan apa yang ditemukan.18

15

Imam Gunawan,Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, h. 149-150.
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik, h.153.
17
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik, h. 154.
18
Robert K. Yin, Studi Kasus Desain & Metode, h. 210.

16

18

Setelah data terkumpul maka data akan diolah dengan cara di reduksi
terlebih dahulu data-data yang relevan agar sinkron dengan tujuan penelitian
dan data yang didapat dilapangan yang masih dikatakan data mentah
diringkas, kemudian disusun secara sistematis lalu ditonjolkan berdasarkan
pokok-pokok yang penting sehingga data lebih mudah dikendalikan. Setelah
data dirangking maka data dianalisis atau diolah dengan wujud kata-kata
kedalam tulisan yang lebih luas dan mudah difahami dan bukan hanya itu
data juga diolah berdasarkan teori-teori komunikasi antarpribadi.
F. Tinjauan Pustaka
Dalam penyusunan proposal skripsi ini penulis belajar dari beberapa
proposal yang telah ada sebelumnya agar hasil tulisan lebih sistematis karena
pembahasan skripsi terdahulu memiliki grand pemikiran yang sama, yaitu:
1. Komunikasi Interpersonal Antara Perawat dan Pasien (Studi Deskriptif
Kualitatif Aktivitas Komunikasi Terapeutik Antara Perawat Terhadap Pasien
di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta) oleh Abraham
Wahyu Nugroho. Dalam skripsi ini peneliti ingin mengetahui tentang
bagaimana realisasi aktivitas komunikasi terapeutik antara perawat sebagai
komunikator dan pasien yang memiliki penyakit non psikiatri sebagai
komunikan dan untuk menguji apakah teknik komunikasi terapeutik tepat
digunakan atau tidak untuk penyembuhan pasien.19
2. Pola Komunikasi Dokter Terhadap Pasien Dalam Proses Penyembuhan Di
Klinik Makmur Jaya oleh Putri Rachmania. Dalam skripsi ini peneliti ingin

19

Abraham Wahyu Nugroho, Komunikasi Interpersonal Antara Perawat dan Pasien:
Studi Deskriptif Kualitatif Aktifitas Komunikasi Terapeutik Antara Perawat Terhadap Pasien di
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta (Surakarta: FISIP Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 2009).

19

mengetahui pola komunikasi yang seperti apa yang digunakan oleh seorang
dokter non psikiatri terhadap pasien non psikiatri agar pesan kesehatan yang
lebih banyak menggunakan istilah asing bisa tersampaikan dengan baik
kepada pasien sehingga problem kesehatan pasien dapat terpecahkan dengan
baik.20
3. Peran Keluarga Terhadap Proses Penyembuhan Pasien Gangguan Jiwa (Studi
Kasus di Yayasan Dian Atma Jaya Lawang Kabupaten Lawang) oleh
Muhammad Salahuddin. Dalam skripsi ini peneliti ingin meneliti tentang
bagaimana peran keluarga untuk ikut serta mempertahankan ataupun
menyembuhkan pasien gangguan jiwa hal ini dilatar belakangin oleh
banyaknya pasien yang setelah kembali dipulangkan dari rumah sakit ke
rumah tinggal, penyakit kejiwaannya kambuh karena banyak keluarganya
yang menolak kehadiran pasien tersebut dan faktor penolakan inilah yang
membuat pasien kembali terpuruk dan akhirnya jiwanya terguncang
kembali.21
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh penulis ialah mengenai “Pola
Komunikasi Perawat terhadap Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Marzuki
Mahdi Bogor” yang menitik beratkan pada bagaimana sebenarnya pola
komunikasi yang digunakan oleh perawat terhadap pasien psikiatri agar pesan
kesehatan tersampaikan dengan baik dan kesadaran pasien gangguan jiwapun
kembali pulih berkat adanya interaksi yang baik antara perawat dan pasien.

