warga NU akan terombang ambing dengan keadaan dan kehilangan arah, yang dikhawatirkan justru akan melahirkan sebuah disintegrasi internal.
Gairah euforia politik yang terjadi dalam komunitas NU bahwa mereka juga ingin mendirikan partai, bukanlah sekedar ingin ikut-ikutan atau tanpa dasar. Secara
internal, keinginan warga NU tersebut pada umumnya didasari oleh tiga hal. Pertama, bermotif berdakwah dalam rangka amar ma’ruf nahi munkar yang sangat
populer dalam doktrin politik NU. Kedua, potensi sosiologis dan historis dimana solidaritas dan emosionalitas ke-NU-an yang sangat potensial untuk menjadi
kekuatan politik, dan ketiga, dalam sejarah peran politiknya, NU selama hampir tiga dasawarsa termarjinalisasi dalam politik dan seolah tidak habis-habisnya mendapat
perlakuan yang tidak adil, baik dari negara maupun dari kelompok Islam lainnya.
16
Oleh karena itu setelah tumbangnya rezim Orde Baru, para ulama, politisi dan aktivis NU dari berbagai daerah saling melempar gagasan yang intinya mereka
menginginkan kembalinya NU untuk maju kepentas percaturan politik nasional.
B. Pembentukan Partai Kebangkitan Bangsa
Lengsernya presiden Soeharto sebagai akibat tuntutan yang kuat baik dalam bentuk unjuk rasa, unjuk keprihatinan, sampai istighosah menandai lahirnya era baru
di Indonesia, yang kemudian disebut era reformasi. Berdirinya PKB merupakan penyikapan terhadap era reformasi yang
membuka keran kebebasan termasuk kebebasan mendirikan partai politik. Persoalan
16
Choirie, PKB Politik Jalan Tengah NU, Jakarta: Pustaka Ciganjur, 2002, h.169.
dalam mendirikan partai terjadi karena adanya tarik menarik antara kelompok yang menyatakan perlu mendirikan partai politik dengan kelompok yang menganggapnya
tidak perlu. Sehari setelah hari bersejarah itu, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama PBNU
mulai kebanjiran usulan dari warga NU di seluruh pelosok tanah air. Usulan yang masuk ke PBNU sangat beragam, ada yang hanya mengusulkan agar PBNU
membentuk parpol, ada yang mengusulkan nama parpol. Tercatat ada 39 nama parpol yang diusulkan. Nama terbanyak yang diusulkan adalah Nahdlatul Ummah,
Kebangkitan Umat, dan Kebangkitan Bangsa. Ada juga yang mengusulkan lambang parpol. Unsur-unsur yang terbanyak
diusulkan untuk lambang parpol adalah gambar bumi, bintang sembilan dan warna hijau. Ada yang mengusulkan bentuk hubungan parpol dengan NU, ada yang
mengusulkan visi dan misi parpol, ADART parpol, nama-nama untuk menjadi pengurus parpol, ada juga yang mengusulkan semuanya. Di antara yang usulannya
paling lengkap adalah Sebelas Rembang yang diketuai K.H.M Cholil Bisri dan PWNU Jawa Barat.
Dalam menyikapi usulan yang masuk dari masyarakat Nahdliyin, PBNU menanggapinya secara hati-hati. Hal ini didasarkan pada adanya kenyataan bahwa
hasil muktamar NU ke-27 di Situbondo yang menetapkan bahwa secara organisatoris NU tidak terkait dengan partai politik manapun dan tidak melakukan kegiatan politik
praktis. Namun demikian, sikap yang ditunjukkan PBNU belum memuaskan keinginan warga NU. Banyak pihak dan kalangan NU dengan tidak sabar bahkan
langsung mengatakan berdirinya parpol untuk mewadahi aspirasi politik warga NU setempat. Diantara yang sudah mendeklarasikan sebuah parpol adalah partai bintang
sembilan di Purwokerto dan Partai Kebangkitan Umat Perkanu di Cirebon. Musyawarah yang dilakukan oleh PBNU dengan para ulama pada tanggal 3
Juni 1998 untuk menyikapi permasalahan yang sedang berkembang pada era reformasi muncul tiga pendapat, yaitu NU perlu membuat partai politik tertentu, NU
dijadikan partai politik, dan warga NU yang ada dalam partai tertentu tetap tinggal di partainya masing-masing.
