Pengaruh Skarifikasi Bagian-Bagian Benih Dan Konsentrasi Asam Giberelat (GA3) Terhadap Perkecambahan Benih Aren (Arenga pinnata L)

(1)

PENGARUH SKARIFIKASI BAGIAN-BAGIAN BENIH DAN

KONSENTRASI ASAM GIBERELAT (GA3) TERHADAP

PERKECAMBAHAN BENIH AREN (Arenga pinnata L)

SKRIPSI OLEH

DORNADO SIRAIT 040301042 BDP- AGRONOMI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PENGARUH SKARIFIKASI BAGIAN-BAGIAN BENIH DAN

KONSENTRASI ASAM GIBERELAT (GA3) TERHADAP

PERKECAMBAHAN BENIH AREN (Arenga pinnata L)

SKRIPSI

OLEH

DORNADO SIRAIT 040301042 BDP-AGRONOMI

Skripsi Merupakan Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pertanian di Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh Komisi pembimbing :

( Prof. Dr. Ir. J. A. Napitipulu, MSc) ( Ir. Asil Barus, MS

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

) Ketua Anggota

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRACT

This research was executed to know the effect of seed scarification treatment and giberellic acid to germination of Sugar Palm (Arenga pinnata Merr.) seeds. The research was held in Laboratory of Horticulture, Faculty of Agriculture USU, Medan started from April to August 2010. This research was conducted by factorial randomized block design with 2 factors. First factor was seed scarification treatment with 4 stages, i.e. S1 = . The second factor was concentration of giberellic acid treatment with 3 stages, i.e. G1 = 100 mg/l; G2 = 200 mg/l; G3 = 300 mg/l. Observed parameters were Speed of Germination, Normal Germination, Length of Sprout, Sum of Roots, Length of Roots, Length of Embrio Axis and Diameter of Sprout. The result showed that the seed scarification and concentration of giberellic acid and interaction of both treatment not significantly affected to all observed parameters.


(4)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari perlakuan skarifikasi benih dan pemberian asam giberelin terhadap perkecambahan benih Aren (Arenga pinnata Merr.). Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hortikultura, Fakultas Pertanian USU Medan dimulai dari bulan April sampai Agustus 2010. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial

dengan 2 faktor. Faktor pertama adalah skarifikasi dengan 4 taraf, yaitu: S1 = skarifikasi bagian ujung benih; S2 = skarifikasi bagian pangkal benih; S3 = skarifikasi bagian punggung benih; S4 = skarifikasi bagian perut benih.

Sedangkan faktor kedua adalah konsentrasi GA3 dengan 3 taraf, yaitu:

G1 = 100 g/ml; G2 = 200 g/ml; G3 = 300 g/ml. parameter yang diamati adalah Kecepatan berkecambah, Kecambah Normal, Panjang Kecambah, Jumlah Akar, Panjang Akar, Panjang Axis Embrio dan Diameter Kecambah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan skarifikasi dan konsentrasi GA3 serta interaksi

antara keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter pengamatan. Kata kunci : Aren, skarifikasi, asam giberelat, dormansi biji


(5)

RIWAYAT HIDUP

Dornado Sirait, lahir pada tanggal 26 Januari 1986 di Hutabaru, Propinsi

Sumatera Utara, anak ke 5 dari 12 bersaudara, putra dari ayahanda Alm. J. Sirait dan ibunda N. Sinaga.

Adapun pendidikan yang pernah ditempuh penulis hingga saat ini adalah Pendidikan Dasar di SD Negeri 096126 Silimapuluh lulus tahun 1998, Pendidikan Menengah Pertama di SLTP Negeri 3 Nagur lulus tahun 2001, Pendidikan Menengah Atas di SMU 1 Dolok Panribuan lulus tahun 2004 dan terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan pada tahun 2004 melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada Departemen Budidaya Pertanian Program Studi Agronomi.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjabat sebagai asisten Laboratorium Agronomi Tanaman Pangan (TA. 2007/2008-2009/2010), asisten Ilmu Hortikultura (TA. 2008/2009), dan mengikuti kegiatan organisasi Himpunan Mahasiswa Budidaya Pertanian (HIMADITA) tahun 2007-2009.

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) periode Juni 2008 sampai Juli 2008 di PT. SOCFIN INDONESIA, Kecamatan Tanah Gambus, Kabupaten Batubara.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikanpenelitian dan skripsi ini. Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “Pengaruh

Skarifikasi Bagian-bagian Benih dan Konsentrasi Asam Giberelat (GA3) Terhadap Perkecambahan Benih Aren (Arenga pinnata L. (Wurmb.) Merr)”.

Penelitian dan skripsi ini tidak akan selesai dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: bapak Prof. Dr. Ir. J. A. Napitupulu, MSc sebagai ketua komisi pembimbing dan bapak Ir. Asil Barus, MS sebagai anggota komisi pembimbing yang telah memberi banyak saran, petunjuk, bimbingan, arahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Kepada ayahanda Alm. J. Sirait dan ibunda N. Sinaga yang telah membesarkan penulis dengan segenap cinta dan kasih sayang serta pengorbanan yang tak ternilai harganya. Segenap saudara/i penulis kak Ronala, kak Roturen, kak Roslina, bang Boyando, Deardo, Asido, Basardo, Rosansah, Rokristalia, Torhondo dan Lusinda yang selalu memberikan dukungan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini. Keluarga N. Sinaga dan M. Marpaung yang begitu banyak memberikan semangat, dukungan, motivasi serta doa dan menampung segala keluh kesah penulis selama menjalani perkuliahan hingga sekarang ini. Kepada teman-teman mahasiswa Budidaya Pertanian antara lain: Parsaoran S, Rekki G, Adriansyah, Aleksander S, Bosco S, Andar S, Pu Raja P, Juniliker S, Syawal Afandi, Ricky Fajar M, Anggiat S, Kaharuddin, Herta S, Meilindra S, dan juga seluruh teman-teman


(7)

angkatan 2004 dan juga adik-adik angkatan 2007 atas bantuan tenaga, do’a, motivasi dan rasa kekeluargaan yang telah membantu penulis selama perkuliahan, penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Desember 2010


(8)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 4

Hipotesa Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh ... 5

Botani ... 5

Syarat Tumbuh... 6

Dormansi Benih ... 7

Skarifikasi Benih ... 8

Asam Giberelat ... 8

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 10

Bahan dan Alat Penelitian ... 10

Metode Penelitian ... 10

Metode Analisa Data... 12

Pelaksanaan Penelitian ... 13

Pembuatan Bak Perkecambahan ... 13

Persiapan Media Perkecambahan ... 13

Seleksi Benih ... 13

Skarifikasi Benih... 13

Perendaman Benih ... 13

Penanaman ... 14

Pemeliharaan Penyiraman ... 14


(9)

Penyiangan ... 14

Pengamatan parameter ... 14

Kecepatan Berkecambah (hari)... 14

Daya Berkecambah (%) ... 15

Kecambah normal (%) ... 15

Panjang Bibit (cm) ... 15

Jumlah Akar ... 15

Panjang Akar (cm) ... 16

Panjang axis embrio (cm) ... 16

Diameter Bibit (cm) ... 16

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 17

Pembahasan ... 25

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 28

Saran ... 28

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

No. Judul Tabel Hal

1. Kecepatan berkecambah tanaman aren pada perlakuan skarifikasi dan

GA3... 17

2. Kecambah normal tanaman aren pada perlakuan skarifikasi dan GA3 ... 19

3. Jumlah akar tanaman aren pada perlakuan skarifikasi dan GA3 ... 21

4. Panjang akar tanaman aren pada perlakuan skarifikasi dan GA3 ... 22

5. Panjang axis embrio tanaman aren pada perlakuan skarifikasi dan GA3 ... 22

6. Diameter kecambah tanaman aren pada perlakuan skarifikasi dan GA3 ... 23


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Lampiran Hal

1. Data kecepatan berkecambah (hari) ... 30

2. Sidik ragam kecepatan berkecambah ... 30

3. Data daya berkecambah (%) ... 31

4. Sidik ragam daya berkecambah... 31

5. Data kecambah normal ... 32

6. Sidik ragam kecambah normal ... 32

7. Data panjang kecambah (cm) ... 33

8. Sidik ragam panjang kecambah... 33

9. Data jumlah akar (akar) ... 34

10.Sidik ragam jumlah akar ... 34

11.Data panjang akar (cm) ... 35

12.Sidik ragam panjang akar... 35

13.Data panjang axis embrio (cm) ... 36

14.Sidik ragam panjang axis embrio ... 36

15.Data diameter kecambah (cm) ... 37

16.Sidik ragam diameter batang ... 37

17.Bagan Penelitian ... 38

18.Jadwal Kegiatan Penelitian ... 39


(12)

ABSTRACT

This research was executed to know the effect of seed scarification treatment and giberellic acid to germination of Sugar Palm (Arenga pinnata Merr.) seeds. The research was held in Laboratory of Horticulture, Faculty of Agriculture USU, Medan started from April to August 2010. This research was conducted by factorial randomized block design with 2 factors. First factor was seed scarification treatment with 4 stages, i.e. S1 = . The second factor was concentration of giberellic acid treatment with 3 stages, i.e. G1 = 100 mg/l; G2 = 200 mg/l; G3 = 300 mg/l. Observed parameters were Speed of Germination, Normal Germination, Length of Sprout, Sum of Roots, Length of Roots, Length of Embrio Axis and Diameter of Sprout. The result showed that the seed scarification and concentration of giberellic acid and interaction of both treatment not significantly affected to all observed parameters.


