Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

B. Latar Belakang Masalah

Secara harfiah, kata sastra dala bahasa Latin, “littera” yang artinya tulisan. Demikian juga di dalam bahasa Indonesia, kata sastra diambil dari bahasa Sansekerta, yang juga berarti tulisan. Sastra merupakan seni dan karya yang berkaitan dengan ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan. Antara lain seperti perasaan, semangat, kepercayaan, keyakinan sehingga mampu membangkitkan kekaguman. Yang menjadi cirri khas pengungkapan bentuk dalam sastra adalah bahasa. Karya sastra tersebut dibedakan atas puisi, drama, dan prosa. Prosa rakyat dapat dibedakan atas mite, dongeng, legenda. Sastra prosa juga mempunyai ragam seperti cerpen, roman, dan novel. Bahasa merupakan media yang sangat penting untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Bertukar pikiran, dan pengalaman saling berinteraksi dengan orang lain dilakukan dengan menggunakan bahasa. Dengan bahasa, maka sastra dapat diungkapkan dengan banyak cara. Di dalam dunia kesusasteraan, karya sastra dapat dibedakan ke dalam berbagai bentuk dan jenis yang berbeda-beda. Karena unsur- unsur yang membentuk setiap karya sastra itu berbeda dan tujuan yang diharapkan dari karya sastra itu juga berbeda. Universitas Sumatera Utara Poerwadaminta 1996:694 mengemukakan bahwa novel adalah karangan prosa yang panjang, mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang yang dikelilinginya dan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Sedangkan menurut Jacob Sumardjo 1991:11-12, novel adalah genre sastra yang berupa cerita, mudah dibaca dan dicerna. Novel juga mengandung unsur pemikat dalam alur ceritanya yang mudah menimbulkan sikap penasaran bagi pembacanya. Jadi, dalam novel terdapat bahasa sastra yang berusaha mempengaruhi, membujuk dan pada akhirnya mengubah sikap pembaca. Di Jepang sendiri, sebagai salah satu negara yang memiliki karya-karya sastra yang terkenal di dunia, juga mengenal novel sebagai salah satu genre sastranya. Dalam bahasa Jepang novel disebut dengan shosetsu. Pengertian shosetsu menurut Kawabara Takeo dalam Muhamad Pujiono 2002:3 adalah novel yang menggambarkan kehidupan sehari-hari di dalam masyarakat yang lebih menitikberatkan kepada tokoh manusia Peran di dalam karangannya daripada kejadiannya. Pada umumnya, setiap karya sastra memiliki dua unsur yang berpengaruh dalam membangun karya sastra tersebut, yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Yang dimaksud dengan unsur intrinsik adalah unsur – unsur yang membangun karya sastra itu sendiri atau unsur – unsur yang secara langsung membangun cerita. Unsur – unsur yang dimaksud misalnya, tema, plot, latar, penokohan, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa, dan lain – lain. Sedangkan yang dimaksud ekstrinsik adalah unsur – unsur yang berada diluar karya sastra itu, tapi secara tidak langsung mempengaruhi karya sastra tersebut atau Universitas Sumatera Utara dapat dikatakan sebagai unsur – unsur yang mempengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra, namun tidak ikut menjadi bagian didalamnya. Unsur – unsur ekstrinsik tersebut adalah kebudayaan, sosial, psikologis, ekonomi, politik, agama dan lain – lain yang mempengaruhi pengarang dalam karya yang ditulisnya. Berbicara tentang psikologis tokoh dalam suatu karya sastra berarti kita berbicara unsur ekstrinsik dari karya sastra tersebut. Secara harfiah psikologi adalah ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang gejala–gejala kejiwaan. Menurut Freud dalam Dirgagunarso 1996 : 124 kehidupan psikis itu pada hakikatnya tidak disadari, lagipula pengaruh-pengaruh ketidaksadaran ini memainkan peranan besar sekali. Mengenai struktur kepribadian, Freud membedakan beberapa unsur dalam kehidupan psikhis, yaitu Das Es, yaitu ketidak sadaran, Das Ich yang memiliki unsur kesadaran, Uber-ich atau Aku-ideal, yang berfungsi sebagai hati nurani, yang mengkritik dan mengontrol kehidupan sendiri. Salah satu hasil karya sastra berupa novel adalah novel yang berjudul “Yakuza Moon” yang ditulis Shoko Tendo. Novel ini menceritakan tentang kisah hidup nyata dari seorang anak perempuan dari yakuza yang bernama Shoko Tendo. Shoko adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Daiki abangnya, Maki kakaknya, Natsuki adiknya, pasangan Hiroyashu, seorang bos yakuza dengan istrinya Satomi. Lahir pada tahun 1968. Shoko dan ketiga saudaranya terlahir dalam sebuah keluarga yakuza yang cukup terkenal di Jepang. Pada awalnya, mereka sekeluarga hidup tenang dan damai dalam kesejahteraan karena mereka memiliki segalanya. Harta yang sangat