Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Manis (Zea mays Saccharata Sturt) terhadap Pemberian Limbah Kopi dan Tepung Darah Sapi

(1)

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN

JAGUNG MANIS (Zea mays Saccharata Sturt) TERHADAP

PEMBERIAN LIMBAH KOPI DAN

TEPUNG DARAH SAPI

SKRIPSI

OLEH :

BOSCO P. SIHOTANG 040301036

DEPARTEMEN BUBIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN

JAGUNG MANIS (Zea mays Saccharata Sturt) TERHADAP

PEMBERIAN LIMBAH KOPI DAN

TEPUNG DARAH SAPI

SKRIPSI

OLEH :

BOSCO P. SIHOTANG 040301036/BDP-AGRONOMI

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN BUBIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Judul Skripsi : Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Manis (Zea mays Saccharata Sturt) terhadap

Pemberian Limbah Kopi dan Tepung Darah Sapi Nama : Bosco P. Sihotang

NIM : 040301036 Program Studi : BDP – Agronomi

Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Ir. Meiriani, MP) (Ir. Sanggam Silitonga NIP : 131 996 180 NIP : 131 570 476

)

Mengetahui,

Ketua Departemen Budidaya Pertanian ( Ir. Edison Purba, Ph. D)


(4)

ABSTRAK

BOSCO P. SIHOTANG: Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Manis terhadap Pemberian Limbah Kopi dan Tepung Darah Sapi, dibimbing oleh MEIRIANI dan SANGGAM SILITONGA.

Pengaruh kombinasi limbah kopi dan tepung darah sapi terhadap pertumbuhan dan produksi jagung manis belum banyak diteliti di daerah ini. Untuk itu suatu penelitian telah dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian USU (± 25 m dpl) pada Mei – Juli 2009 menggunakan rancangan acak kelompok factorial 2 faktor yaitu dosis limbah kopi (0, 150, 300 dan 450 g per tanaman) dan dosis tepung darah sapi (0, 10, 20 dan 30 g per tanaman). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, jumlah klorofil daun, umur berbunga, umur panen, panjang tongkol, diameter tongkol, jumlah baris per tongkol, produksi per sampel dan produksi per plot.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa respons semua parameter pertumbuhan dan produksi nyata terhadap pemberian limbah kopi dan tepung darah sapi kecuali jumlah daun dan umur berbunga. Respons tinggi tanaman dan jumlah klorofil nyata terhadap interaksi kedua perlakuan.


(5)

ABSTRACT

BOSCO P. SIHOTANG: Response in Growth and Production of Sweet Corn Plant to the addition of Coffea Heap and Cow Blood Meal, supervised by MEIRIANI and SANGGAM SILITONGA.

The combination effect of coffea heap and cow blood meal on growth and production of sweet corn plant have not been researched enough in this region. Therefore, a research had been conducted at experimental field of College of Agriculture USU (± 25 m dpl) in Mei-Juli 2009 using factorial randomized block design with two factors, i.e. doses of coffea heap (0, 150, 300 and 450 g per plant) and doses of cow blood meal (0, 10, 20 and 30 g per plant). Parameters measured were plant height, stem diameter, leaves number, leaves chlorofil number, age of flowering, age of harvesting, knob length, knob diameter, the number of row per knob, production per sample and production per plot.

The results showed that response of all parameters growth and production have significant on addition of coffea heap and cow blood meal except the leaves number and age of flower. Response of plant height and leaves chlorofil number have significant on the interaction of the two factors.


(6)

RIWAYAT HIDUP

Bosco P. Sihotang dilahirkan di Medan pada tanggal 26 Mei 1985, anak kedua dari 4 bersaudara, putra ayahanda J. Sihotang dan ibunda R. Sijabat.

Tahun 2004 penulis lulus dari SMU Negeri 15 Medan. Terdaftar sebagai mahasiswa Agronomi Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan pada tahun 2004 melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten mata kuliah Dasar Agronomi (pada tahun ajaran 2006/2007 dan 2007/2008), mengikuti kegiatan organisasi HIMADITA. Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di UPT BBI Kutagadung Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara Berastagi pada bulan Juni – Juli 2008.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul” Respons Pertumbuhan dan Produksi Jagung Manis (Zea mays Saccharata Sturt.) Terhadap Pemberian Limbah Kopi dan Tepung Darah Sapi” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. Meiriani, MP selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Sanggam Silitonga selaku anggota komisi pembimbing yang telah

memberikan bimbingan selama persiapan penelitian hingga penulisan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada ayahanda J. Sihotang dan ibunda R. Sijabat atas sumbangan materil dan morilnya.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun guna kesempurnaan penulisan skripsi ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, Oktober 2010


(8)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ... 4

Syarat Tumbuh ... 6

Iklim ... 6

Tanah ... 7

Limbah Kopi ... 8

Tepung Darah Sapi ... 9

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 11

Bahan dan Alat ... 11

Metode Penelitian ... 11

Metode Analisis Data ... 13

Pengamatan Parameter ... 14

Tinggi tanaman (cm) ... 14

Diameter batang (mm) ... 14

Jumlah daun (helai) ... 14

Jumlah klorofil daun (butir/mm2) ... 14

Umur berbunga (hari) ... 14

Umur panen (hari)... 14

Panjang tongko l (cm) ... 15

Diameter tongkol (mm) ... 15

Jumlah baris per tongkol (baris) ... 15

Produksi per sampel (g) ... 15

Produksi per plot (g) ... 15


(9)

Persiapan lahan ... 15

Persiapan media tanam ... 15

Pengapuran ... 15

Aplikasi limbah kopi dan tepung darah ... 15

Penanaman ... 17

Pemupukan ... 17

Penyiraman ... 17

Penyiangan ... 17

Penyiangan ... 17

Penjarangan ... 17

Pengendalian hama dan penyakit ... 17

Panen ... 18

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 19

Pembahasan... 41

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 49

Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Hal 1. Kandungan zat gizi jagung manis ... 1 2. Tinggi tanaman (cm) jagung manis umur 6 MST pada pemberian

berbagai dosis limbah kopi dan tepung darah sapi ... 19 3. Diameter batang (mm) jagung manis umur 6 MST pada pemberian

berbagai dosis limbah kopi dan tepung darah sapi ... 22 4. Jumlah daun (helai) jagung manis umur 6 MST pada pemberian

berbagai dosis limbah kopi dan tepung darah sapi ... 24 5. Jumlah klorofil daun (butir/mm2) jagung manis pada pemberian

berbagai dosis limbah kopi dan tepung darah sapi ... 25 6. Umur berbunga (hari) jagung manis pada pemberian berbagai

dosis limbah kopi dan tepung darah sapi... 28 7. Umur panen (hari) jagung manis pada pemberian berbagai dosis

limbah kopi dan tepung darah sapi ... 29 8. Panjang tongkol (cm jagung manis pada pemberian berbagai

dosis limbah kopi dan tepung darah sapi ... 31 9. Diameter tongkol (mm) jagung manis pada pemberian berbagai

dosis limbah kopi dan tepung darah sapi... 33 10.Jumlah baris per tongkol (baris) jagung manis pada pemberian

berbagai dosis limbah kopi dan tepung darah sapi ... 35 11.Produksi per sampel (g) jagung manis pada pemberian berbagai

dosis limbah kopi dan tepung darah sapi... 37 12.Produksi per plot (g) jagung manis pada pemberian berbagai


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal.

1. Data pengamatan tinggi tanaman 2 MST (cm) ... 52

2. Daftar sidik ragam data pengamatan tinggi tanaman 2 MST ... 52

3. Data pengamatan tinggi tanaman 4 MST (cm) ... 53

4. Daftar sidik ragam data pengamatan tinggi tanaman 4 MST ... 53

5. Data pengamatan tinggi tanaman 6 MST (cm) ... 54

6. Daftar sidik ragam data pengamatan tinggi tanaman 6 MST ... 55

7. Data pengamatan diameter batang 2 MST (cm) ... 56

8. Daftar sidik ragam data pengamatan diameter batang 2 MST ... 56

9. Data pengamatan diameter batang 4 MST (cm) ... 57

10. Daftar sidik ragam data pengamatan diameter batang 4 MST ... 57

11. Data pengamatan diameter batang 6 MST (cm) ... 58

12. Daftar sidik ragam data pengamatan diameter batang 6 MST ... 58

13. Data pengamatan jumlah daun 2 MST (helai) ... 59

14. Daftar sidik ragam data pengamatan jumlah daun 2 MST ... 59

15. Data pengamatan jumlah daun 4 MST (helai) ... 60

16. Daftar sidik ragam data pengamatan jumlah daun 4 MST ... 60

17. Data pengamatan jumlah daun 6 MST (helai) ... 61

18. Daftar sidik ragam data pengamatan jumlah daun 6 MST ... 61

19. Data pengamatan jumlah klorofil daun (butir/mm2) ... 62

20. Daftar sidik ragam data pengamatan jumlah klorofil daun ... 63

21. Data pengamatan umur berbunga (hari) ... 64


(12)

23. Data pengamatan umur panen (hari) ... 65

24. Daftar sidik ragam data pengamatan umur panen... 65

25. Data pengamatan panjang tongkol (cm) ... 66

26. Daftar sidik ragam data pengamatan panjang tongkol ... 66

27. Data pengamatan diameter tongkol (mm) ... 67

28. Daftar sidik ragam data pengamatan diameter tongkol ... 67

29. Data pengamatan jumlah baris per tongkol (baris) ... 68

30. Daftar sidik ragam data pengamatan jumlah baris per tongkol ... 68

31. Data pengamatan produksi per sampel (g) ... 69

32. Daftar sidik ragam data pengamatan produksi per sampel ... 69

33. Data pengamatan produksi per plot (g) ... 70

34. Daftar sidik ragam data pengamatan produksi per plot ... 70

35. Rangkuman uji beda rataan ... 71

36. Bagan penelitian... 72

37. Plot penelitian ... 73

38. Jadwal kegiatan penelitian ... 74

39. Foto lahan penelitian ... 75

40. Foto limbah kopi ... 76

41. Foto tepung darah sapi ... 78

42. Hasil analisis tanah... 79

43. Hasil analisis limbah kopi ... 80

44. Hasil analisis tepung darah sapi ... 81


(13)

DAFTAR GAMBAR

Hal 1. Hubungan antara tinggi tanaman 6 MST dengan pemberian limbah kopi

pada pemberian tepung darah sapi ... 20

2. Hubungan antara tinggi tanaman 6 MST dengan pemberian tepung darah sapi pada pemberian limbah kopi ... 21

3. Hubungan antara diameter batang dengan pemberian limbah kopi ... 23

4. Hubungan antara diameter batang dengan pemberian tepung darah sapi ... 24

5. Hubungan antara jumlah klorofil daun dengan pemberian limbah kopi pada pemberian tepung darah sapi ... 26

6. Hubungan antara jumlah klorofil daun dengan pemberian tepung darah sapi pada pemberian limbah kopi ... 27

7. Hubungan antara umur panen dengan pemberian limbah kopi ... 30

8. Hubungan antara umur panen dengan pemberian tepung darah sapi... 30

9. Hubungan antara panjang tongkol dengan pemberian limbah kopi... 32

10. Hubungan antara panjang tongkol dengan pemberian tepung darah sapi ... 32

11. Hubungan antara diameter tongkol dengan pemberian limbah kopi ... 34

12. Hubungan antara diameter tongkol dengan pemberian tepung darah sapi ... 34

13. Hubungan antara jumlah baris per tongkol dengan pemberian limbah kopi ... 36

14. Hubungan antara jumlah baris per tongkol dengan pemberian tepung darah sapi ... 36

15. Hubungan antara produksi per sampel dengan pemberian limbah kopi ... 38

16. Hubungan antara produksi per sampel dengan pemberian tepung darah sapi . 38 17. Hubungan antara produksi per plot dengan pemberian limbah kopi ... 40


(14)

ABSTRAK

BOSCO P. SIHOTANG: Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Manis terhadap Pemberian Limbah Kopi dan Tepung Darah Sapi, dibimbing oleh MEIRIANI dan SANGGAM SILITONGA.

