Penentuan Bilangan Asam Pada Minyak Goreng Kelapa Sawit
PENENTUAN BILANGAN ASAM PADA MINYAK GORENG
KELAPA SAWIT
TUGAS AKHIR OLEH :
LUREY FADLILAH LUBIS NIM 082410025
PROGRAM DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
LEMBAR PENGESAHAN
PENENTUAN BILANGAN ASAM PADA MINYAK
GORENG KELAPA SAWIT
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya
Pada Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
Oleh :
LUREY FADLILAH LUBIS 082410025
Medan, 31 Maret 2011
Disetujui Oleh : Dosen Pembimbing,
Dr.Ginda Haro, M.Sc., Apt NIP 195108161980031002
Disahkan Oleh : Dekan,
Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP 195311281983031002
(3)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, serta Shalawat dan Salam kepada
Rasulullah Muhammad SAW sehingga penulis dapat menempuh perjalanan dalam
penyelesaiaan tugas akhir ini.
Tugas Akhir ini berjudul “PENENTUAN BILANGAN ASAM PADA
MINYAK GORENG KELAPA SAWIT”. Tugas Akhir ini merupakan salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya pada program Diploma III Analis
Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan.
Dalam menyelesaikan penulisan Tugas Akhir ini, ternyata tidaklah semuda
yang dibayangkan sebelumnya. Namun berkat dorongan, semangat dan dukungan
dari berbagai pihak merupakan kekuatan yang sangat besar hingga
terselesaikannya tugas akhir ini. Khususnya dorongan dari kedua orang tua
penulis baik moril maupun materil serta do’a. Mereka adalah Ayahanda
H.Syarifuddin Lubis dan ibunda Nuraminah Siregar yang merupakan Inspirator
dan pemacu semangat penulis agar tidak pernah berhenti untuk menempuh
cita-cita yang diharapkan.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan rasa terimakasih yang tak
terhingga kepada :
1. Bapak Prof.Dr.Sumadio Hadisahputra,Apt, selaku Dekan Fakultas Farmasi
(4)
2. Bapak Prof.Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt selaku Koordinator
Program Diploma-III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Dr.Ginda Haro, M.Sc., Apt selaku Dosen Pembimbing. Telah
meluangkan waktu untuk memberikan nasehat serta perhatiannya hingga
selesainya Tugas Akhir ini.
4. Seluruh dosen/staf pengajar Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Ir. Novira Dwi SA, beserta Koordinator dan staf Laboratorium Unit
Pelayanan Teknis Daerah Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang
(UPTD.BPSMB) Medan.
6. Seluruh teman-teman kuliah angkatan 2008 yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi arti keberadaan mereka.
Sebagai seorang manusia dengan keterbatasan ilmu pengetahuan yang dikuasai,
penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih sangat jauh dari sempurna
sehingga membutuhkan masukan dan kritikan yang bersifat membangun, oleh
karena itu penulis sangat membuka luas bagi yang ingin menyumbangkan
masukan dan kritik demi kesempurnaan Tugas Akhir ini.
Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat
bagi penulis sendiri maupun bagi pembaca.
Medan, April 2011
(5)
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan dan Manfaat ... 2
1.2.1 Tujuan . ... 2
1.2.2 Manfaat . ... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3
2.1 Kelapa Sawit ... 3
2.1.1 Klasifikasi Dan Morfologi Kelapa Sawit ... 3
2.1.2 Kandungan Minyak Kelapa Sawit ... 4
2.2 Minyak Goreng ... 6
2.3 Pembuatan Minyak Goreng Kelapa Sawit ... 8
2.4 Penentuan Mutu Minyak ... 10
(6)
2.4.1.2 Asam Lemak Bebas ... 12
2.4.2 Penentuan Angka Peroksida ... 12
2.4.3 Penentuan Asam Thiobarbiturat (TBA) . ... 13
2.4.4 Penentuan Kadar Air Pada Minyak ... 13
BAB III METODOLOGI ... 14
3.1 Alat dan Bahan ... 14
3.1.1 Alat-alat .. ... 14
3.1.2 Bahan-bahan ... 14
3.2 Prosedur ... 14
3.2.1 Pembuatan Pereaksi ... 14
3.2.2 Pembuatan Larutan Standar NaOH ... 15
3.2.3 Penentuan Bilangan Asam ... 16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 17
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 19
5.1 Kesimpulan ... 19
5.2 Saran ... 19
DAFTAR PUSTAKA ... 20
(7)
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Parameter Syarat Mutu Minyak goreng kelapa sawit ... 7
Tabel 2 Hasil Penetapan Bilangan Asam Pada Minyak Goreng Kelapa Sawit
Curah ... 17
Tabel 3 Hasil Penetapan Bilangan Asam Pada Minyak Goreng Kelapa Sawit
Bermerek ... 17
Tabel 4 Hasil Standarisasi NaOH 0,1 N ... 21
(8)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil dan Perhitungan Standarisasi NaOH 0,1 N ... . 21
Lampiran 2 Perhitungan Pengujian Bilangan Asam Pada Minyak Goreng Kelapa
Sawit Curah ... 23
Lampiran 3 Perhitungan Pengujian Bilangan Asam Pada Minyak Goreng Kelapa
(9)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Minyak merupakan campuran dari ester asam lemak dengan gliserol. Jenis minyak yang umum dipakai untuk menggoreng adalah minyak nabati seperti
minyak sawit, minyak kacang tanah, minyak wijen, dan sebagainya. Minyak
goreng jenis ini mengandung sekitar 80% asam lemak tak jenuh jenis asam oleat
dan linoleat, kecuali minyak kelapa (Sartika, 2009).
