Analisis Psikologis Tokoh Utama Dalam Novel Catatan Ichiyo Karya Rei Kimura

(1)

ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH UTAMA DALAM NOVEL “CATATAN ICHIYO” KARYA REI KIMURA

REI KIMURA NO SAKUHIN NO “CATATAN ICHIYO” TO IU SHOUSETSU NI OKERU SHUJINKOU NO SHINRITEKI NA BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana

Bidang Ilmu Sastra Jepang

Disusun Oleh:

LASMARIA MAGDALENA

NIM : 090708026

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus yang telah begitu baik dan setia memberikan kasih, pertolongan dan anugrahNya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Departemen Sastra Jepang. Adapun yang menjadi judul skripsi ini adalah “Analisis Psikologis Tokoh Utama Dalam Novel Catatan Ichiyo Karya Rei Kimura”.

Dalam penulisan skripsi ini penulis tidak terlepas dari bimbingan, dukungan, dorongan, serta bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum, selaku Ketua Program Studi Sastra Jepang yang telah membimbing dan mengarahkan penulis.

3. Bapak Muhammad Pujiono, S.S, M.Hum, selaku dosen Pembimbing I yang telah berela hati memberikan dorongan, nasihat dan waktu di sela-sela kesibukan beliau untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Tanpa bantuan dan kesabaran Sensei, tidak mungkin saya dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu. Saya berdoa semoga Tuhan memberkati dan membalas segala kebaikan hati Sensei.


(3)

4. Bapak Drs. Yuddi Adrian Muliadi, M.A, selaku dosen Pembimbing II yang telah bersedia menjadi pembimbing dan menyediakan waktu di sela-sela kesibukan beliau yang padat untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Dosen Penguji Ujian Skripsi, yang telah menyediakan waktu untuk membaca dan menguji skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua Dosen Pengajar Program Studi S-1 Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan banyak ilmu kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dengan baik. 6. Kedua orangtuaku yang sangat kucintai yang selalu memberikan banyak

dukungan materiil dan moral dan selalu mendoakan penulis dari awal penulisan skripsi ini sampai pada akhirnya selesai. Saya bersyukur untuk kedua orangtua yang diberikan Tuhan buatku. Juga buat seluruh keluarga yang selalu memotivasi penulis untuk cepat selesai. Semoga Tuhan selalu memberkati kalian.

7. Sahabat-sahabat penulis di Sastra Jepang 2009 yang selalu setia menjadi sahabat, baik di waktu senang maupun susah dan saling memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini: Birdy, Ella, Erick, Febro, Hana, Johan, Juwita, Zivo. Thanks for everything, for being my family. Semoga kita semua sukses di jalur kita masing-masing nantinya.

8. Sahabat-sahabat setiaku juga yang di luar kampus, buat Novrida, Ezra dan Agnes yang sering menjadi teman sharing yang selalu mengerti, menemani, memberikan masukan, semangat, dukungan bahkan doa supaya


(4)

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan cepat. May God bless you always.

9. Terimakasih juga buat Bang Joko yang sudah banyak membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Juga buat teman-teman di stambuk 2009. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas segala dukungan, nasihat dan doanya.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Oktober 2013

Penulis


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Permasalahan... 5

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan...7

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori... 9

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian... 15

1.6 Metode Penelitian... 16

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL CATATAN ICHIYO, TOKOH ICHIYO DAN PSIKOANALIS SIGMUND FREUD 2.1 Novel ... 18

2.2 Unsur Intrinsik ... 19

2.2.1 Tema ... 19

2.2.2 Alur ... 21

2.2.3 Penokohan ... 23

2.2.4 Latar ... 25

2.2.4.1 Latar Tempat ... 26

2.2.4.2 Latar Waktu ... 26

2.2.4.3 Latar Sosial ... 27

2.3 Teori Kepribadian Psikoanalisa Sigmund Freud ... 28

2.3.1 Struktur Kepribadian ... 29

2.3.1.1 Id ... 29

2.3.1.2 Ego ... 31


(6)

2.3.2.1 Naluri (Insting) ... 33

2.3.2.2 Kecemasan ... 36

2.4 Biografi Rei Kimura ... 37

BAB III ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH UTAMA DALAM NOVEL CATATAN ICHIYO KARYA REI KIMURA 3.1 Sinopsis Cerita ... 38

3.2 Analisis Konflik Batin Tokoh Utama Karena Pengaruh Lingkungan ... 49

3.2.1 Lingkungan Keluarga ... 49

3.2.2 Lingkungan Sekolah ... 61

3.2.3 Lingkungan Masyarakat ... 67

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan ... 82

4.2 Saran ... 85 DAFTAR PUSTAKA


(7)

ABSTRAK

Dalam skripsi ini, penulis menganalisis sebuah novel karya Rei Kimura. Judul novelnya adalah Catatan Ichiyo. Penulis ingin meneliti kehidupan dari tokoh utama. Nama tokoh utama adalah Ichiyo Higuchi. Ichiyo Higuchi digambarkan sebagai seorang perempuan Jepang yang memiliki kecerdasan dalam bidang sastra. Dia bercita-cita menjadi seorang penulis wanita. Namun, cita-cita tersebut adalah hal yang tidak mungkin tejadi pada zaman Meiji di Jepang. Sastra hanya untuk pria, sedangkan wanita tidak boleh. Untuk menjadi seorang penulis wanita, Ichiyo mengalami banyak tantangan. Diantaranya adalah kemiskinan dan kondisi sosial pada zaman Meiji. Dalam novel ini banyak konflik batin yang dialami Ichiyo untuk memperjuangkan impiannya. Oleh sebab itu, penulis memilih pendekatan psikologis untuk menganalisis novel ini. Pendekatan psikologis dapat membantu penulis menganalisis kondisi psikologis tokoh utama. Skripsi ini ada empat bab dan saling berhubungan.

Bab pertama menjelaskan pendahuluan. Pendahuluan berisi tentang latar belakang penulisan skripsi ini. Skripsi ini menganalisis sebuah novel. Alasan dari penulis dalam pemilihan topik ini yaitu adanya hal yang menarik di dalam diri tokoh utama. Isi novel ini adalah perjalanan hidup tokoh utama. Di dalam novel ini juga ditunjukkan Ichiyo sebagai wanita yang tegar dan bersemangat menjalani hidup. Meskipun mengalami banyak tantangan, pada akhirnya dia mampu mewujudkan cita-citanya, menjadi seorang penulis wanita.

Rumusan permasalahan skripsi ini adalah mengenai kepribadian tokoh utama dalam novel berkaitan dengan lingkungan. Lingkungannya diantaranya


(8)

adalah lingkungan keluarga, sekolah dan juga masyarakat. Ruang lingkup pembahasan novel ini adalah analisis psikologis tentang id, ego, dan super ego yang terdapat pada tokoh utama. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kepribadian dan kondisi psikologis tokoh utama dalam novel ini. Manfaat penelitian ini adalah untuk menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca tentang teori psikoanalisis Sigmund Freud. Penelitian ini juga menambah informasi tentang perjalanan hidup dan kondisi psikologis perempuan Jepang pada zaman Meiji Jepang. Perempuan Jepang itu adalah Ichiyo Higuchi. Ichiyo Higuchi adalah satu-satunya perempuan yang mendapatkan penghormatan yang besar di Jepang. Wajahnya ada dalam lembaran uang kertas 5000 yen Jepang.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan melakukan studi kepustakaan. Penulis mempelajari teori psikologis, kemudian menganalisis cuplikan dengan teori tersebut. Secara keseluruhan, pada bab pertama ini dijelaskan tentang perumusan masalah, ruang lingkup pembahasan, tujuan dan manfaat, metode penelitian.

Bab kedua tentang teori yang digunakan untuk mengerjakan skripsi ini. Penulis menggunakan teori psikoanalisis Sigmund Freud. Teori ini adalah struktur kepribadian dan dinamika kepribadian. Struktur kepribadian terdiri dari id, ego dan super ego. Dinamika kepribadian terdiri dari kecemasan dan naluri. Penulis menggunakan kedua teori tersebut untuk menganalisis kondisi psikologis tokoh utama dalam cuplikan novel Catatan Ichiyo. Selain kedua teori di atas, pada bab kedua juga dijelaskan teori penokohan, latar, alur dan tema. Semua teori yang digunakan saling mendukung.


(9)

Bab ketiga merupakan hasil analisis menggunakan teori yang telah ada pada bab kedua. Untuk menganalisis kepribadian dan kondisi psikologis tokoh utama, penulis mengambil beberapa cuplikan yang terdapat dalam novel. Cuplikan tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan teori struktur kepribadian dan dinamika kepribadian Sigmund Freud.

Pada bab ketiga, penulis membagi analisis kondisi psikologis tokoh utama kedalam lingkungan yang berbeda. Lingkungan tersebut ada tiga, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Hal ini dilakukan agar penulis dan pembaca memahami kepribadian Ichiyo Higuchi dalam setiap lingkungan. Ichiyo mengalami kondisi yang sulit dan banyaktantangan dalam setiap lingkungan.

Dalam lingkungan keluarga, Ichiyo harus sebagai anak yang bertanggung jawab untuk keluarganya. Sejak ayahnya meninggal, keluarga mereka mengalami kemiskinan yang mengerikan. Mereka harus berjuang untuk melanjutkan hidup. Bahkan sampai berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Banyak pergolakan batin yang dialami Ichiyo karena kondisi keuangan keluarga mereka yang terpuruk.

Dalam lingkungan sekolah, Ichiyo tidak dapat bersosialisasi dengan teman-temannya. Hal itu karena dia berbeda dengan teman-teman seusianya di sekolah. Selain itu, karena Ichiyo juga berasal dari keluarga miskin. Ada juga saat ketika Ichiyo merasa sangat frustasi karena dia terpaksa harus berhenti sekolah. Semua konflik batin yang dialaminya ditulis dalam catatan hariannya.


(10)

Dalam lingkungan masyarakat, kondisi psikologis Ichiyo dipengaruhi oleh banyak hal. Dalam novel Catatan Ichiyo ini digambarkan kondisi Ichiyo saat menyukai Nakarai Tosui. Namun, karena banyak faktor yang tidak mendukung Ichiyo dan Nakarai, akhirnya mereka harus berpisah. Karena kondisi ini, Ichiyo mengalami konflik batin yang dalam. Sampai ada saat dimana Ichiyo ingin bunuh diri. Id, Ego dan Super ego saling bergesekan melakukan fungsinya masing-masing. Pada sebuah cuplikan, Id terkadang lebih unggul sehingga mengalahkan Super ego. Tercermin ketika Ichiyo ingin menjadi seorang istri gelap Kusaka. Namun, ada cuplikan lain yang di dalamnya terdapat Super ego yang pada akhirnya menang. Id, Ego dan Super ego saling berkaitan satu dengan yang lainnya membentuk kepribadian Ichiyo Higuchi.

Bab keempat merupakan kesimpulan dan saran. Di dalam bab ini ada beberapa kesimpulan dari hasil analisis. Ada juga saran bagi para pembaca skripsi ini. Sarannya adalah pembaca harus memiliki semangat dan ketekunan untuk meraih hal yang diimpikan. Seperti kepribadian Ichiyo Higuchi. Ichiyo tidak menyerah dengan keadaan di sekitarnya. Dia terus menerus berjuang demi impiannya. Sampai pada akhirnya, dia sukses sebagai penulis wanita terkenal di Jepang. Bahkan wajahnya diabadikan dalam uang kertas 5.000 yen. Penghormatan yang luar biasa bagi seorang wanita di Jepang.


