Perbandingan Kadar Fe Antara Air Baku Dengan Air Reservoir Di PDAM Tirtanadi Sunggal

(1)

PERBANDINGAN KADAR Fe ANTARA AIR BAKU

DENGAN AIR RESERVOIR

DI PDAM TIRTANADI SUNGGAL

TUGAS AKHIR

Oleh:

SARI INDAH ULWANI SIREGAR 042410017

PROGRAM DIPLOMA III ANALISA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

MEDAN

2007


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PERBANDINGAN KADAR Fe ANTARA AIR BAKU

DENGAN AIR RESERVOIR

DI PDAM TIRTANADI SUNGGAL

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Diploma III Analis Farmasi

Universitas Sumatera Utara

Oleh:

SARI INDAH ULWANI SIREGAR 042410017

Medan, Juni 2007 Disetujui Oleh:

Dosen Pembimbing,

Prof. Dr. Hakim Bangun, Apt. NIP 130 872 286

Disahkan Oleh: Dekan,

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP 131 283 716


(3)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya serta selawat dan seiring salam atas junjungan rasulullah Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir ini.

Sembah sujud dan terima kasih terbesar dari penulis kepada ayahanda, Zul Aswan Siregar, SP dan Zuhijani, yang tercinta yang telah membesarkan, mendidik dan memberi motivasi baik materil maupun moril kepada penulis. Juga kepada Adinda Sari Bulan Siregar dan Baginda Ramadhan Siregar yang juga telah banyak membantu dan memberi motivasi kepada penulis serta semua keluarga yang penulis sayangi, Terima kasih atas doa, dorongan dan kasih sayang yang tulus sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah dan tugas akhir dengan baik.

Penyusunan tugas akhir ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya D III Analis Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini dengan rendah hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1) Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisyahputra, Apt, selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

2) Bapak Prof. Dr. Hakim Bangun, Apt, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis sehingga Tugas Akhir ini selesai.

3) Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M. App, Sc, Apt, selaku koordinator Program study D III Analis Farmasi


(4)

4) Seluruh Stap yang membimbing dan memberikan saran selama pelaksanaan PKL di Laboratorium PDAM Tirtanadi Instalasi Sunggal.

5) Seluruh Stap pengajar dan pegawai program studi D III Analis Farmasi, Fakultas Farmasi Sumatera Utara.

6) Sahabat-sahabat terbaikku, Reni, Irus, Rani, Puji, Lisa, Dewi, Fera, Riza, Ira, Rika, Riki, Baginda, Subhan, Difa, Atas perhatian doa dan dorongan serta kebersamaannya dalam pengerjaan Tugas Akhir ini.

7) Seluruh sobat-sobatku Mahasiswa Program Diploma III Analis Farmasi dan semua pihak yang telah membantu dan berjasa kepada penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh sempurna, oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun dan dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan dan mencapai kesempurnaan Tugas Akhir ini. Semoga hasil dari Tugas Akhir ini dapat memberi manfaat yang besar bagi penulis dan kita semua.

Medan, Juni 2007 Penulis


(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan dan Manfaat ... 2

1.2.1. Tujuan ... 2

1.2.2. Manfaat ... 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air ... 3

2.2. Kegunaan Air Bagi Manusia ... 4

2.3. Standart Kualitas Air Minum ... 4

2.4. Logam Dalam Air ... 6

2.4.1. Besi ... 7

2.4.2. Pengaruh Fe Pada Manusia... 7

2.4.3. Metode Penghilang Besi ... 8

2.5. Defenisi Kolorimetri ... 9

2.5.1. Prinsip Analisa Fe ... 10

BAB III. METODOLOGI PERCOBAAN 3.1. Alat Dan Bahan ... 11


(6)

3.1.1. Alat ... 11 3.1.2. Bahan ... 11 3.1.3. Prosedur ... 11

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil ... 13 4.2. Pembahasan ... 13

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 15 5.2. Saran ... 16

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(7)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Air adalah materi didalam kehidupan. Tidak ada satupun mahluk hidup yang ada di planet ini yang tidak membutuhkan air. Didalam sel hidup baik pada sel tumbuh-tumbuhan pada hewan (termasuk didalamnya pada manusia) akan terkandung sejumlah air yaitu lebih dari 75% pada sel tumbuhan atau lebih dari 67% pada hewan terdiri dari air.