Pengaruh kombinasi limbah kopi dan tepung darah sapi terhadap pertumbuhan dan produksi jagung manis belum banyak diteliti di daerah ini. Untuk itu suatu penelitian telah dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian USU (± 25 m dpl) pada Mei – Juli 2009 menggunakan rancangan acak kelompok factorial 2 faktor yaitu dosis limbah kopi (0, 150, 300 dan 450 g per tanaman) dan dosis tepung darah sapi (0, 10, 20 dan 30 g per tanaman). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, jumlah klorofil daun, umur berbunga, umur panen, panjang tongkol, diameter tongkol, jumlah baris per tongkol, produksi per sampel dan produksi per plot.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa respons semua parameter pertumbuhan dan produksi nyata terhadap pemberian limbah kopi dan tepung darah sapi kecuali jumlah daun dan umur berbunga. Respons tinggi tanaman dan jumlah klorofil nyata terhadap interaksi kedua perlakuan.


(15)

ABSTRACT

BOSCO P. SIHOTANG: Response in Growth and Production of Sweet Corn Plant to the addition of Coffea Heap and Cow Blood Meal, supervised by MEIRIANI and SANGGAM SILITONGA.

The combination effect of coffea heap and cow blood meal on growth and production of sweet corn plant have not been researched enough in this region. Therefore, a research had been conducted at experimental field of College of Agriculture USU (± 25 m dpl) in Mei-Juli 2009 using factorial randomized block design with two factors, i.e. doses of coffea heap (0, 150, 300 and 450 g per plant) and doses of cow blood meal (0, 10, 20 and 30 g per plant). Parameters measured were plant height, stem diameter, leaves number, leaves chlorofil number, age of flowering, age of harvesting, knob length, knob diameter, the number of row per knob, production per sample and production per plot.

The results showed that response of all parameters growth and production have significant on addition of coffea heap and cow blood meal except the leaves number and age of flower. Response of plant height and leaves chlorofil number have significant on the interaction of the two factors.


(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jagung manis adalah sayuran yang disukai karena rasanya enak, kandungan karbohidrat, protein, vitamin serta kadar gulanya relatif tinggi tetapi kandungan lemaknya rendah. Selain untuk sayuran, jagung manis dikonsumsi setelah direbus atau dibakar. Kandungan gizi jagung manis tiap 100 gr bahan disajikan pada tabel 1 (Iskandar, 2008).

Tabel 1. Kandungan Zat gizi jagung manis

No Zat gizi (tiap 100 gr bahan) Jagung manis

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Energi (cal) Protein (gr) Lemak (gr) Karbohidrat (gr) Kalsium (mg) Fosfor (mg) Besi (mg) Vitamin A (SI) Vitamin B (mg) Vitamin C (mg) Air (gr) 96.0 3,5 1.0 22.8 3.0 111 0.7 400 0.15 12.0 72.7

Untuk meningkatkan produksi diperlukan pemupukan. Pupuk yang ditambahkan dapat berupa pupuk organik atau pupuk anorganik. Sebagian besar petani di Indonesia ternyata masih banyak yang menggunakan pupuk anorganik. Hal ini dikarenakan pada penggunaannya yang praktis dan hasil panen yang memuaskan (Simamora dan Salundik, 2006).

Sementara ketersediaan pupuk anorganik di pasar, sering menjadi kendala bagi petani. Salah satu penyebabnya adalah pendistribusian yang tidak tepat waktu. Harga bahan baku yang relatif mahal mengakibatkan harga pupuk


(17)

anorganik juga relatif mahal. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan menggunakan pupuk organik (Simamora dan Salundik, 2006).

Pupuk organik mempunyai beberapa keunggulan, yaitu dapat meningkatkan kandungan bahan organik di dalam tanah, memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kapasitas tukar kation tanah, meningkatkan aktivitas kehidupan biologi tanah dan meningkatkan ketersediaan hara di dalam tanah. Pupuk organik mengandung asam humus yang membantu membebaskan unsur-unsur yang terikat, sehingga mudah diserap oleh tanaman. Pupuk organik terdiri pupuk kandang, pupuk hijau, guano, night soil, tepung tulang, tepung ikan dan tepung darah (Hasibuan, 2006).

Limbah kopi adalah salah satu jenis bahan organik yang merupakan limbah dari hasil pemanenan kopi oleh petani. Ketersediaan limbah kopi cukup melimpah sebagai hasil sampingan pemanenan kopi oleh petani. Tanaman kopi seluas 1 ha dapat memproduksi limbah segar sekitar 1,8 ton setara dengan produksi tepung limbah 630 kg. Di provinsi Bali produk limbah kopi mencapai sekitar 21.000 ton. Jika limbah ini tidak dikelola dengan baik dapat menjadi sumber masalah baru bagi lingkungan, diantaranya bau busuk yang menyengat, menjadi inang bagi perkembangan hama dan penyakit serta jamur yang dapat menjadi masalah bagi tanaman. Oleh karena itu perlu pengelolaan yang baik untuk mengatasi permasalahan tersebut, diantaranya pemanfaatan limbah tersebut sebagai bahan organik yang dapat menambah ketersediaan hara dalam tanah

Limbah peternakan juga dapat digunakan sebagai sumber unsur hara tanaman. Tepung darah merupakan limbah atau buangan dari rumah potong


(18)

hewan (RPH). Di Indonesia, tepung darah belum banyak diproduksi sedangkan di negara-negara maju, sisa-sisa rumah potong ini sudah diolah sedemikian rupa sehingga menjadi pupuk yang bernilai cukup tinggi. Tepung darah adalah sumber hara N dengan kandungan hara adalah 12-14% N dan 2-3% P (Hasibuan, 2006).

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis melakukan penelitian mengenai “Respon Pertumbuhan dan Produksi Jagung Manis (Zea mays Saccharata Sturt.)

terhadap Pemberian Limbah Kopi dan Tepung Darah Sapi”.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui respons pertumbuhan dan produksi jagung manis (Zea mays Saccharata Sturt.) terhadap pemberian limbah kopi dan tepung

darah sapi”.

Hipotesis Penelitian

Ada perbedaan respon yang nyata pada pertumbuhan dan produksi jagung manis (Zea mays Saccharata Sturt.) akibat perbedaan dosis limbah kopi dan tepung darah sapi serta interaksi kedua perlakuan tersebut.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan diharapkan berguna untuk pihak-pihak yang berkepentingan dalam budidaya jagung manis (Zea mays Saccharata Sturt.).


(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Pada saat jagung berkecambah, akar tumbuh dari calon akar yang berada dekat ujung biji yang menempel pada janggel, kemudian memanjang dengan diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai dengan 10 hari, akar yang sebenarnya mulai tumbuh. Akar tersebut bersifat permanen dan tumbuh kurang lebih 2,5 cm dari permukaan tanah. Akar adventif merupakan bentukan akar lain yang tumbuh dari pangkal batang, di atas

permukaan tanah kemudian menembus dan masuk ke dalam tanah (Suprapto dan Marzuki, 2005).

Batang tanaman jagung manis beruas – ruas dengan jumlah ruas bervariasi antara 10-40 ruas. Tanaman jagung umumnya tidak bercabang kecuali pada jagung manis sering tumbuh beberapa cabang (anakan) yang muncul pada pangkal batang. Panjang batang jagung berkisar antara 60 cm-300 cm atau lebih tergantung tipe dan jenis jagung. Ruas bagian batang atas berbentuk silindris dan

ruas-ruas batang bagian bawah berbentuk bulat agak pipih ( Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Daun terdiri atas pelepah daun dan helaian daun. Helaian daun memanjang dengan ujung meruncing dengan pelepah-pelepah daun yang berselang-seling yang berasal dari setiap buku. Daun-daunnya lebar serta relatif panjang. Daunnya berkisar 10 – 20 helai tiap tanaman. Epidermis daun bagian atas biasanya berambut halus. Kemiringan daun sangat bervariasi antar genotip dan kedudukan


(20)

daun yang berkisar dari hampir datar sampai tegak (Fisher dan Goldsworthy, 1996).

Tanaman jagung manis termasuk monoceous, tetapi bunga jantan dan betina letaknya terpisah. Bunga jantan dalam bentuk malai terletak di pucuk tanaman, sedang bunga betina sebagai tongkol yang terletak kira-kira pada pertengahan tinggi batang. Tepung sari dihasilkan malai 1-3 hari sebelum rambut tongkol keluar, rambut tongkol ini berfungsi sebagai kepala putik dan tangkai putik. Tepung sari mudah diterbangkan angin. Dari satu malai dapat menghasilkan 250 juta tepung sari. Tepung sari ini akan menyerbuki rambut tongkol. Apabila dalam satu tongkol terdapat 500 rambut tongkol maka inilah yang akan diserbuki sehingga diperoleh 500 biji dalam satu tongkol dari hasil penyerbukan. Karena letak bunga terpisah dan tepung sari mudah diterbangkan angin maka pembuahan berasal dari tanaman tetangga. Hal ini dikenal dengan penyerbukan silang. Pada tanaman jagung penyerbukan silang sebesar 95 % (Poehlman, 1987).

Biji jagung berkeping tunggal, berderet rapi pada tongkolnya. Pada setiap tanaman jagung ada satu tongkol , kadang-kadang ada yang dua. Setiap tongkol terdapat 10-14 deret biji jagung yang terdiri dari 200-400 butir biji jagung (Suprapto dan Marzuki, 2005).


(21)

Syarat Tumbuh Iklim

Tanaman jagung manis berasal dari daerah tropis, tetapi karena banyak tipe dan variasi sifat-sifat yang dimilikinya, jagung manis dapat tumbuh baik pada berbagai iklim. Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung manis adalah daerah-daerah beriklim sedang hingga daerah beriklim sub tropis atau tropis basah. Jagung manis dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 0o -50o lintang utara hingga 0o-40o lintang selatan (Tobing, dkk, 1995).

Jagung manis sebagai tanaman daerah tropis dapat tumbuh subur dan memberikan hasil yang tinggi apabila tanaman dan pemeliharaannya dilakukan dengan baik .Agar tumbuh dengan baik, tanaman jagung memerlukan temperatur rata-rata antara 14-30 0C, pada daerah yang ketinggian sekitar 2200 m di atas permukaan laut (dpl), dengan curah hujan sekitar 600 mm-1200 mm per tahun yang terdistribusi rata selama musim tanam (Kartasapoetra, 1987).

Perkembangan tanaman dan pembungaan dipengaruhi oleh panjang hari dan suhu, pada hari pendek tanaman lebih cepat berbunga. Banyak kultivar tropika tidak akan berbunga di wilayah iklim sedang sampai panjang hari berkurang hingga kurang dari 13 atau 12 jam. Pada hari panjang, tipe tropika ini tetap vegetatif dan kadang-kadang dapat mencapai tinggi 5-6 m sebelum tumbuh bunga jantan. Namun pada hari yang sangat pendek (8 jam) dan suhu kurang dari 200C juga menunda pembungaan. Ketika ditanam pada kondisi hari pendek pada

daerah iklim sedang kultivar tropika cenderung berbunga lebih awal (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).


(22)

Tanah

Jagung manis tumbuh baik pada tanah dengan pH antara 6,5 sampai 7,0 ,tetapi masih cukup toleran pada tanah dengan tingkat kemasaman yang relatif tinggi, dan dapat beradaptasi pada keracunan Al (Thompson and Kelly, 1957).