(13)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari perlakuan skarifikasi benih dan pemberian asam giberelin terhadap perkecambahan benih Aren (Arenga pinnata Merr.). Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hortikultura, Fakultas Pertanian USU Medan dimulai dari bulan April sampai Agustus 2010. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial

dengan 2 faktor. Faktor pertama adalah skarifikasi dengan 4 taraf, yaitu: S1 = skarifikasi bagian ujung benih; S2 = skarifikasi bagian pangkal benih; S3 = skarifikasi bagian punggung benih; S4 = skarifikasi bagian perut benih.

Sedangkan faktor kedua adalah konsentrasi GA3 dengan 3 taraf, yaitu:

G1 = 100 g/ml; G2 = 200 g/ml; G3 = 300 g/ml. parameter yang diamati adalah Kecepatan berkecambah, Kecambah Normal, Panjang Kecambah, Jumlah Akar, Panjang Akar, Panjang Axis Embrio dan Diameter Kecambah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan skarifikasi dan konsentrasi GA3 serta interaksi

antara keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter pengamatan. Kata kunci : Aren, skarifikasi, asam giberelat, dormansi biji


(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Aren (Arenga pinnata) termasuk suku Arecaceae (pinang-pinangan), merupakan tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae) yaitu biji buahnya terbungkus daging buah. Tanaman aren banyak terdapat mulai dari pantai Timur India sampai ke Asia Tenggara. Di Indonesia tanaman ini banyak terdapat hampir di seluruh wilayah Nusantara (Sunanto, 1993).

Tanaman aren sangat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat pedesaan karena hampir semua bagian tanaman dapat dimanfaatkan. Hasil utama komoditi ini adalah nira, tepung, ijuk. Sedangkan batang luar, lidi, endosperm, dan akar adalah bagian yang mempunyai manfaat sampingan untuk mendukung kehidupan sehari-hari. Selain itu, secara ekologis tanaman aren dapat berfungsi sebagai pendukung habitat dan fauna tertentu dan dapat mendukung program pengawetan tanah dan air (Saleh, 2003).

Potensi tanaman aren yang cukup besar tersebut perlu mendapat dukungan penelitian, khususnya penelitian agronomi yang selama ini belum banyak dilakukan. Untuk mendukung pengembangan dan budidaya maka dibutuhkan bibit yang bermutu dalam jumlah banyak dan dapat disediakan dalam waktu yang singkat. Namun benih aren memiliki sifat dormansi walaupun dormansi benih merupakan sifat alami untuk dapat bertahan hidup agar spesiesnya tetap lestari, tetapi sifat dormansi benih tersebut dapat mengganggu pelaksanaan kegiatan penelitian (Saleh, 2003).


(15)

Secara alami biji aren memiliki masa dormansi yang cukup lama, yaitu bervariasi dari 1-12 bulan yang terutama disebabkan oleh kulit biji yang keras dan impermiabel sehingga menghambat terjadinya imbibisi air ke dalam biji. Upaya pematahan dormansi telah dilakukan untuk mengatasi impermiabilitas kulit biji ini melalui perendaman dengan HCL, H2SO4, air panas dan skarifikasi. Dormansi biji

aren juga disebabkan oleh adanya zat inhibitor perkecambahan seperti ABA, kematangan embrio yang belum sempurna dan faktor genetis tanaman aren

(http://arenindonesia.wordpress.com/pembibitan-aren, 2010).

Penyebab kedormanan benih aren salah adalah disebabkan antara lain tebalnya kulit benih dan ketidakseimbangan senyawa perangsang dan senyawa penghambat dalam memacu aktivitas pekecambahan benih. Selain itu meningkatnya senyawa kalsium oksalat pada buah aren yang telah matang. Pada dasarnya dormansi benih aren dapat dipersingkat dengan berbagai perlakuan di antaranya adalah secara fisik, kimia, dan biologi. Namun dari hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa perlakuan fisik saja belum mampu meningkatkan persentase berkecambah serta waktu yang dibutuhkan (Saleh, 2003).

Benih yang dikatakan dorman ialah benih yang sebenarnya hidup tetapi tidak berkecambah walaupun ditempatkan pada keadaan lingkungan yang memenuhi persyaratan untuk berkecambah. Dormansi pada benih dapat berlangasung selama beberapa hari, semusim, bahkan sampai beberapa tahun tergantung pada jenis tanaman dan tipe dari dormansinya. Pertumbuhan tidak akan terjadi selama benih belum melalui masa dormansinya, atau sebelum dikenakan suatu pelakuan khusus terhadap benih tersebut (Sutopo, 1998).


(16)

Giberelin adalah suatu zat tumbuh utama yang memegang peranan penting di dalam proses perkecambahan biji, sehingga dapat memperlebar kisaran suhu yang dibutuhkan dalam proses perkecambahan beberapa macam jenis biji. Misalnya biji “Bracted plantain” (plantato aristata) suatu jenis rumput setahun, biasanya berkecambah cukup baik pada keadaan gelap dengan suhu 20°C. Kalau pada biji ini diberikan gibberellic acid maka perkecambahan diperbaiki sampai mencapai 95%- 98% pada suhu 30°C baik dalam keadaan gelap maupun terang bahkan masih bisa merangsang perkecambahan 20%-30% walaupun suhu dinaikkan sampai 35°C (Kamil,1979).

Perkecambahan benih yang mengandung kulit biji yang tidak permeable dapat dirangsang dengan skarifikasi yaitu pengubahan kulit biji untuk membuatnya menjadi permeable terhadap gas-gas dan air. Ini tercapai dengan bermacam teknik, cara-cara mekanik termasuk tindakan pengempelasan merupakan tindakan yang paling umum (Harjadi, 1991).

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian mengenai pengaruh skrifikasi benih dan konsentrasi Giberelin (GA3) terhadap perkecambahan benih Aren (Arenga pinnata Merr).

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh skarifikasi biji dan

konsentrasi Giberelin (GA3) terhadap perkecambahan benih aren (Arenga pinnata Merr.).


(17)

Hipotesis Penelitian

- Ada pengaruh skrifikasi biji terhadap perkecambahan benih aren (Arenga pinnata Merr.).

- Ada pengaruh kosentrasi Giberelin (GA3) terhadap perkecambahan benih

aren (Arenga pinnata Merr.).

- Ada pengaruh interaksi skarifikasi biji dan kosentrasi Giberelin (GA3)

terhadap perkecambahan benih aren (Arenga pinnata Merr.).

Kegunaan Penelitian

- Sebagai salah satu syarat untuk dapat menyusun skripsi di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

- Sebagai sumber informasi yang berguna untuk menambah ilmu pengetahuan.


(18)

TINJAUAN PUSTAKA

1. Botani dan Syarat Tumbuh

Aren (Arenga pinnata Merr) termasuk suku Arecaceae (pinang-pinangan) merupakan tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae) yaitu biji buahnya terbungkus biji buahnya.

Perakaran pohon aren menyebar dan cukup dalam sehingga tanaman ini dapat diandalkan sebagai vegetasi pencegah erosi terutama untuk daerah yang tanahnya mempunyai kemiringan 20%.

Pohon aren hampir mirip dengan pohon kelapa (Cocos nucifera). Perbedaannya, jika pohon kelapa itu batangnya bersih (pelepah daun dan tapasnya mudah diambil), maka batang pohon aren itu sangat kotor karena batangnya terbalut ijuk dan sangat kuat sehingga pelepah daun yang sudah tua pun sulit diambil atau dilepas dari pohonnya.

Buah yang masih muda adalah keras dan melekat sangat erat pada untaian buah, sedangkan buah yang sudah masak daging buahnya agak lunak. Daging buah aren yang masih muda mengandung lendir yang sangat gatal jika mengenai kulit, karena lendir ini mengandung asam oksalat (H2C2O4).

Endosperm berbentuk lonjong dan agak pipih berwarna putih agak bening dan lunak pada waktu buah masih muda ; dan berwarna .putih, padat atau agak keras pada waktu buah sudah masak (Sunanto,1993).

Embrio biji palem umumnya tumbuh sangat lamban dan meskipun buah sudah matang, embrionya masih mengalami sedikit diferensiasi. Hal yang sama dapat diamati pada biji aren. Saat buah berusia 20 bulan, embrio masih berisi 16 –


(19)

20 sel, dan jumlah maksimum dicapai pada usia 29 bulan setelah penyerbukan (Chairun Nisa, 1994).

2. Syarat Tumbuh

Tanah

Tanaman aren sesungguhnya tidak membutuhkan kondisi tanah yang khusus, sehingga dapat tumbuh pada tanah-tanah liat (berlempung), berkapur, dan berpasir. Tetapi tanaman ini tidak tahan pada tanah yang kadar asamnya terlalu tinggi.

