Teknik Observasi Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Observasi

Observasi atau pengamatan adalah pengamatan dengan menggunakan indra penglihatan. Adapun observasi dalam penelitian ini adalah observasi partisipasif dimana peneliti terjun langsung ke lapangan dalam melakukan kegiatan penelitian Soehartono, 1995: 65. Observasi penelitian ini dipergunakan untuk memperoleh data yang sebenarnya dalam mengamati Proses pembuatan teknik batik ikat celup di Permata Bunda dengan bentuk persoalan masalah yang mengamati pada motif parang bunga, motif wiru jumputan dan warna batik ikat celup Permata Bunda Peneliti berusaha datang lebih awal ke lapangan supaya bisa mengikuti kegiatan mulai dari awal sampai akhir, sehingga data yang dihasilkan lengkap dan akurat. Yang paling penting dalam teknik observasi ini adalah memahami dan menangkap bagaimana proses itu terjadi. Observasi dalam penelitian ini menggunakan observasi sistematis, yaitu dengan menggunakan pedoman observasi sebagai instrumennya. 2. Teknik Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pihak pewawancara interviewer yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara interviewee yang memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan. Menurut Lincoln dan Guba dalam Moleong, 2011: 186 maksud mengadakan wawancara antara lain: “Mengkonstruksi mengenal orang, kejadian, organisasi, perasaan, motifasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain kebulatan, merekonstruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang dialami masa lalu, memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang diharapkam untuk yang dialami pada masa yang akan datang, memverifikasi, mengubah dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain, baik manusia maupun bukan manusia triangulasi dan memverifikasi, mengubah dan memperluas konstruksi yang dikembangkan lagi sebagia pengecekan anggota”. Menurut Arikunto 1996: 227, secara garis besar ada dua macam pedoman dalam wawancara, yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Wawancara terstruktur yaitu wawancara yang pedoman wawancaranya disusun secara terperinci, sedangkan wawancara tidak terstruktur yaitu wawancara yang pedoman wawancaranya hanya memuat garis besar mengenai apa yang akan ditanyakan. Sebelum melakukan wawancara, terlebih dahulu menyiapkan pedoman wawancara dalam bentuk wawancara semi structured, dalam hal ini mula-mula menanyakan serentetan pertanyaan yang mudah terstruktur, kemudian satu per satu diperdalam dalam mengorek keterangan lebih lanjut. Dengan demikian jawaban yang diperoleh bisa meliputi semua variabel, dengan keterangan yang lengkap dan mendalam, sehingga wawancara berjalan secara efektif, artinya dalam kurun waktu yang sesingkat- singkatnya dapat diperoleh sebanyak-banyaknya informasi. Wawancara dilakukan dengan mengadakan pertemuan secara langsung dan terbuka melalui pertanyaan-pertanyaan yang telah dirancang sebelumnya, berulang-ulang kepada pihak Permata Bunda, Menuk Sayekti sebagai pemiliknya informasi yang didapat meliputi keterangan tentang proses pembuatan teknik ikat celup Permata Bunda serta motif dan warna yang ada. Selain informasi tersebut informasi lain didapat dari pegawai-pegawai yang lain untuk memperdalam informasi mengenai proses, motif, dan warna di Permata Bunda. Informasi tersebut yaitu seni bagian memola Srimulyati, Suwarti pegawai bagian proses pembuatan teknik jumputan, Nunik pegawai bagian proses pewarna batik. Sebelum melakukan wawancara, terlebih dahulu menyiapkan pokok bahasan yang meliputi motif dan warnanya. Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh informasi yang mendalam berkenaan dengan motif dan warna, sehingga peristiwa yang muncul dalam penelitian ini dapat diungkap, sehingga data yang diperoleh relevan dengan permasalahan. Bardasarkan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara kepada responden dan jawaban responden direkam atau dicatat dengan alat rekam MP4.

3. Teknik Dokumentasi