Perancangan Taman sebagai Penunjang Aktivitas Rumah Sakit di R.S. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

(1)

PERANCANGAN TAMAN SEBAGAI PENUNJANG

AKTIVITAS RUMAH SAKIT DI

R.S. DR. H. MARZOEKI MAHDI, BOGOR

JIBRIL SUSANTO

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi “Perancangan Taman Rumah Sakit sebagai Penunjang Aktivitas Penyembuhan Pasien di R.S. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor” adalah karya saya dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juni 2011


(3)

RINGKASAN

JIBRIL SUSANTO, Perancangan Taman sebagai Penunjang Aktivitas Rumah Sakit di R.S. Dr. H. Marzoeki Mahdi, Bogor. Dibimbing oleh DR. IR. NURHAYATI H.S. ARIFIN, M.SC.

Rumah Sakit Dr.H. Marzoeki Mahdi (RSMM) merupakan salah satu rumah sakit di kota Bogor yang memiliki beberapa keistimewaan dibandingkan dengan rumah sakit yang lain. Sejak tahun 2005, luas area RSMM sekitar 57,2 Ha, dan yang telah termanfaatkan sebagai area terbangun seluas 3,4 Ha. Sisanya, sekitar 53,8 Ha masih merupakan area Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang belum termanfaatkan dengan baik. Dengan luasan yang cukup, RSMM berpotensi untuk membangun dan mengembangkan taman yang dapat menunjang setiap aktivitas yang ada di dalamnya.

Penelitian ini bertujuan merancang taman rumah sakit di RSMM yang mengakomodasi aktivitas penyembuhan pasien, baik bagi pengunjung, staf rumah sakit, dokter, maupun pasien itu sendiri. Optimalisasi penggunaaan ruang terbuka dapat mendukung terciptanya situasi yang kondusif untuk beraktivitas di rumah sakit. Tapak yang dipilih merupakan ruang terbuka yang terletak di tengah ruang terbangun dan menjadi pusat aktivitas rumah sakit dengan luas 20.183 m2.

Metode kerja yang digunakan adalah observasi langsung melalui survei lapang dan wawancara untuk mengakomodasi kebutuhan, persyaratan, dan peraturan rumah sakit. Selain observasi secara langsung, penghayatan terhadap tapak (feel of the land) untuk dapat menentukan suasana yang tepat untuk tapak. Tahapan desain yang digunakan adalah tahapan Proses Perenacanaan dan Perancangan yang dikemukakan oleh Gold (1980). Tahapan tersebut meliputi inventarisasi tapak untuk mengetahui karakteristik fisik, biofisik tapak dan sosial tapak, kemudian dianalisis dengan metode deskriptif untuk mengetahui potensi dan kendala di tapak. Selanjutnya masuk tahapan síntesis untuk kemudian dibuat konsep dan perencanaan tapak. Tahap terakhir dibuat desain taman yang dapat mengakomodasi aktivitas di rumah sakit, khususnya area sekitar tapak.

Kontur tanah di RSMM relatif datar dengan kemiringan 0-3% dan berada di ketinggian 230 mdpl. Jenis tanah di RSMM adalah latosol coklat kemerahan yang memiliki mengalami perubahan profil, gembur dan bersifat masam dengan pH (4,5-6,6). Area penelitian dikelilingi oleh ruang terbangun sehingga relatif terisolasi satu sama lain, hal ini menjadi kendala untuk mendesain kedua ruang tersebut sehingga menjadi suatu kesatuan yang baik. Ruang ini pula yang menjadi pemisah antar ruang sehingga mempersulit pengguna untuk mencapai ruang yang dituju lebih cepat. Solusi yang diambil adalah menghilangkan bangunan (koridor) pemisah ruang terbuka dan menciptakan bangunan (koridor) yang dapat menyatukan setiap ruang dengan baik.


(4)

RSMM telah memiliki ruang mesin penampungan air (Water Resevoir), terletak di bagian barat tapak, berbatasan dengan ruang klinik umum. Hal ini memudahkan rumah sakit untuk mengelola manajemen kebutuhan dan pembuangan air dari dan keluar RSMM.

Pola saluran drainase berupa aliran air permukaan (run off) di RTH mengikuti bentukan topografi pada tapak. Selain itu, terdapat saluran drainase buatan yang terbagi menjadi saluran drainase terbuka dan drainase tertutup. Saluran drainase tertutup berupa pipa-pipa saluran air dan saluran drainase terbuka berupa parit-parit yang terletak di sekeliling tapak dan sekeliling bangunan.

Vegetasi di tapak ini memiliki dua tujuan fungsional yang berbeda, tujuan pertama adalah vegetasi sebagai daerah hijau tegakan pohon, contoh tanaman tegakannya antara lain pohon mahoni (Swietenia mahogany Jacq), mangga (Mangifera indica), dan durian (Durio zibethinus). Tujuan kedua sebagai tanaman transisi untuk mengakomodasi berbagai aktivitas di RSMM. Vegetasi yang digunakan cukup beragam, dari golongan semak, hingga pohon besar. Tapak ini sebagian besar tertutupi oleh rumput paetan Axonopus compressus sebagai tanaman penutup tanah, dan untuk semak, sebagian besar yang digunakan tanaman Ixora sp,Acalypha macrophylla, dan Duranta sp.

Terdapat beberapa ruang yang dijadikan pertimbangan dalam penyusunan konsep. Ruang medical check up (MCU), kantin dan ruang administrasi berada tepat di tengah tapak, sehingga menjadi pusat pertemuan semua pihak dalam beraktivitas. Ruang Kejiwaan tersebar ke beberapa lokasi, dan beberapa diantaranya mengelilingi tapak. Hal ini memudahkan akses pasien ke tapak. Ruang Napza (terapi narkotika), ruang perinatologi, dan ruang direksi berada tepat menghadap tapak ini, sehingga berpotensi menciptakan suasana pemandangan natural dari luar ruangan.

Konsep dasar yang digunakan adalah desain taman yang dapat mendukung berbagai aktivitas di rumah sakit, terutama aktivitas yang bertujuan akhir untuk menunjang proses penyembuhan penyakit pada pasien. Taman ini diharapkan dapat menstimulir panca indera sebagai media untuk berinteraksi, yang pada akhirnya mempengaruhi pikiran dan persepsi orang (pengunjung) untuk mencapai ketenangan hati dan jiwa. Pada akhirnya, secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi semangat pasien untuk segera meraih kesehatan atau kesembuhan.

Konsep ruang yang diterapkan mengambil pola / bentuk daun pepaya (Carica papaya). Daun pepaya memiliki pola pertulangan ruas daun utama yang unik dengan pola menjari dan dapat dianalogikan sebagai lima pilar yang berhubungan dengan proses penyembuhan pasien di rumah sakit dan pentingnya keberadaan taman bagi RSMM. Lokasi area terbangun (ruang MCU, ruang administrasi, ruang kejiwaan, ruang kebidanan, dan ruang Napza) yang terpisah satu sama lain, dan penyebaran aktivitas di sekitar tapak memperkuat pola yang


(5)

digunakan. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, serta kesesuaiannya dengan konsep yang diterapkan, maka diperoleh penggunaan area (use area) dengan luas presentase ruang antara lain, ruang penerimaan (10%), ruang transisi (10%), ruang interaksi sosial (25%), ruang terapi (25%), ruang meditasi (10%), dan ruang ekspresi dan seni (20%).

Konsep sirkulasi dilakukan menghubungkan setiap ruang yang terpisah sehingga memudahkan akses dan aktivitas di tapak. Pola yang digunakan adalah pola linier, untuk menghubungkan beberapa ruang yang terpisah dan pola radial sebagai transisi dan pembentuk ruang utama di tapak. Jenis sirkulasi yang direncanakan dibagi menjadi tiga, yaitu sirkulasi utama tapak berupa koridor terbuka dengan lebar jalan 3 meter, sirkulasi alternatif tapak dengan material utama pembentuknya berupa paving block, dengan lebar bervariasi, dan sirkulasi kendaraan didesain dengan lebar 5 meter dengan material utama pembentuknya berupa aspal.

Pemilihan tanaman ditujukan untuk mendukung fungsi ruang dan desain tapak, serta lebih diutamakan pada jenis tanaman lokal agar memudahkan dalam pemeliharaan (low maintenance). Jenis tanaman yang dipilih merupakan tanaman yang dapat mendukung berbagai fungsi, antara lain fungsi terapi (fungsi aromaterapi) fungsi estetika (harmonisasi warna), dan fungsi ekologis (menjaga kesuburan tanah dan menyegarkan udara sekitar). Fasilitas yang didesain, antara lain, petak tanam sayur dan buah, gazebo (tenda) pemanenan , kafetaria, pergola, tempat duduk, boardwalks, rumah pembibitan, ruang pascapanen, kolam, area minioutbound, name sign, fasilitas sosial.

Produk yang dihasilkan berupa desain taman rumah sakit yang divisualisasikan melalui gambar siteplan, planting plan, gambar tampak dan potongan, dan perspektif keseluruhan taman, serta gambar detail bangunan dan fasilitas yang ada di tapak.


(6)

Hak Cipta milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.


(7)

PERANCANGAN TAMAN SEBAGAI PENUNJANG

AKTIFITAS RUMAH SAKIT DI

R.S. DR. H. MARZOEKI MAHDI, BOGOR

JIBRIL SUSANTO

A44060229

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian,

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(8)

Judul Skripsi : Perancangan Taman sebagai Penunjang Aktivitas Rumah Sakit di R.S. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

Nama : Jibril Susanto

NRP : A44060229

Menyetujui, Pembimbing Skripsi

Dr. Ir. Nurhayati H.S.Arifin, M.Sc.

NIP. 19620121 198601 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Arsitektur Lanskap

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP. 19480912 197412 2 001


(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya yang telah dilimpahkan sehingga proposal penelitian dengan judul

Perancangan Taman Sebagai Penunjang Aktifitas Rumah Sakit di R.S. Marzoeki Mahdi, Bogor ini dapat tersusun dengan baik.

Skripsi ini merupakan hasil dari penelitian yang telah dilakukan dan merupakan salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dari Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan baik materi maupun spiritual dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada

1. Keluarga tercinta, kedua orang tua Ayah dan Bunda, serta adik atas segala dukungan dan doa yang senantiasa diberikan kepada penulis;

2. Dr. Ir. Nurhayati H.S. Arifin, M.Sc, selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan, arahan, serta nasihatnya dalam penyusunan skripsi ini;

3. Prof. Dr. Ir. Wahju Qamara Mugnisjah, M.Agr. selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan, dukungan, dan nasihatnya dalam pengarahan akademik;

4. Akhmad Arifin Hadi, SP, MALA, dan Fitriyah N. H. Utami, ST, MT selaku dosen penguji.

5. Bpk Ahmad, Mas Heri, dan segenap staf IPS RS yang bersedia meluangkan waktu untuk membimbing dalam pengambilan data;

6. Ibu Sumarni, Ibu Tri, dan segenap staf administrasi Diklit RSMM Bogor, yang telah membantu pencarian data di RSMM Bogor;

7. Teman seperjuangan bimbingan (Refi, Agnes, Rani), atas dukungan semangat yang tak pernah pudar untuk penulis;

8. L. Hanief, Sabar Sampulan Nst, Idham Fahmi, Rahmat Hidayat, dan Akhsani Takwim, Sigit Pramono, atas kebersamaan yang berarti; 9. Bpk Aja, Bpk Ndang, telah setia menjaga kepercayaan;


(10)

10.Teman-teman ARL 43, kakak kelas ARL 40, 41, dan 42 serta adik kelas ARL 44, 45 dan 46 atas dukungan dan semangat yang diberikan; 11.Inneke M. Putri, atas doa, dukungan, dan inspirasinya.

