Penyelesaian Masalah-masalah Yang Timbul dalam Perjanjian

Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008. USU Repository © 2009 3. Sewaktu-waktu melakukan pemeriksaan kualitas operasional Warung TELKOM, termasuk apabila terdapat keluhan Pengguna Warung TELKOM. Apabila dilihat PT.TELKOM dalam hal ini adalah selaku badan usaha milik negara yang mengelola jaringan telekomunikasi diberikan kewajiban untuk menyelenggarakan pelayanan jasa telekomunikasi kepada masyarakat dengan menyediakan dan memasang jaringan telekomunikasi. Namun TELKOM sendiri dapat melakukan kerjasama dengan masyarakat yang bersedia membantu atau sebagai mitra TELKOM dalam mendistribusikan jasa telekomunikasi. Kerjasama tersebut diselenggarakan dengan prinsip saling menguntungkan, hal tersebut dapat dilihat dari terdapatnya pola bagi hasil antara TELKOM dengan Penyelenggara Warung TELKOM. Sedangkan peranan Penyelenggara Warung TELKOM adalah hanya sebagai mitra kerja TELKOM yang bersedia memberikan jasa pelayanan telekomunikasi melalui pelaksanaan Warung TELKOM. Dan peranan tersebut diimbangi dengan adaya suatu pembagian hasil pendapatan revenue sharing yang seimbang.

E. Penyelesaian Masalah-masalah Yang Timbul dalam Perjanjian

Di dalam suatu perjanjian, sering timbul permasalahan-permasalahan baik itu yang berasal dari dalam maupun di luar perjanjian. Di dalam Perjanjian Kerjasama antara PT.TELKOM dengan Penyelenggara Warung TELKOM akan dibahas secara terpisah antara masalah-masalah yang timbul akibat kelalaian atau perbuatan salah satu pihak Wanprestasi dengan masalah-masalah yang timbul diluatr kekuasaan para pihak. Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008. USU Repository © 2009