20

Putri Rachmania, Pola Komunikasi Dokter Terhadap Pasien Dalam Proses
Penyembuhan Di Klinik Makmur Jaya (Jakarta: FIDKOM UIN JAKARTA, 2011)
21
Muhammad Salahuddin, Peran Keluarga Terhadap Proses Penyembuhan Pasien
Gangguan Jiwa: Studi Kasus di Yayasan Dian Atma Jaya Lawang Kabupaten Lawang (Malang:
Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang), 2009

20

G. Sistematika Penulisan
Tekhnik dari penulisan skripsi ini dilakukan dengan menggunakan
pedoman penulisan karya ilmiah (Skripsi, Tesis, Disertai) yang telah di susun oleh
tim UIN Syarif Hidayatullah Jakarta press, 2011.
Bab I yaitu Pendahuluan merupakan penjelasan dari latar belakang
masalah penelitian skripsi ini. Didalamnya juga dijelaskan batasan dan rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi
penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan sistematika
penelitian.
Bab II berisi tentang Kajian Teori yang menguraikan tentang
polakomunikasi perawat terhadap pasien skizofrenia di rumah sakit jiwa Marzuki
Mahdi Bogor dalam proses penyembuhan.
Bab III membahas tentang profil dan gambaran umum Rumah Sakit Jiwa
Marzuki Mahdi Bogor.
Bab IV Pembahasan dan Analisis Data. Pada bab ini terdiri pembahasan
tentang analisis pola komunikasi antara perawat dan pasien skizofrenia di rumah
sakit jiwa marzuki mahdi Bogor dalam proses penyembuhan.
Bab V kesimpulan dan saran akan menjadi butir-butir pada bab kelima
sebagai penutup pada skripsi ini.

BAB II
KAJIAN TEORI TENTANG KOMUNIKASI ANTARPRIBADI,
KOMUNIKASI TERAPEUTIK DAN KONSEP SKIZOFRENIA
A. Kajian Ilmiah Mengenai Komunikasi Antarpribadi
1. Pengertian Komunikasi Antarpribadi
Menurut Joseph A. Devito yang telah dikutip oleh Effendy dari
bukunya “The Interpersonal Communicaton Book”. Bahwa komunikasi
antarpribadi ialah proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua
orang, atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek
dan beberapa umpan balik seketika. 1 Pendapat senada juga dikemukakan
oleh Deddy Mulyana bahwa komunikasi antarpribadi ialah komunikasi
antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap
pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal
maupun non verbal. 2 Maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa
komunikasi antarpribadi merupakan proses transaksi pesan dari komunikator
kepada komunikan yang dilakukan secara berhadap-hadapan, sehingga
komunikator dapat langsung menangkap reaksi dari komunikannya baik
reaksi tersebut berbentuk verbal maupun nonverbal.
2. Komponen-Komponen dalam Komunikasi Antarpribadi
Ada

beberapa

komponen

dalam

proses

komunikasi,

yaitu:

sumber/komunikator, proses encoding, pesan/informasi, media, komunikan,
proses decoding, umpan balik/feed back, dampak, dan gangguan (noise).

1

Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti, 2003), h. 60.
2
Suranto AW, Komunikasi Interpersonal (Jogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h. 3.

21

22

Beberapa komponen tersebut memiliki keterikatan antara satu sama lain.
Adapun penjelasan mengenai komponen tersebut adalah sebagai berikut:
a. Sumber/komunikator, yaitu orang atau sekelompok orang yang
sengaja dan bertujuan untuk berkomunikasi. Mereka inilah yang
berinisiatif untuk berkomunikasi. Beberapa model komunikasi,
menyamakan sumber ini dengan encoder, pengirim, sumber
informasi, atau komunikator.
disimpulkan

bahwa

3

Dari pendapat tersebut dapat

komunikator

merupakan

individu

yang

menciptakan, memformulasikan, dan menyampaikan pesan.
Ada beberapa syarat yang harus dimiliki oleh komunikator
agar

proses

komunikasi

dapat

berjalan

efektif.