12.Saudara, Sahabat, dan Teman yang tidak dapat disebutkan namanya, atas dukungan dan doanya.

Semoga dukungan dan kebaikan yang telah diberikan menjadi amal baik dan mendapat balasan setimpal dari Allah SWT. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Bogor, Desember 2011


(11)

RIWAYAT HIDUP

Jibril Susanto, dilahirkan di Pekalongan pada tanggal 18 Januari 1988 dari ayah Susanto dan ibu Sakdiyah. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, dengan adik Atid Susanto dan Kirei na. Penulis menempuh pendidikan di TK Kutilang I Pekalongan (1993-1994), kemudian melanjutkan pendidikan di SD Kandang Panjang II Pekalongan (1994-2000), selanjutnya penulis meneruskan pendidikan menengah pertama di SLTPN 1 Pekalongan (2000-2003), dan melanjutkan pendidikan menengah atas di SMUN 1 Pekalongan (2003-2006). Selama di SLTP, penulis aktif sebagai anggota Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) tahun 2001-2002 dan ekstrakulikuler olahraga bola voli.

Pada saat SMU, penulis aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler olahraga bola basket. Pada tahun 2006 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor. Pada tahun 2007, penulis diterima di Mayor Arsitektur Lanskap, Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP). Selama menjadi mahasiswa ARL, penulis pernah menjadi anggota (wakil ketua) komunitas Green Concept pada tahun 2008. Penulis pernah melaksanakan Praktik Kerja (Magang) di Kontraktor Lanskap Shelsflynn pada bulan Juli hingga Agustus 2008.

Penulis aktif berwirausaha di beberapa bidang, antara lain bidang pertanian dan peternakan. Selain itu, penulis pernah mendapat kepercayaan dari CDA (Career Development and Alumni) IPB untuk mengelola usaha di bidang perdagangan batik pada tahun 2009. Saat ini penulis aktif berwirausaha di bidang pertanian.


(12)

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Tujuan ... 2

1.3.Manfaat ... 2

1.4.Kerangka Pikir Studi ... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1.Hubungan Manusia dengan Alam dalam konteks kesehatan ... 4

2.2.Fungsi Taman Untuk Relaksasi ... 4

2.3.Taman Rumah Sakit ... 6

2.4.Proses Desain ... 7

METODOLOGI ... 10

3.1.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 10

3.2.Alat dan Bahan ... 10

3.3.Batasan Penelitian ... 11

3.4.Metode Penelitian ... 11

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 17

4.1. Kondisi Umum Rumah Sakit ... 17

Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi ... 17

Sejarah dan Struktur Organisasi ... 18

4.2.Data dan Analisis Tapak ... 20

4.2.1.Aspek Fisik dan Biofisik ... 21

Lokasi dan Batas Tapak ... 21

Jenis Tanah ... 24

Topografi dan Hidrologi ... 24


(14)

Aksesibilitas dan Sirkulasi ... 31

Vegetasi ... 34

Satwa ... 39

Kualitas Visual Lanskap ... 39

Struktur Bangunan, Fasilitas dan Utilitas ... 42

4.2.2. Aspek Sosial ... 46

Karakter Aktivitas Pengguna Tapak ... 46

Persepsi dan Harapan Pengguna Tapak ... 48

4.2.3. Aspek Legal Undang-Undang no.44 Tahun 2009 ... 51

Peraturan Tata Ruang di RSMM ... 53

4.3. Konsep dan Perencanaan ... 53

Konsep Dasar ... 53

Konsep Desain ... 54

Rencana Ruang dan Aktivitas... 54

Rencana Sirkulasi ... 60

Rencana Tata Hijau ... 67

Daya Dukung Pengunjung………. 70

Siteplan dan Planting Plan ... 71

4.4.Desain Lanskap………. ... 75

Ruang Interaksi Sosial ... 75

Ruang Meditasi ... 77

Ruang Ekspresi dan Seni ... 79

Ruang Rehabilitasi ... 78

Ruang Terapi Hortiluktura ... 82

Pencahayaan (Lighting) ... 84

KESIMPULAN DAN SARAN ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 88


(15)

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Jenis Perangkat Lunak dan Kegunaannya ... 11

2. Jenis, Sumber dan Cara Pengambilan Data Tapak ... 12

3. Daftar Nama Tanaman di Tapak ... 35

4. Rekapitulasi hasil kuesioner persepsi total pengunjung ... 48

5. Rekapitulasi hasil kuesioner harapan pengunjung ... 50

6. Rekapitulasi hasil kuesioner persepsi staf mengenai interaksi taman, staf rumah sakit, dan pasien... 50

7. Pembagian ruang dan sub-ruang ... 55

8. Rencana ruang, aktivitas, dan fasilitas ... 57

9. Prioritas kepentingan pengguna terhadap ruang di taman ... 58

10. Prioritas penggunaan ruang oleh pasien ... 59

11. Konsep vegetasi RSMM ... 66

12. Tanaman estetika yang digunakan ... 66

13. Jenis tanaman hortikultura dalam tapak ... 68


(16)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Kerangka pikir penelitian……….. ... 3

2. Peta lokasi penelitian………... 10

3. Bagan perencanaan menurut Gold ... 12

4. Bagan tahapan perencanaan ... 16

5. Peta RSMM ... 18

6. Bagan struktur organisasi RSMM ... 19

7. Peta pembagian RTH di RSMM ... 22

8. Peta dasar ... 23

9. Saluran drainase di tapak ... 25

10. Peta topografi dan kemiringan di tapak………... ... 26

11. Grafik rata-rata kelembaban per bulan ... 29

12. Vegetasi sebagai pengendali iklim mikro ... 30

13. Badan air membantu efek penyejukan pada tapak ... 31

14. Bentuk sirkulasi di tapak ... 32

15. Analisis sirkulasi ... 33

16. Vegetasi di tapak ... 34

17. Kondisi ruang terbuka dan vegetasi ... 36

18. Berbagai nilai fungsional vegetasi ... 37

19. Analisis vegetasi... 38

20. Satwa yang terdapat di tapak... 39

21. Good view dan bad view di tapak ... 40

22. Kualitas visual lanskap ... 41

23. Struktur bangunan RSMM ... 42

24. Fasilitas dan utilitas pada tapak ... 43

25. Tindakan vandalisme dan perawatan yang kurang intensif di RSMM ………. ... 44

26. Analisis bangunan ... 45


(17)

28. Diagram pembagian ruang ... 55

29. Konsep dan rencana ruang di RSMM ... 57

30. Potongan konstruksi jalan aspal ………... 61

31. Ilustrasi jalan kendaraan ... 61

32. Bentuk material keramik dan penggunaannya di tapak ... 62

33. Ilustrasi bentuk fasilitas penghubung jalan ... 63

34. Potongan konstruksi pavement………. 63

35. Jenis dan pola pemasangan conblock………... 64

36. Ilustrasi penggunaan conblock di tapak ... 64

37. Ilustrasi jalur terapi pijat kaki dan material yang digunakan ... 64

38. Konsep Sirkulasi ... 66

39. Site plan ... 72

40. Planting plan ... 73

41. Surface Plan ... 74

42. Ilustrasi sitting area di sekitar ruang MCU ... 76

43. Ilustrasi area pertemuan staf rumah sakit ... 77

44. Ilustrasi rancangan permainan air ... 78

45. Ilustrasi suasana area di dalam masjid ... 78

46. Ilustrasi gazebo... 80

47. Ilustrasi area outbond ... 71

48. Ilustrasi kolam sebagai penunjang area reflekksologi dan kemoterapi ... 82

49. Ilustrasi area penanaman ... 83

50. Ilustrasi area pemanenan ... 83

51. Ilustrasi penerangan di koridor dan sekitarnya ... 84


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Pengambilan data sosial mengenai persepsi dan harapan pengunjung

(pasien MCU) terhadap tapak ... 91

2. Pengambilan data sosial mengenai persepsi dan harapan pengunjung (staf RS) terhadap tapak ... 93

3. Detil penanaman petak sayur (tomat dan cabai)... ... 96

4. Detil Penanaman tanaman konservasi ... 97

5. Detil Penanaman dalam Kolam ... 98

6. Detil hardscape (masjid)... ... 99

7. Detil konstruksi hardscape (jalan dan drainase)... 100

8. Detil namesign... 101

9. Tampak potongan ruang interaksi sosial, terapi hortikultura, dan ruang meditasi ... 102

10. Tampak potongan keseluruhan... 103

11. Perspektif keseluruhan... 104


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Konsep penyembuhan penyakit melalui interaksi dengan lingkungan alam adalah hal lama dan baru. Hal ini merupakan hal lama karena sejak sekian tahun masyarakat percaya bahwa tanaman dan taman bermanfaat untuk penyembuhan, diakui oleh sebagian besar benua Asia dan Eropa. Dari alam, pengobatan herbal, air musim semi, mineral, udara segar, dan rasa hangat selalu menjadi resep yang dikonsumsi oleh manusia, baik fisik maupun mental, dalam proses penyembuhan penyakit. Hal ini dikatakan hal baru karena sejak pertengahan abad sembilan belas hingga kini rumah sakit telah banyak menyadari dari mengenalkan pasien dengan lingkungan alam seperti udara, sinar matahari, dan vegetasi dengan pemandangan alam sebagai bagian dari elemen penyembuh penyakit yang baik (Said, 2008).

Menurut Said (2008), di abad ke 21, penilaian dalam kualitas lingkungan penyembuhan di rumah sakit dinilai dari praktek medis, operasi, dan obat-obatan untuk merawat pasien. Obat dan mesin selalu dijadikan alat dalam proses penyembuhan pasien, sedangkan proses penyembuhan melalui sudut pandang hubungan pasien dan lingkungan sekitar diabaikan.

Bagi pasien, pengunjung, dan anggota staf rumah sakit, menghabiskan waktu berada di rumah sakit selama berjam-jam dapat menjadi suatu pengalaman yang sangat membosankan. Namun, akses yang dekat dengan lanskap alami atau taman dapat meningkatkan kemampuan manusia untuk menghindari stres dan berpotensi menyembuhkan penyakit. Cooper (2007) Selanjutnya Alam menarik perhatian kita tanpa menghabiskan energi yang dimiliki. Taman relaksasi dapat menimbulkan kesadaran, menenangkan pikiran, mengurangi stres, dan membantu orang untuk menyusun sumber kesehatannya tersendiri.

Menurut Cooper (2007), penelitian menunjukkan bahwa orang dengan tingkatan sosial yang lebih tinggi biasanya lebih sedikit mengalami stres dan memiliki kesehatan yang lebih baik dibanding orang yang lebih terasingkan, dan bahwa tingkatan sosial yang lebih tinggi memiliki cara lebih banyak untuk


(20)

2

mempercepat kesembuhan atau nilai kelangsungan hidup yang lebih tinggi dalam kondisi medis (Ulrich, 1999).