Iklim

Di Indonesia tanaman aren dapat tumbuh baik dan mampu berproduksi pada daerah yang tanahnya subur pada ketinggian 500-800 m dpl. Pada daerah yang mempunyai ketinggian kurang dari 500-800 m dpl, tanaman Aren tetap dapat tumbuh namun produksi buahnya kurang memuaskan.

Selain itu, curah hujan juga sangat berpengaruh pada tumbuhnya tanaman ini. Tanaman aren menghendaki curah hujan yang merata sepanjang tahun yaitu minimum sebanyak 1200 mm setahun. Atau, jika diperhitungkan dengan perumusan Schmidt da Ferguson, iklim yang paling cocok untuk tanaman ini adalah iklim sedang sampai ikilm agak basah.

Daerah-daerah perbukitan yang lembab, di mana di sekelilingnya banyak tumbuh berbagai tanaman keras, tanaman aren dapat tumbuh dengan subur. Dengan demikian tanaman ini tidak membutuhkan sinar matahari yang terik sepanjang hari (Sunanto,1993).


(20)

Dormansi Benih

Dormansi adalah suatu keadaan dimana benih tidak dapat berkecambah. Faktor-faktor yang mempengaruhi hilangnya dormansi pada benih antara lain kondisi lingkungan seperti air, udara dan suhu dan tentu saja tipe dormansinya (Hartmann et all, 2002).

Kulit biji yang keras akan menyebabkan air tidak dapat ditembus oleh air, atau udara yang dapat membatasi mekanisasi kerja dari embrio biji. Perkecambahan biji tidak hanya ditentukan pada kemampuannya dalam menyerap air, tetapi juga kondisi selama imbibisi. Kelebihan air sering menyebabkan perkecambahan yang tidak baik dan bisa juga mendorong perkembangan dari mikroorganisme di sekitar kulit biji, yang akan bersaing dengan embrio dalam mendapatkan oksigen (Mayer and Poljakoff-Mayber, 1975).

Keluar masuknya oksigen pada biji disebabkan oleh mekanisme dalam kulit biji. Dormansi karena hambatan keluar masuknya oksigen melalui kulit biji ini dapat dipatahkan dengan perlakuan: melunakkan kulit biji dengan air panas dan bahan kimia; menipiskan kulit biji (skarifikasi) dengan bahan kimia dan kertas amplas; membuka kulit biji dengan memecah dan memotong, dengan tujuan memudahkan penyerapan air dan oksigen oleh benih untuk memulai berlangsungnya proses perkecambahan benih, dimana tahap pertama suatu perkecambahan benih dimulai dengan penyerapan air, melunaknya kulit benih dan hidrasi dari protoplasma (Sutopo, 2002)

Proses perkecambahan embrio diawali dengan penyerapan air yang berperan untuk melunakkan kulit biji dan hidrasi dari protoplasma, selain itu embrio juga memerlukan energi dan bahan baku, di antaranya untuk sintesa


(21)

lemak, protein dan senyawa penyusun lainnya. Energi dalam bentuk ATP (Adenosin Triphosphate) atau dalam bentuk donor hidrogen NADH2/NADPH2

(Nikotin Amida Dinukleotida H2/Nikotin Amida Dinukleotida Phosphate H2) dan

bahan baku yang dihasilkan pada proses respirasi (Bewley and Black, 1986).

Biji aren dan Skarifikasi

Pada dasarnya dormansi benih aren dapat dipersingkat dengan berbagai perlakuan sebelum dikecambahkan, baik secara fisik, kimia dan biologi. Namun dari hasil penelitian terdahulu bila hanya perlakuan fisik saja belum menunjukkan hasil yang memuaskan baik jumlah benih yang berkecambah maupun waktu yang dipergunakan untuk berkecambah (Saleh, 2003).

Skarifikasi atau penggoresan mencakup cara-cara seperti mengikir atau menggosok kulit biji dengan kertas ampelas, melubangi kulit biji dengan pisau, perlakuan impaction (goncangan) untuk benih-benih yang memiliki sumbat gabus. Dimana semuanya agar kulit biji lebih permeabel terhadap air dan gas (Utomo, 2006).

Giberelin

Dormansi dapat diatasi dengan penggunaan zat kimia dalam perangsangan perkecambahan benih, dengan bahan kimia misalnya:KNO3) sebagai pengganti

fungsi cahaya dan suhu serta untuk mempercepat penerimaan benih akan O2,

untuk mengatasi dormansi digunakan juga sitokinin serta 2,4-D dan giberelin (GA) dapat digunakan untuk memulihkan kembali vigor benih yang telah menurun (Kartasapoetra,2003).


(22)

Kebanyakan tanaman berespon terhadap pemberian giberelin dengan pertambahan panjang batang. Pengaruh giberelin terutama di dalam perpanjangan ruas tanaman yang disebabkan oleh bertambah besar dan sel-sel pada ruas-ruas tersebut. Selain perpanjangan batang, giberelin juga memperbesar daun dari berbagai jenis tanaman, jika disemprot dengan giberelin. Selain mempengaruhi besarnya organ tanaman, giberelin juga mempengaruhi proses-proses fisiologis lainnya termasuk pembungaan (Wattimena, 1988).

Namun efek-efek dari giberelin terhadap pertumbuhan bermacam-macam, dan berlainan dari organ ke organ dan dari tanaman ke tanaman. Hal ini tidak diharapkan karena pertumbuhan itu sendiri adalah sebuah fenomena yang kompleks. Misalnya organ-organ tanaman berbeda menurut lokasi pertumbuhan dan menurut cara dimana pertumbuhan itu terjadi. Lebih lanjut lagi, karena pertumbuhan dapat terjadi dengan lebih dari satu cara, apa yang mungkin tampak sebagai perubahan identik dalam pertumbuhan keseluruhan dari sebuah organ bisa mengakibatkan cara-cara yang seluruhnya berbeda (Wilkins, 1992).


(23)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2010.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih aren yang matang panen sebagai bahan percobaan, Giberelin (GA3) sebagai bahan perlakuan untuk pematahan dormansi benih, bak perkecambahan sebagai tempat penanaman benih, dedak dan pasir sebagai media tanam.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah becker glass sebagai wadah untuk perendaman benih aren, gerinda untuk menggosok benih aren gembor, pisau, meteran, cangkul, alat tulis, dan alat-alat lain yang mendukung dalam pelaksanaan penelitian ini.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor perlakuan.

Faktor I : Skarifikasi Biji (S) dengan 4 taraf yaitu: S1 : Skarifikasi bagian ujung biji S2 : Skarifikasi bagian pangkal biji


(24)

S3 : Skarifikasi bagian punggung biji S4 : Skarifikasi bagian perut biji

Faktor II : Konsentrasi ZPT Giberelin (G) dengan 3 taraf yaitu: G1 :100 mg/l

G2 :200 mg/l G3 :300 mg/l

Sehingga diperoleh 12 kombinasi yaitu:

S1G1 S2G1 S3G1 S4G1

S1G2 S2G2 S3G3 S4G2

S1G3 S2G3 S3G3 S4G3

Jumlah ulangan = 3 ulangan Jumlah kombinasi = 12 kombinasi Jumlah plot penelitian = 36 plot Jumlah benih/plot = 10 benih Jumlah benih sampel/plot = 10 benih Jumlah benih seluruhnya = 360 benih Jumlah sampel seluruhnya = 360 benih Jarak antar blok = 5 cm Jarak antar plot = 5 cm

Ukuran petak Percobaan = 210 cm x 80 cm

Metode Analisa Data

Hasil percobaan dianalisis dengan sidik ragam berdasarkan model sebagai berikut:


(25)

dimana :

Yijk : Hasil pengamatan pada blok ke-i dengan skarifikasi biji (S) pada kategori

ke- j dan konsentrasi Giberelin (G) pada taraf ke- k

µ : Nilai tengah

ρi : Efek blok ke –i

αj : Efek skarifikasi (S) pada kategori ke- j

βk : Efek konsentrasi giberelin (G) pada taraf ke- k

(αβ)jk : Interaksi skarifikasi benih (S) pada kategori ke –j dan konsentrasi

Giberelin (G) pada taraf ke –k

ε ijk :Efek galat percobaan pada blok-i skarifikasi benih (S) pada kategori ke-j

konsentrasi Giberelin (G) pada taraf ke –k.

Jika data yang dianalisis dengan sidik ragam berpengaruh nyata, maka

dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5% (Steel and Torrie, 1995)


(26)

Pelaksanaan penelitian

Pembuatan Bak Perkecambahan

Bak perkecambahan yang digunakan adalah kotak yang terbuat dari kayu lat sebagai dinding dengan ketinggian 3 inchi dan triplek dengan ketebalan 4 mm sebagai dasar bak. Panjang dan lebar bak adalah 180 cm x 80 cm.

Persiapan Media Perkecambahan

Media perkecambahan terdiri dari kompos, top soil dan pasir. Media perkecambahan dicampur dengan perbandingan yang sama. Banyaknya media perkecambahan disesuaikan dengan volume bak perkecambahan.

Seleksi Benih

Benih diambil dari pohon yang memenuhi syarat sebagai pohon induk, dimana buah telah lepas dari tandan buah, kemudian dipilih buah yang telah matang fisiologis dan bebas dari hama penyakit. Benih dicampur kemudian dikelompokkan berdasarkan ukuran benih lalu yang berukuran sama selanjutnya akan ditanam dalam satu ulangan.

Skarifikasi Benih

Skarifikasi biji dilakukan setelah persiapan benih yaitu dengan menggosok kulit biji dengan menggunakan gerinda sesuai perlakuan hingga tipis namun bagian isi biji belum nampak.


(27)

Perendaman Benih

Perendaman benih dilakukan setelah skarifikasi yaitu benih direndam dalam Giberelin (GA3) selama 36 jam sesuai perlakuan masing-masing. Setelah itu benih baru ditanam dalam media bak perkecambahan.

Penanaman

Penanaman dilakukan setelah benih mendapat perlakuan, dilakukan dengan memasukkan 1 benih perlubang tanam dengan kedalaman ± 1 cm dari permukaan media dengan jarak tanam 5 cm, kemudian lubang tanam ditutup kembali.

Pemeliharaan

Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiap hari yaitu pagi dan sore hari secara merata pada seluruh media tanam dengan menggunakan air bersih dan handsprayer dan disesuaikan dengan kelembaban media tanam.

Penyiangan

Penyiangan dilakukan bila ditemukan gulma pada media bak perkecambahan. Penyiangan dilakukan secara manual, yaitu dengan mencabut gulma yang tumbuh.


(28)

Pengamatan Parameter

Kecepatan Berkecambah (hari)

Dihitung berdasarkan jumlah hari sejak tanam hingga munculnya tonjolan pada benih dan pengamatan dilakukan setiap hari. Menurut Kartasapoetra (2003) kecepatan berkecambah benih dapat dilihat dari koefisien perkecambahan yaitu: Laju perkecambahan = N1T1 + N2T2 + N3T3...NnTn

Jumlah total benih yang berkecambah

Dimana : N = jumlah benih yang berkecambah pada satuan waktu tertentu T = menunjukkan jumlah waktu antara awal pengujian sampai

dengan akhir dari interval tertentu suatu pengamatan.

Daya Berkecambah

Pengamatan dilakukan setelah munculnya tonjolan pada benih yaitu dengan menghitung jumlah benih yang tumbuh normal dari keseluruhan benih yang ditanam.

Persentase perkecambahan =

Kecambah Normal

Pengamatan dihitung selama batas periode perkecambahan, yaitu dengan menentukan kecambah normal dengan kriteria:

1. Dalam perkecamabahan, akar terlebih dahulu keluar daripada tunas.

2. Akar kecambah tidak berbentuk spiral dan yang keluar merupakan akar utama dan bukan akar samping.


(29)

Panjang Kecambah

Pengamatan dilakukan pada terakhir penelitian yaitu menghitung panjang kecambah mulai dari pangkal batang sampai plumula kecambah pada tanaman sampel dengan menggunakan penggaris.

Jumlah Akar

Penghitungan jumlah akar dilakukan pada akhir penelitian yaitu dengan menghitung seluruh jumlah akar yang ada pada setiap tanaman.

Panjang Akar

Pengamatan ini dilakukan pada akhir penelitian yaitu dengan mengukur semua panjang akar pada setiap tanaman kemudian dicari rata-ratanya.

Panjang axis embrio

Perkecambahan benih aren tidak seperti pada tanaman Monocotyledoneae secara umum. Dari benih akan muncul pertama adalah axis embrio, selanjutnya terjadi pembengkakan pada bagian ujung axis embrio sebagai tempat keluarnya plumula dan akar. Jadi panjang axis embrio yang diukur adalah dari bagian mata tunas pada biji sampai pada bagian ujung axis embrio sebagai tempat keluarnya plumula dan akar.

Diameter bibit (cm)

Pengamatan dilakukan pada akhir penelitian dengan menggunakan jangka sorong. Diukur diameter dari dua sisi berbeda yang sejajar dengan permukaan benih aren.


(30)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Dari hasil sidik ragam didapat bahwa perlakuan skarifikasi dan GA3 serta interaksi antara kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap parameter kecepatan berkecambah, laju perkecambahan, daya berkecambah, kecambah normal, panjang kecambah, jumlah akar, panjang akar dan panjang axis embrio.

Kecepatan berkecambah

Data hasil pengamatan kecepatan berkecambah dapat dilihat pada Lampiran 1 dan analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 2. Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan skarifikasi dan GA3 serta interaksi antar kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap kecepatan berkecambah.

Data rataan kecepatan berkecambah tanaman aren pada perlakuan skarifikasi dan GA3 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kecepatan berkecambah tanaman aren pada perlakuan skarifikasi dan GA3.

Konsentrasi GA3 (mg/l)

Skarifikasi

Rataan

S1 = ujung S2 = pangkal S3 = punggung S4 = perut

G1 = 100 mg/l 47,62 54,13 37,63 33,19 43,15

G2 = 200 mg/l 39,59 29,20 35,00 45,45 37,31

G3 = 300 mg/l 42,00 45,25 30,26 53,72 42,81

Rataan 43,07 42,86 34,30 44,12 41,09

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa pada perlakuan skarifikasi, kecepatan berkecambah tercepat diperoleh pada perlakuan S3 (punggung) yaitu sebesar


(31)

34,30 hari, dan yang terlama diperoleh pada perlakuan S4 (perut) yaitu sebesar 44,12 hari.

Dari Tabel 1 juga dapat dilihat bahwa pada perlakuan GA3, kecepatan berkecambah tercepat diperoleh pada perlakuan G2 (200 mg/l) yaitu sebesar 37,31 hari, sedangkan kecepatan berkecambah yang terlama diperoleh pada perlakuan G1 (100 mg/l) yaitu sebesar 43,15 hari.

Daya berkecambah (%)

Data hasil pengamatan daya berkecambah dapat dilihat pada Lampiran 3 dan analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 4. Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan skarifikasi dan GA3 serta interaksi antar kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap daya berkecambah.

Data rataan daya berkecambah tanaman aren pada perlakuan skarifikasi dan GA3 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Daya berkecambah tanaman aren pada perlakuan skarifikasi dan GA3.

Konsentrasi GA3

(mg/l)

Skarifikasi

Rataan

S1 = ujung S2 = pangkal S3 = punggung S4 = perut

G1 = 100 mg/l 40,00 33,33 33,33 46,67 38,33

G2 = 200 mg/l 50,00 33,33 26,67 43,33 38,33

G3 = 300 mg/l 43,33 33,33 46,67 85,00 52,08

Rataan 44,44 33,33 35,56 58,33 42,92

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa pada perlakuan skarifikasi, daya berkecambah terbesar diperoleh pada perlakuan S4 (perut) yaitu sebesar 58,33 %, dan yang terkecil diperoleh pada perlakuan S2 (pangkal) yaitu sebesar 33,33 %.


(32)

Dari Tabel 2 juga dapat dilihat bahwa pada perlakuan GA3, daya berkecambah terbesar diperoleh pada perlakuan G3 (300 mg/l) yaitu sebesar 52,08 %, sedangkan daya berkecambah yang terkecil diperoleh pada perlakuan G1 (100 mg/l) dan G2 (200 mg/l) yaitu sebesar 38,33 %.

Kecambah normal

Data hasil pengamatan daya kecambah normal dapat dilihat pada Lampiran 5 dan analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 6. Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan skarifikasi dan GA3 serta interaksi antar kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap kecambah normal.

Data rataan kecambah normal tanaman aren pada perlakuan skarifikasi dan GA3 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kecambah normal tanaman aren pada perlakuan skarifikasi dan GA3.

Konsentrasi GA3 (mg/l)

Skarifikasi

Rataan

S1 = ujung S2 = pangkal S3 = punggung S4 = perut

G1=100 mg/l 40,00 33,33 33,33 46,67 38,33

G2=200 mg/l 46,67 33,33 23,33 43,33 36,67

G3=300 mg/l 43,33 33,33 43,33 85,00 51,25

Rataan 43,33 33,33 33,33 58,33 42,08

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa pada perlakuan skarifikasi, kecambah normal terbanyak diperoleh pada perlakuan S4 (perut) yaitu sebesar 58,33, dan yang tersedikit diperoleh pada perlakuan S2 (pangkal) dan S3 (punggung) yaitu sebesar 33,33.


(33)

Dari Tabel 3 juga dapat dilihat bahwa pada perlakuan GA3, daya berkecambah terbanyak diperoleh pada perlakuan G3 (300 mg/l) yaitu sebesar 51,25, sedangkan daya berkecambah yang tersedikit diperoleh pada perlakuan G2 (200 mg/l) yaitu sebesar 36,67.

Panjang kecambah (cm)

Data hasil pengamatan panjang kecambah dapat dilihat pada Lampiran 7 dan analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 8. Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan skarifikasi dan GA3 serta interaksi antar kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap panjang kecambah.

Data rataan panjang kecambah tanaman aren pada perlakuan skarifikasi dan GA3 dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Panjang kecambah tanaman aren pada perlakuan skarifikasi dan GA3.

Konsentrasi GA3 (mg/l)

Skarifikasi

Rataan

S1 = ujung S2 = pangkal S3 = punggung S4 = perut

G1 = 100 mg/l 36,23 36,71 40,51 32,22 36,42

G2 = 200 mg/l 34,42 26,29 28,72 31,59 30,26

G3 = 300 mg/l 23,24 22,74 38,80 51,62 34,10

Rataan 31,30 28,58 36,01 38,48 33,59

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa pada perlakuan skarifikasi, panjang kecambah terpanjang diperoleh pada perlakuan S4 (perut) yaitu sebesar 38,48 cm, dan yang terpendek diperoleh pada perlakuan S2 (pangkal) yaitu sebesar 28,58 cm.

Dari Tabel 4 juga dapat dilihat bahwa pada perlakuan GA3, panjang kecambah terpanjang diperoleh pada perlakuan G1 (100 mg/l) yaitu sebesar


(34)

36,42 cm, sedangkan panjang kecambah yang terpendek diperoleh pada perlakuan G2 (200 mg/l) yaitu sebesar 30,26 cm.

Jumlah akar

Data hasil pengamatan jumlah akar dapat dilihat pada Lampiran 9 dan analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 10. Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan skarifikasi dan GA3 serta interaksi antar kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah akar.

Data rataan jumlah akar tanaman aren pada perlakuan skarifikasi dan GA3 dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah akar tanaman aren pada perlakuan skarifikasi dan GA3.

Konsentrasi GA3 (mg/l)

Skarifikasi

Rataan

S1 = ujung S2 = pangkal S3 = punggung S4 = perut

G1 = 100 mg/l 5,97 5,70 4,99 5,51 5,54

G2 = 200 mg/l 5,17 5,17 5,00 6,34 5,42

G3 = 300 mg/l 5,07 6,42 5,61 8,10 6,30

Rataan 5,40 5,76 5,20 6,65 5,75

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa pada perlakuan skarifikasi, jumlah akar terbanyak diperoleh pada perlakuan S4 (perut) yaitu sebanyak 6,65 akar, dan yang tersedikit diperoleh pada perlakuan S3 (punggung) yaitu sebanyak 5,20 akar.

Dari Tabel 5 juga dapat dilihat bahwa pada perlakuan GA3, jumlah akar terbanyak diperoleh pada perlakuan G3 (300 mg/l) yaitu sebanyak 6,30 akar, sedangkan jumlah akar yang tersedikit diperoleh pada perlakuan G2 (200 mg/l) yaitu sebanyak 5,42 akar.


(35)

Panjang akar

Data hasil pengamatan panjang akar dapat dilihat pada Lampiran 11 dan analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 12. Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan skarifikasi dan GA3 serta interaksi antar kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap panjang akar.

Data rataan panjang akar tanaman aren pada perlakuan skarifikasi dan GA3 dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Panjang akar tanaman aren pada perlakuan skarifikasi dan GA3.

Konsentrasi GA3 (mg/l)

Skarifikasi

Rataan

S1 = ujung S2 = pangkal S3 = punggung S4 = perut

G1 = 100 mg/l 18,75 15,18 17,24 14,50 16,42

G2 = 200 mg/l 19,06 17,61 13,44 13,24 15,84

G3 = 300 mg/l 13,26 13,67 13,69 16,65 14,32

Rataan 17,02 15,48 14,79 14,80 15,52

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa pada perlakuan skarifikasi, panjang akar terpanjang diperoleh pada perlakuan S1 (ujung) yaitu sebesar 17,02 cm, dan yang terpendek diperoleh pada perlakuan S3 (punggung) yaitu sebesar 14,79 cm.

Dari Tabel 6 juga dapat dilihat bahwa pada perlakuan GA3, panjang akar terpanjang diperoleh pada perlakuan G1 (100 mg/l) yaitu sebesar 16,42 cm, sedangkan panjang akar yang terpendek diperoleh pada perlakuan G3 (300 mg/l) yaitu sebesar 14,32 cm.

Panjang axis embrio


(36)

sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan skarifikasi dan GA3 serta interaksi antar kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap panjang axis embrio.

Data rataan panjang axis embrio tanaman aren pada perlakuan skarifikasi dan GA3 dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Panjang axis embrio tanaman aren pada perlakuan skarifikasi dan GA3.

Konsentrasi GA3 (mg/l)

Skarifikasi

Rataan

S1 = ujung S2 = pangkal S3 = punggung S4 = perut

G1 = 100 mg/l 6,99 6,60 6,88 7,10 6,89

G2 = 200 mg/l 6,99 6,92 7,05 7,04 7,00

G3 = 300 mg/l 6,94 5,98 6,66 10,28 7,46

Rataan 6,97 6,50 6,86 8,14 7,12

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa pada perlakuan skarifikasi, panjang axis embrio terpanjang diperoleh pada perlakuan S4 (perut) yaitu sebesar 8,14 cm, dan yang terpendek diperoleh pada perlakuan S2 (pangkal) yaitu sebesar 6,50 cm.

Dari Tabel 7 juga dapat dilihat bahwa pada perlakuan GA3, panjang axis embrio terpanjang diperoleh pada perlakuan G3 (300 mg/l) yaitu sebesar 7,46 cm, sedangkan panjang axis yang terpendek diperoleh pada perlakuan G1 (100 mg/l) yaitu sebesar 6,89 cm.

Diameter kecambah

Data hasil pengamatan diameter kecambah dapat dilihat pada Lampiran 15 dan analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 16. Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan skarifikasi dan GA3 serta interaksi antar kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap diameter kecambah.


(37)

Data rataan diameter kecambah tanaman aren pada perlakuan skarifikasi dan GA3 dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Diameter kecambah tanaman aren pada perlakuan skarifikasi dan GA3.

Konsentrasi GA3 (mg/l)

Skarifikasi

Rataan

S1 = ujung S2 = pangkal S3 = punggung S4 = perut

G1 = 100 mg/l 0,47 0,41 0,42 0,42 0,43

G2 = 200 mg/l 0,42 0,39 0,44 0,40 0,41

G3 = 300 mg/l 0,40 0,40 0,40 0,61 0,45

Rataan 0,43 0,40 0,42 0,48 0,43

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa pada perlakuan skarifikasi, diameter kecambah terbesar diperoleh pada perlakuan S4 (perut) yaitu sebesar 0,48 cm, dan yang terpendek diperoleh pada perlakuan S2 (pangkal) yaitu sebesar 0,40 cm.

Dari Tabel 8 juga dapat dilihat bahwa pada perlakuan GA3, diameter kecambah terbesar diperoleh pada perlakuan G3 (300 mg/l) yaitu sebesar 0,45 cm, sedangkan diameter bibit terkecil diperoleh pada perlakuan G2 (200 mg/l) yaitu sebesar 0,41 cm.

Pembahasan

Pengaruh berbagai skarifikasi benih terhadap perkecambahan benih aren

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan skarifikasi tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter. Akan tetapi dari tabel rataan parameter selain parameter keccepatan berkecambah dapat dilihat bahwa perlakuan skarifikasi bagian perut biji (S4) menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan skarifikasi yang lain yaitu skarifikasi ujung biji (S1),


(38)

menjelaskan bahwa perlakuan skarifikasi saja belum dapat memperpendek masa dormansi biji aren.

Dari hasil penelitiannya Saleh (2003) melaporkan bahwa pada dasarnya dormansi biji aren dapat diperpendek dengan berbagai perlakuan, baik secara fisik, kimia dan biologi. Perlakuan fisik saja belum menunjukkan hasil yang memuaskan baik jumlah benih yang berkecambah maupun waktu yang dipergunakan untuk berkecambah. Dari pernyataan tersebut jelas bahwa perlakuan skarifikasi saja tidak berpengaruh nyata dalam mempersingkat masa dormansi biji aren. Oleh karena itu, perlakuan fisik seperti skarifikasi perlu di padukan dengan perlakuan yang lain seperti kimia dan biologi.

Pengaruh konsentrasi asam giberelat (GA3) terhadap perkecambahan benih aren

Data dari hasil analisis secara statistik menunjukkan bahwa perlakuan GA3 tidak berpengaruh secara nyata terhadap seluruh parameter yang diamati.