(11)

要旨

この論文の中には、 筆 者 ひっしゃ

はRei Kimuraの そうさく

創 作 の小説を 分 析 ぶんせき

する。小説の だい

題 はCatatan Ichiyo である。筆者は 主 役 しゅやく

の生活を ちょうさ

調 査

したい。この諸説の中では、主役の名前はIchiyo Higuchiである。Ichiyo

Higuchi は文学面の知性

ちせい

を持っていて、日本の女として えが

かれる。彼女の希望は女の筆者になる。しかし、その希望は明示時代の日

本で不可能 ふ か の う

の事である。文学は男のためにできるだけ、女はいけない。女の筆者にな

るために、Ichiyo はたくさん

ちょうせん

挑 戦 を 経 験 けいけん

する。朝鮮の中では明治時代で社会の

じょうたい

状 態 と 貧 乏 びんぼう

である。この小説の中で ゆめ

夢 のためにたたいて、Ichiyoはたくさん 精 神 せいしん

たいりつ 対 立

を経験する。それで筆者はこの諸説を分析するために、心理的な分析を

選 えら

ぶ。心理的な分析は筆者に主役の心理的状態を分析するの手伝う。この論


(12)

第一章ははじめを 説 明 せつめい

する。はじめはこの論文の作品の背景である。この論文は小説を分析する

。筆者のりゆう理由の話題わだいを選ぶことはIchiyo Higuchi

の中で注意を引くことがある。この諸説の ないよう

内 容 は主役の生活の経過 けいか

である。この諸説の中で、Ichiyo の

こせい

個性は生活を 精 神 せいしん

して、 がんこ 頑固

な女とっても示される。たくさん挑戦を 経 験 けいけん

この論文の

しなければならなくて、女の筆者になる。

問 題 もんだい

のこうしき公 式 は 環 境かんきょうでかんれん関 連

して、諸説の中で主役の個性について。環境の中では家族 周 囲 しゅうい

し、学校周囲し、社会周囲である。この論文の ぎろん

議論の範囲 はんい

は しゅやく

主 役

に(Id,ego, super ego) の心理的 しんりてき

の ぶんせき

分 析 について。調査の 目 的 もくてき

は諸説の中で主役の心理的の状態と個性をするために。調査の ゆうえき

有 益

は筆者と読者にとってSigmund Freud の(Psikoanalisis のTeori)の知識 ちしき

ふ 増


(13)

の経過 けいか

についてインフォッメーションを ふ

増やす。日本女の名前はIchiyo

Higuchi である。Ichiyo Higuchiは 唯 一

ゆいいつ

の女日本で か ち

価値の 敬 礼 けいれい

をもらう。Ichiyo のかお顔 は日本の五千円の紙幣しへいの中である。

研 究 けんきゅう

の方法は文学の研究で説明する方法を使われた。

筆者は心理的の りろん 理論を習

なら

って、それからその理論で諸説の いんよう

引 用

を分析する。全体に、この第一章には 問 題 もんだい

の こうしき

公 式 し、議論 ぎろん

の はんい 範囲し、

目 的 もくてき

と ゆうえき

有 益 し、研究の方法について述 の

第二章はこの論文をするために使われた理論について、筆者はSig

mund Freud の(Teori Psikoanalisis) を使う。この理論は個性の べされる。

構 造 こうぞう

と個性の りきがく

力 学 である。個性の構造は三つがあって、それは(Id, ego,

super ego)。個性の力学は二つがあってそれは 心 配 しんぱい

と ほんおう

本 汪

である。筆者はCatatan Ichiyo

諸説の引用の中で主役の心理的の状態を分析するために、その二つ理論を


(14)

penokohan)し、面し、(Alur)し、テーマが説明される。全部使われた異論

は互いに 援 助 えんじょ

第三章は互い二賞あった理論を使って、分析の産物である。主役の

心理的の状態と個性を分析するために、筆者は諸説の中でいくつか引用を

取る。それから、その引用はSigmund Freud

の個性の力学と個性の構造理論を使って、分析される。 する。

第三章に、筆者は違い環境の中で主役の心理的の状態の分析を別け

る。その環境は三つがあって、家族周囲し、学校周囲し、社会周囲である

。筆者と読者が環境ごとにIchiyo Higuchi

の個性を理解できるように、このことをする。Ichiyo

は環境ごとにたくさん挑戦と難しい状態を経験する。

家族周囲の中で、Ichiyoは家族のために、子供として責任を負わな

ければならない。Ichiyo

のお父さんをなくなってから、彼らの家族は恐ろしい貧乏を経験する。彼

らは生活をつずけるために、奮闘しなければならない。それどころかひと

つの場所からほかの場所へ引越さなければならない、家族の財政の状態が

倒産するので、Ichiyo はよく精神の対立を経験する。

学校周囲の中で、Ichiyo


(15)

、あるときは学校をやめらなければならなくて、Ichiyo

はとても欲求不満を感じる。経験されて精神の対立は全部日記で書かれる

社会周囲の中で、Ichiyoの心理的の対立はたくさんことで影響される。Cat

atan Ichiyoの中でNakarai と好きだ時にIchiyo

の状態が描かれる。しかし、たくさん要因が公園しないので、やっとIchiy

oとNakaraiは別からなければならない。この状態だから、Ichiyo は自殺をしたい。(Id,ego,super

ego)は互いにすれて、別々に機能をする。一つ引用に、Id はSuper ego

より優越。この事はKusaka

の不正な妻をしたい時が反射された。しかし、ほかの引用で、やっとSupe

r egoは優越する。Id, ego, super ego はIchiyo の個性を互いに結成する。

第四章は結論と提案である。この章の中で、分析の産物から、いく

つか結論がある。この論文の読者にとって、提案もある。提案は夢の事を

引き寄せるために、読者は世紀と熱心を持ったなければならない。Ichiyo

Higuchi

の個性のように。Ichiyoは環境に任せない。彼女は夢のためにずっと奮闘

する。やっと、Ichiyo

は日本で有名な女の筆者にとって成功する。それどころか、Ichiyo


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Karya sastra merupakan proses kreatif seorang pengarang melalui daya imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini dapat berupa karya berbentuk tulisan dan karya sastra lisan. Karya sastra tidak sekedar lahir dari dunia yang kosong melainkan karya yang lahir dari proses penyerapan realita pengalaman manusia (Siswantoro, 2004: 23).

Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik baik yang didasarkan aspek kebahasaan maupun aspek makna (Fananie, 2000: 6).

Sastra merupakan sebuah ciptaan, sebuah kreasi, bukan pertama-tama sebuah imitasi. Sang seniman menciptakan sebuah dunia baru, meneruskan proses penciptaan di dalam semesta alam, bahkan menyempurnakannya. Sastra terutama merupakan suatu luapan emosi yang spontan (Luxemburg, dkk, 1984: 5).

Dalam sastra terdapat genre sastra yang sangat bervariasi. Misalnya puisi, drama, roman, prosa, teater dan lain-lain. Salah satu hasil karya sastra berupa prosa adalah novel.

Menurut Eric Reader dalam Aziez dan Abdul Hasim (2010: 1), novel merupakan sebuah cerita fiksi dalam bentuk prosa dengan panjang kurang lebih satu volume yang menggambarkan tokoh-tokoh dan perilaku yang merupakan cerminan kehidupan nyata dalam plot yang berkesinambungan.


(17)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Siswanto (2008: 141), novel diartikan sebagai karangan prosa yang panjang, mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.

Prosa fiksi menurut Aminudin (2000: 66) yaitu kisahan atau cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu dengan pemeranan, latar serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu cerita. Novel sendiri merupakan gambaran hidup tokoh yang menceritakan hampir keseluruhan perjalanan hidup tokoh. Penokohan serta karakter tokoh dalam novel digambarkan dengan lengkap atau jelas oleh pengarang. Setiap tokoh juga diberi gambaran fisik dan kejiwaan yang berbeda-beda sehingga cerita tersebut seperti nyata atau menjadi hidup. Dari segi kejiwaan, sastra bisa dipelajari dan ditelaah dengan menggunakan teori psikologi.

Secara umum psikologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia atau gejala-gejala jiwa manusia. Bila dapat diambil kesimpulan, psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari semua tingkah laku dan perbuatan individu, dalam mana individu tersebut tidak dapat dilepaskan dari lingkungannya (Ahmadi, 2009: 3-4).

Karya sastra yang dipandang sebagai fenomena psikologis, akan menampilkan aspek-aspek kejiwaan melalui tokoh-tokoh dalam karya sastra tersebut. Jatman dalam Endraswara (2003: 97) menyatakan bahwa karya sastra dan psikologi memiliki pertautan yang erat, secara tak langsung dan fungsional. Dikatakan pertautan tak langsung karena baik sastra maupun psikologi memiliki objek yang sama, yaitu manusia. Psikologi dan sastra memiliki hubungan


(18)

fungsional karena sama-sama untuk mempelajari keadaan kejiwaan orang lain, bedanya dalam psikologi gejala tersebut riil, sedangkan dalam sastra bersifat imajinatif. Namun, sifat-sifat manusia dalam psikologi maupun sastra sering menunjukkan kemiripan, sehingga psikologi sastra memang tepat dilakukan.

Psikoanalisa adalah wilayah kajian psikologi sastra. Teori psikoanalisa ini pertama kali dimunculkan oleh Sigmund Freud. Dalam kajian psikologi sastra akan berusaha diungkapkan psikoanalisa kepribadian yang dipandang meliputi tiga unsur kejiwaan, yaitu id, ego, dan superego. Ketiga sistem kepribadian ini satu sama lain saling berkaitan serta membentuk totalitas, dan tingkah laku manusia yang tidak lain merupakan produk interaksi ketiganya (Endraswara, 2003: 101).

Adapun penelitian yang akan dibahas adalah sastra yang mencerminkan kondisi kehidupan realita yang dituangkan dalam sebuah novel berjudul Catatan Ichiyo karya Rei Kimura. Rei Kimura adalah seorang pengacara yang memiliki passion dalam bidang menulis. Keunggulan karya-karyanya terletak pada penggambaran peristiwa dan karakter tokoh yang unik. Ia menampilkan kisah yang digali dari kejadian nyata dan hidup orang-orang yang sebenarnya dalam beberapa bukunya.

Novel ini merupakan salah satu karya sastra yang menceritakan kisah nyata dari tokoh utama yang terdapat di dalam novel ini. Novel ini merupakan rangkuman dari buku harian Ichiyo sebagai tokoh utama dalam novel ini yang ditulis semasa hidupnya. Ichiyo adalah gadis Jepang biasa yang mempunyai kecerdasan yang luar biasa dalam sastra. Perjalanan hidup mengarahkan Ichiyo menjadi penulis. Menjadi penulis perempuan pada zaman Meiji adalah hal yang


(19)

hampir mustahil. Banyak tantangan yang dihadapi Ichiyo di tengah kemiskinan dan kondisi sosial pada zamannya. Namun, tekad dan semangat Ichiyo akhirnya membawanya menjadi salah satu penulis yang paling diperhitungkan di Jepang.

Dalam novel ini digambarkan perjalanan panjang Ichiyo dan pergolakan batin yang terjadi di dalam dirinya dalam menghadapi setiap situasi dan kesulitan yang ada. Penulis ingin mencoba menganalisis tokoh utama dalam novel ini melalui pendekatan psikologis.

Dalam penelitian ini akan dibahas tentang kepribadian dan konflik yang merupakan hasil dari aktivitas dan tingkah laku manusia. Konflik merupakan salah satu unsur yang amat penting dalam pengembangan sebuah cerita. Konflik hadir di dalam sebuah cerita dalam bentuk pertentangan, ketegangan, kekalutan atau kekacauan batin yang dialami tokoh-tokohnya. Wellek dan Warren menjelaskan bahwa konflik adalah sesuatu yang dramatik, mengacu pada pertarungan antara dua kekuatan yang seimbang dan menyiratkan adanya “aksi dan balasan”, jadi konflik merupakan pertentangan yang seimbang antara pendapat satu individu satu dengan lainnya yang berupa fisik dan batin (Nurgiyantoro, 1995: 122).