Rumah Sakit dr.H. Marzoeki Mahdi (RSMM) merupakan salah satu rumah sakit di kota Bogor yang memiliki beberapa keistimewaan dibandingkan dengan rumah sakit yang lain. Sejak tahun 2005, luas area RSMM sekitar 572.026,00 m2, dan yang telah termanfaatkan sebagai area terbangun seluas 3,4 Ha. Sisanya, sekitar 53,8 Ha masih merupakan area Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang belum termanfaatkan dengan baik. Sebagian diantaranya menghubungkan bangunan satu dengan yang lain, sebagian lagi berada setiap sisi samping area terbangun dan secara tidak langsung berfungsi sebagai greenbelt rumah sakit dari lingkungan luar.

Kebijakan yang dapat dilakukan oleh pihak rumah sakit adalah dengan memperbaiki dan meningkatkan fasilitas yang dapat menunjang berbagai aktifitas penyembuhan pasien, baik fasilitas medis maupun non-medis, sehingga diharapkan agar tujuan rumah sakit terpenuhi dan beberapa tahun ke depan rumah sakit ini dapat berkembang menjadi rumah sakit bertaraf Internasional.

1.2Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah menyusun desain taman rumah sakit untuk mengakomodasi segenap aktivitas serta mendukung proses penyembuhan pasien di rumah sakit.

1.3Manfaat

1. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang kegunaan taman sebagai sarana relaksasi dalam penyembuhan pasien di rumah sakit.

2. Membantu pihak rumah sakit dalam menganalisis karakter taman rumah sakit yang sesuai di rumah sakit tersebut.

3. Menjadi pertimbangan bagi pemerintah Kota Bogor dalam mengembangkan taman rumah sakit sebagai sarana umum.


(21)

1.4Kerangka Pikir Penelitian

Taman rumah sakit merupakan taman yang digunakan sebagai sarana alternatif penunjang aktivitas penyembuhan pasien, dan sebagai sarana penyegaran kembali bagi staf, maupun pengunjung rumah sakit.

Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi (RSMM) merupakan rumah sakit yang melayani pasien umum dan pasien yang mengalami kelainan jiwa di Kota Bogor. Selain itu, RSMM merupakan rumah sakit yang masih memiliki ruang terbuka yang cukup luas, membutuhkan taman yang dapat digunakan sebagai sarana penunjang proses penyembuhan pasien. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian guna merancang taman yang sesuai dengan kebutuhan rumah sakit (Gambar 1).

Gambar 1. Kerangka pikir penelitian

Taman R.S. Dr. H. Marzoeki Mahdi, Bogor

Pasien Staf Rumah Sakit Pengunjung

Terapi

Lingkungan ruang terbuka yang mengakomodasi kebutuhan pihak di RS

Desain taman yang sesuai di R.S. Dr. H. Marzoeki Mahdi, Bogor

Lingkungan Kerja


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Hubungan Manusia dengan Alam dalam Konteks Kesehatan

Sehat alami adalah sehat rohani dan jasmani yang diupayakan sendiri secara alami. Tentu saja hal ini sudah dilakukan sejak adanya manusia sebagai khalifah Allah untuk memelihara bumi ini. Tuhan menganugerahkan naluri dan daya pikir kepada manusia melalui panca indera dan anggota tubuhnya menggunakan potensi alam semesta ini untuk hidup dan mempertahankan kelangsungan hidupnya. Udara terutama kandungan oksigennya disebutkan Kung Ci atau energi udara sangat diperlukan untuk pembentukan darah, melancarkan peredaran darah, membuat darah merah segar bertenaga, mampu menyalurkan nutrisi ke seluruh sel-sel tubuh, pembakaran limbah dan racun dapat berjalan dengan baik. Udara yang bersih dan segar membuat perasaan dan pikiran menjadi tenang, segar dan berenerji mempercepat penyembuhan (Green dan Hertin, 2004).

Kania (2010) mendefinisikan kata health sebagai suatu kondisi atau keadaan dari fisik, mental dan sosial yang baik dan bukan hanya ketidakhadiran atas penyakit atau kelemahan belaka. Penggunaan kata healing pada kasus “healing garden” membuat defenisi-defenisi yang telah ada pada umumnya tidak dapat dijadikan pedoman. Manfaatnya lebih berkaitan bahwa taman ini dapat menyembuhkan seseorang, pengurangan rasa stress dan kemampuannya untuk melegakan, menenangkan, meremajakan atau memperbaiki kesehatan mental dan emosi seseorang. Peranan penting dari taman ini adalah untuk menyediakan perlindungan, memberikan tempat untuk bermeditasi atau untuk menimbulkan sifat yang diinginkan oleh pengguna taman.

2.2. Fungsi Taman Untuk Relaksasi

Taman Relaksasi adalah hamparan yang di dalamnya terdapat berbagai elemen yang menenangkan, dan membuat penghuni di dalamnya merasa santai dan tenang (Badudu, 2003).


(23)

Menurut Taji (1966), taman Jepang memiliki berbagai pengaruh psikologis bagi penggunanya, selain dapat menjadi simbol bagi sebagian penduduk Jepang, taman Jepang juga dapat dijadikan tempat bermeditasi terutama ketika seseorang mengalami stress atau goncangan di dunia nyata.

Taman adalah bentuk yang lembut dari alam. Taman menjadi bagian yang begitu penting bagi kehidupan manusia, dalam segala usia. Taman mesir yang agung dibuat sebagai bentuk pelarian dari kondisi lingkungan yang keras dan kasar. Taman sering dianggap surga yang menawarkan peristirahatan dari panasnya matahari (Cooper dan Barnes, 1999).

Herrington (1980) menerangkan bahwa tanaman bermanfaat dalam menyeimbangkan efek temperatur matahari dan radiasi infra merah, sehingga meningkatkan level kenyamanan. Bagaimanapun juga, faktor psikologi, seperti harapan dan keinginan terhadap kondisi lingkungan yang asri memberikan pengaruh yang lebih baik dalam kenyamanan daripada temperatur aktual (Simson dan Martha, 1998).

Nighswonger (1975) menjelaskan bahwa tanaman memberikan pengaruh yang baik secara fisik pada area sekitarnya sehingga lebih nyaman untuk ditinggali dan bekerja di dalamnya melalui udara segar, menyeimbangkan temperatur melalui keteduhan dan kotak angin, mereduksi pandangan buruk dan kebisingan, menghilangkan polusi udara, membatasi pandangan yang tidak menarik, dan menaikkan kelembaban relatif (Simson dan Martha, 1998).

Taman juga dapat secara emosinal menyembuhkan seperti halnya dengan penyembuhan fisik. Sebuah studi membuktikan bahwa tidak hanya orang yang bekerja di taman yang lebih sehat, juga orang yang berada di sekitarnya. Sebagai contoh : studi dari Roger Ulrich menunjukkan secara sederhana bahwa pasien yang melihat taman dari jendela atau pemandangan alami lain dapat sembuh lebih cepat dari pada dengan cara operasi (Cooper dan Barnes, 1996).

William (1998) mendefinisikan lanskap penyembuhan adalah “tempat, waktu, situasi, lingkungan pergaulan yang meliputi lingkungan fisik dan psikologis berasosiasi dengan pengobatan atau penyembuhan, serta pertahanan kesehatan dan kesejahteraan.” Tempat menyediakan makna bagi orang dengan


(24)

6

berbagai cara. Melalui identitas dan perasaan aman, tempat adalah ketentuan untuk keluarga dan pekerja, dan dan tempat untuk pengalaman estetis (Said, 2008)

2.3.Taman Rumah Sakit

Taman adalah kebun yg ditanami dengan bunga-bunga dan sebagainya (tempat bersenang-senang); 2 tempat (yang menyenangkan dan sebagainya ); 3

tempat duduk pengantin perempuan (yang dihiasi dengan bunga-bunga dan sebagainya), Sedangkan relaksasi merupakan pemanjangan, pengenduran. (Diknas, 2008).

Sebuah studi dari Ulrich (1984) tentang pengaruh kontak visual terhadap alam secara signifikan sangat menentukan bagi penyembuhan pasien dewasa di dalam rumah sakit. Dia menemukan bahwa penyembuhan pasien dari operasi kantung empedu yang telah melihat pemandangan hijau telah memberikan pengaruh yang baik setelah operasi bila dibandingkan dengan yang melihat pemandangan gedung bertingkat di sekitarnya. Ulrich menggunakan pengukuran seperti tekanan darah, denyut nadi, dan hormon ekskresi yang dikeluarkan oleh pasien seperti adrenalin sebagai respon fisik terhadap sesuatu di sekitarnya (Said, 2008).

Menurut Kania (2010), desain taman rumah sakit sedikit banyak mempengaruhi efek psikologis dan medis seseorang dalam menentukan hidupnya. Desain taman yang baik akan membuat orang di dalamnya menjadi tenang dan mengurangi efek sakit yang ada di dalam tubuhnya. Elemen taman yang baik dapat menjadi penunjang efektivitas kesembuhan penyakit seseorang.

Dalam fasilitas kesehatan, ruang digunakan oleh lebih banyak orang dan perancangan taman juga harus memperhatikan variasi perbedaan dari ruang kelompok pengguna, seperti staf, perawat, pasien, dan pengunjung. Salah satu kesulitan dari merancang healing garden dalam rumah sakit adalah karena bertentangan dengan taman perumahan pribadi dan lebih menantang untuk menciptakan lingkungan yang secara emosional bermanfaat bari kelompok yang berbeda-beda (Cooper dan Barnes, 1999).

Menurut Cooper dan Barnes (1999), sesuatu yang harus diperhatikan adalah healing garden dalam rumah sakit harus tidak hanya dapat digunakan oleh


(25)

orang sakit dan orang lemah saja, namun juga dapat bermafaat bagi staf, dan setiap pengguna taman tersebut.

Taman lebih baik ditempatkan di dekat ruangan pasien, ruang tunggu, dan pintu masuk rumah sakit. Perlu juga menempatkan ruang bagi orang yang menginginkan privasi, menyediakan furniture taman yang dapat dipindahkan, dan untuk menyediakan beberapa area dengan meja dan kursi sehingga keluarga dan staf dapat makan di tempat tersebut bersama. Sebuah studi di empat taman rumah sakit di California menemukan bahwa pengguna terbanyak dari ruang terbuka adalah staff (Cooper, 2007).

2.4.Proses desain

Perancangan adalah sebuah proses kreatif yang mengintegrasikan aspek teknologi, sosial, ekonomi, biologi, serta aspek psikologis dan fisikyang ditimbulkan dari bentuk, bahan, warna dan ruang, hasil pemikiran yang saling berhubungan (Simonds, 1983). Lebih lanjut dijelaskan bahwa perancangan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan manusia, di mana bertujuan agar fleksibel dan dapat mengakomodasi sarana yang kuno dengan yang baru. Perancangan merupakan kombinasi ilmu dan seni yng berfokus pada penggabungan manusia dengan aktifitas di luar ruang (Booth, 1983).

Desain atau perancangan merupakan suatu bentuk pemecahan masalah dengan beberapa tahapan serta mengacu pada ide-ide desain yang direncanakan. Desain yang baik harus dapat memecahkan masalah dengan konsep yang baik serta merupakan hasil dari proses yang saling berhubungan dari tahapan desain. Selain itu, desain juga berfungsi untuk mengambil keputusan yang berorientasi pada kepentingan masa yang akan datang, serta menciptakan hasil yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, serta bersifat dinamis, kontinyu, dan fleksibel (Van Dyke, 1990).

