Sedangkan Menurut Dhillon B.S, 2006 menyebutkan bahwa ada enam prinsip- prinsip penting manajemen pemeliharaan. Yaitu:
1 Hubungan layanan pelanggan adalah dasar dari organisasi pemeliharaan yang
efektif, 2
Produktivitas maksimum terjadi ketika masing-masing karyawan dalam sebuah organisasi memiliki tugas yang ditetapkan untuk melaksanakan secara bentuk
definitive dan waktu yang pasti, 3
Pengukuran sebelum datang pengawas. Maksudnya adalah ketika seseorang diberikan sebuah tugas yang harus dilakukan dengan menggunakan metode yang
efektif dalam jangka waktu tertentu, ia menjadi sadar secara otomatis penuh harapan,
4 Pengawasan pekerjaan tergantung pada yang pasti, tanggung jawab individu untuk
semua tugas perintah kerja selama rentang hidup. Sebuah tanggung jawab departemen pemeliharaan adalah untuk mengembangkan, menerapkan, dan
memberikan dukungan operasi yang sesuai untuk perencanaan dan penjadwalan pekerjaan pemeliharaan,
5 Semua jadwal terkontrol secara efektif. Sesuai jadwal pada interval titik control
sehingga semua masalah terdeteksi, dalam waktu dan jadwal penyelesaian pekerjaan tidak tertunda,
6
Ukuran optimal kru adalah jumlah minimum yang dapat melaksanakan tugas yang diberikan dengan cara yang efektif.
2.2. Pompa Sentrifugal
2.2.1. Prinsip Kerja Pompa Sentrifugal
Prinsip kerja pompa sentrifugal ialah sebagai berikut: a.
gaya sentrifugal bekerja pada impeller untuk mendorong fluida ke sisi luar sehingga kecepatan fluida meningkat
b. kecepatan fluida yang tinggi diubah oleh casing pompa volute atau diffuser
menjadi tekanan atau head.
2.2.2. Klasifikasi Pompa Sentrifugal
Pompa sentrifugal diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria, antara lain:
a. Kapasitas :
1
Kapasitas rendah : 20 m
3
jam
2
Kapasitas menengah : 20-60 m
3
jam
3
Kapasitas tinggi : 60 m
3
jam
b. Tekanan Discharge :
1
Tekanan Rendah : 5 Kg cm
2
2
Tekanan menengah : 5 - 50 Kg cm
2
3
Tekanan tinggi : 50 Kg cm
2
c. Jumlah Susunan Impeller dan Tingkat :
1
Single stage : Terdiri dari satu impeller dan satu casing.
2
Multi stage : Terdiri dari beberapa impeller yang tersusun seri dalam satu casing.
3
Multi Impeller : Terdiri dari beberapa impeller yang tersusun paralel dalam satu casing.
4
Multi Impeller – Multi stage : Kombinasi multi impeller dan multi stage.
d. Posisi Poros :
1
Poros tegak
2
Poros mendatar
e. Jumlah Suction :
1
Single Suction
2
Double Suction
f. Arah aliran keluar impeller :
1
Radial flow
2
Axial flow
3
Mixed fllow
2.2.3 Bagian-Bagian Utama Pompa Sentrifugal
Secara umum bagian-bagian utama pompa sentrifugal dapat dilihat seperti gambar berikut:
Gambar 2.5. Bagian-bagian utama pompa sentrifugal A.
Stuffing Box
Stuffing Box berfungsi untuk mencegah kebocoran pada daerah dimana poros pompa menembus casing.
B. Packing
Digunakan untuk mencegah dan mengurangi bocoran cairan dari casing pompa
melalui poros. Biasanya terbuat dari asbes atau teflon.
C. Shaft
Shaft poros berfungsi untuk meneruskan momen puntir dari penggerak selama beroperasi dan tempat kedudukan impeller dan bagian-bagian berputar lainnya.
D. Shaft sleeve
Shaft sleeve berfungsi untuk melindungi poros dari erosi, korosi dan keausan pada stuffing box. Pada pompa multi stage dapat sebagai leakage joint, internal
bearing dan interstage atau distance sleever. E.
