38
c. Jawaban “c” di beri skor 3, yang bermakna bahwa tiap jawaban yang dipilih
tersebut mengandung arti “kadang-kadang ragu-ragu biasa saja”.
d. Jawaban “b” di beri skor 2, yang bemakna bahwa tiap jawaban yang dipilih
t ersebut mengandung arti “jarang tidak setuju tidak puas tidak suka”.
e. Jawaban “a” di beri skor 1, yang bermakna bahwa tiap jawaban yang dipilih
tersebu t mengandung arti “tidak pernah sangat tidak setuju sangat tidak
puas sangat tidak suka”.
3.7 Analisa Data
3.7.1 Uji Validitas Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mampu
mengukur apa yang ingin diukur Umar, 2003:176. Jadi dengan kata lain validitas menunjukkan ketepatan suatu alat pengukur itu untuk mengukur apa
yang diinginkan serta dapat mengungkapkan data dan variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas menunjukkan sejauh mana data
terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang diteliti. Apabila validitas yang didapatkan semakin tinggi, maka tes tersebut
akan semakin mengenai sasaran dan semakin menunjukkan apa yang seharusnya ditunjukkan. Pengujian validitas ini dilakukan dengan interval
validity, dimana kriteria yang dipakai berasal dari dalam data tes itu sendiri dan masing-masing item tiap variabel dikorelasi dengan nilai total yang diperoleh
dari koefisien korelasi product moment. Apabila koefisien korelasi rendah dan tidak signifikan, maka item yang bersangkutan gugur. Dalam pengujian ini
digunakan asumsi bahwa nilai korelasi dengan metode product momenttinggi maka dikatakan valid. Kriteria validitas setiap item atau pertanyaan adalah jika
r koefisien korelasi antara skor butir pertanyaan dengan total skor 0,30 berarti item atau butiran pertanyaan tersebut valid Sugiono, 2006: 115.
Untuk menguji validitas digunakan teknik product momentUmar 2004: 133 dengan rumus sebagai berikut :
39
2 2
2 2
Y Y
n X
X n
Y X
XY N
r
Keterangan ; n : Jumlah sampel
X : skor pertanyaan Y : skor total
r : koefisien korelasi
3.7.2 Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana
suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran dilakukan dua kali atau lebih Umar,2003:176. Dikatakan variabel apabila dipergunakan
beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama akan menghasilkan data yang sama Sugiono, 2006:97, uji reliabilitas digunakan juga untuk menguji hasil
pengukuran kuesioner yang erat hubungannya dengan masalah kepercayaan. Suatu taraf tes dikatakan mempunyai taraf kepercayaan bila tes tersebut
memberikan hasil yang tepat. Menurut Santoso 2002:200, jika jumlah butir pertanyaan untuk
masing-masing variabel kurang dari sepuluh item, maka angka kriteria untuk mengukur reliabilitas adalah 0,20. Jadi keputusan yang digunakan untuk
menguji reliabilitas ini adalah : 1.
Jika nilai α 0,20, maka seluruh butiran pertanyaan adalah reliabel. Dengan kata lain layak dan dapat digunakan.
2. Jika nilai α 0,20, maka seluruh butiran pertanyaan adalah tidak variabel.
Dengan kata lain tidak layak dan tidak dapat digunakan. Pada penelitian ini, untuk mengukur reliabilitas menggunakan software
SPSS dengan rumus Umar , 2003: 96: 1
1
k kr
40
Keterangan ; α : koefisien keandalan alat ukur
r : koefisien rata-rata korelasi antar variabel k : jumlah variabel independen dalam persamaan
Tabel 3.1 Hubungan jumlah butir pertanyaan dengan reliabilitasinstrumen
No. Jumlah Butir Pertanyaan
Reliabilitas
1 5
0,20 2
10 0,33
3 20
0,50 4
40 0,67
5 80
0,80 6
160 0,89
7 320
0,94 8
640 0,97
Sumber : Lobert L Ebel dan David A Frisbie, 2007:89
3.7.3 Analisis Brand Loyalty Analisis deskriptif bertujuan untuk menjabarkan sesuatu dengan cara
mendeskripsikan, mencatat, menganalisis dan menginterprestasikan kondisi yang saat ini terjadi. Analisis data mengenai profil responden “Brand Loyalty”
dapat dilakukan dengan cara mentabulasi data yang diperoleh dan membuat tabel frekuensi sesuai dengan kelompok variabelnya.
Berdasarkan pada tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui loyalitas merek dan kemungkinan perpindahan minyak pelumas Top-1 maka metode
analisis data yang digunakan adalah : a. Untuk mengetahui loyalitas merek brand loyalty digunakan alat analisis
rata-rata dan standar deviasi. Dalam statistika dan probabilitas, simpangan baku atau deviasi standar
adalah ukuran sebaran statistik yang paling lazim Munir, 2013:8.
41
Singkatnya, ia mengukur bagaimana nilai-nilai data tersebar. Bisa juga didefinisikan sebagai, rata-rata jarak penyimpangan titik-titik data diukur
dari nilai rata-rata data tersebut. Simpangan baku merupakan bilangan tak- negatif, dan memiliki satuan yang sama dengan data. Misalnya jika suatu
data diukur dalam satuan meter, maka simpangan baku juga diukur dalam meter pula. Misalnya, bila satuan data asalnya adalah cm, maka satuan
standar deviasinya juga cm. Sebaliknya, varians memiliki satuan kuadrat dari data asalnya misalnya cm2. Simbol standar deviasi untuk populasi
adalah σ baca : sigma dan untuk sampel adalah s. Rumus untuk menghitung standar deviasi adalah Munir, 2013:8 ;
Dalam Statistik, wilayah data yang berada diantara +- 1 simpangan baku akan berkisar 68,2, wilayah data yang berada di antara +- 2 simpangan
baku akan berkisar 95,4, dan wilayah data yang berada di antara +- 3 simpangan baku akan berkisar 99,7 Munir, 2013:8.
b. Untuk mengetahui kemungkinan perpindahan merek possibility rate of transition digunakan alat analisis brand switching pattern matrix. Analisis
ini digunakan untuk menghitung possibility rate of transition kemungkinan perpindahan merek. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut
Durianto, dkk, 2004: 133 :
t At
Al x
t oT
x x
x100x 1
Pr
Keterangan ; Pro T : Kemungkinan tingkat perpindahan suatu merek
AL
x
: Konsumen yang tetap setia terhadap merek X At
x
: Total konsumen yang diteliti dari merek X T
: Banyaknya penelitian
42
Semakin besar nilai Pro T yang diperoleh, diperkirakan tingkat loyalitas pelanggan semakin mengecil.
c. Piramida Brand Loyalty Piramida brand loyalty digunakan untuk mengetahui tingkatan brand loyalty
konsumen pengguna minyak pelumas merek Top-1, dimana penjelasannya sebagai berikut:
1. Piramida brand loyalty yang menggambarkan keadaan dimana suatu merek belum mempunyai brand equity yang kuat hal ini dapat dilihat dari
jumlah switcher yang mempunyai porsi terbesar. 2. Piramida brand loyalty yang menggambarkan keadaan merek yang telah
mempunyai brand equity yang kuat sehingga mempunyai bentuk segitiga terbalik dan diperolehnya jumlah commited buyer yang lebih besar
daripada switcher.
43
3.8 Kerangka Pemecahan Masalah