Ulrich (1984) menyimpulkan bahwa penciptaan dari desain lanskap atau pemandangan yang natural dapat bermanfaat. Menurutnya, secara umum manusia memilih pemandangan yang alami dibandingkan dengan pemandangan yang megah atau indah dari lingkungan terbangun perkotaan. Ulrich juga menambahkan bahwa desainer juga harus melihat yang disebut “desain yang


(26)

8

mendukung”. Desain yang mendukung antara lain adalah desain yang menyediakan pasien rasa kendali terhadap lingkungan mereka, tempat untuk berinteraksi dengan keluarga dan teman untuk dukungan sosial, dan pengalihan yang positif untuk pengurangan stress yaitu bersentuhan dengan alam.

Perancangan adalah kelayakan dan respon. Kelayakan merupakan sasaran utama dalam perancangan dan berhubungan dengan penempatan elemen-elemen dalam tapak, sehingga penting untuk mengetahui lebih jauh karakter dari tapak yang akan dirancang. Sedangkan respon adalah sikap tanggap terhadap situasi atau keadaan sekitar (Harris dan Dines, 1996).

Untuk memulai merancang garis pedoman pembuatan taman rumah sakit, harus memulai dengan teori Roger Ulrich yaitu Theory of Supportive Garden Design (Cooper, dan Barnes, 1999). Secara singkat, kerangka ini berdasarkan pada alasan dan dasar pikiran bahwa taman membantu kita untuk meredakan stres yang ditimbulkan sehingga mereka dapat memunculkan peluang gerakan fisik dan latihan, memberikan peluang untuk dapat memilih, mencari privasi dan pengalaman untuk mengendalikan, menyediakan suasana yang mendorong orang untuk bersama, dan meningkatkan dukungan sosial dari yang lain, serta menyediakan akses kepada alam dan pengaruh positif lainnya (Cooper, 2007).

Lebih lanjut Ulrich (2007), menjelaskan sebagai tambahan dari keempat garis pedoman tersebut, disarankan untuk mempertimbangkan beberapa faktor lainnya, seperti visibilitas, aksesibilitas, kekeluargaan, ketenangan, kejelasan seni positif.

Dalam thesisnya, Design Guidelines of Therapeutic Garden for Autistic Children, Hebert (2006) menuliskan beberapa tahapan proses perancangan untuk menciptakan healing garden untuk para anak-anak penyandang autis. Tahapan pertama adalah Inventarisasi yang mencakup mencari literature mengenai Healing gardens, observasi individu pengunjung, dan staff, sebagai objek tujuan penciptaan taman, mengundang petugas yang memiliki multi disiplin ilmu, perawat, terapis, staff, dan anggota keluarga (interview professional), menentukan lokasi. Tahapan selanjutnya merupakan perancangan antara lain menggunakan informasi yang disatukan dari tahap Inventarisasi untuk


(27)

menciptakan master plan yang konseptual, menyusun ulang perencanaan, menciptakan desain (perancangan) lokasi tapak, menyertakan gambaran sketsa, foto untuk mengilustrasikan ide.

Lebih lanjut Hebert (2006) menjelaskan, tahapan lanjut dari proses perancangan adalah membangun, yaitu mengkultivasi dukungan komunitas, mengestimasikan biaya, menentukan harga dan relasi kepada publik, instalasi, konstruksi, mengembangkan program pemeliharaan. Tahapan akhir dari proses desain adalah mengevaluasi, antara lain observasi penggunaan taman, evaluasi perancangan sebelumnya, mengaplikasikan evaluasi, rekomendasi untuk proyek perancangan selanjutnya.


(28)

BAB III METODOLOGI

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Marzoeki Mahdi, Bogor, Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada Agustus – Oktober 2010, mencakup pelaksanaan penelitian hingga laporan hasil penelitian. Area penelitian merupakan bagian dari area ruang terbuka dan memiliki luas sebesar 20.183 m2.

Gambar 2. Peta lokasi penelitian Sumber:Google Maps (2010),

3.2. Alat dan Bahan

Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan meteran, kompas, kamera digital 7,2 Mega Pixel (Kodak M 763), GPS. Setelah data didapatkan, data tersebut diolah dengan menggunakan alat gambar dan perangkat komputer grafis (Tabel 1).


(29)

Tabel 1. Jenis Perangkat Lunak dan Kegunaanya

Nama Perangkat Lunak Kegunaan

AutoCAD 2006 menggambar CAD

Google Earth mencari foto udara

Google Sketchup 8 Pro menggambar bentuk 3D dan animasi

Adobe Photoshop CS3 mengedit gambar/foto

Corel Draw X5 mengatur tata letak

Microsoft Office 2007 mendokumentasikan file

3.3. Batasan Penelitian

Batasan pemilihan tapak untuk penelitian ini memperhatikan pendekatan batasan sumberdaya fisik tapak dan pengguna, serta batasan aktivitas. Batasan lokasi tapak mempertimbangkan ruang yang memiliki aksesibilitas penuh untuk pengunjung secara umum dan pasien, memiliki posisi strategis dan berada di tengah area rumah sakit secara keseluruhan sebagai pusat aktivitas rumah sakit.

Studi ini dibatasi sampai dengan tahap perancangan taman relaksasi di RSMM yang meliputi konsep (ruang, sirkulasi, vegetasi), site plan, planting plan, dan gambar detil (konstruksi dan penanaman).

3.4.Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam studi ini adalah metode deskriptif melalui observasi lapang dan survei. Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer yang diperoleh dari hasil pengamatan dan wawancara di lapang serta data sekunder yang diperoleh melalui studi pustaka dan sumber-sumber lain seperti, dokumen dari pemerintah daerah, dinas terkait. Pengumpulan data dilakukan dengan mengikuti proses perencanaan dan perancangan yang dikemukakan Gold (1980) (Gambar 3), dengan pendekatan sumber daya dan aktivitas (Gambar 4). Dalam pendekatan sumber daya, faktor alam dan faktor sosial saling mempengaruhi dalam proses perancangan taman rumah sakit sebagai penunjang aktivitas penyembuhan di RSMM Bogor.


(30)

12

Gambar 3. Bagan perencanaan dan perancangan menurut Gold (1980).

Inventarisasi

Penelitian dimulai dengan kegiatan inventarisasi data pada tapak dengan mengumpulkan data biofisik, demografi, dan aspek legal. Jenis data, sumber, dan cara pengambilan data dapat dilihat pada Tabel 2. Metode yang digunakan untuk pengumpulan data primer tapak adalah observasi langsung dan studi pustaka. Metode ini digunakan karena ruang lingkup penelitian yang relatif kecil serta ketersediaan data yang terbatas.

Tabel 2. Jenis, Sumber dan Cara Pengambilan Data Tapak

Aspek No. Jenis Data Sumber Data Cara Pengambilan Data

Kondisi Umum

1 Sejarah dan kedudukan RSMM Studi pustaka 2 Lokasi, batas, & akses RSMM Survei & pustaka 3 Fasilitas fisik RSMM Survei & pustaka 4 Fasilitas pelatihan RSMM Survei & pustaka

Fisik dan Biofisik

1 Iklim (Makro, Mikro) Stasiun Klimatologi, RSMM

Studi pustaka, Survei Lapang

2 Jenis tanah Puslitan Studi pustaka 3 Topografi Bappeda & lapang Survei & pustaka 4 Hidrologi dan drainase Lapang Survei & pustaka 5 Vegetasi Lapang Survei & pustaka

6 Satwa Lapang Survei & pustaka

7 Kualitas Visual lanskap Lapang Survei lapang

Desain Tapak Tapak Inventarisasi Analisis Sintesis Perencanaan

Karakteristik Tapak

Pengembangan Potensi

- Kondisi Awal - Hidrologi - Tanah - Vegetasi - Visual

- Pembatasan - Area Potensial - Hidrologi - Kesesuaian Lahan Konsep pengembangan Pengembangan Alternatif


(31)

8 Struktur bangunan Lapang Survei lapang

9 Utilitas Lapang Survei lapang

Sosial 1 Karakteristik pengguna Lapang Kuisioner / wawancara 2 Persepsi dan harapan Lapang Kuisioner / wawancara

Legal

1 Peraturan pemerintah RSMM Studi pustaka / wawancara 2 Kebijakan pemerintah RSMM Studi pustaka / wawancara 3 Rencana pembangunan RSMM Studi pustaka / wawancara

Analisis

Keseluruhan aspek pada tahap inventarisasi akan diolah serta dianalisis sesuai dengan standar atau kriteria dalam perancangan lanskap. Hal ini bertujuan untuk mengetahui potensi, kendala, dan alternatif solusi. Disamping itu akan dikaji juga terhadap kebijakan dan regulasi yang berlaku.

Kegiatan analisis spasial dilakukan secara kuantitatif, dan deskriptif terhadap data primer dan sekunder yang telah dikumpulkan. Data aspek legal digunakan untuk mengidentifikasi peraturan dan regulasi yang mempengaruhi rumah sakit dalam mengambil kebijakan. Data kondisi lanskap digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi aktifitas elemen yang ada di sekitarnya.

Analisis tanah yang dilakukan terdiri atas studi literatur mengenai sifat fisik, kimia, kemampuan menyerap air, dan tingkat kesuburan. Aspek tersebut dinilai kesesuaiannya terhadap tanaman pertanian dan struktur eksisting. Beberapa rekomendasi berupa penambahan jenis tanaman juga disertakan dengan pertimbangan tertentu. Akses dan sirkulasi dianalisis dengan memetakan jalur eksisting dan dinilai dari segi keefektifan, keefisienan, pintu masuk dan keluar, serta jalur yang disesuaikan dengan tipe aktivitas yang dirancang di RSMM. Hidrologi dianalisis dengan memetakan lokasi inlet, outlet, arah drainase, serta kesesuaiannya untuk area relaksasi. Analisis mikroklimat dilakukan dengan menghitung nilai Temperature Humidity Index (THI) untuk menentukan tingkat kenyamanan pengguna dalam beraktivitas di tapak, baik bagi pasien, dokter maupun, pengunjung lainnya. Berikut merupakan persamaan untuk menentukan THI:


(32)

14

THI =

Keterangan:

T = temperatur rata-rata (0C) Rh= kelembaban (%)

Utilitas dan fasilitas dianalisis dengan menyesuaikan jenis utilitas serta fasilitas dengan aktivitas yang akan dikembangkan pada tapak. Vegetasi dan satwa dianalisis dengan menyesuaikan lingkungan eksisting dengan syarat tumbuh vegetasi dan hewan tersebut. Rekomendasi vegetasi tambahan ataupun pengganti disertakan dengan pertimbangan. Data sosial berupa analisis keinginan pengguna dan kebutuhan akan taman relaksasi dianalisis secara deskriptif melalui wawancara dan observasi langsung. Data sosial dianalisis melalui wawancara kepada pengguna tapak, data sosial digunakan untuk mengetahui keinginan pengguna serta kebutuhan akan taman relaksasi.

Disamping analisis yang bersifat deskriptif dilakukan analisis kuantitatif. Analisis ini digunakan untuk mengetahui daya dukung yang akan dikembangkan pada tapak. Daya dukung yang akan dihitung adalah daya dukung pengunjung MCU dan pengguna tapak. Penentuan daya dukung dilakukan dengan mendaftar seluruh aktivitas yang diinginkan pada tapak. Hal ini dilanjutkan dengan penentuan standar kebutuhan per individu untuk melakukan aktivitas. Nilai daya dukung wisata diperhitungkan berdasarkan rata-rata dalam m2//org (Boulon dalam Nurisjah, Pramukanto, dan Wibowo, 2003). Perhitungan daya dukung bagi pengguna adalah sebagai berikut:

Daya Dukung =

Keterangan:

A= Area yang digunakan (m2)

S= Standar kebutuhan per orang (m2/orang) Daya Dukung (orang)

Daya dukung yang dinilai erat kaitannya dengan kebutuhan penilaian daya dukung di tapak rumah sakit untuk menentukan kapasitas optimal yang dapat ditampung di tapak dengan berbagai aktivitas yang direncanakan.


