Reservoir Kolam Air Bersih Finish Water Pump FWP Pompa Akhir Sludge Lagoon Penampungan Endapan Monitoring System Sistem Pengawasan Kekeruhan Air

Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008. USU Repository © 2009 Dalam jangka waktu tertentu, permukaan filter akan tersumbat oleh flok yang masih tersisa dari proses. Pertambahan ketinggian permukaan air di atas media filter sebanding dengan berlangsungnya penyumbatan clogging media filter oleh flok- flok. Selanjutnya dilakukan proses backwash, yaitu pencucian media filter dengan menggunakan sistem aliran balik dengan menggunakan air yang disuplai dari pompa reservoir . Proses ini bertujuan untuk mengoptimalkan kembali fungsi filter Fauzan, 2007. Banyaknya air yang dibutuhkan untuk pencucian kembali satu buah filter adalah 200 – 300 m 3 dan pencucian dilakukan 1 x 24 – 72 jam, tergantung pada lancar tidaknya penyaringan.

g. Reservoir Kolam Air Bersih

Berfungsi untuk menampung air minumair olahan dengan kapasitas total 13.400 m 3 dan kemudian didistribusikan ke pelanggan melalui reservoir-reservoir distribusi di berbagai cabang. Air yang mengalir dari filter ke reservoir, sebelumnya dibubuhi klor post chlorination dengan pembubuhan ± 2 grm 3 air dan untuk proses netralisasi dibubuhkan larutan kapur jenuh soda ash dengan kebutuhan pada kisaran 5 – 7 grm 2 air. Secara periodik reservoir ini dicuci dengan mempergunakan pompa bermotor AC dengan daya nominal 15 KW. Dimensi panjang 50 m x 40 m x 4 m.

h. Finish Water Pump FWP Pompa Akhir

Finish Water Pump Instalasi Sunggal berjumlah 14 unit yang berfungsi untuk mendistribusikan air bersih dari reservoir instalasi ke reservoir-reservoir distribusi cabang-cabang melalui pipa-pipa transmisi yang dibagi menjadi 5 jalur dengan kapasitas 150 Ldet. Total kepala menggunakan motor AC rata-rata dengan daya nominal 132 KW. Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008. USU Repository © 2009

i. Sludge Lagoon Penampungan Endapan

Air buangan limbah cair dari masing-masing unit pengolahan dialirkan ke penampungan untuk didaur ulang. Daur ulang merupakan cara yang tepat dan aman dalam mengatasi dan meningkatkan kualitas lingkungan. Prinsip ini telah diterapkan sejak tahun 2002 di unit Instalasi Sunggal dengan membangun unit pengendapan dengan kapasitas 9.600 m 3 .

j. Monitoring System Sistem Pengawasan

Metode pengawasan selama proses pengolahan masing-masing unit oleh petugas dilakukan secara langsung juga dilakukan denga sistem pengawasan secara tidak langsung. Fasilitas ini dapat memperlihatkan secara langsung kondisi proses pengolahan dari ruang tertentu baik terhadap berbagai kuantitas, kualitas maupun kontinuitas olahan. Fasilitas ini didesain sedemikian rupa sehingga dapat mempermudah pengawasan terhadap proses pengolahan air menurut standar dan ketentuan yang berlaku Gani, 2006.