Kebutuhan terhadap air untuk keperluan sehari-hari di lingkungan rumah tangga ternyata berbeda-beda untuk tiap tempat, tempat lingkungan atau tiap bangsa atau negara. Semakin tinggi taraf kehidupan, semakin meningkat pula kebutuhan manusia terhadap air.

Penyediaan air bersih untuk dikonsumsi oleh masyarakat merupakan peran yang sangat penting dalam meningkatkan kesejahteraan lingkungan atau masyarakat yakni mempunyai peran dalam menurunkan angka penderita penyakit khususnya yang berhubungan dengan air dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Pentingnya kualitas air bersih dewasa ini perlu dikaji lebih intensif lagi, karena kualitas air khususnya di wilayah perkotaan sudah tidak memenuhi syarat golongan air B yakni untuk air minum. PDAM merupakan satu-satunya badan yang berfungsi untuk menyediakan air minum bagi masyarakat.

Logam besi juga terdapat didalam air, baik yang bersifat terlarut sebagai Fe2+ atau Fe3+, tersuspensi sebagai butir koloid dan tergabung dengan zat organik atau zat anorganik seperti tanah liat. Logam besi berasal dari tanah, bukit-bukit yang dilaluinya ataupun dalam proses erosi alamiah. Kandungan besi dalam air yang melebihi batas dapat menimbulkan efek negatif seperti menyebabkan bau,


(8)

rasa yang amis, menimbulkan gangguan pada hati serta noda-noda pada pakaian yang berwarna putih jika digunakan untuk mencuci.

Sehubungan dengan berbagai gangguan yang dihasilkan dalam proses pengolahannya haruslah memenuh standart kualitas air yang telah ditetapkan oleh keputusan MENKES, maka penulis tertarik untuk membahasnya dalam tugas akhir yang berjudul “Perbandingan kadar Fe antara air Baku dengan air Reservoir di PDAM Tirtanadi Instalasi Sunggal”.

1.2. Tujuan dan Manfaat 1.2.1. Tujuan

Untuk mengetahui kadar Fe dalam air Baku dan air Reservoir di PDAM Tirtanadi Instalasi Sunggal sesuai dengan standart mutu air.

1.2.2. Manfaat

Memberikan informasi kepada pihak pengguna air tentang bagaimana kadar besi yang terdapat dalam air Baku dan air Reservoir di PDAM Tirtanadi Instalasi Sunggal.


(9)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1Air

Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan, terutama penyakit perut. Seperti yang kita ketahui bahwa penyakit perut yang paling banyak terjadi di Indonesia.

Melalui penyediaan air bersih baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya di suatu daerah, maka penyebaran penyakit menular dalam hal ini adalah penyakit perut diharapkan bisa ditekan seminimal mungkin, penurunan penyakit perut ini didasarkan atas pertimbangan bahwa air merupakan salah satu mata rantai penularan penyakit perut.

Peningkatan kualitas air minum dengan jalan mengadakan pengelolahan terhadap air yang akan diperlukan sebagai air minum dengan mutlak diperlukan terutama air tersebut berasal dari air permukaan. Pengolahan yang dimaksud bisa dimulai dari sangat sederhana sampai yang pada pengolahan yang lengkap sesuai dengan tingkat kekotoran dari sumber asal air tersebut. Semakin kotor semakin berat pengolahan yang dibutuhkan dan semakin banyak ragam zat pencemar akan semakin banyak pula teknik-teknik yang diperlukan untuk mengolah air tersebut agar bisa dimanfaatkan sebagai air minum. Oleh karena itu dalam praktek sehari-hari maka pengolahan air adalah menjadi pertimbangan yang utama untuk menentukan apakah sumber tersebut bisa dipakai sebagai sumber persediaan atau tidak.

Peningkatan kuantitas air adalah merupakan syarat kedua setelah kualitas karena semakin maju tingkat kebutuhan air dari masyarakat tersebut untuk


(10)

keperluan minum maka dibutuhkan air rata-rata sebanyak 5 liter/hari, sedangkan secara keseluruhan kebutuhan akan air di suatu rumah tangga untuk masyarakat Indonesia diperkirakan sebesar 60 liter/hari. (Sutrisno, T, 2004)

2.2. Kegunaan Air Bagi Tubuh Manusia

Tubuh manusia sebagai terdiri dari air, kira-kira 60-70% dari berat badannya. Untuk kelangsungan hidupnya, tubuh manusia membutuhkan air yang jumlahnya antara lain tergantung berat badan.