(33)

Sintesis

Hasil yang diperoleh pada tahap analisis akan dikembangkan untuk perencanaan dan perancangan. Tahap sintesis menyesuaikan tapak yang akan dikembangkan dengan kebutuhan pengguna. Tahap sintesis menyusun hubungan fungsional antara beberapa elemen atau ruang. Penyusunan hubungan fungsional yang dihasilkan memiliki kombinasi yang berbeda-beda karena disesuaikan dengan kondisi umum tapak, kebutuhan pengguna (pasien, dokter, pengunjung lainnya), kemampuan aspek tapak dan aktivitas untuk dikembangkan sebagai taman rumah sakit, serta efisiensi pengelolaan dan pemeliharaan elemen-elemen yang digunakan dalam taman. Hasil dari tahap ini menjadi alternatif terbaik terhadap pemecahan masalah yang kemudian akan dikembangkan menjadi konsep.

Konsep dan Perencanaan

Alternatif terbaik yang dihasilkan pada tahap sintesis akan dikembangkan menjadi konsep dasar, konsep desain, dan konsep dan rencana pengembangan. Konsep dasar dibuat berdasarkan fungsi dan tujuan utama tapak sebagai taman rumah sakit. Konsep desain merupakan pola yang diaplikasikan pada tapak dengan berbagai pendekatan (kesesuaian tapak, fasilitas penunjang medis, dan obyek tujuan) yang mengacu pada konsep dasar. Konsep dan rencana pengembangan meliputi konsep ruang dan aktivitas, tata hijau, sirkulasi, serta rencana fasilitas dan utilitas. Perencanaan taman rumah sakit tertuang dalam bentuk rencana tapak atau gambar site plan.

Desain Lanskap

Tahap Desain lanskap merupakan hasil akhir dari konsep dan perencanaan lanskap. Detil pada bagian-bagian tertentu digambarkan sesuai dengan aktivitas yang dilakukan di tapak. Gambar detil yang dibuat adalah gambar potongan, detil konstruksi fasilitas dan utilitas, gambar ilustrasi aktivitas, fasilitas dan utilitas serta detil penanaman, dan perspektif tiga dimensi (3D).


(34)

16

Gambar 4. Bagan tahapan penelitian

Inventarisasi Biofisik & Sosial Data Spasial Tapak (Biotik & Abiotik)

Analisis Potensi & Kendala Gambar Analisis Spasial Deskripsi Analisis & Tapak

Sintesis Solusi Tapak dan Gambar Sintesis spasial Deskripsi Sintesis & Pemanfaatan Potensi

Deskripsi Konsep & Gambar Konsep spasial Konsep Konsep Pengembangan Konsep Dasar dan

Deskripsi Rencana &

Gambar Site plan

Perencanaan

Aktivitas dan Ruang Fasilitas dan Utilitas

Sirkulasi Tata Hijau Prasurvei

Gambar Detail Ruang, Bangunan, Tampak Potongan, Perspektif Perancangan Gambar Spesifikasi Gambar Kerja dan


(35)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Umum Rumah Sakit

Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi

Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi memiliki luas area keseluruhan 572.026,00 m2 dengan luas total daerah terbangun sebesar 34.035,56 m2, terbagi menjadi empat, antara lain :

1. Rawat inap, Rawat jalan / Unit pelaksanaan Fungsional seluas 14.449,27 m2 2. Instansi seluas 638,35 m2

3. Ruang administrasi seluas 3.858,83 m2 4. Ruang lainnya seluas 15.089,11 m2

Sisanya sebesar 537.990,44 m2 merupakan ruang terbuka berupa area pertanian, lawn, dan area konservasi berupa pepohonan dan semak belukar. Rumah sakit ini memiliki beberapa fasilitas pelayanan, antara lain pelayanan kesehatan jiwa, pelayanan umum (rawat jalan dan rawat inap), pelayanan napza (narkoba dan obat psikotropika), pelayanan penunjang medik berupa laboratorium farmasi dll, serta pelayanan penunjang non medik seperti pelayanan pendidikan dan penelitian. Program yang menjadi prioritas di rumah sakit ini antara lain revitalisasi pelayanan Napza dan rehab psikososial, Renumerasi berbasis kinerja, peningkatan kualitas layanan, persiapan sebagai RS pendidikan serta mengembangkan rumah sakit menuju pelayanan terpadu dan pelaporan berbasis elektronik.

Beberapa keunggulan rumah sakit ini antara lain adalah pelayanan yang spesifik dan menjadi rumah sakit pusat rujukan pendidikan medis maupun non medis. Selain itu akses dan lokasi yang berada di pusat kota membuat rumah sakit ini mudah dicapai dari berbagai daerah di Bogor, sehingga sering menjadi tempat tujuan bagi penanganan korban kecelakaan serta bencana alam. Namun masih ada beberapa kekurangan rumah sakit ini yang perlu diperbaiki, antara lain standar prosedur yang kurang efisien, masih terbatasnya volume pelayanan yang dapat dicapai, serta komposisi Sumber Daya Manusia yang belum optimal.


(36)

18

Lokasi R.S. dr.H. Marzoeki Mahdi (RSMM) berada di Jl. Dr. Semeru nomor 114, Kelurahan Menteng, Kecamatan Bogor Barat, Bogor, Jawa Barat, dengan ketinggian berkisar 220-230 mdpl. Sesuai dengan Rencana Penggunaan Lahan Kota Bogor tahun 2002-2012, area di sekitar RSMM telah dijadikan area hijau oleh Pemerintah Kota Bogor (Gambar 5). Batas RSMM adalah sebagai berikut :

a. Sebelah utara : Area permukiman (perumahan)

b. Sebelah Selatan : Lapagan Golf (Area olah raga, dan jalur hijau) c. Sebelah Barat : R.S. Karya Bhakti Bogor

d. Sebelah Timur : Merdeka (Area perdagangan dan jasa)

Gambar 5. Peta RSMM

Sumber:Google Maps (2010),

Sejarah dan Organisasi

Bangunan Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi dibangun pada tanggal 1 Juli 1882. Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, rumah sakit ini diberi nama


(37)

Krankzinnigengestich Te Buitenzorg. Pada tahun 1978, rumah sakit ini berubah menjadi Rumah Sakit Jiwa Pusat Bogor berdasarkan SK Menkes No. 135/Menkes/SK/78. Rumah sakit ini kemudian mengalami perubahan nama menjadi Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor berdasarkan Menkes no 266/SK/IV/2002 tanggal 10 April 2002. Pada tahun 2007, Rumah Sakit Marzoeki Mahdi resmi menjadi Instansi Pemerintah yang menerapkan PPK-BLU berdasarkan SK Menkes No. 279/KMK.05/2007 pada tanggal 21 Juni 2007.

Rumah sakit ini telah menjadi UPT Depkes dengan menerapkan PPK-BLU sejak 26 Juni 2007, PPK-BLU (Badan Layanan Umum) adalah instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan pencarian keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas (UU 1/2004 Pasal 1 angka 23).

Struktur organisasi di rumah sakit ini menggunakan struktur piramida dengan Presiden Direktur sebagai pemegang keputusan tertinggi, dengan didukung oleh Direktur Medis dan Perawatan (6 Departemen), Direktur Pengembangan SDM dan Pendidikan (6 Departemen), serta Direktur Keuangan dan Pekerjaan Umum (8 Departemen) (Gambar 6).

Gambar 6. Bagan struktur organisasi RSMM KOMITE MEDIK

&

KOMITE ETIKA

DIREKTUR

DIR SDM & PENDIDIKA N SATUAN PEMERIKSAA N INTERN DIR. KEUANGAN & ADM. UMUM DEWAN PENGAWAS

DIR MEDIK & KEPERAWATA

N

-6 DEPARTEMEN, - INSTALASI

- KEL.

-8 DEPARTEMEN, - INSTALASI

- KEL.

-6 DEPARTEMEN, - INSTALASI - KEL. JABATAN


(38)

20

Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi menerapkan budaya organisasi antara lain belajar untuk berkembang, yang mencakup profesionalisme, bekerja keseimbangan, saling menghargai, melayani dengan baik dan tulus, motivasi dan komitmen.

Visi yang ingin dicapai adalah menjadi rumah sakit yang mandiri dalam bidang kesehatan jiwa yang terpadu, dengan komitmen meningkatkan kualitas hidup melalui pelayanan prima, produk unggul dan cara manusiawi, dalam rangka mencapai kesejahteraan bersama. Untuk mencapai visi tersebut, misi yang diterapkan antara lain dengan mengembangkan pelayanan kesehatan jiwa dengan profesionalisme, menciptakan produk unggulan dalam bidang kesehatan jiwa, melaksanakan pelayanan dengan prinsip kemanusiaan, mencapai kesejahteraan bersama.

Pencapaian dari penerapan misi tersebut tercermin dari tercapainya pelayanan kesehatan jiwa yang prima, terciptanya produk unggulan, tersedianya sumber daya manusia yang professional dan berkomitmen, serta tercapainya peningkatan cost recovery.

4.2. Data dan Analisis Tapak

Setelah melewati tahapan inventarisasi kondisi umum, biofisik, dan sosial berupa deskripsi data dan gambar-gambar inventarisasi, selanjutnya data dan gambar-gambar hasil inventarisasi tersebut digunakan pada tahap analisis. Analisis merupakan tahap pengolahan data dan gambar-gambar yang telah diperoleh untuk menentukan kendala, potensi, dan kesesuaian pada tapak. Beberapa aspek data seperti topografi, sirkulasi, vegetasi, hidrologi, fasilitas dan utilitas, kualitas lanskap, iklim dan kelembaban, dan daya dukung akan menghasilkan produk analisis secara spasial dan tabular. Aspek lainnya seperti data sosial dan regulasi dihasilkan dalam uraian secara deskriptif.

Proses analisis dilakukan dengan mencari hubungan antara data yang diperoleh dengan tujuan perancangan. Hasil analisis tersebut kemudian digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan sintesis. Sintesis merupakan tahap kristalisasi dan pengembangan hasil analisis. Hasil dari tahap sintesis yang digunakan sebagai input untuk mencapai tujuan perancangan, berupa solusi-solusi


(39)

desain yang selanjutnya dikembangkan ke dalam konsep desain. Oleh karena itu, analisis dan sintesis dikerjakan berdasarkan kombinasi pendekatan yang diamati.

4.2.1. Aspek Fisik dan Biofisik Lokasi dan Batas Tapak

RSMM memiliki daerah ruang terbuka yang cukup luas, yang saat ini digunakan sebagai area pertanian, lawn, dan area konservasi. Daerah yang digunakan sebagai ruang terbangun baru sekitar satu persen saja dari keseluruhan lahan yang dimiliiki. Luasan area telah ditentukan oleh pihak rumah sakit dengan mempertimbangkan aspek ekonomis dan ekologis agar efektif dan efisien sebagai ruang terbuka. Pembagian RTH berdasarkan eksisting keadaan saat dilakukan penelitian dijelaskan secara spasial pada Gambar 7 dan Gambar 8.