Vane
Sudut dari impeller sebagai tempat berlalunya cairan pada impeller. F.
Casing
Merupakan bagian paling luar dari pompa yang berfungsi sebagai pelindung elemen yang berputar, tempat kedudukan diffusor guide vane, inlet dan outlet
nozzel serta tempat memberikan arah aliran dari impeller dan mengkonversikan energi kecepatan cairan menjadi energi dinamis single stage.
G. Eye of Impeller
Bagian sisi masuk pada arah isap impeller.
H. Impeller
Impeller berfungsi untuk mengubah energi mekanis dari pompa menjadi energi kecepatan pada cairan yang dipompakan secara kontinyu, sehingga cairan pada
sisi isap secara terus menerus akan masuk mengisi kekosongan akibat perpindahan dari cairan yang masuk sebelumnya.
I. Wearing Ring
Wearing ring berfungsi untuk memperkecil kebocoran cairan yang melewati bagian depan impeller maupun bagian belakang impeller, dengan cara
memperkecil celah antara casing dengan impeller. J.
Bearing
Bearing bantalan berfungsi untuk menumpu dan menahan beban dari poros agar dapat berputar, baik berupa beban radial maupun beban axial. Bearing juga
memungkinkan poros untuk dapat berputar dengan lancar dan tetap pada tempatnya, sehingga kerugian gesek menjadi kecil.
2.2.4. Kavitasi
Kavitasi adalah peristiwa terbentuknya gelembung-gelembung uap di dalam cairan yang terjadi akibat turunnya tekanan cairan sampai di bawah tekanan uap jenuh
cairan pada suhu operasi pompa. Gelembung uap yang terbentuk dalam proses ini mempunyai siklus yang sangat singkat. Knapp Karassik dkk, 1976 menemukan bahwa
mulai terbentuknya gelembung sampai gelembung pecah hanya memerlukan waktu sekitar 0,003 detik. Gelembung ini akan terbawa aliran fluida sampai akhirnya berada
pada daerah yang mempunyai tekanan lebih besar daripada tekanan uap jenuh cairan. Pada daerah tersebut gelembung tersebut akan pecah dan akan menyebabkan shock pada
dinding di dekatnya. Cairan akan masuk secara tiba-tiba ke ruangan yang terbentuk akibat pecahnya gelembung uap tadi sehingga mengakibatkan tumbukan. Peristiwa ini
akan menyebabkan terjadinya kerusakan mekanis pada pompa.
Gambar 2.6 Kerusakan pada permukaan sudu impeller akibat kavitasi
2.2.5. Net Positive Suction Head NPSH
Kavitasi akan terjadi bila tekanan statis suatu aliran turun sampai dibawah tekanan uap jenuhnya. Untuk menghindati kavitasi diusahakan agar tidak ada satu
bagianpun dari aliran didalam pompa yang mempunyai tekanan statis lebih rendah dari tekan uap jenuh cairan pada temperatur yang bersangkutan. Dalam hal ini perlu
diperhatikan dua macam tekanan yang memegang peran penting. Pertama,tekanan yang ditentukan oleh kondisi lingkungan dimana pompa dipasang dan kedua, tekanan yang
ditentukan oleh keadaan aliran didalam pompa. Berhubungan dengan dua hal diatas maka didefinisikanlah suatu Net Positive
Suction Head NPSH atau Head Isap Positif Neto yang dipakai sebagai ukuran
keamanan pompa terhadap kavitasi.Ada dua macam NPSH, yaitu NPSH yang tersedia pada sistem instalasi,dan NPSH yang diperlukan oleh pompa. Pompa terhindar dari
kavitasi jika NPSH yang tersedia lebih besar daripada NPSH yang dibutuhkan.
2.3. AIR
2.3.1. Pengertian Air
Air merupakan pelarut yang baik, oleh karena itu, air alam tidak pernah murni. Air alam mengandung berbagai zat terlarut maupun tidak terlarut. Air alam juga
mengandung mikroorganisme. Apabila kandungan air tersebut tidak mengganggu kesehatan manusia, maka air tersebut dianggap bersih. Air yang tidak layak diminum
masih bisa digunakan untuk keperluan yang lain, misalnya, irigasi, industri, maupun
kepentingan rumah tangga seperti halnya memasak, mencuci, dan masih banyak yang lainnya.