Menurut Sudarmadji (1989), penentuan kualitas minyak ditentukan
dengan penetapan bilangan asam, angka peroksida, angka Thiobarbiturat (TBA)
dan kadar air pada minyak. Keasaman lemak dan minyak dinyatakan sebagai
jumlah ml alkali 0,1 N yang diperlukan untuk menetralkan asam bebas dalam 10,0
g zat. Keasaman sering dinyatakan sebagai bilangan asam, yaitu jumlah ml
KOH/NaOH yang diperlukan untuk menetralkan asam-asam bebas dalam 1,0 g
zat. Dimana, semakin tinggi bilangan asam maka semakin rendah pulalah mutu
minyak goreng tersebut. Asam lemak bebas dihasilkan dari proses hidrolisa
(Dep.Kes RI, 1995; Sudarmadji, 1989).
Pada penelitian ini akan dilakukan pengujian terhadap bilangan asam pada minyak goreng kelapa sawit berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI)
(10)
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui nilai bilangan asam pada minyak goreng kelapa sawit
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari tugas akhir ini yaitu:
- Untuk mengetahui bilangan asam yang terdapat dalam minyak goreng
kelapa sawit apakah memenuhi syarat SNI atau tidak
(11)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelapa Sawit
Nama ilmiah : Elaeis guinensis Jack
Kelapa sawit berasal dari Nigeria dan Afrika Barat, tetapi ada juga yang
menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika Selatan yaitu Brazil. Hal itu
dikarenakan kelapa sawit lebih banyak ditemukan di hutan Brazil dibandingkan
dengan Afrika. Pada kenyataannya tanaman kelapa sawit hidup subur di luar
daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Papua Nugini (Fauzi,
2002).
2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Kelapa Sawit
Kerajaan
Divisi
Kelas
Ordo
Famili
Genus : Elaeis
Species : Elaeis guineensis dan Elaeis oleifera
Kelapa sawit berbentuk
(12)
terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk
mendapatkan tambahan aerasi (Wikipedia, 2011).
Daun kelapa sawit tersusun majemuk menyirip dan berwarna hijau tua
serta memiliki pelepah berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya agak mirip
dengan tanama
Batang tanaman diselimuti pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun,
pelapah akan mengering dan terlepas sehingga penampilannya menjadi mirip
denga
(monoecious diclin) dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat
jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan
panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar (Wikipedia, 2011).
2.1.2 Kandungan Minyak Kelapa Sawit
Minyak sawit memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan minyak
nabati lainnya. Dari aspek ekonomi, harganya relatif murah, selain itu komponen
yang terkandung di dalam minyak sawit lebih banyak dan beragam. Dari aspek
kesehatan yaitu kandungan kolesterolnya rendah. Saat ini, telah banyak pabrik
yang memproduksi minyak goreng yang berasal dari kelapa sawit dengan
(13)
Minyak sawit yang digunakan sebagai produk pangan dihasilkan dari
minyak sawit maupun minyak inti sawit melalui proses fraksinasi, rafinasi, dan
hidrogenesis. Produk Crude Palm Oil (CPO) Indonesia sebagian besar di
fraksinasi sehingga dihasilkan fraksi olein cair dan fraksi stearin padat (Fauzi,
2002).
Minyak sawit digunakan dalam bentuk minyak goreng, margarine, butter,
vanaspati, shortening, dan bahan untuk membuat kue-kue. Sebagai bahan pangan,
minyak sawit mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan minyak goreng
lainnya, yaitu mengandung karotein yang diketahui berfungsi sebagai anti kanker
dan tokoferol sebagai sumber vitamin E. Di samping itu, kandungan asam linoleat
dan linolenatnya rendah sehingga minyak goreng yang terbuat dari minyak sawit
memiliki kestabilan kalor (heat stability) yang tinggi dan tidak mudah teroksidasi.
Oleh karena itu, minyak sawit sebagai minyak goreng bersifat lebih awet dan
makanan yang digoreng dengan menggunakan minyak sawit tidak cepat tengik
(Fauzi, 2002).
Lemak dan minyak termasuk dalam kelompok senyawa yang disebut
lipida, yang pada umumnya mempunyai sifat yang sama yaitu tidak larut dalam
air. Pada umumnya, lemak berbentuk padat pada suhu kamar, sedangkan minyak
dalam suhu kamar bentuk cair, tetapi keduanya terdiri dari molekul-molekul
trigliserida (Winarno, 1982).
Lemak merupakan bahan berbentuk padat pada suhu kamar hal ini
disebabkan tingginya kandungan asam lemak jenuh yang secara stuktur tidak
(14)
Contoh asam lemak jenuh yang banyak terdapat di alam adalah asam palmitat dan
asam stearat. Sedangkan minyak merupakan bahan cair pada suhu kamar, hal ini
disebabkan rendahnya kandungan asam lemak jenuh dan tingginya kandungan
asam lemak tak jenuh, yang memiliki satu atau lebih ikatan rangkap diantara
atom-atom karbonnya, sehingga memiliki titik lebur yang rendah (Winarno,
1982).
2.2 Minyak Goreng
Minyak dapat digunakan sebagai medium penggoreng bahan pangan,
misalnya keripik kentang, kacang dan dough nut yang banyak dikonsumsi di
restoran dan hotel (Ketaren, 1986).
Bahan pangan yang digoreng merupakan sebagian besar dari menu manusia.
Kurang lebih 290 juta lemak dan minyak dikonsumsi tiap tahun untuk kripik
kentang saja. Banyak jumlah permintaan akan bahan pangan digoreng, merupakan
suatu bukti yang nyata mengenai betapa besar jumlah bahan pangan di goreng
yang dikonsumsi oleh lapisan masyarakat dari segala tingkat umur (Ketaren,
1986).
Minyak goreng berfungsi sebagai medium penghantar panas, menambah
rasa gurih, menambah nilai gizi, dan kalori dalam bahan pangan (Ketaren, 1986).
Menurut SNI 01-3741-2002, minyak goreng memiliki beberapa persyaratan
mutu. Adapun parameter persyaratan mutu minyak goreng dapat dilihat pada
(15)
Tabel 1. Parameter Syarat Mutu Minyak Goreng menurut SNI 01-3741-2002
No Jenis Uji Satuan
Persyaratan
Mutu I Mutu II
1. Keadaan :
1.1. Bau - normal Normal
1.2. Rasa - normal Normal
1.3. Warna - Putih, kuning pucat sampai kuning
Putih, kuning pucat sampai kuning
2. Kadar air % b/b maks 2 maks 0,3
3. Bilangan Asam mg KOH/g maks 0,6 maks 2
4. Asam Linolenat ( C18:3) dalam
komposisi asam lemak minyak
% maks 0,1 maks 2
5. Cemaran logam :
5.1. Timbal (Pb) mg/kg maks 0,1 maks 0,1
5.2. Timah (Sn) mg/kg maks 40,0/250 maks 40,0/250
5.3. Raksa (Hg) mg/kg maks 0,05 maks 0,05
5.4. Tembaga (Cu) mg/kg maks 0,1 maks 0,1
6. Cemaran arsen (As) mg/kg maks 0,1 maks 0,1
(16)
2.3 Pembuatan Minyak Goreng Kelapa Sawit
Minyak sawit mengandung asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh
yang ikatan molekulnya mudah dipisahkan dengan alkali, sehingga mudah
dibentuk menjadi produk untuk berbagai keperluan, seperti untuk pelumas mesin
dalam berbagai proses industri. Dengan kandungan kadar karotein yang tinggi,
minyak sawit merupakan sumber provitamin A yang murah dibanding dengan
bahan baku lainnya. Minyak sawit paling banyak digunakan sebagai bahan baku
industri pangan yang meliputi sekitar 12 macam bahan dari kelapa sawit, seperti
karotein, tokoferol, asam lemak, olein, mentega, sabun, dan sebagainya. Minyak
sawit dihasilkan dari proses ekstraksi bagian kulit atau sabut buah tersebut disebut
minyak mentah atau dikenal dengan Crude Palm Oil (CPO) dan dari bagian biji
buah disebut Palm Kernel Oil (PKO). Kedua jenis minyak mentah tersebut masih
mengandung bahan ikutan seperti asam lemak bebas, pospat, pigmen, bau, air dan
sebagainya. Biasanya proses ekstraksi minyak kelapa sawit ini dilanjutkan dengan
proses bleching (pemutihan) dan deodorizing (penghilang bau) agar minyak
tersebut menjadi jernih, bening dan tak berbau atau biasa disebut refined,
bleached and deodorized (RBD) stearin dan olein. (Amang, 1996).