Konflik juga berhubungan dengan kepribadian seseorang dalam hakikatnya sebagai manusia. Kepribadian tidak hanya meliputi pikiran, perasaan, dan sebagainya, melainkan secara keseluruhannya sebagai panduan antara kehidupan seseorang sebagai anggota masyarakat atau di dalam interaksi sosial (Sujanto dkk, 1986: 3).

Unsur-unsur kejiwaan tokoh sangat dekat hubungannya dengan kepribadian tokoh dan konflik yang terjadi pada tokoh. Kepribadian merupakan


(20)

kehidupan psikis seseorang secara pribadi, yang merupakan segi lain dari segi sosial manusia. Demikian pula dengan konflik, merupakan pertentangan yang seimbang antara pendapat individu satu dengan lainnya yang berupa fisik dan batin.

Penulis lebih memilih unsur psikologi sebagai pendekatan dalam penelitian ini, karena pendekatan psikologi lebih menekankan pada penelitian tentang kejiwaan. Penelitian ini ingin membahas lebih dalam unsur konflik dan kepribadian yang merupakan bagian dari unsur kejiwaan, sehingga penulis cenderung ingin menggunakan pendekatan psikologi daripada pendekatan sastra yang lainnya. Penulis tertarik untuk meneliti kepribadian dan konflik batin tokoh utama yang terdapat dalam novel ini. Oleh karena itu, penulis memilih judul “ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH UTAMA DALAM NOVEL CATATAN ICHIYO KARYA REI KIMURA”.

1.2. Rumusan Permasalahan

Setiap manusia tentunya memiliki cita-cita atau keinginannya sendiri untuk diwujudkan. Manusia akan melakukan upaya apapun demi terwujudnya keinginan dari dalam hatinya tersebut. Dan apabila keinginan atau cita-cita tersebut dapat terpenuhi, akan memberikan kepuasan batin yang tidak ternilai harganya. Namun, terkadang ada banyak hal yang tidak mendukung terwujudnya cita-cita tersebut. Penghalang itu datangnya bisa dari mana saja. Termasuk dari lingkungan zaman tempat tinggal maupun kondisi dari dalam keluarga. Hal inilah yang dialami oleh Ichiyo Higuchi. Gadis Jepang ini memiliki obsesi untuk menjadi sastrawan wanita Jepang di tengah kondisi zaman yang tidak mendukung seorang perempuan untuk berkarya dalam dunia sastra. Perempuan pada


(21)

zamannya dikhususkan untuk menjadi wanita pada umumnya, yaitu menikah dan mengurus masalah rumah tangga. Namun, Ichiyo tidak menyerah begitu saja. Dia tetap fokus terhadap tujuannya untuk menjadi sastrawan wanita Jepang. Meskipun halangan yang dihadapinya sangat banyak. Termasuk kondisi keluarganya yang sangat miskin yang tidak memungkinkannya untuk diterima dan berkembang di dunia sastra.

Dalam menghadapi penghalang-penghalang inilah Ichiyo mengalami pergulatan pikiran yang tiada habisnya. Banyak konflik batin yang dialaminya sepanjang perjalanan hidupnya memperjuangkan cita-citanya menjadi seorang penulis hingga akhirnya Ichiyo menjadi penulis wanita yang paling diperhitungkan di Jepang. Beban mental yang harus ditanggungnya sepeninggal ayahnya yang adalah satu-satunya orang yang mendukungnya dalam dunia sastra, sehingga dia juga harus menjadi anak yang harus bertanggung jawab demi kelangsungan hidupnya dan keluarganya.

Dari novel yang berjudul Catatan Ichiyo ini digambarkan dengan jelas kekuatan jiwa yang dimiliki oleh Ichiyo sebagai tokoh utama. Meskipun tidak jarang ia dilanda keputusasaan dan depresi yang mendalam dalam menjalani hidupnya yang cukup berat. Namun, tujuan hidup dan motivasinya memberikan energi yang besar baginya untuk melanjutkan hidup dan memperjuangkan cita-citanya. Motivasi dan tujuan hidup memiliki peranan yang besar dalam menjalani kehidupan. Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk mencapai sesuatu tujuan. Meskipun di tengah kondisi yang terpuruk, dia tidak kehilangan harapan dan tetap membangun harapan itu, yaitu menjadi seorang penulis wanita Jepang yang diperhitungkan.


(22)

Oleh sebab itu, penulis akan mencoba menguraikan masalah-masalah yang akan diteliti dalam pertanyaan berikut.

1. Bagaimana kepribadian tokoh utama yang tercermin dalam novel Catatan Ichiyo berkaitan dengan lingkungan yang dihadapinya.

2. Gangguan psikologis apa saja yang terdapat pada tokoh utama yang digambarkan oleh Rei Kimura dalam novel Catatan Ichiyo.

1.3. Ruang Lingkup Pembahasan

Penelitian ini difokuskan pada sebuah novel terjemahan Jepang yang berjudul “Catatan Ichiyo”. Novel ini merupakan isi dari buku harian tokoh utama dalam novel ini yang bernama Ichiyo Higuchi. Ichiyo menuliskan hal-hal yang dialami dan dirasakannya semasa hidupnya dalam sebuah buku harian. Dia menjadikan buku hariannya sebagai teman dekatnya, tempat dimana dia dapat mencurahkan seluruh isi hatinya. Novel ini kemudian ditulis oleh Rei Kimura dan kemudian diterjemahkan oleh Moch. Murdwinanto ke dalam bahasa Indonesia. Novel ini terdiri dari 280 halaman.

Agar masalah penelitian tidak terlalu luas dan berkembang jauh, maka dalam penelitian ini penulis hanya fokus membahas kondisi psikologis tokoh utama dalam novel ini.

Kondisi zaman Meiji yang pada saat itu sangat mustahil bagi seorang wanita untuk berkarir di dunia sastra membuat Ichiyo harus mengalami perjuangan yang panjang dan berat untuk mencapai cita-citanya tersebut. Ditambah lagi dengan keadaan perekonomian keluarganya yang terpuruk sepeninggal ayahnya membuat Ichiyo menjadi satu-satunya anak yang paling bertanggung jawab untuk keluarganya dan menjadi harapan terakhir bagi


(23)

keluarganya untuk bangkit lagi dari keterpurukan itu. Pekerjaan apa pun ia lakukan demi kelangsungan hidup mereka. Ia menjalani hari-hari yang sulit dan melelahkan. Bahkan berpindah-pindah dari rumah yang satu ke rumah yang lain karena kondisi keluarganya yang sangat miskin. Kondisi keluarga Ichiyo yang miskin dan tidak memiliki koneksi seperti itu sangat tidak dapat mendukung Ichiyo untuk menjadi sastrawan wanita. Sehingga, kedua hal tersebut sangat mempengaruhi kondisi psikologis Ichiyo. Penulis menganalisis psikologis tokoh dengan mengambil beberapa cuplikan yang terdapat di dalam novel, kemudian menganalisis tentang kaitannya dengan psikologis dengan menggunakan pendekatan semiotik dan teori psikoanalisa Sigmund Freud sebagai acuan penelitian.

Sebelum menganalisis beberapa cuplikan tersebut, penulis terlebih dahulu akan menjelaskan defenisi novel, unsur intrinsik novel, termasuk dijelaskan juga setting novel Catatan Ichiyo, teori psikoanalisa Sigmund Freud, dan biografi pengarang. Penelitian ini terfokus pada analisis psikologi, yaitu analisis tentang id, ego, dan super ego yang terdapat pada tokoh utama dalam novel Catatan Ichiyo karya Rei Kimura.

1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori a. Tinjauan Pustaka

Di dalam karya sastra, terdapat sistem yang mendukung karya sastra itu sendiri. Menurut Semi (1988: 35 ), struktur fiksi secara garis besar dibagi atas dua bagian, yaitu struktur luar (ekstrinsik) dan struktur dalam (intrinsik). Struktur luar adalah segala macam unsur yang berada di luar suatu karya sastra yang ikut


(24)

faktor kebudayaan, faktor sosio politik, faktor keagamaan dan tata nilai yang dianut masyarakat. Struktur dalam adalah unsur-unsur yang membentuk karya sastra tersebut, seperti penokohan atau perwatakan, tema, alur (plot), pusat pengisahan dan gaya bahasa. Agar sebuah karya sastra dapat dipahami dengan lebih jelas, maka sebuah karya sastra harus memiliki unsur instrinsik dan ekstrinsik. Tanpa kedua unsur tersebut, suatu karya sastra tidak bisa berdiri sendiri atau dipahami oleh pembacanya.

Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun keutuhan suatu karya sastra. Tanpa unsur instrinsik, suatu karya sastra tidak akan dapat dinikmati oleh pembacanya. Kuat tidaknya dan jelas tidaknya unsur instrinsik juga akan mempengaruhi kualitas dan kenyamanan pembaca dalam membaca suatu karya sastra. Salah satu unsur instrinsik yang sangat berperan dalam suatu karya sastra fiksi adalah tokoh.

Tokoh cerita menurut Abrams dalam Nurgiyantoro (1995: 165) adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Penokohan adalah unsur dari sebuah karya sastra yang sangat penting. Tanpa penokohan, tidak akan ada suatu cerita untuk dikisahkan karena tidak ada alur yang terbentuk. Karya itu hanya akan menjadi sebuah karya deskripsi saja, karena semuanya dipaparkan statis dan tidak hidup.

Menurut Aminuddin (2000: 80-81), ada beberapa hal yang dapat ditelusuri oleh seorang pembaca dalam upaya memahami watak pelaku dalam karya sastra, antara lain:


(25)

1. Tuturan pengarang terhadap karakteristik pelakunya

2. Gambaran yang diberikan pengarang lewat gambaran lingkungan kehidupannya maupun caranya berpakaian

3. Menunjukkan bagaimana perilakunya

4. Melihat bagaimana tokoh itu berbicara tentang dirinya sendiri 5. Memahami bagaimana jalan pikirannya

6. Melihat bagaimana tokoh lain berbicara tentangnya 7. Melihat bagaimana tokoh lain berbincang dengannya

8. Melihat bagaimana tokoh-tokoh yang lain itu memberikan reaksi terhadapnya

9. Melihat bagaimana tokoh itu dalam mereaksi tokoh yang lainnya

Selain dari unsur intrinsik, karya sastra juga memiliki unsur ekstrinsik. Unsur ekstrinsik juga memegang peranan yang sangat penting dalam terbentuknya suatu karya sastra. Salah satu unsur ekstrinsik yang terdapat dalam karya sastra adalah psikologi.

Siswantoro (2004: 31-32) menyatakan bahwa secara kategori, sastra berbeda dengan psikologi. Sastra berhubungan dengan dunia fiksi, drama, puisi dan esay yang diklasifikasikan ke dalam seni. Sedangkan psikologi merujuk kepada studi ilmiah tentang perilaku manusia dan proses mental. Meskipun kedua hal ini sangat berbeda, namun keduanya memiliki titik temu atau kesamaan. Kesamaan itu adalah kedua hal ini sama-sama berangkat dari manusia dan kehidupan sebagai sumber kajiannya. Apabila berbicara tentang manusia, tentu akan berbicara mengenai perilakunya juga. Hal ini tentu saja melibatkan ilmu


(26)

psikologi, karena psikologi mempelajari perilaku. Perilaku manusia tidak lepas dari aspek kehidupan yang membungkusnya dan mewarnai perilakunya.

Psikologi sastra mempelajari fenomena, kejiwaan tertentu yang dialami oleh tokoh utama dalam karya sastra ketika merespon atau bereaksi terhadap diri dan lingkunganya. Dengan demikian, gejala kejiwaan dapat terungkap lewat perilaku tokoh dalam sebuah karya sastra.

Watak seorang tokoh dapat menggambarkan psikologis diri tokoh tersebut. Walaupun psikologi bukan merupakan unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra, tapi keberadaan unsur ekstrinsik ini sangat mempengaruhi isi cerita dari karya sastra fiksi tersebut.

