Uji Efektifitas Bakteri Pseudomonas fluorescens dari beberapa Rizosfer terhadap Penyakit Virus pada Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) di Lapangan

UJI EFEKTIFITAS BAKTERI Pseudomonas fluorescens DARI BEBERAPA RIZOSFER TERHADAP PENYAKIT VIRUS PADA TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.) DI LAPANGAN
TESIS
Oleh NURLIANA 097001005/AET
SEKOLAH PASCASARJANA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012
Universitas Sumatera Utara

UJI EFEKTIFITAS BAKTERI Pseudomonas fluorescens DARI BEBERAPA RIZOSFER TERHADAP PENYAKIT VIRUS PADA TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.) DI LAPANGAN .
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Pertanian dalam Program Studi Agroekoteknologi pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Oleh :
NURLIANA 097001005
SEKOLAH PASCASARJANA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012
Universitas Sumatera Utara

Judul Tesis
Nama Mahasiswa Nomor Pokok Program Studi

: UJI EFEKTIFITAS BAKTERI Pseudomonas fluorescens DARI BEBERAPA RIZOSFER TERHADAP PENYAKIT VIRUS PADA TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.) DI LAPANGAN
: NURLIANA : 097001005 : Agroekoteknologi
Menyetujui
Komisi Pembimbing


( Dr. Ir. Hasanuddin, MS. ) Ketua

( Dr. Lisnawita, SP, M.Si.) anggota

Ketua Program Studi

Dekan

( Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP.)

( Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS.)

Universitas Sumatera Utara

Telah diuji pada tanggal

: 30 Agustus 2012

PANITIA PENGUJI TESIS


Ketua Anggota Penguji

: : :

Dr. Ir. Hasanuddin, MS. Dr. Lisnawita, SP, M.Si. 1. Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS. 2. Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri, M.Si. 3. Prof. Dr. Maryani Cyccu Tobing, MS.

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
Nurliana, 2012, Effectiveness Test of Pseudomonas fluorescens Bacterium of Several Rizosfers on the Virus–Contaminated Disease in Chili Plants (Capsicum annum L.) in the Field, under the supervision of Hasanuddin and Lisnawita. Virus is the main disease for chili plants because, in terms of economy, this disease decreases chili production up to 100% that results in the decrease of the farmers’ income. Various control methods have been applied to reduce the virus infection and one of them is by using the resistance induction agents against P. fluorescence. Pseudomonas fluorescence can be isolated from various plant rizosfer. Thus, the purpose of this study conducted in the Plant Disease Laboratory, Faculty of Agriculture, the University of Sumatera Utara and in the Demonstration Plot, Faculty of Agriculture, The Islamic University of Sumatera Utara, Gedung Johor Subdistrict from January to October 2011 was to 1) find out the effectiveness of P. fluorescence bacterium from various rizosfers as the agents of resistance induction to control the virus –contaminated diseases in chili plants, 2) find out the most effective way to apply the P. fluorescence bacterium as the agents of resistance induction to control the virus –contaminated diseases in chili plants. This study consisted of 4 (four) stages such as 1. the Exploration of the P. fluorescence bacterium from various rizosfers (bamboo, Napier/elephant grass, reed), 2. Biofertilizer and bioprotecting tests, 3. the Application test through roots and leaves, and 4. Coating seed test by applying P. fluorescence bacterium. The result of this study showed that P. fluorescence bacterium was very effective as the agents of resistance induction on the virus–contaminated disease in chili plants in the field. This effectiveness was shown through a longer incubation period, low attack intensity of virus-contaminated virus, increasing germination rate of chili seed, and increasing growth, development and production of chili plants.
Keywords: Chili, Virus-Contaminated, Biological Control
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
Nurliana, 2012. Uji Efektifitas Bakteri Pseudomonas fluorescens dari beberapa Rizosfer terhadap Penyakit Virus pada Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) di Lapangan. di bawah bimbingan Hasanuddin dan Lisnawita. Virus merupakan penyakit utama pada tanaman cabai karena dari segi ekonomi menurunkan produksi tanaman sampai 100%, yang berakibat pada penurunan pendapatan petani. Berbagai metode pengendalian telah dilakukan untuk mengurangi infeksi virus, salah satunya adalah dengan menggunakan agens induksi ketahanan P. fluorescens. Pseudomonas fluorescens dapat diisolasi dari berbagai rizosfer tanaman. Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah : 1). Mengetahui efektifitas bakteri P. fluorescens dari berbagai rizosfer sebagai agens induksi ketahanan untuk mengendalikan penyakit virus pada tanaman cabai. 2). Mengetahui cara aplikasi bakteri P. fluorescens yang paling efektif sebagai agens induksi ketahanan untuk mengendalikan penyakit virus pada cabai. Penelitian dilaksanakan pada dua tempat yaitu di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Islam Sumatera Utara Medan, Kecamatan Gedung Johor. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2011 sampai dengan Oktober 2011. Penelitian terdiri dari 4 tahap pengujian yaitu 1. Eksplorasi bakteri P.fluorescens dari berbagai rizosfer (bambu, rumput gajah dan gelagah). 2. Uji biofertilizer dan bioprotecting, 3. Uji Aplikasi melalui akar dan daun, 4. Uji seed coating dengan pemberian bakteri P.fluorescens. Hasil penelitian menunjukkan bakteri P.fluorescens sangat efektif sebagai agens induksi ketahanan terhadap penyakit virus pada tanaman cabai di lapangan. Bakteri P. fluorescens asal gelagah merupakan bakteri yang paling efektif sebagai agens induksi ketahanan terhadap penyakit virus pada tanaman cabai di lapangan. Hal ini ditunjukkan dengan periode inkubasi yang lebih lama, rendahnya intensitas serangan penyakit virus, meningkatnya daya kecambah benih cabai, meningkatnya pertumbuhan, perkembangan dan produksi tanaman cabai.
Kata kunci : Cabai, penyakit virus, pengendalian hayati.
Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan dan rahmatNya kepada penulis dalam menyelesaikan tesis yang berjudul Uji Efektifitas Bakteri Pseudomonas fluorescens dari beberapa Rizosfer terhadap Penyakit Virus pada Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) di Lapangan. Tesis merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Magister Pertanian pada Program Studi Agroekoteknologi, Program Pascasarjana Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Komisi Pembimbing Dr. Ir. Hasanuddin, MS., selaku Ketua dan Dr. Lisnawita, SP, M.Si, selaku Anggota.
Demi kesempurnaan penulisan ini penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga dapat bermanfaat untuk penulisan selanjutnya.
Medan, Agustus 2012 Penulis
Universitas Sumatera Utara

UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan dan rahmat-Nya kepada penulis dalam menyelesaikan tesis pada Program Studi Magister Agroekoteknologi, Program Pascasarjana Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Hasanuddin, MS, selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Dr. Lisnawita, SP, M.Si, Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS., Dr. Ir. Lollie Agustina P.Putri, M.Si, dan Prof. Dr. Dra. Maryani Cyccu Tobing, MS., selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan saran, masukan dan bimbingan yang sangat berguna bagi penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS, selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MS dan Dr. Ir. Lollie Agustina P.Putri, M.Si, selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Pascasarjana Agroekoteknologi beserta staff Fakultas Pertanian. Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc(CTM). Sp.A(K), Direktur Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE.
Terima kasih yang sangat mendalam penulis ucapkan kepada keluarga yaitu ayahanda Alm. Bagio dan ibunda Hj. Nurhaidah br. Simorangkir, suami tercinta Hendri Dunand, S.H, yang telah menjadi imam terbaikku serta ananda tersayang
Universitas Sumatera Utara

Rafiqatul Hasanah HD dan Nurul ‘Izzah HD, kakak dan adik yang telah memberikan kasih sayang, materi dan dorongan semangat sehingga penulis berhasil menyelesaikan studi ini.
Terimakasih kepada teman-teman angkatan 2009, teman-teman di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara atas bantuan yang tak ternilai harganya. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga budi baik yang telah diberikan menjadi amal ibadah dan mendapat rahmat dari Allah SWT. Amin.
Medan, Agustus 2012 Penulis
Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP
Nurliana, lahir sebagai anak kedua dari enam bersaudara pada tanggal 09 Pebruari 1973 di Marbau Selatan, Labuhan Batu Utara. Menempuh pendidikan formal mulai dari sekolah dasar di SD Negeri 112315 Marbau Selatan selesai pada tahun 1985, melanjutkan ke SMP PGRI Marbau selesai pada tahun 1988. Pendidikan Sekolah Menengah Atas di tempuh di SMA Negeri 2 Rantauprapat yang diselesaikan pada tahun 1991, dan lulus dari Fakultas Pertanian Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) Medan pada tahun 1995.

Tahun 1997-2011 penulis bekerja di salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Medan, yang bergerak di bidang Advokasi Petani.
Pada tahun 2009, penulis melanjutkan kuliah di Sekolah Pascasarjana Pertanian Universitas Sumatera Utara (USU).
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

ABSTRACT .............................................................................................. i

ABSTRAK ................................................................................................. ii

KATA PENGANTAR ............................................................................... iii

UCAPAN TERIMA KASIH..................................................................... iv

RIWAYAT HIDUP ................................................................................... vi

DAFTAR ISI.............................................................................................. vii

DAFTAR TABEL...................................................................................... ix


DAFTAR GAMBAR ................................................................................. x

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xi

PENDAHULUAN...................................................................................... Latar Belakang ................................................................................... Tujuan Penelitian................................................................................ Hipotesis............................................................................................. Rumusan Masalah .............................................................................. Manfaat Penelitian..............................................................................

1 3 3 4 4 4

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ Penyakit Pada Tanaman Cabai........................................................... Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR)............................... Bakteri Pseudomonas fluorescens ..................................................... Pengendalian Hayati dan Mekanisme Ketahanan Penyakit ...............

5 5 6 8 10

BAHAN DAN METODE .......................................................................... Tempat dan Waktu ............................................................................. Bahan dan Alat ................................................................................... Metode Penelitian............................................................................... Pelaksanaan Penelitian ....................................................................... Di Laboratorium ................................................................................ Isolasi Pseudomonas kelompok fluorescens dari rizosfer bambu, rumput gajah dan gelagah ............................................ Uji Pewarnaan Gram ................................................................

13 13 13 13 15 15
15 15

Universitas Sumatera Utara

Penyediaan Larutan Bakteri P. fluorescens .............................. Uji Biofertilizer ........................................................................

Uji Kemampuan Menfiksasi Nitrogen (N) Bebas ............ Uji Bioprotecting ......................................................................
Uji Aktifitas Selulosa ...................................................... Penyediaan Formulasi Talk P. fluorescens ............................. Penyelubungan Benih (seed coating) ....................................... Di Lapangan ...................................................................................... Penyemaian Benih .................................................................... Pengolahan Tanah .................................................................... Penanaman Ke Lapangan ......................................................... Aplikasi Bakteri P. fluorescens ................................................ Pemupukan dan Pemeliharaan ................................................. Pengendalian Hama .................................................................. Parameter Pengamatan ...................................................................... Persentase Perkecambahan Benih ............................................ Periode Inkubasi ....................................................................... Persentase Kejadian Penyakit ................................................... Tinggi Tanaman (cm)................................................................ Produksi Cabai per Tanaman (gram) ........................................

16 16 16 17 17 17 18 18 18 18 19 19 20 20 20 20 21 21 21 22

HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ Isolasi Pseudomonas kelompok fluorescens dari rizosfer bambu, rumput gajah dan gelagah ................................................................. Uji Pewarnaan Gram ......................................................................... Uji Kemampuan Menfiksasi Nitrogen (N) Bebas ............................. Uji Aktifitas Selulosa ........................................................................ Persentase Perkecambahan Benih ..................................................... Periode Inkubasi ................................................................................ Persentase Kejadian Penyakit ............................................................ Tinggi Tanaman ................................................................................ Produksi Cabai per Tanaman ............................................................

23
23 24 25 26 27 29 31 34 36

KESIMPULAN ......................................................................................... 39 Kesimpulan ........................................................................................ 39 Saran .................................................................................................. 39

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 40

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL


No

Judul

Halaman

1. Uji kemampuan menfiksasi nitrogen (N) bebas ...................................... 25

2. Uji aktifitas selulosa ................................................................................ 26

3. Persentase perkecambahan benih cabai ................................................... 28

4. Periode inkubasi penyakit akibat virus pada tanaman cabai ................... 30

5. Persentase kejadian penyakit ................................................................... 32

6. Rataan tinggi tanaman (cm) pengamatan I sampai dengan pengamatan XII ........................................................................................................... 34

7. Rataan produksi tanaman (gram) pengamatan I sampai dengan pengamatan VI ......................................................................................... 36


Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR

No J u d u l Halaman

1 Pseudomonas yang diisolasi dari rizosfer bambu, rumput gajah, dan gelagah …………...…………………………………………………

23

2 Pewarnaan gram ketiga isolate bakteri P. fluorescens asal; a). bambu, b). rumput gajah, c). gelagah …………...………….………

24

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN

No J u d u l Halaman


1 Denah penelitian ……………………………………………………. 48

2 Denah plot ………………………………………………………….. 49

3 Deskripsi tanaman cabai dari benih LADO F1 cap Panah Merah...... 50

4 Tabel rataan perkecambahan benih 3 hari setelah semai sampai dengan 9 hari setelah semai dan Tabel Sidik Ragam ………….........

