Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008.
USU Repository © 2009
keterangan resmi pejabat yang berwenang pada Pemerintahan Daerah tentang terjadinya peristiwa tersebut.
Akibat hukum dari keadaan yang force majeure ini ditanggung oleh masing-masing pihak sehingga kerugian yang diderita oleh satu pihak tidak dapat
dibebankan sebagai tanggung jawab pihak lain. Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa apabila terjadi force majeure,
maka kerugian lebih besar cenderung dialami oleh penyelenggara. Hal ini terjadi karena di dalam penyelenggaraaan Warung TELKOM ini, pihak penyelenggara
yang melakukan atas seluruh perlengkapan operasional Warung TELKOM serta pelayanannya. Penyelenggaralah yang secara langsung bertanggung jawab atas
seluruh jalannya penyelenggaraan Warung TELKOM. Dari ketentuan tersebut, dapat dilihat bahwa para pihak membuat
perjanjian bebas membatasi peristiwa yang dianggap force majeure. Perjanjian yang membatasi peristiwa force majeure mengakibatkan tidak semua rintangan
yang menimpa salah satu pihak menjadi keadaan dan alasan force majeure. Hanya peristiwa yang disebut denga tegas dalam perjanjian itu saja, yang dapat
dibenarkan sebagai peristiwa force majeure. Pembatasan peristiwa force majeure dalam suatu perjanjian tidak bertentangan dengan undang-undang. Hal ini
diperbolehkan karena sesuai dengan jiwa yang terkandung dalam pasal 1338 KUHPerdata.
F. Tinjauan Terhadap Pola Bagi Hasil Antara PT.TELKOM Dengan
Penyelenggara Warung TELKOM Sebelum Dan Setelah Keluarnya Permen No.08PERM.KOMINF022006
Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008.
USU Repository © 2009
Seperti telah dikatakan sebelumnya di dalam Perjanjian Kerjasama antara PT. TELKOM dengan Penyelenggara Warung TELKOM adalah perjanjian yang
saling menguntungkan yaittu terdapatnya pembagian hasil pendapatan dari jasa telekomunikasi yang dilakukan.
Sebelum melihat ketentuan khusus mengenai pola bagi hasil jasa telekomunikasi Warung TELKOM di dalam Keputusan Direksi Perusahaan
Perseroan TELKOM 39HK220JAS-512003, di dalam Peraturan Menteri Komunikasi Dan Informasi Nomor 05PERM.KOMINFOI2006 diatur
mengenai ketentuan khusus bagian pendapatan atas pendapatan wartel sebagai berikut :
1. Sekurang-kurangnya 30 dari pendapatan domestik yang berasal dari dan ke
jaringan telekomunikasi tetap yang sama TELKOM Lokal dan TELKOM SLJJ
2. Sekurang-kurangnya 30 dari pendapatan domestik ke jaringan
telekomunikasi lainnya setelah dikurangi biaya Interkoneksi Percakapan ke Telepon Bergerak STB atau HP.
3. Sekurang-kurangnya 8 dari pendapatan percakapan Internasional.
4. Penyelenggara Warung TELKOM dapat memungut langsung biaya jasa
telekomunikasi sesuai dengan ketentuan tarif jasa telekomunikasi yang berlaku ditambah dengan tarif pelayanan sebanyak-banyaknya 15.
Di dalam ketentuan diatas dapat kita lihat bahwa di dalam ketentuan bagian pendapatan yang diterima masing-masing pihak tidak ditetapkan secara
pasti karena mengunakan kata sekurang-kurangnya, dapat disimpulkan bahwa
Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008.
USU Repository © 2009
besaran bagian pendapatan masing-masing pihak dikembalikan kepada kesepakatan kedua belah pihak.
Permenkominfo No. 05 Tahun 2006 diatas merupakan pengganti Kepmenhub No. 46 Tahun 2002 dan KD 39HK220JAS-512003 dibuat oleh
TELKOM dengan masih mengacu kepada Kepmenhub No. 46 Tahun 2002. Namun ketentuan mengenai bagian pendapatan di dalam kedua peraturan tersebut
tidaklah berbeda. Adapun beberapa perbedaaan antara Permenkominfo No 5 Tahun 2006
dengan Kepmenhub No. 46 Tahun 2002 adalah sebagai berikut : 1.