Di dalam novel Catatan Ichiyo ini bisa dilihat tokoh utama yang mengalami tekanan batin dan konflik-konflik pribadi yang terjadi dalam menjalani hidupnya dan memperjuangkan cita-citanya. Karya sastra novel Catatan Ichiyo ini menunjukkan aspek-aspek psikologis yang dialami oleh tokoh utamanya.

b. Kerangka Teori

Dalam menganalisis sebuah karya sastra, penelitian sastra memerlukan landasan kerja yang berupa teori. Sesuai dengan beraneka ragam ilmu, maka teori pun juga beraneka ragam. Dalam penelitian sastra, pemilihan macam teori diarahkan oleh masalah yang akan dijawab oleh penelitian dan oleh tujuan yang akan dicapai oleh penelitian (Soeratno, 2001:14-15). Meneliti suatu karya sastra berarti harus menggunakan salah satu teori sastra atau dapat juga dikatakan pendekatan sastra. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan semiotika dan pendekatan psikologis yaitu pendekatan psikoanalisa Sigmund Freud.


(27)

Pendekatan semiotik adalah pendekatan yang memandang karya satra sebagai sistem tanda (Pradopo, 2001: 71). Sebagai ilmu tanda, semiotik secara sistematik mempelajari tanda-tanda dan lambang (semeion dalam bahasa Yunani yang berarti tanda), sistem-sistem lambang dan proses-proses perlambangan (Luxemburg dan Willem, 1984: 44). Pada pandangan semiotik yang berasal dari teori Saussure dalam Nurgiyantoro (1995: 39), bahasa merupakan sistem tanda dan sebagai suatu tanda, bahasa bersifat mewakili sesuatu yang lain yang disebut makna.

Penulis menggunakan pendekatan semiotik dalam menganalisis novel ini untuk mengetahui adanya konflik batin Ichiyo dalam menjalani setiap aspek kehidupannya. Konflik batin tersebut ditunjukkan melalui bahasa-bahasa yang berperan sebagai tanda untuk menunjukkan adanya gangguan psikologis yang dialami oleh Ichiyo. Selanjutnya untuk menganalisis psikologis tokoh utama, penulis menggunakan pendekatan psikologis.

Psikologi sastra adalah kajian yang memandang karya sebagai aktivitas kejiwaan. Karya sastra yang dipandang sebagai fenomena psikologis, akan menampilkan aspek-aspek kejiwaan melalui tokoh-tokoh (Endraswara, 2003: 96).

Dalam pandangan Wellek dan Warren dan Hardjana dalam Endraswara (2003: 98), psikologi sastra mempunyai empat kemungkinan penelitian, yaitu: 1. Penelitian terhadap psikologi pengarang sebagai tipe atau sebagai pribadi.

Studi ini cenderung ke psikologi seni. Peneliti berusaha menangkap kondisi kejiwaan pengarang pada saat menelorkan karya sastra.


(28)

2. Penelitian proses kreatif dalam kaitannya dengan kejiwaan. Studi ini berhubungan pula dengan psikologi proses kreatif. Bagaimana langkah-langkah psikologis ketika mengekspresikan karya sastra menjadi fokus. 3. Penelitian hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra.

Dalam kaitan ini studi dapat diarahkan pada teori-teori psikologi, misalnya psikoanalisis ke dalam sebuah teks sastra. Asumsi dari kajian ini bahwa pengarang sering menggunakan teori psikologi tertentu dalam penciptaan. Studi ini yang benar-benar mengangkat teks sastra sebagai wilayah kajian. 4. Penelitian dampak psikologis teks sastra kepada pembaca. Studi ini lebih

cenderung ke arah aspek-aspek pragmatik psikologis teks sastra terhadap pembacanya.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori psikoanalisa menurut teori Sigmund Freud untuk menganalisis aspek-aspek kejiwaan tokoh utama yang ditunjukkan dalam teks novel Catatan Ichiyo karya Rei Kimura.

Dalam teori psikoanalisa menurut teori Sigmund Freud, terdapat struktur kepribadian dan dinamika kepribadian (Koeswara, 1991:32-35). Struktur kepribadian ada tiga, antara lain id, ego dan superego.

Id adalah sistem kepribadian manusia yang paling dasar, sistem yang di dalamnya terdapat naluri-naluri bawaan. Id dilandasi dengan maksud menghindari keadaan tidak menyenangkan dan mencapai keadaan yang menyenangkan.

Dalam perkembangannya, tumbuhlah ego yang perilakunya didasarkan atas prinsip kenyataan. Ego dalam menjalankan fungsinya tidaklah ditujukan untuk menghambat pemuasan kebutuhan-kebutuhan atau naluri yang berasal dari id. Yang dihambat oleh ego adalah pengungkapan naluri-naluri yang tidak layak


(29)

atau tidak bisa diterima oleh lingkungan. Fungsi yang paling dasar dari ego adalah sebagai pemelihara kelangsungan hidup individu.

Super ego adalah sistem kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan yang sifatnya evaluatif yang menyangkut nilai baik dan buruk. Fungsi utama superego antara lain sebagai pengendali dorongan-dorongan naluri id agar dapat disalurkan dalam cara atau bentuk yang dapat diterima masyarakat, mengarahkan ego pada tujuan-tujuan yang sesuai dengan moral daripada kenyataan, dan mendorong individu kepada kesempurnaan.

Dalam teori psikoanalisa, Freud juga membagi dinamika kepribadian, yaitu naluri (insting) dan kecemasan. Insting adalah perwujudan psikologi dari kebutuhan tubuh yang menuntut pemuasan, hasrat, motivasi dan dorongan dari insting (Alwisol, 2004: 18). Naluri bersifat mendorong diri individu untuk bertindak atau bertingkah laku ke arah pemuasan kebutuhan (Koeswara, 1991: 36). Freud menjelaskan bahwa yang menjadi sumber insting adalah kondisi jasmaniah seorang individu.

Kecemasan adalah dampak dari konflik yang menjadi bagian kehidupan yang tak terhindarkan, dipandang sebagai komponen dinamika kepribadian yang utama. Kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan suatu reaksi adaptif yang sesuai (Alwisol, 2009: 22).

1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian


(30)

1. Untuk mendeskripsikan kepribadian tokoh utama yang tercermin dalam novel ini berkaitan dengan lingkungan yang dihadapinya.

2. Untuk mendeskripsikan gangguan psikologis apa saja yang digambarkan oleh Rei Kimura pada tokoh utama dalam novel Catatan Ichiyo karya Rei Kimura.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat untuk:

1. Untuk menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca mengenai teori psikologi kepribadian oleh Sigmund Freud.

2. Untuk menambah informasi tentang perjalanan hidup dan kondisi psikologis seorang perempuan bernama Ichiyo yang pada akhirnya menerima penghormatan dan kedudukan yang tak pernah dicapai oleh perempuan Jepang mana pun, yaitu wajahnya diabadikan pada mata uang kertas 5.000 yen Jepang.

1.6. Metode Penelitian

Metode penelitian pada hakikatnya merupakan suatu cara yang ditempuh untuk menemukan, menggali dan melahirkan ilmu pengetahuan yang memiliki kebenaran ilmiah (Widodo dan Mukhtar, 2000: 7).

Metode penelitian yang digunakan penulis untuk menganalisis novel ini adalah studi kepustakaan analisis deskriptif. Metode penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu variabel atau tema, gejala atau keadaan yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan (Widodo dan Mukhtar, 2000: 15).


(31)

Penulis menggunakan sumber-sumber tertulis yang dapat dipergunakan dalam penelitian ini. Data-data diperoleh dari studi kepustakaan melalui berbagai sumber untuk mengumpulkan beberapa teori psikologis dan juga mengumpulkan data-data dari internet.

Sumber primernya adalah novel Catatan Ichiyo karya Rei Kimura. Setelah menentukan karya sastra yang akan diteliti dan pendekatan yang akan diambil, penulis mempelajari teori-teori psikologis untuk menentukan teori psikologis apa yang paling cocok untuk diterapkan pada novel Catatan Ichiyo ini. Kemudian penulis menganalisis kondisi psikologis tokoh utama dengan menggunakan teori psikologi yang telah diperoleh melalui studi kepustakaan. Pada akhirnya, penulis menarik simpulan yang merupakan jawaban dari rumusan permasalahan.


(32)

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL CATATAN ICHIYO, TOKOH ICHIYO DAN PSIKOANALISA SIGMUND FREUD

2.1. Novel

Novel adalah salah satu bentuk dari sebuah karya sastra. Novel berasal dari bahasa Italia novella, yang dalam bahasa Jerman novelle, dan dalam bahasa Yunani novellus. Sebutan novel dalam bahasa Inggris dan inilah kemudian masuk ke dalam bahasa Indonesia menjadi novel. Secara harfiah, novella berarti ‘sebuah barang baru yang kecil’, dan kemudian diartikan sebagai ‘cerita pendek dalam bentuk prosa’.

Dewasa ini istilah novella dan novelle mengandung pengertian yang sama dengan istilah Indonesia novelet (Inggris: novelett), yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek (Nurgiyantoro, 1995: 10).

Novel sebagai bentuk karya sastra merupakan jalan hidup yang di dalamnya terjadi peristiwa dan perilaku yang dialami dan diperbuat manusia (tokoh) (Siswantoro, 2004: 29). Novel merupakan prosa fiksi yang berisi tentang kehidupan tokohnya dari awal hingga akhir. Novel sendiri merupakan gambaran hidup tokoh yang menceritakan hampir keseluruhan perjalanan hidup tokoh. Penokohan serta karakter tokoh dalam novel digambarkan dengan lengkap atau jelas oleh pengarang. Setiap tokoh juga diberi gambaran fisik dan kejiwaan yang berbeda-beda sehingga cerita tersebut seperti nyata atau menjadi hidup.


(33)

Novel merupakan cerita fiksi dalam bentuk tulisan atau kata-kata dan mempunyai unsur instrinsik dan ekstrinsik. Sebuah novel biasanya menceritakan tentang kehidupan manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sesamanya. Dalam sebuah novel, pengarang berusaha semaksimal mungkin untuk mengarahkan pembaca kepada gambaran-gambaran realita kehidupan melalui cerita yang terkandung dalam novel tersebut. Dalam novel Catatan Ichiyo ini, pengarang berusaha menggambarkan realita kehidupan yang dialami tokoh utama semasa hidupnya. Novel ini merupakan gambaran hidup tokoh utama yang menceritakan hampir keseluruhan perjalanan hidup Ichiyo Higuchi. Isi dari novel ini merupakan kisah yang diperoleh dari buku harian Ichiyo Higuchi yang menjadi tokoh utama novel Catatan Ichiyo.

2.2 Unsur Intrinsik

Secara garis besar, unsur pembentuk novel ada dua, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik Unsur intrinsik novel adalah beberapa unsur penting yang seharusnya ada dalam sebuah novel. Unsur-unsur tersebut dianggap penting karena mampu membuat novel menjadi satu keutuhan. Adapun unsur-unsur yang dimaksud adalah sebagai berikut.

2.2.1 Tema

Tema merupakan ide, gagasan ataupun pikiran utama dalam sebuah karya sastra yang terungkap atau tidak. Sejalan dengan pendapat tersebut, Fananie (2000: 84) juga bependapat, “Tema adalah ide, gagasan, pandangan hidup pengarang yang melatarbelakangi ciptaan karya sastra”. Karena sastra merupakan refleksi kehidupan masyarakat, maka tema yang diungkapkan dalam karya sastra


(34)

bisa sangat beragam. Tema dapat berupa persoalan moral, etika, agama, sosial budaya, teknologi, tradisi yang terkait erat dengan masalah kehidupan.