Kegunaan air bagi tubuh manusia antara lain untuk: proses pencernaan, metabolisme, mengangkat zat-zat makanan dalam tubuh, mengatur keseimbangan suhu tubuh, dan menjaga jangan sampai tubuh kekeringan. Apabila tubuh kehilangan banyak air, maka akan mengakibatkan kematian. Sebagai contoh penderita penyakit kolera.

Untuk menjaga kebersihan tubuh, diperlukan juga air. Mandi menggunakan air bersih, diharapkan orang akan bebas dari penyakir seperti kudis, dermatitis dan penyakit-penyakit yang disebabkan karena fungsi. (Sutrisno, T, 2004).

2.3. Standar Kualitas Air Minum

Mengingat bahwa pada dasarnya tidak air yang seratus persen murni dalam arti sesuai benar dengan kualitas air yang tepat untuk kesehatan, maka walau bagaimanapun harus diusahakan air yang ada sedemikian rupa sehingga kualitas yang dibutuhkan tersebut memenuhi atau paling tidak mendekati syarat-syarat yang dikehendaki. Kadar maksimum yang diperbolehkan dalam kualitas air minum yaitu dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:


(11)

Tabel 1. Syarat-syarat air minum

No Unsur

Kadar maksimum Yang diperbolehkan

Satuan WHO Menkes RI No.

907/Menkes/SK/VII/2002 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. FISIKA Suhu Warna Bau Rasa Kekeruhan KIMIA Derajat Keasaman Zat Padat Zat organic sebagai

KmnO4

Karbon Oksida sebagai CO2

Kesadahan Kalsium sebagai Ca Magnesium sebagai Mg

Besi/jumlah Fe

Mangan (Mn) Tembaga (Cu)

Zink (Zn) Chlorida Sulfat (SO4)

Sulfida (H2S)

Fluorida (F) Amonia (NH4)

Nitrat (NO3)

Nitrit (NO2)

Phenol Arsen (As) Timbal (Pb) Selenium (Se) Chrom (Cr) Cyanida (CN) Cadmium (Cd) Air Raksa (Hg)

MIKROBIOLOGI Coliform Tinja 0 - 30 - - 15 9,2 1000 10 - - 200 150 1,0 0,3 1,5 1,5 600 - - 1 0,5 50 - 0,001 0,05 0,1 0,05 0,05 0,01 - - 0 C Pt-Co - - NTU - mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L Jlh/ml - 15 - - 5 8,3 - - - 500 - - 0,3 0,1 1,0 3 250 250 0,05 1,5 1,5 50 3 - - - - 0,05 0,07 - - 0

Pada saat ini tersusun syarat-syarat air yang dipandang baik yang secara umum, dan dibedakan atas tiga hal yakni :


(12)

A. Syarat-syarat fisik

1. Air tidak boleh berwarna 2. Air tidak boleh berasa 3. Air tidak boleh berbau 4. Air harus jernih

5. Suhu air hendaknya dibawah suhu udara (sejuk 250 B. Syarat-syarat kimia ( organik dan anorganik)

C)

Air minum tidak boleh mengandung senyawa-senyawa beracun dalam jumlah melampaui batas yang telah ditentukan (standar air minum Indonesia menurut peraturan MENKES RI, terlampir).

C. Syarat-syarat bakteriologik

Air minum tidak boleh mengandung bakteri-bakteri penyakit (patogen) sama sekali dan tidak boleh mengandung bakteri-bakteri golongan Coli melebihi batas-batas yang telah ditentukan yaitu 1 Coli/100 ml air.

2.4. Logam Dalam Air

Beberapa macam logam biasanya dominant daripada logam lainnya. Dalam air, hal ini sangat bergantung pada sumber air (air tanah dan air sungai). Disamping itu, jenis air juga mempengaruhi kandungan logam didalamnya (air tawar dan air laut). Air sungai di daerah hulu mungkin kandungan logamnya akan berbeda dengan air sungai dekat muara. Hal ini disebabkan dalam perjalannya, air tersebut mengalami beberapa kontaminasi, naik karena erosi maupun pencemaran dari sepanjang tepi sungai.