Air dinyatakan tercemar apabila terdapat gangguan terhadap kwalitas air, sehingga air tidak dapat digunakan untuk tujuan penggunaannya. Air tercemar akibat
masuknya makhuk hidup, zat, atau energi kedalam air, sehingga kwalitas air menurun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukannya atau kegunaannya.
2.3.2. Beberapa Parameter Kwalitas Air
Komposisi air kotor ditentukan melalui berbagai macam analisis, dimaksudkan untuk menentukan kandungan zat pada BO,COD, dan PH.
a. Kandungan Zat Padat
Limbah padatan dalam air dapat dibedakan atas padatan tersuspensi dan padatan terlarut. Padatan tersuspensi adalah padatan yang tidak dapat melewati kerats sering,
sementara padatan tersuspensi juga masih dapat dibedakan atas padatan yang dapat mengalami sedimentasi dan yang tidak dapat sedimentasi.
b. Oksigen Terlarut Dissolued Oxygen,DO
Air mengandung oksigen terlarut dengan kadar sekitar 10 ppm dalam air bersih pada suhu kamar. Oksigen terlarut diperlukan oleh makhluk hidup di dalam air.
Misalnya, ikan, udang, kerang dan binatang yang lainnya, termasuk bakteri. Agar ikan dapat hidup, air harus mengandung sedikitnya 5 ppm oksigen. Oksigen terlarut juga
digunakan bakteri mikroorganisme aerob untuk menguraikan sampah organik yang terdapat di dalam air. Bakteri aerob, mengoksidasi sampel organik C menjadi CO2, N
menjadi nitrat dan S menjadi sulfat, serta fasforus, menjadi fosfor. Oleh karena itu, jika air mengandung banyak bahan organik, maka bakteri aerob di dalamnya akan
berkembang. Akibatnya, kadar oksigen terlarut akan berkurang dengan cepat sehingga ikan dan udang akan mati. Selanjutnya, proses penguraian akan diambil oleh bakteri
anaerob. Bakteri anaerob mereduksi karbon, nitrogen, dan bahan belerang dari bahan
organik menjadi CH4, NH3, dan H2S. Gas NH3 dan H2S berbau tidak sedap itulah sebabnya got atau selokan,sungai yang tercemar berat berbau busuk.
c. BOD dan COD
BOD Biochemical Oxygen Demand dan COD Chemical Oxygen Demand menyatakan banyaknya limbah organik dalam air. BOD adalah banyaknya oksigen yang
digunakan oleh microorganisme dalam lima hari untuk menguraikan sampah yang terdapat dalam air limbah. COD menyatakan jumlah oksigen yang digunakan untuk
mengoksidasi limbah organik dalam contoh air secara kimiawi. COD ditentukan dengan memasak Marefluks contoh air dengan kalium dikromat K2Cr2O7 sebagai
pengoksidasi. BOD dan COD dinyatakan dalam mg perliter = ppm. Makin banyak limbah organik dalam air, makin besar nilai BOD dan COD. Nilai COD umumnya lebih
besar dari nilai BOD . Hal itu terjadi karena berbagai senyawa karbon organik tidak dapat didegradasi oleh microorganisme, tetapi dapat dioksidasi secara kimiawi. Jika nilai
COD berbeda secara nyata dari nilai BOD dapat memberi indikasi bahwa air mengandung zat beracun yang menghambat pertumbuhan microorganisme.
d. PH
Air murni mempunyai PH = 7. Air dapat dianggap bersih jika PHnya antara 6,5 - 8,5. Akan tetapi air yang mempunyai PH antara 6,5 - 8,5 sebelum tentu bersih.
Bergantung pada parameter lainnya.
2.3.3. Air Bersih
2.3.3.1. Pengertian air bersih
Air bersih adalah salah satu jenis sumber daya manusia berbasis air yang bermutu baik dan biasanya dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan
aktivitas mereka sehari-hari Wikipedia, 2010. Air bersih merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk memenuhi standar kehidupan manusia secara sehat.