Tema merupakan unsur yang amat penting dari sebuah cerita, karena tema digunakan sebagai kompas atau peta agar cerita yang dibangun menjadi lebih terarah dan terfokus. Di dalam sebuah karya sastra, tema dapat diungkapkan melalui berbagai cara, seperti melalui dialog tokoh-tokohnya melalui konflik-konflik yang dibangun, atau melalui komentar secara tidak langsung. Tema dapat disamarkan sehingga kesimpulan yang diungkapkan pengarang harus dirumuskan sendiri oleh pembaca. Pengarang dapat mengungkapkan penyelesaian lewat akhir cerita, tetapi dapat juga menyerahkan penyelesaian tema kepada keputusan pembaca (Fananie, 2000: 84).

Tema adalah ide yang mendasari cerita sehingga berperan sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya. Tema dikembangkan dan ditulis pengarang dengan bahasa yang indah sehingga menghasilkan karya sastra. Tema merupakan ide pusat atau pikiran pusat, arti dan tujuan cerita, pokok pikiran dalam karya sastra, gagasan sentral yang menjadi dasar cerita dan dapat menjadi sumber konflik-konflik.

Adapun tema dari novel Catatan Ichiyo adalah tentang perjalanan hidup seorang wanita Jepang yang hidup di zaman Meiji yang sungguh bernyali, pantang menyerah tanpa dukungan keluarga berpengaruh yang menerobos segala prasangka dan kemiskinan luar biasa untuk menjelma menjadi bintang yang bersinar terang, salah satu penulis yang paling diperhitungkan di Jepang. Bahkan setelah akhir hidupnya, wajahnya diabadikan pada mata uang kertas 5.000 yen


(35)

Jepang. Sebuah penghormatan dan kedudukan yang tak pernah dicapai oleh perempuan Jepang mana pun.

2.2.2 Alur

Alur menurut Stanton dalam Nurgiyantoro (1995: 13), adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab-akibat. Peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang dan suasana terjadinya peristiwa dalam satu karya sastra. Dari penjelasan tersebut, alur merupakan keserasian antara waktu, tempat dan deskripsi suasana. Peristiwa-peristiwa cerita dimanifestasikan lewat perbuatan, tingkah laku, dan sikap tokoh-tokoh (utama) cerita.

Peristiwa, konflik dan klimaks merupakan tiga unsur yang amat esensial dalam pengembangan sebuah alur (plot) cerita. Sebuah cerita menjadi menarik karena ada ketiga unsur tersebut.

Peristiwa dapat diartikan sebagai peralihan dari satu keadaan ke keadaan yang lain (Luxemburg dkk, 1984: 50). Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dibedakan antara kalimat-kalimat tertentu yang menampilkan peristiwa dengan yang tidak. Peristiwa yang ditampilkan dalam karya fiksi sangat banyak, oleh sebab itu perlu dilakukan analisis peristiwa untuk menentukan peristiwa mana yang berfungsi sebagai pendukung plot.

Konflik mengacu pada pengertian sesuatu yang bersifat tidak menyenangkan yang terjadi dan atau dialami oleh tokoh-tokoh cerita yang jika tokoh-tokoh itu diberi kebebasan untuk memilih, ia (mereka) tidak akan memilih peristiwa itu menimpa dirinya.


(36)

Peristiwa dan konflik biasanya saling berkaitan erat, dapat saling menyebabkan terjadinya satu dengan yang lain, bahkan konflik pun hakikatnya merupakan peristiwa. Ada peristiwa tertentu yang dapat menimbulkan konflik atau bahkan sebaliknya. Bentuk konflik dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu konflik fisik dan konflik batin.

Konflik fisik (eksternal) adalah konflik yang terjadi antara seseorang tokoh dengan sesuatu di luar dirinya, mungkin dengan tokoh lain atau dengan alam. Konflik batin (internal) adalah konflik yang terjadi dalam hati, jiwa seorang tokoh (atau tokoh-tokoh) cerita. Jadi ia merupakan konflik yang dialami manusia dengan dirinya sendiri. Ia merupakan permasalahan intern seorang manusia. Kedua konflik tersebut saling berkaitan, saling menyebabkan terjadinya satu dengan yang lain, dan dapat terjadi secara bersamaan.

Klimaks, menurut Stanton (2007: 16), adalah saat konflik telah mencapai intensitas tertinggi, dan saat itu merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari kejadiannya. Klimaks utama sebuah cerita akan terdapat pada konflik utama, dan itu akan diperani oleh tokoh-tokoh utama cerita.

Dalam karya sastra, alur dibedakan menjadi tiga, yaitu:

1) Alur maju (progresif) adalah rangkaian cerita yang dimulai dari pengenalan masalah, terjadinya konflik, klimaks dan penyelesaian masalah.

2) Alur mundur (regresif), cerita dimulai dengan menampilkan konflik, kemudian pengenalan tokoh dan penyelesaian masalah.


(37)

Alur cerita dalam novel Catatan Ichiyo adalah alur campuran. Pada awal novel diceritakan tentang kondisi di akhir hidup Ichiyo menjelang kematiannya. Pada cerita selanjutnya dijelaskan kembali bagimana perjalanan hidup Ichiyo yang telah dilaluinya.

2.2.3 Penokohan

Tokoh dalam sebuah cerita memegang peran yang penting untuk menceritakan sebuah cerita. Jika tidak adanya tokoh, maka sebuah cerita tidak dapat diceritakan. Menurut Abrams dalam Nurgiyantoro (1995: 20), tokoh cerita (character) adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif. Atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan melalui tindakan.

Fananie (2000: 86) mengatakan bahwa tokoh tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan menyampaikan ide, motif, plot dan tema. Tokoh dalam cerita tentu mempunyai karakter dan sifat-sifat sesuai dengan yang dimainkan. Tokoh juga mempunyai posisi dalam sebuah cerita tergantung dimana ia ditempatkan, hal inilah yang disebut dengan penokohan.

Tokoh dan penokohan adalah dua hal yang berbeda, tetapi saling berkaitan. Tokoh secara langsung menunjuk pada orang atau pelakunya. Penokohan berarti lebih luas dari tokoh, seperti yang dikatakan oleh Jones dalam Nurgiyantoro (1995: 165) bahwa penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Dapat dikatakan bahwa penokohan bermakna lebih luas dari tokoh dan tokoh sendiri ada dalam unsur penokohan.


(38)

Penokohan merupakan perwujudan dan pengembangan pada sebuah cerita. Tanpa adanya tokoh, suatu cerita tidak dapat tersampaikan dengan baik. Penokohan lebih luas istilahnya daripada tokoh dan perwatakan, karena penokohan mencakup siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan dan bagaimana penempatan dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada para pembaca. Penokohan dan karakterisasi perwatakan menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak-watak tertentu dalam sebuah cerita (Nurgiyantoro, 1995: 166).

Dalam sebuah cerita, ada tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh yang sering diceritakan di dalam suatu cerita dan sangat menentukan perkembangan suatu cerita tersebut. Sedangkan tokoh tambahan adalah tokoh pendamping dari tokoh utama. Biasanya hanya dimunculkan beberapa kali dalam suatu cerita, akan tetapi mempunyai peran penting untuk membuat cerita menjadi lebih berwarna. Tokoh utama dan tokoh pendamping mempunyai hubungan yang penting satu sama lainnya oleh karena itu mereka saling melengkapi. Apabila suatu cerita hanya terdapat tokoh utama saja atau tokoh pendamping saja, cerita tidak dapat tersampaikan dengan baik bahkan cenderung membingungkan karena tidak ada interaksi yang terjadi di dalam cerita tersebut.

Pada penelitian ini penulis hanya akan membahas tokoh utama dalam novel Catatan Ichiyo yang bernama Ichiyo Higuchi. Meskipun demikian, tokoh utama tidak terlepas dari interaksi nya dengan tokoh pendamping lainnya dalam novel Catatan Ichiyo ini.


(39)

2.2.4 Latar

Dalam sebuah cerita terdapat peristiwa-peristiwa yang menyangkut tokoh-tokoh dalam sebuah cerita. Peristiwa-peristiwa tersebut terjadi di suatu tempat dan waktu yang disebut latar atau setting. Abrams dalam Fananie (2000: 97) mengatakan bahwa setting merupakan satu elemen pembentuk cerita yang sangat penting, karena elemen tersebut akan dapat menentukan situasi umum sebuah karya. Walaupun setting dimaksudkan untuk mengidentifikasi situasi yang tergambar dalam cerita, keberadaan elemen setting pada hakikatnya tidaklah hanya sekedar menyatakan di mana, kapan, dan bagaimana situasi peristiwa berlangsung, melainkan berkaitan juga dengan gambaran tradisi, karakter, perilaku sosial, dan pandangan masyarakat pada waktu cerita ditulis. Dari kajian setting akan dapat diketahui sejauh mana kesesuaian dan korelasi antara perilaku dan watak tokoh dengan kondisi masyarakat, situasi sosial dan pandangan masyarakatnya (Fananie, 2000: 97-98).

Nurgiyantoro (1995: 227) mengatakan setting dapat dibedakan dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu dan sosial. Ketiga unsur ini masing-masing menawarkan permasalahan yang berbeda, namun ketiganya saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lainnya.

2.2.4.1 Latar Tempat

Latar tempat adalah latar yang mengacu pada tempat atau lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi. Latar tempat yang terdapat dalam sebuah novel menjadikan cerita lebih realistik. Penggambaran latar tempat ini hendaklah tidak bertentangan dengan realita tempat yang bersangkutan sehingga


(40)

pembaca dapat menjadi yakin dan mengerti dengan cerita yang disampaikan. Biasanya, pengarang menggambarkan latar tempat ini secara umum saja, misalnya pengarang menggambarkan tempat-tempat seperti di desa, di kota, di pasar, dan lain-lain. Walau bagaimana pun, dalam novel ini pengarang menyatakan nama-nama tempat yang khusus, seperti Edo (Tokyo), Haginoya, Shiba, Jimbocho, Awajicho, Hongo, kawasan hiburan Ryusenji, Maruyama-Furuyama dekat kawasan pertokoan mewah Kikuzaka.

2.2.4.2 Latar waktu

Latar waktu menggambarkan kapan terjadinya sebuah peristiwa terjadi. Dalam sebuah cerita sejarah, hal ini penting diperhatikan. Sebab waktu yang tidak konsisten akan menyebabkan rancunya sejarah itu sendiri. Latar waktu juga meliputi lamanya proses penceritaan. Novel Catatan Ichiyo menggambarkan latar waktu bangsa Jepang pada zaman Meiji, yaitu sekitar tahun 1857-1896, saat dari Noriyoshi bertemu Furuya hingga Ichiyo lahir ke dunia, sampai pada akhirnya Ichiyo menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 22 November 1896.

2.2.4.3 Latar sosial

Latar sosial mencakup hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam sebuah cerita. Termasuk di dalamnya adat-istiadat, keyakinan, perilaku, budaya, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap. Latar sosial sangat penting diketahui secara benar, sebab hal ini berkaitan erat dengan nama, bahasa, dan status tokoh dalam cerita.