(13)

2.4.1. Besi

Besi (Fe) mempunyai bobot atom 55,85. Besi yang murni adalah logam berwarna putih-perak yang kuat, kokoh, dan liat, yang melebur pada 15350

a) Terlarut sebagai Fe

C. Besi adalah salah satu elemen kimiawi yang ditemukan pada hampir setiap tempat di bumi, pada semua lapisan geologis dan semua badan air. Pada umumnya, besi yang ada di dalam air dapat bersifat :

2+

(fero) atau Fe3+

b) Tersuspensi sebagai butir koloid, seperti Fe (feri)

2O3, FeO, Fe(OH)3

c) Tergabung dengan zat organik atau zat padat anorganik (seperti tanah liat) dan sebagainya

Pada air permukaan jarang ditemui kadar Fe lebih besar dari 1 mg/liter, tetapi di dalam air tanah, besi berada sebagai Fe2+ yang cukup dapat terlarut, sedangkan pada air sungai terjadi aerasi, Fe2+ teroksidasi menjadi Fe3+.

2.4.2. Pengaruh Fe pada Manusia

Adanya unsur-unsur besi (Fe) dalam air diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan unsur tersebut. Besi (Fe) merupakan suatu unsur yang penting dan berguna untuk metabolisme tubuh. Untuk keperluan ini tubuh membutuhkan 7-35 mg unsur tersebut per hari, yang tidak hanya diperoleh dari air. Besi dalam tubuh makhluk hidup berperan penting dalam sel darah merah dimana besi berikatan dengan Haemoglobin (Hb) mengandung besi 3,4 gr/kg. Karena itu, kekurangan logam ini dapat menyebabkan anemia. Di sisi lain besi juga memberikan pengaruh negatif bagi kehidupan manusia jika konsentrasi unsur ini melebihi ± 2 mg/L, seperti menyebabkan gangguan fungsi hati karena kelebihan Fe yang diendapkan sebagai hemosiderin terutama dalam hati.


(14)

Besi yang terlarut berbentuk Fe2+ dari bahan-bahan organik dalam air bersih dapat menimbulkan berbagai pengaruh negatif seperti:

1. Menyebabkan bau dan rasa logam yang amis

2. Menimbulkan noda pada produk-produk industri seperti kertas, tekstil 3. Menimbulkan noda berwarna kuning atau cokelat kekuningan terhadap

pakaian

4. Menimbulkan warna merah karat pada air

2.4.3. Metode Penghilangan

Metode-metode yang digunakan untuk menghilangkan atau menurunkan kadar besi (Fe) dalam air adalah :

1. Oksidasi

Penghilangan Fe 2+ (fero) di dalam air yang sangat mudah larut, yaitu dengan jalan oksidasi ion-ion menjadi Fe3+ (feri) yang berbentuk endapan.

2. Aerasi

Aerasi yang mengandung oksigen terlarut rendah dan CO2 yang

tinggi akan menghasilkan penambahan oksigen terlarut untuk oksidasi dan menaikkan pH. Dengan penurunan konsentrasi CO2

dapat menurunkan larutan Fe karena terbentuknya endapan Fe3+ 3. Penambahan bahan kimia dan pengendapan

.

Kekeruhan disebabkan oleh adanya partikel-partikel kecil dan koloid, termasuk didalamnya besi dalam air yang bersifat sebagai butir koloidal dan besi yang tergabung dengan zt organis dan inorganic (seperti tanah liat) dengan pembubuhan atau penambahan bahan kimia dengan sifat tertentu yang disebutkan flokulan yang


(15)

umumnya dipakai yaitu Aluminium sufat ( AI2(SO4)3

4. Filtrasi

) dalam bentuk larutan. Selain pembubuhan flokulan diperlukan pengadukan sampai flok-flok terbentuk. Flok ini mengumpulkan partikel kecil tersebut (bertumbukan) dan akhirnya bersama-sama mengendap.

Bahan padat sisa yang tetap berada di dalam air setelah pengendapan difiltrasi dengan media filter sehingga partikel-partikel serapan dan bahan flokulan akan bersentuhan dengan media filter (seperti pasir atau krikil) dan melekat padanya.