Ketersediaan air yang terjangkau dan berkelanjutan menjadi bagian terpenting bagi
setiap individu baik yang tinggal di perkotaan maupun di perdesaan. Oleh karena itu, ketersediaan air dapat menurunkan water borne disease sekaligus dapat meningkatkan
perekonomian masyarakat. Namun sampai dengan tahun 2000, berdasarkan data Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, baru sekitar 19 penduduk Indonesia
di mana 39 nya adalah penduduk perkotaan yang dapat menikmati air bersih dengan sistem perpipaan. Sedangkan di daerah perdesaan, berdasarkan data yang sama, hanya
sekitar 5 penduduk desa yang menggunakan sistem perpipaan, 48 menggunakan sistem non-perpipaan, dan sisanya sebesar 47 penduduk desa menggunakan air yang
bersumber dari sumur gali dan sumber air yang tidak terlindungi.
2.3.3.2. Syarat Air Bersih
Syarat-syarat umumfisik : a.
Tidak berbau. b.
Tidak berwarna harus jernih. c.
Tidak berasa asinanyirbasa dan sebagainya. d.
Bebas dari pantogen organik.
Syarat kimia : a.
Tidak mengandung bahan zat-zat kimia yang beracun dan tak kekurangan harus mengandung zat-zat kimia dalam batas-batas tertentu yang diperlukan bagi tubuh
manusia. Syarat bakteriologi :
a. Agar tidak mengandung bakteri atau kuman berbahaya yang dapat menimbulkan
berbagai penyakit perutusus.
2.3.3.3. Sumber air a.
Air Laut
Mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCI. Kadar garam NaCI dalam air laut 3. Dengan keadaan ini, maka air laut tidak memenuhi syarat untuk
air minum.
b. Air Atmosfir
Dalam keadaan murni sangat bersih. Karena dengan adanya pengotoran udara yang disebabkan oleh kotoran-kotoran industridebu. Maka untuk menjadikan air hujan
sebagai air minum hendaknya pada waktu menampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan mulai turun, karena masih mengandung banyak kotoran.
Selain itu, air hujan mempunyai sifat agresif Sutrisno, Totok, 2010, terutama terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak-bak reservoir, sehingga hal ini dapat
mempercepat korosi karatan. Disamping itu, air hujan juga mempunyai sifat lunak sehingga akan boros terhadap pemakaian sabun.
c. Air Permukaan
Menurut Totok Sutrisno 2010 air pemukaan adalah air hujan yang mengalir dipermukaan bumi. Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama
pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri kota dan sebagainya.
Beberapa pengotoran ini, untuk masing-masing air permukaan akan berbeda- beda, tergantung pada daerah pengaliran air permukaan ini. Jenis pengotorannya adalah
merupakan kotoran fisik, kimia, dan bacteriologie.
d. Air Tanah
1. Air tanah dangkal
Terjadi karena adanya proses peresapan air dari permukaan tanah. Lumpur akan tertahan, sehingga air tanah akan jernih tetapi masih banyak mengandung zat kimia
garam-garam yang terlarut karena melalui lapisan tanah yang mempunyai unsur-unsur kimia tertentu untuk masing-masing lapisan tanah. Lapisan tanah disini berfungsi sebagai
saringan. 2.
Air tanah dalam. Terdapat setelah lapisan rapat air yang pertama. Pengambilan air tanah dalam,
tidak semudah pada air tanah dangkal. Dalam hal ini harus digunakan bor dan memasukan pipa kedalamnya sehingga dalam suatu kedalaman biasanya antara 100-
300 m akan didapatkan suatu lapisan air.
Jika tekanan air tanah besar, maka air dapat menyembur ke luar dan dalam keadaan ini, sumur ini disebut dengan sumur artetis. Jika air tidak dapat keluar dengan sendirinya,
maka digunakanlah pompa untuk membantu pengeluaran air tanah dalam ini. 3.
