Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Banyak peristiwa yang telah mewarnai perjalan Bangsa Indonesia dari sebelum kemerdekaan hingga diproklamirkannya kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Tidak dapat dipungkiri dari semua peristiwa yang mewarnai perjalanan bangsa Indonesia mempunyai arti penting bagi dinamika perjalanan sejarah bangsa Indonesia khususnya bagi umat Islam. Selain itu kita bisa melihat pentingnya kontribusi umat Islam pada perjuangan kemerdekaan Indonesia. Hal ini terlihat dari peran organisasi-organisasi Islam yang terlibat dalam berbagai kehidupan masyarkat, baik secara ekonomi maupun sosial budaya. Misalnya Sarekat Islam SI yang didirikan pada tahun 1912 merupakan organisasi kultural dan ekonomi Islam. Begitu juga gerakan modernis Muhammadiyah yang didirikan pada tahun 1912 maupun Nahdlatul Ulama yang tradisionalis yang didirikan tahun 1926. Semua organisasi Islam tersebut memberikan kontribusi bagi terciptanya identitas nasional Indonesia. Meski peran historis umat Islam dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia begitu besar dan menentukan, namun tidak dapat diingkari adanya kenyataan bahwa Islam sering dikesankan sebagai sebuah momok yang kerap membangkitkan kecurigaan para penguasa di Indonesia. Pada masa Orde Lama partai Islam, Masyumi dilarang oleh Soekarno karena dianggap terlibat dalam pemberontakan pada tahun 1950-an. Begitu juga pada masa pemerintahan Orde Baru partai-partai Islam tidak mendapat tempat yang sesuai dengan sumbangsih umat Islam bagi berdirinya Orde Baru. 1 Sebagaimana dimaklumi, umat Islam memainkan peranan besar dan memberikan sumbangan sangat berarti bagi kejatuhan Soekarno. Tetapi akhirnya segera pula kelihatan pemerintah yang dikuasai militer di bawah Soeharto masih trauma dengan pemberontakan Masyumi. Pemerintah Orde Baru yang mengagungkan stabilitas demi program pembangunan melakukan langkah-langkah yang berusaha menjauhkan kalangan Islam dari pentas politik. 2 Salah satu bentuknya adalah menggabung partai-partai Islam ke dalam satu partai bernama Partai Persatuan Pembangunan PPP. Selain itu pemerintah Soeharto menebarkan semangat kecurigaan dan kebencian dengan apa yang disebut “Ekstrem Kanan” dan kemudian memunculkan isu SARA Suku, Agama, Ras dan Antargolongan. Upaya-upaya untuk mengeliminir peran umat Islam pun dilakukan dengan sangat sistematik melalui penetapan azas tunggal. 3 1 Anders Uhlin,Oposisi Berserak, Bandung: Mizan, 1998, hal. 69. 2 Al Chaidar, Pemilu 1999: Pertarungan Ideologi Partai-Partai Islam Versus Partai-Partai Sekuler, Jakarta: Darul Falah,1999, hal. 269. 3 Al Chaidar, Pemilu 1999: Pertarungan Ideologi Partai-Partai Islam, hal. 33. Himpitan politik yang terus menerus dilakukan oleh penguasa Orde Baru pada akhirnya mencapai titik balik. Diawali dengan krisis ekonomi berkepanjangan sejak tahun 1997, suhu politik nasional kian memanas dan kebencian terhadap sosok Soeharto kian memuncak. Akhirnya pada tanggal 21 Mei 1998, presiden Soeharto menyatakan mundur sebagai presiden akibat demonstrasi dan desakan berbagai kalangan agar Soeharto mengundurkan diri. Desakan arus reformasi ini telah membawa perubahan yang cukup besar bagi dunia politik di Indonesia. 4 Di tengah arus reformasi dengan dibukanya kran politik untuk seluruh masyarakat, banyak bermunculan partai-partai politik yang lahir dengan berbagai macam ideologi yang berbeda. Salah satu partai yang muncul saat itu adalah Partai Kebangkitan Bangsa PKB. Detik-detik deklarasi PKB yang berasaskan Pancasila merupakan momentum sejarah yang tidak akan pernah terlupakan. Momentum itu sekaligus menandakan fase baru bangkitnya peran politik NU yang selama Orde Baru dikunci oleh penguasa yang otoriter. Tampaknya partai yang baru lahir itu mendapatkan dukungan dan legitimasi dari warga NU yang mendambakan partai politik. Dalam rangka pembentukan partai tersebut, pengurus PBNU segera membentuk Tim Lima yang menggodok keinginan dan usulan kaum nadhliyin. Tim Lima ini diketuai oleh K. H. Ma’ruf Amin Rais 4 Bambang Setiawan, Partai-Partai Politik Indonesia, Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2004, hal. 255-256. Syuriah PBNU dan beranggotakan K. H. M. Dawam Anwar, Dr. K. H. Said Agiel Siradj, M.A., H.M. Rozy Munir, S.E., M.Sc, dan H. Ahmad Bagja. Dengan dibantu oleh tim asisten PBNU yang diketuai oleh Arifin Junaedi, Tim Lima menyepakati pendirian parpol baru dan memilih nama Partai Kebangkitan Bangsa PKB dari tiga mana andalan lainnya, yaitu Partai Nadlatul Ummat dan Partai kebangkitan Umat. 5 Walaupun Partai Kebangkitan Bangsa berbasiskan Islam, namun ia berbeda dengan partai-partai Islam lainnya, seperti PPP, PBB, dan PKS yang memperjuangkan ditegakkannya syariat Islam di tanah Indonesia. PKB menurut Abdurrahman Wahid Gusdur bukan partai Islam, melainkan partai yang menginginkan negara sekuler. Negara sekuler memisahkan secara tegas antara agama dan negara dan tidak memberikan tempat bagi masuknya syariat Islam ke dalam undang-undang. 6 Sebagaimana telah menjadi ketetapan Nahdlatul Ulama, Partai Kebangkitan Bangsa menerima Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI sebagai bentuk final cita-cita umat Islam Indonesia mengenal Negara. Penerimaan atas Negara Kesatuan Republik Indonesia berarti pengakuan atas pluralitas bangsa. Oleh karenanya, Partai 5 John L. Esposito, Ensiklopedi Islam, Dunia Islam Modern, Jakarta: Mizan, 2001, hal. 258. 6 John L. Esposito, Ensiklopedi Islam, hal. 253. Kebangkitan Bangsa menolak diskriminasi kelompok apapun sejak dari sikap batin, prilaku strategi sampai pada tujuan-tujuan perjuangannya. 7 Begitu juga secara ideologis, PKB menerima dan menjadikan Pancasila sebagai asasnya. Penerimaan PKB terhadap Pancasila sebagai azas tunggal sangat berlawanan dengan beberapa partai pilitik Islam lainnya yang menolak menjadikan Pancasila sebagai azas tunggal. Bahkan sebagian kalangan menganggap Pancasila sebagai ideologi masa lalu yang mengekang kebebasan dan mendukung status quo sebagaimana dipraktikkan oleh pemerintah Orde Baru. Itulah sebabnya sebagian orang alergi dengan Pancasila dan segala atribut yang terkait dengan Pancasila. Di tengah hujatan dan cemooh sebagian kalangan termasuk partai politik Islam, PKB justru hadir dengan mengusung Pancasila sebagai asasnya. Pilihan PKB terhadap asas Pancasila tentu merupakan langkah berani dan merupakan terobosan yang luar biasa di tengah Pancasila dijadikan sejarah masa lalu dan di tengah masyarakat merayakan kebebasan dari kekangan ideologi. Bagi PKB Pancasila menjadi sangat penting di tengah gejala menguatnya identitas yang menggunakan etnis, agama dan ras sebagai landasan orientasinya. Hal ini menjadi ancaman terhadap kebhinekaan bangsa. 8 Di sinilah pentingnya Pancasila sebagai perekat kebhinnekaan. Dari uraian di atas, penulis ingin menelaah secara mendalam tentang Pancasila sebagai azas tunggal Partai Kebangkitan Bangsa yang menjadikannya 7 Ahmad Hakim Jaily dan Mohammad Tohadi, PKB Pemilu 2004, Jakarta: Lembaga Pemenangan Pemilu PKB, 2003, hal. 29. 8 Sali Susiana, Pemilu 2004: Analisis Politik Hukum dan Ekonomi, Jakarta: CV. Tiga Putra Utama, 2003, hal. 80-81. sebagai harga mati dalam partainya di tengan kontroversi partai-partai politik yang memperdebatkan eksistensi Pancasila sebagai azas tunggal dalam partai politik di masa reformasi ini. Dalam rangka mendeskripsikan lebih dalam tentang sikap Partai Kebangkitan Bangsa Terhadap Pancasila penulis akan coba mengupasnya secara mendalam pada skripsi ini dengan judul “Sikap Partai Kebangkitan Bangsa Terhadap Pancasila”

B. Batasan dan Rumusan Masalah