Tapak penelitian merupakan ruang terbuka hijau, tapak bagian utara merupakan ruang terbuka yang mengelilingi kantor administrasi umum RSMM dengan luas 18000 m2. Tapak ini secara umum berada sangat strategis di antara ruang untuk pasien sakit jiwa, pasien Napza, serta ruang administrasi umum. Hal ini memungkinkan tapak ini menjadi pusat perhatian dan area beraktivitas bagi para pasien sakit jiwa, pasien napza, maupun staf rumah sakit. Sedangkan di bagian selatan, merupakan ruang terbuka yang mengelilingi masjid dan kantor rekam medis, dengan luas area berkisar 2183 m2. Tapak ini berada tepat di pusat keramaian karena tapak ini menghubungkan beberapa lokasi penting seperti apotik dan ruang pasien rawat inap, serta bersebelahan langsung dengan ruang medical check up. Tapak ini juga merupakan pusat aktivitas ibadah karena terdapat masjid di dalamnya, sehingga total tapak penelitian mencapai 20.183 m2.

Secara umum, tapak penelitian berada di dalam RSMM, berbatasan langsung dengan :

a. Sebelah Utara : Ruang pasien sakit jiwa (Saraswati & Subadra) b. Sebelah Selatan : Ruang kebidanan dan perinatologi

c. Sebelah Barat : Ruang Penerimaan utama RSMM d. Sebelah Timur : Ruang Pasien napza


(40)

(41)

(42)

24 Jenis Tanah

Tanah di RSMM termasuk ke dalam jenis tanah latosol coklat kemerahan, yaitu merupakan jenis tanah yang mengalami perubahan profil, bersifat gembur dan agak masam dengan pH (4,5 - 6,6). Jenis tanah ini mempunyai sifat fisik yang baik, permeabilitas yang tinggi dan aliran drainase yang dalam, mudah meresapkan air, kurang terjadi aliran permukaan pada musim hujan sehingga menghambat terjadinya erosi tanah (Soepardi, 1983). Tanah latosol mempunyai daya serap air yang tinggi sehingga pada kondisi yang basah tanah akan lengket, sedangkan pada kondisi kering akan berbongkah-bongkah.

Jenis tanah latosol di RSMM liat, remah agak gumpal, gembur, dan lapisan bawahnya berwarna kemerahan. Tanah bereaksi agak masam, kadar zat organik dan nitrogen rendah, P2O5 agak tinggi dan K2O rendah. Kondisi tanah

pada saat hujan berair, sehingga menimbulkan beberapa bagian tapak menjadi becek dan licin karena sifat liatnya. Tanah ini cocok digunakan untuk bercocok tanam karena tanah latosol mempunyai sifat granular yang menyebabkan drainase tanah menjadi baik. Selain itu, tanah latosol memiliki kesuburan alami atau mempunyai ciri-ciri yang mendorong tanaman berespons dengan baik terhadap pemupukan dan juga dapat menahan air yang tinggi.

Sifat fisik tanah yang dapat diperbaiki dengan penambahan bahan organik, perbaikan drainase, pengaturan kadar asam, penggemburan tanah dan penambahan mulsa, pupuk yang sesuai dengan sifat fisik tanah tersebut juga perlu dipertimbangkan. (Grey dan Deneke, 1978).

Topografi dan Hidrologi

Peta topografi diperoleh dari pengukuran dan pemetaan di lapang secara langsung. Peta topografi digunakan untuk mengidentifikasi bentuk relief pada permukaan bumi pada suatu tapak. Peta topografi yang berasal dari data peta kontur dan jenis tanah Badan Penelitian dan Pengembangan Tanah (BPPT) Kota Bogor tahun 2009.

Garis-garis yang lebih rapat menggambarkan nilai kemiringan lahan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan garis-garis kontur yang lebih renggang. Kerapatan garis kontur yang berbeda menjadikan bentukan lahan (land form) yang bervariasi. Kondisi kemiringan yang relatif datar di RSMM


(43)

mempermudah perancang untuk menentukan arah aliran air serta menentukan setiap ruang dalam tapak berdasarkan ketinggian dan tingkat kemiringan lahan.

RSMM telah memiliki ruang mesin pengolahan air (Water Resevoir), terletak di bagian barat tapak, berbatasan dengan ruang klinik umum. Hal ini memudahkan rumah sakit untuk mengelola manajemen kebutuhan dan pembuangan air dari dan keluar RSMM.

Pola saluran drainase berupa aliran air permukaan (run off) di RTH mengikuti bentukan topografi pada tapak. Selain itu, juga terdapat saluran drainase buatan yang terbagi menjadi saluran drainase terbuka dan drainase tertutup (Gambar 9). Saluran drainase tertutup berupa pipa-pipa saluran air dan saluran drainase terbuka berupa parit-parit yang terletak di sekeliling tapak dan sekeliling bangunan.

(a) tertutup (b) terbuka

Gambar 9. Saluran drainase di tapak

Topografi di RSMM memiliki tingkat kemiringan 0-3% sehingga dapat dikatakan datar, namun terdapat beberapa cekungan di titik tertentu. Area pada titik terendah tapak memiliki kendala berupa ancaman genangan air, sehingga diperlukan desain drainase yang memadai untuk mengalirkan kelebihan air tersebut. Sirkulasi yang berada pada kemiringan tanah curam dapat dilakukan pelandaian maupun desain sirkulasi yang memutar mengikuti kontur agar mudah diakses serta tidak berakibat pada terjadinya erosi. Topografi yang datar di RSMM mempermudah dalam merancang alur jalan serta aliran drainase, serta dapat mendukung dalam desain dan pemilihan tanaman di RSMM (Gambar 10).


(44)

(45)

Iklim

Kondisi iklim dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain adalah curah hujan, suhu, kelembaban, dan kecepatan angin. Kondisi iklim di lokasi penelitian secara umum sama dengan kondisi iklim di Kota Bogor, berikut merupakan data yang dihimpun dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Kota Bogor mengenai iklim di kota Bogor dan sekitarnya.

Iklim merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam proses perancangan suatu tapak. Meskipun secara keseluruhan tapak berada pada kawasan tropis Indonesia, perlu diperhatikan penyesuaian terhadap iklim mikro. Penyesuaian ini memiliki pengertian pemanfaatan berbagai aspek yang menguntungkan dan mengendalikan yang merugikan. Hal ini dilakukan agar tercipta iklim mikro yang nyaman sehingga tapak tersebut dapat dimanfaatkan oleh pengguna tapak dan vegetasi dan satwa dapat hidup, tumbuh, dan berkembang dengan baik. Dalam penelitian ini, data iklim yang digunakan adalah data iklim Kota Bogor tahun 2004-2008.

Kota Bogor dalam periode lima tahun antara 2004 dan 2008 memiliki curah hujan rata-rata 4196,6 mm/tahun. Curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 2005, yaitu 5190,1 mm, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada tahun 2006, yaitu 3707,0 mm. Hal ini menunjukkan bahwa Kota Bogor memiliki intensitas dan hari hujan yang tinggi setiap tahunnya.

RSMM memiliki rata-rata curah hujan bulanan sebesar 349,7 mm dengan kisaran 136,5 mm - 467,5 mm. Curah hujan tertinggi 467,5 mm terjadi pada bulan Februari dan curah hujan terendah 136,5 mm terjadi pada bulan Agustus. Jumlah curah hujan rata-rata tahunan Kota Bogor sebesar 4196,6mm.

Bogor memiliki rata-rata hari hujan yang cukup tinggi, yakni 205 hari hujan dalam satu tahun (365 hari). Hal ini mengindikasikan peluang hujan yang sangat besar setiap tahunnya. Kemungkinan tidak turun hujan sangatlah kecil, yakni 160 hari dalam satu tahun.

Curah hujan juga dapat mempengaruhi frekuensi dan lamanya kegiatan pada tapak. Semakin tinggi nilai curah hujan dan hari hujan, semakin berkurang frekuensi serta lamanya kegiatan rekreasi di luar ruangan. Untuk mengatasi hal ini, perlu disediakan fasilitas untuk berteduh, seperti shelter, pergola, dan vegetasi peneduh.


(46)

28

Pada musim kemarau, curah hujan terlalu rendah sehingga mengganggu ketersediaan kandungan air tanah untuk tanaman berfotosintesis dan mengganggu ketersediaan air minum bagi satwa. Hal ini dapat diatasi dengan penyediaan kolam buatan yang airnya berasal dari air tanah. Kolam ini juga berfungsi untuk menampung kelebihan air pada saat musim hujan sehingga dapat digunakan pada musim kemarau. Selain itu juga perlu disediakan pipa semprot yang dipasang di titik-titik tertentu pada tapak untuk menyirami vegetasi pada saat musim kemarau agar pertumbuhannya tidak terganggu.

Suhu rata-rata di RSMM adalah 26,9 OC, dengan kisaran suhu 26,0 OC - 27,5 OC. Suhu tertinggi 27,5 OC terjadi pada bulan Oktober dan suhu terendah 26,0 OC terjadi pada bulan Februari. Pada siang hari, tapak terasa panas karena terik matahari, hal ini dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan mengganggu aktivitas pengguna. Hal ini dapat diatasi dengan menciptakan suasana teduh melalui tanaman pohon peneduh maupun gazebo, pergola, dan shelter.

Vegetasi merupakan salah satu pengendali iklim mikro, vegetasi dapat menurunkan suhu dan menyejukan udara sekitarnya. Hal ini dapat terjadi karena vegetasi dapat mengurangi pancaran sinar matahari yang masuk serta menyerap panas yang dipantulkan dari perkerasan. Selain itu, vegetasi juga dapat meningkatkan kelembaban serta mengatur dan memecah arah angin. Dalam penempatan vegetasi (pohon yang berfungsi sebagai peneduh) harus memperhatikan arah marahari agar dapat memberikan efek pencahayaan dan bayangan yang cukup untuk menaungi pengunjung dan satwa di dalam tapak.

Kelembaban rata-rata di RSMM sebesar 85,4% dengan kisaran 70,3% - 85,4%. Kelembaban tertinggi 85,4% teradi pada bulan Februari dan kelembaban terendah 70,3% terjadi pada bulan April (Gambar 11).


(47)

Gambar 11. Grafik rata-rata kelembaban per bulan (Tahun 2004-2009)

Menurut Laurie (1986), kisaran kelembaban yang nyaman bagi manusia adalah 40% - 75%. Kelembaban yang terlalu tinggi dapat menimbulkan ketidaknyamanan. Hal ini dapat diatasi dengan cara memperhatikan struktur dan penempatan vegetasi. Pemilihan vegetasi yang tidak terlalu rapat/massif dan jarak penanaman yang dijarangkan memungkinkan sinar matahari dapat masuk. Untuk mendukung berbagai aktivitas yang ada di tapak, maka perlu memberikan beberapa elemen tambahan seperti gazebo dan pergola.

Berdasarkan data di atas, dapat dihitung nilai THI di tapak dengan rumus sebagai berikut :

THI = 0,8 (26,90) + (85,40 x 26,90/500) THI = 20,52 + 4,59

THI = 26,11

Sesuai dengan Laurie (1986), pada daerah tropis THI < 27 adalah nyaman. Dengan nilai THI tersebut mengindikasikan tapak RSMM nyaman untuk daerah tropis. Kenyamanan sangat mempengaruhi motivasi dan penyegaran kembali pengguna di tapak.

Kecepatan angin rata-rata di RSMM sebesar 2 km/jam dengan kisaran 1,5 km/jam - 2,7 km/jam. Kecepatan angin tertinggi 2,7 km/jam terjadi pada bulan Oktober dan kecepatan angin terendah 1,5 km/jam terjadi pada bulan Februari.