Dari Pola Bagi Hasil. Kepmenhub No. 46 Tahun 2002 mennetukan bahwa besaran pendapatan
yang diperoleh PT TELKOM dengan Penyelenggara Warung TELKOM adalah 70 : 30, dan ditambah 10 lagi dari biaya Airtime, sedangkan
didalam Permenkominfo No. 5 Tahun 2006 besaran pendapatan yang diperoleh masing-masing pihak tetap sama yait 70 : 30, namun 10 dari
biaya airtime tidak lagi diharuskan untuk di bayarkan kepada Penyelenggara Warung TELKOM.
2. Penyelenggara Warung TELKOM
Kepmenhub N0. 46 Tahun 2002 menentukan bahwa yang dapat melakukan penyelenggaraan Warung TELKOM adalah Badan Usaha
Daerah, Badan Usaha Swasta, dan Koperasi. Sedangkan dalam Permenkominfo No. 5 Tahun 2006 bahwa penyelenggara Warung
TELKOM disamping ketiga badan usaha tersebut, juga diberikan kesempatan kepada Perorangan.
Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008.
USU Repository © 2009
3. Biaya Pelayanan Jasa Telekomunikasi
Bahwa di dalam Kepmenhub N0 46 Tahun 2002 ditentukan bahwa penyelenggara Warung TELKOM dapat memungut biaya jasa
telekomunikasi kepada pengguna jasa sesuai dengan ketentuan tarif jasa telekomunikasi yang berlaku ditambah tarif pelayanan, tanpa menentukan
besaran yang pasti. Sedangkan di dalam Permenkominfo No. 5 Tahun 2006, bahwa yang dapat ditagih adalah tarif jasa telekomunikasi ditambah
tarif pelayanan sebesar sebanyak-banyaknya 15. 4.
Besaran Tarif Air time dan Interkoneksi. Melalui Kepmenhub No. 46 Tahun 2002 ditentukan bahwa besaran air
time yang diperoleh dari percakapan telepon PSTN ke STB yaitu sebesar 325 rupiah untuk malam dan 406 rupiah untuk siang. Namun setelah
keluarnya Permenkominfo No. 5 Tahun 2006 istilah Biaya Airtime ditiadakan dan diganti Biaya Interkoneksi. Dan melalui Permenkominfo
No. 8 Tahun 2006 ditentukan besaran biaya Interkoneksi adalah menjadi 361 rupiah untuk terminasi dekat dan 471 rupiah untuk terminasi jauh.
Di dalam KD 39HK220JAS-512003, tarif yang dapat dipungut sebagai biaya jasa telekomunikasi sesuai dengan ketentuan tarif jasa telekomunikasi yang
berlaku ditambah dengan tarif pelayanan maksimal 10 . Dan besaran bagi hasil pendapatan ditetapkan sebesar 70 : 30 antara PT.TELKOM dengan Penyelenggara
Warung TELKOM. Sehingga pendapatan Penyelenggara Warung TELKOM disamping yang 30 juga mendapat 10 dari air time percakapan ke STB.
Yang akan dibahas lebih lanjut adalah besaran biaya Interkoneksi. Permenkominfo No 05 Tahun 2006 menetapkan bahwa untuk percakapan ke STB
Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008.
USU Repository © 2009
Penyelenggara Warung TELKOM mendapat besaran 30 setelah dikurangi biaya Interkoneksi. Sementara biaya Interkoneksi melalui Permenkominfo No. 08
Tahun 2006 menetapakan besaran biaya Interkoneksi sebasar 361 rupiah untuh terminasi dekat dan 471 untuk terminasi jauh.
Sebelum Permenkominfo No. 08 Tahun 2006, penyelenggara jaringan STB menetapkan besaran biaya Interkoneksi atau dulu disebut dengan Air time
sebesar 325 rupiah untuk malam dan 406 rupiah untuk siang. Contoh
46
• Untuk percakapan Lokal PSTN ke STB. Biaya pulsa Rp. 125,-menit,
biaya Interkoneksi Rp. 325,-menit, maka yang harus ditagih penyelenggara kepada pelanggan adalah Rp. 450,-menit + PPN. Maka
besarnya sharing adalah : :
Penyelenggara : 30 x Rp. 125 + 10 x Rp. 325 = Rp. 70,-
TELKOM : 70 x Rp. 125,- = Rp. 87,5,-
Penyelenggara STB : 100 x Rp. 325 - 10 x Rp. 325 = Rp. 292,5. •
Untuk percakapan SLJJ dari PSTN ke STB. Misalkan biaya pulsa Rp. 2500,-menit, biaya interkoneksi Rp. 325,-menit, maka yang harus ditagih
adalah sebesar Rp. 2825,-. Maka besarnya sharing adalah : Penyelenggara
: 30 x Rp.2500 x 85 = Rp. 637,5,- TELKOM
: 85 x pulsa - Hak Penyelenggara 85 x Rp.2500 – Rp. 637,5 = Rp. 1487,5,-
Penyelenggara STB : 15 x pulsa + Interkoneksi
46
Hasil Wawancara dengan Pak Ketut pada tanggal 29 November 2007, pukul 14.00 wib di DIVRE I Sumatera, bagian Costumer Care.
Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008.
USU Repository © 2009
15 x Rp. 2500 + 325 = Rp. 700. Setelah Permenkominfo No 08 Tahun 2006, istilah Air time dihapus dan
diganti dengan biaya Interkoneksi, dimana besaran biaya interkoneksi di naikkan menjadi 361 rupiah untuk terminasi dekat dan 471 rupiah untuk terminasi jauh.
Dengan catatan bahwa kewajiban Penyelenggara STB untuk membayar Air time kepada Penyelenggara Warung TELKOM tidak ada lagi.
Contoh
47
• Untuk percakapan Lokal PSTN ke STB. Yang ditagih ke pelanggan tetap
sebesar Rp. 450menit, sedangkan biaya Interkoneksi Rp. 361,-menit. Dimana kondisinya bahwa TELKOM yang akan menyesuaikan tarif
pulsanya. Maka besarnya sharing adalah : :
Penyelenggara STB : 100 x Rp. 361,- = Rp 361,- Biaya Pulsa menjadi : Rp 450 – Rp. 361 = Rp. 89,-
Penyelenggara : 30 x Rp. 89,- = Rp. 26,7.
TELKOM : 70 x Rp. 89,- = Rp. 62,3.
• Untuk percakapan SLJJ dari PSTN ke STB. Misalkan jumlah yang ditagih
tetap sebesar Rp. 2825,- biaya Interkoneksi Rp. 361,-. Maka besarnya sharing adalah :
Biaya Pulsa : Rp. 2825 – Rp. 361 = Rp. 2464
Penyelenggara STB : 15 x pulsa + Interkoneksi 15 x Rp. 2464 + Rp. 361 = Rp. 730,6
Penyelenggara : 30 x 85 x pulsa
30 x 85 x Rp. 2464 = Rp. 628,32
47
Ibid
Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008.
USU Repository © 2009
TELKOM : 85 x pulsa - Hak Penyelenggara
85 x Rp.2464 – Rp. 628,32 = Rp. 1466,08,- Apabila dilihat perbandingan kedua contoh diatas dengan sebelum dan
sesudah Permenkominfo No. 08 Tahun 2006 maka setelah ketentuan Permen tersebut terdapat penurunan pendapatan baik pihak TELKOM maupun
penyelenggara Warung TELKOM. Dimana yang tadinya pihak Penyelenggara Warung TELKOM mendapat bagian pendapatan 30 ditambah 10 dari Air
time, namun setelah keluarnya Permen tersebut, pihak penyelenggara Wartel tidak lagi mendapat bagian yang 10 itu, artinya pihak Penyelenggara STB tidak wajib
lagi memberikan 10 dari Air time. Sedangkan untuk pihak TELKOM harus bisa bertahan dengan biaya pulsa
yang tetap tanpa harus menaikkan biaya pulsa untuk menyeimbangkan dengan biaya Interkoneksi. Karena dengan biaya seperti itupun, pada saat ini pelanggan
Warung TELKOM sudah banyak yang akhirnya menggunakan jasa telekomunikasi lain yang lebih hemat, apalagi bila TELKOM menaikkan biaya
pulsa, mungkin pelanggan akan lebih berkurang lagi. Di dalam praktek sejauh ini, TELKOM masih menggunakan tarif Air time
yang lama yaitu Rp.325 malam dan Rp.406 siang sembari sedang mengkaji ulang pola bagi hasil antara PT TELKOM dengan Penyelenggara Warung
TELKOM. Dalam hasil wawancara, Pak Ketut yang menangani tentang Warung TELKOM untuk DIVRE I SUMATERA mengatakan bahwa saat ini TELKOM
masih menggunakan sistem yang lama, namun juga sedang memohonkankan
Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008.
USU Repository © 2009
kepada Menteri Komunikasi dan Informasi untuk dapat tetap menggunakan tarif Air time yang lama
48
BAB V
.
48
Ibid..
Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008.
USU Repository © 2009
PENUTUP
Berdasarkan uraian-uraian tersebut mengenai Perjanjian Kerjasama antara PT. TELKOM dengan Penyelenggara Warung TELKOM, maka dapat diambil
kesimpulan dan saran sebagai berikut :
A. Kesimpulan