Upaya Peningkatan Pajak Hiburan Pada Dinas Pendapatan Kota Medan.

(1)

 

U

Stu

UPAYA PE

Untuk udi pada Pr

FAKUL U LAPO NINGKAT PENDA T. ENIT Memenuhi rogram Stu LTAS ILM UNIVERSI ORAN TUG TAN PAJA APATANKO O L E H TA PUTRI 0826000

i Salah Satu udi Diplom MU SOSIAL ITAS SUM MEDA 2011 GAS AKHI AK HIBURA OTA MED MAHARA 014

u Syarat M a III Admi

L DAN ILM MATERA U AN 1 R AN PADA DAN ANI Menyelesaik nistrasi Pe MU POLIT UTARA DINAS kan erpajakan TIK


(2)

KATA PENGANTAR

Asalamualaikum Wr.Wb.

Alhamdulilahirobbil’alamin. Berkat rahmat dan ridho serta kemudahan dari Allah SWT, penulis akhirnya dapat menyelesaikan tugas akhir ini dalam bentuk Laporan Praktik Kerja Mandiri yang dilakukan pada Dinas Pendapatan Kota Medan. yang mana tugas akhir ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi pada program studi Diploma III

Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Sebagaimana manusia yang tidak lepas dari kekurangan, penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini belum cukup sempurna. Masih banyak kekurangan yang membutuhkan saran dan perbaikan, demi peningkatan kualitas keilmiahan dimasa yang akan datang.

Dalam penulisan laporan keuangan ini, penulis banyak memperoleh bantuan, bimbingan, masukan serta pengarahan dari berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin Rangkuti, M.Si selaku Dekan FISIP USU. 2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si selaku Ketua Program Studi

Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.

3. Ibu Dr. Asimayanti Sylvania Siahaan MA, PhD selaku Dosen Pembimbing yang banyak memberikan pengarahan kepada penulis.


(3)

4. Seluruh Dosen Program Diploma III Administrasi Perpajakan yang telah banyak memberikan ilmu dan bimbingan kepada penulis selama perkuliahan dan Staff Administrasi Perpajakan.

5. Bapak Sahrul Harahap, Kepala Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan riset.

6. Bapak H. Eddy Rosdianto S.Sos, Kepala Sub Bagian Umum Dinas Pendapatan Kota Medan yang telah banyak membantu penulis untuk dapat mengadakan riset di Dinas Pendapatan Kota medan.

7. Bapak Drs. Nawawi, Kepala Seksi Sub Dinas Penagihan pada Dinas Pendapatan Kota Medan yang telah bersedia meluangkan waktunya dan membantu penulis mengumpulkan data yang berhubungan dengan Upaya Peningkatan Pajak Hiburan pada Dinas Pendapatan Kota Medan.

8. Teristimewa sekali buat kedua orang tua saya Ibunda Hj.Elvi Neriwati Siregar dan Ayahanda T. Amir Bahluddin Nong yang telah memberikan banyak nasihat, dukungan dan do’a kepada saya.

9. Abang-abang saya T. Azwar Yasser Nong, T. Amri Zulfikar Nong, T. Azmi Reza Pahlevi Nong, T. Ari Taufik Syahputra Nong, Dicky Iskandar dan adik saya T. Anggi Rizky Amansyah Nong serta kakak-kakak saya Sahniati Gultom, Adelia Susan Siregar, Sri wahyu Nengsi dan tak lupa juga keponakan saya Rafa, Puan, Annisa, Rara dan untuk semua keluarga besar saya yang lainnya atas dukungan dan do’a kalian sehingga saya bisa menyelesaikan studi saya ini dengan baik.


(4)

10. Untuk sahabat – sahabat saya Didce Imelda, Erovi Sari, Mahesa Pradita Dana, Fauziah Novi Utari, Evarianti Rambe, Lisaini Siregar, Regiyan Utami Damanik, Lenwi Maya Tati yang telah memberikan dukungan kepada saya dalam menyelesaikan tugas akhir ini, semoga kita cepat dapat kerja dan sukses.

11. Teman-teman seperjuangan di Administrasi Perpajakan stambuk 2008.

Akhir kata penulis berharap semoga karya tulis ini bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang memerlukannya.

Medan, Juni 2011

Penulis


(5)

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 4

C. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 6

D. Uraian Teoritis ... 7

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 9

F. Metode Pengumpulan Data ... 10

G Sistematika Penulisan Laporan PKLM... 11

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan ... 13

B. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan ... 16

C. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan .. 17

D. Gambaran Umum Pegawai Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan Tahun 2010 ... 30


(6)

BAB III GAMBARAN DATA PAJAK HIBURAN

A. Ketentuan Umum ... 32

B. Subjek dan Objek Pajak Hiburan ... 35

C. Dasar Pengenaan, Tarif dan Cara Perhitungan Pajak Hiburan ... 37

D. Penetapan Pajak Hiburan ... 42

E. Tata Cara Pembayaran Pajak Hiburan ... 44

F. Tata Cara Penagihan ... 45

G. Ketentuan Pidana ... 47

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA A. Upaya yang Dilakukan Dalam Meningkatkan Pajak Hiburan ... 48

B. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Hiburan ... 59

C. Masalah yang Dihadapi Dalam Meningkatkan Pajak Hiburan ... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 60

B. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Berkembangnya ilmu pengetahuan dan tehnologi membawa dampak yang luas dan kompleks. Kemajuan tersebut tentunya membutuhkan kesiap sediaan semua pihak Perguruan Tinggi sebagai sebuah wadah pendidikan tertinggi dalam suatu jenjang pendidikan formal. Berperan serta dalam meningkatkan mutu pendidikan sehingga produk-produk yang dihasilkan benar-benar berkualitas dan siap dipekerjakan ditengah-tengah masyarakat Indonesia. Dan mahasiswa sebagai salah satu elemen perguruan tinggi dituntut untuk mampu berfikir kritis, tegas dan kreatif khususnya dibidang mereka.

Guna memenuhi tuntutan dunia kerja dibutuhkan produk-produk perguruan tinggi yang berkualitas, mahasiswa tidak hanya dituntut untuk lulus dari program pendidikanya tetapi juga harus mampu mengembangkan dan menambah ilmu pengetahuan dan ilmu yang diperolehnya, untuk itu maka mahasiswa diwajibkan mengikuti PKLM.

Dalam melaksanakan PKLM ini, maka mahasiswa memerlukan sebuah wadah atau tempat untuk mengaplikasikan teori perkuliahannya tersebut. Bahasan yang diambil tentunya dalam bidang perpajakan. Sektor pajak di Indonesia merupakan salah satu penerimaan Angaran Penerimaan Belanja Negara (APBN) terbesar setelah migas sehingga pemerintah berupaya sedemikian keras untuk meningkatkan penerimaan tersebut. Tanggung jawab perpajakan bukan hanya


(8)

berada dipundak pemerintah pusat tetapi juga pada pemerintah daerah. Ini menyebabkan pajak terbagi atas dua jenis yaitu pajak pusat dan pajak daerah.

Dilihat dari segi siapa yang berwenang untuk memungut pajak tersebut, hal ini semakin dipertegas dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak dan retribusi daerah, Pada saat ini prinsip otonomi daerah adalah otonomi yang luas,nyata dan bertanggung jawab maka pembiayaan pemerintah dan pembangunan daerah yang berasal dari pendapatan asli daerah perlu ditingkatkan. Pajak daerah dan retribusi daerah diatur pelaksaannya didalam Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000 tentang pajak daerah dan retribusi daerah. Pajak daerah juga terbagi atas dua yaitu pajak provinsi dan pajak kabupaten/kota.

Yang termasuk Pajak Provinsi : 1. Pajak Kendaraan Bermotor

2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 4. Pajak Air Permukaan

5. Pajak Rokok

Yang termasuk pajak kabupaten/kota 1. Pajak Hotel

2. Pajak Restoran 3. Pajak Hiburan


(9)

4. Pajak Reklame

5. Pajak Penerangan Jalan

6. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan 7. Pajak Parkir

8. Pajak Air Tanah

9. Pajak Sarang Burung Walet

10.Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan Sektor Perkotaan 11.Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

Hal ini menunjukkan bahwa pajak adalah pembayaran wajib yang dikenakan berdasarkan undang-undang yang tidak dapat dihindari bagi yang berkewajiban dan wajib pajak yang tidak mau membayar pajak dapat dilakukan paksaan. Dengan demikian, pengenaan pajak berdasarkan undang-undang akan menjamin adanya keadilan dan kepastian hukum bagi pembayar pajak sehingga pemerintah tidak dapat sewenang-wenang menetapkan besarnya pajak.

Salah satu sumber pendapatan daerah yang penting bagi anggaran pendapatan dan belanja daerah adalah pajak hiburan, karena pajak hiburan diharapkan dapat memberikan pendapatan yang besar bagi kelangsungan pembangunan daerah. Namun sepertinya pemerintah mengalami kesulitan-kesulitan dalam meningkatkan penerimaan dari Pajak Hiburan, salah satunya adalah kurangnya kesadaran atau kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak hiburan tepat waktu yang telah ditentukan karena hal tersebut diatas maka wajib pajak mengajukan surat permohonan penundaan pajak hiburan yang akan


(10)

hal pembayaran, penyelengaraan Pemerintahan di Daerah dapat terwujud dengan baik.

Berdasarkan penjelasan diatas penulis tertarik ingin mengetahui upaya yang dilakukan Dinas Pendapatan Kota Medan dalam meningkatkan penerimaan Pajak Hiburan serta cara pengelolaannya.

Berkenaan dengan hal tersebut, penulis tertarik untuk memilih judul “

Upaya Peningkatan Pajak Hiburan Pada Dinas Pendapatan Kota Medan”.

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun tujuan dari pelaksanaan PKLM adalah:

a. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Medan dalam meningkatkan Pajak Hiburan.

b. Mengetahui data tentang penerimaan Pajak Hiburan selama lima tahun terakhir pariode 2006-2010.

c. Untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi dalam pemungutan pajak hiburan.