51

5 Tabel rataan tinggi tanaman (cm) pengamatan I sampai dengan pengamatan XII dan Tabel Sidik Ragam…........................................

54

6 Tabel rataan produksi per tanaman (gram) pengamatan I sampai dengan pengamatan VI dan Tabel Sidik Ragam …………...……….

66

7 Tabel kejadian penyakit (hari) pengamatan I sampai dengan pengamatan VIII dan Tabel Sidik Ragam ………………………..…


72

8 Tabel rataan periode inkubasi (hari) dan Tabel Sidik Ragam ……… 80

9 Media pertumbuhan bakteri ………………………………………...

81

10 Bahan uji pewarnaan gram …………………………………………. 82

11 Bahan uji fiksasi-N bebas …………………………………………... 83

12 Bahan uji aktivitas selulosa ………………………………………… 84

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
Nurliana, 2012, Effectiveness Test of Pseudomonas fluorescens Bacterium of Several Rizosfers on the Virus–Contaminated Disease in Chili Plants (Capsicum annum L.) in the Field, under the supervision of Hasanuddin and Lisnawita. Virus is the main disease for chili plants because, in terms of economy, this disease decreases chili production up to 100% that results in the decrease of the farmers’ income. Various control methods have been applied to reduce the virus infection and one of them is by using the resistance induction agents against P. fluorescence. Pseudomonas fluorescence can be isolated from various plant rizosfer. Thus, the purpose of this study conducted in the Plant Disease Laboratory, Faculty of Agriculture, the University of Sumatera Utara and in the Demonstration Plot, Faculty of Agriculture, The Islamic University of Sumatera Utara, Gedung Johor Subdistrict from January to October 2011 was to 1) find out the effectiveness of P. fluorescence bacterium from various rizosfers as the agents of resistance induction to control the virus –contaminated diseases in chili plants, 2) find out the most effective way to apply the P. fluorescence bacterium as the agents of resistance induction to control the virus –contaminated diseases in chili plants. This study consisted of 4 (four) stages such as 1. the Exploration of the P. fluorescence bacterium from various rizosfers (bamboo, Napier/elephant grass, reed), 2. Biofertilizer and bioprotecting tests, 3. the Application test through roots and leaves, and 4. Coating seed test by applying P. fluorescence bacterium. The result of this study showed that P. fluorescence bacterium was very effective as the agents of resistance induction on the virus–contaminated disease in chili plants in the field. This effectiveness was shown through a longer incubation period, low attack intensity of virus-contaminated virus, increasing germination rate of chili seed, and increasing growth, development and production of chili plants.
Keywords: Chili, Virus-Contaminated, Biological Control
Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK
Nurliana, 2012. Uji Efektifitas Bakteri Pseudomonas fluorescens dari beberapa Rizosfer terhadap Penyakit Virus pada Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) di Lapangan. di bawah bimbingan Hasanuddin dan Lisnawita. Virus merupakan penyakit utama pada tanaman cabai karena dari segi ekonomi menurunkan produksi tanaman sampai 100%, yang berakibat pada penurunan pendapatan petani. Berbagai metode pengendalian telah dilakukan untuk mengurangi infeksi virus, salah satunya adalah dengan menggunakan agens induksi ketahanan P. fluorescens. Pseudomonas fluorescens dapat diisolasi dari berbagai rizosfer tanaman. Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah : 1). Mengetahui efektifitas bakteri P. fluorescens dari berbagai rizosfer sebagai agens induksi ketahanan untuk mengendalikan penyakit virus pada tanaman cabai. 2). Mengetahui cara aplikasi bakteri P. fluorescens yang paling efektif sebagai agens induksi ketahanan untuk mengendalikan penyakit virus pada cabai. Penelitian dilaksanakan pada dua tempat yaitu di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Islam Sumatera Utara Medan, Kecamatan Gedung Johor. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2011 sampai dengan Oktober 2011. Penelitian terdiri dari 4 tahap pengujian yaitu 1. Eksplorasi bakteri P.fluorescens dari berbagai rizosfer (bambu, rumput gajah dan gelagah). 2. Uji biofertilizer dan bioprotecting, 3. Uji Aplikasi melalui akar dan daun, 4. Uji seed coating dengan pemberian bakteri P.fluorescens. Hasil penelitian menunjukkan bakteri P.fluorescens sangat efektif sebagai agens induksi ketahanan terhadap penyakit virus pada tanaman cabai di lapangan. Bakteri P. fluorescens asal gelagah merupakan bakteri yang paling efektif sebagai agens induksi ketahanan terhadap penyakit virus pada tanaman cabai di lapangan. Hal ini ditunjukkan dengan periode inkubasi yang lebih lama, rendahnya intensitas serangan penyakit virus, meningkatnya daya kecambah benih cabai, meningkatnya pertumbuhan, perkembangan dan produksi tanaman cabai.
Kata kunci : Cabai, penyakit virus, pengendalian hayati.
Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Latar Belakang Cabai (Capsicum annum L.) merupakan salah satu sayuran paling penting di
dunia dan di Indonesia merupakan salah satu komoditas unggulan hortikultura. Tanaman cabai ditanam di seluruh provinsi di Indonesia dan memiliki nilai yang baik sehingga mendapat prioritas untuk dikembangkan. Luas pertanaman cabai pada tahun 2008 mencapai 103,837 ha, menempati urutan pertama terluas dibandingkan dengan tanaman sayuran lainnya (Direktorat Jenderal Hortikultura 2008), namun produksi masih belum mencukupi kebutuhan nasional. Produksi baru mencapai 6.51 ton per ha sementara potensinya bisa mencapai 20-40 ton per ha. Rendahnya produktivitas cabai tersebut dapat disebabkan banyak faktor, salah satunya gangguan organisme pengganggu tanaman, seperti virus (Agustin 2010).
Beberapa jenis virus yang dilaporkan dapat menginfeksi tanaman cabai di Indonesia diantaranya adalah cucumber mosaic virus (CMV), chilli veinal mottle virus (ChiVMV), tobacco mosaic virus (TMV), tomato mosaic virus (ToMV), tobacco etch virus (TEV), pepper mottle virus (PeMV), tomato spotted wilt virus (TSWV), potato virus Y (PVY) (Semangun 1991), dan Pepper yellow leaf curl virus (PepYLCV) yang menyebabkan penyakit daun keriting kuning cabai merah.
Pepper yellow leaf curl virus (PepYLCV) menjadi salah satu faktor pembatas produksi tanaman cabai saat ini. Kerusakan langsung pada tanaman disebabkan oleh imago dan nimfa Bemisia tabaci (kutu kebul) yang merupakan vektor virus PepYLCV yang mengisap cairan daun. Gejala yang ditimbulkannya berupa gejala
Universitas Sumatera Utara