Tanah yang sesuai adalah tanah dengan tekstur remah, karena tanah tersebut bersifat porous sehingga memudahkan perakaran pada tanaman jagung. Jagung dapat tumbuh pada berbagai macam jenis tanah. Tanah lempung berdebu adalah yang paling baik bagi pertumbuhannya. Tipe tanah liat masih dapat ditanami jagung, tetapi dengan pengerjaan tanah lebih sering selama pertumbuhannya, sehingga aerase dalam tanah berlangsung dengan baik. Air tanah yang berlebihan dibuang melalui saluran pengairan yang dibuat diantara barisan jagung

Jagung umumnya ditanam di dataran rendah, di lahan sawah tadah hujan maupun sawah irigasi, tetapi terdapat juga di daerah dataran tinggi pada ketinggian 1000 m - 1800 m di atas permukaan laut. Tanah dengan kemiringan sampai 8% masih dapat ditanami jagung dengan arah barisan tegak lurus terhadap miringnya tanah, dengan maksud untuk mencegah erosi yang terjadi pada waktu turun hujan besar. Tanah lempung berdebu adalah yang paling baik bagi pertumbuhannya


(23)

Limbah Kopi

Limbah kopi merupakan salah satu contoh pupuk organik. Pupuk organik merupakan pupuk dengan bahan dasar yang diambil dari alam dengan jumlah dan jenis unsur hara yang terkandung secara alami. Dalam pemberian pupuk untuk tanaman, ada beberapa hal yang harus diingat, yaitu ada tidaknya pengaruh terhadap perkembangan sifat tanah (fisik, kimia maupun biologi) yang merugikan serta ada tidaknya gangguan keseimbangan unsur hara dalam tanah yang akan berpengaruh terhadap penyerapan unsur hara tertentu oleh tanaman (Musnawar, 2007).

Pupuk organik secara fisik ada dua macam yaitu pupuk organik padat dan pupuk organik cair. Pupuk organik padat lebih umum digunakan karena berkaitan dengan ketersediaan dan cara penggunaannya. Pupuk organik padat termasuk pupuk yang kandungan unsur haranya dilepaskan secara perlahan - lahan. Penggunaan pupuk organik dapat memberikan beberapa manfaat yaitu menyediakan unsur hara makro dan mikro bagi tanaman, menggemburkan tanah, memperbaiki tekstur dan struktur tanah, meningkatkan porositas, aerase dan komposisi mikroorganisme tanah, memudahkan pertumbuhan akar tanaman, daya serap air yang lebih lama pada tanah. Pelepasan unsur hara pupuk organik berbeda dengan pupuk kimia, pelepasan unsur hara organik akan semakin baik apabila dibantu dengan aktivitas mikroorganisme (Isnaini, 2006).

Dekomposisi limbah kopi adalah modifikasi yang terjadi secara biologis pada struktur kimia atau biologi bahan organik dengan kehadiran oksigen. Dalam proses ini benyak koloni bakteri yang berperan, yang ditandai dengan adanya perubahan temperatur. Hasil dari dekomposisi bahan organik secara aerobik


(24)

adalah CO2, H2O, humus dan energi. Hasil dari proses dekomposisi secara aerobik

berupa bahan kering dengan kelembapan 30%-40% (Djuardani dkk, 2005).

Pulpa buah kopi menghasilkan bahan organik dengan kualitas terbaik. Untuk mencapai nisbah C/N<15 untuk pulpa kopi sebagai bahan mentah hanya 4 minggu dibandingkan kulit tanduk kopi yang memerlukan lebih dari 8 minggu. Limbah kulit buah kopi memiliki kadar bahan organik dan unsur hara yang memungkinkan untuk memperbaiki tanah. Hasil analisis Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara menunjukkan bahwa kadar C-organik kulit buah kopi adalah 22,54%, kadar nitrogen 1,88%, P205 0,63% dan K20 0,88%.

Selain itu kulit buah kopi juga mengandung unsur Ca, Mg, Mn, Fe, Cu, dan Zn.

Tepung Darah Sapi

Limbah darah hewan dari Rumah Pemotongan Hewan (RPH) seringkali pemanfaatannya tidak maksimal atau terbuang percuma begitu saja, padahal 3,5 – 7% dari berat tubuh hewan adalah darah. Limbah RPH tersebut sebenarnya masih memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi. Bukan untuk dikonsumsi, tetapi diolah menjadi tepung darah dan digunakan sebagai pakan ternak ataupun pupuk tanaman (Wiyono, 2007).

Menurut Nuranto (2008) tepung darah sapi memiliki kandungan protein tinggi dan kandungan nitrogen alami. Tepung darah mempunyai jumlah asam amino yang tinggi dengan jenis yang berbeda-beda. Tepung darah menduduki peringkat pertama dalam kelengkapan asam amino atau dengan kata lain tepung darah adalah sumber protein terbaik dalam pakan ternak dan dapat diaplikasikan


(25)

pada tanaman sebagai pupuk Nitrogen. Unsur nitrogen memiliki peranan penting dalam pertumbuhan tanaman terutama pada fase vegetatif dan pembentukan klorofil, lemak, enzim dan persenyawaan lainnya. Tepung darah sapi murni merupakan pupuk organik nitrogen yang sangat baik untuk pertumbuhan tanaman seperti mawar, bunga Caladium, jenis pohon-pohonan, dan lain – lain (Kurnia, 2008).

Tepung darah memiliki kandungan unsur nitrogen (N) dan sedikit fosfor (P). Menurut hasil analisis Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara tepung darah sapi memiliki kandungan nitrogen 12,18%, P205 5,28%, K20 0,15%

dan C-organik 19,01% (terlampir). Jika dicampurkan dengan kompos bisa meningkatkan unsur hara N dalam kompos (Murbandono, 2000).


(26)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian + 25 m dpl mulai bulan Mei 2009 sampai dengan Agustus 2009.

Bahan dan Alat

Bahan–bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih jagung manis varietas sweet boy, tepung darah sapi, limbah kopi, kapur dolomit, pupuk P (SP-36) dan pupuk K (KCl), polybag, topsoil, insektisida dengan bahan aktif metomil 25%, fungisida mankozeb 80%.

Alat–alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, gembor, timbangan, meteran, jangka sorong, kantong plastik, pacak sampel, papan nama, kalkulator, alat tulis dan alat-alat lain yang mendukung penelitian ini.

Metode Penelitian

Rancangan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor perlakuan dan 3 ulangan, yaitu:

Faktor I : Limbah Kopi (L) dengan 4 taraf perlakuan yaitu : L0 = 0 g/tanaman

L1 = 150 g/tanaman

L2 = 300 g/tanaman

L3 = 450 g/tanaman


(27)

T0 = 0 g/tanaman

T1 = 10 g/tanaman

T2 = 20 g/tanaman

T3 = 30 g/tanaman

Sehingga diperoleh kombinasi perlakuan sebanyak 16 kombinasi yaitu : L0T0 L1T0 L2T0 L3T0

L0T1 L1T1 L2T1 L3T1

L0T2 L1T2 L2T2 L3T2

L0T3 L1T3 L2T3 L3T3

Jumlah ulangan = 3 ulangan

Jumlah plot = 48 plot

Jumlah tanaman/plot = 4 tanaman

Jumlah sampel/plot = 3 tanaman

Jumlah seluruh tanaman = 192 tanaman Jumlah seluruh tanaman sampel = 144 tanaman

Jarak antar plot = 50 cm

Jarak antar blok = 70 cm

Luas Plot = 180 cm x 60 cm


(28)

Data hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam dengan model linier sebagai berikut :

Yijk = µ + ρi + αj + βk + (αβ) jk +

ε

ijk

Dimana :

Yijk = hasil pengamatan blok ke-i dengan perlakuan limbah kopi pada taraf ke- j dan tepung darah sapi pada taraf ke-k.

µ = Nilai tengah perlakuan. ρi = Pengaruh blok ke- i.

αj = Pengaruh limbah kopi pada taraf ke- j. βk = Pengaruh tepung darah sapi pada taraf ke- k.

(αβ)jk = Pengaruh interaksi antara limbah kopi pada taraf ke-j dan tepung darah sapi pada taraf ke- k.

ε

ijk = Pengaruh galat percobaan blok ke- i yang mendapat perlakuan limbah kopi ke-j dengan tepung darah sapi pada taraf ke-k.

Data hasil penelitian pada perlakuan yang berpengaruh nyata dilanjutkan

dengan uji beda rataan yaitu uji Duncan dengan taraf 5% (Gomez dan Gomez, 1995)


(29)

Tinggi tanaman (cm)

Tinggi tanaman mulai diukur dari leher akar sampai ujung daun tertinggi dengan menggunakan meteran. Pengukuran dilakukan pada saat tanaman berumur 2 MST dengan interval 2 minggu sekali sampai muncul bunga jantan 75%, yaitu hingga umur 7 MST.

Diameter batang (mm)

Pengukuran diameter batang dilakukan pada saat tanaman berumur 2 MST dengan interval dua minggu sekali sampai muncul bunga jantan 75%, yaitu hingga umur 7 MST. Pengukuran diameter batang dilakukan sebanyak 2 kali dari sisi yang berbeda.

Jumlah daun (helai)

Jumlah daun dihitung pada saat tanaman berumur 2 MST dengan interval dua minggu sekali sampai muncul bunga jantan 75%, yaitu hingga umur 7 MST.

Jumlah klorofil daun (butir/mm2)

Pengukuran jumlah klorofil daun dilakukan dengan menggunakan alat klorofil meter. Pengukuran ini dilakukan pada saat telah muncul bunga jantan 75 %, yaitu pada umur 7 MST.

Umur berbunga (hari)

Umur berbunga ditetapkan bila tanaman sampel telah mengeluarkan bunga jantan.

Umur panen (hari)

Umur panen tanaman dihitung pada saat tanaman telah menunjukkan kriteria panen.


(30)

Panjang tongkol diukur mulai dari pangkal tongkol sampai ujung tongkol dengan menggunakan mistar, setelah kelobot dikupas.

Diameter tongkol (mm)

Diameter tongkol diukur pada 3 bagian tongkol, yaitu bagian pangkal, tengah dan ujung tongkol dengan menggunakan jangka sorong setelah kelobot dikupas. Hasil pengukuran dijumlahkan kemudian dibagi tiga.

Jumlah baris per tongkol (baris)

Penghitungan jumlah baris per tongkol dilakukan dengan menghitung banyaknya baris pada tongkol.

Produksi per sampel (g)

Produksi per sampel dilakukan setelah jagung dipanen dan kelobot dikupas. Tongkol tiap sampel ditimbang dengan menggunakan timbangan.

Produksi per plot (g)

Produksi per plot dilakukan setelah jagung dipanen dan kelobot dikupas. Tongkol tiap tanaman dalam satu plot ditimbang dengan menggunakan timbangan.


(31)

Persiapan lahan

Areal pertanaman yang digunakan, dibersihkan dari gulma dan sampah-sampah. Dibuat plot-plot percobaan dengan ukuran 180 cm x 60 cm, parit pembatas blok dengan ukuran 70 cm dan parit pembatas plot dengan ukuran 50 cm.

Persiapan media tanam

Media tanam yang digunakan adalah tanah top soil. Sebelum dimasukkan ke dalam polybag, media terlebih dahulu dibersihkan dari sampah atau kotoran lain, kemudian media yang telah bersih dikeringanginkan.

Pengapuran

Sebelum pengapuran, terlebih dahulu pH awal tanah top soil dianalisis, kemudian dihitung kebutuhan kapur dengan menggunakan metode kurva Ca(OH)2. Kapur yang digunakan adalah dolomit dengan dosis 1,163 kg per

tanaman yang diaplikasikan 1 minggu sebelum aplikasi limbah kopi dan tepung darah sapi.

Aplikasi limbah kopi dan tepung darah

Limbah kopi yang diaplikasikan adalah limbah kopi yang berasal dari kulit luar yang telah terdekomposisi selama 2 minggu dengan bentuk berwarna kehitaman. Tepung darah yang diaplikasikan adalah tepung darah yang telah memiliki C/N yang rendah, yaitu dibawah 10. Pengaplikasian tepung darah dan limbah kopi dilakukan 2 minggu sebelum tanam dengan cara mencampur rata dengan media tanam sesuai dengan kombinasi perlakukan. Limbah kopi, tepung darah dan top soil dimasukkan ke dalam polybag sampai batas 10 cm dari atas polybag.