Akhirnya, diputuskan bahwa komunitas NU perlu memiliki partai politik sendiri. Atas inisiatif dari Kyai Cholil Bisri, dikumpulkan para Kyai dan para tokoh
politik NU untuk bertemu di Rembang, yang kemudian dikenal dengan sebutan pertemuan Rembang, termasuk didalamnya Matori Abdul Djalil sebagai penggagas
awal lahirnya PKB. Matori, KH Cholil Bisri dan beberapa Kyai lain membentuk suatu tim yang akan mempersiapkan lahirnya partai baru ini.
Tim dari Rembang kemudian menyusun rumusan teks deklarasi dan ADART untuk dimatangkan kembali di Semarang, Malang, dan Bandung. Di
Bandung, selain kelompok Pertemuan Rembang, hadir pula seluruh kelompok yang ada dalam komunitas NU.
Semua aspirasi kemudian disalurkan kepada PBNU sebagai institusi yang perlu memfasilitasi lahirnya partai baru. Hasil kerja keras tim dari Rembang
melahirkan usulan yang hampir sempurna dan memudahkan PBNU dalam menentukan ADART. Dalam proses pemilihan calon-calon pengurus, PBNU
mengalami tarik-menarik pendapat mengenai siapa yang akan mengisi kepengurusan partai.
Dibuatlah sebuah persyaratan bahwa yang menjadi pengurus adalah mereka yang sudah lama berkecimpung dalam dunia politik dan memiliki kemampuan dalam
berpolitik. Matori maju sebagai Ketua Umum pertama dalam PKB.
Selanjutnya, PBNU segera membentuk Tim Lima yang diberi tugas untuk memenuhi aspirasi warga NU. Tim Lima diketuai oleh K.H Ma’ruf Amin Rais
SyuriyahKoordinator harian PBNU. Untuk mengatasi hambatan organisatoris, Tim Lima itu dibekali Surat Keputusan PBNU.
Untuk memperkuat posisi dan kemampuan kerja Tim Lima seiring semakin derasnya usulan warga NU yang menginginkan partai politik, maka Rapat Harian
Syuriah dan Tanfidziyah PBNU tanggal 20 Juni 1998 memberi Surat Tugas kepada Tim Lima, selain itu juga dibentuk Tim Asisten yang diketuai oleh Arifin Djunaedi
Wakil Sekjen PBNU. Tim Asisten bertugas membantu Tim Lima dalam menginuventarisasi dan merangkum usulan yang ingin membentuk parpol baru, dan
membantu warga NU dalam melahirkan parpol baru yang dapat mewadahi aspirasi politik warga NU.
Pada tanggal 22 Juni 1998 Tim Lima dan Tim Asisten mengadakan rapat untuk mendefinisikan dan mengelaborasikan tugas-tugasnya. Tanggal 26-28 Juni
1998 Tim Lima dan Tim Asisten mengadakan konsinyering di Villa La Citra Cipanas untuk menyusun rancangan awal pembentukan parpol. Pertemuan ini menghasilkan
lima rancangan: Pokok-pokok pikiran NU mengenai reformasi politik, mabda’ siyasiy, hubungan partai politik dengan NU, ADART, dan Naskah Deklarasi.