bercak nekrotik pada daun akibat rusaknya sel-sel dan jaringan daun. Ekskresi kutu kebul menghasilkan madu yang merupakan media yang baik untuk tempat tumbuhnya embun jelaga yang berwarna hitam sehingga menyebabkan proses fotosintesis tidak berlangsung normal (Sudiono dan Purnomo, 2007).
Pengendalian secara alami yang dilakukan oleh petani saat ini adalah terbatas pada hama vektor virus. Pengendalian tersebut antara lain menggunakan tanaman perangkap hama di sekeliling pertanaman cabai seperti jagung, kacang panjang, mentimun, paria, bunga tembelekan dan bunga matahari. Disamping itu penggunaan pestisida nabati dari bahan alami seperti daun nimba. Terlihat upaya pengendalian terbatas pada hama vektor penyakit virus saja. Namun upaya pengendalian di atas belum memberikan hasil yang maksimal. Oleh karena itu diperlukan pengendalian alternatif yaitu pengendalian penyakit dengan menggunakan agens hayati menjadi pilihan untuk mengurangi penggunaan pestisida kimia yang mahal, menyebabkan kerusakan lingkungan dan kesehatan petani.
Menurut Peraturan Menteri Pertanian Nomor 411 tahun 1995 tentang pengertian agens hayati maka, agens hayati adalah setiap organisme yang meliputi spesies, subspesies, varietas, semua jenis serangga, nematoda, protozoa, cendawan (fungi), bakteri, virus, mikoplasma, serta organisme lainnya dalam semua tahap perkembangannya yang dapat dipergunakan untuk keperluan pengendalian hama dan penyakit atau organisme pengganggu, proses produksi, pengolahan hasil pertanian, dan berbagai keperluan lainnya (Menteri Pertanian RI, 1995).
Salah satu agens hayati yang potensial saat ini adalah Pseudomonas fluorescens. Bakteri ini mengeluarkan enzim tertentu yang memiliki kemampuan
Universitas Sumatera Utara

untuk menghancurkan dinding sel patogen. Selain itu bakteri juga menghasilkan hidrogen sianida dan antibiotik seperti pycocyanine dan phenazine yang dapat menghambat pertumbuhan organisme penyebab penyakit. Pseudomonas fluorescens juga memproduksi siderofor yang dapat mengkhelat besi dalam tanah, dan membuat patogen sulit masuk ke jaringan tanaman. Senyawa giberellin yang dihasilkan oleh P. fluorescens dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Bakteri ini juga tidak memiliki fitotoksisitas dan dapat digunakan bersama dengan pupuk hayati, sehingga bakteri ini sesuai untuk semua tanaman.
Pseudomonas fluorescens merupakan salah satu plant growth promoting rhizobacteria (PGPR) yang pertama sekali dikenalkan oleh Kloepper dan Schroth pada tahun 1904. Bakteri ini ditemukan berkolonisasi pada akar tanaman setelah diinokulasikan ke benih yang dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Secara implisit dijelaskan bahwa PGPR memiliki kemampuan berkolonisasi pada akar setelah inokulasi ke benih yang berkembangbiak pada spermosphere (wilayah sekitar benih) dengan merespon eksudat yang dikeluarkan oleh benih untuk melekat pada permukaan akar (Nelson, 2004).
Tujuan Penelitian 1. Mengetahui efektifitas bakteri P. fluorescens dari berbagai rizosfer sebagai agens hayati untuk mengendalikan penyakit virus pada tanaman cabai. 2. Mengetahui cara aplikasi bakteri P. fluorescens yang paling efektif sebagai agens hayati untuk mengendalikan penyakit virus pada cabai.
Universitas Sumatera Utara

Hipotesis 1. Bakteri P. fluorescens dari berbagai sumber rizosfer mempunyai efektifitas yang berbeda. 2. Aplikasi bakteri P. fluorescens dengan cara yang berbeda akan menunjukan efektifitas yang berbeda.
Rumusan Masalah Tingginya serangan penyakit virus pada tanaman cabai seperti pada varietas
Lado F1 dapat menurunkan produksi hingga 100%. Penularan penyakit virus sangat cepat, dapat secara mekanik dan lewat benih. Petani cabai kurang mengetahui penyebab penyakit dikarenakan virus dapat ditularkan oleh banyak vektor dan memiliki kisaran inang yang luas.
Penggunaan agens hayati bakteri P. fluorescens dengan cara seed coating atau penyiraman langsung ke tanah akan menjadi solusi untuk memberi ketahanan tanaman cabai terhadap penyakit virus di lapangan. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi ke petani tentang potensi P. fluorescens sebagai agens induksi ketahanan dan cara aplikasinya yang terbaik untuk mengendalikan penyakit virus pada tanaman cabai di lapangan.
Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA
Penyakit Pada Tanaman Cabai Tanaman cabai rentan dengan serangan berbagai penyakit, baik yang
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur maupun nematoda. Penyakit-penyakit yang menyerang tanaman cabai seperti ; tobacco mosaic virus (TMV), cucumber mosaic virus (CMV), layu bakteri (Ralstonia solanacearum), rebah kecambah atau dumping off, virus gemini, bercak bakteri (Xanthomonas campestris), antraksnosa (Patek), bercak daun cercospora, busuk daun (Phytophthora capsici), layu fusarium, bengkak akar (Meloidogyne, spp.), busuk basah bakteri (Erwinia carotovora), dan bercak kering bakteri (Xanthomonas campestris) (Duriat et al., 2007).
Penyakit yang disebabkan oleh virus menjadi organisme pengganggu tanaman (OPT) utama yang menyebabkan kerugian pada usaha tani cabai. Menurut Duriat dan Muharam (2003) ahli virologi seperti Neinhaus (1981) dan Kalloo (1994) telah mencatat antara 13-35 jenis virus yang menyerang tanaman cabai di daerah tropis dan sub tropis. Prevalensi penyakit virus ini dari waktu ke waktu terjadi perubahan seperti hasil deteksi virus cabai yang dilakukan Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) Lembang antara 1986-1995 . Hasil survei tahun 1986 dan 1990 dilaporkan urutan tiga virus utama yaitu CMV (Cucumber Mosaic Virus), PVY (Potato Virus Yellow) dan TEV (Tobacco Etch Virus). Pada tahun 1992 dan 1995 urutan berubah menjadi CMV, CVMV (Chili Veinal Motle Virus) dan PVY. Pada tahun 2002 dan 2003 geminivirus telah menjadi epidemik di sebagian daerah sentra produksi cabai di Indonesia.
Universitas Sumatera Utara