2.5. Defenisi Kolorimetri

Kolorimetri dikaitkan dengan penetapan konsentrasi suatu zat dengan mengukur absorpsi relative cahaya sehubungan dengan konsentrasi tertentu zat itu dalam kolorimetri visual, cahaya putih alamiah ataupun buatan umumnya digunakan sebagai sumber cahaya, dan penetapan biasanya dilakukan dengan suatu instrument sederhana yang disebut kolorimetri atau pembanding (Komparator) warna bila mata digantikan oleh sel foto listrik (jadi sebagian besar sesatan yang disebabkan karakteristik pribadi tiap pengamat dapat dihilangkan) instrument itu disebut kolorimetri fotolistrik.


(16)

2.5.1. Prinsip analisa Fe

Besi (II) bereaksi dengan 1,10-fenantrolina membentuk kompleks jingga merah [C12H8N2)3Fe]2+ Intensitas warnanya tidak bergantung pada keasaman

dalam jangka PH 2-9 dan stabil untuk waktu yang lama. Besi (III) dapat direduksi dengan hidroksilamonium klorida atau dengan hidrokuinon perak, Bismuth, Tembaga, Nikel dan Cobalt menganggu dengan serius seperti juga perklorat, Sianida, Molibdat, dan Tungstat. (Basset, 1994).


(17)

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat-alat

• Kolorimeter 980 Hach

• Kuvet 25 ml

• Pipet volum 10 ml

• Pro pipet

3.1.2. Bahan

- Air baku - Air reservoir

- Reagen Fe Hatch (iron fenatrolin)

3.2. Prosedur

- Dihidupkan alat kolorimeter 980, lalu tekan “PRGM” dan tekan “33” untuk analisis besi

- Tekan enter layar akan menunjukkan mg/liter Fe

- Diisikan botol sampel pertama dengan 10 ml air sampel (sebagai blanko) - Dimasukkan blanko ke tempat sel dan tutup, tekan zero dan layar akan

menunjukkan 0,00 mg/liter.

- Diisikan botol kedua dengan 10 ml air sampel (sebagai sampel)

- Ditambahkan satu pillow ferro ver iron ke dalam botol sampel kedua, aduk hingga larut


(18)

- Masukkan botol sampel kedua ke tempat sel, kemudian ditutup. - Ditekan “Read” catat hasil analisis besi yang ditunjukkan layar

- Ditampung sisa sampel yang telah tercema bahan-bahan kimia dan sisa kemasan bahan kimia yang baru digunakan ke dalam wadah yang aman.


(19)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil percobaan kadar Fe pada air baku dan air reservoir pada tanggal 24 Januari 2007 pukul 08.30 WIB dan tanggal 28 Maret 2007 pukul 09.00 WIB.

Tabel 2. Data Hasil Percobaan Kadar Besi pada Sampel Air Baku, Air Reservoir I dan Air Reservoir II

No Tanggal/Waktu

Kadar Besi (mg/L) Pada sampel Kadar

Maksimum Besi (mg/L) Dalam

Air Minum

Air Baku Air

Reservoir I

Air Reservoir II

1. 24 Januari 2007/08.30

0,87 0,06 0,08 0,3

2. 28 Maret 2007/09.00

0,47 0,18 0,02 0,3

Pembahasan

Dari hasil percobaan dapat dilihat bahwa kadar Fe pada air baku, air reservoir I dan air reservoir II pada tangga 24 Januari 2007 adalah 0,87 (mg/L), 0,06 (mg/L) dan 0,08 (mg/L). sedangkan kadar Fe pada air baku, air reservoir I dan air reservoir II pada tanggal 28 Maret 2007 adalah 0,47 (mg/L), 0,18 (mg/L) dan 0,02 (mg/L). Kadar Fe pada kedua sampel berbeda dan memenuhi standar

mutu air minum yang telah ditetapkan pleh peraturan Menkes No.. 907/Menkes/SK/VII/2002 yaitu 0,3 mg/L.