(32)

Pada setiap polybag yang telah disiapkan, dilakukan pembuatan lubang tanam dengan cara menugal sedalam 3–5 cm. Setiap lubang ditanam dua biji jagung lalu ditutup dengan tanah.

Pemupukan

Pemupukan dilakukan hanya sebagai pupuk dasar yaitu dengan dosis 100 Kg P2O5/ha atau 4 gr/tanaman dan 50 Kg K2O/ha atau 1,5 gr/tanaman

diberikan pada saat tanam..

Penyiraman

Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor, dilakukan dua kali sehari, setiap pagi dan sore hari namun disesuaikan dengan kondisi di lapangan.

Penyiangan

Penyiangan areal penanaman dilakukan dengan cara manual dan dengan menggunakan cangkul. Pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi di lapangan.

Penjarangan

Penjarangan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 MST, dengan cara memotong satu tanaman yang pertumbuhannya kurang baik dengan pisau. Di setiap polybag ditinggalkan satu tanaman yang pertumbuhannya jagur.

Pengendalian hama dan penyakit

Pengendalian hama dilakukan dengan menyemprotkan insektisida dengan bahan aktif metomil 25% dengan konsentrasi 2 gr/l air, sedangkan pengendalian penyakit dilakukan dengan penyemprotan fungisida berbahan aktif mankozeb 80% dengan konsentrasi 1 gr/l air. Pengendalian disesuaikan dengan kondisi di lapangan.


(33)

Panen

Panen dilakukan pada saat umur tanaman 65 hari setelah tanam dan telah menunjukkan kriteria panen yaitu rambut tongkol berwarna kecoklatan dan kelobot berwarna kuning dan jika kelobot dikupas biji berwarna kuning mengkilap. Panen dilakukan dengan cara memutar tongkol berikut kelobotnya atau dengan mematahkan tangkai buah jagung.


(34)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tinggi tanaman

Data pengamatan tinggi tanaman jagung manis umur 2,4 dan 6 MST dan daftar sidik ragamnya disajikan pada lampiran 1-6. Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa tinggi tanaman jagung manis umur 4 dan 6 MST memiliki respons nyata terhadap pemberian limbah kopi dan tepung darah sapi tetapi pada tinggi tanaman jagung manis umur 2 MST menunjukkan respons yang tidak nyata.

Data tinggi tanaman jagung manis umur 6 MST pada pemberian berbagai dosis limbah kopi dan tepung darah sapi disajikan pada tabel 2.

Tabel 2. Tinggi tanaman (cm) jagung manis umur 6 MST pada pemberian berbagai dosis limbah kopi dan tepung darah sapi

Limbah Kopi

(g/tanaman) Tepung Darah (g/tanaman) Rataan

T0 = 0 T1 = 10 T2 = 20 T3 = 30

L0 = 0 107,56 a 118,78 b 125,89 c 130,45 d 120,67

L1 = 150 118,67 b 126,33 c 130,44 d 137,11 f 128,14

L2 = 300 126,11 c 131,33 de 13,22 ef 138,33 f 133,00

L3 = 450 123,89 c 127,67 cd 131,33 de 148,34 g 132,81

Rataan 119,06 126,03 130,97 138,56

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf uji 5 %

Tabel 2 menunjukkan tinggi tanaman yang tertinggi pada perlakuan tanpa pemberian tepung darah sapi 0 g/tanaman (T0) diperoleh pada pemberian limbah

kopi sebanyak 300 g/tanaman (L2) yang berbeda tidak nyata dengan L3 tetapi


(35)

g/tanaman (T1) tinggi tanaman tertinggi diperoleh pada pemberian limbah kopi

sebanyak 300 g/tanaman (L2) yang berbeda tidak nyata dengan L3 tetapi berbeda

nyata dengan L0 dan L1. Pada perlakuan pemberian tepung darah sapi 20

g/tanaman (T2) tinggi tanaman tertinggi diperoleh pada pemberian limbah kopi

sebanyak 300 g/tanaman (L2) yang berbeda tidak nyata dengan L3 tetapi berbeda

nyata dengan L0 dan L1. Pada perlakuan pemberian tepung darah sapi 30

g/tanaman (T3) tinggi tanaman tertinggi diperoleh pada pemberian limbah kopi

sebanyak 450 g/tanaman (L3) yang berbeda nyata dengan L0,L1 dan L2.

Hubungan antara tinggi tanaman jagung manis 6 MST dengan pemberian limbah kopi pada berbagai dosis tepung darah sapi disajikan pada gambar 1.

Ŷ pada T0 = 107.26 + 0.104x - 0.0001x2

R2 = 0.99

Ŷ pada T1 = 118.47 + 0.0772x - 0.0001x2

R2 = 0.97

Ŷ pada T2 = 125.3 + 0.062x - 0.0001x

2

R2 = 0.86

Ŷ pada T3 = 130.32 + 0.0366x; r = 0.84

80 100 120 140 160

0 150 300 450

Limbah Kopi (g/tanaman)

T inggi t a na m a n 6 M ST ( c m )

T0 (0 g/tanaman) T1 (10 g/tanaman) T2 (20 g/tanaman) T3 (30 g/tanaman)

Gambar 1. Hubungan antara tinggi tanaman jagung manis 6 MST dengan pemberian limbah kopi pada berbagai dosis tepung darah sapi

Hubungan antara tinggi tanaman 6 MST (cm) dengan pemberian limbah kopi pada pemberian tepung darah sapi 0 g/tanaman (T0) berbentuk kuadratik

dengan tinggi tanaman tertinggi sebesar 134,04 cm pada pemberian limbah kopi 300 g/tanaman. Hubungan antara tinggi tanaman 6 MST (cm) dengan pemberian limbah kopi pada pemberian tepung darah sapi 10 g/tanaman (T1) berbentuk


(36)

kuadratik dengan tinggi tanaman tertinggi sebesar 133,36 cm pada pemberian limbah kopi 300 g/tanaman. Hubungan antara tinggi tanaman 6 MST (cm) dengan pemberian limbah kopi pada pemberian tepung darah sapi 20 g/tanaman (T2)

berbentuk kuadratik dengan tinggi tanaman tertinggi sebesar 134,91 cm pada pemberian limbah kopi 300 g/tanaman.

Hubungan antara tinggi tanaman jagung manis 6 MST dengan pemberian tepung darah sapi pada berbagai dosis limbah kopi disajikan pada gambar 2.

Ŷ pada L0 = 109.3 + 0.7578x; r = 0.98 Ŷ pada L1= 119.22 + 0.5944x; r = 0.99 Ŷ pada L2 = 126.77 + 0.4155x; r = 0.98 Ŷ pada L3 = 121.26 + 0.7701x; r = 0.86

80 100 120 140 160

0 10 20 30

Tepung Darah Sapi (g/tanaman)

T inggi T a na m a n 6 M ST ( c m )

L0 (0 g/tanaman) L1 (150 g/tanaman) L2 (300 g/tanaman) L3 (450 g/tanaman)

Gambar 2. Hubungan antara tinggi tanaman jagung manis 6 MST dengan pemberian tepung darah sapi pada berbagai dosis limbah kopi

Gambar 2 menunjukkan bahwa hubungan antara tinggi tanaman jagung manis 6 MST dengan pemberian tepung darah sapi pada berbagai dosis limbah kopi berbentuk linear positif yang berarti penambahan dosis tepung darah sapi masih meningkatkan tinggi tanaman jagung manis.

Diameter batang

Data pengamatan diameter batang jagung manis umur 2,4 dan 6 MST dan daftar sidik ragamnya disajikan pada lampiran 7-12. Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa diameter batang jagung manis umur 4 dan 6 MST memiliki respons nyata terhadap pemberian limbah kopi dan tepung darah sapi tetapi pada


(37)

diameter batang jagung manis umur 2 MST menunjukkan respons yang tidak nyata.

Data diameter batang (mm) jagung manis umur 6 MST pada pemberian berbagai dosis limbah kopi dan tepung darah sapi. disajikan pada tabel 3.

Tabel 3. Diameter batang (mm) jagung manis umur 6 MST pada pemberian berbagai dosis limbah kopi dan tepung darah sapi

Limbah Kopi

(g/tanaman) Tepung Darah (g/tanaman) Rataan

T0 = 0 T1 = 10 T2 = 20 T3 = 30

L0 = 0 14,40 15,32 17,28 18,21 16,30 a

L1 = 150 15,55 17,13 18,22 19,65 17,64 b

L2 = 300 16,57 17,34 19,71 20,06 18,42 c

L3 = 450 18,13 19,52 21,02 22,29 20,24 d

Rataan 16,16 a 17,33 b 19,06 c 20,05 d

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf uji 5 %

Tabel 3 menunjukkan diameter batang jagung manis terbesar terdapat pada pemberian limbah kopi 450 g/tanaman (L3) yaitu 20.24 mmdan terendah terdapat

pada pemberian limbah kopi 0 g/tanaman (L0) yaitu 16.30 mm. Perlakuan L3

berbeda nyata dengan L0, L1 dan L2.

Tabel 3 menunjukkan diameter batang jagung manis terbesar terdapat pada pemberian tepung darah sapi 30 g/tanaman (T3) yaitu 20.05 mm dan terendah

terdapat pada pemberian tepung darah sapi 0 g/tanaman (T0) yaitu 16.16 mm.


(38)

Hubungan antara diameter batang jagung manis dengan pemberian berbagai dosis limbah kopi dalam bentuk grafik disajikan pada gambar 3.

Ŷ = 16.26 + 0.0084x; r = 0.98

0 10 20 30

0 150 300 450

Limbah Kopi (g/tanaman)

D iam et er B at an g ( m m )

Gambar 3. Hubungan antara diameter batang jagung manis dengan pemberian berbagai dosis limbah kopi

Gambar 3 menunjukkan bahwa hubungan antara diameter batang jagung manis 6 MST dengan pemberian berbagai dosis limbah kopi berbentuk linear positif yang berarti penambahan dosis limbah kopi masih meningkatkan diameter batang jagung manis.

Hubungan antara diameter batang jagung manis dengan pemberian berbagai dosis tepung darah sapi dalam bentuk grafik disajikan pada gambar 4.

Ŷ = 16.14 + 0.134x; r = 0.99

0 10 20 30

0 10 20 30

Tepung Darah Sapi (g/tanaman)

D iam et er B at an g ( m m )

Gambar 4. Hubungan antara diameter batang jagung manis dengan pemberian berbagai dosis tepung darah sapi


(39)

Gambar 4 menunjukkan bahwa hubungan antara diameter batang jagung manis 6 MST dengan pemberian berbagai dosis tepung darah sapi berbentuk linear positif yang berarti penambahan dosis tepung darah sapi masih meningkatkan diameter batang jagung manis.

Jumlah daun

Data pengamatan jumlah daun jagung manis umur 2,4 dan 6 MST dan daftar sidik ragamnya disajikan pada lampiran 13-18. Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa jumlah daun jagung manis umur 2,4 dan 6 MST memiliki respons tidak nyata terhadap pemberian limbah kopi dan tepung darah sapi.

Data jumlah daun (helai) jagung manis umur 6 MST pada pemberian berbagai dosis limbah kopi dan tepung darah sapi disajikan pada tabel 4.

Tabel 4. Jumlah daun (helai) jagung manis umur 6 MST pada pemberian berbagai dosis limbah kopi dan tepung darah sapi

Limbah Kopi

(g/tanaman) Tepung Darah (g/tanaman) Rataan

T0 = 0 T1 = 10 T2 = 20 T3 = 30

L0 = 0 12,00 12,10 12,18 12,47 12,19

L1 = 150 12,20 12,22 12,33 12,38 12,28

L2 = 300 12,30 12,32 12,37 12,50 12,37

L3 = 450 12,37 12,43 12,43 12,55 12,44

Rataan 12,22 12,27 12,33 12,47

Jumlah klorofil daun

Data pengamatan jumlah klorofil daun jagung manis umur 7 MST dan daftar sidik ragamnya disajikan pada lampiran 19 dan 20. Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa jumlah klorofil daun jagung manis memiliki respons nyata terhadap pemberian limbah kopi dan tepung darah sapi.