Penyakit virus kuning yang disebabkan oleh virus gemini TYLCV (Tomato Yellow Leaf Curl Virus) genomnya berupa DNA utas tunggal, berbentuk bundar dan terselubung dalam virion ikosahedral kembar (germinate). Penyakit ini tidak ditularkan oleh biji, tetapi dapat menular melalui penyambungan dan serangga vektor B. tabaci. Penyakit virus kerupuk yang disebabkan oleh CPSV (Chili Puckery Stunt Virus) yang ditularkan oleh golongan aphid (Aphis gossypii) sebagai vektor virus dan dapat pula ditularkan lewat penyambungan. Penyakit virus mosaik keriting yang disebabkan oleh PVY atau TEV atau CMV atau CVMV secara tunggal atau gabungan yang ditularkan oleh vektor dari golongan aphid (Myzus persicae dan A. gossypii). Penyakit virus kerdil, nekrosis, mosaik ringan disebabkan oleh tobacco mosaic virus (TMV) dan tomato mosaic virus (ToMV) dapat ditularkan secara kontak. Kisaran inang dari penyakit virus pada cabai juga sangat luas seperti tomat, tembakau, ketimun, gulma berdaun lebar, kubis, kacang panjang, kumis kucing, cabai rawit dan gulma babadotan.
Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) Istilah rizosfer pertama sekali diperkenalkan oleh Hiltner pada tahun 1904,
yang didefenisikan tanah yang mengelilingi akar yang dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme. Interaksi ini ditandai dengan adanya pemanfaatan eksudat akar yang dikeluarkan akar oleh mikroorganisme dan sebaliknya metabolisme di perakaran dipengaruhi oleh kerja mikroorganisme. Eksudat akar adalah asam amino, asam organik, karbohidrat, gula, vitamin, mucilage dan protein. Eksudat akar sebagai pengirim pesan untuk merangsang interaksi biologi maupun
Universitas Sumatera Utara

fisik diantara akar dan organisme perakaran. Modifikasi biologi dan fisika tanah dari rizosfer memberi kontribusi bagi pertumbuhan akar tanaman agar tetap survive (Kelly, 2005).
Bakteri-bakteri yang hidup di sekitar perakaran ada yang menguntungkan. Bakteri ini sering disebut dengan rizobakteri pemacu tumbuh tanaman (RPTT) atau popular disebut plant growth promoting rhizobacteria (PGPR). Aktivitas rizobakteria ini memberi keuntungan langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung PGPR ini didasarkan atas kemampuannya menyediakan dan memobilisasi atau memfasilitasi penyerapan berbagai unsur hara dalam tanah serta mensintesis dan mengubah konsentrasi berbagai fitohormon pemacu tumbuh (Husen et al., 2006).
Dalam Supriadi (2006) menurut Lelliot dan Stead (1987), jenis-jenis agens hayati dari kelompok bakteri yang pernah diteliti telah dirangkum oleh Sadler (2005), yang meliputi Bacillus spp., B. cereus, B. polymyxa, B. subtilis, Burkholderia glume, Corynebacterium sp., Escherichia sp., Pseudomonas aeruginosa, P. fluorescens, Streptomyces mutabilis, dan actinomycetes. Diantara spesies bakteri tersebut, B. polymyxa dan Curtobacterium (Corynebacterium) flaccumfaciens pv. flaccumfaciens perlu diwaspadai karena berpotensi menjadi patogen pada tanaman.
Menurut Nivedhitha et al. (2008), tiga bakteri dan satu Actinomycetes yang diisolasi dari rizosfer bambu menunjukkan daya hambat terhadap pertumbuhan Fusarium, meningkatkan pertumbuhan tanaman, dan bertambahnya jumlah daun. Selanjutnya menurut Minorsky (2008), bakteri P. fluorescens B16 yang diisolasi dari perakaran tanaman Graminae menunjukan adanya kolonisasi yang dapat meningkatkan hasil, menambah jumlah bunga, menambah jumlah buah, dan berat
Universitas Sumatera Utara

buah tomat. Kemampuan untuk menfiksasi nitrogen, melarutkan fosfat, memproduksi senyawa siderofor dan hidrogen sianida (HCN), enzim kitinase, protease, dan selulosa merupakan karakteristik rizobakteri yang diinginkan (Zhang, 2004). Oleh karena itu untuk memperoleh rizobakteri yang berpotensi perlu dievaluasi berbagai karakter tersebut. Salah satu kemampuan rizobakteri dari kelompok Bacillus spp. dan Pseudomonas spp. yang telah dilaporkan adalah mampu melarutkan fosfat (Faccini et al., 2004). Selain itu P. fluorescens merupakan salah satu mikroorganisme antagonis yang diteliti secara intensif dan berpotensi besar untuk pengendalian beberapa penyakit (Hasanuddin, 2003).
Bakteri Pseudomonas fluorescens Pseudomonas fluorescens berbentuk gram negatif yang bersumber dari tanah
dan air. Suhu perkembangan dari P. fluorescens antara 25-30°C tetapi juga dapat bertahan dalam suhu rendah 0°C. Pseudomonas fluorescens merupakan bakteri obligat aerob dan oksidase positif. Dalam kondisi anaerobik bakteri ini tidak berkembang. Bakteri P. fluorescens mempunyai kemampuan dalam menghasilkan siderofor yang berguna sebagai pengkhelat besi ketika konsentrasi besi rendah. Sebaliknya apabila konsentrasi besi tinggi, pyoverdine tidak diperlukan sehingga koloni bakteri tidak akan berpendar di bawah sinar ultraviolet. Di samping itu P. fluorescens juga menghasilkan viscosin yang dapat meningkatkan antivirality.
Metabolit sekunder yang dihasilkan P. fluorescens memainkan peranan penting dalam menekan perkembangan penyakit tanaman seperti antibiotik pyrrolnitrin, pyoluteorin, dan 2,4-diacetylphloroglucinol yang menghambat
Universitas Sumatera Utara