berlimpah ruah, sebuah keluarga yang utuh dan disegani oleh anggota - angota yakuza lainya. Universitas Sumatera Utara Namun, masalah mulai datang saat kakek dan nenek Shoko meninggal dunia. Timbul masalah kelurga karena Hiroyashu dengan saudara-saudaranya bertengkar hebat untuk saling memperebutkan harta peninggalan orang tua mereka yang sudah meninggal. Hiroyashu terlilit perkara dan akhirnya ia dijebloskan ke penjara. Hal itu membuat isteri dan anak-anak Hiroyashu terkena imbasnya. Para tetangga, bahkan guru mengolok-olok mereka dengan perkataan yang sangat menyakitkan karena masalah Hiroyashu ini dan status Hiroyashu sebagai kepala gangster yakuza. Selepas Hiroyashu bebas dari penjara, masalah yang ada tidak lantas mereda begitu saja. Bahkan, masalah baru pun mulai bermunculan. Sejak bebas dari penjara, Hiroyashu tidak pernah absen setiap harinya untuk datang ke bar dan pulang dalam keadaan mabuk bersama wanita-wanita malam menggandengnya ke rumah. Tidak jarang pula, Hiroyashu mengamuk tanpa alasan yang jelas di rumah kepada anak- anak dan istrinya. Melihat kehidupan ayahnya yang mengerikan itu, Shoko akhirnya mengikuti jejak Maki yang sudah lebih dulu meninggalkan sekolah dan menjadi seorang yanki sebutan untuk anak liar yang mengecat putih rambutnya dan kebut-kebutan mobil atau motor dengan knalpot tanpa peredam suara. Sejak saat itulah kehidupan Shoko berubah. Ia sudah sangat jarang pergi ke sekolah, menindik telinganya, mulai menghirup thinner, berkelahi, hingga melakukan hubungan seks. Suatu hari Shoko digiring ke penjara oleh polisi karena berkelahi. Keluarganya begitu sedih melihat kejadian itu. Di penjara, perilaku Shoko mulai mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Namun, saat ia keluar dari penjara, Universitas Sumatera Utara ayahnya harus masuk rumah sakit karena terserang TBC. Hal itu menambah kehancuran perekonomian keluarga Hiroyashu. Utang pun di mana-mana. Himpitan masalah yang diterima Shoko ternyata membawanya bertemu Nakauchi, seorang anggota yakuza baru yang dikenalkan oleh seorang kawan Shoko sesama yanki. Ia lah yang memperkenalkan Shoko pada amfetamin. Namun, yang dilakukan Nakauchi terhadap Shoko belum seberapa. Shoko menjadi seorang pecandu amfetamin dan seks yang tidak lazim setelah ia bertemu Maejima, seorang yakuza yang dulunya merupakan anak buah Hiroyashu. Maejima adalah seorang yang kejam dan berdarah dingin. Shoko begitu sulit melepaskan dirinya dari Maejima. Sekalipun Shoko mampu melepaskan diri sesaat saja dari Maejima, ia pasti akan segera menemukan Shoko kembali dan tidak segan - segan untuk menyiksanya. Kehidupan Shoko pun kian memburuk. Selain tidak bisa lepas dari Maejima, ia juga mulai terjerat sensasi cinta terlarang. Ia selalu jatuh ke tangan laki - laki beristeri yang hanya membuat dirinya sakit hati terus-menerus. Sepintas kisah yang dialami Shoko seperti yang disebutkan di atas begitu memilukan. Siapapun tidak akan pernah menyangka bahwa kebanyakan anak perempuan dalam keluarga yakuza mengalami hal serupa dengan Shoko. Perlakuan yang tidak adil dari masyarakat, cemoohan dari berbagai pihak, dan kekerasan fisik, batin, hingga kekerasan seks adalah hal yang biasa mereka alami. Belum lagi tekanan dari para lintah darat yang menagih hutang ayah Shoko yang sangat banyak dengan penuh kekerasan di rumahnya. Universitas Sumatera Utara Pengalaman-pengalaman buruk yang dialami oleh Shoko Tendo lama- kelamaan akhirnya menjadi beban psikologis. Shoko berusaha lari dari masalah keluarganya dengan meninggalkan rumah dan mengikuti jejak kakaknya, Maki. Kehidupan Shoko yang berantakan berawal dari sini. Shoko yang dulunya seorang anak yang baik dan penurut terhadap orang tua menjadi bandal. Selain itu, seperti disebutkan dalam beberapa penggalan cerita, Shoko mengalami trauma sewaktu diperkosa oleh seorang yakuza ketika dia menginjak masa SMP. Beban psikologis Shoko makin berat. Apalagi pada umur itu merupakan umur yang sangat rawan dan sensitif serta cenderung labil bagi seorang anak seperti Shoko Tendo. Setelah bergaul dengan yanki, Shoko Tendo telah melakukan hubungan seks dengan siapa saja yang menyukai dan memintanya. Seks bebas merupakan hal yang biasa bagi kaum yanki. Setelah membaca memoar ini, yang merupakan kisah nyata dari kehidupan penulis dengan memakai nama aslinya, Shoko Tendo, penulis merasa tertarik untuk membahas masalah psikologis yang dialami oleh tokoh utama. Penulis tertarik, juga karena kemampuan tokoh utama untuk menata kembali kehidupannya yang sudah berantakan dan semangat hidupnya di tengah-tengah permasalahan hidupnya dan keluarganya.

B. PERUMUSAN MASALAH