(41)

Dalam novel Catatan Ichiyo digambarkan kehidupan Ichiyo pada zaman Meiji, zaman dimana seluruh lapisan masyarakat memandang posisi wanita tidak sederajat dengan pria, terutama di dalam dunia kesusasteraan. Wanita pada zaman Meiji tidak diperhitungkan di dalam dunia sastra. Menjadi penulis wanita pada zaman Meiji adalah hal yang hampir mustahil. Wanita tidak boleh lebih tinggi pendidikannya daripada pria. Sebab segala hal intelektual yang diperoleh wanita melalui pendidikan dan pembelajaran hanya akan membuat pria takut untuk melamar seorang wanita. Wanita hanya dikhususkan melakukan aktivitas kewanitaan, seperti menjahit, memasak, dan pada akhirnya menjalani pernikahan menjadi seorang istri dan seorang ibu seperti yang dilakukan semua wanita pada zaman Meiji. Hal inilah yang pada awalnya menjadi tantangan bagi Ichiyo dalam memulai minatnya yang luar biasa dalam bidang sastra. Bahkan pada awalnya, obsesinya yang berlebihan terhadap sastra sangat ditentang oleh ibunya karena menurut ibunya tidak pantas seorang wanita terlalu berlebihan di sastra pada zaman tersebut. Dengan keluarnya Sentaro, kakak Ichiyo dari sekolah, menjadi kesempatan yang ditunggu-tunggu ibunya untuk menghentikan pendidikan Ichiyo dan segera menyibukkan Ichiyo dengan berbagai aktivitas kewanitaan seperti yang pada umumnya dilakukan oleh gadis-gadis lain seusianya pada zaman Meiji. Namun, Ichiyo tidak pernah mundur dan tetap bertekad mendalami dunia kesusasteraan sampai pada akhirnya ibunya mengizinkannya untuk menekuni bidang sastra. Namun, tantangan terbesar bukan dari ibunya, melainkan dari pandangan masyarakat umum terhadap posisi seorang wanita di Jepang pada zaman Meiji. Di samping itu, kondisi finansial keluarga Ichiyo yang sangat memprihatinkan sepeninggal ayahnya semakin membuat Ichiyo tidak


(42)

diperhitungkan oleh lingkungannya untuk berkembang di dunia sastra, karena Ichiyo juga tidak memiliki koneksi yang cukup kuat untuk membuatnya masuk ke dalam dunia sastra. Hal-hal inilah yang memicu terjadinya konflik-konflik batin yang dialami tokoh, yang mempengaruhi terhadap beban psikologis tokoh yang diungkapkan dalam cerita ini.

2.3 Teori Kepribadian Psikoanalisa Sigmund Freud

Psikoanalisis merupakan sebuah teori psikologi yang paling dominan dalam analisis karya sastra. Psikoanalisis Sigmund Freud merupakan suatu sistem dinamis dari psikologi yang mencari akar-akar tingkah laku manusia di dalam motivasi dan konflik yang tidak disadari (Naisaban, 2004: 143). Tidak banyak yang mengetahui bahwa sesungguhnya apa yang ditemukan oleh Sigmund Freud sebagai pendekatan “psikoanalisis”, sesungguhnya merupakan suatu pendekatan yang sering ampuh untuk memahami perilaku seseorang.

Freud berpendapat bahwa tingkah laku manusia merupakan produk interaksi dari ketiga sistem, yaitu: id, ego, dan super ego. Artinya bahwa setiap tingkah laku itu ada unsur nafsu (dorongan), unsur kesadaran nyata dan unsur pengendalian : terlepas benar atau salah, baik atau buruk (Fudyartanta, 2006: 102). Ketiga sistem pembentuk kepribadian tersebut mempunyai fungsi, sifat, komponen, prinsip kerja, dinamisme, mekanisme yang berbeda, namun saling bekerja sama untuk menciptakan perilaku manusia yang kompleks.

Freud dalam mendeskripsikan kepribadian menjadi tiga pokok bahasan, yaitu struktur kepribadian, dinamika kepribadian dan perkembangan kepribadian. Dalam penulisan ini penulis hanya akan membahas dua pokok bahasan, struktur


(43)

kepribadian dan dinamika kepribadian Sigmund Freud, karena hanya dua pokok bahasan tersebut yang akan digunakan dalam penelitian.

2.3.1 Struktur kepribadian

Menurut Freud, kepribadian memiliki tiga unsur penting, yaitu id (aspek biologis), ego (aspek psikologis) dan super ego (aspek sosiologis).

2.3.1.1 Id

Id adalah aspek biologis kepribadian yang paling dasar, sistem yang di dalamnya terdapat naluri-naluri bawaan. Id adalah sistem yang bertindak sebagai penyedia atau penyalur energi yang dibutuhkan oleh ego dan super ego untuk operasi-operasi atau kegiatan-kegiatan yang dilakukannya. Id beroperasi berdasarkan prinsip kenikmatan (pleasure principle), yaitu berusaha memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit. Bagi Id, kenikmatan adalah keadaaan yang relatif inaktif dan rasa sakit adalah tegangan atau peningkatan energi yang mendambakan kepuasan. Bagi individu, tegangan itu merupakan suatu keadaan yang tidak menyenangkan. Untuk menghilangkan ketegangan tersebut dan menggantinya dengan kenikmatan, id memiliki perlengkapan berupa dua macam proses.

Proses yang pertama yaitu tindakan-tindakan refleks (reflex action), adalah suatu bentuk tindakan yang mekanisme kerjanya otomatis dan segera, dan adanya pada individu merupakan bawaan lahir. Tindakan refleks ini digunakan individu untuk menangani pemuasan rangsang sederhana dan biasanya segera dapat dilakukan. Contohnya refleks batuk, bersin, mengedipkan mata. Proses yang kedua adalah proses primer, yaitu suatu proses yang melibatkan sejumlah reaksi psikologis yang rumit. Proses primer dilakukan dengan membayangkan atau


(44)

mengkhayalkan sesuatu yang dapat mengurangi atau menghilangkan tegangan, dipakai untuk menangani stimulus kompleks, seperti bayi yang lapar membayangkan makanan. Proses membentuk gambaran objek yang dapat mengurangi tegangan disebut pemenuhan hasrat (wish fulfillment), misalnya mimpi, lamunan dan halusinasi psikotik. Akan tetapi, bagaimanapun, menurut prinsip realitas yang objektif, proses primer dengan objek yang dihadirkannya itu tidak akan sungguh-sungguh mampu mengurangi tegangan. Id hanya mampu membayangkan sesuatu, tanpa mampu membedakan khayalan dengan kenyataan. Id tidak mampu menilai atau membedakan benar atau salah, tidak tahu moral. Dengan demikian, individu membutuhkan sistem lain yang bisa mengarahkannya kepada pengurangan tegangan secara nyata, yang bisa memberi kepuasan tanpa menimbulkan ketegangan baru, khususnya masalah moral. Sistem yang dibutuhkan itu tidak lain adalah ego.

2.3.1.2 Ego

Ego merupakan aspek psikologis dari kepribadian yang terbentuk melalui hasil interaksi individu dengan realitas. Ego berkembang dari id agar individu mampu menangani realita, sehingga ego beroperasi mengikuti prinsip realita. Ego berusaha memperoleh kepuasan yang dituntut id dengan mencegah terjadinya tegangan baru atau menunda kenikmatan sampai ditemukan objek yang nyata-nyata dapat memuaskan kebutuhan. Menurut Freud, ego terbentuk pada struktur kepribadian individu sebagai hasil kontak dengan dunia luar. Adapun proses yang dimiliki dan dijalankan ego adalah proses sekunder. Dengan proses sekundernya tersebut ego memformulasikan rencana bagi pemuasan kebutuhan dan menguji apakah hal itu bisa dilakukan atau tidak. Dengan demikian, ego bagi individu


(45)

bukan hanya bertindak sebagai penunjuk kepada kenyataan, tetapi juga berperan sebagai penguji kenyataan (reality tester). Dalam memainkan peranannya ini, ego melibatkan fungsi psikologis yang tinggi yaitu fungsi intelektual (Koeswara 1991: 34).

Ego memiliki dua tugas utama, yaitu memilih stimuli (rangsangan) yang mana yang hendak direspon atau insting mana yang akan dipuaskan sesuai dengan prioritas kebutuhan dan menentukan kapan dan bagaimana kebutuhan itu dipuaskan sesuai dengan tersedianya peluang yang resikonya minimal. Dengan kata lain, ego sebagai eksekutif kepribadian berusaha memenuhi kebutuhan id sekaligus juga memenuhi kebutuhan moral dari super ego.

Sekilas akan tampak bahwa antara id dan ego hampir selalu terjadi konflik dan pertentangan. Akan tetapi, bagaimanapun, menurut Freud, ego dalam menjalankan fungsinya tidak ditujukan untuk menghambat pemuasan kebutuhan-kebutuhan atau naluri-naluri yang berasal dari id, melainkan justru bertindak sebagai perantara dari tuntutan-tuntutan naluriah organisme di satu pihak dengan keadaan lingkungan di pihak lain. Yang dihambat oleh ego adalah pengungkapan naluri-naluri yang tidak layak atau tidak bisa diterima oleh lingkungan. Jadi, fungsi yang paling dasar dari ego adalah sebagai pemelihara kelangsungan hidup individu.

2.3.1.3 Super ego

Super ego adalah aspek sosiologis dari kepribadian dan merupakan wakil dari nilai-nilai tradisional atau cita-cita masyarakat sebagaimana yang ditafsirkan orangtua kepada anak-anaknya, yang dimaksud dengan berbagai perintah dan


(46)

larangan. Menurut Freud, super ego terbentuk melalui internalisasi nilai-nilai dari figur-figur yang berperan, berpengaruh atau berarti bagi individu.

Freud berpendapat bahwa fungsi pokok dari super ego antar lain:

a) Sebagai pengendali id agar dorongan-dorongan id disalurkan dalam bentuk aktivitas yang dapat diterima masyarakat

b) Mengarahkan id pada tujuan-tujuan yang sesuai dengan prinsip moralitas c) Mendorong individu kepada kesempurnaan

Dalam menjalankan tugasnya, super ego dilengkapi dengan conscentia atau nurani dan ego ideal. Freud menyatakan bahwa conscentia berkembang melalui internalisasi dari peringatan dan hukuman, sedangkan ego ideal berasal dari pujian dan contoh-contoh positif yang diberikan kepada anak-anak.

Super ego dibentuk melalui internalisasi, artinya larangan-larangan atau perintah-perintah yang berasal dari luar (para pengasuh, khususnya orangtua) diolah sedemikian rupa sehingga akhirnya terpancar dari dalam. Dengan kata lain, super ego adalah buah hasil dari proses internalisasi, sejauh larangan dan perintah yang tadinya merupakan sesuatu yang asing bagi subjek, akhirnya dianggap sebagai sesuatu yang berasal dari subjek sendiri.

Aktifitas super ego menyatakan diri dalam konflik dengan ego yang dirasakan dalam emosi-emosi, seperti rasa bersalah, rasa menyesal, dan lain sebagainya. Sikap-sikap seperti observasi diri, kritik diri berasal dari super ego. 2.3.2 Dinamika Kepribadian Sigmund Freud

Menurut Alwisol (2004: 23), Freud berpendapat manusia sebagai sistem yang kompleks memakai energi untuk bernapas, bergerak, mengamati, dan mengingat. Kegiatan psikologik juga membutuhkan energi yang disebut energi


(47)

psikik, yaitu energi yang ditransform dari energi fisik melalui id beserta insting-instingnya.

2.3.2.1 Naluri (Insting)

Naluri (insting) merupakan perwujudan psikologik dari kebutuhan tubuh yang menuntut pemuasan. Hasrat, motivasi atau dorongan dari insting secara kuantitatif adalah energi psikik. Kumpulan energi dari seluruh insting yang dimiliki seseorang merupakan energi yang tersedia untuk menggerakkan proses kepribadian (Alwisol, 2004: 23).

Freud berpendapat bahwa naluri memiliki empat sifat, yaitu:

1. Sumber insting adalah kondisi jasmaniah atau kebutuhan yang bertujuan menghilangkan perangsangan jasmaniah

2. Tujuan insting berkaitan dengan sumber insting, yaitu memperoleh kembali keseimbangan. Tujuan insting bersifat regressive (kembali asal), berusaha kembali ke keadaan tenang seperti sebelum munculnya insting dan juga bersifat konservatif, mempertahankan keseimbangan organisme dengan menghilangkan stimulasi yang mengganggu.

3. Objek insting adalah segala sesuatu yang menjembatani antara kebutuhan yang timbul dengan pemenuhannya, termasuk seluruh proses untuk mendapatkannya hingga objek didapat.

4. Daya dorong insting adalah kekuatan/intensitas kegiatan yang berbeda-beda setiap waktu.

Menurut Freud, naluri yang terdapat dalam diri manusia bisa dibedakan dalam eros atau naluri kehidupan (life instinct) dan naluri kematian (death


(48)

instinct) (Minderop 2010:25). Berikut adalah penjelasan tentang kedua insting tersebut.