pertumbuhan phytopatogen. Pseudomonas fluorescens menghasilkan hidrogen sianida, pyocheline siderophores dan pyoverdine. Pseudomonas fluorescens menghasilkan exopolysaccharides yang digunakan untuk perlindungan terhadap bakteriofag atau dehidrasi serta untuk pertahanan terhadap sistem kekebalan tubuh inang. Pseudomonas fluorescens memiliki flagella yang berguna dalam proses metabolisme. Secara khusus, isolat P. fluorescens tertentu menghasilkan dari metabolit sekunder 2,4-diacetylphloroglucinol (2,4-DAPG) dan biokontrol properti antiphytopathegenic dalam strain nya. http://microbewiki.kenyon.edu/index.php/ Pseudomonas_fluorescens.
Semua isolat P. fluorescens yang diuji bersifat gram negatif, membentuk enzim katalase dan oksidase positif. Memerlukan oksigen untuk tumbuh (aerob), mampu menghidrolisa pati dan arginin, membentuk enzim gelatinase, melakukan denitrifikasi dan tidak mengakumulasi poly-hydroxybutirate (Arwiyanto et al., 2007).
Yanti et al., (2008), melaporkan aplikasi P. fluorescens pada tanaman cabai menunjukkan pertumbuhan yang bagus. Hal ini dilihat dari peningkatan tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah, berat kering tanaman dan hasil. Di samping itu aplikasi P. fluorescens juga dapat meningkatkan pengurangan serangan penyakit pada tanaman cabai.
Menurut Kloepper (1996), ketahanan sistemik terinduksi (induced systemic resistance) bergantung pada kolonisasi sistem perakaran oleh PGPR. Kolonisasi oleh PGPR dapat terjadi melalui penyelubungan benih atau penambahan suspensi PGPR ke dalam tanah pada saat pindah tanaman.
Universitas Sumatera Utara

Pengendalian Hayati dan Mekanisme Ketahanan Penyakit Kerugian yang disebabkan oleh serangan penyakit cukup tinggi dengan
menurunnya produksi tanaman cabai. Tindakan pengendalian yang dilakukan selama ini dengan menggunakan pestisida kimia. Disamping harganya mahal dan susah didapat, pestisida kimia dapat berakibat pada kerusakan lingkungan dan kesehatan petani. Hal ini menjadi tantangan besar bagi kita untuk mencari teknik pengendalian yang lebih bersahabat dengan lingkungan dan kesehatan petani dalam melindungi tanaman terhadap serangan berbagai penyakit pada tanaman cabai.
Pengendalian hayati dilihat dari aspek ekologi adalah suatu fase dari pengendalian alami. Definisi pengendalian hayati adalah perbuatan parasitoid, predator dan patogen dalam memelihara kepadatan populasi organisme pada tingkat rata-rata yang lebih rendah dari pada apabila perbuatan itu tidak ada.
Beberapa mekanisme pengendalian hayati, antara lain adalah sebagai berikut (Istikorini, 2002): 1. Antagonisme
Antagonis adalah mikroorganisme yang mempunyai pengaruh yang merugikan terhadap mikrooraganisme lain yang tumbuh dan berasosiasi dengannya. Antagonisme meliputi (a) kompetisi nutrisi atau sesuatu yang lain dalam jumlah terbatas tetapi diperlukan oleh OPT, (b) antibiosis sebagai hasil dari pelepasan antibiotika atau senyawa kimia yang lain oleh mikroorganisme dan berbahaya bagi OPT dan, (c) predasi, hiperparasitisme, mikroparasitisme atau bentuk yang lain dari eksploitasi langsung terhadap OPT oleh mikroorganisme yang lain.
Universitas Sumatera Utara

2. Ketahanan Terimbas. Ketahanan terimbas adalah ketahanan yang berkembang setelah tanaman diinokulasi lebih awal dengan elisitor biotik (mikroorganisme avirulen, non patogenik, saprofit) dan elisitor abiotik (asam salisilik, asam 2-kloroetil fosfonik). Kacang buncis yang diimbas dengan Colletotrichum lindemuthianum ras non patogenik menjadi tahan terhadap ras patogenik (Agrios, 1988).
3. Proteksi Silang. Tanaman yang diinokulasi dengan strain virus yang lemah hanya sedikit menderita kerusakan, tetapi akan terlindung dari infeksi strain yang kuat. Strain yang dilemahkan antara lain dapat dibuat dengan pemanasan in vivo, pendinginan in vivo dan dengan asam nitrit. Proteksi silang sudah banyak dilakukan di banyak negara antara lain Taiwan dan Jepang. Ketahanan sistemik terinduksi (KST) pada berbagai tanaman terhadap serangan patogen akibat aplikasi agens penginduksi tidak terlepas dari peran senyawa-senyawa tertentu dan PR-protein (Patogenesis Related-protein) seperti peroksidase, kitinase, β-1,3 glukanase, β-1,4glukosidase, dan asam salisilat sebagaimana ditunjukkan oleh peningkatan aktivitas dan kadarnya (Wei et al., 1996). Kessman et al. (1994) menyatakan, asam salisilat (AS) memegang peranan penting dalam KST. Asam salisilat terbentuk pada tanaman sebagai reaksi terhadap infeksi patogen.Beberapa produk dari gen KST mempunyai sifat antimikrobia atau dapat dimasukkan ke dalam kelas protein anti mikrobia. Protein itu antara lain berupa β,1-3, Glukanase, kitinase, thaumatin, dan protein PR-1.
Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE
Tempat dan waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara dan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) Jl. Ekawarni Gedung Johor, dari Januari sampai dengan Oktober 2011.
Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan antara lain, daun pisang kepok, rizosfer bambu,
rumput gajah, dan gelagah, bahan medium Kings’ B, Medium Nutrient Agar (NA), benih cabai Lado F-1, dan pupuk kandang sapi.
Alat-alat yang digunakan antara lain, cawan petri, erlenmeyer 250 dan erlenmeyer 500 ml, mikropipet dan tip 1 ml, autoklaf, gembor, tali, timbangan, cangkul, meteran dan alat tulis.
Metode Penelitian Metode Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)
Faktorial dengan 2 faktor dan 3 kali ulangan, yaitu : Faktor Pertama ; cara aplikasi (A) terdiri dari 2 metoda, yaitu : A1 = Aplikasi melalui akar. A2 = Aplikasi melalui daun.
Universitas Sumatera Utara