(40)

Data jumlah klorofil daun (butir/mm2) jagung manis umur 7 MST pada pemberian berbagai dosis limbah kopi dan tepung darah sapi disajikan pada tabel 5.

Tabel 5. Jumlah klorofil daun (butir/mm2) jagung manis umur 7 MST pada pemberian berbagai dosis limbah kopi dan tepung darah sapi

Limbah Kopi

(g/tanaman) Tepung Darah (g/tanaman) Rataan

T0 = 0 T1 = 10 T2 = 20 T3 = 30

L0 = 0 47,56 a 48,31 ab 49,68 b 52,89 b 49,61

L1 = 150 48,14 a 53,20 b 54,77 bc 59,28 de 53,84

L2 = 300 52,01 b 57,12 cd 58,99 de 60,98 e 57,27

L3 = 450 53,23 b 58,36 d 62,50 e 65,56 f 59,91

Rataan 50,23 54,25 56,48 59,68

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf uji 5 %

Tabel 5 menunjukkan jumlah klorofil daun yang terbanyak pada perlakuan tanpa pemberian tepung darah sapi 0 g/tanaman (T0) diperoleh pada pemberian

limbah kopi sebanyak 450 g/tanaman (L3) yang berbeda tidak nyata dengan L2

tetapi berbeda nyata dengan L0 dan L1. Pada pemberian tepung darah sapi 10

g/tanaman (T1) jumlah klorofil daun terbanyak diperoleh pada pemberian limbah

kopi sebanyak 450 g/tanaman (L3) yang berbeda tidak nyata dengan L2 tetapi

berbeda nyata dengan L0 dan L1. Pada perlakuan pemberian tepung darah sapi 20

g/tanaman (T2) jumlah klorofil daun terbanyak diperoleh pada pemberian limbah

kopi sebanyak 450 g/tanaman (L3) yang berbeda tidak nyata dengan L2 tetapi

berbeda nyata dengan L0 dan L1. Pada perlakuan pemberian tepung darah sapi 30

g/tanaman (T3) jumlah klorofil daun terbanyak diperoleh pada pemberian limbah


(41)

Hubungan antara jumlah klorofil daun jagung manis umur 7 MST dengan pemberian limbah kopi pada berbagai dosis tepung darah sapi dalam bentuk grafik disajikan pada Gambar 5.

Ŷ pada T0 = 46.302 + 0.0153x; r = 0.86 Ŷ pada T1 = 49.136 + 0.0227x; r = 0.97 Ŷ pada T2 = 50.08 + 0.0285x; r = 0.99 Ŷ pada T3 = 53.72 + 0.0265x; r = 0.97

40 50 60 70

0 150 300 450

Limbah Kopi (g/tanaman)

J

um

la

h K

lor

of

il

D

a

un

(

b

u

itr

/m

m

2

)

T0 (0 g/tanaman) T1 (10 g/tanaman) T2 (20 g/tanaman) T3 (30 g/tanaman)

Gambar 5. Hubungan antara jumlah klorofil daun jagung manis umur 7 MST dengan pemberian limbah kopi pada berbagai dosis tepung darah sapi

Gambar 5 menunjukkan bahwa hubungan antara jumlah klorofil daun jagung manis umur 7 MST dengan pemberian limbah kopi pada berbagai dosis tepung darah sapi berbentuk linear positif yang berarti penambahan dosis limbah kopi masih meningkatkan jumlah klorofil daun jagung manis.


(42)

Hubungan antara jumlah klorofil daun jagung manis umur 7 MST dengan pemberian tepung darah sapi pada berbagai dosis limbah kopi dalam bentuk grafik disajikan pada Gambar 6.

Ŷ pada L0 = 47.004 + 0.1737x; r = 0.95 Ŷ pada L1= 47.201 + 0.4097x; r = 0.97 Ŷ pada L2 = 52.959 + 0.2877x; r = 0.96 Ŷ pada L3 = 53.746 + 0.4112x; r = 0.99

40 50 60 70

0 10 20 30

Tepung Darah Sapi (g/tanaman)

J um la h K lor of il D a un (b u tir /m m 2 )

L0 (0 g/tanaman) L1 (150 g/tanaman) L2 (300 g/tanaman) L3 (450 g/tanaman)

Gambar 6. Hubungan antara jumlah klorofil daun jagung manis umur 7 MST dengan pemberian tepung darah sapi pada berbagai dosis limbah kopi Gambar 6 menunjukkan bahwa hubungan antara jumlah klorofil daun umur 7 MST dengan pemberian tepung darah sapi pada berbagai dosis limbah kopi berbentuk linear positif yang berarti penambahan dosis tepung darah sapi masih meningkatkan jumlah klorofil daun jagung manis.

Umur berbunga

Data pengamatan umur berbunga jagung manis dan daftar sidik ragamnya disajikan pada lampiran 21 dan 22. Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa umur berbunga jagung manis umur memiliki respons tidak nyata terhadap pemberian limbah kopi dan tepung darah sapi.

Data umur berbunga (hari) jagung manis pada pemberian berbagai dosis limbah kopi dan tepung darah sapi disajikan pada tabel 6.


(43)

Tabel 6. Umur berbunga (hari) jagung manis pada pemberian berbagai dosis limbah kopi dan tepung darah sapi

Limbah Kopi

(g/tanaman) Tepung Darah (g/tanaman) Rataan

T0 = 0 T1 = 10 T2 = 20 T3 = 30

L0 = 0 46,33 45,67 45,67 46,33 46,00

L1 = 150 46,33 45,33 46,67 46,00 46,08

L2 = 300 46,33 46,00 45,33 45,67 45,83

L3 = 450 45,33 45,67 45,67 45,33 45,50

Rataan 46,08 45,67 45,83 45,83

Umur panen

Data pengamatan umur panen jagung manis dan daftar sidik ragamnya disajikan pada lampiran 23 dan 24. Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa umur panen jagung manis memiliki respons nyata terhadap pemberian limbah kopi dan tepung darah sapi.

Data umur panen (hari) jagung manis pada pemberian berbagai dosis limbah kopi dan tepung darah sapi disajikan pada tabel 7.

Tabel 7. Umur panen (hari) jagung manis pada pemberian berbagai dosis limbah kopi dan tepung darah sapi

Limbah Kopi

(g/tanaman) Tepung Darah (g/tanaman) Rataan

T0 = 0 T1 = 10 T2 = 20 T3 = 30

L0 = 0 68,00 67,00 67,00 67,00 67,25 a

L1 = 150 67,00 66,33 66,33 66,00 66,42 b

L2 = 300 66,00 66,00 66,00 65,67 65,92 c

L3 = 450 65,00 65,00 65,00 65,00 65,00 d

Rataan 66,50 a 66,08 b 66,08 b 65,92 b Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom yang sama

menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf uji 5 %.

Tabel 7 menunjukkan bahwa pada pemberian limbah kopi, umur panen yang paling cepat terdapat pada perlakuan L3 (450 g/tanaman) yaitu 65.00 hari


(44)

Perlakuan L3 berbeda nyata dengan L0,L1 dan L2. Pada pemberian tepung darah

sapi umur panen yang paling cepat terdapat pada perlakuan T3 (30 g/tanaman)

yaitu 65.92 haridan paling lama terdapat pada perlakuan T0 (0 g/tanaman) yaitu

66.50 hari. Perlakuan T3 berbeda nyata dengan T0, tetapi berbeda tidak nyata

dengan T1 dan T2.

Hubungan antara umur panen jagung manis dengan pemberian berbagai dosis limbah kopi dalam bentuk grafik disajikan pada gambar 7.

Ŷ = 67.233 - 0.0048x; r = 0.99

0 30 60 90

0 150 300 450

Limbah Kopi (g/tanaman)

U

m

ur

P

a

ne

n (

ha

ri

)

Gambar 7. Hubungan antara umur panen jagung manis dengan pemberian berbagai dosis limbah kopi

Gambar 7 menunjukkan bahwa hubungan antara umur panen jagung manis dengan pemberian berbagai dosis limbah kopi berbentuk linear negatif yang berarti penambahan dosis limbah kopi masih meningkatkan umur panen jagung manis.


(45)

Hubungan antara umur panen jagung manis dengan pemberian berbagai dosis tepung darah sapi dalam bentuk grafik disajikan pada gambar 8.

Ŷ = 66.408 - 0.0175x; r = 0.90

0 30 60 90

0 10 20 30

Tepung Darah Sapi (g/tanaman)

U

m

ur

P

a

ne

n (

ha

ri

)

Gambar 8. Hubungan antara umur panen jagung manis dengan pemberian berbagai dosis tepung darah sapi

Gambar 8 menunjukkan bahwa hubungan antara umur panen jagung manis dengan pemberian berbagai dosis tepung darah sapi berbentuk linear negatif yang berarti penambahan dosis tepung darah sapi masih meningkatkan umur panen jagung manis.

Panjang tongkol

Data pengamatan panjang tongkol jagung manis dan daftar sidik ragamnya disajikan pada lampiran 25 dan 26. Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa panjang tongkol jagung manis memiliki respons nyata terhadap pemberian limbah kopi dan tepung darah sapi.

Data panjang tongkol (cm) jagung manis pada pemberian berbagai dosis limbah kopi dan tepung darah sapi disajikan pada tabel 8.


(46)

Tabel 8. Panjang tongkol (cm) jagung manis pada pemberian berbagai dosis limbah kopi dan tepung darah sapi.

Limbah Kopi

(g/tanaman) Tepung Darah (g/tanaman) Rataan

T0 = 0 T1 = 10 T2 = 20 T3 = 30

L0 = 0 16,19 16,22 16,17 16,72 16,33 a

L1 = 150 17,11 17,72 18,06 18,45 17,83 b

L2 = 300 18,20 19,11 19,39 20,22 19,23 c

L3 = 450 19,67 20,00 20,22 20,76 20,16 d

Rataan 17,79 a 18,26 b 18,46 b 19,04 c Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom yang sama

menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf uji 5 %

Tabel 8 menunjukkan bahwa pada pemberian limbah kopi, tongkol terpanjang terdapat pada perlakuan L3 (450 g/tanaman) yaitu 20.16 cm dan

tongkol paling pendek terdapat pada perlakuan L0 (0 g/tanaman) yaitu 16.33.

Perlakuan L3 berbeda nyata dengan L0,L1 dan L2. Sedangkan tongkol terpanjang

pada pemberian tepung darah sapi terdapat pada perlakuan T3 (30 g/tanaman)

yaitu 19.04 cmdan tongkol terpendek terdapat pada perlakuan T0 (0 g/tanaman)

yaitu 17.79 cm. Perlakuan T3 berbeda nyata dengan T0,T1 dan T2.

Hubungan antara panjang tongkol jagung manis dengan pemberian berbagai dosis limbah kopi dalam bentuk grafik disajikan pada gambar 9 .

Ŷ = 16.452 + 0.0086x; r = 0.99

0 10 20 30

0 150 300 450

Limbah Kopi (g/tanaman)

P

a

nj

a

ng T

ongkol

(

c

m

)

Gambar 9. Hubungan antara panjang tongkol jagung manis dengan pemberian berbagai dosis limbah kopi


(47)

Gambar 9 menunjukkan bahwa hubungan antara panjang tongkol jagung manis dengan pemberian berbagai dosis limbah kopi berbentuk linear positif yang berarti penambahan dosis limbah kopi masih meningkatkan panjang tongkol jagung manis.

Hubungan antara panjang tongkol jagung manis dengan pemberian berbagai dosis tepung darah sapi dalam bentuk grafik disajikan pada gambar 10.