(1) Insting hidup

Insting hidup disebut juga eros adalah insting yang ditujukan pada pemeliharaan ego dan pemeliharaan kelangsungan jenis. Dengan kata lain, insting hidup adalah insting yang ditujukan kepada pemeliharaan kehidupan manusia sebagai individu maupun sebagai spesis. Insting hidup adalah dorongan yang menjamin survival dan reproduksi seperti lapar, haus dan seks. Energi yang dipakai oleh insting hidup ini disebut libido.

Insting hidup yang paling ditekankan oleh Freud adalah insting seksual. (2) Insting mati

Insting mati adalah insting yang ditujukan kepada perusakan atau penghancuran atas apa yang telah ada. Freud mengajukan gagasan mengenai insting mati berdasarkan fakta yang ditemukannya bahwa tujuan semua makhluk hidup adalah kembali kepada anorganis. Freud menjelaskan bahwa naluri kematian itu pada individu biasanya ditujukan dua arah, yakni kepada dirinya sendiri dan kepada orang lain atau ke luar diri. Naluri kematian yang diarahkan kepada diri sendiri tampil dalam tindakan bunuh diri, sedangkan naluri kematian yang diarahkan ke luar atau kepada orang lain dilakukan dengan cara membunuh, menganiaya, menghancurkan orang lain. Insting mati mendorong orang untuk merusak diri sendiri dan dorongan agresif merupakan bentuk penyaluran agar orang tidak membunuh dirinya sendiri. Untuk memelihara diri, insting hidup umumnya melawan insting mati dengan mengarahkan energinya ke luar, ditujukan ke orang lain. Freud berasumsi bahwa setiap manusia di alam bawah


(49)

sadarnya mempunyai hasrat untuk mati. Insting mati bekerja secara sembunyi-sembunyi, namun pasti melaksanakan tugasnya, setiap orang akan mati (Hall & Lindzey, 1993: 69-75). Suatu fakta yang menyebabkan Freud mengeluarkan pernyataan yang terkenal “tujuan semua kehidupan adalah kematian”.

2.3.2.2 Kecemasan

Kecemasan merupakan komponen kepribadian yang utama sebagai dampak dari konflik yang menjadi bagian kehidupan yang tak terhindarkan. Kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai. Kecemasan timbul bila orang tidak siap menghadapi ancaman.

Freud membedakan kecemasan ke dalam tiga jenis, yaitu:

1. Kecemasan realistik adalah takut kepada bahaya yang nyata dari luar. Kecemasan realistik menjadi asal mula timbulnya kecemasan neurotik dan kecemasan moral.

2. Kecemasan neurotik adalah ketakutan terhadap hukuman yang akan diterima dari orang tua atau figur penguasa dimana seseorang yakin kalau ia memuaskan insting dengan caranya sendiri, ia yakin tindakannya tersebut akan mengakibatkan dirinya dihukum. Kecemasan neurotik bersifat khayalan.

3. Kecemasan moral timbul ketika orang melanggar standar nilai orangtua atau rasa takut terhadap suara hati. Perasaan bersalah dimana mereka


(50)

melakukan sesuatu atau berpikir untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kode moral yang telah ada.

Pada kecemasan moral, orang tetap rasional dalam memikirkan masalahnya berkat energi super ego, sedangkan pada kecemasan neurotik orang berada pada keadaan distres terkadang panik, sehingga mereka tidak dapat berpikir dengan jelas. Dalam kecemasan neurotik, energi id menghambat penderita membedakan antara khayalan dengan realita (Alwisol, 2004: 28-29).

2.4 Biografi Rei Kimura

Rei Kimura adalah seorang wanita yang berprofesi sebagai pengacara yang memiliki passion dalam bidang menulis. Keunggulan karya-karyanya terletak pada penggambaran peristiwa dan karakter tokoh yang unik. Ia menampilkan kisah yang digali dari kejadian nyata dan hidup orang-orang yang sebenarnya di dalam bukunya. Ia meyakini bahwa ini sebuah cara yang paling baik untuk menjadikan sejarah yang tersembunyi menjadi “hidup” dan dapat diterima oleh pembaca di abad 21.

Dengan cara itu, Kimura menyentuh beberapa sejarah tragis seperti tenggelamnya Kapal Awa Maru dan kisah pilot kamikaze perempuan di masa Perang Dunia II lalu merangkainya menjadi sebuah cerita yang menyentuh bagi orang-orang yang hidup dan meninggal pada masa kejadian itu.

Kimura memandang karya-karyanya sebagai pencarian atas kebenaran, tantangan dan kepuasan. Buku-bukunya diterjemahkan ke berbagai bahasa di Asia dan Eropa dan telah terbit di seluruh dunia.

Selain menjadi pengacara, Kimura juga seorang jurnalis freelance yang andal dan tergabung dalam Australian News Syndicate.


(51)

BAB III

ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH UTAMA DALAM NOVEL “CATATAN ICHIYO” KARYA REI KIMURA

3.1 Sinopsis Cerita

Catatan Ichiyo berkisah tentang perempuan Jepang bernama Ichiyo Higuchi yang hidup di Jepang pada zaman Meiji. Novel ini diangkat dari kisah nyata perjalanan hidup tokoh utama yang dituliskannya dalam sebuah buku harian, dan dituliskan kembali dalam bentuk karya sastra oleh Rei Kimura.

Novel setebal 286 halaman ini terbagi dalam 29 bab, menceritakan perjalanan Ichiyo, seorang penulis brilian dan agresif yang dengan penuh ketenangan berjalan menghadapi segala tantangan prasangka gender, kemiskinan ekstrim, kondisi kesehatan yang buruk, serta penolakan dan hinaan, dan terus menerus dengan gairah yang tinggi, penuh kedalaman, dan kejujuran hingga pada akhirnya, ia menyentuh hati dan pikiran banyak orang lewat karya-karya sastra yang ditulisnya. Lebih dari 200 tahun setelahnya wajahnya diabadikan dalam mata uang kertas resmi 5000 yen Jepang, sebuah penghormatan yang tak pernah diperoleh wanita Jepang manapun.

Awal novel ini justru menceritakan akhir dari kisah ini, pada 22 November 1896, tentang detik-detik kematian dini Ichiyo pada usia 24 tahun karena penyakit tuberkulosis yang terus menggerogotinya. Saat kematiannya dikelilingi oleh semua orang yang dicintainya, yaitu komunitas kecil penulis, penyair, penerbit dan penggemar yang mencintainya, memberinya penghormatan dan pengakuan


(52)

bagi tahun-tahun penuh perjuangan melawan kemiskinan dan sebuah sistem yang tak menghargai bakat seorang wanita.

“Kau akan menjadi terkenal, mungkin wajahmu akan muncul dalam uang kertas Jepang suatu hari nanti, Ichiyo, dan kita tidak akan miskin lagi!”

“Teruslah bermimpi, tapi hanya bermimpi, ya Kuni chan, paling tidak itulah yang dapat kita lakukan terus-menerus, karena mimpi itu gratis!”

Sebuah mimpi kecil oleh Kuniko Higuchi yang tidak akan pernah dibayangkan akan benar-benar menjadi kenyataan bagi seorang Ichiyo Higuchi. Yang dimilikinya hanyalah suatu keyakinan bahwa suatu saat dirinya akan menjadi salah satu penulis yang disegani di Jepang walaupun dirinya adalah seorang wanita. Ichiyo adalah putri kedua dari lima bersaudara. Diantara semua saudaranya, Fuji, Sentaro, Toranasuke, Kuniko. Ichiyo yang memiliki nama kecil Natsuko merupakan satu-satunya yang tertarik pada bidang sastra.

Sejak lahir, Natsuko membawa kebahagiaan bagi keluarganya. Suasana duka yang membayangi keluarga Higuchi setelah kematian putra kedua mereka terpulihkan oleh kemampuannya menularkan keceriaan dan ketidakpeduliannya terhadap segala kekacauan dan tekanan di sekelilingnya. Natsuko menjadi anak favorit Noriyoshi, ayahnya. Natsuko berhasil mengalihkan perhatian ayahnya dari obsesi meraih status sosial yang tinggi. Namun, obsesi ayahnya beralih kepada Natsuko. Ayahnya berpikir bahwa kecerdasan luar biasa dalam diri anak kesayangannya sangat perlu dikembangkan. Natsuko kecil merespon dan mengerti sajak-sajak yang dibacakan ayahnya untuknya.

Saat ia mulai tumbuh besar, ia membuktikan kebenaran kata-kata ayahnya. Di usia enam tahun, Natsuko berani tampil percaya diri dan optimis di hadapan


(53)

orang-orang luar biasa pandai dan berbakat dalam dunia sastra untuk melantunkan sajak klasik yang sulit dengan gairah dan ekspresi yang sangat kuat. Semua penonton memuji penampilannya itu dan ia menikmati setiap pujian yang diberikan. Sejak saat itu, Natsuko mengatakan dengan tegas cita-citanya untuk menjadi seorang penulis. Sejak usia enam tahun dia sudah sangat optimis dengan cita-citanya dan bisa berdebat dengan Sentaro, kakaknya untuk mengutarakan pemikirannya bahwa perempuan juga mampu menjadi apa pun yang mereka inginkan asalkan mereka memiliki otak dan sepasang tangan. Menurutnya, perempuan sama pintarnya dengan laki-laki. Kejadian itu memberikan inspirasi yang semakin menyala terang dari tahun ke tahun hingga menyita hidupnya, pikirannya dan jiwanya.

Di usia tujuh tahun. Natsuko mampu membacakan koran untuk ayahnya yang penglihatannya sudah memburuk. Itu adalah bakat yang luar biasa untuk anak seusianya. Hal ini disebabkan karena Noriyoshi selalu mendukung dan mengembangkan bakat luar biasa putrinya itu. Sebaliknya Furuya, ibu Natsuko lebih realistis dan menentang hobi putrinya itu. Furuya realitis terhadap status wanita di Jepang pada zaman Meiji. Zaman dimana tidak ada tempat dan pengakuan bagi seorang wanita dalam dunia sastra. Walaupun demikian, Noriyoshi sangat percaya pada Natsuko dan berpendapat bahwa masyarakat pada akhirnya akan mengakui bakat putrinya dalam kesusasteraan. Ada keyakinan yang tak terungkapkan di dalam suaranya.

Furuya sangat menentang hobi Natsuko membaca buku dan berusaha menghentikan kebiasaan putrinya itu. Natsuko menangis dan mengumpulkan buku-bukunya dan berlari ke toserba untuk membaca buku. Tak peduli sekeras


(54)

apa pun usaha usaha ibunya menghentikan kebiasaan putrinya, ia tidak pernah berhenti membaca. Akibatnya, matanya menjadi rabun karena penerangan di toserba sangat buruk yang mengakibatkan ibunya mengomel sangat keras. Furuya takut Natsuko tidak bisa mendapatkan suami dengan penampilan Natsuko yang terlihat seperti cendikiawan tua yang bijak dengan kacamata di hidungnya dan setumpuk besar buku berdebu sebagai teman setianya, tetapi Natsuko tidak pernah memusingkannya. Ia juga sama sekali tak tertarik bermain seperti anak-anak lain seusianya. Ia lebih suka dikelilingi oleh kana zoshi atau buku cerita miliknya. Terkadang Natsuko juga merasa takut akan energi dan kekuatan emosi dan ambisi yang jauh melampaui usianya dan bertanya-tanya mengapa ia tidak seperti anak-anak lain kebanyakan.

Sampai pada suatu hari Natsuko merasa senang karena akhirnya menemukan teman yang memiliki minat yang sama dengannya. Masao menjadi teman menghabiskan waktu mendiskusikan buku-buku terbaru yang dibelikan ayahnya. Natsuko muda untuk pertama kalinya mengalami perasaan suka terhadap lawan jenisnya. Perasaan itu mempengaruhi dia menulis sajak untuknya dan Masao. Namun, hal itu tidak berlangsung lama karena Masao harus pergi ke Hokkaido bersama keluarganya dan akhirnya mereka harus berpisah.