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Praktik Kerja Lapangan mandiri tentunya sangat bermanfaat bagi semua pihak,


(11)

Bagi Mahasiswa

a. Menambah pengetahuan dan pengalaman di bidang perpajakan khususnya tentang pajak daerah dan retribusi daerah.

b. Menerapkan teori yang diperoleh di perkuliahan khususnya tentang pajak daerah dan retribusi daerah terhadap masalah yang nyata dalam dunia kerja dan pemecahan masalahnya.

c. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan berbagai pihak.

d. Mendapatkan gambaran mengenai dunia kerja yang akan dijalani di masa yang akan datang.

e. Meningkatkan produktivitas dan kreativitas mahasiswa.

Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

a. Mempererat hubungan antara Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan Dinas Pendapatan Kota Medan.

b. Mengupayakan mendapat saran dan masukan untuk perbaikan dan penyempurnaan kurikulum khususnya untuk Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

c. Mempromosikan sumber daya manusia yang ahli di bidang perpajakan di lingkungan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

Bagi Dinas Pendapatan Kota Medan


(12)

b. Mendapatkan sumber ide-ide yang baru dalam upaya peningkatan pajak hiburan.

c. Membantu pihak kantor dalam hal sosialisasi perpajakan kepada masyarakat Wajib Pajak melalui mahasiswa peserta PKLM.

d. Mendapat masukan dan saran dalam mengatasi kendala-kendala yang muncul dalam pemungutan pajak hiburan.

C. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini dilaksanakan pada kantor Dinas Pendapatan Kota Medan. Penulis melakukan praktik kerja lapangan mandiri mengenai pajak hiburan yang memegang peranan penting dalam pembangunan daerah.

Adapun yang menjadi ruang lingkup praktik kerja lapangan mandiri yaitu melakukan pengumpulan data yang menyangkut tata cara pengawasan pemungutan pajak hiburan guna meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dalam menunjang pelaksanaan otonomi daerah pada Dinas Pendapatan Kota Medan mulai dari:

1. Upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Medan dalam meningkatkan pajak hiburan.

2. Data tentang penerimaan Pajak Hiburan selama lima tahun terakhir periode 2006-2010.


(13)

D. Uraian Teoritis

Berdasarkan Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah, yang dimaksud dengan pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang,dengan tidak mendapatkan imbalan secara lansung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya didalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan.

Fungsi pajak antara lain:

a. Fungsi Anggaran

sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara.

b. Fungsi Mengatur

pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan pajak. Dengan fungsi mengatur,pajak bisa digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. (Mardiasmo,2006:1)

Sebagaimana halnya perekonomian dalam suatu rumah tangga, perekonomian negara juga mengenal sumber-sumber penerimaan dan pos-pos pengeluaran. Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara, tanpa pajak sebagian besar kegiatan negara sulit untuk dapat dilaksanakan.


(14)

Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan.subjek pajak hiburan adalah orang pribadi atau badan yang menonton dan atau menikmati hiburan.wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan hiburan. Objek pajak hiburan adalah setiap penyelenggaraan hiburan dengan dipungut bayaran. Dasar pengenaan pajak hiburan adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar untuk menonton dan atau manikmati hiburan. Tarif pajak hiburan paling tinggi sebesar 35%. Cara menghitung besarnya pajak hiburan yang terutang adalah dengan mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak. (Siahaan,2005:297)

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan

sesuai metode yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan

Tahap ini melakukan penentuan tempat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), dan melakukan berbagai persiapan yang menyangkut PKLM, mulai dari pengajuan judul, penentuan judul, mencari bahan untuk membuat proposal, konsultasi dengan dosen.

2. Studi Literatur

Pemahaman tentang pajak hiburan melalui berbagai sumber seperti buku perpajakan, undang-undang, maupun literatur yang berhubungan dengan objek pajak.


(15)

Dalam tahap ini penulis melakukan peninjauan/pengamatan secara langsung pada objek praktik kerja lapangan dan meninjau secara langsung kondisi serta keadaan objek tempat pelaksanaan kegiatan untuk mengetahui sistem kerja yang berlaku pada Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan

4. Pengumpulan Data

Penulis melakukan pengumpulan data melalui:

a. Data primer adalah data yang diperoleh dari pihak-pihak yang memahami dan menguasai objek kajian dalam PKLM

b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari referensi ilmiah yang mendukung laporan penyajian PKLM

5. Analisa dan Evaluasi Data

Setelah data yang diperlukan terkumpul secara lengkap maka penulis melakukan analisa dan evaluasi terhadap data mengenai upaya peningkatan pajak hiburan pada Dinas Pendapatan Kota Medan.

F. Metode Pengumpul Data

1. Metode Wawancara (Interview)

Dalam metode ini penulis mengajukan pertanyaan secara langsung kepada para pegawai yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.

2. Metode Observasi Lapangan

Dalam metode ini penulis langsung turun kelapangan untuk melakukan peninjauan dengan cara mengamati, mendengar serta mencatat mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pembahasan yang dibahas


(16)

3. Dokumentasi

Dalam tahap ini penulis meminta dokumen atau data-data pendukung yang berhubungan dengan data objek PKLM

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan laporan praktik kerja lapangan mandiri (PKLM) adalah:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai latar belakang yang menjadi dasar pemikiran dalam penyusunan laporan, ruang lingkup, uraian teoritis, tujuan dan manfaat, metode PKLM, metode pengumpulan data serta sistematika penulisan aporan.

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM

Pada bab ini penulis menguraikan sejarah singkat mengenai lokasi PKLM, struktur organisasi,uraian tugas pokok dan fungsi serta gambaran pegawai.

BAB III GAMBARAN UMUM DATA PAJAK HIBURAN

Pada bab ini penulis akan menerangkan tentang data yang berkaitan dengan pajak hiburan mulai dari pengertian, dasar pelaksanaan, subjek/objek, ketentuan umum dalam peraturan perundang-undangan,tata cara pengenaan,wajib pajak mekanisme pengawasan danpemungutan pajak hiburan.


(17)

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI

Pada bab ini penulis menganalisa data-data yang diperoleh, kemudian melakukan evaluasi terhadap data tersebut, sehingga tercapai manfaat dan tujuan PKLM.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini penulis mengemukakan tentang kesimpulan dan saran mengenai objek PKLM dan permasalahan yang penulis hadapi selama mengadakan praktik di lapangan.


(18)

BAB II

GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM A.Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

Pada mulanya Dinas Pendapatan Kota Medan adalah suatu sub bagian pada bagian keuangan yang mengelola bidang penerimaan dan pendapatan daerah. Pada sub bagian ini tidak terdapat lagi sub seksi, karena pada saat itu Wajib Pajak / Wajib Retribusi yang berdomosili di daerah kota Medan belum begitu banyak.

Mempertimbangkan perkembangan pembangunan dan laju pertumbuhan penduduk Kota Medan melalui Peraturan Daerah sub bagian keuangan tersebut diubah menjadi bagian pendapatan. Pada bagian pendapatan dibentuklah beberapa seksi yang mengelola penerimaan pajak dan retribusi daerah yang merupakan kewajiban para Wajib Pajak / Wajib Retribusi dalam daerah Kota Medan yang terdiri dari 21 Kecamatan Medan Tuntungan, Medan Johor, Medan Baru, Medan Polonia,Medan Maimun, Medan Selayang, Medan Sunggal dan lainnya.

Sehubungan dengan intruksi Menteri Dalam negeri KUPD No.7/12/41-10 tentang penyeragaman struktur organisasi Dinas Pendapatan Daerah di seluruh Indonesia, Maka Pemerintah Daerah Kota Medan Berdasarkan perda No.12 Tahun 1978 menyesuaikan atau membentuk struktur organisasi Dinas Pendapatan Daerah yang baru. Didalam struktur organisasi Dinas Pendapatan Daerah yang baru ini dibentuklah seksi-seksi administrasi Dinas Pendapatan Daerah, juga


(19)

dibentuk bagian tata usaha yang membawahi 3 (tiga) kepala sub bagian yang merupakan sub sektor perpajakan, retribusi daerah, pendapatan daerah lainnya yang merupakan kontribusi yang cukup penting bagi pemerintah daerah dalam mendukung serta memelihara hasil-hasil pembangunan dari peningkatan pendapatan daerah. Namun sebagai Unsur Pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam bidang pemungutan pajak, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainya. Dinas Pendapatan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah, terdiri dari (1) bagian tata usaha dengan 4 (empat) dan 5 (lima) sub dinas dengan masing-masing 4 (empat) seksi serta kelompok jabatan fungsional.

Meningkatkan pendapatan daerah hendaknya tidak harus ditempuh dengan cara kebijaksanaannya menaikkan tarif saja, tetapi yang lebih penting dengan memperbaiki atau menyempurnakan administrasi, sistem dan prosedur serta organisasi dari Dinas Pendapatan Daerah yang ada sekarang. Namun kondisi saat ini, dirasakan tuntutan untuk perlunya meninjau kembali dan menyempurnakan Manual Pendapatan Daerah ( MAPATDA) dimaksud. Seiring dengan tuntutan gerak pembangunan yang sedang berjalan terutama dari pola pendekatan yang selama ini dilakukan secara sektoral perlu diubah secara fungsional dan disesuaikan dengan kebijaksanaan pemerintah yang paling akhir dibidang perpajakan, maka penyempurnaan telah dilaksanakan secara sungguh – sungguh sehingga berhasil disusun Manual Pendapatan Daerah ( MAPATDA ).


(20)

Adapun penyempurnaan yang dimaksud dituangkan di dalam :

1. Keputusan Menteri Dalam Negeri No.973 – 442 Tahun 1998 pada tanggal 26 Mei 1998, tentang Sistem Prosedur Perpajakan, Retribusi Daerah, dan Pendapatan Daerah lainnya serta pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan.

2. Intruksi Menteri Dalam Negeri No.10 tanggal 26 Mei 1998 tentang Pelaksanaannya Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 973 – 442 Tahun 1998.