Pada dasarnya proses produksi dari bahan baku CPO menjadi minyak
goreng melalui 2 (dua) tahap yakni proses rafinasi dan fraksinasi, dimana antara
keduanya merupakan satu kesatuan proses untuk menghasilkan minyak goreng
yang berkualitas. Rafinasi (Refining) atau proses pemurnian adalah proses untuk
(17)
Proses pemurnian secara basah dapat digolongkan menjadi 4 kelompok
proses yaitu proses pemurnian yang menggunakan alkali, pemutihan (bleaching),
penghilang bau (deodorizing) dan penguapan. Pemurnian dengan alkali
mempunyai tujuan untuk menghilangkan atau menetralisasi pospat dengan cara
memberi soda api. Pemutihan (bleaching) adalah proses untuk menghilangkan
bahan-bahan warna yang terlarut dalam minyak. Deodorizing (penghilang bau)
adalah proses terakhir dari proses pemurnian minyak yang mempunyai tujuan
untuk menghilangkan bau yang keras maupun bau yang tidak normal (Amang,
1996).
Proses pemurnian secara kering adalah proses pemurnian dengan cara
penguapan, yaitu pertama dilakukan netralisasi menggunakan alkali seperti soda
api dan kemudian diikuti dengan penguapan dengan menggunakan uap panas
untuk menghilangkan bau. (Amang, 1996).
Fraksinasi adalah proses pemisahan antara fraksi-fraksi yang ada dalam
minyak goreng. Seperti diketahui bahwa minyak nabati memiliki karakteristrik
terdiri dari bermacam-macam trigliserida, dimana trigliserida ini tersusun dari
asam-asam lemak dengan komponen karbon yang berbeda satu sama lain dan
berbeda pula titik didihnya (Amang, 1996).
Adapun proses produksi minyak goreng sendiri dapat dibedakan menjadi 2
cara, yaitu proses produksi cara kering dan cara basah. Sebagian besar pabrik
minyak goreng di Indonesia menggunakan cara kering yaitu dengan pemanasan
(18)
menghilangkan bau. Dari proses ini didapatkan FFA (4-5 persen) dan RBDPO (94
persen), sedangkan 1-2 persen lainnya tidak dapat diketahui (Amang, 1996).
Disamping cara kering diatas, terdapat juga cara basah, dimana dalam proses
ini minyak sawit ditambah suatu campuran pembasah yang terdiri dari 30 persen
MgSO4 dan 4,4 persen Na(NH4)SO4. Dengan proses ini CPO langsung
difraksinasi untuk memperoleh crude olein dan crude stearine yaitu melalui
proses pencucian, pemutihan dan kemudian disaring. Proses secara basah tersebut
dapat diperoleh sekitar 65-70 persen olein ( minyak makan/goreng) dan 30 persen
stearin (Amang, 1996).
2.4 Penentuan Mutu Minyak
Menurut Sudarmadji (1989), penentuan mutu minyak atau lemak antara
lain: angka asam, angka peroksida, angka TBA dan kadar air (Sudarmadji, 1989).
2.4.1 Penentuan Bilangan Asam
Bilangan asam adalah jumlah milligram KOH/NaOH yang dibutuhkan
untuk menetralkan asam-asam lemak bebas dari satu gram minyak atau lemak.
Bilangan asam digunakan untuk mengukur jumlah asam lemak bebas yang
terdapat dalam minyak atau lemak. (Ketaren, S. 1986).
Bilangan asam yang besar menunjukkan asam lemak bebas yang besar
pula. Asam lemak bebas tersebut dapat berasal dari hidrolisa minyak, ataupun
karena proses pengolahan yang kurang baik. Terkadang bilangan asam juga
(19)
yang diperlukan untuk menetralkan 100 gram minyak atau lemak (Sudarmadji,
1989).