17
Kemudian, pada tanggal 4-5 Juni 1998 Tim Lima dan Tim Asisten mengadakan Silaturrahmi Nasional Ulama dan Tokoh NU di Bandung guna
memperoleh masukan lebih luas dari warga NU. Dalam kesepakatan ini muncul tiga alternatif mengenai nama parpol, yakni Nahdlatul Ummah, Kebangkitan Umat, dan
Kebangkitan Bangsa. Berikutnya, setelah melalui diskusi verifikasi pada tanggal 30 Juli 1998, dan
konsultasi dengan berbagai pihak, Tim Lima dan Tim Asistensi menyerahkan hasil akhir kepada Rapat Harian Syuriyah dan Tanfidziyah PBNU pada tanggal 22 Juli
1998. Rapat tersebut telah menerima rancangan yang disiapkan Tim Lima dan Tim Asistensi untuk diserahkan kepada pengurus parpol sebagai dokumen historis dan
aturan main parpol. Alhasil, parpol yang diharapkan dapat menampung aspirasi warga NU pada
khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya yang diberi nama Partai Kebangkitan Bangsa, pada tanggal 23 Juli 1998 dideklarasikan di kediaman K.H.
Abdurrahman Wahid Gus Dur, Ciganjur, Jakarta Selatan.
18
Partai ini berazaskan Pancasila, bersikap demokratis dan terbuka. Di depan sekitar 3.000 warga NU yang
memadati rumah Gus Dur, ketua umum PBNU. PKB didirikan dengan beberapa
17
Ahmad Hakim Jaily dan Mohammad Tohadi, PKB Pemilu 2004, Jakarta: Lembaga Pemenangan Pemilu PKB, 2003, h. 3-5.
18
Mohammad Tohadi dan Zainal Abidin, Orientasi Pemenangan Pemilu Partai Kebangkitan Bangsa, Jakarta: LPP-DPP PKB, 2002, h. 58-59.
harapan, agar NU tidak berpolitik praktis seperti digariskan pada muktamar NU ke-27 di Situbondo, Jawa Timur, 1984. PKB diharapkan dapat menampung aspirasi politik
kaum nahdliyin, yang diperhitungkan berjumlah 40 juta orang. Oleh karena itu, secara historis PKB memiliki hubungan kultural aspiratif dengan segenap warga
nahdliyin. Dalam Anggaran Dasar Partai, ditegaskan bahwa landasan perjuangan PKB
adalah humanisme religius dengan prioritas perjuangan pengembalian kedaulatan rakyat, keadilan, dan persatuan.
19
Lambang Partai Kebangkitan Bangsa adalah ‘sembilan bintang melingkari bola peta Indonesia’. Bumi dan peta Indonesia, bermakna tanah air Indonesia yang
merupakan basis perjuangan partai dalam usahanya untuk mencapai tujuan sebagaimana termaktub dalam pasal 7 Anggaran Dasar yaitu, mewujudkan cita-cita
kemerdekaan Republik Indonesia yang adil dan makmur sehingga terlaksana tatanan politik yang demokratis, terbuka, dan berakhlakul karimah.
20
Sembilan bintang bermakna idealisme partai yang memuat 9 nilai, yaitu kemerdekaan, keadilan,
kebenaran, kejujuran, kerakyatan, persamaan, kesederhanaan, keseimbangan, dan persaudaraan.
Tulisan nama partai bermakna identitas diri partai yang berfungsi sebagai sarana perjuangan aspirasi politik rakyat Indonesia yang memiliki kehendak
menciptakan tatanan kehidupan bangsa yang demokratis. Bingkai segi empat dengan
19
Lihat Azas dan Prinsip Perjuangan ADART PKB, Pasal 4.
20
Lihat Tujuan dan Usaha ADART PKB, Pasal 7.
garis ganda yang sejajar bermakna garis perjuangan Partai yang menempatkan orientasi duniawi dan ukhrawi, material dan spiritual, lahir dan batin, secara sejajar.
Arti warna adalah sebagai berikut: Putih bermakna kesucian, ketulusan, dan kebenaran yang menjadi etos perjuangan partai; Hijau, bermakna kemakmuran lahir
dan batin bagi seluruh rakyat Indonesia yang menjadi tujuan perjuangan Partai; Kuning, bermakna Kebangkitan Bangsa yang menjadi nuansa pembaruan dan
berpijak kepada kemaslahatan umat manusia.
21
C. Hubungan Historis Kultural PKB dan NU