3. Surat Menteri Dalam Negeri No.23 Tahun 1989 tanggal 26 Mei 1998, tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah.

Pendapatan Daerah Kota Medan atau Manual Pendapatan Daerah (MAPATDA) yang dilaksanakan terhadap dan penyempurnaannya sebagai tahap awal untuk Dinas Pendapatan Kota Medan secara efektif.

Berdasarkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No.061/1861/PUOD, tanggal 2 Mei 1988, Instruksi Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara No.188.342.20/1991, tanggal 11 maret 1991 yang terakhir dirubah dengan Keputusan Walikota Medan No.188.342/790/SK/1991, tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah No.16 Tahun 1991 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.


(21)

B. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan terdiri dari : 1. Dinas

2. Sekretariat , terdiri dari: a. Sub Bagian Umum; b. Sub Bagian Keuangan;

c. Sub Bagian Penyusunan Program.

3. Bidang Pendataan dan Penetapan, terdiri dari: a. Seksi Pendataan dan Pendaftaran;

b. Seksi Pengolahan Data dan Informasi; c. Seksi Penetapan;

d. Seksi Pemeriksaan. 4. Bidang Penagihan terdiri dari:

a. Seksi Pembukuan dan Verifikasi; b. Seksi Penagihan dan Perhitungan; c. Seksi Pertimbangan dan Restitusi. 5. Bidang Bagi Hasil Pendapatan terdiri dari:

a. Seksi Bagi Hasil Pajak; b. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak; c. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil;


(22)

6. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah terdiri dari: a. Seksi Pengembangan Pajak;

b. Seksi Pengembangan Retribusi;

c. Seksi Pengembangan Pendapatan Lain – Lain. 7. Unit Pelaksana Teknis ( UPT ).

8. Kelompok Jabatan fungsional.

C. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

Sesuai dengan Keputusan Walikota Medan No. 1 Tahun 2010 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Kota Medan.

Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kota Medan

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Medan 3. Walikota adalah Walikota Medan

4. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kota Medan 5. Dinas adalah Dinas Pendapatan Kota Medan

6. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Pendapatan Kota Medan

7. Unit Pelaksana Teknis ( UPT ) adalah unsur pelaksana teknis pada Dinas yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas

8. Kelompok Jabatan Fungsional adalah pemegang jabatan fungsional yang tugasnya didasarkan pada keahlian dan atau keterampilan tertentu sesuai kebutuhan daerah.


(23)

Ada pun tugas pokok dari Dinas dan masing – masing seksi pada kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan adalah sebagai berikut :

a. Dinas

Dinas Pendapatan merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah, yang dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris daerah.

Dinas Pendapatan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian urusan pemerintahan daerah di bidang pendapatan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

Untuk melaksanakan tugas tersebut, Dinas Pendapatan mempunyai fungsi : 1. Perumusan kebijakan teknis di bidang pendapatan.

2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang pendapatan.

3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pendapatan.

4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

b. Sekretariat

Sekretariat dipimpin oleh sekretaris, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup kesekretariatan meliputi pengelolaan administrasi umum, keuangan dan penyusunan program.


(24)

Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, sekretariat mempunyai fungsi : 1. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan kesekretariatan.

2. Pengkoordinasian penyusunan perencanaan program Dinas.

3. Pelaksanaan dan penyelenggaraan pelayanan administrasi administrasi kesekretariatan Dinas yang meliputi administrasi umum, kepegawaian, keuangan, dan kerumahtanggaan Dinas.

4. Pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pengembangan organisasi, dan ketatalaksanaan.

5. Pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan tugas – tugas Dinas. 6. Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan dan pengendalian. 7. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan kesekretariatan.

8. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Sekretariat terdiri dari :

a. Sub Bagian Umum

b. Sub Bagian Keuangan

c. Sub Bagian Penyusunan Program

Setiap sub bagian dipimpin oleh Kepala Sub Bagian, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris.

Adapun tugas – tugas dari setiap bagian sekretariat adalah :

a. Sub Bagian Umum, mempunyai tugas mengelola administrasi umum yang meliputi pengelolaan tata naskah dinas, penataan kearsipan,


(25)

perlengkapan, dan penyelenggaraan kerumahtanggaan dinas serta melakukan pengelolaan administrasi kepegawaian.

b.Sub Bagian Keuangan, mempunyai tugas mengelola administrasi keuangan yang meliputi kegiatan penyusunan rencana, penyusunan bahan, pemprosesan, pengusulan dan verifikasi serta penyusunan laporan keuangan dinas.

c. Sub Bagian Penyusunan Program, mempunyai tugas untuk merencanakan penerimaan pendapatan daerah, sistem dan prosedur kerja serta menyusun kebijaksanaan teknis dan program kerja jangka pendek.

c. Bidang Pendataan dan Penetapan

Bidang pendataan dan penetapan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

Bidang pendatan dan penetapan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup pendataan, pendaftaran, pemeriksaan penetapan, dan pengolahan data dan informasi.

Untuk melaksanakan tugas tersebut, bidang pendataan dan penetapan mempunyai fungsi :

1. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Pendataan dan Penetapan.

2. Penyusunan petunjuk teknis lingkup pendataan, pendaftaran, pemeriksaan penetapan, dan pengolahan data dan informasi.


(26)

3. Melaksanakan pendaftaran dan pendataan seluruh wajib pajak, wajib retribusi dan pendapatan daerah lainnya.

4. Melaksanakan pengolahan data dan informasi baik dari Surat Pemberitahuan Pajak Daerah ( SPTPD ), Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah ( SPTRD ), hasil pemeriksaan dan informasi dari instansi yang terkait.

5. Melaksanakan proses penetapan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya.

6. Perencanaan dan penatausahaan hasil pemeriksaan terhadap Wajib Pajak dan Wajib Retribusi.

7. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang pendataan dan penetapan.

8. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Bidang Pendataan dan Penetapan terdiri dari : a. Seksi Pendataan dan Pendaftaran

b. Seksi Pemerikrisaan c. Seksi Penetapan

d. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Setiap seksi dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pendataan dan Penetapan.

a. Seksi Pendataan dan Pendaftaran mempunyai tugas melaksanakan pendataan Objek Pajak Daerah / Retribusi Daerah dan Pendapatan


(27)

Daerah lainnya melalui Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) dan Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah (SPTRD), melaksanakan pendaftaran Wajib Pajak daerah / Wajib Pajak retribusi daerah melalui formulir pendaftaran, menyimpan, mendistribusikan, memberikan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD) / Wajib Retribusi Daerah (NPWRD), dan menyusun Daftar Induk Wajib Pajak Daerah / Retribusi Daerah serta menyimpan surat perpajakan daerah lainnya yang berkaitan dengan pendaftaran dan pendataan.

b. Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas menyusun rencana pemeriksaan dan melaksanakan pemeriksaan objek pajak / retribusi dan subjek pajak / retribusi, menerima laporan pemeriksaan dan melakukan penatausahaan hasil pemeriksaan lapangan atas objek dan subjek pajak. c. Seksi Penetapan mempunyai tugas melaksanakan perhitungan

penetapan pokok pajak daerah / retribusi daerah berdasarkan kartu data termasuk perhitungan denda dan sanksi lainnya, menerbitkan dan mendistribusikan serta menyimpan arsip surat perpajakan daerah / retribusi daerah yang berkaitan dengan penetapan, melaksanakan perhitungan jumlah angsuran pembayaran / penyetoran atas permohonan Wajib Pajak.

d. Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas melaksanakan pengumpulan dan pengolahan data objek pajak daerah / retribusi daerah, menuangkan hasil pengolahan data dan informasi ke dalam kartu data serta mengirimkan kartu data kepada seksi penetapan.


(28)

d. Bidang Penagihan

Bidang penagihan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

Bidang Penagihan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup pembukuan, verifikasi, penagihan, perhitungan, pertimbangan, dan restitusi.

Untuk melaksanakan tugas tersebut, bidang penagihan mempunyai fungsi : 1. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Penagihan.

2. Penyusunan petunjuk teknis lingkup pembukuan, verifikasi, penagihan, perhitungan, pertimbangan dan restitusi.

3. Pelaksanaan pembukuan dan verifikasi atas pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya.

4. Pelaksanaan penagihan atas tunggakan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatandaerah lainnya.

5. Pelaksanaan perhitungan restitusi dan atau pemindahbukuan atas pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya.

6. Pelaksanaan telaahan dan saran pertimbangan terhadap keberatan wajib pajak atas permohonan wajib pajak.

7. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang penagihan.

8. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.


(29)

Bidang Penagihan terdiri dari : a. Seksi Pembukuan dan Verifikasi b. Seksi Penagihan dan Perhitungan c. Seksi Pertimbangan dan Restitusi

Setiap seksi dipimpin oleh Kepala seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang.

a. Seksi Pembukuan dan Verifikasi mempunyai tugas melaksanakan pembukuan dan verifikasi tentang penetapan dan penerimaan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya, melaksanakan pembukuan dan verifikasi penerimaan dan pengeluaran benda berharga serta pencatatan uang dari hasil pungutan benda berharga ke dalam kartu persediaan benda berharga, menyiapkan laporan tentang realisasi penerimaan dan tunggakan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya serta menyiapkan laporan tentang realisasi penerimaan, pengeluaran dan sisa persediaan benda berharga secara berkala.

b. Seksi Penagihan dan Perhitungan mempunyai tugas melaksanakan penagihan atas tunggakan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya, menerbitkan dan mendistribusikan serta menyimpan arsip surat perpajakan daerah / retribusi daerah yang berkaitan dengan penagihan.

c. Seksi Pertimbangan dan Restitusi mempunyai tugas menerima permohonan restitusi dan pemindahbukuan dari wajib pajak, melakukan


(30)

penelitian kelebihan pembayaran pajak daerah / retribusi daerah yang dapat diberikan restitusi dan atau pemindahbukuan,serta menyiapkan surat keputusan Kepala Dinas tentang pemberian restitusi dan atau pemindahbukuan.

e. Bidang Bagi Hasil Pendapatan

Bidang bagi hasil pendapatan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

Bidang bagi hasil pendapatan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup bagi hasil pajak dan bukan pajak, penatausahaan bagi hasil dan perundang – undangan dan pengkajian pendapatan.

Untuk melaksanakan tugas tersebut, bidang bagi hasil pendapatan mempunyai fungsi :

1. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan bidang bagi hasil pendapatan. 2. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup bagi hasil pajak dan bukan pajak, penatausahaan bagi hasil dan perundang – undangan pengkajian pendapatan.

3. Pelaksanaan penatausahaan bagi hasil pendapatan pajak dan bukan pajak; DAU, DAK, dan lain – lain pendapatan yang sah.

4. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi pemberi bagi hasil pajak dan bukan pajak, DAU, DAK, dan lain – lain pendapatan yang sah.


(31)

5. Pelaksanaan perhitungan penerimaan dari dana bagi hasil pajak / bukan pajak provinsi dan dana bagi hasil pajak / bukan pajak pusat, DAU, DAK, dan lain – lain pendapatan yang sah.

6. Pelaksanaan pengkajian pelaksanaan peraturan perundang – undangan dan pengkajian hasil pendapatan daerah di bidang dana perimbangan, dan lain – lain pendapatan yang sah.

7. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang bagi hasil pendapatan.

8. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Bidang Bagi Hasil Pendapatan terdiri dari : a. Seksi Bagi Hasil Pajak

b. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak c. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil

d. Seksi Peraturan Perundang Undangan dan Pengkajian Pendapatan Setiap seksi dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Bagi Hasil Pendapatan.

a. Seksi Bagi Hasil Pajak mempunyai tugas menerima dan mendistribusikan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) dan Daftar Himpunan Pokok Pajak (DHPP) / Daftar Himpunan Ketetapan Pajak Pajak Bumi dan Bangunan, melaksanakan penagihan Pajak Bumi dan Banguna, melaksanakan perhitungan penerimaan bagi hasil pajak lainnya serta membantu menyampaikan Surat Pemberitahuan Objek pajak (SPOP) Pajak


(32)

Bumi dan Bangunan kepada wajib pajak, menerima kembali hasil pengisian SPOP dan mengirimkannya kepada Kantor Pelayanan PBB. b. Seksi Bagi hasil Bukan pajak mempunyai tugas melaksanakan

perhitungan dan DAU, DAK, dan lain – lain pendapatan yang sah.

c. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil mempunyai tugas melaksanakan penatausahaan surat – surat ketetapan Pajak Bumi dan Bangunan, melaksanakan penatausahaan bagi hasil pajak dan bukan pajak, DAU, DAK, dan lain – lain pendapatan yang sah.

d. Seksi Peraturan Perundang – Undangan dan Pengkajian Pendapatan mempunyai tugas menyiapkan bahan dan data pelaksanaan koordinasi dengan unit terkait tentang pelaksanaan peraturan perundang – undangan dan pengkajian atas penerimaan pendapatan dana perimbangan, dan lain – lain pendapatan yang sah

e. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah

Bidang pengembangan pendapatan daerah dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Bidang pengembangan pendapatan daerah mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup pengembangan pajak, retribusi dan pendapatan lain – lain.

Untuk melaksanakan tugas tersebut, bidang pengembangan pendapatan daerah mempunyai fungsi :

1. Penyusunan rencana, program dan kegiatan Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah.


(33)

2. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan pajak, retribusi dan pendapatan lain – lain.

3. Pelaksanaan pengkajian potensi pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan lainnya.

4. Penghitungan potensi pajak dan retribusi daerah.

5. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup bidang pengembangan pendapatan daerah.

6. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah terdiri dari : a. Seksi Pengembangan Pajak

b. Seksi Pengembangan Retribusi

c. Seksi Pengembangan Pendapatan Lain – Lain

Setiap seksi dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah.

a. Seksi Pengembangan Pajak mempunyai tugas menyusun rencana potensi pendapatan daerah di bidang pajak daerah, menyiapkan bahan dan data pengkajian pengembangan potensi pajak daerah.

b. Seksi Pengembangan Retribusi mempunyai tugas menyusun rencana potensi pendapatan daerah di bidang retribusi daerah, menyiapkan bahan dan data pengkajian pengembangan potensi retribusi daerah.


(34)

c. Seksi Pengembangan Pendapatan Lain – Lain mempunyai tugas menyusun rencana potensi pendapatan daerah di bidang pendapatan lain – lain, menyiapkan bahan dan data pengkajian pengembangan potensi pendapatan lain – lain.

f. Unit Pelaksana Teknis

Pembentukan, nomenklatur, tugas pokok dan fungsi Unit Pelaksana Teknis ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.

g. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dinas sesuai dengan keahlian dan kebutuhan.

1. Kelompok jabatan fungsional terdiri dari sejumlah tenaga dalam jenjang jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan keahliannya.

2. Setiap kelompok dipimpin seorang tenaga fungsional senior.

3. Jumlah jabatan fungsional tersebut ditentukan berdasarkan kebutuhan daerah.

4. Jenis dan jenjang jabatan fungsional tersebut ditentukan sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku.


(35)

D. Gambaran Umum Pegawai Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan Tahun 2011

No Bagian/ Bidang/ Bendahara/ UPT/Security Jumlah

1 Kepala Dinas 1 orang

2 Bagian Umum/Keuangan/Penyusunan Program 38 orang 3 Bendahara Penerimaan / Pengeluaran 19 orang 4 Penyimpan Barang Berharga, Penyimpan Barang &

Pengurus Barang

16 orang

5 Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah 18 orang

6 Bidang Penagihan 41 orang

7 Bidang Pendataan & Penetapan (DATAP) 76 orang 8 Bidang Bagi Hasil Pendapatan (BHP) 82orang

9 Unit Pelaksana Teknis (UPT) 245 orang

10 Security 15 orang

Jumlah PNS / Pegawai Honor 551 orang

Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan


(36)

Jumlah Pegawai Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan Berdasarkan Golongan

No Golongan Jumlah

1 IV/a 3 orang

2 III/d 38 orang

3 III/c 38 orang

4 III/b 64 orang

5 III/a 59 orang

6 II/d 9 orang

7 II/c 16 orang

8 II/b 3 orang

9 II/a 34 orang

Jumlah 264 orang

  Keterangan :

Pegawai Negeri Sipil ( PNS) : 264 orang

TNI yang dikaryakan : 1 orang (Bidang Penagihan) Pegawai Honor : 56 orang


(37)

                                   

DINAS

SEKRETARIAT SUB BAGIAN KEUANGAN SUB BAGIAN PENYUSUNAN PROGRAM SUB BAGIAN UMUM

BIDANG BAGI HASIL PENDAPATAN

BIDANG PENGEMBANGAN PENDAPATAN DAERAH

SEKSI BAGI HASIL PAJAK

SEKSI PEMGEMBANGAN PAJAK

SEKSI BAGI HASIL BUKAN PAJAK SEKSI PENATAUSAHAAN BAGI HASIL SEKSI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN  PENGKAJIAN  SEKSI PENGEMBANGAN RETRIBUSI SEKSI PENGEMBANGAN PENDAPATAN LAIN-LAIN

UPT

BIDANG PENDATAAN

DAN PENETAPAN 

BIDANG PENAGIHAN SEKSI PENDATAAN DAN PENDAFTARAN SEKSI PEMBUKUAN DAN VERIFIKASI  SEKSI PEMERIKSAAN SEKSI PENETAPAN SEKSI PENGOLAHAN DATA DAN INFORMASI SEKSI PENAGIHAN DAN  PERHITUNGAN SEKSI PERTIMBANGA N DAN RESTITUSI KELOMPOK JABATAN DAN FUNGSIONAL

ORGANISASI DINAS PENDAPATAN


(38)

BAB III

GAMBARAN DATA PAJAK HIBURAN

A. Ketentuan Umum

Berdasarkan Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah, yang dimaksud dengan pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang – undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Dengan demikian pajak hiburan itu sendiri dapat diartikan secara singkat adalah pajak atau pungutan daerah atas penyelenggara hiburan di tempat tersedianya hiburan tersebut. Pengenaan pajak hiburan tidak mutlak ada pada seluruh daerah kabupaten atau kota yang ada di Indonesia. Hal ini disebabkan karena penyelenggaraan daerah otonom sehingga daerah mempunyai kewenangan untuk mengenakan untuk atau tidak mengenakan suatu jenis pajak Kabupaten / Kota. Pembangunan Kabupaten / Kota diseluruh Indonesia tentu tidak sama, demikian juga dengan penyelenggaraan pajak hiburan, oleh karena itu untuk dapat menerapkan pada suatu daerah Kabupaten / Kota pemerintah daerah setempat harus mengeluarkan peraturan daerah tentang pajak hiburan yang nantinya akan menjadi landasan atau pedoman hukum operasional dalam teknis pelaksanaan pengenaan dan pemungutan pajak hiburan di daerah kabupaten / kota tersebut.


(39)

   

Dalam pemungutan pajak hiburan terdapat beberapa terminologi yang perlu diketahui, Terminologi tersebut adalah :

1. Hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan, dan/atau keramaian yang dinikmati dengan dipungut bayaran.

2. Penyelenggara hiburan adalah orang pribadi atau badan yang bertindak baik untuk atas nama sendiri atau untuk dan atas nama pihak lain yang menjadi tanggungannya dalam menyelenggarakan suatu hiburan. 3. Penonton atau penunjang adalah setiap orang yang menghadiri suatu

hiburan untuk melihat dan atau mendengar atau menikmatinya atau menggunakan fasilitas yang disediakan oleh penyelenggara hiburan, kecuali penyelenggaraan karyawan, artis ( para pemain ), dan petugas yang menyadari untuk melakukan tugas pengawasan.

4. Pembayaran adalah jumlah yang diterima atau seharusnya diterima dalam bentuk apapun untuk pengganti yang diminta atau seharusnya diminta Wajib Pajak sebagai penukar atas pemakaian dan atau pembelian jasa hiburan serta fasilitas penunjangnya termasuk pula semua tambahan dengan nama apapun juga yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang berkaitan langsung dengan penyelenggaraan hiburan. Termasuk dalam pengertian pembayaran adalah jumlah uang yang diterima atau seharusnya diterima, termasuk yang akan diterima, antara lain pembayaran yang dilakukan secara tunai.

5. Tanda masuk adalah semua tanda atau alat atau cara yang sah dengan nama dan dalam bentuk apapun yang dapat digunakan untuk


(40)

   

menonton, menggunakan fasilitas, atau menikmati hiburan. Tanda atau alat atau cara yang sah adalah berupa tanda masuk yang dilegalisasi oleh Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten / Kota. Termasuk tanda masuk ini adalah masuk dalam bentuk apapun, misalnya karcis, tiket, undangan, kartu langganan, kartu anggota ( membership ), dan sejenisnya.

6. Harga tanda masuk, yang selanjutnya disingkat HTM, adalah harga atau nilai nominal yang tertera atau tidak tertera pada masuk ini adalah tanda masuk yang digunakan untuk menikmati / menggunakan fasilitas hiburan.

Adapun dasar hukum pemungut pajak hiburan telah diatur pada Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. dan Keputusan Walikota Medan Nomor 9 Tahun 2004 stentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pajak Daerah Kota Medan yang dimana dalam isinya terdapat peryataan yang menyatakan bahwa Kepala Daerah atau pejabat dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk mengangsur pajak terutang dan menunda pembayaran pajak sampai batas waktu yang ditentukan setelah memenuhi persyaratan yang ditentukandengan dikenakan bunga sebesar 2 % ( dua persen ) dari jumlah pajak yang belum kurang bayar.


(41)

   

B. Subjek dan Objek Pajak Hiburan 1. Subjek Pajak Hiburan

Dalam pajak hiburan yang dimaksud dengan subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang menonton dan atau menikmati hiburan. Sedangkan wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan hiburan. Dengan demikian, subjek pajak dan wajib pajak tentu berbeda peranan hak maupun kewenangan. Misalnya orang pribadi atau badan yang menikmati pelayanan tempat hiburan merupakan subjek pajak hiburan yang membayar atau menanggung pajak, sedangkan penyelenggara hiburan tersebut bertindak sebagai wajib pajak hiburan yang mempunyai kewenangan untuk memungut pajak dari subjek pajak.

Namun sebelum menjadi Wajib Pajak hiburan, subjek pajak terlebih dahulu harus mendaftar supaya dikukuhkan menjadi wajib Pajak. Adapun tata cara pendataan dan pendaftaran menjadi Wajib Pajak hiburan adalah :

a. Pendaftaran dilakukan terhadap subjek pajak yang berdomisili di dalam maupun di luar wilayah daerah dan memiliki objek pajak di daerah;

b. Kegiatan pendaftaran diawali dengan mempersiapkan formulir pendaftaran dan diberikan kepada subjek pajak;

c. Subjek pajak wajib mengisi formulir pendaftaran dengan jelas, lengkap dan benar serta mengembalikannya ke Dinas Pendapatan Daerah;


(42)

   

d. Formulir pendaftaran yang dikembalikan oleh subjek pajak dicatat dalam daftar induk Wajib Pajak secara berurutan, yang nantinya akan digunakan sebagai Nomor Pokok Wajib Pajak ( NPWP ).

2. Objek Pajak Hiburan

Objek pajak hiburan adalah setiap penyelenggaraan hiburan dengan dipungut bayaran. Objek pajak hiburan terdiri dari :

a. Pertunjukan Film;

b. Pertunjukan Kesenian, Sirkus, Pameran Seni, Busana, Kontes Kencantikan dan sejenisnya;

c. Pertunjukan Musik dan Tari; d. Diskotik;

e. Karaoke; f. Klab Malam; g. Permainan Bilyard

h. Permainan Ketangkasan, Taman Hiburan Keluarga, Permainan Anak – Anak, Video Game, Play Station dan sejenisnya;

i. Panti Pijat, Salon Kecantikan dan Wisma Pangkas; j. Mandi Uap dan sejenisnya;

k. Pertandingan Olah Raga;

l. Taman Rekreasi, Kolam Renang, Kolam Pancing dan sebagainya; m. Persewaan Permainan Internet.


(43)

   

Namun ada juga beberapa objek pajak hiburan yangidak dikenakan pajak atau dikecualikan yaitu penyelenggaraan hiburan yang tidak dipungut bayaran, misalnya hiburan yang diselenggarakan dalam rangka pernikahan, ucapan adat dan kegiatan keagamaan.

C. Dasar Pengenaan, Tarif dan Cara Perhitungan Pajak Hiburan a. Dasar Pengenaan Pajak Hiburan

Dasar pengenaan pajak hiburan adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar untuk menonton dan atau menikmati hiburan.

1. Tarif Pajak Hiburan

Tarif pajak hiburan yang telah ditetapkan oleh peraturan daerah dikenakan paling tinggi 35% ( tiga puluh lima persen ). Tarif pajak hiburan di tiap Kabupaten / kota tentu berbeda – beda, hal ini harus disesuaikan dengan keadaan daerahnya, asalkan tidak melebihi tarif pajak yang telah di tetapkan yaitu 35%.

Tarif pajak dapat digolongkan menjadi 2 golongan yaitu :

a. Tarif Tunggal terdiri dari :

1. Tarif pajak tetap adalah jumlah atau angkanya tetap, tidak bergantung besarnya dasar pengenaan pajak.

2. Tarif proposional adalah tarif objek yang persentasenya tetap dan tidak bergantung pada besarnya dasar pengenaan pajak.


(44)

   

b. Tarif Tidak Tunggal, terdiri dari :

1. Tarif Progresif adalah tarif pajak yang persentasenya meningkat sesuai besarnya atau meningkatnya dasar pengenaan pajak. 2. Tarif Degresif adalah tarif pajak yang persentasenya menurun

sesuai dengan meningkatnya dasar pengenaan pajak.

Tarif Pajak Hiburan Kota Medan adalah sebagai berikut :

a. Pertunjukan Film di Bioskop :

Klasemen Bioskop Besar Pajak

AII Utama

AII

AI

BII

BI

C

D

Keliling

30 % dari HTM

28 % dari HTM

26 % dari HTM

24 % dari HTM

20 % dari HTM

17 % dari HTM

13 % dari HTM


(45)

   

b. Ketentuan klasemen dan besarnya harga tanda masuk untuk masing – masing bioskop di Kota Medan akan ditetapkan lebih lanjut dengan Surat Keputusan Kepala Daerah

c. Tata cara pengadaan / perforasi tanda masuk / karcis tontonan dan pembayaran di muka ( PDM ) pajak hiburan tetap dan isidentil akan ditetapkan lebih lanjut dengan Keputusan Kepala Daerah.

d. Untuk menunjukkan kesenian antara lain kesenian tradisional, pertunjukan sirkus, pameran seni :

1. Di ruangan yang memakai AC dipungut pajak sebesar 15 % ( lima belas persen ) dari HTM.

2. Di ruangan yang tidak memakai AC dipungut pajak sebesar 10 % ( sepuluh persen ) dari HTM.

e. Untuk pameran busana, kontes kecantikan, pertunjukan / pegelaran musik dan tari :

1. Di ruangan yang memakai AC dipungut pajak sebesar 25 % ( dua puluh lima persen ) dari HTM.

2. Di ruangan yang tidak memakai AC dipungut pajak sebesar 20 % ( dua puluh persen ) dari HTM.

f. Untuk Diskotik, Disko, Bar, Karaoke, Klab Malam, dan sejenisnya ditetapkan sebesar 30 % ( tiga puluh persen ) dari HTM atau jumlah pembanyaran untuk menonton dan atau menikmati hiburan di luar harga makanan / minuman yang telah dikenakan Pajak Hotel dan Pajak Restoran.


(46)

   

g. Untuk Diskotik, Disko, Bar, Klub Malam yang tidak menggunakan tanda masuk dan atau tidak membayar untuk menonton dan atau menikmati hiburan dipungut pajak sebesar Rp 2000,- ( dua ribu rupiah ) untuk setiap pengunjung di luar harga makanan / minuman yang telah dikenakan Pajak Hotel dan atau Pajak Restoran.

h. Untuk Permainan Bilyard :

1. Di ruangan yang memakai AC dipungut pajak sebesar 20 % ( dua puluh persen ) dari HTM atau harga koin permeja untuk sekali permainan.

2. Di ruangan yang tidak memakai AC dipungut pajak sebesar 15 % ( lima belas persen ) dari HTM atau harga koin permeja untuk sekali permainan.

i. Untuk Permainan Ketangkasan, Taman Hiburan Keluarga, Permainan Anak – Anak antara lain Vidio Game, Playstation, Mini Train, Kuda Pusing, Sampan Pusing, Speed Boat, Bom – Bom Car dan sejenisnya yang dipungut pajak sebesar 20 % ( dua puluh persen ) dari HTM atau harga koin.

j. Usaha Panti Pijat, Mandi Uap dan sejenisnya dipungut pajak 20 % ( dua puluh persen ) dari HTM per jam, Salon Kecantikan dipungut sebesar 20 % ( dua puluh persen ) dari jumlah pembayaran.

k. Pertunjukan pertandingan olah raga antar klub dalam negeri dipungut pajak sebesar 15 % ( lima belas persen ) dari HTM, sedangkan


(47)

   

pertandingan olah raga dengan dukungan antar bangsa dipungut sebesar 20 % ( dua puluh persen ) dari HTM.

l. Taman Rekreasi, Kolam Renang, Kolam Pancing dan sejenisnya dipungut pajak sebesar 10 % dari HTM.

m. Untuk jenis hiburan yang tidak menggunakan tanda masuk dipungut pajak sebesar 20 % dari jumlah pembanyaran.

n. Untuk persewaan permainan internet dipungut pajak 10 % ( sepuluh persen ) dari nilai sewa per jam.

4. Cara Perhitungan Pajak Hiburan

Cara menghitung besarnya pajak hiburan yang terutang adalah dengan mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak atau secara umum dapat dirumuskan sebagai berikut :

Di dalam pajak hiburan terdapat juga masa pajak yang merupakan jangka waktu yang lamanya sama dengan tahun takwim. Tahun takwim sama

Pajak terutang    Tarif pajak  Dasar pengenaan pajak 

      Tarif pajak  Jumlah pembayaran  


(48)

   

dengan satu tahun lamanya atau biasanya dihitung mulai dari bulan Januari sampai dengan Desember.

Selanjutnya di dalam masa pajak atau tahun pajak, Wajib Pajak harus membayar pajak yang terutang berdasarkan ketentuan Peraturan Daerah mengenai pajak hiburan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah. pajak hiburan yang terutang akan dipungut di wilayah atau daerah tempat hiburan tersebut diselenggarakan. Hal ini karena kewenangan yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah yang terbatas akan tempat hiburan yang berlokasi dan terdaftar dalam lingkup wilayah administrasinya.

D. Penetapan Pajak Hiburan

1. Berdasarkan Surat Pemberitahuan Daerah, Kepala Daerah atau Pejabat menetapkan pajak terutang dengan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah ( SKPD ) yang dipersamakan dengan itu;

2. Apabila Surat Ketetapan Pajak Daerah tidak atau kurang setelah lewat waktu paling lama 30 ( tiga puluh ) hari sejak SKPD diterima, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % ( dua persen ) sebulan dan ditagih dengan menerbitkan SKPD;

3. Wajib Pajak membayar sendiri SPTPD digunakan untuk menghitung, memperhitungkan dan menetapkan pajak sendiri yang terutang;

4. Dalam jangka waktu 5 ( lima ) tahun sesudah saat terutangnya pajak, Kepala Daerah dapat menerbitkan :


(49)

   

b. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan ( SKPDKBT ) c. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil ( SKPDN )

5. SKPDKB diterbitkan :

a. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang tidak atau kurang bayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% ( dua persen ) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 ( dua puluh empat ) bulan sejak saat terutangnya pajak;

b. Apabila SPTPD tidak disampaikan dalam jangka waktu yang ditentukan dan telah ditegur secara tertulis, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% ( dua persen ) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 ( dua puluh empat ) bulan sejak saat terutangnya pajak; c. Apabila kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak terutang

dihitung secara jabatan dan dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 25% ( dua puluh lima persen ) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 ( dua puluh empat ) bulan sejak saat terutangnya pajak.

6. SKPDKBT diterbitkan apabila ditemukan data baru yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terutang, akan dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% ( seratus persen ) dari jumlah utang pajak tersebut;


(50)

   

7. SKPDN diterbitkan apabila jumlah pajak terutang sama besarnya dengan jumlah pajak yang telah disetor;

8. Apabila kewajiban membayar pajak terutang dalam SKPDKB dan SKPKBT tidak sepenuhnya dibayar dalam jangka waktu yang ditentukan, ditagih dengan menerbitkan Surat Tagihan Pajak Daerah ( STPD ) ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% ( dua persen ) sebulan;

9. Penambahan jumlah pajak yang terutang tidak dikenakan pada Wajib Pajak apabila melaporkan sendiri sebelum dilakukan pemeriksaan.

E. Tata Cara Pembayaran Pajak Hiburan

Untuk memperlancar pembayaran pajak hiburan sebaiknya, Wajib Pajak mengetahui bagaimana tata cara pembayaran pajak hiburan. Berikut adalah tata cara pembayaran pajak hiburan :

1. Pembayaran pajak hiburan dilakukan di Kas Daerah atau tempat yang ditunjuk oleh Kepala Daerah dalam waktu 30 ( tiga puluh ) hari setelah diterimanya Surat Pemberitahuan Pajak Daerah ( SPTD ), Surat Ketetapan Pajak Daerah ( SKPD ), Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar ( SKPDKB ), Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan ( SKPDKBT ), Surat Tagihan Pajak Daerah ( STPD );


(51)

   

2. Apabila pembayaran pajak hiburan dilakukan di tempat lain yang ditunjuk hasil penerimaan pajak harus disetor ke Kas Daerah selambat – lambatnya 1 x 24 jam

3. Pembayaran pajak hiburan dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak Daerah ( SSPD );

4. Pembayaran pajak hiburan dengan sistem Self Assesment system, dilakukan di Kas Daerah atau tempat lain yang ditunjuk oleh Kepala Daerah pada tanggal 7, 14, 21 dan 28 berdasarkan SPTPD atas pajak yang telah dipungut dalam masa pajak bila mana tanggal tersebut jatuh pada tanggal libur maka jadwal pembayaran dimundurkan pada tanggal berikutnya;

5. Pembayaran pajak hiburan harus dilakukan sekaligus atau lunas;

6. Kepala Daerah atau Pejabat dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak untuk mengangsur pajak terutang dalam kurun waktu tertentu setelah memenuhi;

7. Angsuran pajak hiburan harus dilakukan secara teratur dan berturut – turut dengan dikenakan bunga sebesar 2% ( dua persen ) sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang bayar;

8. Kepala Daerah dan Pejabat dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak atau penunda pembayaran pajak sampai batas waktu yang ditentukan setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dengan dikenakan bunga sebesar 2% ( dua persen ) dari jumlah pajak yang belum atau kurang bayar;


(52)

   

9. Persyaratan untuk dapat mengangsur dan menunda pembayaran serta tata cara pembayaran angsuran dan penundaan ditetapkan oleh Kepala Daerah atau pejabat.

F. Tata Cara Penagihan Pajak

Apabila pajak hiburan terutang tidak dilunasi setelah jatuh tempo pembayaran, pejabat yang ditunjuk akan melakukan tindakan penagihan pajak.

1. Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan akan memberikan surat teguran atau surat lain yang sejenis yang dikeluarkan oleh pejabat sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan atas melalaikan pajak hiburan yang dikeluarkan 7 ( tujuh ) hari sejak saat tanggal jatuh tempo pembayaran pajak;

2. Dalam jangka waktu 7 ( tujuh ) hari sejak surat teguran atau surat lain yang sejenis diterbitkan, wajib pajak harus melunasi pajak yang terutang;

3. Apabila jumlah pajak terutang yang masih harus dibayar tidak dilunasi oleh wajib pajak dalam jangka waktu sebagaimana ditetapkan dalam surat teguran atau surat lain yang sejenis, maka jumlah pajak yang harus dibayar ditagih dengan Surat Paksa;

4. Pejabat menerbitkan surat paksa setelah lewat 21 ( dua puluh satu ) hari sejak tanggal surat teguran atau surat lain yang sejenis diterbitkan;


(53)

   

5. Jika pajak yang masih harus dibayar belum dilunasi dalam jangka waktu 2 x 24 jam sejak surat paksa diterbitkan, pejabat menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan ( SPMP );

6. Setelah dilakukan penyitaan dan wajib pajak tetap belum juga melunasi pajak yang masih harus dibayar, maka setelah tanggal 10 ( sepuluh ) hari sejak tanggal pelaksanaan surat perintah melaksanakan penyitaan, pejabat mengajukan permintaan penetapan tanggal pelelangan kepada Kantor Lelang Negara;

7. Setelah Kantor Lelang Negara menetapkan hari, tanggal, jam dan tempat pelaksanaan lelang, juru sita memberitahukan secara tertulis kepada wajib pajak.

G. Ketentuan Pidana

1. Wajib pajak yang karena kealpaan tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan daerah dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 ( satu ) tahun dan denda paling banyak 2 ( dua ) kali jumlah pajak yang terutang;

2. Wajib pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehigga merugikan keuangan daerah dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 ( dua ) tahun dan atau denda paling banyak 4 ( empat ) kali jumlah pajak yang terutang.


(54)

   

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI

A. Upaya Yang Dilakukan Dalam Meningkatkan Pajak Hiburan

Berdasarkan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) yang telah penulis lakukan di Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan dan dengan melihat data yang berhasil penulis peroleh dari Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan telah melaksanakan kewajibannya dalam hal upaya peningkatan penerimaan pajak hiburan.

Adapun upaya yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota

Medan :

1. Melakukan pendataan terhadap wajib pajak sehingga data yang disampaikan dapat lebih mendekati akuratisasi data.

2. Memfungsikan pengawasan dari Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan dan bekerjasama dengan administrasi terkait / Tim Terpadu ( Dinas Pariwisata, Satpol PP, Polisi, Kejaksaan dan Kodim ) dengan tujuan untuk melaksanakan penagihan kepada wajib pajak khususnya wajib pajak yang tidak taat membayar pajak, bagi wajib pajak terutang, menunggak dan sekaligus peninjauan data lapangan yang sebenarnya. 3. Mengadakan peninjauan ulang atau mendata ulang apabila terjadi

kesalahan dalam pemeriksaan. Agar tidak terjadi kesalahan dalam pendataan, apabila dilakukan peninjauan kembali atau meneliti data


(55)

   

dengan benar sehingga tidak adanya lagi kesalahan – kesalahan dalam perhitungan besar pajak yang seharusnya terutang.

4. Pemeriksaan wajib pajak secara terus dilakukan dengan menggunakan sistem self assesment dan juga official assesment. Pemeriksaan secara sistem self assesment digunakan untuk memeriksa objek pajak hiburan yang tergolong hiburan mewah yang penghasilannya melebihi Rp 300.000.000,- ( tiga ratus juta rupiah ) perbulan, sedangkan pemeriksaan yang menggunakan sistem official assesment digunakan untuk memeriksa objek pajak hiburan yang tergolong hiburan biasa – biasa saja atau tidak tergolong mewah yang penghasilannya kurang atau dibawah Rp 300.000.000,- ( tiga ratus juta rupiah ) perbulan.

5. Melakukan pengawasan secara rutin kepada wajib pajak, hal ini dilakukan guna untuk menghindari adanya penyimpangan atau adanya data yang tidak benar disampaikan oleh wajib pajak.

B. Target dan Realisasi Pajak Hiburan Kota Medan

Keberhasilan kerjasama antara wajib pajak dan Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan dalam merealisasikan target penerimaan pajak hiburan dapat kita lihat pada tabel data realisasi penerimaan pajak hiburan berikut :


(56)

   

Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Hiburan Kota Medan Anggaran 2006

No Uraian Target/Tahun Realisasi %

1 Bioskop 2.431.200.000 2.440.140.000 100,37 2 Diskotik 441.100.000 292.060.892 66,21 3 Panti Pijat 877.252.000 649.852.173,60 74,06 4 Video Game 2.694.600.000 116.082.126 115,64 5 Billyard 197.998.440 190.930.490 96,43 6 Kolam Renang 300.000.000 221.143.970 73,71 7 Salon 514.560.000 468.641.484 91,08 8 Insidentil 410.717.000 597.629.515 141,13 9 Warung Internet 108.003.600 40.215.600 37,24

7.957.705.000 7.257.170.956 100,29


(57)

   

Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Hiburan Kota Medan Anggaran 2007

No Uraian Target/Tahun Realisasi %

1 Bioskop 2.460.300.000 2.496.613.600 101,08

2 Salon 561.732.000 584.976.800 104,14

3 Panti Pijat 627.000.000 896.828.541 143,03 4 Mandi Uap 279.315.000 3.580.398 1,28 5 Video Game 2.868.300.000 3.176.498.756,36 110,76 6 Karaoke 379.500.000 316.687.737 83,45 7 Diskotik 71.500.000 52.363.000 73,23 8 Billyard 263.832.000 267.432.213,08 97,57 9 Kolam Renang 300.000.000 282.969.200 94,32 10 Warung Internet 110.100.000 81.405.400 73,94 11 Pagelaran Kesenian 373.321.000 243.626.400 65,26

12 Sirkus 42.000.000 - 0,00

13 Pertandingan Olah Raga 18.000.000 - 0,00

8.354.000.000 8.382.957.036,24 100,35


(58)

   

Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Hiburan Kota Medan Anggaran 2008

No Uraian Target/Tahun Realisasi %

1 Bioskop 2.530.000.000 3.152.850.000 124,62

2 Salon 609.732.000 655.260.000 107,47 3 Panti Pijat 821.000.000 612.731.868,60 74,63 4 Mandi Uap 129.015.000 3.016.218.700 262,10 5 Permainan Ketangkasan 3.150.000.000 295.124.000 95,75 6 Karaoke 407.500.000 374.258.150,30 91,84 7 Diskotik 71.500.000 97.905.999 136,93 8 Billyard 323.823.000 295.124.000 91,13 9 Kolam Renang 311.988.000 345.570.000 110,76 10 Warung Internet 134.100.000 110.820.000 82,64 11 Pagelaran Kesenian 379.033.000 254.575.350 67,16 12 Sirkus 42.000.000 73.500.000 175,00 13 Pertandingan Olah Raga 12.000.000 10.537.500 87,81

8.921.700.000 9.337.502.454,10 104,66


(59)

   

Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Hiburan Kota Medan Anggaran 2009

No Uraian Target/Tahun Realisasi %

1 Bioskop 2.644.000.000 3.174.930.000 120,08

2 Pagelaran Kesenian 296.533.000 192.584.450 64,95 3 Panti Pijat 878.000.000 644.741.293,67 73,43 4 Mandi Uap / SPA 196.015.000 332.294.951 169,53 5 Permainan Ketangkasan 3.348.000.000 3.047.075.100,01 91,01 6 Karaoke 519.000.000 1.065.250.450,02 205,25 7 Diskotik 90.000.000 120.771.899,60 134,19 8 Billyard 329.832.000 219.695.500 66,61 9 Kolam Renang 329.988.000 408.075.000 123,66 10 Warung Internet 147.480.000 138.827.500 94,13 11 Salon 723.723.000 634.644.000 87,69 12 Sirkus / Akrobat / Sulap 42.000.000 - - 13 Pertandingan Olah Raga 12.000.000 16.200.000 135,00

9.556.580.000 9.995.090.144,30 104,59


(60)

   

Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Hiburan Kota Medan Anggaran 2010

No Uraian Target/Tahun Realisasi %

1 Bioskop 3.962.588.400 4.806.750.000 121,30

2 Pagelaran Seni 300.000.000 192.645.812 64,22 3 Diskotik 330.000.000 78.650.000 23,83

4 Karaoke 2.346.741.000 1.793.206.266,77 76,41

5 Sirkus / Akrobat 42.000.000 - -

6 Billyard 365.832.000 196.565.600 53,73 7 Permainan Ketangkasan 3.864.999.600 3.077.910.520 79,64 8 Panti Pijat 1.276.000.000 884.694.370,20 69,33 9 Mandi Uap 935.000.000 460.688.088,99 49,27 10 Pertandingan Olah Raga 12.000.000 8.750.000 72,92 11 Salon 1.016.400.000 736.995.500,01 72,51 12 Warung Internet 216.000.000 250.178.168,66 115,2 13 Kolam Renang 384.000.000 457.685.000 119,9

15.051.561.000 12.944.719.326,63 86,00

Sumber Data : Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

Dari data tersebut diatas dapat digambarkan, untuk penerimaan khususnya pajak hiburan selama 4 ( empat ) tahun terakhir mengalami peningkatan tetapi 1 ( satu ) tahun terakhir mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena adanya tunggakan – tunggakan pajak yang belum dibayar oleh wajib pajak. Upaya yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan untuk meningkatkan penerimaan pajak hiburan adalah dengan


(61)

   

Adapun yang mengalami peningkatan adalah hiburan bioskop dan internet. Hiburan bioskop terus mengalami peningkatan, disebabkan karena :

1. Meningkatnya pelayanan bioskop, seperti menyediakan film – film yang bagus, fasiltas yang nyaman sehingga membuat banyak pengunjung yang datang ingin menikmati film di bioskop.

2. Adanya penjagaan di setiap pintu masuk bioskop secara rutin setiap hari. 3. Adanya kenaikan harga tanda masuk di beberapa bioskop yang otomatis

menaikkan pajak.

4. Bertambahnya kesadaran wajib pajak akan pentingnya membayar pajak untuk pembangunan daerah.

Begitu juga dengan internet terus mengalami peningkatan,

disebabkan karena sekarang internet merupakan kebutuhan bagi banyak orang sehingga banyak orang membuka usaha warung internet. Dan untuk

meningkatkan penerimaan pajak hiburan lainnya Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan terus melakukan pemeriksaan – pemeriksaan terhadap wajib pajak yang tidak patuh, melakukan penagihan terhadap tunggakan – tunggakan pajak kepada wajib pajak serta melakukan pendataan terhadap wajib pajak yang belum terdaftar.

Pencapaian target penerimaan pajak hiburan pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 juga tidak lepas dari beberapa faktor yang mempengaruhinya.


(62)

   

1. Banyaknya konser yang diselenggarakan di Kota Medan memberikan pengaruh dan kontribusi yang tidak sedikit bagi penerimaan pajak hiburan di Kota Medan. Penyelenggaraan konser yang tidak sedikit yang diadakan di Kota Medan pada tahun 2006 dan 2007 telah mendapatkan banyak subjek pajak, sehingga penerimaan pajak hiburan pun semakin meningkat. 2. Cuaca

Penerimaan pajak hiburan juga ditentukan oleh faktor ini. Apabila cuaca buruk, maka hal ini akan mempengaruhi keinginan subjek pajak untuk menikmati hiburan. Sebaliknya, apabila cuaca cerah, maka keinginan subjek pajak untuk menikmati hiburan juga akan terjadi dan penerimaan pajak hiburan pun akan meningkat seiring dengan banyaknya subjek pajak yang menikmati hiburan.

3. Hari libur sekolah

Hiburan merupakan objek yang paling diburu oleh masyarakat saat menikmati liburan sekolah. Sedangkan hari libur sekolah itu sendiri dijadikan para subjek pajak sebagai hari untuk berkumpul bersama keluarga. Maka adanya libur sekolah juga memberikan pengaruh yang berarti bagi penerimaan pajak hiburan tiap tahunnya.

4. Investasi dari dalam maupun luar negeri

Bisnis hiburan yang memiliki prospek baik di masa depan membuat para investor, baik dari dalam maupun dari luar negeri tertarik untuk


(63)

   

menanamkan modalnya dalam bisnis hiburan. Ditambah lagi besarnya antusiasme masyarakat terhadap penyelenggaraan hiburan yang ada.

5. Banyaknya hiburan – hiburan yang berdiri di Kota Medan.

Semakin banyak hiburan – hiburan yang diselenggarakan membuat semakin mudah terealisasinya target penerimaan pajak hiburan. Sebab hal ini pasti akan mengundang banyak subjek pajak untuk menikmati hiburan tersebut.

6. Perekonomian masyarakat yang semakin membaik

Meningkatnya kemampuan ekonomi masyarakat membuat mereka tidak perlu lagi menahan keinginan mereka untuk menikmati hiburan yang mereka inginkan. Keadaan ini memberikan pengaruh yang baik terhadap penerimaan pajak hiburan, karena semakin baik kemampuan ekonomi masyarakat maka semakin banyak pula subjek pajaknya.

C. Masalah yang Dihadapi Dalam Meningkatkan Pajak Hiburan

Dalam upaya meningkatkan penerimaan daerah melalui pajak hiburan masih ditemui masalah – masalah yang harus dicari solusinya dalam rangka upaya peningkatan penerimaan pajak daerah.

Sebagaimana hasil wawancara penulis dengan pegawai Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan, penulis dapat mengetahui apa yang menjadi masalah dalam upaya yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan untuk memperoleh data – data yang benar dari wajib pajak.


(64)

   

Adapun masalah tersebut antara lain :

1. Tingkat kesadaran wajib pajak yang masih rendah dalam memenuhi kewajibannya untuk membayar pajak. Rendahnya kesadaran masyarakat umum dalam memenuhi kewajiban perpajakannya dapat disebabkan oleh minimnya pengetahuan mereka arti, manfaat, dan tujuan pembayaran pajak. Apabila mereka memiliki pengetahuan yang cukup untuk itu, maka cara pandang mereka terhadap kewajiban perpajakannya pun akan berubah. sehingga mereka dapat memenuhi kewajiban perpajakannya dengan baik.

2. Masih adanya beberapa wajib pajak yang memiliki tunggakan – tunggakan pajak.

3. Masih ditemui atau masih adanya petugas Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan yang belum bekerja secara efektif khususnya bagi petugas yang berkaitan dengan penyuluhan.

4. Susahnya untuk menjumpai pimpinan yang menyelenggarakan objek hiburan guna untuk dimintai keterangan mengenai data – data penghasilan yang didapat agar Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan dapat mengetahui berapa besar penghasilan yang didapat dan menghindari penyimpangan terhadap wajib pajak.


(65)

   

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian permasalahan yang dikemukakan penulis dari hasil Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) di Dinas Pendapatan Kota Medan dan dari studi pustaka yang dilakukan penulis, penulis menyimpulkan :

1. Potensi pajak hiburan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan sesuai dengan perkembangan dan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Tehnologi ( IPTEK ).

2. Tarif pajak hiburan ditetapkan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan kondisi daerahnya sehingga tarif untuk setiap daerah tidak selalu sama.

3. Adapun masalah yang dihadapi oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan yaitu : tingkat kesadaran wajib pajak yang masih rendah, masih ada beberapa tunggakan – tunggakan pajak hiburan yang belum dibayar wajib pajak, sulit menemui pimpinan yang menyelenggarakan objek hiburan, masih adanya petugas Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan yang masih belum bekerja secara efektif dan kurang tegasnya peraturan daerah dalam mengatur pajak daerah dapat diselesaikan dengan baik.

4. Adapun upaya yang dilakukan Dinas Pendapatan Daerah untuk mengatasi masalah yang dihadapi sehingga penerimaan meningkat adalah : melakukan pendataan terhadap wajib pajak, memfungsikan pengawasan dari Dinas


(66)

   

Pendapatan Daerah Kota medan dan bekerjasama dengan Tim Terpadu ( Dinas Parawisata, Satpol PP, Polisi, Kejaksaan, Kodim ) untuk melaksanakan penagihan, mengadakan peninjauan ulang apabila terjadi kesalahan dalam pendataan, melakukan pemeriksaan terhadap wajib pajak, melakukan pengawasan secara rutin kepada wajib pajak untuk menghindari adanya data yang tidak benar disampaikan wajib pajak.

B. SARAN

1. Dinas pendapatan Daerah Kota Medan harus dapat menciptakan kerjasama yang baik terhadap sesama pegawai maupun kepada masyarakat agar wajib pajak tahu mereka membayar pajak berarti mereka turut serta membiayai pembangunan daerah untuk kesejahteraan masyarakat.

2. Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan harus mengelola pajak daerah sesuai dengan Undang – Undang Perpajakan yang berlaku dengan baik dan benar serta selalu menjaga sifat yang jujur, sopan dan tegas dalam melakukan pelayanan terhadap wajib pajak.

3. Upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Medan untuk meningkatkan penerimaan pajak hiburan melalui Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan adalah dengan melakukan pemeriksaan secara efektif terhadap usaha yang dijalankan wajib pajak, penagihan tunggakan – tunggakan pajak dan penggaliaan potensi pajak.


(67)

   

4. Dinas Pendapatan Kota Medan perlu mensosialisasikan Peraturan Pemerintah Kota Medan agar lebih bisa dipahami dan dilaksanakan oleh wajib pajak.

5. Perlu adanya peningkatan kerja petugas – petugas yang berkaitan dengan bidang penyuluhan, bidang penagihan dan pengawasan pajak.


(68)

   

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo,2006,Perpajakan,Andi,Yogyakarta

Siahaan, Marihot. P, 2005, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, PT. Raja Persada,Jakarta

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2001 Tentang Pajak Daerah

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 12 Tahun 2003 Tentang Pajak Daerah Kota Medan


(1)

menanamkan modalnya dalam bisnis hiburan. Ditambah lagi besarnya antusiasme masyarakat terhadap penyelenggaraan hiburan yang ada.

5. Banyaknya hiburan – hiburan yang berdiri di Kota Medan.

Semakin banyak hiburan – hiburan yang diselenggarakan membuat semakin mudah terealisasinya target penerimaan pajak hiburan. Sebab hal ini pasti akan mengundang banyak subjek pajak untuk menikmati hiburan tersebut.

6. Perekonomian masyarakat yang semakin membaik

Meningkatnya kemampuan ekonomi masyarakat membuat mereka tidak perlu lagi menahan keinginan mereka untuk menikmati hiburan yang mereka inginkan. Keadaan ini memberikan pengaruh yang baik terhadap penerimaan pajak hiburan, karena semakin baik kemampuan ekonomi masyarakat maka semakin banyak pula subjek pajaknya.

C. Masalah yang Dihadapi Dalam Meningkatkan Pajak Hiburan

Dalam upaya meningkatkan penerimaan daerah melalui pajak hiburan masih ditemui masalah – masalah yang harus dicari solusinya dalam rangka upaya peningkatan penerimaan pajak daerah.

Sebagaimana hasil wawancara penulis dengan pegawai Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan, penulis dapat mengetahui apa yang menjadi masalah dalam upaya yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan untuk memperoleh data – data yang benar dari wajib pajak.


(2)

Adapun masalah tersebut antara lain :

1. Tingkat kesadaran wajib pajak yang masih rendah dalam memenuhi kewajibannya untuk membayar pajak. Rendahnya kesadaran masyarakat umum dalam memenuhi kewajiban perpajakannya dapat disebabkan oleh minimnya pengetahuan mereka arti, manfaat, dan tujuan pembayaran pajak. Apabila mereka memiliki pengetahuan yang cukup untuk itu, maka cara pandang mereka terhadap kewajiban perpajakannya pun akan berubah. sehingga mereka dapat memenuhi kewajiban perpajakannya dengan baik.

2. Masih adanya beberapa wajib pajak yang memiliki tunggakan – tunggakan pajak.

3. Masih ditemui atau masih adanya petugas Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan yang belum bekerja secara efektif khususnya bagi petugas yang berkaitan dengan penyuluhan.

4. Susahnya untuk menjumpai pimpinan yang menyelenggarakan objek hiburan guna untuk dimintai keterangan mengenai data – data penghasilan yang didapat agar Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan dapat mengetahui berapa besar penghasilan yang didapat dan menghindari penyimpangan terhadap wajib pajak.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian permasalahan yang dikemukakan penulis dari hasil Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) di Dinas Pendapatan Kota Medan dan dari studi pustaka yang dilakukan penulis, penulis menyimpulkan :

1. Potensi pajak hiburan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan sesuai dengan perkembangan dan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Tehnologi ( IPTEK ).

2. Tarif pajak hiburan ditetapkan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan kondisi daerahnya sehingga tarif untuk setiap daerah tidak selalu sama.

3. Adapun masalah yang dihadapi oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan yaitu : tingkat kesadaran wajib pajak yang masih rendah, masih ada beberapa tunggakan – tunggakan pajak hiburan yang belum dibayar wajib pajak, sulit menemui pimpinan yang menyelenggarakan objek hiburan, masih adanya petugas Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan yang masih belum bekerja secara efektif dan kurang tegasnya peraturan daerah dalam mengatur pajak daerah dapat diselesaikan dengan baik.

4. Adapun upaya yang dilakukan Dinas Pendapatan Daerah untuk mengatasi masalah yang dihadapi sehingga penerimaan meningkat adalah : melakukan pendataan terhadap wajib pajak, memfungsikan pengawasan dari Dinas


(4)

Pendapatan Daerah Kota medan dan bekerjasama dengan Tim Terpadu ( Dinas Parawisata, Satpol PP, Polisi, Kejaksaan, Kodim ) untuk melaksanakan penagihan, mengadakan peninjauan ulang apabila terjadi kesalahan dalam pendataan, melakukan pemeriksaan terhadap wajib pajak, melakukan pengawasan secara rutin kepada wajib pajak untuk menghindari adanya data yang tidak benar disampaikan wajib pajak.

B. SARAN

1. Dinas pendapatan Daerah Kota Medan harus dapat menciptakan kerjasama yang baik terhadap sesama pegawai maupun kepada masyarakat agar wajib pajak tahu mereka membayar pajak berarti mereka turut serta membiayai pembangunan daerah untuk kesejahteraan masyarakat.

2. Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan harus mengelola pajak daerah sesuai dengan Undang – Undang Perpajakan yang berlaku dengan baik dan benar serta selalu menjaga sifat yang jujur, sopan dan tegas dalam melakukan pelayanan terhadap wajib pajak.

3. Upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Medan untuk meningkatkan penerimaan pajak hiburan melalui Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan adalah dengan melakukan pemeriksaan secara efektif terhadap usaha yang dijalankan wajib pajak, penagihan tunggakan – tunggakan pajak dan penggaliaan potensi pajak.


(5)

4. Dinas Pendapatan Kota Medan perlu mensosialisasikan Peraturan Pemerintah Kota Medan agar lebih bisa dipahami dan dilaksanakan oleh wajib pajak.

5. Perlu adanya peningkatan kerja petugas – petugas yang berkaitan dengan bidang penyuluhan, bidang penagihan dan pengawasan pajak.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo,2006,Perpajakan,Andi,Yogyakarta

Siahaan, Marihot. P, 2005, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, PT. Raja Persada,Jakarta

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2001 Tentang Pajak Daerah

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 12 Tahun 2003 Tentang Pajak Daerah Kota Medan