2.4.1.1 Asam Lemak
Asam lemak adalah asam organik yang terdapat sebagai ester trigliserida
atau lemak, baik berasal dari hewan atau tumbuhan.Asam ini adalah asam
karboksilat yang mempunyai rantai karbon panjang (Poedjiadi, 2006).
Asam lemak alamiah selalu mengandung jumlah atom karbon genap,
dengan rumus umum CnH2nO2, dengan n=4,6,8 dan seterusnya sampai 13.
Deretan asam-asam lemak ini termasuk deretan asam-asam lemak jenuh. Anggota
deretan ini yang mempunyai jumlah karbon terkecil (n=4) ialah asam butyrat,
yang terdapat di dalam mentega susu dengan kadar 6 persen. Asam lemak jenuh
yang mempunyai karbon terbanyak ialah asam stearat (n=18)
(Sediaoetama, 1983).
Asam lemak jenuh dengan jumlah karbon sampai 6 buah, disebut asam
lemak rantai pendek, sedangkan yang mempunyai jumlah karbon 8-12 termasuk
asam lemak rantai intermediate dan sisa nya mempunyai jumlah atom karbon
lebih dari 12, disebut asam lemak rantai panjang. Makin pendek rantai karbonnya,
semakin mudah larut dalam air dan semakin sukar larut dalam zat-zat pelarut
lemak (Sediaoetama, 1983).
Asam miristat, asam palmitat , dan asam stearat, terdapat dalam sebagian
besar lemak nabati maupun hewani. Asam lemak tak jenuh yang terbanyak ialah
(20)
konsistensinya semakin lunak dan dapat pula berbentuk cair, sehingga disebut
minyak. Lemak nabati pada umumnya berbetuk minyak ( Sediaoetama, 1985).
2.4.1.2 Asam Lemak Bebas
Asam lemak bebas diperoleh dari proses hidrolisa, yaitu penguraian lemak
atau trigliserida oleh molekul air yang menghasilkan gliserol dan asam lemak
bebas. Kerusakan minyak atau lemak dapat juga diakibatkan oleh proses oksidasi,
yaitu terjadinya kontak antara sejumlah oksigen dengan minyak atau lemak , yang
biasanya dimulai dengan pembentukan peroksida dan hidroperoksida.
Selanjutnya, terurainya asam-asam lemak disertai dengan hidroperoksida
menjadi aldehid dan keton serta asam-asam lemak bebas (Ketaren, 1986).
Asam lemak bebas yang dihasilkan oleh proses hidrolisa dan oksidasi
biasanya bergabung dengan lemak netral dan pada konsentrasi sampai 15%,
belum menghasilkan rasa yang tidak disenangi (Ketaren, 1986).
Lemak dengan kadar asam lemak bebas lebih dari 1%, jika dicicipi akan
terasa membentuk film pada permukaan lidah dan tidak berbau tengik, namun
intensitasnya tidak bertambah dengan bertambahnya jumlah asam lemak bebas
(Ketaren, 1986).
2.4.2 Penentuan Angka Peroksida
Kerusakan lemak atau minyak yang utama adalah karena peristiwa oksidasi
dan hidrolitik, baik enzimatik maupun non enzimatik. Diantara kerusakan minyak
(21)
pengaruhnya terhadap cita rasa. Hasil yang diakibatkan oksidasi lemak antara lain
peroksida, asam lemak, aldehid dan keton. Bau tengik atau ransid terutama
disebabkan oleh aldehid dan keton. Untuk mengetahui tingkat kerusakan minyak
dapat dinyatakan sebagai angka peroksida atau angka asam thiobarbiturat (TBA)
(Sudarmadji, 1989).
2.4.3 Penentuan Asam Thiobarbiturat (TBA)
Lemak yang tengik mengandung aldehid dan kebanyakan sebagai
malonaldehid. Banyak molonaldehid ditentukan dengan jalan didestilasi terlebih
dahulu. Molonaldehid kemudian direaksikan dengan tiobarbiturat sehingga
terbentuk kompleks berwarna merah. Intensitas warna merah sesuai dengan
jumlah malonaldehid dan absorbansi dapat ditentukan dengan spektrofotometer
pada panjang gelombang 528 nm (Sudarmadji, 1989).