Ŷ = 17.798 + 0.0393x; r = 0.98

0 10 20 30

0 10 20 30

Tepung Darah Sapi (g/tanaman)

P

a

nj

a

ng T

ongkol

(

c

m

)

Gambar 10. Hubungan antara panjang tongkol jagung manis dengan pemberian berbagai dosis tepung darah sapi

Gambar 10 menunjukkan bahwa hubungan antara panjang tongkol jagung manis dengan pemberian berbagai dosis tepung darah sapi berbentuk linear positif yang berarti penambahan dosis tepung darah sapi masih meningkatkan panjang tongkol jagung manis.

Diameter tongkol

Data pengamatan diameter tongkol jagung manis dan daftar sidik ragamnya disajikan pada lampiran 27 dan 28. Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa panjang tongkol jagung manis memiliki respons nyata terhadap pemberian limbah kopi dan tepung darah sapi.


(48)

Data diameter tongkol (mm) jagung manis pada pemberian berbagai dosis limbah kopi dan tepung darah sapi disajikan pada tabel 9.

Tabel 9. Diameter tongkol (mm) pada pemberian berbagai dosis limbah kopi dan tepung darah sapi

Limbah Kopi

(g/tanaman) Tepung Darah (g/tanaman) Rataan

T0 = 0 T1 = 10 T2 = 20 T3 = 30

L0 = 0 25,47 26,48 27,19 28,54 26,92 a

L1 = 150 26,00 27,21 29,22 30,45 28,22 b

L2 = 300 27,33 29,69 32,08 33,02 30,53 c

L3 = 450 30,40 31,64 33,02 33,87 32,23 d

Rataan 27,30 a 28,75 b 30,37 c 31,47 d

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf uji 5 %

Tabel 9 menunjukkan bahwa pada pemberian limbah kopi, diameter tongkol terbesar terdapat pada perlakuan L3 (450 g/tanaman) yaitu 32.23 mmdan

terendah terdapat pada perlakuan L0 (0 g/tanaman) yaitu 26.92 mm. Perlakuan L3

berbeda nyata dengan L0,L1 dan L2. Sedangkan diameter tongkol terbesar pada

pemberian tepung darah sapi terdapat pada perlakuan T3 (30 g/tanaman) yaitu

31.47 mmdan terendah terdapat pada perlakuan T0 (0 g/tanaman) yaitu 27.30 mm.


(49)

Hubungan antara diameter tongkol jagung manis dengan pemberian berbagai dosis limbah kopi dalam bentuk grafik disajikan pada gambar 11.

Ŷ = 26.737 + 0.0122x; r = 0.99

10 20 30 40

0 150 300 450

Limbah Kopi (g/tanaman)

D ia m e te r T ongkol ( m m

Gambar 11. Hubungan antara diameter tongkol jagung manis dengan pemberian berbagai dosis limbah kopi

Gambar 11 menunjukkan bahwa hubungan antara diameter tongkol jagung manis dengan pemberian berbagai dosis limbah kopi berbentuk linear positif yang berarti penambahan dosis limbah kopi masih meningkatkan diameter tongkol jagung manis.

Hubungan antara diameter tongkol jagung manis dengan pemberian berbagai dosis tepung darah dalam bentuk grafik dapat dilihat pada gambar 12.

Ŷ = 27.356 + 0.1412x; r = 0.99

10 20 30 40

0 10 20 30

Tepung Darah Sapi (g/tanaman)

D ia m e te r T ongkol ( m m )

Gambar 12. Hubungan antara diameter tongkol jagung manis dengan pemberian berbagai dosis tepung darah sapi


(50)

Gambar 12 menunjukkan bahwa hubungan antara diameter tongkol jagung manis dengan pemberian berbagai dosis tepung darah sapi berbentuk linear positif yang berarti penambahan dosis tepung darah sapi masih meningkatkan diameter tongkol jagung manis.

Jumlah baris per tongkol

Data pengamatan jumlah baris per tongkol jagung manis dan daftar sidik ragamnya disajikan pada lampiran 29 dan 30. Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa panjang tongkol jagung manis memiliki respons nyata terhadap pemberian limbah kopi dan tepung darah sapi.

Data jumlah baris per tongkol (baris) jagung manis pada pemberian berbagai dosis limbah kopi dan tepung darah sapi disajikan pada tabel 10.

Tabel 10. Jumlah baris per tongkol (baris) jagung manis pada pemberian berbagai dosis limbah kopi dan tepung darah sapi

Limbah Kopi

(g/tanaman) Tepung Darah (g/tanaman) Rataan

T0 = 0 T1 = 10 T2 = 20 T3 = 30

L0 = 0 8,95 9,28 10,33 11,00 9,89 a

L1 = 150 10,00 10,50 11,22 11,72 10,86 b

L2 = 300 10,61 11,06 11,67 12,39 11,43 c

L3 = 450 10,89 12,17 12,72 13,33 12,28 d

Rataan 10,11 a 10,75 b 11,49 c 12,11 d

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf uji 5 %

Tabel 10 menunjukkan bahwa pada pemberian limbah kopi, jumlah baris per tongkol terbanyak terdapat pada perlakuan L3 (450 g/tanaman) yaitu 12,28

baris dan terendah terdapat pada perlakuan L0 (0 g/tanaman) yaitu 9,89 baris.

Perlakuan L3 berbeda nyata dengan L0,L1 dan L2. Sedangkan jumlah baris per

tongkol terbanyak pada pemberian tepung darah sapi terdapat pada perlakuan T3


(51)

(0 g/tanaman) yaitu 10,11 baris. Perlakuan T3 berbeda nyata dengan T0 danT1 dan

tidak berbeda nyata dengan T2.

Hubungan antara jumlah baris per tongkol jagung manis dengan pemberian berbagai dosis limbah kopi dalam bentuk grafik disajikan pada gambar 13.

Ŷ = 0.0052x + 9.9547; r = 0.99

4 8 12 16

0 150 300 450

Limbah Kopi (g/tanaman)

Jum

la

h

B

a

ris

pe

r T

ongkol

(

ba

ri

s)

Gambar 13. Hubungan antara jumlah baris per tongkol jagung manis dengan pemberian berbagai dosis limbah kopi

Gambar 13 menunjukkan bahwa hubungan antara jumlah baris per tongkol jagung manis dengan pemberian berbagai dosis limbah kopi berbentuk linear positif yang berarti penambahan dosis limbah kopi masih meningkatkan jumlah baris per tongkol jagung manis.


(52)

Hubungan antara jumlah baris per tongkol jagung manis dengan pemberian berbagai dosis tepung darah sapi dalam bentuk grafik disajikan pada gambar 14.

Ŷ = 0.0674x + 10.104; r = 0.99

0 4 8 12

0 10 20 30

Tepung Darah Sapi (g/tanaman)

Jum

la

h

B

a

ris

pe

r T

ongkol

(

ba

ri

s)

Gambar 14. Hubungan antara jumlah baris per tongkol jagung manis dengan pemberian berbagai dosis tepung darah sapi

Gambar 14 menunjukkan bahwa hubungan antara jumlah baris per tongkol jagung manis dengan pemberian berbagai dosis tepung darah sapi berbentuk linear positif yang berarti penambahan dosis tepung darah sapi masih meningkatkan jumlah baris per tongkol jagung manis.

Produksi per sampel

Data pengamatan produksi per sampel jagung manis dan daftar sidik ragamnya disajikan pada lampiran 31 dan 32. Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa produksi per sampel jagung manis memiliki respons nyata terhadap pemberian limbah kopi dan tepung darah sapi.

Data produksi per sampel (g) jagung manis pada pemberian berbagai dosis limbah kopi dan tepung darah sapi disajikan pada tabel 11.


(53)

Tabel 11. Produksi per sampel (g) jagung manis pada pemberian berbagai dosis limbah kopi dan tepung darah sapi

Limbah Kopi

(g/tanaman) Tepung Darah (g/tanaman) Rataan

T0 = 0 T1 = 10 T2 = 20 T3 = 30

L0 = 0 215,42 238,97 241,50 228,89 231,20 a

L1 = 150 229,89 241,81 259,17 270,39 250,31 b

L2 = 300 235,67 239,17 269,89 274,50 254,81 c

L3 = 450 262,25 268,36 272,75 279,50 270,72 d

Rataan 235,81 a 247,08 b 260,83 c 263,32 d

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf uji 5 %

Tabel 11 menunjukkan bahwa pada pemberian limbah kopi, produksi per sampel tertinggi terdapat pada perlakuan L3 (450 g/tanaman) yaitu 270.72 g dan

terendah terdapat pada perlakuan L0 (0 g/tanaman) yaitu 231.20 g. Perlakuan L3

berbeda nyata dengan L0, L1 dan L2. Sedangkan produksi per sampel tertinggi

pada pemberian tepung darah sapi terdapat pada perlakuan T3 (30 g/tanaman)

yaitu 263.32 g dan terendah terdapat pada perlakuan T0 (0 g/tanaman) yaitu

235.81 g. Perlakuan T3 berbeda nyata dengan T0, T1 dan T2.

Hubungan antara produksi per sampel jagung manis dengan pemberian berbagai dosis limbah kopi dalam bentuk grafik disajikan pada gambar 15.

Ŷ= 233.3 + 0.082x; r = 0.97

150 200 250 300

0 150 300 450

Limbah Kopi (g/tanaman)

P

roduks

i pe

r P

lot

(

g)

Gambar 15. Hubungan antara produksi per sampel jagung manis dengan pemberian berbagai dosis limbah kopi


(54)

Gambar 15 menunjukkan bahwa hubungan antara produksi per sampel jagung manis dengan pemberian berbagai dosis limbah kopi berbentuk linear positif yang berarti penambahan dosis limbah kopi masih meningkatkan produksi per sampel jagung manis.

Hubungan antara produksi per sampel jagung manis dengan pemberian berbagai dosis tepung darah sapi dalam bentuk grafik disajikan pada gambar 16.

Ŷ = 237.31 + 0.963x; r = 0.97

0 100 200 300

0 10 20 30

Tepung Darah Sapi (g/tanaman)

P

roduks

i pe

r P

lot

(

g)

Gambar 16. Hubungan antara produksi per sampel jagung manis dengan pemberian berbagai dosis tepung darah sapi

Gambar 16 menunjukkan bahwa hubungan antara produksi per sampel jagung manis dengan pemberian berbagai dosis tepung darah sapi berbentuk linear positif yang berarti penambahan dosis tepung darah sapi masih meningkatkan produksi per sampel jagung manis.

Produksi per plot

Data pengamatan produksi per plot jagung manis dan daftar sidik ragamnya disajikan pada lampiran 33 dan 34. Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa produksi per plot jagung manis memiliki respons nyata terhadap pemberian limbah kopi dan tepung darah sapi.


(55)

Data rataan produksi per plot (g) jagung manis pada pemberian berbagai dosis limbah kopi dan tepung darah sapi disajikan pada tabel 11.

Tabel 12. Produksi per plot (g) jagung manis pada pemberian berbagai dosis limbah kopi dan tepung darah sapi

Limbah Kopi

(g/tanaman) Tepung Darah (g/tanaman) Rataan

T0 = 0 T1 = 10 T2 = 20 T3 = 30

L0 = 0 216,67 229,89 242,78 251,11 235,11 a

L1 = 150 230,56 242,78 260,00 269,44 250,69 b

L2 = 300 256,11 264,44 270,44 281,00 268,00 c

L3 = 450 263,89 266,67 272,22 285,56 272,08 d

Rataan 241,81 a 250,94 b 261,36 c 271,78 d Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom yang sama

menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf uji 5 %

Tabel 12 menunjukkan bahwa pada pemberian limbah kopi, produksi per plot tertinggi terdapat pada perlakuan L3 (450 g/tanaman) yaitu 272.08 g dan

terendah terdapat pada perlakuan L0 (0 g/tanaman) yaitu 235.11 g. Perlakuan L3

tidak berbeda nyata dengan L0,L1 dan L2. Sedangkan produksi per plot tertinggi

pada pemberian tepung darah sapi terdapat pada perlakuan T3 (30 g/tanaman)

yaitu 271.78 g dan terendah terdapat pada perlakuan T0 (0 g/tanaman) yaitu


(56)

Hubungan antara produksi per plot jagung manis dengan pemberian berbagi dosis limbah kopi dalam bentuk grafik disajikan pada gambar 17.