Dari data di atas, maka sesuai dengan klasifikasi angin menurut Beaufort, kecepatan angin di RSMM tergolong dalam kelas 1 (1-6 km/jam), yaitu angin sepoi-sepoi. Angin memiliki peran sebagai media pembawa polusi udara dan kebisingan yang berasal dari mesin kendaraan bermotor. Hal tersebut dapat

79,6 85,4 81,5

70,3 76,7 76,8 72,6 74,2 71,3 75,7 78,2 83,3

0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

K e le m ba ba n (%) Bulan


(48)

30

mengganggu kenyamanan pengguna. Berdasarkan analisis iklim pada tapak, dibutuhkan vegetasi sebagai pengendali iklim mikro. Beberapa peran vegetasi tersebut ditujukan untuk melindungi pengguna dan satwa dari terik matahari maupun hujan, menjaga suhu dan kelembaban, dan mengatur arah angin (Gambar 12).

Vegetasi dengan struktur daun yang mempunyai banyak bulu dapat digunakan untuk menjerap polutan dan debu, sedangkan untuk meredam kebisingan dapat digunakan vegetasi dengan tekstur daun rapat serta vegetasi yang mengandung air. Vegetasi juga dapat digunakan untuk mengarahkan angin serta mereduksi arus kecepatan angin yang tinggi melalui tajuknya yang tidak terlalu rapat untuk mencegah terjadinya turbulensi. Dengan adanya vegetasi, hembusan angin dapat diarahkan ke pusat-pusat aktivitas sehingga kegiatan rekreasi dapat dilakukan dengan nyaman.

Gambar 12. Vegetasi sebagai pengendali iklim mikro Sumber : Grey dan Deneke, (1978)

Elemen air dapat mempengaruhi pembentukan iklim mikro pada suatu kawasan. Uap air yang terbawa oleh angin dapat terbawa oleh angin dapat memberikan efek penyejukan (Gambar 13). Besar atau kecilnya efek penyejukan yang dihasilkan bergantung pada luasan badan air tersebut. Pengadaan badan air juga dapat berfungsi sebagai sumber air minum dan habitat bagi satwa.


(49)

Gambar 13. Badan air membantu efek penyejukan pada tapak Sumber : Akmal, (2004)

Aksesibilitas dan sirkulasi

Di Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi terdapat beberapa pintu masuk yang dapat dilewati, baik dari bagian depan, samping, maupun belakang. Beberapa diantaranya merupakan pintu khusus bagi staf, namun pintu masuk yang biasa digunakan bagi pengunjung dan pasien adalah pintu masuk melalui pintu depan. Dalam perencanaannya, rumah sakit ini telah memperbaiki alur sirkulasi pengunjung sehingga memusat pada satu titik. Hal ini dapat dilihat dari adanya pembangunan pintu utama di bagian depan dan bersebelahan dengan lokasi penelitian.

Tapak penelitian ini berada tepat di tengah rumah sakit, hal ini membuat setiap orang mudah menemukan dan mengaksesnya. Oleh karena kondisinya yang strategis, tapak ini berpotensi mempertemukan berbagai orang yang beraktivitas di rumah sakit. Selain itu, kondisi tapak yang terbuka membuat orang mudah masuk dan keluar dari arah mana saja, sehingga tidak terdapat fokus yang jelas untuk masuk dan keluar tapak, dan dapat menimbulkan kerusakan (vandalisme) pada tapak karena pengguna dapat dengan mudah menginjak rumput dan tanaman lain saat ingin masuk dan keluar tapak.

Bentuk sirkulasi jalan di tapak cenderung formal dan kaku. Jalan utama menuju masjid merupakan jalan setapak yang telah diberi perkerasan berupa paving, jalan tersebut berukuran lebar 1.5 meter. Sirkulasi di samping ruang MCU dibangun pada tahun 2008, bersamaan dengan pembangunan taman dan bangku taman di sekitarnya. Lebar jalan 1 meter, dengan pola organik dan tidak kaku, perkerasan berbahan semen. Jalan yang memisahkan kedua tapak ini merupakan jalan aspal (Hotmix), dengan lebar 3 meter dan memiliki bahu jalan


(50)

32

masing-masing sisinya 1 meter. Di sekitar lapangan upacara, tidak terdapat jalur sirkulas yang jelas, hal ini dikarenakan fungsi utama hanya sebagai RTH yang diisi dengan pepohonan tinggi di sekelilingnya. Di sisi barat tapak, digunakan sebagai area upacara bagi staf dan pegawai rumah sakit. (Gambar 14B)

A. Jalur sirkulasi yang tegas (Paving Blok)

B. Jalur sirkulasi yang tidak direncanakan (rumput rusak karena terinjak) Gambar 14. Bentuk sirkulasi di tapak

Untuk mengoptimalkan potensi yang strategis dari tapak, maka perlu pembagian ruang yang sesuai dengan tujuan dan penggunaanya. Sedangkan untuk kendala berupa akses masuk dan keluar yang kurang jelas dapat diantisipasi dengan penentuan area masuk dan keluar yang jelas di beberapa tempat yang strategis untuk jangkauan semua pengguna. Selain itu, perlu diberikan sirkulasi yang jelas untuk kedua tapak sehingga pengguna tidak berjalan di sembarang tempat, dan dapat mengarahkan pengguna untuk saling berinteraksi dan menyapa. Pemilihan arah pun diperhatikan, agar pengguna dapat memanfaatkan taman ini dengan baik tanpa merasakan letih dalam perjalanan. Bentuk sirkulasi juga harus diperhatikan karena ragam pengguna yang berbeda-beda. Penggunaan paving rapat atau semen lebih dianjurkan agar dapat digunakan oleh pejalan kaki maupun pengguna kursi roda (Gambar 15).


(51)

(52)

34 Vegetasi

Pada tapak terdapat tiga klasifikasi tanaman yang ditanam, yakni vegetasi pohon penaung, tanaman hias sebagai tanaman estetika di tapak, serta tanaman hortikultura (Gambar 16).

Gambar 16. Vegetasi di tapak

Vegetasi yang terdapat pada RSMM terdiri dari pohon, semak, dan vegetasi penutup tanah. Jenis pohon pada lokasi Medical Check Up terdiri dari pohon besar dan pohon sedang. Pohon besar dan pohon sedang tersebut memiliki pertumbuhan yang relatif cepat, perakaran yang kuat, dan daun yang rimbun. Pohon besar juga terdapat di sekitar kantor administrasi , serta ditanam di bagian timur dan bersebelahan dengan ruang Srikandi.

Kedua tapak ini digunakan oleh pihak RSMM sebagai ruang terbuka, namun tujuan pemanfaatannya saja yang sedikit berbeda, tapak sebelah ruang MCU ditujukan sebagai daerah hijau tegakan pohon, contoh tanaman tegakannya antara lain pohon mahoni (Swietenia mahogany Jacq), mangga (Mangifera indica), dan durian (Durio zibethinus). Tapak di sekitar ruang administrasi lebih ditujukan untuk area transisi berbagai aktivitas di RSMM. Tapak ini memiliki vegetasi yang cukup beragam, dari golongan semak, hingga pohon besar. Tanaman penutup tanah, tapak ini sebagian besar tertutupi oleh rumput paetan Axonopus compressus, dan untuk semak, tapak ini sebagian besar didominasi oleh tanaman Ixora sp,Acalypha macrophylla, dan Duranta sp. Berikut daftar vegetasi di RSMM yang diperoleh dari pengecekan langsung di lapang dan studi pustaka disajikan secara lengkap dalam tabel 3.


(53)

Tabel 3. Daftar Nama Tanaman Di Tapak

No. Nama Latin Nama Lokal Keterangan

Penutup Tanah

1 Aglaonema sp. Sri rejeki Digunakan sebagai tanaman estetika 2 Arachis pintoi Kacang-kacangan Penutup tanah di sekitar masjid 3 Axonopus compressuss Rumput paetan Dominasi penutup tanah di tapak

4 Blechnum gibbum Tanaman vocal point di sekitar MCU

5 Caladium sp. Keladi hias Tumbuh liar di beberapa tempat 6 Chlorophytum sp. Lili paris Tanaman pembatas di jalan setapak 7 Coleus sp. Bayam-bayaman Kurang terawat di beberapa tempat 8 Ctenanthe oppenheimiana Di sekitar ruang administrasi 9 Iresine herbstii Simbang darah Kondisi kurang terawat

10 Marantha sp marantha Kondisi baik di sekitar MCU

11 Ophiopogon sp. Opiopogon Menyamarkan kesan keras bebatuan 12 Palisota barteri Palisota Berada di sekitar masjid

13 Rhoe discolor Adam hawa Kurang terawat di sekitar taman

14 Spathiphyllum sp Di sekitar ruang MCU, cukup terawat

15 Portulaca sp. Sutra bombay Ditanam dalam pot sekitar MCU

16 Zephyrantes sp. Bawang brojol Kombinasi dengan rumput di sekitar ruang administrasi

Semak

1 Agave angustifolia Variegated carribean agave

Sebagai vocal point di sekitar koridor

2 Dracaena sp. Drasena Di sekitar ruang administrasi

3 Ixora sp Soka Menyebar di seluruh tapak sebagai

pembatas

4 Pandanus amaryllhifolius

Roxh. Pandan wangi

menggerombol di sekitar R. kebidanan

5 Pedilanthus tithymaloides Patah tulang Kurang terawat di sekitar R.Saraswati 6 Schefflera sp. Walisongo Baik ditanam di sekitar R. MCU 7 Cycas revoluta Sikas Menjadi vocal point di sekitar koridor 8 Cordyline sp. Hanjuang Sebagai tanaman pembatas

9 Acalypha macrophylla Teh-tehan Digunakan sebagai tanaman estetika Perdu

1 Cadiaeum Puring Tanaman estetika di sekitar masjid

2 Jatropha pandufolia Batavia/jatropa Kurang terawat di sekitar R. Kebidanan

3 Arundinaria pumila Bambu jepang Di sekitar ruang instalasi listrik, sebagai tanaman screen


(54)

36 Pohon

1 Ptychosperma

macarthurri Palem hijau

Sebagai tanaman estetika dan pembatas jalan setapak

2 Veithchia merilii Palem putri Sebagai pembatas jalan setapak 3 Acacia auriculiformis Akasia Tanaman peneduh dan konservasi

4 Areca catechu Pinang Tanaman pengarah

5 Mangifera indica mangga Tanaman peneduh dan konservasi 6 Samanea saman Ki hujan Tanaman peneduh dan konservasi

7 Durio zibethinus Durian Tanaman peneduh

8 Erythrina cristagali Dadap merah Tanaman peneduh dan konservasi 9 Roystonea regia Palem raja Tanaman pengarah

10 Potemia pinnata Matoa Tanaman peneduh dan konservasi

Tanaman di daerah sekitar masjid sebagian besar merupakan tanaman semak dan perdu rendah, penataannya cukup rapi, karena terdapat penjaga masjid yang khusus menjaga dan merawat area masjid dan sekitarnya (Gambar 17).

Gambar 17 . Kondisi ruang terbuka dan vegetasi

Carpenter et al. (1979) mengemukakan nilai fungsional vegetasi, antara lain adalah, adalah pengendali visual (screen), pengarah angin, modifikasi radiasi matahari dan suhu udara, pengendali kelembaban dan hujan, penyaring polutan, peredam kebisingan, pengendali erosi, penjaga habitat alami, dan estetika. Secara umum, fungsi yang dihadirkan oleh vegetasi dibagi menjadi tiga (Booth, 1990), yaitu fungsi konservasi lingkungan, fungsi struktural dan arsitektural, dan fungsi visual.