(20)

Kadar Fe ini pada air baku tanggal 24 Januari 2007 sebesar 0,87 mg/L dan 28 Maret 2007 sebesar 0,47 mg/L. Kadar besi pada air tersebut mengalami penurunan, kemungkinan turunnya kadar besi pada air baku tersebut adalah karena air baku telah mengalami proses pengolahan seperti oksidasi,aerasi, pembubuhan atau penambahan bahan kimia, pengendapan dan filtrasi. Dimana Fe2+ yang menjadi Fe3+ berbentuk endapan dibuang pada stasiun clerator. Kadar Fe pada sampel air baku reservoir I dan reservoir I pada tanggal 24 Januari 2007 dan 28 Maret 2007 berbeda karena pada penampungan pada air tersebut berbeda sehingga mempengaruhi kadar Fe dalam sampel. (Depkes RI, 1993).

Air reservoir I dan air reservoir II pada tanggal 24 Januari dan 28 Maret 2007. kemungkinan turunnya kadar besi tersebut adalah karena air Reservoir sudah terjadi proses pengolahan. Dimana kadar tawas yang terlalu rendah maupun terlalu tinggi dapat menyebabkan proses pembentukan flok-flok yang tidak baik dan menyebabkan flok-flok itu pecah sehingga sukar mengikat atau bersentuhan dengan partikel-partikel koloid yang mengandung besi.


(21)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kadar Fe pada air baku dan air reservoir yang diperoleh pada percobaan pada tanggal 24 Januari adalah air baku sebesar 0,87 mg/L, air reservoir I sebesar 0,06 mg/l, dan air reservoir II sebesar 0,08 mg/l, sedangkan pada percobaan pada tanggal 28 Maret 2007 adalah air baku sebesar 0,47 mg/l, air reservoir I sebesar 0,18 mg/l dan air reservoir II sebesar 0,02 mg/l, memenuhi standar mutu air minum yang ditetapkan oleh peraturan Menkes 907/Menkes/SK/VII/2002.

Saran

Pada penentuan Fe khususnya untuk air bersih perlu dilakukan analisa secara rutin, sehingga penggunaan air bersih tersebut dapat terpantau yaitu berada pada standar mutu air minum menurut peraturan Menteri Kesehatan RI.


(22)

DAFTAR PUSTAKA

Alaert, S, (1984), “Metode Penelitian Air”, Usaha Nasional, Surabaya.

Bassett, J, (1994), “Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik”, Cetakan Pertama, Penerbit Buku Kedokteraan EGC, Jakarta.

Darmno, (1995), “Logam Dalam Sistem Biologi Mahluk Hidup”, Penerbit UI-Press Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, (1993), “Pedoman Teknis Perbaikan Kualitas Air”, Edisi Kedua, Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyediaan Lingkungan Pemukiman, Direktorat penyehatan air, Jakarta. Effendi, H, (2003) “Telaah Kualitas Air”, Cetakan Kelima, Penerbit Kansius

Yogyakarta.

Suriawan, U, (1993), “Mikrobiologi Air”, Cetakan Kedua, Penerbit Alumni, Bandung

Totok, S, (2004), “Teknologi Penyediaan Air Bersih”, Cetakan Kelima, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.


(1)

11 BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat-alat

• Kolorimeter 980 Hach

• Kuvet 25 ml

• Pipet volum 10 ml • Pro pipet

3.1.2. Bahan - Air baku - Air reservoir

- Reagen Fe Hatch (iron fenatrolin)

3.2. Prosedur

- Dihidupkan alat kolorimeter 980, lalu tekan “PRGM” dan tekan “33” untuk analisis besi

- Tekan enter layar akan menunjukkan mg/liter Fe

- Diisikan botol sampel pertama dengan 10 ml air sampel (sebagai blanko) - Dimasukkan blanko ke tempat sel dan tutup, tekan zero dan layar akan

menunjukkan 0,00 mg/liter.

- Diisikan botol kedua dengan 10 ml air sampel (sebagai sampel)

- Ditambahkan satu pillow ferro ver iron ke dalam botol sampel kedua, aduk hingga larut

- Ditekan timer “enter” tunggu selama 3 menit


(2)

- Ditekan “Read” catat hasil analisis besi yang ditunjukkan layar

- Ditampung sisa sampel yang telah tercema bahan-bahan kimia dan sisa kemasan bahan kimia yang baru digunakan ke dalam wadah yang aman.