Ŷ = 0.0084x + 16.26, r = 0.98

150 200 250 300

0 150 300 450

Limbah Kopi (g/tanaman)

P roduks i pe r S a m pe l ( g

Gambar 17. Hubungan antara produksi per plot jagung manis dengan pemberian berbagai dosis limbah kopi

Gambar 17 menunjukkan bahwa hubungan antara produksi per plot jagung manis dengan pemberian berbagai dosis limbah kopi berbentuk linear positif yang berarti penambahan dosis limbah kopi masih meningkatkan produksi per plot jagung manis.

Hubungan antara produksi per plot jagung manis dengan pemberian berbagai dosis tepung darah sapi dalam bentuk grafik disajikan pada gambar 18.

Ŷ = 0.134x + 16.14, r = 0.99

150 200 250 300

0 10 20 30

Tepung Darah Sapi (g/tanaman)

P roduks i pe r S a m pe l ( g

Gambar 18. Hubungan antara produksi per plot jagung manis dengan pemberian berbagai dosis tepung darah sapi


(57)

Gambar 18 menunjukkan bahwa hubungan antara produksi per plot jagung manis dengan pemberian berbagai dosis tepung darah sapi berbentuk linear positif yang berarti penambahan dosis tepung darah sapi masih meningkatkan produksi per plot jagung manis.

Pembahasan

Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Manis (Zea mays Saccharata Sturt.) terhadap Pemberian Limbah Kopi.

Parameter tinggi tanaman menunjukkan respons yang nyata terhadap pemberian limbah kopi, dimana tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan L2

(300 g/tanaman) yaitu 133.00 dan terendah terdapat pada perlakuan L0

(0 g/tanaman) yaitu 120.67 cm. Hal ini karena semakin banyak bahan organik yang terdapat dalam tanah, maka unsur hara dalam tanah juga akan meningkat, sehingga memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan dengan pernyataan Hasibuan (2006) yang menyatakan bahwa bahan organik dapat meningkatkan ketersediaan unsur-unsur hara bermanfaat. Bahan organik mengandung asam humus yang membantu membebaskan unsur-unsur yang terikat, sehingga mudah diserap oleh tanaman.

Parameter diameter batang menunjukkan respons yang nyata terhadap pemberian limbah kopi, dimana diameter batang terbesar pada umur 6 MST terdapat pada perlakuan L3 (300 g/tanaman) yaitu 20.24mmdan terendah terdapat

pada perlakuan L0 (0 g/tanaman) yaitu 16.30 mm. Hal ini karena limbah kopi

mengandung unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan oleh tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Isnaini (2006) yang menyatakan bahwa penggunaan


(58)

kompos dapat memberikan beberapa manfaat yaitu menyediakan unsur hara makro dan mikro bagi tanaman, menggemburkan tanah, memperbaiki tekstur dan struktur tanah, meningkatkan porositas, aerase dan komposisi mikroorganisme tanah, memudahkan pertumbuhan akar tanaman, daya serap air yang lebih lama pada tanah.

Parameter umur panen menunjukkan respons yang nyata terhadap pemberian limbah kopi. Hal ini karena kandungan unsur hara yang terdapat dalam limbah kopi dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Dimana semakin baik pertumbuhan tanaman jagung manis maka umur panen akan semakin cepat. Apabila dibandingkan dengan perlakuan tanpa pemberian limbah kopi, perlakuan pemberian limbah kopi dengan dosis yang lebih tinggi akan lebih cepat panen, dimana pada dosis yang lebih tinggi, unsur hara makro dan mikro tersedia bagi tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Isnaini (2006) yang menyatakan bahwa penggunaan kompos dapat memberikan beberapa manfaat yaitu menyediakan unsur hara makro dan mikro bagi tanaman, menggemburkan tanah, memperbaiki tekstur dan struktur tanah, meningkatkan porositas, aerase dan komposisi mikroorganisme tanah, memudahkan pertumbuhan akar tanaman, daya serap air yang lebih lama pada tanah.

Parameter panjang tongkol, diameter tongkol, jumlah baris per tongkol, produksi per sampel, dan produksi per plot menunjukkan respons yang nyata terhadap pemberian limbah kopi, dimana pada dosis yang lebih tinggi, akan memberikan hasil yang paling tinggi. Hal ini karena pada pemberian limbah kopi dengan dosis yang berbeda akan mendapatkan panjang tongkol, diameter tongkol, jumlah baris per tongkol, produksi per sampel, dan produksi per plot yang


(59)

berbeda, dimana semakin banyak dosis limbah kopi yang diaplikasikan ke tanah, maka semakin tinggi kandungan unsur haranya dan semakin terpenuhi kebutuhan tanaman akan unsur hara. Limbah kopi mengandung unsur hara seperti N, P, K, dan C-Organik yang dibutuhkan oleh tanaman. Pertumbuhan tanaman yang semakin baik akan meningkatkan pertumbuhan panjang tongkol, diameter tongkol, jumlah baris per tongkol, produksi per sampel, dan produksi per plot pada tanaman jagung dimana unsur hara tersebut diserap tanaman untuk mendukung proses fotosintesis dan pembentukan sel atau pembesaran sel tanaman yang secara langsung berpengaruh meningkatkan pertumbuhan tanaman. Faktor tanah juga sangat mempengaruhi pertumbuhan akar dan sistem perakaran. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah, maka semakin bagus sifat fisik dan kimia tanah tersebut, sehingga semakin bagus untuk pertumbuhan akar. Apabila pertumbuhan akar semakin bagus maka perkembangan tajuk tanaman juga akan semakin bagus sehingga dapat meningkatkan produksi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Isnaini (2006) yang menyatakan bahwa penggunaan kompos dapat memberikan beberapa manfaat yaitu menyediakan unsur hara makro dan mikro bagi tanaman, menggemburkan tanah, memperbaiki tekstur dan struktur tanah, meningkatkan porositas, aerase dan komposisi mikroorganisme tanah, memudahkan pertumbuhan akar tanaman, daya serap air yang lebih lama pada tanah.


(60)

Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Manis (Zea mays Saccharata Sturt.) terhadap Pemberian Tepung Darah Sapi.

Parameter tinggi tanaman dan diameter batang menunjukkan respons yang nyata, dimana tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan T3 (30 g/tanaman) yaitu

20.05 mmdan terendah terdapat pada perlakuan T0 (0 g/tanaman) yaitu 16.16 mm.

Begitu juga dengan diameter batang, dimana diameter batang terbesar pada umur 6 MST tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan T3 (30 g/tanaman) yaitu 138.56

dan terendah terdapat pada perlakuan T0 (0 g/tanaman) yaitu 119.06 cm Hal ini

karena kandungan unsur hara N dalam tepung darah sangat tinggi, dimana unsur hara N memiliki peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan tanaman terutama pada fase vegetatif. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hasibuan (2006) dan Kurnia (2008) yang menyatakan bahwa tepung darah merupakan sumber hara N dengan kandungan hara sebesar 12%-14%, dimana unsur N memiliki peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan vegetatif tananaman dan pembentukan klorofil, lemak, enzim dan senyawa lainnya.

Parameter umur panen menunjukkan respons yang nyata terhadap pemberian tepung darah sapi, dimana semakin banyak tepung darah sapi yang diaplikasikan ke dalam tanah, semakin cepat umur panen jagung. Hal ini karena tepung darah sapi memiliki kandungan N yang tinggi, dimana unsur ini memiliki peranan penting dalam pembentukan klorofil, enzim dan senyawa lainnya yang dapat mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kurnia (2008) yang menyatakan bahwa tepung darah merupakan sumber hara N dengan kandungan hara sebesar 12%-14%, dimana unsur N


(61)

memiliki peranan yang sangat penting dalam pembentukan klorofil, lemak, enzim dan senyawa lainnya.

Parameter panjang tongkol, diameter tongkol, jumlah baris per tongkol, produksi per sampel, dan produksi per plot menunjukkan respons yang nyata terhadap pemberian tepung darah sapi, dimana pada dosis yang lebih tinggi, akan memberikan hasil yang paling tinggi. Hal ini karena semakin banyak dosis tepung darah sapi yang diaplikasikan ke tanah, maka semakin tinggi kandungan unsur haranya dan semakin terpenuhi kebutuhan tanaman akan unsur hara. Tepung darah sapi mengandung unsur hara makro (kandungan N dan P yang tinggi) dan

mikro yang dibutuhkan oleh tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kurnia (2008) yang menyatakan bahwa tepung darah merupakan sumber hara N

dengan kandungan hara sebesar 12%-14%, dimana unsur N memiliki peranan yang sangat penting dalam pembentukan klorofil, lemak, enzim dan senyawa lainnya yang dapat mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman. Dengan adanya unsur hara makro dan mikro tersebut maka pertumbuhan tanaman akan semakin baik sehingga meningkatkan pertumbuhan panjang tongkol, diameter tongkol, jumlah baris per tongkol, produksi per sampel, dan produksi per plot pada tanaman jagung dimana unsur hara tersebut diserap tanaman untuk mendukung proses fotosintesis dan pembentukan sel atau pembesaran sel tanaman yang secara langsung berpengaruh meningkatkan pertumbuhan tanaman.


(62)

Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Manis (Zea mays Saccharata Sturt.) terhadap Interaksi antara Pemberian Limbah

Kopi dan Tepung Darah Sapi.

Hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa interaksi antara pemberian limbah kopi dan tepung darah sapi memiliki respons yang nyata terhadap tinggi tanaman 6 MST dan jumlah klorofil daun.

Pemberian limbah kopi dan tepung darah sapi menunjukkan interaksi yang nyata terhadap tinggi tanaman 6 MST dan jumlah klorofil dengan kombinasi perlakuan terbaik adalah L3T3. Hal ini karena perlakuan limbah kopi dan tepung

darah sapi saling mendukung dalam proses pertumbuhan tanaman. Sesuai dengan literatur dari kadar bahan organik dan unsur hara yang memungkinkan untuk memperbaiki struktur tanah. Hal ini sangat penting bagi tanaman dalam penyerapan unsur hara, dimana dengan struktur tanah yang baik akan memudahkan tanaman dalam penyerapan unsur hara dalam tanah. Menurut Murbandono (2000) yang menyatakan bahwa tepung darah memiliki kandungan unsur nitrogen (N) yang tinggi dan sedikit fosfor (P). Jika tepung darah dicampurkan dengan kompos maka akan dapat meningkatkan unsur hara N dalam kompos. Dimana menurut literatur Kurnia (2008) menyatakan bahwa unsur nitrogen memiliki peranan penting dalam pertumbuhan tanaman terutama pada fase vegetatif dan pembentukan klorofil, lemak, enzim dan persenyawaan lainnya.


(63)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Semakin tinggi dosis limbah kopi yang diaplikasikan ke tanah (pemberian limbah kopi 450 g/tanaman) akan dapat meningkatkan diameter

batang 24 %, umur panen 3 %, panjang tongkol 23 %, diameter tongkol 19 %, jumlah baris per tongkol 24 %, produksi per sampel 17 % dan produksi per plot 15 % dibandingkan dengan tanpa pemberian limbah kopi.

2. Semakin tinggi dosis tepung darah sapi yang diaplikasikan ke tanah (pemberian tepung darah sapi 30 g/tanaman) akan dapat meningkatkan diameter batang 24 %, umur panen 0,8 %, panjang tongkol 7 %, diameter tongkol 15 %, jumlah baris per tongkol 19 %, produksi per sampel 11 % dan produksi per plot 12 % dibandingkan dengan tanpa pemberian tepung darah sapi.