Pertama,

komunikator diharapkan memiliki kredibilitas yang tinggi bagi
komunikasinya. Kedua, memiliki keterampilan berkomunikasi yang
baik. Ketiga,mempunyai pengetahuan yang luas. Keempat, memiliki
sikap yang baik. Kelima, memiliki daya tarik atau memiliki
kemampuan

untuk

melakukan

perubahan

sikap/menambah

pengetahuan pada diri sendiri.4
a. Encoding, merupakan aktifitas internal pada komunikator dalam
menciptakan pesan melalui pemilihan simbol-simbol verbal dan
simbol nonverbal, yang disusun berdasarkan aturan tata bahasa,

3

Djuara P. Lubis, Siti Suguah Megniesyah, Ninuk Purnaningsih, Sutisna Riyanto, Yatri I.
Kusumastuti, Hadiyanto, Amiruddin Shaleh, Sumardjo, Sarwiti S. Agung, Siti Amanah, dan Anna
Fatchiya, Dasar-Dasar Komunikasi (Bogor: Sains KPM IPB Press, 2008), h. 7
4
H.A.W. Widjaja, Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat (Jakarta: Bumi
Aksara, 2008), h. 12

23

serta disesuaikan dengan karakteristik komunikan. kegiatan ini
merupakan tindakan memformulasikan isi fikiran kedalam simbol.5
b. Pesan adalah suatu informasi yang akan dikirim kepada si penerima
dan juga merupakan buah dari ide dan perasaan pengirim.6 Pesan
terbagi kedalam dua jenis yaitu pesan verbal dan pesan nonverbal.
Suara, mimik, dan gerak-gerik lazim digolongkan dalam pesan
nonverbal,

sedangkan

bahasa

lisan

dan

bahasa

tulisan

dikelompokkan dalam pesan verbal. 7 Penulis dapat memahami
bahwa jika pesan merupakan buah dari ide dan perasaan, maka
komunikator yang baik ialah komunikator yang selalu berfikir
ataupun menimbang-nimbang terlebih dahulu isi pesan yang akan ia
sampaikan sehingga apapun yang ia sampaikan selalu sinkron
dengan kondisi komunikan. Karena, bagaimanapun juga proses
komunikasi selalu memiliki tujuan akhir yaitu merubah perilaku
ataupun pendapat seseorang akan suatu hal.
Pesan yang disampaikan harus memenuhi beberapa syarat,
yaitu:
1) Umum
Berisikan hal-hal umum dan mudah dipahami oleh
komunikan/audience, bukan soal-soal yang hanya dipahami
oleh seseorang atau kelompok tertentu.
2) Jelas dan gamblang
Pesan yang disampaikan tidak samar-samar. Jika menggunakan
perumpamaan diusahakan contohnya senyata mungkin, agar
tidak ditafsirkan menyimpang dari yang dikehendaki.
3) Bahasa yang jelas

5

Suranto AW, Komunikasi Interpersonal, h. 7.
Arni Muhammad, komunikasi Organisasi (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 17.
7
Nurani Soyomukti, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), h.

6

62.

24

Sejauh mungkin menggunakan bahasa yang tidak mudah
dipahami oleh pendengar atau penerima. Sangat dianjurkan
menggunakan bahasa yang jelas dan sederhana yang cocok
dengan daerah dan kondisi komunikan.
4) Positif
Secara kodrati manusia tak ingin mendengarkan dan melihat
hal-hal yang tidak menyenangkan dari dirinya. Oleh karena itu,
setiap pesan agar diusahakan bermakna positif.
5) Seimbang
Pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan
dirumuskan sesuai dengan kemampuan komunikan untuk
menafsirkan pesan tersebut.
6) Penyesuaian dengan keinginan komunikan
Seorang komunikan selalu mempunyai keinginan tertentu.
Untuk itu komunikator haruslah mengenal situasi dan kondisi
sasaran/komunikan.8
Dan pesanpun harus bersifat: Informatif, persuasif, dan koersif.
1) Informatif
Komunikator memberikan beberapa keterangan dimana setelah
itu komunikanlah yang akan mengambil kesimpulan sendiri.
2) Persuasif
Bujukan, yakni membangkitkan pengertian dan kesadaran
seseorang bahwa apa yang kita sampaikan akan memberikan
rupa pendapat atau sikap sehingga ada perubahan.