(55)

(56)

38

Lingkungan hijau (RTH) dapat berfungsi sebagai pelembut kesan keras dari struktur fisik, membantu manusia mengatasi tekanan-tekanan kebisingan, udara yang panas, polusi udara, serta pembentuk ruang yang terdiri dari bidang alas, dinding dan atap (Gambar 18).

Gambar 18. Berbagai nilai fungsional vegetasi Sumber : Carpenter et al, (1979)

Vegetasi di RSMM memiliki jenis spesies yang beragam dan dominasi yang rendah. Hal tersebut memberikan kesan yang kurang menyatu dan mengacaukan karaktertistik ruang-ruang. Untuk menciptakan karakteristik tiap ruang perlu diperhatikan jenis dan pola penanaman di tiap-tiap ruang yang akan dirancang (Gambar19).


(57)

Satwa

Satwa merupakan salah satu aspek biofisik yang membentuk karakter suatu tapak. Selain itu, keragaman jenis satwa juga mengindikasikan stabilitas ekosistem di suatu tapak (Gambar 20). Data satwa diperoleh dari pengecekan langsung di lapang, wawancara, dan studi pustaka. Spesies satwa yang terdapat pada RSMM, antara lain, adalah kucing (Felis cattus), burung gereja (Passer domesticus), burung puyuh (Cortunix c. japonica), kadal hijau (Lacerta viridis), kupu-kupu (Papilio polymnestor), lebah (Apis mellifera), Bunglon (Calotus jubatus), capung (Anax imperator), katak (Bufo melanostictus), ulat daun (Macrothylacia rubi), dan semut (Solenopsis spp). Habitat tersebut terbentuk karena di sekitar rumah sakit terdapat area Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagai penyangga kehidupan hewan-hewan tersebut.

Gambar 20. Satwa yang terdapat di tapak

Kualitas Visual Lanskap

Aspek pembentuk kualitas visual lanskap di RSMM adalah berupa pemandangan (view), akustik (sound), dan aroma. View pada tapak terbagi menjadi pemandangan yang baik (good view) dan pemandangan yang buruk (bad view). Pemandangan yang baik berada di sekitar masjid, dan di samping ruang medical check up. Sebagian besar pemandangan buruk karena pembuangan sampah yang tidak pada tempatnya oleh pengguna, hal ini diperparah oleh pengelola yang seolah memberikan kemudahan dengan membuat lubang-lubang sebesar 2 x 2 meter untuk pembuangan sampah sementara di tapak (Gambar 21).

Akustik pada tapak terbagi menjadi akustik yang baik (good sound) dan akustik yang buruk (bad sound). Akustik yang baik terdapat pada tapak di bagian tengah, yaitu masjid berupa pengajian dan kicauan burung yang ada di


(1)

(2)

(3)

(4)

RINGKASAN

JIBRIL SUSANTO, Perancangan Taman sebagai Penunjang Aktivitas Rumah Sakit di R.S. Dr. H. Marzoeki Mahdi, Bogor. Dibimbing oleh DR. IR. NURHAYATI H.S. ARIFIN, M.SC.

Rumah Sakit Dr.H. Marzoeki Mahdi (RSMM) merupakan salah satu rumah sakit di kota Bogor yang memiliki beberapa keistimewaan dibandingkan dengan rumah sakit yang lain. Sejak tahun 2005, luas area RSMM sekitar 57,2 Ha, dan yang telah termanfaatkan sebagai area terbangun seluas 3,4 Ha. Sisanya, sekitar 53,8 Ha masih merupakan area Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang belum termanfaatkan dengan baik. Dengan luasan yang cukup, RSMM berpotensi untuk membangun dan mengembangkan taman yang dapat menunjang setiap aktivitas yang ada di dalamnya.

Penelitian ini bertujuan merancang taman rumah sakit di RSMM yang mengakomodasi aktivitas penyembuhan pasien, baik bagi pengunjung, staf rumah sakit, dokter, maupun pasien itu sendiri. Optimalisasi penggunaaan ruang terbuka dapat mendukung terciptanya situasi yang kondusif untuk beraktivitas di rumah sakit. Tapak yang dipilih merupakan ruang terbuka yang terletak di tengah ruang terbangun dan menjadi pusat aktivitas rumah sakit dengan luas 20.183 m2.

Metode kerja yang digunakan adalah observasi langsung melalui survei lapang dan wawancara untuk mengakomodasi kebutuhan, persyaratan, dan peraturan rumah sakit. Selain observasi secara langsung, penghayatan terhadap tapak (feel of the land) untuk dapat menentukan suasana yang tepat untuk tapak. Tahapan desain yang digunakan adalah tahapan Proses Perenacanaan dan Perancangan yang dikemukakan oleh Gold (1980). Tahapan tersebut meliputi inventarisasi tapak untuk mengetahui karakteristik fisik, biofisik tapak dan sosial tapak, kemudian dianalisis dengan metode deskriptif untuk mengetahui potensi dan kendala di tapak. Selanjutnya masuk tahapan síntesis untuk kemudian dibuat konsep dan perencanaan tapak. Tahap terakhir dibuat desain taman yang dapat mengakomodasi aktivitas di rumah sakit, khususnya area sekitar tapak.

Kontur tanah di RSMM relatif datar dengan kemiringan 0-3% dan berada di ketinggian 230 mdpl. Jenis tanah di RSMM adalah latosol coklat kemerahan yang memiliki mengalami perubahan profil, gembur dan bersifat masam dengan pH (4,5-6,6). Area penelitian dikelilingi oleh ruang terbangun sehingga relatif terisolasi satu sama lain, hal ini menjadi kendala untuk mendesain kedua ruang tersebut sehingga menjadi suatu kesatuan yang baik. Ruang ini pula yang menjadi pemisah antar ruang sehingga mempersulit pengguna untuk mencapai ruang yang dituju lebih cepat. Solusi yang diambil adalah menghilangkan bangunan (koridor) pemisah ruang terbuka dan menciptakan bangunan (koridor) yang dapat menyatukan setiap ruang dengan baik.


(5)

RSMM telah memiliki ruang mesin penampungan air (Water Resevoir), terletak di bagian barat tapak, berbatasan dengan ruang klinik umum. Hal ini memudahkan rumah sakit untuk mengelola manajemen kebutuhan dan pembuangan air dari dan keluar RSMM.

Pola saluran drainase berupa aliran air permukaan (run off) di RTH mengikuti bentukan topografi pada tapak. Selain itu, terdapat saluran drainase buatan yang terbagi menjadi saluran drainase terbuka dan drainase tertutup. Saluran drainase tertutup berupa pipa-pipa saluran air dan saluran drainase terbuka berupa parit-parit yang terletak di sekeliling tapak dan sekeliling bangunan.

Vegetasi di tapak ini memiliki dua tujuan fungsional yang berbeda, tujuan pertama adalah vegetasi sebagai daerah hijau tegakan pohon, contoh tanaman tegakannya antara lain pohon mahoni (Swietenia mahogany Jacq), mangga

(Mangifera indica), dan durian (Durio zibethinus). Tujuan kedua sebagai tanaman

transisi untuk mengakomodasi berbagai aktivitas di RSMM. Vegetasi yang digunakan cukup beragam, dari golongan semak, hingga pohon besar. Tapak ini sebagian besar tertutupi oleh rumput paetan Axonopus compressus sebagai tanaman penutup tanah, dan untuk semak, sebagian besar yang digunakan tanaman Ixora sp,Acalypha macrophylla, dan Duranta sp.

Terdapat beberapa ruang yang dijadikan pertimbangan dalam penyusunan konsep. Ruang medical check up (MCU), kantin dan ruang administrasi berada tepat di tengah tapak, sehingga menjadi pusat pertemuan semua pihak dalam beraktivitas. Ruang Kejiwaan tersebar ke beberapa lokasi, dan beberapa diantaranya mengelilingi tapak. Hal ini memudahkan akses pasien ke tapak. Ruang Napza (terapi narkotika), ruang perinatologi, dan ruang direksi berada tepat menghadap tapak ini, sehingga berpotensi menciptakan suasana pemandangan natural dari luar ruangan.

Konsep dasar yang digunakan adalah desain taman yang dapat mendukung berbagai aktivitas di rumah sakit, terutama aktivitas yang bertujuan akhir untuk menunjang proses penyembuhan penyakit pada pasien. Taman ini diharapkan dapat menstimulir panca indera sebagai media untuk berinteraksi, yang pada akhirnya mempengaruhi pikiran dan persepsi orang (pengunjung) untuk mencapai ketenangan hati dan jiwa. Pada akhirnya, secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi semangat pasien untuk segera meraih kesehatan atau kesembuhan.

Konsep ruang yang diterapkan mengambil pola / bentuk daun pepaya

(Carica papaya). Daun pepaya memiliki pola pertulangan ruas daun utama yang

unik dengan pola menjari dan dapat dianalogikan sebagai lima pilar yang berhubungan dengan proses penyembuhan pasien di rumah sakit dan pentingnya keberadaan taman bagi RSMM. Lokasi area terbangun (ruang MCU, ruang administrasi, ruang kejiwaan, ruang kebidanan, dan ruang Napza) yang terpisah satu sama lain, dan penyebaran aktivitas di sekitar tapak memperkuat pola yang


(6)

digunakan. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, serta kesesuaiannya dengan konsep yang diterapkan, maka diperoleh penggunaan area (use area) dengan luas presentase ruang antara lain, ruang penerimaan (10%), ruang transisi (10%), ruang interaksi sosial (25%), ruang terapi (25%), ruang meditasi (10%), dan ruang ekspresi dan seni (20%).

Konsep sirkulasi dilakukan menghubungkan setiap ruang yang terpisah sehingga memudahkan akses dan aktivitas di tapak. Pola yang digunakan adalah pola linier, untuk menghubungkan beberapa ruang yang terpisah dan pola radial sebagai transisi dan pembentuk ruang utama di tapak. Jenis sirkulasi yang direncanakan dibagi menjadi tiga, yaitu sirkulasi utama tapak berupa koridor terbuka dengan lebar jalan 3 meter, sirkulasi alternatif tapak dengan material utama pembentuknya berupa paving block, dengan lebar bervariasi, dan sirkulasi kendaraan didesain dengan lebar 5 meter dengan material utama pembentuknya berupa aspal.

Pemilihan tanaman ditujukan untuk mendukung fungsi ruang dan desain tapak, serta lebih diutamakan pada jenis tanaman lokal agar memudahkan dalam pemeliharaan (low maintenance). Jenis tanaman yang dipilih merupakan tanaman yang dapat mendukung berbagai fungsi, antara lain fungsi terapi (fungsi aromaterapi) fungsi estetika (harmonisasi warna), dan fungsi ekologis (menjaga kesuburan tanah dan menyegarkan udara sekitar). Fasilitas yang didesain, antara lain, petak tanam sayur dan buah, gazebo (tenda) pemanenan , kafetaria, pergola, tempat duduk, boardwalks, rumah pembibitan, ruang pascapanen, kolam, area minioutbound, name sign, fasilitas sosial.

Produk yang dihasilkan berupa desain taman rumah sakit yang divisualisasikan melalui gambar siteplan, planting plan, gambar tampak dan potongan, dan perspektif keseluruhan taman, serta gambar detail bangunan dan fasilitas yang ada di tapak.