3. Semakin tinggi dosis limbah kopi dan tepung darah sapi diaplikasikan ke dalam tanah maka interaksi antara kedua perlakuan dapat meningkatkan tinggi tanaman 37 % dan jumlah klorofil daun 37 % dibandingkan dengan tanpa pemberian limbah kopi dan tepung darah sapi.

Saran

Disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan dengan meningkatkan dosis limbah kopi dan tepung darah sapi untuk mendapatkan dosis optimum produksi tanaman jagung manis.


(64)

DAFTAR PUSTAKA

Djuardani, N., Kristian, dan Budi, S. S., 2005., Cara Cepat Membuat Kompos., Agromedia Pustaka, Jakarta. Hlm 20-21.

Fisher, N. M. dan P. R. Goldsworty, 1996. Jagung Tropik dalam Fisiologi Tanaman Budidaya tropik. UGM-Press, Yogyakarta.

Gomez A. K. Dan A.A. Gomez, 1995. Prosedur Statistik Penelitian Pertanian . UI-Press, Jakarta.

Hasibuan, B.E., 2006. Pupuk dan Pemupukan. USU-Press. Medan. Hlm 120.

http:/ 10 Januari 2009

http:/ Diakses tanggal 10 Januari 2009

Iskandar, D., 2008. Pengaruh Dosis Pupuk N, P Dan K Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Jagung Manis Di Lahan Kering Dikutip dari 10 Oktober 2008. 2 pages.

Isnaini, M. 2006. Pertanian Organik. Kreasi Wacana. Yogyakarta. Hlm 247-248. Kartasapoetra, A.G. 1987. Teknologi Budidaya Tanaman Pangan di Daerah

Tropik. Bina Angkasa. Jakarta.

Kurnia, A., 2008. Artikel Iptek :

Diakses Tanggal 20 Oktober 2008. 2 pages.

Murbandono, L., 2000. Membuat Kompos (Edisi Revisi). Penebar Swadaya. Jakarta. Hlm 7

Musnamar, E.I., 2007. Pupuk Organik Cair dan Padat, Pembuatan, Aplikasi. Penebar Swadaya, Jakarta.Hlm 1-4.

Nuranto, A., 2008. Jual Blood Meal (tepung Darah Sapi). Dikutip dari Diakses Tanggal 20 Oktober 2008. 2 pages.


(1)

Lampiran 27. Data pengamatan diameter tongko l (mm)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

L0T0 25,23 25,63 25,55 25,23 25,63

L0T1 27,22 25,00 27,21 27,22 25,00

L0T2 28,24 25,00 28,32 28,24 25,00

L0T3 28,22 27,61 29,78 28,22 27,61

L1T0 25,77 25,67 26,57 25,77 25,67

L1T1 27,42 27,70 26,52 27,42 27,70

L1T2 30,00 28,24 29,41 30,00 28,24

L1T3 30,42 30,00 30,92 30,42 30,00

L2T0 27,00 27,00 28,00 27,00 27,00

L2T1 29,27 29,80 30,00 29,27 29,80

L2T2 31,63 32,65 31,95 31,63 32,65

L2T3 33,00 32,33 33,73 33,00 32,33

L3T0 29,87 30,40 30,93 29,87 30,40

L3T1 31,72 30,58 32,61 31,72 30,58

L3T2 33,05 33,60 32,40 33,05 33,60

L3T3 34,10 33,00 34,51 34,10 33,00

Total 25,23 25,63 25,55 25,23 25,63

Rataan 27,22 25,00 27,21 27,22 25,00

Lampiran 28. Daftar sidik ragam data pengamatan diameter tongkol

SK DB JK KT Fhit F0.5

Blok 2 6,33 3,16 5,57 * 3,22

Perlakuan 15 332,10 22,14 39,01 * 1,99

L 3 201,90 67,30 118,57 * 2,92

L-Linear 1 199,85 199,85 352,11 * 4,17

L-Kuadratik 1 0,47 0,47 0,84 tn 4,17

L-Kubik 1 1,57 1,57 2,77 tn 4,17

T 3 120,32 40,11 70,67 * 2,92

T-Linear 1 119,65 119,65 210,82 * 4,17

T-Kuadratik 1 0,38 0,38 0,68 tn 4,17

T-Kubik 1 0,29 0,29 0,51 tn 4,17

L x T 9 9,88 1,10 1,93 tn 2,21

Galat 30 17,03 0,57

Total 47 355,45

KK = 2.56 % FK = 41700.44

Keterangan tn : Tidak nyata * : Nyata


(2)

Lampiran 29. Data pengamatan jumlah baris per tongkol (baris)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

L0T0 8,67 9,17 9,00 26,84 8,95

L0T1 9,33 9,33 9,17 27,83 9,28

L0T2 10,00 11,00 10,00 31,00 10,33

L0T3 10,67 11,67 10,67 33,00 11,00

L1T0 10,00 10,00 10,00 30,00 10,00

L1T1 10,33 10,33 10,83 31,50 10,50

L1T2 11,00 11,33 11,33 33,66 11,22

L1T3 11,67 11,67 11,83 35,17 11,72

L2T0 10,33 11,00 10,50 31,83 10,61

L2T1 11,00 11,00 11,17 33,17 11,06

L2T2 11,33 11,67 12,00 35,00 11,67

L2T3 12,50 12,17 12,50 37,17 12,39

L3T0 10,67 11,00 11,00 32,67 10,89

L3T1 11,83 11,83 12,83 36,50 12,17

L3T2 12,17 13,00 13,00 38,17 12,72

L3T3 13,33 13,33 13,33 40,00 13,33

Total 174,84 179,51 179,17 533,51 177,84

Rataan 10,93 11,22 11,20 33,34 11,11

Lampiran 30. Daftar sidik ragam data pengamatan jumlah baris per tongkol

SK DB JK KT Fhit F0.5

Blok 2 5385,55 2692,77 1543,46 * 3,22

Perlakuan 15 176,95 11,80 6,76 * 1,99

L 3 115,80 38,60 22,12 * 2,92

L-Linear 1 113,19 113,19 64,88 * 4,17

L-Kuadratik 1 0,56 0,56 0,32 tn 4,17

L-Kubik 1 2,05 2,05 1,17 tn 4,17

T 3 58,94 19,65 11,26 * 2,92

T-Linear 1 58,83 58,83 33,72 * 4,17

T-Kuadratik 1 0,10 0,10 0,06 tn 4,17

T-Kubik 1 0,01 0,01 0,01 tn 4,17

L x T 9 2,21 0,25 0,14 tn 2,21

Galat 30 52,34 1,74

Total 47 5614,83

KK = 7.12 % FK = 16520.75

Keterangan tn : Tidak nyata * : Nyata


(3)

Lampiran 31. Data pengamatan produksi per sampel (g)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

L0T0 202,50 215,00 228,75 646,25 215,42

L0T1 240,25 246,67 230,00 716,92 238,97

L0T2 212,50 261,25 250,75 724,50 241,50

L0T3 236,67 262,50 187,50 686,67 228,89

L1T0 188,33 253,33 248,00 689,66 229,89

L1T1 206,67 256,25 262,50 725,42 241,81

L1T2 250,00 262,50 265,00 777,50 259,17

L1T3 271,67 270,75 268,75 811,17 270,39

L2T0 248,75 260,75 197,50 707,00 235,67

L2T1 253,75 263,75 200,00 717,50 239,17

L2T2 269,67 273,75 266,25 809,67 269,89

L2T3 257,25 286,25 280,00 823,50 274,50

L3T0 252,50 268,75 265,50 786,75 262,25

L3T1 258,33 276,00 270,75 805,08 268,36

L3T2 260,00 280,75 277,50 818,25 272,75

L3T3 272,50 286,00 280,00 838,50 279,50

Total 3881,34 4224,25 3978,75 12084,34 4028,11

Rataan 242,58 264,02 248,67 755,27 251,76

Lampiran 32. Daftar sidik ragam data pengamatan produksi per sampel

SK DB JK KT Fhit F0.5

Blok 2 3903,05 1951,52 5,24 * 3,22

Perlakuan 15 17853,50 1190,23 3,20 * 1,99

L 3 9523,00 3174,33 8,53 * 2,92

L-Linear 1 9085,27 9085,27 24,41 * 4,17

L-Kuadratik 1 30,88 30,88 0,08 tn 4,17

L-Kubik 1 406,85 406,85 1,09 tn 4,17

T 3 5908,00 1969,33 5,29 * 2,92

T-Linear 1 5563,64 5563,64 14,95 * 4,17

T-Kuadratik 1 231,18 231,18 0,62 tn 4,17

T-Kubik 1 113,19 113,19 0,30 tn 4,17

L x T 9 2422,50 269,17 0,72 tn 2,21

Galat 30 11168,06 372,27

Total 47 32924,61

KK = 11.90 % FK = 3042318.19

Keterangan tn : Tidak nyata * : Nyata


(4)

Lampiran 33. Data pengamatan produksi per plot (g)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

L0T0 203,33 220,00 226,67 650,00 216,67

L0T1 213,00 246,67 230,00 689,67 229,89

L0T2 216,67 265,00 246,67 728,33 242,78

L0T3 236,67 266,67 250,00 753,33 251,11

L1T0 188,33 253,33 250,00 691,67 230,56

L1T1 206,67 260,00 261,67 728,33 242,78

L1T2 250,00 263,33 266,67 780,00 260,00

L1T3 271,67 268,33 268,33 808,33 269,44

L2T0 245,00 260,00 263,33 768,33 256,11

L2T1 258,33 268,33 266,67 793,33 264,44

L2T2 269,67 273,33 268,33 811,33 270,44

L2T3 273,00 286,67 283,33 843,00 281,00

L3T0 256,67 268,33 266,67 791,67 263,89

L3T1 258,33 273,33 268,33 800,00 266,67

L3T2 260,00 280,00 276,67 816,67 272,22

L3T3 276,67 290,00 290,00 856,67 285,56

Total 3884,00 4243,33 4183,34 12310,67 4103,56 Rataan 242,75 265,21 261,46 769,42 256,47 Lampiran 34. Daftar sidik ragam data pengamatan produksi per plot

SK DB JK KT Fhit F0.5

Blok 2 4631,81 2315,90 19,44 * 3,22

Perlakuan 15 16982,19 1132,15 9,50 * 1,99

L 3 10395,31 3465,10 29,08 * 2,92

L-Linear 1 9864,56 9864,56 82,80 * 4,17

L-Kuadratik 1 396,75 396,75 3,33 tn 4,17

L-Kubik 1 134,00 134,00 1,12 tn 4,17

T 3 6045,94 2015,31 16,92 * 2,92

T-Linear 1 6040,07 6040,07 50,70 * 4,17

T-Kuadratik 1 4,90 4,90 0,04 tn 4,17

T-Kubik 1 0,98 0,98 0,01 tn 4,17

L x T 9 540,93 60,10 0,50 tn 2,21

Galat 30 3574,12 119,14

Total 47 25188,12

KK = 4.26 % FK = 3157344.04

Keterangan tn : Tidak nyata * : Nyata


(5)

Lampiran 2 : Bagan Penelitian

I II III

28,1 m T

S

10 m L3T0

L1T3 L2T3

L0T2 L3T1

L0T0 L3T3

L2T1 L2T0 L0T3 L3T2 L1T2 L1T0 L1T1 L2T2 L0T1

L2T3 L0T3

L0T1 L1T3

L0T0 L3T3 L1T1 L3T1 L2T0

L3T2 L0T0

L1T3 L2T0

L0T1 L1T0

L1T2 L3T2

L3T0 L1T1 L1T2 L0T2 L1T0

L3T0

L3T3 L2T3

L0T2 L2T2

L2T1 L2T2

L3T1 L2T1 L0T3


(6)

Lampiran 3. Bagan Plot Penelitian

I II

240 cm

a b

120 cm

c

Keterangan

Luas Plot = 240 cm X 120 cm

a = Jarak polibag dalam barisan ( 60 cm) b = Jarak antar blok (70 cm)