Faktor kedua ; Penyelubungan benih (seed coating) (C) terdiri dari 3 taraf, yaitu :
C1 = Penyelubungan + P. fluorescens asal bambu C2 = Penyelubungan + P. fluorescens asal rumput gajah C3 = Penyelubungan + P. fluorescens asal gelagah Sehingga didapat 2 x 3 = 6 kombinasi perlakuan yaitu :

A1C1

A2C1

A1C2

A2C2

A1C3

A2C3

Data dianalisis dengan uji kontras dengan kontrol/pembanding tanpa aplikasi P.

fluorescens.

Model Linier Rancangan Penelitian :

Yijk = µ + αj=1,2 + βj=1,2,3 + (αβ)ij + Kk=1,2,3 + Єijk

dimana :

Yijk = Hasil pengamatan untuk faktor A taraf ke-i, faktor C taraf ke-j pada kelompok ke-k.

µ = Nilai tengah umum

αj βj (αβ)ij

= Pengaruh faktor A pada taraf ke-i
= Pengaruh faktor C pada taraf ke-j
= Pengaruh interaksi AC pada taraf ke-i (dari faktor A) dan taraf ke-j (dari taraf C).

Kk = Pengaruh kelompok ke-k
Єijk = Pengaruh acak (galat percobaan) pada taraf ke-i (faktor A), taraf ke-j (faktor C), dan pengaruh ke-k.

Universitas Sumatera Utara

Pelaksanaan Penelitian Di Laboratorium Isolasi Pseudomonas kelompok fluorescens dari rizosfer bambu, rumput gajah dan gelagah.
Sebanyak 10 g akar dan butiran tanah yang melekat di permukaan akar di rizosfer bambu, rumput gajah dan gelagah, disuspensikan dalam 90 ml aquadest steril. Setelah itu suspensi dikocok menggunakan rotary shaker selama 30 menit dengan kecepatan 100 rpm. Suspensi yang diperoleh diencerkan menjadi 10-1, 10-2, 10-3, 10-4, 10-5 dan dilakukan plating pada pengenceran 10-3, 10-4, 10-5 sebanyak 0,1 ml pada media King’s B (agar 15 gr, bacto peptone 20 gr, glycerol 10 ml, dipotassium phosphate 1,5 g, magnesium sulfate 7 H2O 1,5 gr) (Biokar Diagnostic, 2009). Setelah itu biakan diinkubasikan pada suhu 37oC selama 24 jam. Setiap koloni rizobakteri yang tumbuh diisolasi kembali, dan dibuat biakan murni. Uji Pewarnaan Gram
Untuk mengetahui apakah bakteri yang didapat gram positif atau negatif dilakukan pengujian gram (gram staining) dari biakan murni setiap isolat. Pewarnaan gram terdiri dari larutan A: crystal violet 2,0 g, ethyl alkohol (95%) 20,0 ml, larutan B: ammonium oxalate 0,8 g, H2O 80,0 ml. Selanjutnya larutan A dan Larutan B dicampur, kemudian dimasukan dan disimpan dalam inkubator dengan suhu 300C selama 1 x 24 jam sebelum digunakan. Kemudian larutan tersebut disaring dengan kertas saring, dimasukkan ke dalam botol penyimpanan.
Iodine (I2) 1,0 g, potasium iodida (KI) 2,0 g, H2O 300,0 ml. Larutan iodine dibiarkan melarut beberapa jam atau satu malam pada botol gelap, atau iodine dan KI
Universitas Sumatera Utara

digerus halus di dalam mortar, kemudian tambahkan air perlahan. Selanjutnya campuran disimpan di dalam botol gelap selama 1 malam.
Pewarna tandingan, Larutan stock : Safranin O 2,5 g, Ethyl alkohol 100,0 ml, Larutan Kerja : Larutan stok 10,0 ml, H2O 90,0 ml. Pengujian dilakukan dengan mengoles tipis suspensi dari koloni murni bakteri berumur 24 jam pada gelas objek yang bersih kemudian dikering-anginkan. Setelah kering difiksasi dengan cara melewatkan bagian bawah gelas objek di atas api bunsen dua kali. Olesan bakteri digenangi dengan larutan kristal violet selama 1 menit. Kemudian dibilas dengan air kran selama beberapa detik. Selanjutnya dikering anginkan dan digenangi kembali dengan larutan iodine dan dibiarkan selama 1 menit. Setelah itu dibilas dengan air kran selama beberapa detik, dan dikering anginkan. Selanjutnya dibilas dengan alkohol 95% selama 30 detik, kemudian dikering anginkan dan dibilas kembali dengan air kran selama 2 detik. Setelah itu biakan digenangi dengan safranin selama 10 detik dan dibilas kembali dengan air kran dengan cepat, lalu dikering anginkan. Hasil pewarnaan diamati di bawah mikroskop kompaun dengan pembesaran 10x100 kali dengan menggunakan minyak imersi (immersion oil). Sel-sel bakteri gram positif akan berwarna ungu hingga biru gelap sedangkan bakteri gram negatif akan berwarna merah (Departemen Pertanian Badan Karantina Pertanian, 2008).
Universitas Sumatera Utara