Mata air Adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah. Mata air
yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak terpengaruh oleh musim dan kualitasnya akan sama dengan keadaan air dalam.
2.3.3.4. Instalasi Pengolahan Air
Instalasi Pengolahan Air Sunggal merupakan salah satu unit pengolahan air milik PDAM Tirtanadi dengan sumber air baku dari sungai Belawan dan merupakan instalasi
yang kedua dibangun setelah Instalasi Mata Air IMA Sibolangit. Proses pengolahan meliputi:
1. Bendungan Sumber air baku adalah air permukaan sungai Belawan yang diambil melalui
bendungan dengan panjang 25 m sesuai lebar sungai dan tinggi 4 m. Pada sisi kanan bendungan dibuat sekat channel berupa saluran penyadap yang lebarnya 2 m dilengkapi
dengan pintu pengatur ketinggian air masuk ke intake.
Gambar 2.7. Bendungan 2. Intake
Bangunan ini adalah saluran bercabang dua yang dilengkapi dengan bar screen saringan kasar dan fine screen saringan halus yang berfungsi untuk mencegah
masuknya kotoran-kotoran yang terbawa oleh arus sungai. Masing-masing saluran dilengkapi dengan pintu sluce gate pengatur ketinggian air. Pemeriksaan maupun
pembersihan saringan dilakukan secara periodik untuk menjaga kestabilan jumlah masuk air.
Gambar 2.8. Intake
3. Raw Water Tank RWT Bangunan RWT bak pengendapan dibangun setelah intake yang terdiri dari 2
unit 4 sel setiap unitnya berdiamensi 23,3 m x 20 m, tinggi 5 m dilengkapi dengan 2 buah inlet gate, 2 buah outlet sluce gate dan pintu bilas 2 buah, berfungsi sebagai tempat
pengendapan lumpur sementara, pasir, dan lain-lain yang bersifat sediment.
Gambar 2. 9. Raw Water Tank 4. Raw Water Pump RWP
RWP Pompa Air Baku berfungsi untuk memompakan air dari RWT ke Clearator terdiri dari 16 unit pompa air baku, dengan kapasitas RWP I 160 ls denga head
22 meter.
Gambar 2. 10. Raw Water Pump 5. Clearator
Bangunan Clearator proses penjernihan air terdiri dari 5 unit, dengan masing- masing kapasitas 350 ls berfungsi sebagai tempat pemisahan antara flok yang bersifat
sediment dengan air bersih sebagai effluent hasil olahan dilengkapi agigator sebagai pengaduk lambat dan selanjutnya dialirkan ke filter. Endapan flok-flok tersebut
kemudian dibuang sesuai dengan tingkat ketebalannya secara otomatis. Clearator ini terbuat dari beton berbentuk bulat dengan lantai kerucut yang
dilengkapi dengan sekat-sekat pemisah untuk proses-proses sebagai berikut: a.
Primary Reaction Zone b.
Secondary Reaction Zone c.
Return Reaction Zone d.
Clarification Reaction Zone e.
Concentrator
Gamabar 2. 11. Clearator 6. Filter
Dari Clearator air dialirkan untuk menyaring kekeruhan turbidyti berupa flok- flok halus dan kotoran lain yang lolos dari Clearator melalui pelekatan pada media filter
yang berjumlah 32 unit menggunakan jenis saringan cepat masing-masing menggunakan motor AC nominal daya 0,75 KW.
Dimensi tiap filter yaitu lebar 4 m, panjang 8,25 m, tinggi 6,25 m. Tinggi permukaan air maksimum 5,05 m serta ketebalan media filter 114 cm, dengan susunan lapisan sebagai
berikut: a.
Pasir kuarsa, diameter 0,50 mm – 1,50 mm dengan ketebalan 61 cm. b.
Pasir kuarsa, diameter 1,80 mm – 2,00 mm dengan ketebalan 15 cm. c.
Kerikil halus, diameter 4,75 mm – 6,30 mm dengan ketebalan 8 cm. d.
Kerikil sedang, diameter 6,30 mm – 10, 00 mm dengan ketebalan 7,5 cm. e.