(3)

13 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil percobaan kadar Fe pada air baku dan air reservoir pada tanggal 24 Januari 2007 pukul 08.30 WIB dan tanggal 28 Maret 2007 pukul 09.00 WIB. Tabel 2. Data Hasil Percobaan Kadar Besi pada Sampel Air Baku, Air Reservoir I dan Air Reservoir II

No Tanggal/Waktu

Kadar Besi (mg/L) Pada sampel Kadar Maksimum Besi

(mg/L) Dalam Air Minum Air Baku Air

Reservoir I

Air Reservoir II 1. 24 Januari

2007/08.30

0,87 0,06 0,08 0,3

2. 28 Maret 2007/09.00

0,47 0,18 0,02 0,3

Pembahasan

Dari hasil percobaan dapat dilihat bahwa kadar Fe pada air baku, air reservoir I dan air reservoir II pada tangga 24 Januari 2007 adalah 0,87 (mg/L), 0,06 (mg/L) dan 0,08 (mg/L). sedangkan kadar Fe pada air baku, air reservoir I dan air reservoir II pada tanggal 28 Maret 2007 adalah 0,47 (mg/L), 0,18 (mg/L) dan 0,02 (mg/L). Kadar Fe pada kedua sampel berbeda dan memenuhi standar

mutu air minum yang telah ditetapkan pleh peraturan Menkes No.. 907/Menkes/SK/VII/2002 yaitu 0,3 mg/L.


(4)

dan 28 Maret 2007 sebesar 0,47 mg/L. Kadar besi pada air tersebut mengalami penurunan, kemungkinan turunnya kadar besi pada air baku tersebut adalah karena air baku telah mengalami proses pengolahan seperti oksidasi,aerasi, pembubuhan atau penambahan bahan kimia, pengendapan dan filtrasi. Dimana Fe2+ yang menjadi Fe3+ berbentuk endapan dibuang pada stasiun clerator. Kadar Fe pada sampel air baku reservoir I dan reservoir I pada tanggal 24 Januari 2007 dan 28 Maret 2007 berbeda karena pada penampungan pada air tersebut berbeda sehingga mempengaruhi kadar Fe dalam sampel. (Depkes RI, 1993).

Air reservoir I dan air reservoir II pada tanggal 24 Januari dan 28 Maret 2007. kemungkinan turunnya kadar besi tersebut adalah karena air Reservoir sudah terjadi proses pengolahan. Dimana kadar tawas yang terlalu rendah maupun terlalu tinggi dapat menyebabkan proses pembentukan flok-flok yang tidak baik dan menyebabkan flok-flok itu pecah sehingga sukar mengikat atau bersentuhan dengan partikel-partikel koloid yang mengandung besi.


(5)

15 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kadar Fe pada air baku dan air reservoir yang diperoleh pada percobaan pada tanggal 24 Januari adalah air baku sebesar 0,87 mg/L, air reservoir I sebesar 0,06 mg/l, dan air reservoir II sebesar 0,08 mg/l, sedangkan pada percobaan pada tanggal 28 Maret 2007 adalah air baku sebesar 0,47 mg/l, air reservoir I sebesar 0,18 mg/l dan air reservoir II sebesar 0,02 mg/l, memenuhi standar mutu air minum yang ditetapkan oleh peraturan Menkes 907/Menkes/SK/VII/2002.

Saran

Pada penentuan Fe khususnya untuk air bersih perlu dilakukan analisa secara rutin, sehingga penggunaan air bersih tersebut dapat terpantau yaitu berada pada standar mutu air minum menurut peraturan Menteri Kesehatan RI.


(6)

Alaert, S, (1984), “Metode Penelitian Air”, Usaha Nasional, Surabaya.

Bassett, J, (1994), “Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik”, Cetakan Pertama, Penerbit Buku Kedokteraan EGC, Jakarta.

Darmno, (1995), “Logam Dalam Sistem Biologi Mahluk Hidup”, Penerbit UI-Press Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, (1993), “Pedoman Teknis Perbaikan Kualitas Air”, Edisi Kedua, Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyediaan Lingkungan Pemukiman, Direktorat penyehatan air, Jakarta. Effendi, H, (2003) “Telaah Kualitas Air”, Cetakan Kelima, Penerbit Kansius

Yogyakarta.

Suriawan, U, (1993), “Mikrobiologi Air”, Cetakan Kedua, Penerbit Alumni, Bandung

Totok, S, (2004), “Teknologi Penyediaan Air Bersih”, Cetakan Kelima, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.