2.4.4 Penentuan Kadar Air pada Minyak
Penentuan kadar air minyak dapat ditentukan dengan cara oven dan destilasi
(22)
BAB III METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat
- Neraca Analitik, terkalibrasi
- Erlenmeyer 250 ml, terkalibrasi
- Buret 10 ml atau 50 ml, terkalibrasi
3.1.2 Bahan
- Sampel minyak goreng
- Etanol Netral 95% netral
- Indikator fenolftalein
- NaOH 0,1N
3.2 Prosedur Kerja 3.2.1 Pembuatan Pereaksi
- Larutan Alkohol 95% netral
Alkohol 95% dimasukkan kedalam Erlenmeyer sebanyak yang diperlukan,
ditetesi dengan beberapa beberapa tetes indicator fenolftalein kemudian
ditetesi dengan larutan standar NaOH 0,1 N sampai terbentuk warna merah
(23)
- Indakator Fenolftalein (PP) 0,5%
Sebanyak 0,5 gr fenolftalein dilarutkan dalam 100 ml etanol 95%
- Larutan Standar NaOH 0,1 N
- Pembuatan Larutan NaOH 50%
100 gr NaOH dilarutkan dalam air suling bebas CO2 sebanyak 100
ml.
- Pembuatan Larutan Standar NaOH 0,1 N
Sebanyak 5,26 ml NaOH 50% dimasukkan ke dalam labu ukur
1000 ml dan ditara sampai tanda garis dengan air suling bebas CO2.
3.2.2 Pembuatan Larutan Standar NaOH 0,1 N
Kalium Hidrogen Ftalat dikeringkan dalam oven pada suhu sekitar 1200C
selama 2 jam, kemudian dimasukkan dalam desikator sampai dingin. Ditimbang
0,4±0,02 gram ke dalam erlenmeyer 250 ml, ditambahkan 50 ml air suling dan
beberapa tetes larutan indikator fenolftalein. Dipanaskan di atas penangas air
sambil digoyang-goyang sampai larut semua. Lalu dititrasi dengan larutan titran
hingga timbul warna merah muda (merah jambu) yang stabil.
(Hasil dan Perhitungan : Lampiran)
2 , 204 1000
x V
x W NaOH
(24)
dengan :
W : Berat Kalium Hidrogen Ftalat (g)
V : Volume larutan titar yang digunakan (ml)
204,2 : Berat equivalen Kalium Hidrogen Ftalat
3.2.3 Penentuan Bilangan Asam
- Timbang dengan seksama 2 gr – 5 gr contoh ke dalam Erlenmeyer 250 ml.
- Tambahkan 50 ml Etanol 95% netral.
- Tambahkan 3 tetes – 5 tetes indikator PP dan titer dengan larutan standar
NaOH 0,1 N hingga warna merah muda tetap (tidak berubah selama 15
detik).
- Lakukan penetapan triplo.
Penyajian Hasil Uji
m x T x V asam
Bilangan = 56,1
Keterangan :
V = Volume NaOH yang diperlukan dalam pentiteran, dinyatakan
dalam ml
T = Normalitas NaOH
m = Bobot contoh, dinyatakan dalam gram
(25)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pemeriksaan mutu sampel minyak goreng kelapa sawit yang dilaksanakan di Laboratorium Nabati dan Rempah-rempah Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Medan dapat dilihat pada Tabel 2 dan 3.
Tabel 2 Hasil Penetapan Bilangan Asam Pada Minyak Goreng Kelapa Sawit
Curah
Parameter Satuan No. Sampel Hasil
Bilangan asam mg KOH/g I
II
III
0,3762
0,3763
0,3763
Rata- Rata 0,3763
Perhitungan : Lampiran 2
Tabel 3 Hasil Penetapan Bilangan Asam Pada Minyak Goreng Kelapa Sawit
Bermerek
Parameter Satuan No. Sampel Hasil
Bilangan asam mg KOH/g I
II
III
0,1672
0,1673
0,1673
Rata- Rata 0,1673
(26)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah rata-rata bilangan asam dari
tiga kali percobaan untuk minyak goreng curah dan bermerek masing-masing
adalah 0,3763 dan 0,1673. Hasil ini memenuhi Persyaratan mutu I pada SNI
01-3741-2002 (lihat tabel 1) yaitu maksimal 0,6. Hal ini menunjukkan bahwa mutu
minyak goreng bermerek lebih baik dari pada minyak goreng curah.
Menurut Sudarmadji,S(1989). Bilangan asam yang besar menunjukkan
asam lemak bebas yang berasal dari hidrolisa minyak, ataupun karena proses
pengolahan yang kurang baik. Makin tinggi angka asam makin rendah mutunya
(Sudarmadji, 1989).
Berdasarkan literatur diatas salah satu parameter mutu minyak goreng
adalah bilangan asam, hal itu dapat dilihat karena semakin tinggi bilangan asam
pada suatu minyak goreng maka asam lemak babas akan semakin banyak yang
dihasilkan oleh hidrolisa minyak ataupun karena proses pengolahan yang kurang
(27)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Rata-rata bilangan asam minyak goreng curah dan bermerek
masing-masing adalah 0,3763 dan 0,1673. Hasil ini memenuhi Persyaratan mutu I pada
SNI 01-3741-2002 yang maksimal 0,6
5.2 Saran
Diharapkan kepada UPTD. BPSMB Medan dapat mempertahankan
fasilitas peralatan pengujian yang sudah ada guna memberikan pelayanan yang
(28)
DAFTAR PUSTAKA
Anonin. (2008). SNI 3741:2002, Minyak Goreng. Jakarta : Badan Standardisasi
Nasional.
Amang, B. (1996). Ekonomi Minyak Goreng di Indonesia. Jakarta : IPB Press.
Departemen Kesehatan RI. (1995). Farmakope Indonesia, Edisi IV, Jakarta.
Fauzi, Y. (2002). Kelapa Sawit. Jakarta : Penerbit Swadaya.
Ketaren, S. (1986). Pengantar Teknologi Minyak Dan Lemak Pangan. Jakarta :
Penerbit Universitas Indonesia.
Poedjiadi, A. (2006). Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : Penerbit UI.
Sartika, R. (2009). Pengaruh suhu dan lama proses penggorengan (Deep Frying)
terhadap pembentukan asam lemak trans. Depok : UI. April 2009.
Sediaoetama, Achmad Djaeni. (1985). Ilmu Gizi. Jakarta: Dian Rakyat.
Sudarmadji, Slamet. (1996). Analisis Bahan Makanan dan Pertanian.Yogyakarta:
Penerbit Liberty.
Wikipedia. (2011). Kelapa Sawit.
12 Februari 2011.
Winarno, F.G. (1997). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia.
(29)
LAMPIRAN
a. Lampiran 1
Hasil dan Perhitungan Standarisasi NaOH 0,1 N Hasil :
Tabel 4 Hasil Standarisasi NaOH 0,1 N
No. Perlakuan Berat
Kalium Biftalat (gram) Volume Titrasi (ml) Normalitas NaOH (N) 1. 2. 3. Perlakuan I Perlakuan II Perlakuan III 0,4065 0,4032 0,4096 18,8 19,0 19,1 0,1059 0,1039 0.1050
Rata- Rata (N) 0,1049
Perhitungan : Perlakuan I 2 , 204 8 , 18 1000 4065 , 0 x x N =
3838,96
5 , 406
=
(30)
Perlakuan II 2 , 204 0 , 19 1000 4032 , 0 x x N =
3879,80
2 , 403
=
=0,1039N
Perlakuan III 2 , 204 1 , 19 1000 4096 , 0 x x N =
3900,22
6 , 409
=
=0,1050N
3 1050 , 0 1039 , 0 1059 ,
0 N N N
rata
Rata− = + +
3 3148 , 0 N =
(31)
Perhitungan Pengujian Bilangan Asam Pada Minyak Goreng Kelapa Sawit Curah
•
Berat sampel I (gram) = 5,0060 gram • Berat sampel II (gram) = 5,0049 gram • Berat sampel III (gram) = 5,0045 gram • Volume NaOH I (ml) = 0,45 ml • Volume NaOH II (ml) = 0,45 ml • Volume NaOH III (ml) = 0,45 ml Hasil Perhitungan :Sampel I m x T x V asam
Bilangan = 39,9
0060 , 5 9 , 39 1049 , 0 45 ,
0 x x = 0060 , 5 8834 , 1 = 3762 , 0 = Sampel II m x T x V asam
Bilangan = 39,9
5,0049
9 , 39 1049 , 0 45 ,
0 x x = 0049 , 5 8834 , 1 = 3763 , 0 =
(32)
m x T x V asam
Bilangan = 39,9
0045 , 5 9 , 39 1049 , 0 45 ,
0 x x = 0045 , 5 8834 , 1 = 3763 , 0 = 3 3763 , 0 3763 , 0 3762 ,
0 N N N
rata
Rata− = + +
3 1288 , 1 N =
=0,3763N
(33)
Perhitungan Pengujian Bilangan Asam Pada Minyak Goreng Kelapa Sawit Curah
•
Berat sampel I (gram) = 5,0050 gram • Berat sampel II (gram) = 5,0035 gram • Berat sampel III (gram) = 5,0020 gram • Volume NaOH I (ml) = 0,2 ml • Volume NaOH II (ml) = 0,2 ml • Volume NaOH III (ml) = 0,2 ml Hasil Perhitungan :Sampel I m x T x V asam
Bilangan = 39,9
0050 , 5 9 , 39 1049 , 0 2 ,
0 x x
= 0050 , 5 8371 , 0 = 1672 , 0 = Sampel II m x T x V asam
Bilangan = 39,9
0035 , 5 9 , 39 1049 , 0 2 ,
0 x x
= 0035 , 5 8371 , 0 = 1673 , 0 =
(34)
Sampel III m x T x V asam
Bilangan = 39,9
5,0020
9 , 39 1049 , 0 2 ,
0 x x
= 0020 , 5 8371 , 0 = 1673 , 0 = 3 1673 , 0 1673 , 0 1672 ,
0 N N N
rata
Rata− = + +
3 5018 , 0 N =
(1)
LAMPIRAN
a. Lampiran 1
Hasil dan Perhitungan Standarisasi NaOH 0,1 N Hasil :
Tabel 4 Hasil Standarisasi NaOH 0,1 N
No. Perlakuan Berat
Kalium Biftalat (gram)
Volume Titrasi (ml)
Normalitas NaOH (N)
1. 2. 3.