2.8. Kekeruhan Air

Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahana-bahan yang terdapat dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut misalnya lumpur dan pasir halus, maupun bahan anorganik dan organik yang berupa plankton dan mikroorganisme lain. Kekeruhan dinyatakan dalam satuan turbiditas, yang setara dengan 1 mgliter SiO 2 . Peralatan yang pertama kali digunakan untuk mengukur turbiditas atau kekeruhan adalah Jackson Candler Turbidimeter, yang dikalibrasi dengan Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008. USU Repository © 2009 menggunakan silika. Kemudian, Jackson Candler Turbidimeter dijadikan sebagai alat baku atau standar bagi pengukuran kekeruhan. Satu Unit turbiditas Jackson Candler Turbidimeter dinyatakan dengan satuan 1 JTU. Pengukuran kekeruhan dengan menggunakan Jackson Candler Turbdimeter bersifat visual, yaitu membandingkan air sampel dengan standar. Selain dengan menggunakan Jackson Candler Turbidimeter, kekeruhan sering diukur dengan metode Nephelometric. Pada metode ini, sumber cahaya dilewatkan pada sampel dan intensitas cahaya yang dipantulkan oleh bahan-bahan penyebab kekeruhan diukur dengan menggunakan suspensi polimer formazin sebagai larutan standar. Satuan kekeruhan yang diukur dengan menggunakan metode Nephelometric adalah NTU Nephelometric Turbidity Unit. Satuan JTU dan NTU sebenarnya tidak dapat saling mengkonversi, akan tetapi Sawyer dan MC Carty 1978 mengemukakan bahwa 40 NTU setara dengan 40 JTU. Menurut Lloyd 1985, peningkatan nilai turbiditas pada perairan dangkal dan jernih sebesar 25 NTU dapat mengurangi 13-50 produktivitas primer. Peningkatan turbiditas sebesar 5 NTU di danau dan sungai dapat mengurangi produktivitas primer berturut-turut sebesar 75 dan 3-13. Padatan tersuspensi berkorelasi positif dengan kekeruhan. Semakin tinggi nilai padatan tersuspensi, nilai kekeruhan juga semakin tinggi, tetapi tidak berarti memiliki kekeruhan yang tinggi. Kekeruhan pada air yang tergenang lentik, misalnya danau, lebih banyak disebabkan oleh bahan tersupensi yang berupa koloid dan partikel–partikel halus. Sedangkan kekeruhan pada sungai yang sedang banjir lebih banyak disebabkan oleh bahan-bahan tersuspensi yang berukuran lebih besar, yang berupa lapisan permukaan Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008. USU Repository © 2009 tanah yang terbawa oleh aliran air pada saat hujan. Kekeruhan yang tinggi dapat mengakibatkan terganggunya sistem osmoregulasi, misalnya, pernafasan dan daya lihat organisme akuatik, serta dapat menghambat penetrasi cahaya kedalam air. Tingginya nilai kekeruhan juga dapat mempersulit usaha penyaringan dan mengurangi efektivitas desinfeksi pada proses penjernihan air Effendi, 2003. Bahan-bahan yang menyebabkan kekeruhan ini meliputi : tanah liat, lumpur, bahan-bahan organik yang tersebar secara baik dan partikel-partikel kecil yang tersuspensi lainnya. Nilai yang menunjukkan kekeruhan didasarkan pada bahan-bahan tersuspensi pada jalannya sinar melalui sampel. Nilai ini tidak secara langsung menunjukkan banyaknya bahan tersuspensi, tetapi ia menunjukkan kemungkinan penerimaan konsumen terhadap air tersebut. Kekeruhan tidak merupakan sifat dari air yang membahayakan, tetapi ia menjadi tidak disenangi karena rupanya. Untuk membuat air memuaskan untuk penggunaan rumah tangga, usaha penghilangan secara hampir sempurna bahan-bahan yang menyebabkan kekeruhan, adalah penting. Standar yang ditetapkan oleh U.S. Public health Service mengenai kekeruhan ini adalah batas maksimal 10 ppm dengan skala silikat, tetapi dalam angka praktik angka standar ini umumnya tidak memuaskan. Kebanyakan bangunan pengolahan air yang modern menghasilkan air dengan kekeruhan 1 ppm atau kurang. Menurut Clair N Sawyer dkk. Kekeruhan pada air merupakan satu hal yang harus dipertimbangkan dalam penyediaan air bagi umum, mengingat bahwa kekeruhan tersebut akan mengurangi segi estetika, menyulitkan dalam usaha penyaringan dan akan mengurangi efektivitas usaha desinfeksi Sutrisno, 2006. Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008.