1. Wanprestasi dan Akibat Hukumnya

Perkataan Wanprestasi berasal dari bahasa Belanda yang berarti prestasi yang buruk. Apabila dua pihak mengadakan perjanjian, tentu yang diperjanjikan adalah sesuatu yang aka dipenuhi atau dilaksanakan. Kewajiban untuk memenuhi sesuatu itulah yang disebut dengan Prestasi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tujuan perjanjian diadakan adalah untuk dilaksanakan oleh para pihak, sesuai dengan tuntutan dan kepastian hukum dan tututan yang diinginkan setiap orang. Akan tetapi untuk mewujudkan prestasi itu, tidak selamanya dapat dilaksanakan dengan baik karena salah satu pihak ingkar janji atau lalai. Hal inilah yang disebut dengan Wanprestasi. Menurut Yahya Harahap S.H, mangatakan bahwa adapun pengertian Wanprestasi adalah pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat pada waktunya atau dilakukan tidak menurut selayaknya 41 1. Sama sekali tidak memenuhi prestasi; . Secara umum wanprestasi dapat berupa : 2. Tidak tunai memenuhi prestasi; 3. Terlambat memenuhi prestasi; 4. Keliru memenuhi prestasi. Menurut pasal 1266 KUHPerdata, syarat batal dianggap selalu dianggap tercantum mana kala salah satu pihak tidak memenuhi prastasinya, yang mana perjanjian tidak batal demi hukum tetapi dapat dimintakan kepada hakim untuk pembatalannya. 41 Yahya Harahap, op cit, Hal. 60. Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008. USU Repository © 2009 Dalam hal Perjanjian Kerjasama antara PT. TELKOM dengan Penyelenggara Warung TELKOM, diatur mengenai perbuatan salah satu pihak yang tidak memenuhi isi perjanjian, dimana pihak lain dapat melakuka n penuntutan dengan suatu tindakan hukum tertentu. Dapat berupa pemutusan perjanjian maupun pemberian sanksi atau denda. Adapun keadaan-keadaan dimana salah satu pihak tidak memenuhi prestasi dan pihak lain dapat melakukan tuntutan adalah sebagai berikut: 1. Khusus untuk Warung TELKOM yang menggunakan jaringan fisik kabel,apabila terjadi kerusakan atas fasilitas telekomunikasi Warung TELKOM yang menggunakan saluran fisikkabel selama 15 hari kalender berturut-turut sejak tanggal diterimanya laporan gangguan dari Penyelenggara dan gangguan tersebut dapatdibuktikan secara sah disebabkan kesalahan TELKOM maka Penyelenggara berhak atas kompensasi pendapatan yang dihitung dari selisih antara tarif dasar TELKOM dengan rata-rata tagihan sesuai besaran tarif yang dikenakan TELKOM kepada Warung TELKOM selama kurun waktu 15 lima belas hari, yang besarnya diambil dari rata-rata tagihan Warung TELKOM untuk periode 3 tiga bulan sebelumnya. Bagian pendapatan yang dimaksud merupakan bagia pendapatan dalam negeri dari pulsa TELKOM SLJJ dan TELKOM Lokal. Namun apabila bukan karena kesalahan TELKOM melainkan oleh Penyelenggara, pihak ketiga atau Force Majeure, maka TELKOM dibebaskan dari kewajiban membayar kompensasi kepada Penyelenggara. 2. Apabila terdapat nomor teleponnomor KBU selama 2 dua bulan berturut- turut tidak berproduksi atau pulsa Nol yang diakibatkan oleh kerusakan Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008. USU Repository © 2009 perangkat milik Penyelenggara secara diam-diam mengundurkan diri dan nomor telepon dimaksud akan dicabut. 3. Apabila pembayaran tagihan pendapatan tidak dilakukan oleh Penyelenggara, maka pada hari kerja berikutnya dilakukan pengisoliran total terhadap semua saluran telekomunikasi dan dikenakan denda sebesar 5 lima permil dari jumlah yang seharunsnya disetor untuk satiap hari keterlambatannya. Apabila Penyelenggara mengajukan pasang kembali, maka dikenakan biaya sebesar 100 seratus persen dari biaya pasang baru. Namun apabila Penyelenggara tidak juga melakukan pembayaran penagihan pendapatan maka akan dilakukan pemutusan secara sepihak oleh TELKOM. 4. Apabila Penyelenggara memiliki lebih dari satu Pendirian Warung TELKOM, maka penyelesaian kewajiban pembayaran tagihan yang tertunda dari salah satu Warung TELKOM terssebut dapat mengakibatkan pengisoliran dan bahkan sampai kepada pemutusan PKS Penyelenggaraan Warung TELKOM lainnya milik Penyelenggara. Apabila setelah diputusnya PKS, penyelenggara tidak juga menyelesaikan kewajibannya maka penagihan tunggakan dilimpahkan ke pihak yang berwenang. 5. TELKOM dan Penyelenggara Warung TELKOM sepakat bahwa perjanjian dapat diputuskan secara sepihak oleh TELKOM tanpa adanya suatu tuntutan dari Penyelenggara apabila terjadi salah satu atau lebih hal-hal tersebut dibawah ini : a. Penyelenggara menyerahkan penyelenggaraan Warung TELKOM kepada pihak lain tanpa sepengetahuan dan persetujuan dari pihak TELKOM dan pihak-pihak terkait; Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008. USU Repository © 2009 b. Penyelenggara tanpa ada persetujuan dari TELKOM melakukan pemindahan lokasi atau alamat Warung TELKOM; c. Penyelenggara melalaikan kewajibannya sebagai penyelengara Warung TELKOM; d. Penyelenggara menyimpang dari ketentuan danatau peraturan TELKOM yang berlaku; e. Penyelenggara telah mendapat tegoran tertulis pernyataan tidak puas dari TELKOM sebanyak 3 tiga kali dalam masa berlaku Perjanjian Kerjasama akibat dengan sengaja memperlambat setoran pendapatantunggakan dan atau merusak citra TELKOM; f. Penyelenggara tidak melaksanakan pelayanan jasa telekomunikasi tanpa izin TELKOM lebih dari 3 tiga hari kalender; g. Penyelenggara menggunakan jaringan telekomunikasi lain diluar jaringan telekomunikasi milik TELKOM. Apabila permasalahan yang timbul sampai mengakibatkan pemutusan Perjanjian Kerjasama maka Penyelenggara akan dimaksukkan kedalam “Daftar Hitam Penyelenggaraan Warung TELKOM”. Di dalam Perjanjian Kerjasama antara Penyelenggara Warung TELKOM dengan TELKOM terdapat ketentuan khusus dimana kedua belah pihak sepakat untuk mengesampingkan berlakunya pasal 1266 KUHPerdata terhadap segala sesuatu yang bertalian dengan pemutusan perjanjian. Sehingga pemutusan perjanjian cukup dilakukan secara sepihak oleh TELKOM dengan memberitahukan secara tertulis kepada Penyelenggara tanpa perlu keputusan dari Hakim terlebih dahulu. Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008. USU Repository © 2009