Sejak kepergian Masao, Natsuko memutuskan mengganti nama menjadi Ichiyo yang berarti ‘sehelai daun’, karena menurutnya nama itu lebih menunjukkan identitasnya sebagai penulis dan penyair masa depan. Dia ingin menjadi sehelai daun dari halaman buku-buku yang ingin ditulisnya sejak saat itu.

Namun, hidup Ichiyo berubah sejak Sentaro terserang penyakit tuberkulosis yang membuat keluarga mereka terpuruk hingga akhirnya Ichiyo


(55)

terpaksa harus berhenti sekolah. Ibunya segera mendaftarkannya ke berbagai kelas kewanitaan yang sangat tidak ia sukai. Dia sangat terpukul dan hancur dan menumpahkan segala pikiran-pikirannya yang paling pribadi ke dalam buku hariannya. Selama dua setengah tahun tidak bersekolah, dia mengalami konflik batin yang semakin keras. Dirinya perlahan mengering dan sekarat dan untuk pertama kalinya dia berharap dilahirkan sebagai seorang anak laki-laki, yang bebas mengejar apa un yang ingin diraihnya. Sebelum ulang tahunnya yang ke 16, akhirnya Ichiyo diberi kesempatan lagi untuk masuk ke sekolah penyair milik Nakajima Utako. Dia sangat bahagia dan sangat berterima kasih kepada ayahnya. Dia meruntuhkan dinding sifat aslinya yang datar tanpa emosi dengan berlutut di hadapan Noriyoshi dengan mata berkaca-kaca.

Di Haginoya dia berkembang pesat dan sangat berprestasi. Namun dalam hubungan sosial, lagi-lagi ia terasing dan tidak dapat membaur dengan teman sebayanya. Buku hariannya menjadi teman sejatinya setiap hari, menumpahkan segala perasaan dan kegelisahannya tentang nasib karir menulisnya. Ada juga bagian yang ditulisnya ketika dia merasa miskin dan lemah dibanding teman-temannya yang berasal dari keluarga kaya dan terhormat.

Pada Juni 1887 menjadi masa yang sangat suram untuk keluarga Higuchi. Noriyoshi kehilangan pekerjaannya di Departemen Kepolisian di akhir usianya yang produktif dan penyakit tuberkulosis Sentaro kambuh kembali. Sejak Sentaro meninggal pada Desember, Noriyoshi menjual petak tanah terakhirnya dan rumahnya dan berbisnis dengan pengusaha, namun ia tertipu dan akhirnya mereka bangkrut total. Furuya menjadi depresi dan Noriyoshi terserang demam dan sakit tuberkulosis juga. Ayahnya kehilangan keinginan untuk hidup dan setiap hari


(1)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Dari analisis yang telah dilakukan terhadap tokoh utama “Ichiyo Higuchi” dalam novel “Catatan Ichiyo” dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Tokoh yang ada di dalam novel merupakan tokoh yang benar-benar hidup di dunia nyata pada zaman Meiji. Tokoh utama bernama Ichiyo Higuchi lahir pada tahun 1872 dan meninggal di usianya yang ke-24 pada tahun 1896.

2. Novel ini merupakan kisah nyata dari tokoh utama dalam novel ini yang juga bernama Ichiyo Higuchi. Semasa hidupnya, Ichiyo selalu menuliskan setiap hal yang terjadi dalam kehidupannya. Baik hal-hal yang dialaminya secara langsung maupun hal-hal yang hanya dilihatnya saja. Setiap pengalaman yang dilihat, dirasakan bahkan dialami oleh Ichiyo semuanya berpengaruh kepada penciptaan novel-novelnya yang luar biasa.

3. Buku harian Ichiyo kemudian ditulis kembali oleh seorang perempuan bernama Rei Kimura yang berprofesi sebagai pengacara yang memiliki passion dalam bidang menulis. Rei Kimura menampilkan kisah yang digali dari kejadian nyata dan hidup orang-orang yang sebenarnya dalam beberapa bukunya. Rei Kimura meyakini bahwa ini adalah cara yang paling baik untuk menjadikan sejarah yang tersembunyi menjadi diketahui banyak orang.


(2)

4. Unsur psikologis merupakan unsur yang sangat mendukung dalam novel ini, karena adanya beban psikologis yang dibuat oleh pengarang kepada tokoh utama, sehingga harus menggunakan pendekatan psikologis dalam menganalisis novel ini.

5. Novel Catatan Ichiyo karya Rei Kimura menceritakan tentang kehidupan seorang anak perempuan Jepang bernama Ichiyo Higuchi. Sesosok perempuan yang bertubuh kecil dengan bentuk wajah menyerupai burung, namun mempunyai cita-cita, kecerdasan dan ambisi yang luar biasa besar dalam bidang sastra. Suatu impian yang melawan segala bentuk batasan tehadap wanita, yang pada zaman Meiji dunia kesusastraan tertutup rapat-rapat bagi seorang wanita. Namun Ichiyo mempunyai semangat hidup dan semangat juang yang tinggi untuk meraih impiannya menjadi seorang penulis wanita. Meskipun ia harus berjuang di tengah kemiskinan yang mengerikan dan tanpa dukungan keluarga yang berpengaruh. Banyak konflik batin dan kecemasan mendalam yang dialaminya sejak ayahnya meninggal. Selain berjuang untuk impiannya, dia juga harus berjuang untuk membangkitkan perekonomian keluarganya. Segala penderitaan dan kemiskinan menempahnya menjadi sesosok wanita yang tangguh, teguh berdiri di tengah segala tantangan yang dialaminya. Pada akhir hidupnya, karya-karyanya diakui dan dihormati dalam dunia sastra dan Ichiyo menjadi terkenal. Beratus-ratus tahun kemudian wajahnya diabadikan dalam mata uang kertas 5.000 yen Jepang. Sebuah penghormatan dan kedudukan yang tak pernah dicapai oleh perempuan Jepang mana pun.


(3)

6. Novel Catatan Ichiyo ini dianalisis dengan menggunakan psikoanalisa Sigmund Freud dengan teori struktur kepribadian yaitu: Id, Ego dan Super ego, dan teori dinamika kepribadian, yaitu: Naluri dan Kecemasan. Psikoanalisa Sigmund Freud sangat membantu penulis dalam melakukan analisis terhadap setiap konflik batin yang dialami oleh tokoh utama. 7. Novel Catatan Ichiyo memberikan pengetahuan yang baru yang belum

diketahui oleh pembaca. Novel ini menggambarkan kondisi zaman Meiji, yaitu zaman dimana segala hal didominasi oleh kaum pria, khususnya dunia kesusastraan. Derajat wanita berada di bawah pria. Wanita tidak terlalu diperbolehkan mendapat pengetahuan intelektual melebihi seorang pria. Hal itu disebabkan karena pria akan takut mendekati dan melamar wanita bila kecerdasan wanita tersebut di atas dirinya. Kodrat wanita pada zaman Meiji hanya ditakdirkan sebagai seorang perempuan yang pada akhirnya harus menikah dan mengurus rumah tangga. Sehingga seorang wanita harus mampu melakukan segala aktivitas kewanitaan, seperti menjahit, mencuci, memasak, dan hal lainnya. Pintu kesusastraan sama sekali tertutup bagi seorang wanita. Bahkan ada penulis wanita yang harus menyamarkan namanya menjadi nama seorang pria. Hingga pada akhirnya Ichiyo menembus segala batasan tersebut dan membuktikan walaupun dirinya adalah seorang wanita, namun dari segi kecerdasan dalam bidang sastra, dia tidak kalah dengan pria. Ichiyo menjadi seorang penulis wanita yang terkenal yang karya-karyanya diakui dan dihormati oleh semua orang, bahkan sampai saat ini.


(4)

8. Melalui Novel Catatan Ichiyo ini juga ada banyak hal yang dapat kita pelajari dari kehidupan tokoh utama, di antaranya yaitu semangat hidup yang tak pernah surut, ketekunan dan tekad yang luar biasa dalam mencapai impian, kegigihan dan kerja kerasnya yang tak kenal lelah, serta sikap bertanggung jawab kepada dirinya dan keluarga mengantarkan Ichiyo kepada kesuksesan dan penghormatan untuk setiap karya-karyanya.

4.2. Saran

Setelah membaca dan memahami isi dari skripsi ini diharapkan kepada pembaca agar kita juga memiliki semangat dan ketekunan yang tinggi dalam mencapai cita-cita atau sesuatu yang kita impikan. Mungkin kehidupan yang kita alami tidak sekeras Ichiyo, namun kita tetap bisa belajar dari semangat hidup Ichiyo. Di tengah tantangan hidup yang mungkin akan begitu banyak, jangan pernah menyerah dengan keadaan, sesulit apa pun keadaan itu. Karena setiap mimpi yang dikerjakan dengan usaha yang sungguh-sungguh selalu membuahkan hasil yang luar biasa. Tidak ada mimpi yang terlalu mustahil untuk diwujudkan, selagi masih ada semangat dan kesungguhan yang luar biasa dalam mewujudkan mimpi tersebut. Bahkan seorang Ichiyo yang hidup dengan kemiskinan dan tanpa dukungan keluarga mampu mewujudkan impian tersebut, bukan tidak mungkin kita juga mampu mewujudkan impian-impian kita, apa pun itu.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, H. Abu. 2009. Psikologi Umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Alwisol. 2004. Psikologi Kepribadian (Edisi Revisi). Malang: Muhammadiyah Malang Press.

Aminuddin. 2000. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: PT. Sinar Baru Algesindo.

Aziez, Furqonul dan Abdul Hasim. 2010. Menganalisis Fiksi. Bogor: Ghalia Indonesia (Anggota IKAPI).

Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra (Edisi Revisi). Yogyakarta: MedPress (Anggota IKAPI).

Fananie. 2000. Telaah Sastra. Surakarta: Muhammadiyah University Press. Fudyartanta. 2006. Pengantar Psikodiagnostik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hall, Calvin dan Gardner Lindzey. 1993. Teori-Teori Psikodinamik (Klinis).

Yogyakarta: Kanisius (Anggota IKAPI).

Kimura, Rei. 2012. Catatan Ichiyo Perempuan Miskin di Lembar Uang Jepang. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Koeswara, E. 1991. Teori-Teori Kepribadian. Bandung: PT. Eresco (Anggota IKAPI).

Luxemburg, Jalan Van, Mieke Bal dan Willem G. Westeijn. 1984. Pengantar

Ilmu Sastra (Edisi Terjemahan oleh Dick Hartoko). Jakarta: PT. Gramedia.

Minderop, Albertine. 2010. Psikologi Sastra: Karya Sastra, Metode, Teori, dan


(6)

Naisaban, Ladidlaus. 2004. Para Psikolog Terkemuka Dunia: Riwayat Hidup,

Pokok Pikiran, Dan Karya. Jakarta: PT. Grasindo.

Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Pradopo, Rachmat (disusun oleh Jabrohim, dkk). 2001. Metodologi Penelitian

Sastra. Yogyakarta: PT. Hanindita Graha Widia.

Semi, Drs. M. Atar. 1988. Anatomi Sastra. Bandung: Angkasa.

Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: PT. Grasindo.

Siswantoro. 2004. Metode Penelitian Sastra Analisis Psikologi. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Soeratno, Dr. Siti (disusun oleh Jabrohim, dkk). 2001. Metodologi Penelitian

Sastra. Yogyakarta: PT. Hanindita Graha Widia.

Stanton, Robert. 2007. Teori Fiksi Robert Stanton. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sujanto, Agus, dkk. 1986. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Penerbit Angkasa

Baru.

Widodo, Erna dan Mukhtar. 2000. Konstruksi Ke Arah Penelitian Deskriptif. Yogyakarta: Avyrouz

http: