Studi Preventive Maintenance Pada Pompa Sentrifugal Tipe Aquavane A250 – 320A Dengan Kapasitas 160 L/S Di PDAM Tirtanadi Sunggal

(1)

STUDI PREVENTIVE MAINTENANCE PADA POMPA

SENTRIFUGAL TIPE AQUAVANE A250 – 320A DENGAN

KAPASITAS 160 L/S

DI PDAM TIRTANADI SUNGGAL

SKRIPSI

Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

RAHMAT FITRIYADI NIM. 040401047

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas segala karunia dan rahmat-Nya yang senantiasa diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Sarjana ini.

Tugas Sarjana ini adalah salah satu syarat untuk dapat lulus menjadi Sarjana Teknik di Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Adapun judul Tugas Sarjana yang dipilih, diambil dari mata kuliah Manajemen Pemeliharaan Pabrik, yaitu “STUDI PREVENTIVE MAINTENANCE PADA POMPA SENTRIFUGAL TIPE AQUAVANE A 250 – 320 A DENGAN KAPASITAS 160 L/S DI PDAM TIRTANADI SUNGGAL”.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah berupaya dengan segala kemampuan pembahasan dan penyajian, baik dengan disiplin ilmu yang diperoleh dari perkuliahan, menggunakan literatur serta bimbingan dan arahan dari Bapak Ir. Jaya Arjuna, MSc sebagai Dosen Pembimbing.

Pada kesempatan ini, penulis tidak lupa menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua Orang tua tercinta, Ayahanda Editiawarman dan Ibunda Zuhelda dan kepada adik-adikku Adrie Triyardi, Wezzy Arisandi dan Fahkrul Rahman atas doa serta dukungannya kepada penulis.

2. Bapak Dr. Ing. Ir. Ikhwansyah Isranuri dan Bapak Tulus Burhanuddin Sitorus, ST, MT, selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Ir. Jaya Arjuna, MSc selaku dosen pembimbing Tugas Sarjana yang telah meluangkan waktunya, membimbing dan memotivasi penulis untuk menyelesaikan Tugas Sarjana ini.


(3)

4. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai di Lingkungan Departemen Teknik Mesin Universitas Sumatera Utara yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

5. Bapak Agus Salim Batubara yang telah membantu dalam melaksanakan survey di PDAM Tirtanadi Sunggal.

6. Terima kasih kepada Bapak Drs. Masrul Badri, M.Psi. yang telah membantu dalam pengerjaan skripsi saya ini.

7. Mahasiswa Departemen Teknik Mesin khususnya rekan-rekan sesama stambuk 2004 yang selalu memberikan dorongan kepada penulis.

Dalam penulisan ini, dari awal sampai akhir penulis telah mencoba semaksimal mungkin guna tersusunnya Tugas Skripsi ini. Namun Penulis masih menyadari bahwa masih banyak kekurangan kekurangan baik dalam penulisan maupun penyajian Tugas Skripsi ini. Untuk itu saran-saran dari semua pihak yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan Tugas Skripsi ini.

Akhir kata, dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini, semoga Tugas Sarjana ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

Medan, Januari 2011

RAHMAT FITRIYADI NIM. 040401047


(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vi

i BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penulisan ... 2

1.3. Batasan Masalah ... 2

1.4. Sistematika Penulisan ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Pemeliharaan ... 4

2.1.1. Manajemen ... 4

2.1.1.1. Defenisi Manajemen ... 4

2.1.1.2. Teori Manajemen ... 5

2.1.1.3. Fungsi Manajemen ... 6

2.1.1.4. Prinsip Manajemen ... 8

2.1.1.5. Organisasi Manajemen ... 11

2.1.2. Pemeliharaan (Maintenance) ... 12

2.1.2.1. Defenisi Pemeliharaan ... 12

2.1.2.2. Tujuan Pemeliharaan ... 14

2.1.2.3. Fungsi Pemeliharaan ... 15

2.1.2.4. Kegiatan-kegiatan Pemeliharaan ... 16

2.1.2.5. Masalah Efisiensi Pada Pemeliharaan ... 17

2.1.2.6. Jenis-jenis Pemeliharaan ... 19

2.1.2.7. Hubungan Antara Preventive Maintenance dan Predictive Maintenance ... 24


(5)

2.1.2.9. Hubungan Kegiatan Pemeliharaan dengan Biaya ... 26

2.1.2.10. Manajemen Pemeliharaan ... 29

2.2 Pompa Sentrifugal ... 31

2.2.1. Prinsip Kerja Pompa Sentrifugal ... 31

2.2.2. Klasifikasi Pompa Sentrifugal ... 32

2.2.3. Bagian-bagian Utama Pompa Sentrifugal ... 32

2.2.4. Kavitasi ... 34

2.2.5. Net Positive Suction Head (NPSH) ... 34

2.3. Air ... 35

2.3.1. Pengertian Air ... 35

2.3.2. Beberapa Parameter Kualitas Air ... 38

2.3.3. Air Bersih ... 37

2.3.3.1. Pengertian Air Bersih ... 37

2.3.3.2. Syarat-syarat Air Bersih ... 37

2.3.3.3. Sumber Air ... 38

2.3.3.4. Instalasi Pengolahan Air ... 39

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI 3.1. Objek ... 46

3.2. Metodologi ... 46

3.2.1. Jenis Penelitian ... 46

3.2.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 46

3.2.2.1. Lokasi penelitian ... 46

3.2.2.2. Waktu Penelitian ... 46

3.2.3. Data Yang Diambil 46 3.2.4. Sumber Data ... 47

3.2.5. Alat dan Bahan Penelitian ... 47

3.2.5.1. Alat Penelitian ... 47

3.2.5.2. Bahan Penelitian ... 49

3.3 Inspeksi yang dilakukan di PDAM Tirtanadi Sunggal ... 50 ...


(6)

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Penanganan Perawatan pada Pompa ... 51

4.2. Tanda-tanda Kerusakan pada Tiap Bagian Pompa ... 51

4.3. Prosedur Perbaikan Pompa ... 54

4.3.1. Pengecekan Pada Saat Pompa Beroperasi ... 54

4.3.2. Pada saat pembongkaran Pompa ... 54

4.4 Prosedur Permintaan Barang ... 55

4.5. Masalah Pembiaayan Pada Pengerjaaan Pompa RWP ... 56

4.5.1. Hubungan Biaya dengan Man Power Impeller ... 56

4.5.2. Hubungan Biaya dengan Man Power Shaft ... 56

4.5.3. Hubungan Biaya dengan Man Power Bearing ... 57

4.5.4. Hubungan Biaya dengan Man Power Packing ... 57

4.6. Hubungan Biaya dengan Man Hour Pada Pompa RWP ... 57

4.6.1. Hubungan Biaya dengan Man Hour Pada Impeller ... 57

4.6.2. Hubungan Biaya dengan Man Hour Shaft ... 58

4.6.3. Hubungan Biaya dengan Man Hour Bearing ... 58

4.6.4. Hubungan Biaya dengan Man Hour Packing ... 58

4.7. Hubungan Biaya dengan Material untuk Pompa RWP ... 59

4.8. Hubungan Biaya dengan Tool Pompa RWP. ... 59

4.9. Hubungan Biaya dengan Consumable Pompa RWP ... 60

4.10. Evaluasi Biaya Preventif Maintenance ... 60

4.10.1. Evaluasi Biaya Preventive Maintenance Impeller ... 60

4.10.2. Evaluasi Biaya Preventive Maintenance Shaft ... 65

4.10.3. Evaluasi Biaya Preventive Maintenance Bearing... 70

4.10.4. Evaluasi Biaya Preventive Maintenance Packing ... 72

BAB V KESIMPULAN & SARAN 5.1. Kesimpulan ... 76

5.2. Saran ... 77 DAFTAR PUSTAKA


(7)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Tabel 2.1 Ukuran organisasi yang dilakukan di Inggris

...11

2. Tabel 4.1 Biaya Man Power Impeller ... 56

3. Tabel 4.2 Biaya Man Power Shaft …………...56

4. Tabel 4.3 Biaya Man Power Bearing ... 57

5. Tabel 4.4 Biaya Man Power Packing ... 57

6. Tabel 4.5 Biaya Man Hour Impeller ... 57

7. Tabel 4.6 Biaya Man Hour Shaft ………. ... 58

8. Tabel 4.7 Biaya Man Hour Bearing ... 58

9. Tabel 4.8 Biaya Man Hour Packing ... 59

10. Tabel 4.9 Biaya Material Pompa RWP... 59

11. Tabel 4.10 Biaya tool Pompa RWP...59

12. Tabel 4.11 Biaya consumable Pompa RWP...60

13. Tabel 4.12 Probabilitas Kerusakan pada Impeller dalam bulan ... 60

14. Tabel 4.13 Biaya alternatif Preventive Maintenance Impeller... 64

15. Tabel 4.14 Probabilitas Kerusakan pada Shaft dalam bulan ... 65

16. Tabel 4.15 Biaya alternatif Preventive Maintenance Shaft ... 69

17. Tabel 4.16 Probabilitas Kerusakan pada Bearing dalam bulan ... 70

18. Tabel 4.17 Biaya alternatif Preventive Maintenance Bearing ... 72

19. Tabel 4.18 Probabilitas Kerusakan pada Packing dalam bulan ... ... 73


(8)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Gambar 2.1 Konsep strategi pemeliharaan dan Reliability yang baik

Membutuhkan karyawan dan prosedur yang baik ………... 14

2. Gambar 2.2 Diagram alir dari pembagian pemeliharaan ... 23

3. Gambar 2.3 Hubungan Preventive Maintenance dan Breakdown Maintenance ... 27

4. Gambar 2.4 Tipe kurva bak mandi ... 30

5. Gambar 2.5 Bagian-bagian utama Pompa sentrifugal ... 32

6. Gambar 2.6 Kerusakan pada permukaan sudu Impeler akibat kavitasi ... 34

7. Gambar 2.7Bendungan ... 40

8. Gambar2.8Intake ... 40

9. Gambar 2.9Raw Water Tank ... 41

10. Gambar 2.10 Raw Water Pump ... 41

11. Gambar 2.11 Clearator ... 42

12. Gambar 2.12 Filter ... 43

13. Gambar 2.13 Reservoir ... 44

14. Gambar 2.14 Finish Water Pump ... 44

15. Gambar 2.15 Slude Lagoon ... 45

16. Gambar 2.16 Diagram pengolahan air ... 45

17. Gambar 3.1 Digital Clamp Meter ... 47

18. Gambar 3.2 Vibration Meter ... 48

19. Gambar 3.3 Mulitermometer ... 48

20. Gambar 3.4 Bearing Heater ... 49


(9)

22. Gambar 4.1 Impeller ... 52

23. Gambar 4.2 Bearing ... 52

24. Gambar 4.3 Shaft ... 53


(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi merupakan perusahaan milik Pemerintah Provinsi Sumatera Utara yang khusus bergerak dalam bidang penyedian air minum dan pendistribusiannya khusus daerah Kota Medan dan sekitarnya. Perusahaan ini didirikan sejak masa pendudukan Belanda pada tanggal 23 September 1905 dengan nama N.V Water Leiding Maatschappij Ayer Baressih dan berkantor pusat di Amsterdam - Belanda.

Setelah melewati zaman Belanda dan Jepang, serta memasuki masa kemerdekaan RI, berganti nama menjadi STANS, maka pada tahun 1979 berdasarkan PERDA Provinsi Daerah Tingkat I Sumut, No. 11 tahun 1979 dengan berpedoman kepada UU No. 5 tahun 1963 tentang perusahaan daerah, maka resmi berdiri perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi, milik Provinsi Sumatera Utara atau lebih akrab dikenal dengan PDAM Tirtanadi. Setelah ditetapkan melalui Perda No. 11 tahun 1979 dan disempurnakan oleh Perda No. 25 tahun 1985 PDAM Tirtanadi semakin berkembang dan mengalami banyak perubahan serta kemajuan jumlah pelanggan.

Daerah pelayanan PDAM Tirtanadi sebagian besar meliputi Kota Medan, sebagian Kabupaten Deli Serdang, Langkat dan Tanah Karo. Pada saat ini, PDAM Tirtanadi mempunyai beberapa cabang, yaitu: Medan Sunggal, Deli Tua, Belawan, Padang Bulan, Medan Denai, Berastagi, Tuasan, Sibolangit, Sei Agul, dan Teluk Dalam-Nias. Untuk mengantisipasi permintaan air bersih oleh masyarakat dalam 5 tahun sampai 10 tahun mendatang, telah dipersiapkan dan direncanakan pembangunan Instalasi air bersih yang baru dengan kapasitas 3000 liter/detik di Belumai, Tanjung Morawa.

Upaya-upaya untuk senantiasa berusaha memenuhi permintaan masyarakat akan air bersih bertujuan untuk ikut menunjang peningkatan masyarakat dalam pembangunan ekonomi. Perwujudan pelaksanaan misi ini, perusahan selalu menjaga kualitas dari mutu produksi yang selalu menjadi perhatian utama dari pengawasan yang bertugas di setiap instalasi pengolahan air.

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi membutuhkan mesin pompa yang banyak sekali untuk keperluan proses pengolahan air minum dan


(11)

pendistribusiannya. Kebutuhan pompa sangatlah penting dan mutlak mengingat pemindahan jenis fluida dan kondisi kerja yang sangat beragam.

Pompa merupakan komponen yang sangat vital dalam menjaga kesinambungan operasi. Kegagalan komponen pompa akan berakibat fatal karena dapat menyebabkan terhentinya suatu proses. Bahkan dalam kondisi darurat, kegagalan pompa dapat menyebabkan kecelakaan yang dapat memakan korban material maupun manusia.

Mengingat pompa merupakan komponen yang sangat vital dalam suatu instalasi, maka kesinambungannya perlu dijaga setiap saat. Kegagalan suatu komponen pompa akan dapat berakibat pada berhentinya suatu proses. Untuk menghindari hal tersebut, pengoperasian dan pemeliharaan pompa harus tepat.

Pompa air merupakan suatu komponen yang digunakan untuk menghisap air dari sisi masukan/inlet dan mendorong air melalui keluaran/outlet. Air dapat terhisap dan terdorong karena putaran motor yang dilengkapi dengan sudut sehingga fluida akan tertekan secara sentrifugal. Dengan berbagai lekukan geometri, tekanan dalam fluida ini diarahkan pada sebuah keluaran pompa.

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan Tugas Sarjana ini adalah untuk mengetahui Preventive

Maintenance pada pompa sentrifugal Tipe Aquavane A250 – 320A dengan Kapasitas

160 L/S di PDAM Tirtanadi Sunggal.

1.3 Batasan Masalah

Dalam penulisan penelitian ini penulis hanya membahas tentang Preventive Maintenance dan perawatan pompa RWP (Raw Water Pump) pada bagian Impeller, Shaft, Bearing dan Packing dengan jenis pompa sentrifugal tipe Aquavane A250 – 320A dengan kapasitas 160 l/s di PDAM Tirtanadi Sunggal.

1.4 Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah mengetahui isi Tugas Sarjana ini, maka uraian dari bab dapat diringkas secara garis besar sebagai berikut :

BAB I Merupakan Pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan penulisan, batasan masalah, dan sistematika penulisan.


(12)

BAB II Merupakan Tinjauan Pustaka yang berisikan tentang Manajemen Pemeliharaan, Pompa dan Pengolahan Air Bersih.

BAB III Merupakan Metodologi Penelitian yang berisikan tentang Pengenalan Pompa.

BAB IV Merupakan Analisa Data Dan Pembahasan BAB V Merupakan Kesimpulan dan Saran


(13)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. MANAJEMEN PEMELIHARAAN 2.1.1. Manajemen

Kata manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno management, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur (Wikipedia, 2010). Menurut Robbins, Stephen dan Mary coulter, (2007) mendefenisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektief dan efisien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanbataan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorginisir, dan sesuai dengan jadwal.

2.1.1.1.Defenisi Manajemen

Manajemen berasal dari kata kerja To Manage berarti control. Dalam bahasa Indonesia dapat diartikan mengendalikan, menangani atau mengelola. Selanjutnya kata benda manajemen atau management dapat mempunyai berbagai arti. (Herusito, 2001).

Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal. Mary Parker follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjan melalui orang lain. Dalam Encylopedia of the Social Sience dikatakan bahwa manajemen adalah suatu proses dengan mana pelaksanaan suatu tujuan tertentu diselenggarakan dan diawasi.

Menurut Pangestu Subagyo, (2000) manajemen adalah tindakan untuk mencapai tujuan yang dilakukan dengan mengkoordinasi kegiatan orang lain fungsi-fungsi atau kegiatan-kegiatan manajemen yang meliputi perencanaan, staffing, koordinasi pengarahan dan pengawasan.

Kemudian pengertian manajemen menurut Pamela S. Lewis, Stephen H. Goodman dan Patricia m. Fondt (2004) dalam bukunya “management: challenges For

tomorrow’s Leaders”, yaitu : “management is the process of administering and coordinating resources effectively and efficiently in an effort to achieve the goals of organitation ”


(14)

Manajemen merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan dalam mengatur sumber daya-sumber daya yang dimilikinya agar dapat dikelola secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan perusahaan tersebut.

Sedangkan Menurut Thomas S, Batemen, Scott A, Snell, (2007) manajemen adalah proses bekerja dengan orang-orang dan sumber-sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi.

Manajemen sebagai suatu proses, melihat bagaimana cara orang untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Manajemen merupakan kerjasama dengan orang-orang untuk menentukan, menginterpretasikan dan mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (actuating), dan pengawasan (controlling) (ritha F, 2003).

Jadi, dari beberapa pendapat di atas bahwa pengertian manajemen dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah seni dalam suatu pekerjaan untuk mencapai suatu tujuan perusahaan secara efektif dan efisien dengan menggunakan sumber daya-sumber daya yang dimiliki dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (actuating), dan pengawasan (controlling). 2.1.1.2.Teori Manajemen

Menurut Kenneth E, (2003) mendefenisikan teori manajemen sebagai kelompok dalil umum yang koheren, yang digunakan sebagai prinsip untuk menerangkan praktek manajemen.

Menurut stoner, James A.F (Herujito, 2001) menguraikan gambaran dan 3 teori manajemen:

a. Teori Klasik

Teori yang berusaha meningkatkan produktivitas tenaga kerja melalui peningkatan efisiensi tenaga kerja,

b. Aliran Perilaku

Teori ini muncul akibat ketidak mampuan teori klasik menjelaskan bagaimana efisiensi produksi dan keserasian kerja dapat dicapai dalam suatu perusahaan atau organisasi,


(15)

Teori ini mencoba mendekatkan masalah manajemen dan organisasi untuk perusahaan secara umum dengan membentuk matematik yang merupakan simulasi dari masalah yang terjadi.

Menurut Griffin, (2004) dalam bukunya manajemen menyatakan teori manajemen ada 4, yaitu:

1) Teori Manajemen Ilmiah

Manajemen ilmiah, atau dalam bahasa inggris disebut scientific management, pertama kali dipopuler kan Frederick Taylor dalam bukunya yang berjudul principle

of scientific management (Griffin, 2004) mendeskripsikan manajemen ilmiah adalah

penggunaan metode ilmiah untuk menentukan cara terbaik dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Frederick Taylor mengembangkan sistem manajemen ilmiah yang ia yakini akan menjadikan angkatan kerja yang lebih efisien dan produktif.

2) Toeri Manajemen Administratif

Teori ini berfokus pada pengelolaan organisasi secara keseluruhan 3) Teori Manajemen Perilaku

Teori menekankan pada sikap dan proses perilaku individu dan kelompok-kelompok mengakui pentingnya proses perilaku di tempat kerja.

4) Teori Manajemen Kuantitatif

Teori ini berfokus pada pengambilan keputusan efektifitas ekonomi, model matematika, dan penggunaan computer atau menerapkan teknik kuantitatif ke dalam manajemen.

Dari beberapa defenisi teori manajemen diatas, peneliti menyimpulkan teori manajemen adalah teori yang digunakan untuk pengambilan keputusan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan secara ilmiah, administratif, perilaku, dan kuantitatif .

2.1.1.3.Fungsi Manajemen

Teori manajemen menyatakan bahwa manajemen memiliki beberapa fungsi. Fungsi dalam hal ini adalah sejumlah kegiatan yang meliputi berbagai jenis pekerjaan yang dapat digolongkan dalam satu kelompok sehingga membentuk suatu kesatuanadministratif (herujito, 2001).


(16)

Dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan disusunlah suatu rangkaian kegiatan yang sistematis sehingga tujuan tersebut dapat sasaran yang hendak dicapai. Karena itu, beberapa arti manajemen mengklasifikasikan fungsi manajemen berdasarkan fungsi manajemen berdasarkan sudut pandang bermacam-macam, namun pertimbangan tertib, efektif, efisiensi sebagai dasar atau prinsip manajemen tetap (Dharma S.S, 2002).

Menurut Henri Fayol seorang industrialis Prancis, menyatakan bahwa keberhasilannya mengelola sebuah perusahaan berkat sistem manajemennya. Henri Fayol menerapkan pentingnya kecermatan dalam mempraktikan perencanaan, pengorganisasian, pemberian perintah, pengkoordinasian, dan pengendalian yang efisiensi (John M et al, 2005)

Untuk mencapai tujuannya organisasi memerlukan dukungan manajemen dengan fungsinya sesuai kebutuhan. Kegiatan fungsi-fungsi manajemen diperjelas secara ringkas, yaitu (Amsyah, 2005):

1) Perencanaan (planning) adalah fungsi manajemen yang berkaitan dengan penyusunan tujuan dan menjabarkannya dalam bentuk perencanaan untuk mencapai tujuan tersebut,

2) Pengorganisasian (organizing) adalah yang berkaitan dengan pengelompokan personel dan tugasnya untuk menjalankan pekerjaan sesuai tugas dan misinya,

3) Pengaturan personel (staffing) adalah yang berkaitan dengan bimbingan dan pengaturan kerja personel. Unit masing-masing manajemen sampai pada kegiatan, seperti seleksi, penempatan, pelatihan, pengembangan dan kompensasi, sebagai bagian dari bantuan unit pada unit personalia organisasi dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM),

4) Pengarahan (directing) adalah yang berkaitan dengan kegiatan melakukan pengarahan-pengarahan, tugas-tugas, dan konstruksi,

5) Pengawasan (controlling) kegiatan yang berkaitan dengan pemeriksaan untuk menentukan apakah pelaksanaannya sudah dikerjakan sesuai dengan perencanaan, sudah sampai sejauh mana kemjuan yang dicapai, dan perencanaanyang belum mencapai kemajuan, serta melakukan koreksi bagi pelaksanaan yang belum terselasaikan.


(17)

2.1.1.4.Prinsip Manajemen

Prinsip-prinsip dalam manajemen bersifat lentur dalam arti bahwa perlu dipertimbangkan sesuai dengan kondisi-kondisi khusus dan situasi-situasi yang berubah. Menurut Henry Fayol, prinsip-prinsip umum manajemen ini terdiri dari:

a. Pembagian Kerja (Division Of Work)

Pembagian kerja disesuaikan dengan kemampuan dan keahlian sehingga pelaksanaan kerja berjalan efektif. Oleh karena itu, dalam penempatan karyawan harus menggunakan prinsip the right man in the right place. Pembagian kerja harus objektif, bukan emosional subyektif yang didasarkan atas dasar like and dislike. Pembagian kerja yang baik merupakan kunci bagi penyelenggaraan kerja. Kecerobohan dalam pembagian kerja akan berpengaruh kurang baik dan mungkin menimbulkan kegagalan dalam penyelenggaraan pekerjaan. Oleh karena itu, seorang manajer yang berpengalaman akan menempatkan pembagian kerja sebagai prinsip utama yang akan menjadi titik tolak bagi prinsip-prinsip lainnya.

b. Wewenang dan Tanggung Jawab (Authority And Responsibility)

Setiap karyawan memiliki wewenang untuk melakukan pekerjaan dan setiap wewenang diikuti pertanggung jawaban. Setiap pekerjaan harus dapat memberikan pertanggung jawaban yang sesuai dengan wewenang. Oleh karena itu, makin kecil wewenang makin kecil pula pertanggung jawaban demikian sebaliknya.

Kegagalan suatu usaha bukan disebabkan oleh karyawan, tetapi terletak pada pimpinannya yang mempunyai wewenang terbesar. Apabila manajer tidak mempunyai keahlian dan kepemimpinan, maka wewenang yang ada padanya merupakan boomerang.

c. Disiplin (Discipline)

Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap pekerjaan yang menjadi tanggung jawab. Disiplin juga erat kaitannya denga wewenang, jika wewenang tidak berjalan semestinya, maka disiplin akan hilang. Oleh karena itu, pemegang wewenang harus menanamkan terhadap dirinya sendiri sifat disiplin sehingga mempunyai tanggung jawab terhadap pekerjaan.

d. Kesatuan Perintah (Unity Of Command)

Dalam melaksanakan pekerjaan, karyawan harus memperhatikan prinsip kesatuan perintah sehingga pelaksanaan kerja dapat dijalankan dengan baik. Karyawan harus


(18)

tahu kepada siapa ia harus bertanggung jawab sesuai dengan wewenang yang diperolehnya.

e. Kesatuan Pengarahan (Unity Of Direction)

Dalam melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawabnya, karyawan perlu diarahkan menuju sasarannya. Kesatuan pengarahan bertalian erat dengan pembagian kerja. Oleh karena itu, perlu alur yang jelas dari mana karyawan mendapat wewenang untuk pelaksanaan pekerjaan dan kepada siapa ia harus mengetahui batas wewenang dan tanggung jawabnya agar tidak terjadi kesalahan. f. Mengutamakan kepentingan organisasi diatas kepentingan sendiri

Setiap karyawan harus mengabdikan kepentingan sendiri kepada kepentingan organisasi. Hal semacam itu merupakan suatu syarat yang sangat penting agar setiap kegiatan berjalan dengan lancar sehingga tujuan dapat tercapai dengan baik. Prinsip seperti ini dapat terwujud, apabila setiap karyawan merasa senang dalam bekerja sehingga memiliki disiplin yang tinggi.

g. Penggajian Pegawai

Gaji atau upah bagi karyawan merupakan kompensasi yang menentukan terwujudnya kelancaran dalam bekerja. Karyawan yang diliputi perasaan cemas dan kekurangan akan sulit berkonsentrasi terhadap tugas kewajibannya sehingga dapat mengakibatkan ketidaksempurnaan dalam bekerja. Oleh Karena itu, prinsip penggajian harus diperhatikan agar karyawan dapat bekerja dengan tenang. Sistem penggajian harus diperhitungkan agar menimbulkan kedisiplinan dan kegairahan kerja sehingga karyawan berkompetensi untuk membuat sebuah prestasi yang lebih besar. Prinsip more pay for more prestige diterapkan agar tidak menimbulkan kelesuan dalam bekerja dan tindakan tidak disiplin.

h. Pemusatan (centralization)

Pemusatan wewenang akan menimbulkan pemusatan tanggung jawab dalam suatu kegiatan. Pemusatan bukan berarti adanya kekuasaan untuk menggunkan wewenang, melainkan untuk menghindari kesimpang siuran wewenang dan tanggung jawab. Pemusatan wewenang ini juga tidak menghilangkan asa pelimpahan wewenang (delegation of authority).


(19)

Pembagian kerja menimbulkan adanya atasan dan bawahan. Bila pembagian ini mencakup area yang cukup luas akan menimbulkan hirarki. Dengan adanya hirarki ini, maka setiap karyawan akan mengetahui kepada siapa ia harus bertanggung jawab dan mendapat perintah.

j. Ketertiban (order)

Ketertiban dalam melaksanakan pekerjaan merupakan syarat utama karena pada dasarnya tidak ada orang yang bisa bekerja dalam keadaan kacau atau tegang. Ketertiban dalam suatu pekerjaan dapat terwujud jika seluruh karyawan, baik atasan maupun bawahan mempunyai disiplin yang tinggi.

k. Keadilan dan Kejujuran

Keadilan dan kejujuran merupakan salah satu syarat untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Keadilan dan kejujuran terkait dengan moral karyawan dan tidak dapat dipisahkan. Keadilan dan kejujuran harus di tegakkan mulai dari atasan memiliki wewenang yang paling besar.

l. Stabilitas kondisi karyawan

Dalam setiap kegiatan kestabilan karyawan harus dijaga sebaik-baiknya agar segala pekerjaan berjalan dengan lancar. Kestabilan karyawan terwujud karena adanya disiplin kerja yang baik dan adanya ketertiban dalam kegiatan.

m. Prakarsa (inisiative)

Prakarsa timbul dari diri seseorang yang menggunakan daya pikir. Dalam prakarsa terhimpun kehendak, perasaan, pikiran, keahlian dan pengalaman seseorang. Oleh karena itu setiap prakarsa yang datang dari karyawan harus dihargai. Prakarsa (inisiative) mengandung arti menghargai orang lain, karena itu hakikatnya manusia butuh penghargaan. Oleh karena itu, seorang manajer yang bijak akan menerima dengan senang hari prakarsa-prakarsa yang dilahirkan karyawannya.

n. Semangat kesatuan, semangat korps

Setiap karyawan harus memiliki rasa kesatuan, senasip, sepenanggungan. Sehingga menimbulkan semangat kerja sama yang baik. Semangat kesatuan akan lahir apabila setiap karyawan memiliki kesadaran bahwa setiap karyawan berarti bagi karyawan lainnya dan karyawan lain sangat dibutuhkan oleh dirinya.


(20)

Menurut Antony C, 1992 ada beberapa hal yang perlu perhatikan pada suatu perusahaan mengenai organisasi manajemen. Antara lain yaitu:

a. Struktur organisasi

Besar kecilnya suatu perusahaan sangat mempengaruhi struktur organisasi yang dipakai. Jika suatu perusahaan berkembang, strukturnya harus berubah untuk menampung perubahan yang di perlukan manajemen. Perusahaan dilihat kecil, menengah, dan besar dapat dilihat sesuai table dibawah ini.

Tabel 2.1 Ukuran Organisasi yang di lakukan di Inggris Kategori ukuran Persentase dari

semua organisasi

Jumlah total karyawan

Jumlah karyawan pemeliharaan

Kecil 94% Kurang dari 250 Kurang dari 25

Menengah 5% 250 – 1500 25 – 150

Besar < 1% Lebih 1500 Lebih dari 150

(Sumber: Antony C, 1992, Teknik Manajemen Pemeliharaan, Erlangga) b. Uraian pekerjaan

Sebuah uraian pekerjaan harus di buat atau disusun dalam bentuk yang jelas. Uraian ini harus memerinci kepad siapa dan untuk siapa pejabat tersebut bertanggung jawab, dan apakah fungsi dan tugas utamanya. Harus di jelaskan juga batas-batas wewenangnya, baik segi personalia, dan menyebutkan sampai tingkat berapa dia memperkerjakan dan memecat, jika berhak.

c. Peranan kontraktor

Beberapa manajer pemeliharaan menyatakan bahwa pekerjaan-pekerjaan dapat di lakukan dengan menggunakan jasa kontraktor luar dari pada dengan menggunakan sumber daya pemeliharaan dalam perusahaan sendiri, di karenakan lebih murah. Dan yang lain menegaskan bahwa sering tidak ada kontraktor yang bersedia membantu pemeliharaan. Dan mereka hanya mau menjamin ketika memasang mesin baru. Dengan demikian, hal-hal berikut ini harus di perhatikan waktu untuk menggunakan jasa kontraktor luar:


(21)

1) Ketika mempertimbangkan biaya apakah manajer pemeliharaan mengetahui berapa biaya dalam departemen, apakah termasuk dalam perhitungan dalam tawaran kontraktor?

2) Apakah kontraktor tersebut memiliki pengetahuan dan peralatan khusus yang tidak di miliki manajer pemeliharaan untuk melaksanakan suatu pekerjaan khusus?

3) Apakah kontraktor dapat menyediakan bahan dan tenaga kerja pada hari dan waktu tertentu, dan menjamin bisa menyelesaikan pekerjaa tersebut pada waktu hari tertentu. Atau pada waktu terjadinya kerusakan darurat.

4) Apakah penawaran biaya untuk pekerjaa tersebut cukup bersaing dengan biaya jika dikerjakan dengan karyawan dan material sendiri, kemudian apakah layak dalam suatu organisasi kecil memperkerjakan kontraktor dalam bidang jasa untuk melakukan pemeliharaan pencegahan terencana?

2.1.2. Pemeliharaan (Maintenance) 2.1.2.1.Defenisi Pemeliharaan

Pemeliharaan Mesin merupakan hal yang sering dipermasalahkan antara Bagian Pemeliharaan dan Bagian Produksi. Karena Bagian Pemeliharaan dianggap yang memboroskan biaya, sedang Bagian Produksi merasa yang merusakkan tetapi juga yang membuat uang (Soemarno, 2008). Pada umumnya sebuah produk yang dihasilkan oleh manusia, tidak ada yang tidak mungkin rusak, tetapi usia penggunaannya dapat diperpanjang dengan melakukan perbaikan yang dikenal dengan pemeliharaan. (Corder, Antony, K. Hadi, 1992). Oleh karena itu, sangat dibutuhkan kegiatan pemeliharaan yang meliputi kegiatan pemeliharaan dan perawatan mesin yang digunakan dalam proses produksi.

Kata pemeliharaan diambil dari bahasa yunani terein artinya merawat, menjaga, dan memelihara. Pemeliharaan adalah suatu kobinasi dari berbagai tindakan yang dilakukan untuk menjaga suatu barang dalam, atau memperbaikinya sampai, suatu kondisi yang bisa diterima. (Corder, Antony, K. Hadi, 1992). Untuk Pengertian Pemeliharaan lebih jelas adalah tindakan merawat mesin atau peralatan pabrik dengan memperbaharui umur masa pakai dan kegagalan/kerusakan mesin. (Setiawan F.D, 2008).

Menurut Jay Heizer dan Barry Render, (2001) dalam bukunya “operations


(22)

equipment in working order”. Artinya: pemeliharaan adalah segala kegiatan yang

didalamnya adalah untuk menjaga sistem peralatan agar pekerjaan dapat sesuai dengan pesanan.

Menurut M.S Sehwarat dan J.S Narang, (2001) dalam bukunya “Production

Management” pemeliharaan (maintenance) adalah sebuah pekerjaan yang dilakukan

secara berurutan untuk menjaga atau memperbaiki fasilitas yang ada sehingga sesuai dengan standar (sesuai dengan standar fungsional dan kualitas).

Menurut Sofjan Assauri (2004) pemeliharaan adalah kegiatan untuk memelihara atau menjaga fasilitas/peralatan pabrik dan mengadakan perbaikan atau penyesuaian/penggantian yang diperlukan agar supaya terdapat suatu keadaan operasi produksi yang memuaskan sesuai dengan apa yang direncanakan.

Sedangkan menurut Manahan P. Tampubolon, (2004), Pemeliharaan merupakan semua aktivitas termasuk menjaga peralatan dan mesin selalu dapat melaksanakan pesanan pekerjaan.

Dari beberapa pendapat di atas bahwa dapat disimpulkan bahwa kegiatan pemeliharaan dilakukan untuk merawat ataupun memperbaiki peralatan perusahaan agar dapat melaksanakan produksi dengan efektif dan efisien sesuai dengan pesanan yang telah direncanakan dengan hasil produk yang berkualitas.

Gambar 2.1 konsep strategi pemeliharaan dan Reliability yang baik membutuhkan karyawan dan prosedur yang baik

(Sumber: Jay Heizer and Barry Render (2001), operation management, practice hall,

sixth edition)


(23)

Suatu kalimat yang perlu diketahui oleh orang pemeliharaan dan bagian lainnya bagi suatu pabrik adalah pemeliharaan (maintenance) murah sedangkan perbaikan (repair) mahal. (Setiawan F.D, 2008).

Menurut Daryus A, (2008) dalam bukunya manajemen pemeliharaan mesin Tujuan pemeliharaan yang utama dapat didefenisikan sebagai berikut:

1. Untuk memperpanjang kegunaan asset,

2. Untuk menjamin ketersediaan optimum peralatan yang dipasang untuk produksi dan mendapatkan laba investasi maksimum yang mungkin,

3. Untuk menjamin kesiapan operasional dari seluruh peralatan yang diperlukan dalam keadaan darurat setiap waktu,

4. Untuk menjamin keselamatan orang yang menggunakan sarana tersebut. Sedangkan Menurut Sofyan Assauri, 2004, tujuan pemeliharaan yaitu:

1. Kemampuan produksi dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan rencana produksi,

2. Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat untuk memenuhi apa yang dibutuhkan oleh produk itu sendiri dan kegiatan produksi yang tidak terganggu,

3. Untuk membantu mengurangi pemakaian dan penyimpangan yang di luar batas dan menjaga modal yang di investasikan tersebut,

4. Untuk mencapai tingkat biaya pemeliharaan serendah mungkin, dengan melaksanakan kegiatan pemeliharaan secara efektif dan efisien,

5. Menghindari kegiatan pemeliharaan yang dapat membahayakan keselamatan para pekerja,

6. Mengadakan suatu kerja sama yang erat dengan fungsi-fungsi utama lainnya dari suatu perusahaan dalam rangka untuk mencapai tujuan utama perusahaan yaitu tingkat keuntungan (return on investment) yang sebaik mungkin dan total biaya yang terendah.

2.1.2.3.Fungsi pemeliharaan

Menurut pendapat Agus Ahyari, (2002) fungsi pemeliharaan adalah agar dapat memperpanjang umur ekonomis dari mesin dan peralatan produksi yang ada serta mengusahakan agar mesin dan peralatan produksi tersebut selalu dalam keadaan optimal dan siap pakai untuk pelaksanaan proses produksi.


(24)

Keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh dengan adanya pemeliharaan yang baik terhadap mesin, adalah sebagai berikut (Agus Ahyari, 2002):

a. Mesin dan peralatan produksi yang ada dalam perusahaan yang bersangkutan akan dapat dipergunakan dalam jangka waktu panjang,

b. Pelaksanaan proses produksi dalam perusahaan yang bersangkutan berjalan dengan lancar,

c. Dapat menghindarkan diri atau dapat menekan sekecil mungkin terdapatnya kemungkinan kerusakan-kerusakan berat dari mesin dan peralatan produksi selama proses produksi berjalan,

d. Peralatan produksi yang digunakan dapat berjalan stabil dan baik, maka proses dan pengendalian kualitas proses harus dilaksanakan dengan baik pula,

e. Dapat dihindarkannya kerusakan-kerusakan total dari mesin dan peralatan produksi yang digunakn,

f. Apabila mesin dan peralatan produksi berjalan dengan baik, maka penyerapan bahan baku dapat berjalan normal,

g. Dengan adanya kelancaran penggunaan mesin dan peralatan produksi dalam perusahaan, maka pembebanan mesin dan peralatan produksi yang ada semakin baik.

2.1.2.4.Kegiatan-kegiatan pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan dalam suatu perusahaan menurut Manahan P. Tampubolon, 2004 meliputi berbagai kegiatan sebagai berikut:

1) Inspeksi (inspection)

Kegiatan ispeksi meliputi kegiatan pengecekan atau pemeriksaan secara berkala dimana maksud kegiatan ini adalah untuk mengetahui apakah perusahaan selalu mempunyai peralatan atau fasilitas produksi yang baik untuk menjamin kelancaran proses produksi. Sehingga jika terjadinya kerusakan, maka segera diadakan perbaikan-perbaikan yang diperlukan sesuai dengan laporan hasil inspeksi, adan berusaha untuk mencegah sebab-sebab timbulnya kerusakan dengan melihat sebab-sebab kerusakan yang diperoleh dari hasil inspeksi.

2) Kegiatan teknik (Engineering)

Kegiatan ini meliputi kegiatan percobaan atas peralatan yang baru dibeli, dan kegiatan-kegiatan pengembangan peralatan yang perlu diganti, serta melakukan


(25)

penelitian-penelitian terhadap kemungkinan pengembangan tersebut. Dalam kegiatan inilah dilihat kemampuan untuk mengadakan perubahan-perubahan dan perbaikan-perbaikan bagi perluasan dan kemajuan dari fasilitas atau peralatan perusahaan. Oleh karena itu kegiatan teknik ini sangat diperlukan terutama apabila dalam perbaikan mesin-mesin yang rusak tidak di dapatkan atau diperoleh komponen yang sama dengan yang dibutuhkan.

3) Kegiatan produksi (Production)

Kegiatan ini merupakan kegiatan pemeliharaan yang sebenarnya, yaitu memperbaiki dan meresparasi mesin-mesin dan peralatan. Secara fisik, melaksanakan pekerjaan yang disarakan atau yang diusulkan dalam kegiatan inspeksi dan teknik, melaksankan kegiatan service dan perminyakan (lubrication). Kegiatan produksi ini dimaksudkan untuk itu diperlukan usaha-usaha perbaikan segera jika terdapat kerusakan pada peralatan.

4) Kegiatan administrasi (Clerical Work)

Pekerjaan administrasi ini merupakan kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan-pencatatan mengenai biaya-biaya yang terjadi dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan pemeliharaan dan biaya-biaya yang berhubungan dengan kegiatan pemeliharaan, komponen (spareparts) yang di butuhkan, laporan kemajuan (progress

report) tentang apa yang telah dikerjakan. waktu dilakukannya inspeksi dan perbaikan,

serta lamanya perbaikan tersebut, komponen (spareparts) yag tersedia di bagian pemiliharaan. Jadi dalam pencatatan ini termasuk penyusunan planning dan scheduling, yaitu rencana kapan suatu mesin harus dicek atau diperiksa, diminyaki atau di service dan di resparasi.

5) Pemeliharaan Bangunan (housekeeping)

Kegiatan ini merupakan kegiatan untuk menjaga agar bangunan gedung tetap terpelihara dan terjamin kebersihannya.

2.1.2.5. Masalah Efisiensi Pada Pemeliharaan

Menurut Manahan P. Tampubolon, 2004 dan Sofyan Assauri, 2004. Dalam melaksanakan kegiatan pemeliharaan terdapat 2 persoalan yang dihadapi oleh suatu perusahaan yaitu persoalan teknis dan persoalan ekonomis.


(26)

a. Persoalan teknis

Dalam kegiatan pemeliharaan suatu perusahaan merupakan persoalan yang menyangkut usaha-usaha untuk menghilangkan kemungkinan–kemungkinan yang menimbulkan kemacetan yang disebabkan karena kondisi fasilitas produksi yang tidak baik. Tujuan untuk mengatasi persoalan teknis ini adalah untuk dapat menjaga atau menjamin agar produksi perusahaan dapat berjalan dengan lancar. Maka dalam persoalan teknis perlu diperhatikan hal-hal berikut:

1) Tindakan apa yang harus dilakukan untuk memelihara atau merawat peralatan yang ada, dan untuk memperbaiki atau meresparasi mesin-mesin atau peralatan yang rusak,

2) Alat-alat atau komponen-komponen apa yang dibutuhkan dan harus disediakan agar tindakan-tindakan pada bagian pertama diatas dapat dilakukan.

Jadi, dalam persoalan teknis ini adalah bagaimana cara perusahaan agar dapat mencegah ataupun mengatasi kerusakan mesin yang mungkin saja dapat terjadi, sehingga dapat mengganggu kelancaran proses produksi.

b. Persoalan ekonomis

Dalam melaksanakan kegiatan pemeliharaan disamping persoalaan teknis, ditemui pula persoalan ekonomis. Persoalan ini menyangkut bagaimana usaha yang harus dilakukan agar kegiatan pemeliharaan yang dibutuhkan secar tekis dapat dilakukan secar efisien. Jadi yang ditekankan pada persoalan ekonomis adalah bagaimana melakukan kegiatan pemeliharaan agar efisien, dengan memperhatikan besarnya biaya yang terjadi dan tentunya alternative tindakan yang dipilih untuk dilaksanakan adalah yang menguntungkan perusahaan. Adapun biaya-biaya yang terdapat dalam kegiatan pemeliharaan adalah biaya-biaya pengecekan, biaya penyetelan, biaya service, biaya penyesuaian, dan biaya perbaikan atau resparasi. Perbandingan biaya yang perlu dilakukan antara lain untuk menentukan:

1) Pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance) atau pemeliharaan korektif (Corrective maintenance) saja. Dalam hal ini biaya-biaya yang perlu diperbandingkan adalah:

a) Jumlah biaya-biaya perbaikan yang diperlukan akibat kerusakan yang terjadi karena tidak adanya pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance), dengan jumlah biaya-biaya pemeliharaan dan perbaikan yang diperlukan akibat


(27)

kerusakan yang terjadi walaupun telah diadakan pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance), dalam jangka waktu tertentu.

b) Jumlah biaya-biaya pemeliharaan dan perbaikan yang akan dilakukan terhadap suatu peralatan dengan harga peralatan tersebut,

c) Jumlah biaya-biaya pemeliharaan dan perbaikan yang dibutuhkan oleh suatu peralatan dengan jumlah kerugian yang akan di hadapi apabila peralatan tersebut rusak dalam operasi produksi,

2) Peralatan yang rusak diperbaiki dalam perusahaan atau di luar perusahaan. Dalam hal ini biaya-biaya yang perlu diperbandingkan adalah jumlah biaya yang akan dikeluarkan untuk memperbaiki peralatan tersebut di bengkel perusahan sendiri dengan jumlah biaya perbaikan tersebut di bengkel perusahaan lain. Disamping perbandingan kualitas dan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk pengerjaannya, 3) Peralatan yang rusak diperbaiki atau diganti. Dalam hal ini biaya-biaya perlu

diperbandingkan adalah:

a) Jumlah biaya perbaikan dengan harga pasar atau nilai dari peralatan tersebut, b) Jumlah biaya perbaikan dengan harga peralatan yang sama di pasar.

Dari keterangan di atas, dapatlah diketahui bahwa walaupun secara teknis pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance) penting dan perlu dilakukan untuk menjamin bekerjanya suatu mesin atau peralatan. Akan tetapi secara ekonomis belum tentu selamanya pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance) yang terbaik dan perlu diadakan untuk setiap mesin atau peralatan. Hal ini karena dalam menentukan mana yang terbaik secara ekonomis. Apakah pemeliharaan pencegahan (preventive

maintenance) ataukah pemeliharaan korektif (Corrective Maintenance) saja. Harus

dilihat faktor-faktor dan jumlah biaya yang akan terjadi.

Disamping itu harus pula dilihat, apakah mesin atau peralatan itu merupakan

strategic point atau critical unit dalam proses produksi ataukah tidak, jika mesin atau

peralatan tersebut merupakan strategic point atau critical unit, maka sebaiknya di adakan pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance) untuk mesin atau peralatan itu. Hal ini dikarenakan apabila terjadi kerusakan yang tidak dapat diperkirakan, maka akan mengganggu seluruh rencana produksi.


(28)

2.1.2.6.Jenis-jenis Pemeliharaan

Secara umum, ditinjau dari saat pelaksanaan Pekerjaan pemeliharaan dikategorikan dalam dua cara, yaitu Corder, Antony, K. Hadi, (1992):

1. Pemeliharaan terencana (planned maintenance) 2. Pemeliharaan tak terencana (unplanned maintenance)

1) Pemeliharaan terencana (planned maintenance)

Pemeliharaan terencana adalah pemeliharaan yang dilakukan secara terorginir untuk mengantisipasi kerusakan peralatan di waktu yang akan datang, pengendalian dan pencatatan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. (Corder, Antony, K. Hadi, 1992).

Menurut Corder, Antony, K. Hadi, (1992) Pemeliharaan terencana dibagi menjadi dua aktivitas utama yaitu:

a. Pemeliharaan pencegahan (Preventive Maintenance)

Pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance) adalah inspeksi periodik untuk mendeteksi kondisi yang mungkin menyebabkan produksi berhenti atau berkurangnya fungsi mesin dikombinasikan dengan pemeliharaan untuk menghilangkan, mengendalikan, kondisi tersebut dan mengembalikan mesin ke kondisi semula atau dengan kata lain deteksi dan penanganan diri kondisi abnormal mesin sebelum kondisi tersebut menyebabkan cacat atau kerugian. (Setiawan F.D, 2008).

Menurut Jay Heizer dan Barry Render, (2001) dalam bukunya “Operations

Management” preventive maintenance adalah : “A plan that involves routine inspections, servicing, and keeping facilities in good repair to prevent failure”. Artinya preventive maintenance adalah sebuah perencanaan yang memerlukan inspeksi rutin, pemeliharaan

dan menjaga agar fasilitas dalam keadaan baik sehingga tidak terjadi kerusakan di masa yang akan datang. Ruang lingkup pekerjaan preventive termasuk: inspeksi, perbaikan kecil, pelumasan dan penyetelan, sehingga peralatan atau mesin-mesin selama beroperasi terhindar dari kerusakan. (Daryus A, 2007).

Menurut Dhillon B.S, (2006) dalam bukunya “maintainability, maintenance, and

reliability for engineers” ada 7 elemen dari pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance) yaitu:


(29)

1) Inspeksi: memeriksa secara berkala (periodic) bagian-bagian tertentu untuk dapat dipakai dengan membandingkan fisiknya, mesin, listrik, dan karakteristik lain untuk standar yang pasti,

2) Kalibrasi: mendeteksi dan menyesuaikan setiap perbedaan dalam akurasi untuk material atau parameter perbandingan untuk standar yang pasti,

3) Pengujian: pengujian secara berkala (periodic) untuk dapat menentukan pemakaian dan mendeteksi kerusakan mesin dan listrik,

4) Penyesuaian: membuat penyesuaian secara periodik untuk unsur variabel tertentu untuk mencapai kinerja yang optimal,

5) Servicing: pelumasan secara periodik, pengisian, pembersihan, dan seterusnya,

bahan atau barang untuk mencegah terjadinya dari kegagalan baru jadi,

6) Instalasi: mengganti secara berkala batas pemakaian barang atau siklus waktu pemakaian atau memakai untuk mempertahankan tingkat toleransi yang ditentukan, 7) Alignment: membuat perubahan salah satu barang yang ditentukan elemen variabel

untuk mencapai kinerja yang optimal.

b. Pemeliharaan korektif (Corrective Maintenance)

Pemeliharaan secara korektif (corrective maintenance) adalah pemeliharaan yang dilakukan secara berulang atau pemeliharaan yang dilakukan untuk memperbaiki suatu bagian (termasuk penyetelan dan reparasi) yang telah terhenti untuk memenuhi suatu kondisi yang bisa diterima. (Corder, Antony, K. Hadi, 1992). Pemeliharaan ini meliputi reparasi minor, terutama untuk rencana jangka pendek, yang mungkin timbul diantara pemeriksaan, juga overhaul terencana.

Menurut Jay Heizer dan Barry Reder, 2001 pemeliharaan korektif (Corrective

Maintenance) adalah : “Remedial maintenance that occurs when equipment fails and must be repaired on an emergency or priority basis”. Pemeliharaan ulang yang terjadi

akibat peralatan yang rusak dan harus segera diperbaiki karena keadaan darurat atau karena merupakan sebuah prioritas utama.

Menurut Dhillon B.S, (2006) Biasanya, pemeliharaan korektif (Corrective

Maintenance) adalah pemeliharaan yang tidak direncanakan, tindakan yang memerlukan

perhatian lebih yang harus ditambahkan, terintegrasi, atau menggantikan pekerjaan telah dijadwalkan sebelumnya.


(30)

Dengan demikian, dalam pemeliharaan terencana yang harus diperhatikan adalah jadwal operasi pabrik, perencanaan pemeliharaan, sasaran perencanaan pemeliharaan, faktor-faktor yang diperhatikan dalam perencanaan pekerjaan pemeliharaan, sistem organisasi untuk perencanaan yang efektif, dan estimasi pekerjaan. ( Daryus A, 2007). Jadi, pemeliharaan terencana merupakan pemakaian yang paling tepat mengurangi keadaan darurat dan waktu nganggur mesin. Adapun keuntungan lainya yaitu:

a. Pengurangan pemeliharaan darurat, b. Pengurangan waktu nganggur,

c. Menaikkan ketersediaan (availability) untuk produksi

d. Meningkatkan penggunaan tenaga kerja untuk pemeliharaan dan produksi, e. Memperpanjang waktu antara overhaul

f. Pengurangan penggantian suku cadang, membantu pengendalian sediaan, g. Meningkatkan efisiensi mesin,

h. Memberikan pengendalian anggaran dan biaya yang bisa diandalkan, i. Memberikan informasi untuk pertimbangan penggantian mesin.

2) Pemeliharaan tak terencana (unplanned maintenance)

Pemeliharaan tak terencana adalah yaitu pemeliharaan darurat, yang didefenisikan sebagai pemeliharaan dimana perlu segera dilaksanakan tindakan untuk mencegah akibat yang serius, misalnya hilangnya produksi, kerusakan besar pada peralatan, atau untuk keselamatan kerja. (Corder, Antony, K. Hadi, 1992).

Pada umumya sistem pemeliharaan merupakan metode tak terencana, dimana peralatan yang digunakan dibiarkan atau tanpa disengaja rusak hingga akhirnya, peralatan tersebut akan digunakan kembali maka diperlukannya perbaikan atau pemeliharaan.

Secara skematik dapat dilihat sesuai diagram alir proses suatu perusahaan untuk sistem pemeliharaan dibawah ini.


(31)

Gambar 2.2 Diagram alir dari pembagian pemeliharaan

(Sumber: Teknik Manajemen Pemeliharaan, Antony Corder (1992), Erlangga)

Menurut Daryus A, (2007) dalam bukunya Manajemen pemeliharaan mesin membagi pemeliharaan menjadi:

1) Pemeliharaan pencegahan (Preventive Maintenance)

Pemeliharaan pencegahan adalah pemeliharaan yang dibertujuan untuk mencegah terjadinya kerusakan, atau cara pemeliharaan yang direncanakan untuk pencegahan. 2) Pemeliharaan korektif (Corrective Maintenance)

Pemeliharaan korektif adalah pekerjaan pemeliharaan yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi fasilitas/peralatan sehingga mencapai standar yang dapat di terima. Dalam perbaikan dapat dilakukan peningkatan-peningkatan sedemikian rupa, seperti melakukan perubahan atau modifikasi rancangan agar peralatan menjadi lebih baik.

3) Pemeliharaan berjalan (Running Maintenance)

Pemeliharaan berjalan dilakukan ketika fasilitas atau peralatan dalam keadaan bekerja. Pemeliharan berjalan diterapkan pada peralatan-peralatan yang harus beroperasi terus dalam melayani proses produksi.


(32)

4) Pemeliharaan prediktif (Predictive Maintenance)

Pemeliharaan prediktif ini dilakukan untuk mengetahui terjadinya perubahan atau kelainan dalam kondisi fisik maupun fungsi dari system peralatan. Biasanya pemeliharaan prediktif dilakukan dengan bantuan panca indra atau alat-alat monitor yang canggih.

5) Pemeliharaan setelah terjadi kerusakan (Breakdown Maintenance)

Pekerjaan pemeliharaan ini dilakukan ketika terjadinya kerusakan pada peralatan, dan untuk memperbaikinya harus disiapkan suku cadang, alat-alat dan tenaga kerjanya.

6) Pemeliharaan Darurat (Emergency Maintenance)

Pemeliharan darurat adalah pekerjaan pemeliharaan yang harus segera dilakukan karena terjadi kemacetan atau kerusakan yang tidak terduga.

7) Pemeliharaan berhenti (shutdown maintenance)

Pemeliharaan berhenti adalah pemeliharaan yang hanya dilakukan selama mesin tersebut berhenti beroperasi.

8) Pemeliharaan rutin (routine maintenance)

Pemeliharaan rutin adalah pemeliharaan yang dilaksanakan secara rutin atau terus-menerus.

9) Design out maintenance adalah merancang ulang peralatan untuk menghilangkan

sumber penyebab kegagalan dan menghasilkan model kegagalan yang tidak lagi atau lebih sedikit membutuhkan maintenance.

2.1.2.7.Hubungan antara Preventive Maintenance dan Predictive Maintenance

a. Preventive Maintenance

Adalah metode untuk melakukan pencegahan kerusakan peralatan/mesin dengan melakukan penggantian parts secara berkala berdasarkan waktu penggunaan dan melakukan perawatan ringan serta inspeksi untuk mengetahui keadaan peralatan/mesin yang terkini.

Contoh :

Membersihkan, memeriksa, melumasi, pengencangan baut, inspeksi berkala, restorasi periodik dan small over haul


(33)

Adalah metode untuk melakukan perawatan dengan mengganti parts berdasarkan prediksi dengan menggunakan alat bantu. Maksudnya adalah jika metoda preventive hanya berdasarkan jadwal, maka metoda predictive berdasarkan hasil dari pengukuran. Metoda ini bisa juga dengan menggunakan panca indera, contohnya dalam pemeriksaan

bearing dapat dibedakan dari suara yang dihasilkan. Atau pemerikasaan temperatur,

dengan menyentuhnya kita dapat merasakan perbedaan atau kelainan peralatan tersebut. Bila dengan menggunakan alat bantu, kita harus mempunyai parameter yang bisa didapat dari manual book atau dari study sendiri kemudian dibandingkan dengan hasil pengukuran. Perlu diterapkan bahwa setiap selesai mengukur, catatlah tanggal pengukuran agar kita mendapatkan suatu frekuensi akan kelayakan parts dari peralatan kita untuk memudahkan memprediksikannya dikemudian hari.

Contoh alat bantu ukur yaitu :

• Tachometer, untuk mengukur putaran • Thermometer, untuk mengukur suhu • Ampermeter, untuk mengukur amper

• Vibrameter, untuk mengukur getaran pada bearing motor • Desiblemeter, untuk mengukur suara

• Dll. .

2.1.2.8.Hubungan Pemeliharaan Dengan Proses Produksi

Pemeliharaan menyangkut juga terhadap proses produksi sehari-hari dalam menjaga agar seluruh fasilitas dan peralatan perusahaan tetap berada pada kondisi yang baik dan siap selalu untuk digunakan. Kegiatan hendaknya tidak mengganggu jadwal produksi.

Menurut Sofjan Assauri (2004) agar proses produksi berjalan dengan lancer, maka kegiatan pemeliharaan yang harus dijaga dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Menambah jumlah peralatan dan perbaikan para pekerja bagian pemeliharaan, dengan demikian akan di dapat waktu rata-rata kerusakan dari mesin yang lebih kecil,

2) Menggunakan pemeliharaan pencegahan, karena dengan cara ini dapat mengganti parts yang sudah dalam keadaan kritis sebelum rusak,


(34)

3) Diadakannya suatu cadangan di dalam suatu system produksi pada tingkat kritis, sehingga mempunyai suatu tempat parallel apabila terjadi kerusakan mendadak. Dengan adanya suku cadangan ini, tentu akan berarti adanya kelebihan kapasitas terutama untuk tingkat kritis tersebut, sehingga jika ada mesin yang mengalami kerusakan, perusahaan dapat berjalan terus tanpa menimbulkan adanya kerugian karena mesin-mesin menganggur,

4) Usaha-usaha untuk menjadikan para pekerja di bidang pemeliharaan ini sebagai suatu komponen dari mesin-mesin yang ada, dan untuk menjadikan mesin tersebut sebagai suatu komponen dari suatu system produksi secara keseluruhan, 5) Mengadakan percobaan untuk menghubungkan tingkat-tingkat system produksi

lebih cermat dengan cara mengadakan suatu persediaan cadangan diantara berbagai tingkat produksi yang ada, sehingga terdapat keadaan dimana masing-masing tingkat tersebut tidak akan sangat tergantung dari tingkat sebelumnya.

2.1.2.9. Hubungan Kegiatan Pemeliharaan Dengan Biaya

Tujuan utama manajemen produksi adalah mengelola penggunaan sumber daya berupa faktor-faktor produksi yang tersedia baik berupa bahan baku, tenaga kerja, mesin dan fasilitas produksi agar proses produksi berjalan dengan efektif dan efisien. Pada saat ini perusahaan-perusahaan yang melakukan kegiatan pemeliharaan harus mengeluarkan biaya pemeliharaan yang tidak sedikit.

Menurut Mulyadi (1999) dalam bukunya akuntansi biaya, biaya dari barang yang diproduksi terdiri dari:

a. Direct Material Used (biaya bahan baku langsung yang digunakan),

b. Direct manufacturing Labor (biaya tenaga kerja langsung),

c. Manufacturing Overhead (biaya overhead pabrik).

Permasalahan yang sering dihadapi seorang manajer produksi adalah bagaimana menentukan untuk melakukan kebijakan pemeliharaan baik untuk pencegahan maupun setelah terjadinya kerusakan, dari kebijakan itulah nantinya akan mempengaruhi terhadap pembiayaan. Oleh karena itu, seorang manajer produksi harus mengetahui hubungan kebijakan pemeliharaan dengan biaya yang ditimbulkan sehingga tidak salah


(35)

dalam mengambil kebijakan tentang pemeliharaan. Dibawah ini diperlihatkan hubungan biaya pemeliharaan pencegahan dan breakdown dengan total biaya.

(a)

(b)

Gambar 2.3 Hubungan Preventive Maintenance dan Breakdown Maintenance dengan biaya. (a) Traditional View Maintenance, (b) Full Cost View of Maintenance (Sumber: Jay Heizer and Barry Render (2001), Operation Management, Prentice Hall,

sixt Edition)

Dengan demikian metode yang digunakan untuk memelihara mesin dalam perusahaan adalah metode probabilitas untuk menganalisa biaya. Menurut Hani Handoko T, (1997) Langkah-langkah perhitungan biaya pemeliharaan adalah:

a. Menghitung rata-rata umur mesin sebelum rusak atau rata-rata mesin hidup dengan cara:

Rata-rata mesin hidup = ∑ (bulan sampai terjadinya kerusakan setelah perbaikan X probabilitas terjadinya kerusakan)


(36)

b. Menghitung biaya yang dikeluarkan jika melaksanakan kebijakan pemeliharaan

breakdown:

TCr = Keterangan:

TCr = biaya bulanan total kebiakan Breakdown NC2 = biaya perbaikan mesin

= jumlah bulan yang diperkirakan antara kerusakan

c. Menghitung biaya yang dikeluarkan jika melaksanakan kebijakan pemeliharaan preventive:

Untuk menentukan biaya pemeliharaan preventive meliputi pemeliharaan setiap satu bulan, dua bulan, tiga bulan dan seterusnya, harus dihitung perkiraan jumlah kerusakan mesin dalam suatu periode.

Rumusnya adalah:

Bn = N

+ B

(n-1)

P

1

+ B

(n-2)

P

2

+ B

(n-3)

P

3

+ B

1

P

(n-1)

Keterangan:

Bn = perkiraan jumlah kerusakan mesin dalam n bulan, N = jumlah Mesin,

Pn = Probabilitas mesin rusak dalam periode n.

2.1.2.10. Manajemen Pemeliharaan

Manajemen Pemeliharaan adalah pendekatan yang teratur dan sistematis untuk perencanaan, pengorganisasian, monitoring dan evaluasi kegiatan pemeliharaan dan biaya. Sebuah sistem manajemen pemeliharaan yang baik digabungkan dengan pengetahuan dan staf pemeliharaan mampu dapat mencegah masalah-masalah kesehatan dan keselamatan dan kerusakan lingkungan; menghasilkan aset lagi hidup dengan lebih sedikit gangguan dan mengakibatkan biaya operasi yang lebih rendah dan kualitas hidup yang lebih tinggi. (Yee J, 2000).


(37)

Manajemen pemeliharaan adalah jenis strategi pemeliharaan, pemeliharaan terencana dan tidak terencana, kerusakan, pencegahan dan pemeliharaan prediktif. Perbandingan keuntungan dan kerugian. Keterbatasan, jadwal pemeliharaan, manajemen penghematan bahan, mengontrol daftar barang-barang, dan organisasi departemen pemeliharaan.

Menurut Mobley, (2002) metode pelaksanaan dari manajemen pemeliharaan ada dua jenis. Yaitu:

a) Run-to-failure,

Adalah manajemen teknik pengaktifan kembali yang menunggu mesin atau peralatan rusak sebelum diambil tindakan pemeliharaan, yang mana sebenarnya adalah “nomaintenance”. Metode ini merupakan manajemen pemeliharaan yang paling mahal. Metode reaktif ini memaksa departemen manajemen pemeliharaan untuk mempertahankan persediaan suku cadang yang banyak yang mencakup seluruh komponen utama peralatan penting pabrik.

b) Preventive Maintenance

Ada banyak defenisi pemeliharaan preventive, tetapi semua program manajemen pemeliharaan preventive adalah dijalankan berdasarkan waktu. Dengan kata lain tugas-tugas pemeliharaan berlalu berdasarkan pada jam operasi. Dalam manajemen pemeliharaan preventive, perbaikan mesin dijadwalkan berdasarkan pada statistik waktu rata-rata kerusakan (MTTF). Dapat dilihat siklus MTTF dibawah ini.


(38)

Sedangkan Menurut Dhillon B.S, (2006) menyebutkan bahwa ada enam prinsip-prinsip penting manajemen pemeliharaan. Yaitu:

1) Hubungan layanan pelanggan adalah dasar dari organisasi pemeliharaan yang efektif,

2) Produktivitas maksimum terjadi ketika masing-masing karyawan dalam sebuah organisasi memiliki tugas yang ditetapkan untuk melaksanakan secara bentuk definitive dan waktu yang pasti,

3) Pengukuran sebelum datang pengawas. Maksudnya adalah ketika seseorang diberikan sebuah tugas yang harus dilakukan dengan menggunakan metode yang efektif dalam jangka waktu tertentu, ia menjadi sadar secara otomatis penuh harapan,

4) Pengawasan pekerjaan tergantung pada yang pasti, tanggung jawab individu untuk semua tugas perintah kerja selama rentang hidup. Sebuah tanggung jawab departemen pemeliharaan adalah untuk mengembangkan, menerapkan, dan memberikan dukungan operasi yang sesuai untuk perencanaan dan penjadwalan pekerjaan pemeliharaan,

5) Semua jadwal terkontrol secara efektif. Sesuai jadwal pada interval titik control sehingga semua masalah terdeteksi, dalam waktu dan jadwal penyelesaian pekerjaan tidak tertunda,

6) Ukuran optimal kru adalah jumlah minimum yang dapat melaksanakan tugas yang diberikan dengan cara yang efektif.

2.2. Pompa Sentrifugal

2.2.1. Prinsip Kerja Pompa Sentrifugal

Prinsip kerja pompa sentrifugal ialah sebagai berikut:

a. gaya sentrifugal bekerja pada impeller untuk mendorong fluida ke sisi luar sehingga kecepatan fluida meningkat

b. kecepatan fluida yang tinggi diubah oleh casing pompa (volute atau diffuser) menjadi tekanan atau head.

2.2.2. Klasifikasi Pompa Sentrifugal

Pompa sentrifugal diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria, antara lain: a. Kapasitas :


(39)

1) Kapasitas rendah : < 20 m3 / jam 2) Kapasitas menengah : 20-60 m3 / jam 3) Kapasitas tinggi : > 60 m3 / jam b. Tekanan Discharge :

1) Tekanan Rendah : < 5 Kg / cm2 2) Tekanan menengah : 5 - 50 Kg / cm2 3) Tekanan tinggi : > 50 Kg / cm2 c. Jumlah / Susunan Impeller dan Tingkat :

1) Single stage : Terdiri dari satu impeller dan satu casing.

2) Multi stage : Terdiri dari beberapa impeller yang tersusun seri dalam satu casing.

3) Multi Impeller : Terdiri dari beberapa impeller yang tersusun paralel dalam satu

casing.

4) Multi Impeller – Multi stage : Kombinasi multi impeller dan multi stage. d. Posisi Poros :

1) Poros tegak 2) Poros mendatar e. Jumlah Suction :

1) Single Suction 2) Double Suction

f. Arah aliran keluar impeller : 1) Radial flow

2) Axial flow 3) Mixed fllow

2.2.3 Bagian-Bagian Utama Pompa Sentrifugal

Secara umum bagian-bagian utama pompa sentrifugal dapat dilihat seperti gambar berikut:


(40)

Gambar 2.5. Bagian-bagian utama pompa sentrifugal A. Stuffing Box

Stuffing Box berfungsi untuk mencegah kebocoran pada daerah dimana poros

pompa menembus casing. B. Packing

Digunakan untuk mencegah dan mengurangi bocoran cairan dari casing pompa melalui poros. Biasanya terbuat dari asbes atau teflon.

C. Shaft

Shaft (poros) berfungsi untuk meneruskan momen puntir dari penggerak selama

beroperasi dan tempat kedudukan impeller dan bagian-bagian berputar lainnya. D. Shaft sleeve

Shaft sleeve berfungsi untuk melindungi poros dari erosi, korosi dan keausan pada stuffing box. Pada pompa multi stage dapat sebagai leakage joint, internal

bearing dan interstage atau distance sleever.

E. Vane

Sudut dari impeller sebagai tempat berlalunya cairan pada impeller. F. Casing

Merupakan bagian paling luar dari pompa yang berfungsi sebagai pelindung elemen yang berputar, tempat kedudukan diffusor (guide vane), inlet dan outlet

nozzel serta tempat memberikan arah aliran dari impeller dan mengkonversikan

energi kecepatan cairan menjadi energi dinamis (single stage). G. Eye of Impeller


(41)

H. Impeller

Impeller berfungsi untuk mengubah energi mekanis dari pompa menjadi energi

kecepatan pada cairan yang dipompakan secara kontinyu, sehingga cairan pada sisi isap secara terus menerus akan masuk mengisi kekosongan akibat perpindahan dari cairan yang masuk sebelumnya.

I. Wearing Ring

Wearing ring berfungsi untuk memperkecil kebocoran cairan yang melewati

bagian depan impeller maupun bagian belakang impeller, dengan cara memperkecil celah antara casing dengan impeller.

J. Bearing

Bearing (bantalan) berfungsi untuk menumpu dan menahan beban dari poros agar

dapat berputar, baik berupa beban radial maupun beban axial. Bearing juga memungkinkan poros untuk dapat berputar dengan lancar dan tetap pada tempatnya, sehingga kerugian gesek menjadi kecil.

2.2.4. Kavitasi

Kavitasi adalah peristiwa terbentuknya gelembung-gelembung uap di dalam cairan yang terjadi akibat turunnya tekanan cairan sampai di bawah tekanan uap jenuh cairan pada suhu operasi pompa. Gelembung uap yang terbentuk dalam proses ini mempunyai siklus yang sangat singkat. Knapp (Karassik dkk, 1976) menemukan bahwa mulai terbentuknya gelembung sampai gelembung pecah hanya memerlukan waktu sekitar 0,003 detik. Gelembung ini akan terbawa aliran fluida sampai akhirnya berada pada daerah yang mempunyai tekanan lebih besar daripada tekanan uap jenuh cairan. Pada daerah tersebut gelembung tersebut akan pecah dan akan menyebabkan shock pada dinding di dekatnya. Cairan akan masuk secara tiba-tiba ke ruangan yang terbentuk akibat pecahnya gelembung uap tadi sehingga mengakibatkan tumbukan. Peristiwa ini akan menyebabkan terjadinya kerusakan mekanis pada pompa.


(42)

Gambar 2.6 Kerusakan pada permukaan sudu impeller akibat kavitasi

2.2.5. Net Positive Suction Head (NPSH)

Kavitasi akan terjadi bila tekanan statis suatu aliran turun sampai dibawah tekanan uap jenuhnya. Untuk menghindati kavitasi diusahakan agar tidak ada satu bagianpun dari aliran didalam pompa yang mempunyai tekanan statis lebih rendah dari tekan uap jenuh cairan pada temperatur yang bersangkutan. Dalam hal ini perlu diperhatikan dua macam tekanan yang memegang peran penting. Pertama,tekanan yang ditentukan oleh kondisi lingkungan dimana pompa dipasang dan kedua, tekanan yang ditentukan oleh keadaan aliran didalam pompa.

Berhubungan dengan dua hal diatas maka didefinisikanlah suatu Net Positive

Suction Head (NPSH) atau Head Isap Positif Neto yang dipakai sebagai ukuran

keamanan pompa terhadap kavitasi.Ada dua macam NPSH, yaitu NPSH yang tersedia pada sistem (instalasi),dan NPSH yang diperlukan oleh pompa. Pompa terhindar dari kavitasi jika NPSH yang tersedia lebih besar daripada NPSH yang dibutuhkan.

2.3. AIR

2.3.1. Pengertian Air

Air merupakan pelarut yang baik, oleh karena itu, air alam tidak pernah murni. Air alam mengandung berbagai zat terlarut maupun tidak terlarut. Air alam juga mengandung mikroorganisme. Apabila kandungan air tersebut tidak mengganggu kesehatan manusia, maka air tersebut dianggap bersih. Air yang tidak layak diminum masih bisa digunakan untuk keperluan yang lain, misalnya, irigasi, industri, maupun


(43)

kepentingan rumah tangga seperti halnya memasak, mencuci, dan masih banyak yang lainnya.

Air dinyatakan tercemar apabila terdapat gangguan terhadap kwalitas air, sehingga air tidak dapat digunakan untuk tujuan penggunaannya. Air tercemar akibat masuknya makhuk hidup, zat, atau energi kedalam air, sehingga kwalitas air menurun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya atau kegunaannya.

2.3.2. Beberapa Parameter Kwalitas Air

Komposisi air kotor ditentukan melalui berbagai macam analisis, dimaksudkan untuk menentukan kandungan zat pada BO,COD, dan PH.

a. Kandungan Zat Padat

Limbah padatan dalam air dapat dibedakan atas padatan tersuspensi dan padatan terlarut. Padatan tersuspensi adalah padatan yang tidak dapat melewati kerats sering, sementara padatan tersuspensi juga masih dapat dibedakan atas padatan yang dapat mengalami sedimentasi dan yang tidak dapat sedimentasi.

b. Oksigen Terlarut (Dissolued Oxygen,DO)

Air mengandung oksigen terlarut dengan kadar sekitar 10 ppm dalam air bersih pada suhu kamar. Oksigen terlarut diperlukan oleh makhluk hidup di dalam air. Misalnya, ikan, udang, kerang dan binatang yang lainnya, termasuk bakteri. Agar ikan dapat hidup, air harus mengandung sedikitnya 5 ppm oksigen. Oksigen terlarut juga digunakan bakteri ( mikroorganisme ) aerob untuk menguraikan sampah organik yang terdapat di dalam air. Bakteri aerob, mengoksidasi sampel organik C menjadi CO2, N menjadi nitrat dan S menjadi sulfat, serta fasforus, menjadi fosfor. Oleh karena itu, jika air mengandung banyak bahan organik, maka bakteri aerob di dalamnya akan berkembang. Akibatnya, kadar oksigen terlarut akan berkurang dengan cepat sehingga ikan dan udang akan mati. Selanjutnya, proses penguraian akan diambil oleh bakteri anaerob. Bakteri anaerob mereduksi karbon, nitrogen, dan bahan belerang dari bahan


(44)

organik menjadi CH4, NH3, dan H2S. Gas NH3 dan H2S berbau tidak sedap itulah sebabnya got atau selokan,sungai yang tercemar berat berbau busuk.

c. BOD dan COD

BOD ( Biochemical Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand) menyatakan banyaknya limbah organik dalam air. BOD adalah banyaknya oksigen yang digunakan oleh microorganisme dalam lima hari untuk menguraikan sampah yang terdapat dalam air limbah. COD menyatakan jumlah oksigen yang digunakan untuk mengoksidasi limbah organik dalam contoh air secara kimiawi. COD ditentukan dengan memasak (Marefluks) contoh air dengan kalium dikromat (K2Cr2O7) sebagai pengoksidasi. BOD dan COD dinyatakan dalam mg perliter (= ppm). Makin banyak limbah organik dalam air, makin besar nilai BOD dan COD. Nilai COD umumnya lebih besar dari nilai BOD . Hal itu terjadi karena berbagai senyawa karbon organik tidak dapat didegradasi oleh microorganisme, tetapi dapat dioksidasi secara kimiawi. Jika nilai COD berbeda secara nyata dari nilai BOD dapat memberi indikasi bahwa air mengandung zat beracun yang menghambat pertumbuhan microorganisme.

d. PH

Air murni mempunyai PH = 7. Air dapat dianggap bersih jika PHnya antara 6,5 - 8,5. Akan tetapi air yang mempunyai PH antara 6,5 - 8,5 sebelum tentu bersih. Bergantung pada parameter lainnya.

2.3.3. Air Bersih

2.3.3.1.Pengertian air bersih

Air bersih adalah salah satu jenis sumber daya manusia berbasis air yang bermutu baik dan biasanya dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas mereka sehari-hari (Wikipedia, 2010). Air bersih merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk memenuhi standar kehidupan manusia secara sehat. Ketersediaan air yang terjangkau dan berkelanjutan menjadi bagian terpenting bagi


(45)

setiap individu baik yang tinggal di perkotaan maupun di perdesaan. Oleh karena itu, ketersediaan air dapat menurunkan water borne disease sekaligus dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Namun sampai dengan tahun 2000, berdasarkan data Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, baru sekitar 19% penduduk Indonesia di mana 39% nya adalah penduduk perkotaan yang dapat menikmati air bersih dengan sistem perpipaan. Sedangkan di daerah perdesaan, berdasarkan data yang sama, hanya sekitar 5% penduduk desa yang menggunakan sistem perpipaan, 48% menggunakan sistem non-perpipaan, dan sisanya sebesar 47% penduduk desa menggunakan air yang bersumber dari sumur gali dan sumber air yang tidak terlindungi.

2.3.3.2.Syarat Air Bersih

Syarat-syarat umum/fisik : a. Tidak berbau.

b. Tidak berwarna (harus jernih).

c. Tidak berasa asin/anyir/basa dan sebagainya. d. Bebas dari pantogen organik.

Syarat kimia :

a. Tidak mengandung bahan zat-zat kimia yang beracun dan tak kekurangan (harus mengandung) zat-zat kimia dalam batas-batas tertentu yang diperlukan bagi tubuh manusia.

Syarat bakteriologi :

a. Agar tidak mengandung bakteri atau kuman berbahaya yang dapat menimbulkan berbagai penyakit perut/usus.

2.3.3.3. Sumber air a. Air Laut

Mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCI. Kadar garam NaCI dalam air laut 3%. Dengan keadaan ini, maka air laut tidak memenuhi syarat untuk air minum.


(46)

Dalam keadaan murni sangat bersih. Karena dengan adanya pengotoran udara yang disebabkan oleh kotoran-kotoran industri/debu. Maka untuk menjadikan air hujan sebagai air minum hendaknya pada waktu menampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan mulai turun, karena masih mengandung banyak kotoran.

Selain itu, air hujan mempunyai sifat agresif (Sutrisno, Totok, 2010), terutama terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak-bak reservoir, sehingga hal ini dapat mempercepat korosi (karatan). Disamping itu, air hujan juga mempunyai sifat lunak sehingga akan boros terhadap pemakaian sabun.

c. Air Permukaan

Menurut Totok Sutrisno (2010) air pemukaan adalah air hujan yang mengalir dipermukaan bumi. Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri kota dan sebagainya.

Beberapa pengotoran ini, untuk masing-masing air permukaan akan berbeda-beda, tergantung pada daerah pengaliran air permukaan ini. Jenis pengotorannya adalah merupakan kotoran fisik, kimia, dan bacteriologie.

d. Air Tanah

1. Air tanah dangkal

Terjadi karena adanya proses peresapan air dari permukaan tanah. Lumpur akan tertahan, sehingga air tanah akan jernih tetapi masih banyak mengandung zat kimia (garam-garam yang terlarut) karena melalui lapisan tanah yang mempunyai unsur-unsur kimia tertentu untuk masing-masing lapisan tanah. Lapisan tanah disini berfungsi sebagai saringan.

2. Air tanah dalam.

Terdapat setelah lapisan rapat air yang pertama. Pengambilan air tanah dalam, tidak semudah pada air tanah dangkal. Dalam hal ini harus digunakan bor dan memasukan pipa kedalamnya sehingga dalam suatu kedalaman ( biasanya antara 100-300 m) akan didapatkan suatu lapisan air.


(47)

Jika tekanan air tanah besar, maka air dapat menyembur ke luar dan dalam keadaan ini, sumur ini disebut dengan sumur artetis. Jika air tidak dapat keluar dengan sendirinya, maka digunakanlah pompa untuk membantu pengeluaran air tanah dalam ini.

3. Mata air

Adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak terpengaruh oleh musim dan kualitasnya akan sama dengan keadaan air dalam.

2.3.3.4. Instalasi Pengolahan Air

Instalasi Pengolahan Air Sunggal merupakan salah satu unit pengolahan air milik PDAM Tirtanadi dengan sumber air baku dari sungai Belawan dan merupakan instalasi yang kedua dibangun setelah Instalasi Mata Air (IMA) Sibolangit.

Proses pengolahan meliputi: 1. Bendungan

Sumber air baku adalah air permukaan sungai Belawan yang diambil melalui bendungan dengan panjang 25 m (sesuai lebar sungai) dan tinggi 4 m. Pada sisi kanan bendungan dibuat sekat (channel) berupa saluran penyadap yang lebarnya 2 m dilengkapi dengan pintu pengatur ketinggian air masuk ke intake.

Gambar 2.7. Bendungan 2. Intake

Bangunan ini adalah saluran bercabang dua yang dilengkapi dengan bar screen (saringan kasar) dan fine screen (saringan halus) yang berfungsi untuk mencegah masuknya kotoran-kotoran yang terbawa oleh arus sungai. Masing-masing saluran dilengkapi dengan pintu (sluce gate) pengatur ketinggian air. Pemeriksaan maupun


(48)

pembersihan saringan dilakukan secara periodik untuk menjaga kestabilan jumlah masuk air.

Gambar 2.8. Intake

3. Raw Water Tank (RWT)

Bangunan RWT (bak pengendapan) dibangun setelah intake yang terdiri dari 2 unit (4 sel) setiap unitnya berdiamensi 23,3 m x 20 m, tinggi 5 m dilengkapi dengan 2 buah inlet gate, 2 buah outlet sluce gate dan pintu bilas 2 buah, berfungsi sebagai tempat pengendapan lumpur sementara, pasir, dan lain-lain yang bersifat sediment.

Gambar 2. 9. Raw Water Tank 4. Raw Water Pump (RWP)


(49)

RWP (Pompa Air Baku) berfungsi untuk memompakan air dari RWT ke Clearator terdiri dari 16 unit pompa air baku, dengan kapasitas RWP I 160 l/s denga head 22 meter.

Gambar 2. 10. Raw Water Pump 5. Clearator

Bangunan Clearator (proses penjernihan air) terdiri dari 5 unit, dengan masing-masing kapasitas 350 l/s berfungsi sebagai tempat pemisahan antara flok yang bersifat sediment dengan air bersih sebagai effluent (hasil olahan) dilengkapi agigator sebagai pengaduk lambat dan selanjutnya dialirkan ke filter. Endapan flok-flok tersebut kemudian dibuang sesuai dengan tingkat ketebalannya secara otomatis.

Clearator ini terbuat dari beton berbentuk bulat dengan lantai kerucut yang dilengkapi dengan sekat-sekat pemisah untuk proses-proses sebagai berikut:

a. Primary Reaction Zone b. Secondary Reaction Zone c. Return Reaction Zone d. Clarification Reaction Zone e. Concentrator


(50)

Gamabar 2. 11. Clearator 6. Filter

Dari Clearator air dialirkan untuk menyaring kekeruhan (turbidyti) berupa flok-flok halus dan kotoran lain yang lolos dari Clearator melalui pelekatan pada media filter yang berjumlah 32 unit menggunakan jenis saringan cepat masing-masing menggunakan motor AC nominal daya 0,75 KW.

Dimensi tiap filter yaitu lebar 4 m, panjang 8,25 m, tinggi 6,25 m. Tinggi permukaan air maksimum 5,05 m serta ketebalan media filter 114 cm, dengan susunan lapisan sebagai berikut:

a. Pasir kuarsa, diameter 0,50 mm – 1,50 mm dengan ketebalan 61 cm. b. Pasir kuarsa, diameter 1,80 mm – 2,00 mm dengan ketebalan 15 cm. c. Kerikil halus, diameter 4,75 mm – 6,30 mm dengan ketebalan 8 cm. d. Kerikil sedang, diameter 6,30 mm – 10, 00 mm dengan ketebalan 7,5 cm. e. Kerikil sedang, diameter 10,00 mm – 20,00 mm dengan ketebalan 7,5 cm. f. Kerikil kasar, diameter 20,00 mm – 40,00 mm dengan ketebalan 15 cm. Dalam jangka waktu tertentu Filter ini harus dibersihkan dari kotoran atau endapan yang dapat mengganggu proses penyaringan dengan menggunakan elektromor.


(51)

Gambar 2. 12. Filter 7. Reservoir

Yaitu bangunan beton berdimensi panjang 50 m, lebar 40 m, tinggi 7 m berfungsi untuk menampung air minum/air olahan setelah melewati media filter dengan kapasitas 12.000 m3 dan kemudian didistribusikan ke pelanggan melalui reservoir-reservoir distribusi di berbagai cabang. Air yang mengalir dari filter ke reservoir dibubuhi chlor (post chlorinasi) dan untuk proses netarlisasi dibubuhkan larutan kapur jenuh atau soda.

Gambar 2. 13. Reservoir

8. Finish Water Pump ( FWP)

FWP (pompa distribusi air bersih) berjumlah 14 unit berfungsi untuk mendistribusikan air bersih dari reservoir instalasi ke reservoir-reservoir. Distribusi cabang-cabang melalui pipa transmisi yang di bagi menjadi 5 jalur Q1 s/d Q5 dengan


(52)

kapasitas masing 150 l/s, total head 50 m menggunakan motor AC masing-masing nominal daya 132 KW.

Gambar 2.14. Finish Water Pump 9. Sludge Lagoon

Daur ulang adalah cara paling tepat dan aman dalam mengatasi clan meningkatkan kualitas lingkungan. Prinsip ini telah diterapkan sejak tahun 2002 di Unit Instalasi Pengolahan Air Sunggal yaitu dengan membangun unit pengendapan berupa Lagoon dengan kapasitas 10.800 m3.

Lagoon ini berfungsi sebagai media penampungan air buangan bekas pencucian sistim pengolahan dan kemudian air olahannya disalurkan kembali ke RWT untuk diproses kembali.

Gambar 2.15. Slude Lagoon


(53)

(54)

BAB III

OBJEK DAN METODOLOGI

3.1 OBJEK

Dalam penulisan skripsi ini, yang menjadi objek penelitian adalah tentang manajemen pemeliharaan pompa. Pemeliharaan pompa dilakukan dalam upaya menjaga kelancaran proses penyaluran air kepada masyarkat di PDAM Tirtanadi.

3.2 METODOLOGI

Metode yang dilakukan penulis tujuannya adalah memberikan uraian dari pelaksanaan penelitian yang dilakukan penulis untuk mengetahui sistem pemeliharaan yang dilakukan oleh perusahaan. Adapun uraian penelitian yang dibuat penulis adalah sebagai berikut:

3.2.1 Jenis Penelitian

Adapun metode penelitian yang dilakukan penulis adalah metode studi kasus berdasarkan survey di lapangan. Survey dilakukan untuk mengetahui bagaimana kegiatan pemeliharaan pada pompa yang dilakukan. Dan melakukan studi literatur agar penelitian yang dilakukan memiliki pedoman yang kuat.

3.2.2 Lokasi dan Waktu penelitian 3.2.2.1Lokasi penelitian

Lokasi penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah di PDAM Tirtanadi, tepatnya di IPA Sunggal. Lokasi tersebut terletak di Sunggal, Sumatera Utara.

3.2.2.2Waktu penelitian

Penulis melakukan penelitian di PDAM Tirtanadi selama dua minggu, mulai dari tanggal 6 September – 22 September 2010.

3.2.3 Data yang diambil

Pada PDAM Tirtanadi mempunyai 5 lokasi pompa Raw Water Pump (RWP) yaitu RWP I, RWP II, RWP III, RWP IV dan RWP V.

Disini peneliti hanya mengambil lokasi RWP I dan data yang diambil adalah pompa jenis Aquavane A 250 - 320 A dengan spesifikasi seagai berikut:

f. Putaran: 1450 Rpm g. Head: 22 m


(55)

h. Kapasitas: 160 l/s 3.2.4 Sumber data

Sumber data yang diperoleh penulis dalam penelitian ini berasal dari: a. Data primer

Data primer yaitu data yang diperoleh dengan peninjauan secara langsung ke perusahaan tersebut yang menjadi objek penelitian dan wawancara dengan pihak perusahaan. Data primer tersebut adalah hal-hal yang berkenaan dengan Pompa. b. Data sekunder

Data sekunder diperoleh melalui perusahaan, dimana data tersebut sudah ada disimpan oleh perusahaan sebelumnya, diantaranya adalah spesifikasi mesin, data shet tentang pemeliharaan pompa pada bulan atau tahun yang sudah lewat, kemudian penulis melakukan studi kepustakaan dengan mempelajari buku-buku atau hal-hal yang berhubungan dengan pompa. Meliputi data kegiatan pemeliharaan perusahaan umumnya, serta pada pompa khususnya.

3.2.5 Alat dan Bahan Penelitian 3.2.5.1 Alat penelitian

Adapun alat yang digunakan untuk meneliti kerusakan pada pompa adalah sebagai berikut:

1. Digital Clamp Meter

Digital Clamp Meter berfungsi sebagai alat untuk memeriksa arus yang ada pada kabel.

Gambar 3.1. Digital Clamp Meter 2. Vibration Meter


(56)

Vibration Meter berfungsi sebagai alat untuk mengukur atau mendeteksi seberapa besar getaran pada pompa.

Gambar 3.2. Vibration Meter

3. MultiThermometer

Termometer berfungsi sebagai alat untuk mengukur temperature pompa.

Gambar 3.3. Multi Thermometer

4. Bearing Heater

Bearing Heater merupakan alat yang digunakan untuk pemanasan bearing sebelum di masukan ke shaft.


(57)

Gambar 3.4. Bearing Heater

5. Tool Set

Tool Set berfungsi sebagai alat untuk membongkar dan memasang komponen-komponen pompa.

Gambar 3.5. Tool Set

3.2.5.2 Bahan Penelitian

Bahan Penelitian yang digunakan adalah : `1. Impeller

2. Bearing 3. Gland packing 4. Shaft


(58)

3.3 Inspeksi yang dilakukan di PDAM Tirtanadi Sunggal

Kegiatan pengecekkan pada pompa dilakukan secara berkala, mulai dari inspeksi, pemeriksaan kondisi, penggantian dan overhaul. Kegiatan ini dilakukan untuk meminimalkan kerusakan sekaligus untuk mengantisipasi terjadinya kerusakan pada saat operasi sedang berlangsung.

Pada PDAM Tirtanadi IPA Sunggal inspeksi yang dilakukan adalah: 1. Inspeksi 2 bulanan.

Kegiatannya : permeriksaan terhadap packing. Toolsnya : tool set.

Man Power : 2 orang. Man Hour : 2 jam. Cosumable : kain majun. 2. Inspeksi 4 bulanan.

Kegiatannya : pemeriksaan pada bagian bearing. Toolsnya : tools set

Man Power : 2 orang. Man Hours : 2 jam

Cosumable : kain majun, greese, bearing heater. 3. Inspeksi 6 bulanan.

Kegiatannya : pemeriksaan terhadap impeller dan shaft Tools : tools set

Man Power : 1 orang. Man hours : 2 jam.


(59)

BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Penanganan Perawatan Pada Pompa

Sistem perawatan yang dilakukan pada pompa bertujuan supaya mesin dapat efektif saat beroperasi. Hal ini dilakukan karena pompa beroperasi terus menerus. Pada PDAM Tirtanadi tepatnya di IPA Sunggal jenis pompa yang digunakan adalah jenis pompa sentrifugal.

Biasanya kegiatan yang dilakukan adalah:

1. Melakukan inspeksi 3 bulanan, 4 bulanan dan 6 bulanan.

2. Mencatat hasil kegiatan mulai dari preventive sampai dengan perbaikan. 3. Mengawasi pekerjaan yang dilakukan oleh pihak rekanan.

4. Menerima laporan kerusakan dari user dan membuat laporannya. 5. Menjaga kegiatan perbaikan dan perawatan.

6. Melakukan indentifikasi aspek, penentuan tujuan, sasaran dan program. (Sumber : PDAM Tirtanadi, 2009).

4.2. Tanda-tanda Kerusakan Pada Tiap Bagian Pompa

Dalam memaksimalkan/preventive dalam memelihara pompa harus tetap dilakukan, namun peristiwa kerusakan tentu akan terjadi, namun dengan langkah preventive kerusakan dapat diprediksi agar dapat direncanakan perbaikan kapan dan tidak terjadi kerusakan yang lebih fatal.

1. Impeller

Tanda-tanda kerusakan pada impeller adalah: a. debit air yang dihasilkan berkurang.


(60)

Gambar 4.1. Impeller

Cara penanggulangannya adalah dengan cara memperhatikan keperluan dan kapasitas penggunaan pompa dan memilih spesifikasi pompa yang tepat.

2. Bearing.

Tanda-tanda kerusakan pada bearing adalah:

a. Getarannya tinggi dan dapat diukur dengan vibrator meter b. Suaranya kasar.

c. Temperatur tinggi ( kalau sampai 70 C tandanya bearing tidak normal) dan bearing harus diganti.

d. Bahan pelumas yang tidak sesuai akibatnya akan terjadi korosi atau pengumpalan pelumas yang dapat menghambat berputarnya bantalan.


(61)

Cara menanggulanginya adalah dengan cara memberikan pelumasan yang cukup agar putaran poros pada bearing tetap balance dan tidak menimbulkan gesekan yang berlebihan.

3. Shaft/Poros

Pada bagian ini terjadi beban puntir yang berlebihan akan mengakibatkan poros akan patah. Shaft merupan tempat bertumpunya bearing. Kita harus menjaga bearing berputar pada porosnya agar shaft terjaga dengan baik.

Gambar 4. 3. Shaft/Poros

4. Peacking

Tanda-tanda bahwa Gland peacking itu sudah rusak adalah pompa kurang hisap karena terlalu banyak udara di dalam pompa dan kadang-kadang air mengalir deras di sela-sela pompa.

Gambar 4.4. Peacking 4.3. Prosedur Perbaikan Pompa


(1)

Lampiran


(2)

Lampiran


(3)

Lampiran


(4)

Lampiran


(5)

Lampiran


(6)

Lampiran