2. Masalah-Masalah Yang Timbul Di Luar Kekuasaan Para Pihak

Sebagaimana diketahui bahwa asas umum menyatakan setiap kelalaian dan keingkaran yang mengakibatkan kerugian bagi pihak lain, maka si pelaku wajib mengganti kerugian serta memikul segala resiko akibat kelalaian dan keingkaran tersebut. Akan tetapi jika pelaksanaan pemenuhan perjanjian yang menimbulkan kerugian terjadi karena suatu keadaan yang memaksa, maka pihak lain dibebaskan dari resiko kerugian tersebut. Hal ini disebabkanoleh karena keadaan tersebut terjadi semata-mata oleh peristiwa di luar kemampuanperhitungan para pihak. Dengan kata lain para pihak bebaslepas dari kewajiban untuk melakukan ganti rugi apabila dia dalam keadaan yang memaksa. Keadaan memaksa tersebut didalam hukum perdata sering disebut dengan Overmacht atau Force majeure. Untuk dapat dikatakan suatu “keadaan memaksa” atau overmacht atau Force Mejeure, selain karena diluar kekuasaan para pihak dan memaksa, keadaan yang telah timbul itu juga harus berupa suatu keadaan yang tidak dapat diketahui pada waktu perjanjian itu dibuat, setidak-tidaknya tidak dipikul resikonya oleh salah satu pihak. Jika dapat membuktikan adanya suatu keadaan yang memaksa itu. 42 Dalam hal memaksa ini, kejadian-kejadian yang merupakan force mejeure tersebuttidak pernah terduga oleh para pihak sebelumnya. Sebab, jika para pihak sudah dapat menduga sebelumnya akan adanya peristiwa tersebut, maka seyogianya hal tersebut 43 Di dalam KUHPerdata mengenai overmacht atau force majeure diatur dalam pasal 1244 dan juga pasal 1245. Apabila dilihat dari segi kemungkinan pelaksanaan prestasi dalam perjanjian, overmacht atau force majeure dapat . 42 Subekti, op cit, hal 150 43 Munir Fuady, op cit, hal. 113. Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008. USU Repository © 2009 dibedakan menjadi Force majeure yang absolut yaitu suatu keadaan yang terjadi sehingga prestasi dari perjanjian sama sekali tidak mungkin dilakukan lagi, misalnya barang yang merupakan objek perjanjian musnah. Dan Force majeure Relatif yaitu suatu keadaan dimana pemenuhan prestasi secara normal tidak mungkin dilakukan, sungguhpun secara tidak normal masih mungkin dilakukan 44 Adapun keadaan-keadaan yang kategirikan kedalam force majeure adalah . Didalam Perjanjian Kerjasama antara PT. TELKOM dengan Penyelenggara Warung TELKOM, para pihak menyadari bahwa setiap perbuatantindakan hukum melahirkan akibat hukum yang dikehendaki dan akibat hukum tidak dikehendaki. Untuk akibat hukum yang tidak dikehendaki, maka kedua belah pihak telah sepakat mengikuti suatu ketentuan yang tertuang dalam Force majeure. 45 a. Bencana Alam, seperti Gempa Bumi, Angin Taufan, Banjir Besar, Tanah dan Longsor. : b. Pemberontakanhuru-haraperang. c. Kebakaran besar. d. Sabotase e. Pemogokan umum. Dalam hal terjadi force majeure sebagai mana dimaksud maka Penyelenggara wajib memberitahukan kepada pihak TELKOM selambat- lambatnya 7 tujuh hari kelender sejak saat terjadinya, dilengkapi dengan 44 Munir Fuady, op cit, hal 115 45 Perjanjian Kerjasama Antara PT. TELKOM dengan UD. Ridho, hal 9. Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008. USU Repository © 2009 keterangan resmi pejabat yang berwenang pada Pemerintahan Daerah tentang terjadinya peristiwa tersebut. Akibat hukum dari keadaan yang force majeure ini ditanggung oleh masing-masing pihak sehingga kerugian yang diderita oleh satu pihak tidak dapat dibebankan sebagai tanggung jawab pihak lain. Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa apabila terjadi force majeure, maka kerugian lebih besar cenderung dialami oleh penyelenggara. Hal ini terjadi karena di dalam penyelenggaraaan Warung TELKOM ini, pihak penyelenggara yang melakukan atas seluruh perlengkapan operasional Warung TELKOM serta pelayanannya. Penyelenggaralah yang secara langsung bertanggung jawab atas seluruh jalannya penyelenggaraan Warung TELKOM. Dari ketentuan tersebut, dapat dilihat bahwa para pihak membuat perjanjian bebas membatasi peristiwa yang dianggap force majeure. Perjanjian yang membatasi peristiwa force majeure mengakibatkan tidak semua rintangan yang menimpa salah satu pihak menjadi keadaan dan alasan force majeure. Hanya peristiwa yang disebut denga tegas dalam perjanjian itu saja, yang dapat dibenarkan sebagai peristiwa force majeure. Pembatasan peristiwa force majeure dalam suatu perjanjian tidak bertentangan dengan undang-undang. Hal ini diperbolehkan karena sesuai dengan jiwa yang terkandung dalam pasal 1338 KUHPerdata.

F. Tinjauan Terhadap Pola Bagi Hasil Antara PT.TELKOM Dengan