Namun dari tabel rataan diketahui bahwa pemberian asam giberelat dengan konsentrasi 300 g/ml (G3) menunjukkan hasil yang lebih tinggi diikuti dengan pemberian asam giberalat dengan konsentrasi 100 g/ml (G1) dan pemberian asam giberelat dengan konsentrasi 200 g/ml. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel rataan daya kecambah (Tabel 2), kecambah normal (Tabel 3), jumlah akar (Tabel 5), panjang axis embrio (Tabel 7), dan diameter bibit (Tabel 8). Hal ini diduga karena pemberian Giberelin terhadap bibit aren belum dapat memberikan efek yang dapat meningkatkan vegetatif benih aren mulai dari masa berkecambah hingga masa vegetatif aktif. Menurut pendapat Wilkins (1992), efek-efek dari giberelin terhadap pertumbuhan bermacam-macam, dan berlainan dari organ ke


(39)

organ dan dari tanaman ke tanaman. Hal ini tidak diharapkan karena pertumbuhan itu sendiri adalah sebuah fenomena yang kompleks. Misalnya organ-organ tanaman berbeda menurut lokasi pertumbuhan dan menurut cara dimana pertumbuhan itu terjadi. Lebih lanjut lagi, karena pertumbuhan dapat terjadi dengan lebih dari satu cara, apa yang mungkin tampak sebagai perubahan identik dalam pertumbuhan keseluruhan dari sebuah organ bisa mengakibatkan cara-cara yang seluruhnya berbeda.

Interaksi berbagai skarifikasi benih dan konsentrasi Asam Giberelat (GA3) terhadap perkecambahan aren

Hasil analisa secara statistik menunjukkan bahwa interaksi skarifikasi biji dan konsentrasi asam giberelat (GA3) terhadap seluruh parameter berpengaruh tidak nyata. Kombinasi perlakuan terbaik pada parameter daya kecambah (Tabel 3), kecambah normal (Tabel 5), panjang kecambah (Tabel 7), jumlah akar (Tabel 9), panjang axis embrio (Tabel 13) dan diameter kecambah (Tabel 15) terdapat pada perlakuan S4G3 yaitu skarifikasi pada bagian perut dengan pemberian GA3 sebanyak 300 g/ml. Sedangkan pada parameter kecepatan berkecambah (Tabel 1), perlakuan terbaik terdapat pada perlakuan S2G2 yaitu skarifikasi pada bagian pangkal ditambah GA3 sebanyak 200 g/ml, sedangkan untuk parameter panjang akar Tabel 11) terdapat pada perlakuan S1G2, yaitu skarifikasi pada bagian ujung dengan pemberian GA3 sebanyak 200 g/ml.

Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya daya kecambah yang baik maka diikuti oleh jumlah kecambah normal, panjang kecambah, jumlah akar, panjang axis embrio dan diameter kecambah yang baik juga sehingga menghasilkan


(40)

dengan baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kartasapoetra (2003) yang menyatakan bahwa giberelin (GA) dapat digunakan untuk memulihkan kembali vigor benih yang telah menurun.

Skarifikasi dan konsentrasi GA3 tidak memberikan interaksi yang nyata pada seluruh parameter ini menunjukkan bahwa kerja skarifikasi dan konsentrasi GA3 tidak terkait satu sama lain. Skarifikasi membantu mempercepat masuknya air dan oksigen ke dalam biji, sedangkan giberelin sendiri dapat menghasilkan efek yang berbeda-beda hal ini sesuai dengan pernyataan Wilkins (1992) yang menyatakan bahwa efek-efek dari giberelin terhadap pertumbuhan bermacam-macam, dan berlainan dari organ ke organ dan dari tanaman ke tanaman.


(41)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Perlakuan skarifikasi tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap perkecambahan benih aren, namun dari hasil penelitian perlakuan skarifikasi bagian perut lebih baik dibanding dengan perlakuan skarifikasi yang lain.

2. Pemberian asam giberelat tidak berpengaruh nyata terhadap seluruh parameter perkecambahan benih aren, namun hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian asam giberelat dengan konsentrasi 300 mg/l air lebih baik dibanding pemberian asam giberelat dengan konsentrasi 100 mg/l air dan 200 mg/l air.

3. Tidak ada interaksi perlakuan skarifikasi dan pemberian asam giberelat terhadap perkecambahan benih aren.

Saran

Sebaiknya digunakan benih aren dengan tingkat kematangan fisiologis yang seragam, sehingga diperoleh hasil yang lebih baik dari penelitian dan skarifkasi bagian perut benih merupakan perlakuan skarifikasi yang lebih baik untuk dilakukan.


(42)

DAFTAR PUSTAKA

Chairun Nisa, T. 1994. Developmental and Germination Studies of The Sugar Palm (Arenga pinnata, Merr.). Dissertation Submitted in Fulfilment of The Requirements for The Degree of Doctorof Philosophy in The Faculty of Agriculture, Universiti Pertanian Malaysia.

Gardner,F,P; Pearce, R.B and Mitchell, R.L. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. UI Press. Jakarta. Hal: 308.

Harjadi S.S.M.M. 1991.Pengantar Agronomi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.Hal 151.

Hartmann, H.T., D.E. Kester, F.T. Davies, and R.L. Geneve. 2002. Plant Propagation Principles and Practices. 6th ed. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey. Pages 198-199.

Saleh, M. S. 2003. Pematahan Dormansi Benih Aren Secara Fisik Pada Berbagai Lama Ekstraksi Buah http://mybioma.wordpress.com/2008/06/04/bioremedias, Agrosains 6(2): 79-83, 2004

http://arenindonesia.wordpress.com/pembibitan-aren/diakses 21 Juli 2010. Sunanto, H.1993.Aren, Budidaya dan Multigunanya. Kanisius, Yogyakarta.

Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Edisi Revisi Fakultas Pertanian UNBRAW. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Hal 25-27.

Utomo, B., 2006. Karya Ilmiah Ekologi Benih. Fakultas Pertanian. e-USU Repository.

Bewley, D.J and Black, M. 1986. Seeds Physiology of Development and Germination. Second Printing. Plenum Press. New York. Pages 136-139.

Kamil.J.1979.Teknologi Benih.Angkasa Raya, Padang. Hal 111.

Kartaspoetra. A.G. 2003. Teknologi Benih Pengolahan Benih dan Tuntunan Praktikum. Rineka Cipta. Jakarta. Hal 92-93.

Mayer, A.M and A. Poljakoff-Mayber., 1975. the Germination of Seeds. Second Edition. Volume 5. Pergamon Press Ltd. USA. Pages 48-50.

Steel, R.G.D. and J.H. Torrie., 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika. Gramedia Pustaka Umum. Jakarta. Hal:210.


(43)

Wattimena G.A. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. IPB Press, Bogor.

Wilkins, M.B. 1992. Fisiologi Tanaman. Terjemahan; Sutedjo dan Kartasapoetra. Bumi Aksara, Jakarta.


(44)

Lampiran 1. Data kecepatan berkecambah (hari)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

S1G1 57,00 28,37 57,50 142,87 47,62 S1G2 41,50 29,60 47,66 118,76 39,59 S1G3 54,50 36,00 35,50 126,00 42,00 S2G1 39,60 74,50 48,30 162,40 54,13 S2G2 27,67 29,67 30,25 87,59 29,20 S2G3 36,75 28,00 71,00 135,75 45,25 S3G1 37,00 27,50 48,40 112,90 37,63 S3G2 43,67 30,33 31,00 105,00 35,00 S3G3 26,60 29,67 34,50 90,77 30,26 S4G1 29,57 38,00 32,00 99,57 33,19 S4G2 44,50 44,85 47,00 136,35 45,45 S4G3 30,28 39,00 38,16 107,44 53,72 Total 468,64 435,49 521,27 1425,40

Rataan 39,05 36,29 43,44 41,09

Lampiran 2. Sidik ragam kecepatan berkecambah

SK db JK KT Fhit F05

Blok 2,00 311,86 155,93 1,23 tn 3,44

Perlakuan 11,00 1870,44 170,04 1,34 tn 2,26 Skarifikasi (S) 3,00 476,04 158,68 1,25 tn 3,05 Linier 1,00 244,72 244,72 1,93 tn 4,30 Kuadratik 1,00 37,17 37,17 0,29 tn 4,30 Kubik 1,00 194,15 194,15 1,53 tn 4,30 GA3 (G) 2,00 233,18 116,59 0,92 tn 3,44 Linier 1,00 139,11 139,11 1,09 tn 4,30 Kuadratik 1,00 282,22 282,22 2,22 tn 4,30

S x G 6,00 1161,22 193,54 1,52 tn 2,55

Galat 22,00 2795,26 127,06

Total 35,00 4977,56

FK = 56437,92 KK = 27%


(45)

Lampiran 3. Data daya berkecambah (%)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

S1G1 20,00 80,00 20,00 120,00 40,00 S1G2 40,00 50,00 60,00 150,00 50,00 S1G3 40,00 50,00 40,00 130,00 43,33 S2G1 50,00 20,00 30,00 100,00 33,33 S2G2 30,00 30,00 40,00 100,00 33,33 S2G3 40,00 40,00 20,00 100,00 33,33 S3G1 30,00 20,00 50,00 100,00 33,33 S3G2 30,00 30,00 20,00 80,00 26,67 S3G3 50,00 30,00 60,00 140,00 46,67 S4G1 70,00 20,00 50,00 140,00 46,67 S4G2 40,00 70,00 20,00 130,00 43,33 S4G3 70,00 40,00 60,00 170,00 85,00 Total 510,00 480,00 470,00 1460,00