Perlakuan I Perlakuan II Perlakuan III
0,4065 0,4032 0,4096
18,8 19,0 19,1
0,1059 0,1039 0.1050
Rata- Rata (N) 0,1049
Perhitungan : Perlakuan I
2 , 204 8 , 18
1000 4065 , 0
x x
N =
3838,96 5 , 406
=
(2)
Perlakuan II
2 , 204 0 , 19
1000 4032 , 0
x x
N =
3879,80 2 , 403
=
=0,1039N
Perlakuan III
2 , 204 1 , 19
1000 4096 , 0
x x
N =
3900,22 6 , 409
=
=0,1050N
3
1050 , 0 1039 , 0 1059 ,
0 N N N
rata
Rata− = + +
3
3148 ,
0 N
=
=0,1049N
(3)
Perhitungan Pengujian Bilangan Asam Pada Minyak Goreng Kelapa Sawit Curah
•
Berat sampel I (gram) = 5,0060 gram • Berat sampel II (gram) = 5,0049 gram • Berat sampel III (gram) = 5,0045 gram• Volume NaOH I (ml) = 0,45 ml • Volume NaOH II (ml) = 0,45 ml • Volume NaOH III (ml) = 0,45 ml Hasil Perhitungan :
Sampel I
m x T x V asam
Bilangan = 39,9
0060 , 5
9 , 39 1049 , 0 45 ,
0 x x
=
0060 , 5
8834 , 1 =
3762 , 0 =
Sampel II
m x T x V asam
Bilangan = 39,9
5,0049
9 , 39 1049 , 0 45 ,
0 x x
=
0049 , 5
8834 , 1 =
3763 , 0 =
(4)
m x T x V asam
Bilangan = 39,9
0045 , 5
9 , 39 1049 , 0 45 ,
0 x x
=
0045 , 5
8834 , 1 =
3763
, 0 =
3
3763 , 0 3763 , 0 3762 ,
0 N N N
rata
Rata− = + +
3 1288 ,
1 N
=
=0,3763N
(5)
Perhitungan Pengujian Bilangan Asam Pada Minyak Goreng Kelapa Sawit Curah
•
Berat sampel I (gram) = 5,0050 gram • Berat sampel II (gram) = 5,0035 gram • Berat sampel III (gram) = 5,0020 gram• Volume NaOH I (ml) = 0,2 ml • Volume NaOH II (ml) = 0,2 ml • Volume NaOH III (ml) = 0,2 ml
Hasil Perhitungan : Sampel I
m x T x V asam
Bilangan = 39,9
0050 , 5
9 , 39 1049 , 0 2 ,
0 x x
=
0050 , 5
8371 , 0 =
1672
, 0 =
Sampel II
m x T x V asam
Bilangan = 39,9
0035 , 5
9 , 39 1049 , 0 2 ,
0 x x
=
0035 , 5
8371 , 0 =
1673 , 0 =
(6)
Sampel III
m x T x V asam
Bilangan = 39,9
5,0020
9 , 39 1049 , 0 2 ,
0 x x
=
0020 , 5
8371 , 0 =
1673 , 0 =
3
1673 , 0 1673 , 0 1672 ,
0 N N N
rata
Rata− = + +
3
5018 ,
0 N
=