Kerikil sedang, diameter 10,00 mm – 20,00 mm dengan ketebalan 7,5 cm. f.
Kerikil kasar, diameter 20,00 mm – 40,00 mm dengan ketebalan 15 cm. Dalam jangka waktu tertentu Filter ini harus dibersihkan dari kotoran atau
endapan yang dapat mengganggu proses penyaringan dengan menggunakan elektromor.
Gambar 2. 12. Filter 7. Reservoir
Yaitu bangunan beton berdimensi panjang 50 m, lebar 40 m, tinggi 7 m berfungsi untuk menampung air minumair olahan setelah melewati media filter dengan kapasitas
12.000 m
3
dan kemudian didistribusikan ke pelanggan melalui reservoir-reservoir distribusi di berbagai cabang. Air yang mengalir dari filter ke reservoir dibubuhi chlor
post chlorinasi dan untuk proses netarlisasi dibubuhkan larutan kapur jenuh atau soda.
Gambar 2. 13. Reservoir
8. Finish Water Pump FWP FWP pompa distribusi air bersih berjumlah 14 unit berfungsi untuk
mendistribusikan air bersih dari reservoir instalasi ke reservoir-reservoir. Distribusi cabang-cabang melalui pipa transmisi yang di bagi menjadi 5 jalur Q1 sd Q5 dengan
kapasitas masing-masing 150 ls, total head 50 m menggunakan motor AC masing- masing nominal daya 132 KW.
Gambar 2.14. Finish Water Pump 9. Sludge Lagoon
Daur ulang adalah cara paling tepat dan aman dalam mengatasi clan meningkatkan kualitas lingkungan. Prinsip ini telah diterapkan sejak tahun 2002 di Unit
Instalasi Pengolahan Air Sunggal yaitu dengan membangun unit pengendapan berupa Lagoon dengan kapasitas 10.800 m
3
. Lagoon ini berfungsi sebagai media penampungan air buangan bekas pencucian
sistim pengolahan dan kemudian air olahannya disalurkan kembali ke RWT untuk diproses kembali.
Gambar 2.15. Slude Lagoon Sumber: Tirtanadi, 2010
Gambar 2.16. Diagram Pengolahan Air
BAB III OBJEK DAN METODOLOGI
3.1 OBJEK
Dalam penulisan skripsi ini, yang menjadi objek penelitian adalah tentang manajemen pemeliharaan pompa. Pemeliharaan pompa dilakukan dalam upaya menjaga
kelancaran proses penyaluran air kepada masyarkat di PDAM Tirtanadi.
3.2 METODOLOGI
Metode yang dilakukan penulis tujuannya adalah memberikan uraian dari pelaksanaan penelitian yang dilakukan penulis untuk mengetahui sistem pemeliharaan
yang dilakukan oleh perusahaan. Adapun uraian penelitian yang dibuat penulis adalah sebagai berikut:
3.2.1 Jenis Penelitian
Adapun metode penelitian yang dilakukan penulis adalah metode studi kasus berdasarkan survey di lapangan. Survey dilakukan untuk mengetahui bagaimana
kegiatan pemeliharaan pada pompa yang dilakukan. Dan melakukan studi literatur agar penelitian yang dilakukan memiliki pedoman yang kuat.
3.2.2 Lokasi dan Waktu penelitian
3.2.2.1 Lokasi penelitian
Lokasi penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah di PDAM Tirtanadi,
tepatnya di IPA Sunggal. Lokasi tersebut terletak di Sunggal, Sumatera Utara. 3.2.2.2
Waktu penelitian
Penulis melakukan penelitian di PDAM Tirtanadi selama dua minggu, mulai dari tanggal 6 September – 22 September 2010.
3.2.3 Data yang diambil
Pada PDAM Tirtanadi mempunyai 5 lokasi pompa Raw Water Pump RWP yaitu RWP I, RWP II, RWP III, RWP IV dan RWP V.
Disini peneliti hanya mengambil lokasi RWP I dan data yang diambil adalah pompa jenis Aquavane A 250 - 320 A dengan spesifikasi seagai berikut:
f. Putaran: 1450 Rpm
g. Head: 22 m