Rataan 42,50 40,00 39,17 42,92

Lampiran 4. Sidik ragam daya berkecambah

SK db JK KT Fhit F05

Blok 2,00 72,22 36,11 0,11 tn 3,44

Perlakuan 11,00 2522,22 229,29 0,68 tn 2,26 Skarifikasi (S) 3,00 1455,56 485,19 1,44 tn 3,05 Linier 1,00 108,89 108,89 0,32 tn 4,30 Kuadratik 1,00 1344,44 1344,44 4,00 tn 4,30

Kubik 1,00 2,22 2,22 0,01 tn 4,30

GA3 (G) 2,00 355,56 177,78 0,53 tn 3,44 Linier 1,00 266,67 266,67 0,79 tn 4,30 Kuadratik 1,00 266,67 266,67 0,79 tn 4,30

S x G 6,00 711,11 118,52 0,35 tn 2,55

Galat 22,00 7394,44 336,11

Total 35,00 9988,89

FK = 59211,11 KK = 43%


(46)

Lampiran 5. Data kecambah normal

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

S1G1 20,00 80,00 20,00 120,00 40,00 S1G2 30,00 50,00 60,00 140,00 46,67 S1G3 40,00 50,00 40,00 130,00 43,33 S2G1 50,00 20,00 30,00 100,00 33,33 S2G2 30,00 30,00 40,00 100,00 33,33 S2G3 40,00 40,00 20,00 100,00 33,33 S3G1 30,00 20,00 50,00 100,00 33,33 S3G2 30,00 30,00 10,00 70,00 23,33 S3G3 50,00 20,00 60,00 130,00 43,33 S4G1 70,00 20,00 50,00 140,00 46,67 S4G2 40,00 70,00 20,00 130,00 43,33 S4G3 70,00 40,00 60,00 170,00 85,00 Total 500,00 470,00 460,00 1430,00

Rataan 41,67 39,17 38,33 42,08

Lampiran 6. Sidik ragam kecambah normal

SK db JK KT Fhit F05

Blok 2,00 72,22 36,11 0,10 tn 3,44

Perlakuan 11,00 2563,89 233,08 0,62 tn 2,26 Skarifikasi (S) 3,00 1608,33 536,11 1,43 tn 3,05 Linier 1,00 125,00 125,00 0,33 tn 4,30 Kuadratik 1,00 1469,44 1469,44 3,91 tn 4,30 Kubik 1,00 13,89 13,89 0,04 tn 4,30 GA3 (G) 2,00 372,22 186,11 0,50 tn 3,44 Linier 1,00 204,17 204,17 0,54 tn 4,30 Kuadratik 1,00 504,17 504,17 1,34 tn 4,30

S x G 6,00 583,33 97,22 0,26 tn 2,55

Galat 22,00 8261,11 375,51

Total 35,00 10897,22

FK = 56802,78 KK = 46%


(47)

Lampiran 7. Data panjang kecambah (cm)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

S1G1 31,10 30,95 46,65 108,70 36,23

S1G2 28,12 37,00 38,15 103,27 34,42

S1G3 10,85 16,86 42,00 69,71 23,24

S2G1 32,78 33,60 43,76 110,14 36,71

S2G2 34,73 22,26 21,87 78,86 26,29

S2G3 28,31 27,70 12,20 68,21 22,74

S3G1 34,63 48,70 38,20 121,53 40,51

S3G2 16,20 42,26 27,70 86,16 28,72

S3G3 34,90 40,30 41,20 116,40 38,80

S4G1 35,94 26,60 34,12 96,66 32,22

S4G2 28,02 36,40 30,35 94,77 31,59

S4G3 33,68 47,82 21,73 103,23 51,62

Total 349,26 410,45 397,93 1157,64

Rataan 29,11 34,20 33,16 33,59

Lampiran 8. Sidik ragam panjang kecambah

SK db JK KT Fhit F05

Blok 2,00 174,16 87,08 0,52 tn 3,44

Perlakuan 11,00 1129,22 102,66 0,61 tn 2,26 Skarifikasi (S) 3,00 258,54 86,18 0,51 tn 3,05

Linier 1,00 62,21 62,21 0,37 tn 4,30

Kuadratik 1,00 0,68 0,68 0,00 tn 4,30

Kubik 1,00 195,65 195,65 1,17 tn 4,30

GA3 (G) 2,00 328,31 164,15 0,98 tn 3,44

Linier 1,00 263,21 263,21 1,57 tn 4,30 Kuadratik 1,00 195,28 195,28 1,17 tn 4,30

S x G 8,00 542,37 67,80 0,40 tn 2,40

Galat 11,00 1842,50 167,50

Total 24,00 3145,87

FK = 37225,84 KK = 39%


(48)

Lampiran 9. Data jumlah akar

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

S1G1 6,50 6,42 5,00 17,92 5,97

S1G2 5,50 5,80 4,20 15,50 5,17

S1G3 4,25 5,20 5,75 15,20 5,07

S2G1 5,60 5,50 6,00 17,10 5,70

S2G2 5,00 5,00 5,50 15,50 5,17

S2G3 7,25 6,00 6,00 19,25 6,42

S3G1 5,66 4,50 4,80 14,96 4,99

S3G2 4,00 6,00 5,00 15,00 5,00

S3G3 6,00 5,33 5,50 16,83 5,61

S4G1 5,42 5,50 5,60 16,52 5,51

S4G2 5,66 4,85 8,50 19,01 6,34

S4G3 5,28 5,25 5,66 16,19 8,10

Total 66,12 65,35 67,51 198,98

Rataan 5,51 5,45 5,63 5,75

Lampiran 10. Sidik ragam jumlah akar

SK db JK KT Fhit F05

Blok 2,00 0,20 0,10 0,14 tn 3,44

Perlakuan 11,00 8,23 0,75 1,05 tn 2,26 Skarifikasi (S) 3,00 2,04 0,68 0,96 tn 3,05 Linier 1,00 0,10 0,10 0,14 tn 4,30 Kuadratik 1,00 0,08 0,08 0,11 tn 4,30 Kubik 1,00 1,86 1,86 2,62 tn 4,30

GA3 (G) 2,00 0,26 0,13 0,18 tn 3,44

Linier 1,00 0,04 0,04 0,06 tn 4,30 Kuadratik 1,00 0,65 0,65 0,92 tn 4,30

S x G 8,00 5,93 0,74 1,05 tn 2,40

Galat 22,00 15,61 0,71

Total 35,00 24,03

FK = 1099,807 KK = 15%


(49)

Lampiran 11. Data panjang akar (cm)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

S1G1 23,80 18,41 14,05 56,26 18,75

S1G2 19,45 18,78 18,95 57,18 19,06

S1G3 9,20 13,62 16,95 39,77 13,26

S2G1 8,58 16,15 20,80 45,53 15,18

S2G2 17,37 14,50 20,96 52,83 17,61

S2G3 15,75 10,95 14,30 41,00 13,67

S3G1 17,30 18,45 15,98 51,73 17,24

S3G2 8,01 19,20 13,10 40,31 13,44

S3G3 11,46 16,50 13,11 41,07 13,69

S4G1 14,04 12,05 17,42 43,51 14,50

S4G2 12,90 11,91 14,90 39,71 13,24

S4G3 16,60 19,42 13,93 49,95 16,65

Total 174,46 189,94 194,45 558,85

Rataan 14,54 15,83 16,20 15,52

Lampiran 12. Sidik ragam panjang akar

SK db JK KT Fhit F05

Blok 2,00 18,32 9,16 0,36 tn 3,44

Perlakuan 11,00 162,64 14,79 0,58 tn 2,26 Skarifikasi (S) 3,00 29,86 9,95 0,39 tn 3,05 Linier 1,00 24,47 24,47 0,95 tn 4,30 Kuadratik 1,00 5,37 5,37 0,21 tn 4,30 Kubik 1,00 0,01 0,01 0,00 tn 4,30 GA3 (G) 2,00 28,30 14,15 0,55 tn 3,44 Linier 1,00 26,54 26,54 1,03 tn 4,30 Kuadratik 1,00 5,26 5,26 0,20 tn 4,30

S x G 8,00 104,48 13,06 0,51 tn 2,40

Galat 11,00 282,51 25,68

Total 24,00 463,47

FK = 8675,37 KK = 33%


(50)

Lampiran 13. Data panjang axis embrio (cm)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

S1G1 6,70 7,31 6,95 20,96 6,99

S1G2 5,52 7,84 7,60 20,96 6,99

S1G3 6,70 7,00 7,12 20,82 6,94

S2G1 5,83 6,40 7,56 19,79 6,60

S2G2 6,83 6,96 6,97 20,76 6,92

S2G3 5,75 6,90 5,30 17,95 5,98

S3G1 5,20 8,15 7,28 20,63 6,88

S3G2 5,23 7,76 8,15 21,14 7,05

S3G3 5,73 7,03 7,21 19,97 6,66

S4G1 6,77 7,35 7,18 21,30 7,10

S4G2 6,60 7,92 6,60 21,12 7,04

S4G3 7,11 6,22 7,22 20,55 10,28

Total 73,97 86,84 85,14 245,95

Rataan 6,16 7,24 7,10 7,12

Lampiran 14. Sidik ragam panjang axis embrio

SK db JK KT Fhit F05

Blok 2,00 8,1471 4,0736 8,01 * 3,44

Perlakuan 11,00 3,1113 0,2828 0,56 tn 2,26 Skarifikasi (S) 3,00 1,4173 0,4724 0,93 tn 3,05 Linier 1,00 0,0858 0,0858 0,17 tn 4,30 Kuadratik 1,00 0,0000 0,0000 0,00 tn 4,30 Kubik 1,00 0,0000 0,0000 0,00 tn 4,30