Penyediaan Larutan Bakteri P. fluorescens Isolat P. fluorescens yang disiapkan untuk perlakuan benih ditumbuhkan
dalam media Kings’B agar selama 1 x 24 jam. Koloni yang terbentuk selanjutnya disuspensikan dalam media Kings’B cair 125 ml per rizosfer dan diguncang dengan rotary shaker selama 7x24 jam dengan kecepatan 100 rpm. Setiap aplikasi dilakukan pembuatan suspensi yang baru.
Uji Biofertilizer Uji Kemampuan Menfiksasi Nitrogen (N) Bebas.
Fiksasi N dari udara yang berkisar 78-80% dapat dilakukan oleh beberapa bakteri yang hidup bebas maupun bersimbiosis dengan akar tanaman, salah satunya adalah bakteri P. fluorescens. Pengujian dilakukan menurut Hara et al. (2009), dengan membuat media mineral minimum tanpa N dengan komposisi sebagai berikut: MgSO4.7H2O 25 g, FeSO4.7H2O 0,01 g, Na2MoO4.2H2O 0,01 g, MnSO4.5H2O 0,01 g, CaCl2 0,1 g, K2HPO4 dalam buffer NaCl (1 kali ; stok K2HPO4 200 kali dibuat dari 2 g K2HPO4 dicampur 1 g NaCl dilarutkan dalam 10 ml akuades.Tuang media dalam cawan petri dan diamkan semalam. Tumbukan bakteri isolat uji dengan cara menggoreskan pada permukaan media. Inkubasi hingga 4 hari. Isolat yang tumbuh disubkultur pada media yang sama hingga 3 kali selama 7 hari. Bakteri yang pertumbuhannya stabil pada media ini merupakan bakteri penfiksasi N dari udara bebas.
Universitas Sumatera Utara

Uji Bioprotecting Uji Aktivitas Selulosa
Selulosa merupakan penyusun dinding sel tanaman yang sukar didegradasi, karena monomer glukosanya dihubungkan dengan ikatan β(1.4). Untuk meningkatkan pemecahan ikatan B-(1.4) diperlulan enzim selulase dengan aktivitas tinggi. http://ehsablog.com/dengan-enzim-limbah-pertanian-menjadi-pakan-ternakruminansia.html
Menurut Andro et al. (1984), media yang digunakan terdiri atas 4 bagian yaitu larutan A yaitu CMC yang dibuat dengan mencampurkan NaCl 0,25 g dan K2HPO4 1,5 g ke dalam akuades 400 ml lalu dikocok dengan kecepatan 100 rpm selama 24 jam pada suhu 50°C. Larutan B yaitu MgSO4 1,0 M. Larutan C yaitu: Na2HPO4 3,0 g, NH4Cl 0,5 g, gliserol 2,5 ml, yeast ekstrak 0,5 g, agar 6,5 g dan akuades 100 ml. Larutan D: 7,5% (w/v) CaCl2. Semua bahan disterilisasi secara terpisah dengan autoklaf selama 20 menit. Larutan A dan C dicampur secara perlahan-lahan, lalu 1,0 ml larutan B dan 1,0 ml larutan D hingga larutan homogen. Campuran media uji tersebut selanjutnya dituangkan ke dalam cawan petri (ө 9 cm). Setelah media padat digoreskan isolat rizobakteri lalu diinkubasi selama 3 hari pada suhu ruang. Setelah diinkubasi, media diberi pewarna dengan 10 ml congo-red (0,1%), lalu diinkubasi selama 10 menit, dicuci dengan larutan NaCl 1,0 M selama 15 menit dan diamati terbentuknya halo di sekitar koloni bakteri. Penyediaan Formulasi Talk P. fluorescens
Formulasi tepung P. fluorescens dibuat dengan metode Vidyasekaran & Muthamilan (1995) yang dimodifikasi. Sepuluh gram karboksi metil selulosa
Universitas Sumatera Utara

(CMC), 1 kg bedak (talk), dan ditambahkan sedikit demi sedikit kalsium karbonat (CaCO3) hingga mencapai pH 7,0. Setelah itu disterilkan dengan autoklaf temperatur 1 ATM (1210C) selama 30 menit selama dua hari berturut-turut. Pseudomonas fluorescens ditumbuhkan pada media King’s B cair dengan volume 400 ml dan diguncang selama 48 jam dengan kecepatan 150 rpm. Kemudian dibuat formulasi tepung bakteri yang berisi 109 cfu ditambah dengan 1 kg talk steril. Formulasi ini dapat disimpan pada suhu 4°C dengan kadar air 35% selama 1 bulan. Penyelubungan benih (Seed Coating)
Proses penyelubungan benih (seed coating) dilakukan secara manual. Benih ditimbang sebelum dan sesudah di-coating untuk mengetahui bobot bahan coating yang melekat. Campurkan benih dengan formulasi tepung bakteri dan diaduk merata menggunakan magnetic stirer. Lama pengadukan 20 menit. Benih yang telah dicoating kemudian dikeringkan selama 10 jam di bawah sinar matahari. Sebagai kontrol tanpa pemberian P. fluorescens (Setiyowati et al., 2007). Di Lapangan Penyemaian Benih
Benih cabai ditanam pada polibek yang telah diisi media steril (tanah + pupuk kandang dengan perbanding 2:1), kemudian persemaian disungkup dengan menggunakan kain kassa. Pengolahan Tanah
Satu bulan sebelum tanam, lahan dibersihkan dari gulma-gulma yang tumbuh dan sisa tanaman atau sampah. Pencangkulan dilakukan dengan kedalaman 30-40 cm. Tanah diberakan selama 10 (sepuluh) hari. Setelah itu dibuat bedengan kasar
Universitas Sumatera Utara

dengan luas 1 m x 1,3 m dengan jarak antar sub plot 50 cm, jarak antar main plot 75 cm sedangkan jarak antar ulangan 100 cm.
Lima belas hari sebelum tanam dilakukan pemberian pupuk kandang yang sebelumnya telah dikomposkan. Keesokan harinya dilakukan pencincangan lalu dibiarkan selama 7 (tujuh) hari. Setelah itu dilakukan penyiraman bedengan sampai basah dan diberi mulsa dari bahan organik jerami. Lubang tanam dibuat dengan jarak 60 x 70 cm. Setiap plot terdiri dari 8 tanaman yang terdiri dari 4 tanaman sampel. Lubang tanam dibuat 1 minggu sebelum tanam dan diberi pupuk kandang 1 kg /lubang tanam. Pemberian mulsa dilakukan 1 minggu sebelum tanam. Penanaman ke Lapangan
Satu bulan di persemaian, bibit cabai dapat dipindahkan ke lapangan. Perpindahan dilakukan pada sore hari saat intensitas matahari rendah dengan jarak tanam 60 x 70 cm. Aplikasi bakteri P. fluorescens
Aplikasi bakteri P. fluorescens menggunakan laruta