❏ Simon Sabon Ola dan Theo Eban Ola
Struktur Tuturan Ritual Kelompok Etnik Lamaholot
LOGAT
JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA Volume I No. 2 Oktober Tahun 2005
STRUKTUR TUTURAN RITUAL KELOMPOK ETNIK LAMAHOLOT
Simon Sabon Ola dan Theo Eban Ola
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Nusa Cendana
Abstract
In many cases, the analysis of language without serious attention to social and cultural context could be meaningless. Many studies and experts conclude that there are obvious
interrelationship among language, society, and culture. This paper discusses the structure of ritual speech Lamaholot ethnic, an ethnic group in East Flores, East Nusa Tenggara.
The problem discussed in this paper is that how are the language structures and uttering structures of ritual speech of Lamaholot ethnic? The result of analysis shows that the
language structures and uttering structure have particular interrelationship. The interrelationship shows the segments of culture possessed by the speech community of the
Lamaholot language.
Key words: ritual speech, Lamaholot ethnic group, language structure, uttering structure, speech community
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Bahasa selalu digunakan dalam konteks sosial dan
budaya penuturnya, sebagaimana dikatakan oleh Brown dan Yule 1996:25 bahwa untaian bahasa
linguistic string yang dianalisis sepenuhnya tanpa memperhitungkan konteks telah
dipertanyakan secara serius. Pendapat ini sejalan dengan pandangan Foley 1997:249, bahwa
berbicara merupakan tindakan yang dibentuk secara budaya. Pemakaian bahasa Lamaholot
selanjutnya BL, sebuah bahasa daerah di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, sudah tentu terikat
konteks sosial budaya yang melatarinya. Bahasa Lamaholot menggambarkan salah satu ciri
penuturnya yang secara kolektif merasa memiliki budaya dan etnik Lamaholot. Sebagai bahasa etnik
sekaligus sebagai pemarkah etnik, bahasa Lamaholot berfungsi sebagai sarana pemertahanan
dan pewarisan tradisi, khususnya sebagai wahana upacara-upacara adat upacara ritual.
Pemakaian bahasa ritual bersifat khas dan berbeda dengan bahasa sehari-hari ordinary
language, baik gaya, struktur, pilihan kata, maupun konteks penuturannya. Tulisan ini
berfokus pada struktur tuturan ritual kelompok etnik Lamaholot TRKEL yang mencakup
struktur kebahasaan dan struktur penuturan. TRKEL pernah diuraikan dalam beberapa tulisan,
antara lain: Ata Kiwan lihat “Sastra Lisan Lamaholot” Laporan penelitian oleh Sanga,
dkk.1995, dan Demon dan Paji, Dua Bersaudara yang Bermusuhan di Kepulauan Solor Ardnt
2002. Meskipun tidak secara khusus membahas struktur TRKEL, bagian tertentu dari tulisan-
tulisan tersebut, terutama contoh-contoh tuturan ritual yang terdapat di dalam tulisan tersebut, dapat
dijadikan rujukan awal.
1.2 Rumusan Masalah Masalah yang mendasari tulisan ini didasarkan
pada masalah penelitian lapangan untuk disertasi penulis. Masalah yang dibahas dalam tulisan ini
ialah “Bagaimana struktur TRKEL di Pulau Adonara, Flores Timur?” Rumusan ini mencakup
sejumlah unsur, yakni: a. struktur kebahasaan, yang mencakup: aspek
fonologi dan aspek morfosintaksis; b. struktur penuturan, berkaitan dengan tampilan
bagian-bagian pendahuluan, inti, penutup dan hubungan antarbagian dalam TRKEL.
Rumusan masalah di atas bertolak dari asumsi bahwa sebagai salah bentuk pemakaian
bahasa, TRKEL memiliki struktur yang bersifat khas. Struktur yang bersifat khas itu merupakan
kreativitas bahasa dan budaya pemiliknya.
1.3 Metode Penelitian Secara umum prosedur suatu penelitian mencakup
pendataan, analisis data, dan penyajian hasil analisis. Pendataan dilakukan dengan
menggunakan metode pengamatan dan wawancara, dibantu dengan teknik perekaman
dengan pita kaset dan kamera video. Data yang telah diperoleh berupa tuturan ritual tersebut
dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif.
❏ Simon Sabon Ola dan Theo Eban Ola
Struktur Tuturan Ritual Kelompok Etnik Lamaholot
LOGAT
JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA Volume I No. 2 Oktober Tahun 2005
Hasil analisis itu disajikan dengan menggunakan metode deskriptif.
Penelitian ini berlokasi di Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara
Timur. Berdasarkan keragaman variasi bahasa yang diasumsikan adanya variasi tuturan ritual,
maka kelompok etnik Lamaholot di Pulau Adonara dipilah menjadi empat bagian, yakni Adonara
Timur Bagian Utara, Adonara Timur Bagian Selatan, Adonara Barat Bagian Utara, dan Adonara
Barat Bagian Selatan dengan masing-masing satu kampung tradisi, yakni Witihama, Lamawolo,
Kenotan, dan Lewokeda tidak digunakan sebutan desa sebagai konsep sekaligus unsur dari sistem
pemerintahan moderen yang sering batasannya melampaui batas-batas subkultur. Narasumber
penelitian ini adalah Bapak Alias Tupen, Bapak Petrus Lae Sili, Bapak Domi Samon, dan Bapak
Markus Ledun.
1.4 Data dan Sumber Data Data TRKEL yang dianalisis dalam kajian ini
terdiri atas dua kategori, seperti berikut ini. a. Penawon, tuturan ritual pada upacara bau’
lolon, upacara memberikan sesajian persembahan kepada leluhur agar seseorang
atau sekelompok orang dibebaskan dari malapetaka, bebas dari penyakit, dan
diberikan kesejahteraan hidup.
b. Kelolo, tuturan ritual untuk mencari kebenaran, yang terdiri atas kelolo belo tapo,
kelolo belo berekane, dan kelolo buhuk adok. Kelolo belo tapo, sesuai dengan namanya,
adalah tuturan ritual untuk memastikan kesalahan yang dibuat seseorang yang
menyebabkan kematiannya melalui upacara belo tapo pemotongan buah kelapa tua.
Kelolo belo berekane adalah tuturan ritual untuk membuktikan kebenaran. Tuturan ritual
ini biasanya diucapkan dalam upacara pain napa yang berkaitan dengan perkawinan dan
upacara tula bale pembuatan rumah adatdei bale pembangunan rumah adat. Kelolo
buhuk adok adalah tuturan ritual yang diucapkan untuk menemukan kebenaran
melalui upacara uku gahin berkaitan dengan pembunuhanperang.
Data primer diperoleh dari tua-tua adat dan dukun tradisi sebagai narasumber. Di samping
data yang diperoleh dari narasumber, juga dimanfaatkan data TRKEL yang terdapat dalam
beberapa pustaka antara lain: Ardnt versi terjemahan 2002 dan Sanga, dkk. 1995 sebagai
data sekunder.
2. KONSEP ACUAN