GA3 (G) 2,00 0,9772 0,4886 0,96 tn 3,44

Linier 1,00 0,4788 0,4788 0,94 tn 4,30 Kuadratik 1,00 1,4950 1,4950 2,94 tn 4,30

S x G 6,00 0,7169 0,1195 0,23 tn 2,40

Galat 22,00 11,1852 0,5084

Total 35,00 22,44

FK = 1680,317 KK = 10%


(51)

Lampiran 15. Data diameter kecambah (cm)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

S1G1 0,46 0,42 0,54 1,42 0,47

S1G2 0,52 0,34 0,41 1,27 0,42

S1G3 0,44 0,39 0,38 1,21 0,40

S2G1 0,45 0,38 0,40 1,23 0,41

S2G2 0,39 0,36 0,42 1,17 0,39

S2G3 0,47 0,29 0,43 1,19 0,40

S3G1 0,47 0,43 0,36 1,26 0,42

S3G2 0,41 0,41 0,49 1,31 0,44

S3G3 0,43 0,35 0,42 1,20 0,40

S4G1 0,40 0,42 0,44 1,26 0,42

S4G2 0,44 0,34 0,42 1,20 0,40

S4G3 0,35 0,49 0,38 1,22 0,61

Total 5,23 4,62 5,09 14,94

Rataan 0,44 0,39 0,42 0,43

Lampiran 16. Sidik ragam diameter batang

SK db JK KT Fhit F05

Blok 2,00 0,0170 0,0085 2,98 tn 3,44

Perlakuan 11,00 0,0169 0,0015 0,54 tn 2,26 Skarifikasi (S) 3,00 0,0058 0,0019 0,68 tn 3,05 Linier 1,00 0,0013 0,0013 0,45 tn 4,30 Kuadratik 1,00 0,0013 0,0013 0,47 tn 4,30 Kubik 1,00 0,0032 0,0032 1,12 tn 4,30 GA3 (G) 2,00 0,0052 0,0026 0,91 tn 3,44 Linier 1,00 0,0051 0,0051 1,79 tn 4,30 Kuadratik 1,00 0,0003 0,0003 0,12 tn 4,30

S x G 8,00 0,0059 0,0007 0,26 tn 2,40

Galat 22,00 0,0628 0,0029

Total 35,00 0,10

FK = 6,2001 KK = 12%


(52)

Lampiran 17. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No Kegiatan Hari

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 …….90

1 Pembuatan Bak Perkecambahan X

2 Persiapan Media Tanam X

3 Seleksi Bibit X

4 Persiapan Benih X

5 Skarifikasi Benih X

6 Perendaman Biji X

7 Penanaman X

8 Pemeliharaan

Penyiraman Disesuaikan dengan kondisi di lapangan

Penyiangan Disesuaikan dengan kondisi di lapangan

9 Pengamatan Parameter

Kecepatan Berkecambah X X X X X X X X X X

Daya Berkecambah X

Kecambah Normal X

Kekuatan Tumbuh X

Panjang Kecambah X

Jumlah Akar X


(53)

Lampiran 18. Denah Penelitian 5 cm 80 cm S1K1 S3K3 S1K0

S2K3 5 cm

S1K2

Blok I S3K1

S1K3 S2K0 S2K1 S3K0 S2K2 S3K2 S2K0 S2K1 S3K3 S2K2

S3K2 180 cm

S1K1

Blok II S2K3

S3K0 S1K2 S3K1 S1K3 S1K0 S3K2 S1K1 S3K1 S1K3 S1K0 S1K2

Blok III S2K0

S2K2 S3K0 S2K1 S3K3 S2K3

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0


(54)

Lampiran Foto Lahan.


(55)


(1)

Lampiran 13. Data panjang axis embrio (cm)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

S1G1 6,70 7,31 6,95 20,96 6,99

S1G2 5,52 7,84 7,60 20,96 6,99

S1G3 6,70 7,00 7,12 20,82 6,94

S2G1 5,83 6,40 7,56 19,79 6,60

S2G2 6,83 6,96 6,97 20,76 6,92

S2G3 5,75 6,90 5,30 17,95 5,98

S3G1 5,20 8,15 7,28 20,63 6,88

S3G2 5,23 7,76 8,15 21,14 7,05

S3G3 5,73 7,03 7,21 19,97 6,66

S4G1 6,77 7,35 7,18 21,30 7,10

S4G2 6,60 7,92 6,60 21,12 7,04

S4G3 7,11 6,22 7,22 20,55 10,28

Total 73,97 86,84 85,14 245,95

Rataan 6,16 7,24 7,10 7,12

Lampiran 14. Sidik ragam panjang axis embrio

SK db JK KT Fhit F05

Blok 2,00 8,1471 4,0736 8,01 * 3,44

Perlakuan 11,00 3,1113 0,2828 0,56 tn 2,26

Skarifikasi (S) 3,00 1,4173 0,4724 0,93 tn 3,05 Linier 1,00 0,0858 0,0858 0,17 tn 4,30 Kuadratik 1,00 0,0000 0,0000 0,00 tn 4,30

Kubik 1,00 0,0000 0,0000 0,00 tn 4,30

GA3 (G) 2,00 0,9772 0,4886 0,96 tn 3,44

Linier 1,00 0,4788 0,4788 0,94 tn 4,30 Kuadratik 1,00 1,4950 1,4950 2,94 tn 4,30

S x G 6,00 0,7169 0,1195 0,23 tn 2,40

Galat 22,00 11,1852 0,5084

Total 35,00 22,44

FK = 1680,317 KK = 10%


(2)

Lampiran 15. Data diameter kecambah (cm)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

S1G1 0,46 0,42 0,54 1,42 0,47

S1G2 0,52 0,34 0,41 1,27 0,42

S1G3 0,44 0,39 0,38 1,21 0,40

S2G1 0,45 0,38 0,40 1,23 0,41

S2G2 0,39 0,36 0,42 1,17 0,39

S2G3 0,47 0,29 0,43 1,19 0,40

S3G1 0,47 0,43 0,36 1,26 0,42

S3G2 0,41 0,41 0,49 1,31 0,44

S3G3 0,43 0,35 0,42 1,20 0,40

S4G1 0,40 0,42 0,44 1,26 0,42

S4G2 0,44 0,34 0,42 1,20 0,40

S4G3 0,35 0,49 0,38 1,22 0,61

Total 5,23 4,62 5,09 14,94

Rataan 0,44 0,39 0,42 0,43

Lampiran 16. Sidik ragam diameter batang

SK db JK KT Fhit F05

Blok 2,00 0,0170 0,0085 2,98 tn 3,44

Perlakuan 11,00 0,0169 0,0015 0,54 tn 2,26 Skarifikasi (S) 3,00 0,0058 0,0019 0,68 tn 3,05 Linier 1,00 0,0013 0,0013 0,45 tn 4,30 Kuadratik 1,00 0,0013 0,0013 0,47 tn 4,30 Kubik 1,00 0,0032 0,0032 1,12 tn 4,30 GA3 (G) 2,00 0,0052 0,0026 0,91 tn 3,44 Linier 1,00 0,0051 0,0051 1,79 tn 4,30 Kuadratik 1,00 0,0003 0,0003 0,12 tn 4,30

S x G 8,00 0,0059 0,0007 0,26 tn 2,40

Galat 22,00 0,0628 0,0029

Total 35,00 0,10

FK = 6,2001 KK = 12%


(3)

Lampiran 17. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No Kegiatan Hari

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 …….90

1 Pembuatan Bak Perkecambahan X

2 Persiapan Media Tanam X

3 Seleksi Bibit X

4 Persiapan Benih X

5 Skarifikasi Benih X

6 Perendaman Biji X

7 Penanaman X

8 Pemeliharaan

Penyiraman Disesuaikan dengan kondisi di lapangan

Penyiangan Disesuaikan dengan kondisi di lapangan

9 Pengamatan Parameter

Kecepatan Berkecambah X X X X X X X X X X

Daya Berkecambah X

Kecambah Normal X

Kekuatan Tumbuh X

Panjang Kecambah X

Jumlah Akar X


(4)

Lampiran 18. Denah Penelitian 5 cm 80 cm S1K1 S3K3 S1K0

S2K3 5 cm

S1K2

Blok I S3K1

S1K3 S2K0 S2K1 S3K0 S2K2 S3K2 S2K0 S2K1 S3K3 S2K2

S3K2 180 cm

S1K1

Blok II S2K3

S3K0 S1K2 S3K1 S1K3 S1K0 S3K2 S1K1 S3K1 S1K3 S1K0 S1K2

Blok III S2K0

S2K2 S3K0 S2K1 S3K3 S2K3

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0


(5)

Lampiran Foto Lahan.


(6)